• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DISABILITAS DALAM PEMILIHAN WALIKOTA MAKASSAR TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DISABILITAS DALAM PEMILIHAN WALIKOTA MAKASSAR TAHUN 2018"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DISABILITAS

DALAM PEMILIHAN WALIKOTA MAKASSAR TAHUN 2018

ST. RAFIKA ABRIANTI NUSDIN Nomor Stambuk : 105640 2270 15

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DISABILITAS

DALAM PEMILIHAN WALIKOTA MAKASSAR TAHUN 2018

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

ST RAFIKA ABRIANTI NUSDIN Nomor Stambuk : 105640 2270 15

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertandatangan di bawahini :

NamaMahasiswa : St RafikaAbriantiNusdin

NomorStambuk : 1056402270915

Program Studi : IlmuPemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 26 september 2019 Yang Menyatakan,

(6)

vi

ABSTRAK

ST RAFIKA ABRIANTI NUSDIN (2019). Partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan walikota Makassar tahun 2018. Skripsi Dibimbing Oleh (Dr. Fatmawati, M.Si. dan Dr. Anwar Parawangi, M.Si).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan umum walikota Makassar tahun 2018 dan mengetahui faktor pendukung serta penghambat partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan walikota Makassar. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif yang menggambarkan secara deskriktif tentang partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan umum walikota Makassar tahun 2018. Sumber data adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi . Dalam penelitian ini terdapat informan utama terdiri dari sepuluh orang. Teknik analisis data dengan menganalisa hasil olahan data tersebut diinterpretasikan dalam bentuk narasi. Sedangkan dalam pengesahan data menggunakan trigulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat disabilitas dalam pemilihan umum walikota Makassar tahun 2018 dikatakan cukup baik karena partisipasinya semakin meningkat dari tahun ketahun. Faktor pendukung dan penghambat dari partispasi politik yaitu yang mendukung adalah lingkungan masyarakat dan kesadaran politik, kelengkapan surat suara sedangkan faktor penghambat ialah masih minimnya data yang relevan mengenai jumlah masyarakat disabilitas yang ikut pemilihan dan kurangnya sosialisasi pengenalan bakal calon.

(7)

vii

KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, salawat dan salam tercurahkan kepada Nabi segala zaman yang menjadi rahmat petunjuk bagi umat manusia dan seluruh sahabat dan keluarganya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan walikota Makassar tahun 2018”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Fatmawati,M.Si selaku Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini, yang dengan keikhlasan, pengertian dan kesediaan melapangkan waktu di tengah kesibukan untuk mengarahkan, membimbing, dan mengoreksi penulisan skripsi ini, sehingga terselesaikan dalam penyusunan proposal sampai penyusunan skripsi.

2. Terima kasih Apresiasi bapak Dr. Anwar Parawangi, M.Si selaku Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini, yang dengan keikhlasan, pengertian dan kesediaan melapangkan waktu di tengah kesibukan untuk

(8)

viii

mengarahkan, membimbing, dan mengoreksi penulisan skripsi ini, sehingga terselesaikan dalam penyusunan proposal sampai penyusunan skripsi.

3. Bapak dan ibu dosen yang telah memberi ilmu kepada saya selama menduduki bangku kuliah serta staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Terima kasih juga saya ucapkan kepada bapak dan ibu informan yang telah membantu saya dalam memberi informasi dan waktu serta dukungan untuk mengerjakan skripsi ini.

5. Ayahanda Nusdin Potte, S.E, sebagai inspirasi terbesar dalam perjalanan hidup saya dan Ibunda Fatmawati sebagai pemberi kebahagiaan terikhlas dan terbesar memberikan dorongan, nasehat dan doa selama hidup saya, tidak lupa juga, ucapan terima kasih dilayangkan kepada kakanda Muh. Dirga Agustira Nusdin sebagai kakak dan penyemangat hidup saya. Dan seluruh keluarga besar saya yang selalu ikhlas memberikan segalanya. 6. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. selaku Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

9. Tak lupa juga kuucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk teman seperjuangan kelas F jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 015 yang

(9)

ix

kiranya telah member semangat dan dukungan untuk mengerjakan skripsi ini. Terkhusus Fifi febrianti, Herlina, Ferawati, Riska Amalia dan syahrul gunawan. Kebersamaan ini akan menjadi sebuah kenangan indah yang tak akan dilupakan.

10. Terakhir saya berterima kasih kepada Gunawan Bakti Nugraha karena telah membantu dan memberi semangat kepada saya untuk mengerjakan skripsi ini.

Semoga semua kebaikan, ketulusan dan keikhlasan ini menjadi amal yang berguna dan memperoleh balasan seimbang. Dan semoga karya yang jauh dari kata sempurna ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembacanya.

Makassar, 10 September 2019 Penulis

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB 1 PENDAHULUAN A. LatarBelakang 1 B. RumusanMasalah 6 C. TujuanPenulisan 6 D. ManfaatPenulisan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PartisipasiPolitik ... 8

B. KerangkaPikir 23 C. FokusPenelitian 24 D. DeskripsiFokusPenelitian 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktudanlokasipenelitian 26 B. JenisdanTipepenelitian 26 C. Sumber Data 27 D. InformanPenelitian 28 E. TeknikPengumpulan Data 29 F. TeknikAnalisis Data 30 G. Keabsahan Data 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GambaranUmumLokasiPenelitian 34 1. GambaranUmum Kota Makassar 34 2. GambaranUmumkantor KPU Kota Makassar 39 B. PartisipasiPolitikPenyandangDisabilitasdalamPemilihanUmumW alikota Makassar ... 45

1. Kegiatanorganisasi ... 46

2. Kegiatan Lobby (Kampanye) ... 49

(11)

xi C. Faktorpartisipasimasyarakatdisabilitas ... 72 a. FaktorPendukung... 72 b. FaktorPenghambat ... 75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 78 B. Saran 80 DAFTAR PUSTAKA 81

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1TabelInforman 29

4.1 Luas Wilayah di Kota Makassar 36

4.2 JumlahpenyandangdisabilitasKec. Mariso 56 4.3 JumlahpenyandangdisabilitasKec. Kep.Sangkarrang 57 4.4JumlahpenyandangdisabilitasKec. Wajo 57 4.5JumlahpenyandangdisabilitasKec. Mamajang 58 4.6JumlahpenyandangdisabilitasKec. Tallo 59 4.7JumlahpenyandangdisabilitasKec. Tamalanrea 60 4.8 JumlahpenyandangdisabilitasKec. Manggala 61 4.9JumlahpenyandangdisabilitasKec. Bontoala 62 4.10 JumlahpenyandangdisabilitasKec.Rappocini 63 4.11 JumlahpenyandangdisabilitasKec. Biringkanaya 64 4.12 JumlahpenyandangdisabilitasKec. Panakkukang 65 4.13 JumlahpenyandangdisabilitasKec.Ujung Tanah 66

4.14 JumlahpenyandangdisabilitasKec. Ujung Pandang 67

4.15 JumlahpenyandangdisabilitasKec. Tamalate 68

4.16 JumlahpenyandangdisabilitasKec. Makassar 69

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. BaganKerangkaPikir 24

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang dimaksud antara lain, mengajukan kritik, koreksi atas suatu pelaksanaan kebijakan umum dan mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu .

