• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pemetaan Geologi Teknik Desa Cileles, Jatinangor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pemetaan Geologi Teknik Desa Cileles, Jatinangor"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karakteristik ilmu geologi tidak terlepas dari sejarah perkembangan ilmu geologi yang berkembang selama ini dan sangat ditentukan oleh pola pikir yang berkembang dalam ilmu geologi. Penerapan pemahaman tentang ilmu geologi, khususnya bagi mahasiswa dilakukan melalui berbagai praktek di lapangan dengan kegiatan utama berupa pemetaan suatu daerah.

Pemetaan dapat dilakukan dalam bermacam – macam aspek. Bagi seorang geolog yang terpenting adalah pemetaan geologi. Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah dengan tingkat kualitas berdasarkan skala. Peta geologi menggambarkan informasi sebaran dan jenis serta sifat batuan, umur, stratigrafi, stuktur, tektonika, fisiografi, dan sumberdaya mineral serta energi. Peta geologi disajikan berupa gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan ketiganya. Penjelasan berisi informasi, misalnya situasi daerah, tafsiran dan rekaan geologi, dapat diterangkan dalam bentuk keterangan pinggir (SNI 4691- 1998).

Di samping itu, geologi adalah ilmu yang memiliki banyak cabang. Salah satu cabang disiplin ilmu dalam geologi adalah geologi teknik. Geologi teknik adalah cabang dari ilmu geologi yang mempelajari aspek-aspek geologi yang berguna untuk

(2)

keperluan infrastruktur. Pada hakikatnya, geologi teknik merupakan penerapan keteknikan dalam ilmu geologi. Dari sebuah kajian geologi teknik di suatu wilayah akan dibuat sebuah peta geologi teknik.

Melalui kegiatan pemetaan geologi teknik, ruang lingkup kajian akan meliputi aspek-aspek keteknikan dari manfaat dan masalah beberapa fak tor seperti batuan/tanah, struktur geologi/tektonik maupun geomorfologi.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui aspek-aspek geologi teknik pada daerah penelitian,

2. Mengetahui sifat fisik batuan dan tanah yang terdapat di daerah penelitian, 3. Melakukan deskripsi dan pembuatan profil tanah dari singkapan di

lapangan,

4. Mengidentifikasi zonasi satuan geologi teknik berdasarkan penamaan tanah menurut klasifikasi USCS serta pembagian zona pelapukan tanah, dan

5. Mengetahui potensi sumber daya bahan galian yang dapat berguna dan ekonomis serta kebencanaan geologi di daerah penelitian.

1.3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada pada koordinat 107, 774179º S hingga -6,918426º E dan 107,780521º S hingga -6, 912131º E. Lokasi tersebut berada di sekitar Desa Cileles dan Desa Cikuda, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

(3)

Pemetaan geologi teknik ini dilaksanakan pada hari Rabu, 28 April 2015 hingga Kamis, 7 Mei 2015.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. USCS (Unified Soil Classification System)

Metode klasifikasi tanah dengan menggunakan USCS (Unified Soil Classification System) merupakan metode klasifikasi tanah yang cukup banyak digunakan dalam bidang geoteknik. Klasifikasi ini diusulkan oleh A. Cassagrande pada tahun 1942 dan direvisi pada tahun 1952 oleh The Corps of Engineers and The US Bureau of Reclamation.

Pada prinsipnya menurut metode ini, ada 2 pembagian jenis tanah yaitu tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) dan tanah berbutir halus (lanau dan lempung). Tanah digolongkan dalam butiran kasar jika lebih dari 50% tertahan di atas saringan no. 200. Sementara itu tanah digolongkan berbutir halus jika lebih dari 50% lolos dari saringan no. 200. Selanjutnya klasifikasi yang lebih detail lagi dapat menggunakan table USCS berikut ini. Beberapa simbol berikut ini sering digunakan dalam klasifikasi metode USCS. Jenis tanah; G : gravel (kerikil), S : sand (pasir), M : silt (lanau), C : clay (lempung). Jenis gradasi; W : well graded (bergradasi baik), P : poorly graded (bergradasi buruk). Konsistensi plasititas; H : high plasticity (plastisitas tinggi), L : low plasticity (plastisitas rendah).

(5)

Tabel 2.1. Klasifikasi tanah berdasarkan USCS (sumber: http://cmfac.groups.et.byu.net/mille r/c m411/basicsoil/key.jpg)

2.2. Kerangka Geologi Teknik

Geologi teknik adalah aplikasi geologi untuk kepentingan keteknikan, yang menjamin pengaruh faktor- faktor geologi terhadap lokasi, desain, konstruksi,

(6)

pelaksanaan pembangunan (operation) dan pemeliharaan hasil kerja keteknikan atau engineering works (American Geological Institute dalam Attewell & Farmer, 1976). Di dalamnya mempelajari aspek-aspek mekanika tanah dan batuan, teknik pondasi, dan struktur bawah tanah.

Geologi teknik adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji gejala geologi dari aspek kekuatan dan/atau kelemahan geologi, diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan infrastruktur terutama pada tahap desain dan tahap konstruksi bangunan.

Beberapa kajian yang penting untuk geologi teknik, antara lain - Hubungan geologi teknik dengan disiplin ilmu lain,

- Erosi dan erodibilitas,

- Genesa tanah & faktor-faktor yang mempengaruhi lapukan tanah, - Profil pelapukan tanah residu,

- Deskripsi dan klasifikasi tanah, serta

- Peta geologi teknik dan skala peta (1:5.000 s/d 1:200.000)

Ruang lingkup kajian geologi teknik meliputi kajian terhadap aspek-aspek keteknikan dari berbagai masalah/kendala (sebagai faktor penghambat, a.l. kebencanaan) dan manfaat/potensi (sebagai faktor pendukung) beberapa faktor, antara lain, batuan/tanah/material, struktur geologi, dan geomorfologi.