Partisipasi politik pada dasarnya adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta dalam kegiatan politik secara aktif sesuai dengan aturan main yang berlaku.Dan partisipasi politik juga di sebut salah satu aspek penting suatu demokrasi, Oleh karna itu yang dimaksud partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi keputusan oleh pemerintah. Seperti yang dikemukakan oleh Samuel P. Huntington yang dikutip oleh Cholisin (2007 : 151)

Partisipasi politik merupakan salah satu aspek penting demokrasi dan asumsi yang mendasari demokrasi dan partisipasi bahwa orang yang tahu tentang apa yang baik bagi dirinya adalah orang itu sendiri. Karena keputusan politik yang di buat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan memengaruhi kehidupan warga masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik (Leo Agustino 2007 : 58 )

(15)

2

Pemilu menjadi ajang penentu bagi berlangsungnya kedaulatan rakyat Indonesia, sekaligus pertarungan politik antar kandidat partai politik untuk meraih suara rakyat. Pemilu bertujuan untuk menentukan pembagian kursi legislatif dan eksekutif dalam pemerintahan Republik Indonesia. Pelaksanaan pemilu, baik itu pemilu legislatif mau pun pemilu presiden haruslah menjunjung asas kesetaraan sehingga tidak terdapat diskriminasi bagi penyandang disabilitas yang memiliki hak politik pada pemilu tersebut.

Saat pemilihan Walikota berlangsung di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pemilih difabel netra menemui sejumlah kendala.Template Braille atau alat bantu mencoblos bagi pemilih difabel netra yang disediakan penyelenggara pemilu menimbulkan sejumlah kebingungan. Sistem penomoran braille itu tidak terbaca dengan baik saat pemilih menggunakannya .

Tuna rungu dan tuna wicara juga punya sejumlah pengalaman yang menunjukkan betapa procedural pemilu mengabaikan kebutuhan atau kepentingan mereka. Saat gencar-gencarnya kampanye calon Walikota dan calon Wakil Walikota melalui media massa, tak ada yang menyediakan penterjemah bahasa isyarat dalam pertemuan tersebut. Belum lagi soal Manual Pemilu dan segala informasi berkaitan dengan tugas dan fungsi KPU maupun Bawaslu hingga jajarannya yang masih abai pada kebutuhan pemilih difabel seperti Tuna rungu dan tuna wicara.

Kota Makassar sendiri baru menerbitkan Peraturan Daerah ( Perda ) yang menjamin terpenuhnya hak dasar penyandang Disabilitas setelah Draf Rancangan Perda tentang disabilitas yang diusulkan oleh Persatuan Penyandang Disabilitas

(16)

3

Indonesia ( PPDI ) PADA Tahun 2009 disahkan oleh DPRD Kota Makassar pada Tahun 2013 yang kini menjadi perda Nomor 6 Tahun 2013 Tentang pemenuhan Hak-Hak penyandang disabilitas. Untuk penyandang Disabilitas pada Tahun 2018 di Kota Makassar berdasarkan yang dirilis oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencapai 2.250 orang yang terdiri atas ; 1.794 penyandang disabilitas fisik, 242 penyandang disabilitas mental dan 214 penyandang disabilitas fisik dan mental ( ganda ). (Sumber PPDI,2018)

Kota Makassar salah satu daerah yang memiliki masyarakat disabilitas dengan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pilwalkot Makassar yang ditetapkan dari hasil pencocokan dan penelitian (coklit) Data Penduduk Potensial Pemilihan Umum (DP4) di angka 1.508.154 jiwa memiliki pemilih kategori disabilitas. Data yang diperoleh dari KPU kota Makassar, jumlah kaum disabilitas yang memiliki hak pilih hanya sepersekian persen dari keseluruhan DPT yakni 1.226 orang (Sumber KPU Makassar, 2018)

Pencocokan dan penelitian (Coklit) daftar Penduduk Pemilih Potensial Pemilu (DP4) .Namun juga, memilah pemilih berdasarkan sejumlah kategori, misalnya pemilih dari penyandang disabilitas (berkebutuhan khusus). Adapun 1.226 pemilih tetap disabilitas itu terbagi dalam beberapa kategori dengan rincian: tuna netra 457 orang, tuna rungu/wicara 219, tuna daksa 180 orang, tuna grahita 103orang, sertalainnya 267 orang.

Dalam hal ini alasan penulis mengambil informan dari tuna netra, tuna rungu, tuna wicara dan tuna daksa karena informan tersebut mudah di ajak berkomunikasi

(17)

4

dan mempunyai keluhan dalam pemilihan walikota kemarin. Dan alasan tuna grahita, tuna laras dan tuna ganda tidak dijadikan informan karena penulis merasa kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteksi dengan mereka.

Adapun Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas yang berbunyi : Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kelangsungan hidup setiap warga negara, termasuk para penyandang disabilitas yang mempunyai kedudukan hukum dan memiliki hak asasi manusia yang sama sebagai Warga Negara Indonesia dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari warga Negara dan masyarakat Indonesia merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, untuk hidup maju dan berkembang secara adil dan bermartabat.

Pemberian jaminan partisipasi kalangan disabilitas sifatnya masih spasial dan sebatas pengaturan instrument pelaksana teknis, seperti Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPR Provinsi dan Kabupaten /Kota; serta Peraturan KPU No. 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Namun, di luar sejumlah cacat demokrasi ini, setidaknya Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi Konvensi Hak-Hak penyandang disabilitas dan sejauh ini parlemen sedang membahas sebuah Rancangan Undang – Undang Tentang Disabilitas.Meski peraturan tersebut dilaksanakan KPU dalam menjamin penyandang disabilitas dapat memberikan suara pada pemilu, kenyataannya hak

(18)

5

politik mereka dinilai banyak kalangan masih disepelekan. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan tentang sistem, tahapan maupun mekanisme pemilu mengakibatkan hak suara penyandang disabilitas rentan termanipulasi.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar menjanjikan aksesibilitas tempat pemungutan suara (TPS) bagi penyandang disabilitas atau difabel saat pelaksanaan pemungutan suara pilkada. KPU Kota Makassar juga akan berusaha semaksimal mungkin memastikan pelaksanaan pemilihan walikota akses bagi pemilih difabel. Semua kendala teknis yang akan ditemui akan diselesaikan secara taktis.

Penelitian terdahulu oleh Ayi Haryani (2014) dengan judul Partisipasi politik penyandang Disabilitas Netra dalam pemilihan umum tahun 2014 di Panti Sosial Bina Karya.Hasil penelitiannya Belum menunjukkan adanya partisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesetaraan dan kesadaran mereka atas hak partisipasi politiknya telah cukup terbangun dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas mengenai partisipasi masyarakat disabilitas, membuat peneliti yakin dan tertarik untuk mengetahui seberapa banyak partisipasi masyarakat disabilitas dalam pemilihan Walikota.Dan tentunya peneliti bertujuan untuk meneliti secara ilmiah partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam keikutsertaan pemilihan Walikota.

(19)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian tersebut, yaitu :

1. Bagaimana partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan Walikota Makassar tahun 2018 ?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat Partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan Walikota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Adanya permasalahan pemilihan umum mengenai partisipasi politik masyarakat disabilitas pada setiap penyelenggaraan pemilihan umum, tidak terkecuali di kota Makassar menjadi suatu ketertarikan untuk mengkajinya, sehingga tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan Walikota Makassar tahun 2018

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan Walikota Makassar

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis:

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua kalangan dan memberi sumbangan pengetahuan tentang partisipasi politik masyarakat

(20)

7

disabilitas dalam pemilihan umum, serta memberikan informasi mengenai hubungan antara partisipasi politik, masyarakat disabilitas dan pemilihan umum walikota Makassar.

2. Manfaat Praktis:

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menjelaskan permasalahan yang berkaitan dengan partisipasi politik, masyarakat disabilitas, dan pemilihan walikota dan wakil walikota Makassar. Sehingga dapat berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi civitas akademika yang akan melakukan penelitian selanjutnya. Selain itu manfaat penelitian ini ditujukan pula bagi masyarakat terkhusus masyarakat disabilitas agar dapat ikutr serta dalam partisipasi politik, bentuk partisipasi, dan pemilu sehingga pemilih pemula memiliki pengetahuan dan berminat untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum.

Setelah melakukan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi;

a) Bagi KPU Kota Makassar, data yang didapatkan dalam penelitian tentang partisipasi politik masyarakat disabilitas di Kota Makassar agar dapat meningkatkan partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan umum.

b) Bagi penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan penulis sebagai hasil dariapa yang telah didapatkan di bangku kuliah, selain itu hasil penelitian inidiharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya dimasayang akan datang.

(21)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Partisipasi Politik

1. Pengertian Partisipasi Politik.

Menurut Mossberger, dkk (2008 : 3 ) mengemukakan Partisipasi politik sebagai media baru dengan sifatnya yang terbuka dan interaktif menjadi bentuk baru bagi partisipasi politik. Dimana partisipasi ini dapat mendorong terjadinya partisipasi politik jika informasi yang tersedia secaraonline membantu warga mendapatkan lebih banyak informasi tentang politik dan lebih cenderung untuk berpartisipasi.

Selanjutnya Moyser ( 2003 : 175 ) Partisipasi politik mungkin tampak terlihat sederhana, yaitu bagaimana warga Negara mengambil bagian dalam proses perumusan dan penerapan kebijakan publik. Pandangan tersebut berguna untuk menunjukan persyaratan bahwa partispasi politik harus melibatkan beberapa derajat efektivitas dan intensionalitas minimal dalam memberikan kontribusi bagi pembuatan kebijakan publik.

Rafael Raga Maram (2007 : 147-148) Partisipasi politik merupakan keterlibatan individu sampai pada bermacam-macamtingkatan di dalam sistem politik. Michael Rush dan Philip Althoff berpendapat, partisipasi politik dianggap sebagai akibat dari sosialisasi politik. Namun kiranya perlu juga dicatat bahwa partisipasi politik pun berpengaruh terhadap sosialisasi politik.tanpa partisipasi politik, sosialisasi politik tak dapat berjalan.

(22)

9

Selain definisi tersebut, partisipasi politik pun dapat dijelaskan sebagai usaha terorganisir oleh para warga negara untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan umum. Usaha ini dilakukan berdasarkan kesadaran akan tanggung jawab mereka terhadap kehidupan bersama sebagai suatu bangsa dalam suatu negara. Dalam hal ini, partisipasi politik berbeda dengan mobilisasi politik, yaitu usaha pengerahan massa oleh golongan elite politik untuk mendukung kepentingan-kepentingannya. Mobilisasi politik tampak antara lain dalam upaya pengerahan sejumlah besar orang oleh golongan elite tertentu untuk mendengarkan pidato-pidato politik dalam suatu rapat umum, atau dalam upaya menggerakkan sejumlah besar orang untuk mengacaukan suatu kedutaan asing.

Partisipasi politik berbeda-beda dari masyarakat yang satu ke masyarakatyang lain. Kadar partisipasi politik pun bervariasi.Konsep partisipasi politik mecakup apa yang disebut apatisme politik, alienasi politik, dan kekerasan politik. Dalam suatu masyarakat terdapat orang-orang atau kelompok-kelompok yang bersikap apatis terhadap urusan-urusan politik dan orang-orang yang teraliensi, terasing dari kehidupan politik.selain itu terdapat juga orang-orang yang melakukan kekerasan politik. Perlu juga dicatat bahwa partisipasi politik pun menumbuhkan motivasi orang untuk meningkatkan partisipasinya. Termasuk di sini, motivasi untuk menduduki jabatan puncak dalam bidang politik.

Menurut Herbert Mc Closky (Budiardjo, 2008:183-184), partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela (voluntary) dari warga masyarakat melalui cara

(23)

10

mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembuatan atau pembentukan kebijakan umum.

Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.Kegiatan ini juga dilakukan orang dalam posisinya sebagai warganegara, bukan politikus dan sifat partisipasi politik ini dilakukan dengan sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara ataupun partai yang berkuasa. Dan ini juga dapat mengacu pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik.

2. Bentuk Partisipasi Politik

Ada sedikit kesulitan dalam penyajian berbagai bentuk partisipasi politik terlepas dalam penyajian berbagai bentuk partisipasi politik, terlepas dari tipe sistem politik yang bersangkutan, yaitu: segera muncul dalam ingatan peranan para politisi profesional, para pemberi suara, aktivis-aktivis partai, dan para demonstran. Betapapun juga, penting untuk menempatkan posisi sebenarnya dari aktivis politik, dan melihat apakah terdapat semacam hubungan hirearkis antara peristiwa-peristiwatadi.Barangkali saja, hirearki yang paling sederhana dan paling berarti ialah hirearkiyang didasarkan atas taraf atau luasnya partisipasi.

Bentuk partisipasi politik seseorang tampak dalam aktivitas-aktivitas politiknya, bentuk partisipasi politik paling umum dikenal adalah pemungutan suara (voting) baik untuk memilih para calon wakil rakyat, atau memilih kepala negara. Dalam buku

(24)

11

Pengantar Sosiologi Politik, Michael Rush dan Philip Althoff ( 2007 :149 )

mengidentifikasi bentuk-bentuk partisipasi politik sebagai berikut : 1. Menduduki jabatan politik atau administratif

2. Mencari jabatan politik atau administrative

3. Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi dalam suatu organisasi politik 4. Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi dalam suatu organisasi politik 5. Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi semi-politik

6. Menjadi anggota pasif suatu organisasi semi-politik

7. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya 8. Partisipasi dalam diskusi politik informal

9. Partisipasi dalam pemungutan suara (voting).

Bentuk partisipasi politik mengacu pada wujud nyata kegiatan politik tersebut.Mas‟Oed dan MacAndrew ( 2008 ) adalah peran serta atau partisipasi politik masyarakat secara umum dapat kita kategorikan dalam bentuk-bentuk partisipasi politik berikut :

1.Kegiatan pemilihan ( Elektrolaral Activity ), yaitu kegiatan ikut serta dalam memberikan sumbangan suara dan ikut mengajak seseorang untuk mendukung dan memilih sebuah calon pemimpin.

2.Lobby, yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi sesamanya dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka.

(25)

12

3. Kegiatan Organisasi ( Organizational Activity ), yaitu partisipasi individu ke

dalam organisasi, baik selaku anggota maupun pemimpinnya, guna

mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.

Menurut Paige dalam Cholisin (2007:150) merujuk pada tinggi rendahnya kesadaran politik dan kepercayaan pemerintah (sistem politik menjadi empat tipe yaitu partisipasi aktif, partisipasi pasif tertekan (apatis), partisipasi militan radikal ,dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif, yaitu apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah tinggi. Sebaliknya jika kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politiknya cenderung pasif-tertekan (apatis). Partisipasi militan radikal terjadi apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Dan apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan terhadap pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif).

Berbagai bentuk-bentuk partisipasi politik yang terjadi diberbagai Negara dapat dibedakan dalam kegiatan politik yang berbentuk konvensional dan nonkonvensional termasuk yang mungkin legal (petisi) maupun ilegal (cara kekerasan atau revolusi). Bentuk-bentuk dan frekuensi partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas sistem politik, integritas kehidupan politik,kepuasan atau ketidakpuasan warga negara.

Bentuk-bentuk partisipasi politik yang dikemukakan oleh Almond yang dikutip oleh Mohtar Mas‟oed ( 2008) yang terbagai dalam dua bentuk yaitu partisipasi politik

(26)

13

konvensional dan partisipasi politik nonkonvensional. Adapun rincian bentuk partisipasi politik konvensional dannon konvensional.

1) Partisipasi politik konvensional  Pemberian suara atau voting  Diskusi politik

 Kegiatan kampanye

 Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan

 Komunikasi individual dengan pejabat politik atau administrative 2) Partisipasi politik nonkonvensional

 Pengajuan petisi  Berdemonstrasi  Konfrontasi  Mogok

Tindak kekerasan politik terhadap harta benda : pengrusakan, pemboman, pembakaran

 Tindakan kekerasan politik terhadap manusia penculikan, pembunuhan, perang gerilyarevolusi

3. Faktor-faktor Partisipasi Politik

Meningkat atau menurunnya tingkat partisipasi politik pasti dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada dua faktor pendorong bagi menguatnya partisipasi politik. Pertama, meningkatnya pengetahuan tentang partisipasi politik

(27)

14

masyarakat. Kedua, penggunaan media komunikasi seperti, penyebaran koran atau media cetak, penggunaan teknologi seperti radio media televisi, dan sebagainya untuk menarik minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas politik.

Menurut Surbakti ( 2006 : 144 ) Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi yang otonom adalah :

a) Kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara hal ini menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan dan politik tempat ia hidup. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat tempat ia hidup.

b) Kepercayaan terhadap pemerintah yaitu penilaian seseorang terhadap pemerintah apakah ia menilai pemerintah dapat dipercaya atau tidak. Apabila pemerintah sebelumnya dianggap tidak dapat mengakomodir aspirasi masyarakat, maka pada pemilihan politik selanjutnya akan mempengaruhi partisipasi politik masyarakat.

Menurut Myron Weimer partisipasi politik dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti yang dikutip oleh Mohtar Mas‟ oed dan Collin Mac Andrews (2008).

1) Modernisasi

Modernisasi disegala bidang akan berimplikasi pada komensialisme pertanian, industrial, meningkatkan arus urbanisasi, peningkatan

(28)

15

kemampuan baca tulis, perbaikan pendidikan dan pengembangan media massa atau media komunikasi secara luas.

2) Terjadi perubahan struktur kelas sosial

Terjadinya perubahan kelas struktur kelas baru itu sebagaiakibat dari terbentuknya kelas menengah dan pekerja baru yang meluas era industralisasi dan modernisasi.

3) Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi

Massa modern ide-ide baru seperti nasionalisme, liberalisme,

membangkitkan tuntuntan-tuntutan untuk berpartisipasi dalam pengambilan suara.

4) Adanya konflik diantara pemimpin-pemimpin politik, Pemimpin politik

yang bersaing merebutkan kekuasaan seringkali untuk mencapai

kemenangannya dilakukan dengan caramencari dukungan massa.

Menurut Holil Soelaiman ( 2005 ) Unsur- unsur dasar partisipasi politik yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah

1). Kepercayaan diri masyarakat

2). Solidaritas dan Integritas sosial masyarakat 3). Tanggung jawab sosial dan komitmen masyarakat

4). Kemampuan dan kemauan untuk mengubah atau memperbaiki keadaan 5). Kepentingan umum murni

(29)

16

4. Partai Politik dan Pemilu a. Politik

Menurut Peter Merkl dalam Buku Miriam Budiardjo (2007 : 16) mengatakan bahwa politik dalam bentuk yang paling buruk adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan diri sendiri ( politics at its worst is a

selfish grab for power, glory, dan riches )

Menurut Ramlan Surbakti (2010) bahwa devinisi politik adalahinteraksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu".

b. Partai Politik

Menurut Ramlan Surbakti, (2010)Partai politik dalam dunia perpolitikan, khususnya dalam politik lokal akan mudah dipahami dengan mengerti terlebih dahulu definisi partai politik. Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan asal usul partai politik.Pertama, teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbulnya partai politik, kedua, teori situasi historic yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya suatu sistem politik untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat secara luas. Ketiga, teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi.

Menurut Miriam Budiardjo (2008 : 404 ) Partai politik adalah organisasi dari aktifitas-aktifitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau

(30)

17

golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda (a political party

is the articulate organization of society’s activepolitical agent; those who are concerned with the control of govermental policy power, and who complete for popular supportwith other group or groups holding divergent view).

Menurut Carl J. Friedrich ( dalam Miriam Budiardjo, 2008 : 403 ) menyatakan bahwa partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya dan berdasarkan kekuasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idil serta materil.

c. Pemilu

Ramlan Surbakti ( 2010) Pemilu diartikan sebagai mekanisme penyeleksi dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai, tetapi penulis menetapkan pengertian pemilu sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 pasal 1 ayat (1) yang dimaksud Pemilihan Umum ( Pemilu ) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Menurut Miriam Budiardjo ( 2008 : 461 ) Pemilu adalah salah satu ciriyang harus ada pada Negara demokrasi. Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam kehidupan bernegara, yaitu dengan jalan memilih wakil-wakilnya yang pada gilirannya akan mengendalikan roda pemerintahan.

(31)

18

d. Konsep Disabilitas di Indonesia Pengertian Disabilitas

Menurut Sugi Rahayu, dkk ( 2013 : 110 ) Istilah disabilitas berasal dari bahasa inggris dengan asal kata different ability, yang bermakna manusia memiliki kemampuan yang berbeda. Istilah tersebut digunakan sebagai pengganti istilah penyandang cacat yang mempunyai yang mempunyai nilai rasa negatif dan terkesan diskriminatif. Istilah disabilitas didasarkan pada realita bahwa setiap manusia diciptakan berbeda. Sehingga yang ada sebenarnya hanyalah sebuah perbedaan bukan kecatatan maupun keabnormalan.

Menurut WHO (World Health Organization), (2012) Anak dengan disabilitas dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu anak dengan penurunan fungsi tubuh, keterbatasan dalam berktivitas dan pembatasan dalam berprestasi. Anak-anak disabilitas termasuk orang-orang dengan kondisi kesehatan seperti cerebral palsy,

spina bifida, distrofi otot,cedera tulang belakang traumatik,down sindrom, dan

anak-anak dengan gangguan pendengaran, visual, fisik,komunikasi dan gangguan intelektual.

Jenis-jenis Disabilitas

Terdapat beberapa jenis orang dengan berkebutuhan khusus/disabilitas. Ini berarti bahwa setiap penyandang disabilitas memiliki definisi masing-masing yang mana kesemuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara baik.

(32)

19

Menurut Nur Kholis Reefani ( 2013 : 17 ) jenis-jenis disabilitas : 1. Disabilitas mental. Kelainan mental ini terdiri dari :

a. Mental tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, dimana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas

b. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual

IQ ( Intelligence Qoutient ) dibawah rata-rata dapat dibagi menjadi dua

kelompok yaitu anak lamban belajar yaitu anak yang memiliki IQ antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 70 dikenal anak berkebutuhan khusus.

Penyandang Disabilitas atau disebut dengan nama lain “difabel” setiap orang yang mengalami gangguan, kelainan, kerusakan, dan/atau kehilangan fungsi organ fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu tertentu atau permanen dan menghadapi hambatan lingkungan fisik dan sosial. Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan khusus/disabilitas.Ini berarti bahwa setiap penyandang disabilitas memiliki defenisi masing-masing yang mana kesemuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara baik.

Macam atau jenis cacat pada manusia: a. Tuna Netra ( Buta )

Menurut Hallahan, P. Daniel & Kauffman, M. James (2009: 380), menjelaskan bahwa tunanetra buta merupakan orang yang mempunyai ketajaman melihat 20/200, maksudnya penyandang hanya dapat melihat objek pada jarak 20 kaki atau 6 m,

(33)

20

sementara orang umumnya mampu melihat dengan jarak 200 kaki atau 60 m. atau kurang dari, mata yang lebih baik dengan dikoreksi, atau seseorang yang memiliki lapang pandang sangat sempit, jarak paling lebar berdiameter tidak lebih dari 20 derajat.

Menurut T. Sutjihati Somantri, (2006: 65) mengungkapkan tunanetra

merupakan individu yang indra penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas.

b. Tuna Rungu ( Tuli )

Menurut Mufti Salim dalam buku Sutjihati Soemantri ( 2007 : 94 ) mengemukakan bahwa anak tuna rungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya.

c. Tuna Wicara ( Bisu )

Menurut Heri Purwanto ( 1998, 37 ) dalam buku ortopedagogik umum Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)bahasa maupun suara dari bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan dalamberkomunikasi lisan dalam lingkungan.

d. Tuna Daksa (Cacat Fisik)

Menurut Mohammad Efendi ( 2006 ) dalam pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan Tuna daksa adalah suatu kondisi ketidakmampuan anggota tubuh dalam

(34)

21

melaksanakan fungsinya yang disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya secara normal.

Menurut Sutjihati Somantri ( 2006:115 ) dalam Psikologi Anak Luar Biasa, Tunadaksa adalah suatu keadaan yang terganggu atau rusak sebagai akibat dari gangguan bentuk atau hambatan pada otot, sendi dan tulang dalam fungsinya yang normal. Kondisi ketergangguan ini bias disebabkan karena kecelakaan, penyakit atau juga bias disebabkan karena pembawaan sejak lahir.

e. Tuna Grahita (Keterbelakangan mental)

Menurut Sudjihati (2005: 107) anak tuna grahita sedang juga disebut embrisil. Kelompok ini memliki IQ 51-36 pada skala binet dan 54-40 menurut skala Weschler

(Wisc). Anak terbelakang mental sedang bias mencapai perkembangan MA sampai

lebih 7 Tahun. Anak Tuna grahita sedang dapat di didik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran.

f. Tuna Laras ( Cacat Pengendalian Diri )

Menurut Somantri ( 2006 : 115 ) berpendapat bahwa anak tuna laras adalah anak yang mengalami hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang dapat atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya dan hal ini akan mengganggu situasi belajarnya.

g. Tuna Ganda ( Cacat Kombinasi )

Menurut hukum di Amerika berdasarkan PL. (94-103) Anak-anak yang tergolong tunaganda adalah anak-anak yang mempunnyai masalah-masalah jasmani, mental, atau emosional yang sangat berat atau kombinasi dari beberapa masalah

(35)

22

tersebut sehingga agar potensi mereka dapat berkembang secara maksimal memerlukan pelayanan pendidiikan sosial, psikologi, dan medis yang melebihi pelayanan program pendidikan luar biasa secara umum. Definisi kelainan perkembangan secara ganda diperjelas antara lain:

1. Mereka yang dikelompok ke dalam kelainan ganda antara lain tuna grahita,

cerebral palsy, epilepsy.

2. Mereka yang termasuk mempunyai kondisi lain yang bertendensi ke arah kelainan tuna grahita dengan kondisi-kondisi kelainan fungsi secara menyeluruh.

3. Dimulai sebelum berumur 18 tahun 4. Kelainan terjadi secara terus menerus.

5. Kelainan ganda merupakan kelainan substansi kemampuan seseorang untuk berfungsi secara normal dalam masyarakat.

Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya, suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi,disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.

(36)

23

Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kelangsungan hidup setiap warga negara, termasuk para penyandang disabilitas yang mempunyai kedudukan hukum dan memiliki hak asasi manusia yang sama sebagai Warga Negara Indonesia dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari warga negara dan masyarakat Indonesia merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, untuk hidup maju dan berkembang secara adil dan bermartabat.

Undang-Undang Pemilu Pasal 5 :

Penyandang disabilitas yang memenuhi syarat mempunyai kesempatan yang sama sebagai Pemilih, sebagai calon anggotaa DPR, sebagai calon anggota DPD, sebagai calon presiden/Wakil Presiden, sebagai calon anggota DPRD, dan sebagai Penyelenggara Pemilu.

B. Kerangka Pikir

Gambaran dengan kerangka fikir yang terkait dengan Partisipasi Politik Masyarakat Disabilitas dalam Pemilihan Walikota Makassar memfokuskan yaitu kegiatan pemilihan, dimana partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat disabilitas terdapat faktor yang mempengaruhi sehingga terlaksananya partisipasi politik. Pancasila dan Undang-Undang Dasar RI mengatur tentang hak asasi manusia yang dimiliki oleh semua orang tidak terkecuali penyandang Disabilitas, bentuk partisipasi juga dapat diliat dari kegiatan orgtanisasi dan kegiatan Lobby yang dilakukan oleh kaum disabilitas dalam menggunakan hak suara masing-masing penyandang dan keterlibatan dalam pemilihan walikota Makassar.

(37)

24

Gambar 1.Bagan Kerangka Pikir C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang digunakan sebagai dasar dalam pengumpulaan data. Judul dan teori yang digunakan, maka fokus penelitian yang akan diteliti yaitu keterlibatan masyarakat dalam Partisipasi Politik Masyarakat penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Walikota Makassar serta factor pendukung dan penghambat dalam Partisipasi Politik Masyarakat penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Walikota Makassar.

Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas dalam pemilihan waliota

Makassar

Bentuk Partisipasi Politik (Muhtar Mas‟oed (2008) 1. Kegiatan Organisasi 2. Kegiatan lobby 3. Kegiatan pemilihan Faktor Pendukung: 1. Lingkungan Keluarga 2. Kesadaran Politik Faktor penghambat : 1. Pendataan 2. Aksesibilitas Bentuk partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan walikota

(38)

25

D. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Kegiatan organisasi adalah suatu keterlibatan atau keikutsertaan kaum penyandang disabilitas dalam organisasi partai politik di Kota Makassar. 2. Kegiatan Lobby adalah aktivitas atau keterlibatan kaum penyandang

disabilitas baik individu ataupun kelompok untuk menghubungi sesamanya dengan maksud mempengaruhi pilihannya dan lobby juga terdapat di kegiatan kampanye karena adanya komunikasi untuk memilih calon yang ingin didukungnya.

3. Kegiatan pemilihan adalah ikut sertanya kaum penyandang disabilitas dalam menggunakan hak suaranya di TPS.

4. Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang mendukung partisipasi politik

masyarakat disabilitas dalam pemilihan walikota Makassar seperti

Lingkungan keluarga yang mempunyai posisi penting dalam menggunakan hak suaranya dan kesadaran politik yang mampu meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga mengurangi terjadinya golput.

5. Faktor penghambat adalah faktor-faktor yang menghambat partisupasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan walikota Makassar yaitu Kurangnya pendataan oleh petuga sehingga masyarakat disabilitas yang belum terdaftar kadang merasa diabaikan dan aksesibilitas yang kurang memadai.

(39)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu Penelitian 2 (dua) bulan setelah seminar proposal di laksanakan, yaitu bulan Juni sampai bulan Agustus 2019 dan lokasi penelitian dilaksanakan di Kantor Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) Kota Makassar. .Alasan Penulis memilih lokasi ini dikarenakan di KPU tersedia beberapa informasi mengenai masyarakat penyandang disabilitas yang ikut serta dalam pemilihan umum Walikota Makassar

B.Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan penulis adalah Penelitian Kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut berasal dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya.Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara terperinci, mendalam, dan tuntas tentang sumber data.

Penelitian kualitatif menurut Sugiyono ( 2013:161 ) adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

(40)

27

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan peristiwa yang sebenarnya sehingga bersifat mengungkapkan fakta dan memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti.

C.Sumber Data

Sehubungan dengan penelitian maka data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui teknik observasi dan wawancara. Observasi dilakukan oleh penulis melalui pengambilan data-data mengenai partisipasi penyandang disabilitas dalam pemilihan Walikota di Makassar.Wawancara yaitu data yang diperoleh langsung dari informan melalui tatap muka langsung dan terbuka sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder ialah data yang diperoleh melalui referensi-referensi , kepustakaan, peraturan perundang-undangan dan observasi yang diperoleh dari lokasi penelitian

(41)

28

D.Informan Penelitian

Informan adalah orang yang berada pada lingkup penelitian, artinya orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun teknik penentuan informan menurut Sugiyono (2014) dalam penelitian ini menggunakan teknik Porposive Sampling, yaitu teknik pengambilan informan didasarkan atas tujuan tertentu (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai sampel).

Bugin (2007:107) Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan

menggunakan Porposive Sampling, artinya teknik penentuan sumber data mempertimbangkan terlebih dahulu, bukan diacak. Untuk memperoleh data secara relevan, maka diperlukan informan kunci yang memahami dan mempunyai kaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Adapun informan tersebut yaitu :

(42)

29

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No. Informan Inisial Jabatan Jenis

Disabilitas 1 Endang Sari ES Komisioner partisipasi

dan SDM

- 2 Abdul Rahman AR Direktur Eksekutif

Perdik

Netra 3 Faizah Badaruddin FB Ketua Gerkatin

Makassar

Wicara dan Rungu

4 Muhammad Lutfi ML Anggota Perdik Netra 5 Nisriah Nurul

Magfirah

NN Masyarakat Wicara dan

Rungu

6 Hj. Normah HN Masyarakat Wicara dan

Rungu

7 Ganing GN Masyarakat Wicara dan

Rungu

8 Agusriadi AG Masyarakat Netra

9 Hasniati Aspar HA Masyarakat Netra

10. Dewi Sartika DS Masyarakat Tuna Daksa

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian karena oleh itu seorang peneliti harus terampil dalam pengumpulan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperoleh.

1. Observasi

Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut dan pengamatan ini juga bisa secara langsung dan tidak langsung.

(43)

30

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian ini dengan cara bertemu langsung dengan informan dan memberikan pertanyaan sesuai data yang diinginkan dengan menggunakan alat yang namanya interview guide (Panduan wawancara )

3. Dokumentasi

Penelitian ini diperkuat dengan dokumen-dokumen berupa buku-buku, pasal-pasal, serta dokumen yang dianggap relevan dengan penelitian tersebut. Selain itu , akan didokumentasikan dengan cara mengambil gambar secara langsung dilapangan. F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah langkah selanjutnya untuk mengelola data di mana data yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang di ajukan untuk menyusun hasil penelitian. Dalam model ini terdapat 3 (tiga) komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam sugiyono (2012:92-99) ketiga komponen tersebut yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat teliti dan rinci. Seperti dikemukakan makin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

(44)

31

2. Data Display ( Penyajian Data)

Dalam Penelitian Kuantitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi (Conclusion Drawing/verification )

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data.

G. Keabsahan Data

Pengabsahan data ialah bentuk batasan berkaitan suatu kepastian, bahwa yang berukur benar-bena rmerupakan variabel yang ingin diukur. Salah satu cara yang digunakan dalam pengujian kredibilitas data dengan triangulasi. Menurut Wiersma dalam Sugiyono (2017:245), Trigulasi adalah sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Lebih lanjut Sugiyono membagi trigulasi kedalam tiga macam, yaitu :

1. Trigulasi Sumber

Untuk dapat menguji kredibilitas suatu data bisa dilakukan dengan cara mengecek langsung data yang telah di peroleh dari beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengumpulan dan pengujian data yang di peroleh dari hasil pengamatan, wawancara, dan dokumen-dokumen yang ada. Kemudian peneliti

(45)

32

membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan kemudian

membandingkan hasil wawancara tersebut dengan dokumen yang ada.Lebih lanjut dalam penelitian ini yang mengkaji tentang partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan umum walikota Makassar.

2. Trigulasi Teknik

Untuk dapat menguji kredibilitas suatu data bisa dilakukan dengan cara langsung mengecek data tersebut kepada sumber data yang sama tetapi dengan teknik yang agak berbeda dengan sebelumnya. Misalnya data yang di dapat dari hasil wawancara, kemudian di cek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Apabila dengan cara teknik pengujian kredibilitas sebuah data tersebut menghasilkan suatu data yang berbeda-beda, maka peneliti akan melakukan diskusi yang lebih lanjut dan mendalam dengan sumber data yang sama atau sumber data yang lain, untuk bisa membuktikan data mana yang paling benar. Dalam penelitian ini, lebih lanjut peneliti menggunakan teknik yang berbeda didalam memperoleh dan menggali informan terkait partisipasi masyarakat disabilitas dalam pemilihan umum Walikota Makassar

3. Trigulasi Waktu

Kredibilitas data juga sering dipengaruhi oleh waktu. Data yang didapat dengan teknik wawancara pada pagi hari di saat narasumber masih segar dan belum banyak masalah akan memberikan atau menyajikan data yang lebih valid dan akurat sehingga lebih kredibel. Perubahan sutau proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu sehingga dalam mendapatkan data yang sah melalui observasi penelitian perlu diadakan pengamaan yang tidak hanya dilakukan dengan

(46)

33

pengamatan saja. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data tersebut dapat dilakukan dengan cara pengecekan melalui wawancara, observasi, atau teknik lain dalamwaktu dan situasi yang berbeda. Apabila hasil uji menghasilkan suatu data berbeda, maka dilakukan dengan secara berulang-ulang sampai kepastian datanya ditemukan. Peneliti menggali informasi yang dibutuhkan terkait partisipasi politik masyarakat disabilitas dalam pemilihan walikota Makassar

(47)

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Gambaran Umum Kota Makassar

a.Sejarah Kota Makassar

Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi,sebagaimana yang tercantum dalamLembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74 dan Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 1822.Kota Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Undang-UndangNomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kota praja Makassar diubah menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya Makassar.

Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama menjadi Ujung Pandang,wilayahnya dimekarkan dari 21 km2 menjadi 175,77 km2 dengan mengadopsi sebagian wilayah kabupaten lain yaitu Gowa, Maros, dan Pangkajene Kepulauan, hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tentang Perubahan batas-batas daerah Kotamadya Makassar dan Kabupaten Gowa, Maros dan Pangkajene dan Kepulauan, Lingkup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

(48)

35

Pada perkembangan, nama Kota Makassar dikembalikan lagi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang Perubahan Nama Kota madya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, hal ini atas keinginan masyarakat yang didukung DPRD Tk. II Ujung Pandang saat itu, serta masukan dari kalangan budayawan, seniman, sejarawan, pemerhati hukum dan pelaku bisnis.

b. Luas dan batas wilayah administrasi

Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi, dengan batas-batas wilayah administrative sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Maros  Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa

 Sebelah Timur : Kabupaten Gowa dan Maros  Sebelah Barat : Selat Makassar

Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 14 kecamatan dan 143 Kelurahan. Bagian utara kota terdiri atas kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tallo dan Kecamatan Ujung Tanah. Di bagian selatan terdiri atas Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Rappocini.Di bagian Timur terbagi atas Kecamatan Manggala dan Kecamatan Panakukang. Dibagian barat adalah Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Mariso. Rincian luas masing-masing kecamatan, diperbandingkan dengan persentase luas wilayah Kota Makassar sebagai berikut :

(49)

36

Tabel 4.1 :Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2018

Kode Wil. Kecamatan Luas Area (km-2)

Persentase Terhadap Luas Kota Makassar

010 Mariso 1,82 1,04 020 Mamajng 2,25 1,28 030 Tamalate 20,21 11,50 031 Rappocini 9,23 5,25 040 Makassar 2,52 1,43 050 Ujung Pandang 2,63 1,50 060 Wajo 1,99 1,13 070 Bontoala 2,10 1,19 080 Ujung Tanah 5,94 3,38 090 Tallo 5,83 3,32 100 Panakukang 17,05 9,70 101 Manggala 24,14 13,73 110 Biringkanaya 48,22 27,43 111 Tamalanrea 31,84 27,43 7371 Kota Makassar 17.577 100,00

Sumber :BPS Kota Makassar Tahun 2018

Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassarjuga mamiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan

(50)

37

pulau-pulau sangkarang, atau disebut juga pulau-pulau pabbiring, atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde.Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-Lumu, Pulau Bonetambung, PulauKodingareng Lompo, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Lae-Lae Kecil (gusung) dan Pulau Kayangan (terdekat).

c. Letak dan Kondisi Geografis Kota Makassar

Secara geografis Kota Makassar terletak di pesisir Pantai Barat bagian Selatan Sulawesi selatan, pada koordinat antara 119° 18‟ 27,97” sampai d119° 32‟31, 03” BT dan 5° 30',18" - 5°14‟,49" LS. Ketinggian kota ini bervariasi antara 0-25 meter dari permukaan laut, suhu udara antara 20°C- 32° C, memiliki pantai sepanjang 32 km dan areal seluas 175,77 km/persegi, serta terdiri dari 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan.

Dua sungai besar mengapit Kota ini, yaitu sungai Tallo yang bermuara di sebelah utara Kota dan sungai Jeneberang bermuara pada bagian selatan Kota.Kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Maros sebelah Utara dan Timur, berbatasan dengan Kabupaten Gowa sebelah Selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan di bagian Barat dan Utara, pada perairan selat Makassar.

(51)

38

Jumlah penduduk Kota Makassar berdasarkan data dari badan pusat Statistik Tahun 2018, 1.508.154 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kota Makassar selain di pengaruhi oleh kelahiran alami juga dipengaruhi oleh arus migrasi dari daerah yang lain yang masuk ke Kota Makassar.

d. Visi dan Misi Kota Makassar

Visi Kota Makassar 2005-2025 “ Makassar sebagai Kota Maritim, niaga, pendidikan, budaya, dan jasa yang berorientasi global, berwawasan lingkungan dan paling bersahabat”. Berdasarkan analisis terhadap permasalahan pembangunan dan isu strategis daerah Kota Makassar dengan memperhatikan sepenuhnya visi kepala Daerah Terpilih, maka visi Pemerintah Kota Makassar 2014-2019 adalah : “Makassar Kota Dunia yang nyaman untuk semua”.

Visi tersebutmengandung makna :

1. Terwujudnya kota Maritim yang tercermin pada tumbuh berkembangnya budaya bahari dalam kegiatan sehari-hari dan dalam pembangunan yang mampu memanfaatkan daratan maupun perairan secara optimal dengan tetap terprosesnya peningkatan kualitas lingkungan hidupnya;

2. Terwujudnya atmosfir perniagaan yang aman, lancar dan mantap bagi pengusaha kecil, menengah maupun besar;

3. Terwujudnya atmosfir pendidikan yang kondusif dalam arti adil dan merata bagi setiap golongan dan lapisan masyarakat, yang relevan dengan dunia

(52)

39

kerja, yang mampu meningkatkan kualitas budi pekerti dan relevan dengan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK);

4. Terwujudnya Makassar sebagai kota maritim, niaga dan pendidikan ini dilandasi oleh martabat para aparat pemerintah Kota, warga kota dan pendatang yang manusiawi dan tercermin dalam peri kehidupannya yang menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam.

Misi dimaksudkan sebagai upaya umum yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Adapaun Misi Kota Makassar yaitu :

1. Merekontruksi nasib Rakyat menjadi masyarakat sejahterah standar dunia. 2. Merestorasi tata ruang Kota menjadi Kota Nyaman berstandar dunia.

3. Mereformasi tata Pemerintahan menjadi pelayanan publik standar dunia bebas korupsi.

2. Gambaran Umum Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar

a. Profil Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar

Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) adalah lembaga Negara yang

menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia.KPU yang ada sekarang merupakan KPU keempat yang dibentuk sejak era Reformasi 1998, KPU pertama (1999-2001) dibentuk dengan Keppres No 16 Tahun 1999, beranggotakan 53 orang anggota, dari unsur pemerintah dan Partai Politik. KPU pertama dilantik Presiden BJ Habibie. KPU

(53)

40

kedua ( 2001 – 2007 ) dibentuk dengan Keppres No 10 Tahun 2001, beranggotakan

11 orang, dari unsur akademis dan LSM. KPU kedua dilantik oleh

Presiden Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) pada tanggal 11 April 2001.

Dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu diatur mengenai KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum yang permanen dan Bawaslu sebagai lembaga pengawas Pemilu. KPU dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta dalam hal penyelenggaraan seluruh tahapan pemilihan umum dan tugas lainnya.KPU memberikan laporan Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu juga mengatur kedudukan panitia pemilihan yang meliputi PPK, PPS, KPPS dan PPLN serta KPPSLN yang merupakan penyelenggara Pemilihan Umum yang bersifat ad hoc. Panitia tersebut mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan semua tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum dalam rangka mengawal terwujudnya Pemilihan Umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Dalam rangka mewujudkan KPU dan Bawaslu yang memiliki integritas dan kredibilitas sebagai Penyelenggara Pemilu, disusun dan ditetapkan Kode Etik Penyelenggara Pemilu.Agar Kode Etik Penyelenggara Pemilu dapat diterapkan dalam

(54)

41

penyelenggaraan Pemilihan Umum, dibentuk Dewan Kehormatan KPU, KPU Provinsi, dan Bawaslu.

Di dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD, jumlah anggota KPU adalah 11 orang. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu, jumlah anggota KPU berkurang menjadi 7 orang. Pengurangan jumlah anggota KPU dari 11 orang menjadi 7 orang tidak mengubah secara mendasar pembagian tugas, fungsi, wewenang dan kewajiban KPU dalam merencanakan dan melaksanakan tahap-tahap, jadwal dan mekanisme Pemilu DPR, DPD, DPRD, Pemilu Presiden/Wakil Presiden dan Pemilu Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.

Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu, komposisi keanggotaan KPU harus memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen). Masa keanggotaan KPU 5 (lima) tahun terhitung sejak pengucapan sumpah/janji. Penyelenggara Pemilu berpedoman kepada asas : mandiri; jujur; adil; kepastian hukum; tertib penyelenggara Pemilu; kepentingan umum; keterbukaan; proporsionalitas; profesionalitas; akuntabilitas; efisiensi dan efektivitas.

(55)

42

b. Visi dan Misi KPU

Visi : „Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia‟‟

Misi : a. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum.

b.Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, akuntabel, edukatif dan beradab.

c. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersih, efisien dan efektif;

d.Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara

konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

(56)

43

e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.

C. Struktur Organisasi kantor Komisi Pemilihan Umum ( KPU )

Gambar

Gambar  1.Bagan Kerangka Pikir  C.  Fokus Penelitian
Tabel 3.1  Informan  Penelitian
Tabel  4.1  :Luas  Wilayah  dan  Persentase  terhadap  Luas  Wilayah  Menurut  Kecamatan  di Kota Makassar Tahun  2018
Gambar  4.1 Struktur  Organisasi  kantor Komisi  Pemilihan  Umum  ( KPU )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis pendapatan usahatani dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang diterima petani atas biaya yang dikeluarkan, kemudian digunakan analisis rasio R/C

Atas dukungan berbagai pihak, akhirnya skripsi yang berjudul “Tinjauan Persepsi Bahaya Psikososial Karyawan Departemen Operational PT.Repex Pondok Pinang, Jakarta Selatan tahun

Pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat: (a) siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainya dan benda yang menjadi tujuan diskusi; (b) siswa sedang belajar,

Hasil penelitian menunjukkan board meeting, size audit committee, woman on board dan degree of multinational activity berpengaruh positif terhadap pengungkapan

Gambar 4.8 Diagram perbandingan luas zona hamabat senyawa bioaktif kapang endofit benalu teh dalam menekan pertumbuhan kapang Fusarium oxysporum dan Colletrotichum

Menurut Sudarsono (dalam Surya Admadja, 2009: 9) diversifikasi Produk merupakan suatu usaha penganekaragaman sifat dan fisik, baik yang dapat diraba/tidak dapat diraba (barang

a. Menu aturan umum squash, dalam menu ini materi yang akan disampaikan yaitu aturan umum squash yang terdiri dari aturan cara bermain olahraga squash, standar lapangan yang

dari metode penepungan karena pada metode ini daun yang digunakan adalah daun yang masih segar sehingga golongan senyawa alkaloid dapat ter- identifikasi, akan tetapi