Pemetaan dalam geologi teknik merupakan faktor yang sangat penting terutama dalam aplikasinya untuk menunjang perencanaan lahan termasuk pengkajian bahan bangunan, jaringan jalan raya, sumber daya mineral/energi maupun penunjang

(7)

analisis dampak lingkungan. Kegunaan lain dari pemetaan geologi teknik adalah untuk mengetahui kondisi hidrogeologi dan geomorfologi suatu daerah berkaitan dengan kajian aspek manfaaat (kegunaan) dan aspek kendala (kebencanaan). Ketelitian peta geologi teknik bergantung kepada skala dengan kegunaannya masing-masing.

Pemetaan geologi teknik merupakan bagian dari eksplorasi. Sasaran umum suatu program eksplorasi adalah untuk mengenal seluruh bentuk lingkungan geologi yang bisa memberikan dampak terhadap konstruksi maupun pengembangan fisik lahan yang diusulkan. Sasaran khususnya adalah :

a. Menetapkan penyebaran lateral dan ketebalan lapisan tanah serta batuan sampai zona yang mempengaruhi konstruksi yang diusulkan.

b. Menetapkan kondisi air tanah dengan pertimbangan perubahan musim dan efek konstruksi.

c. Menentukan kebencanaan geologi termasuk lereng- lereng yang tidak stabil, patahan/sesar, penurunan tanah dan collapse, runtuhan dataran banjir dan kegempaan.

d. Memperoleh sampel- sampel material geologi untuk diidentifikasi dibuat klasifikasi dan pengukuran sifat-sifat keteknikannya.

(8)

Peta geologi teknik adalah jenis peta geologi yang memberikan suatu gambaran umum semua komponen dari suatu lingkungan geologi yang dianggap penting untuk kepentingan teknik sipil. Peta geologi teknik harus dibuat berdasarkan:

1. Kegunaan; untuk peta khusus hanya menyajikan salah satu aspek geologi teknik, misalnya longsoran, sedangkan peta serba guna menyajikan berbagai aspek geologi teknik.

2. Isi; peta analisis, hanya menyajikan rincian suatu masalah lingkungan geologi, misalnya kegempaan, kegunungapian untuk peta umum, menyajikan unsur-unsur dasar geologi teknik secara umum, untuk peta bantu misalnya peta konstruksi kontur, untuk peta pelengkap misalnya peta tanah, peta geomorfologi, peta geohidrologi, dan sebagainya.

3. Skala; peta berskala besar (1:10.000), peta berskala sedang (1:10.000 atau >1:10.000), peta berskala kecil (<1:10.000).

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

Beberapa parameter objek penelitian yang diperlukan dalam pemetaan geologi teknik, yaitu:

1. Tanah

Meliputi sifat material tanah, mengamati dan mendeskripsikannya berdasarkan karakteristik fisik, dan membagi satuan geologi teknik berdasarkan zona pelapukan horizon tanah dan penamaan berdasarkan klasifikasi USCS (Unified Soil Classification System).

2. Batuan

Meliputi singkapan batuan yang tersingkap di permukaan, mengamati dan mendeskripsikannya berdasarkan karakteristik fisik, tekstur, dan struktur pada batuan tersebut.

3. Unsur – unsur geomorfologi

Meliputi karakteristik pola pengaliran bentuk lahan, kemiringan lereng, dan morfogenetik.

4. Potensi sumberdaya lahan dan kebencanaan geologi

Untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya lahan maupun kebencanaan geologi pada daerah penelitian.

(10)

Peralatan yang digunakan untuk pengujian di lapangan antara lain: 1. Peta dasar.

2. Kompas geologi, digunakan untuk mengukur kemiringan lapisan tanah dan azimuth lokasi singkapan.

3. Pita ukur, digunakan untuk mengukur panjang lintasan dan ketebalan lapisan. 4. HCl 0,1 N, digunakan untuk mengetahui adanya kandungan karbonat dari lapisan

tanah.

5. Kamera, digunakan sebagai alat dokumentasi. 6. Komparator besar butir.

7. GPS (Global Positioning System), digunakan untuk mengetahui posisi dan menyimpan titik koordinat singkapan.

8. Alat-alat tulis, terdiri dari bolpoin, pensil, pensil warna, penghapus, busur derajat, penggaris, spidol, jangka, buku lapangan, dan clipboard.

9. Tas lapangan/ransel, untuk membawa peralatan geologi dan perlengkapan lapangan.

Tahap penelitian yang dilakukan dalam pemetaan geologi teknik meliputi: 1. Tahap Persiapan,

2. Tahap Pekerjaan Lapangan, 3. Tahap Analisis Data, dan

(11)

Tahap persiapan meliputi perizinan, inventarisasi data sekunder, studi awal, penyediaan alat, metode penelitian yang akan digunakan dan penyusunan rencana kerja. Selain itu sebelumnya juga telah diadakan pembekalan oleh dosen dan diskusi internal dan dilakukan studi pustaka dengan mempelajari keadaan daerah penelitian dari penelitian-penelitian yang terdahulu untuk dijadikan pegangan dasar teori agar memudahkan dalam penggambaran kondisi daerah penelitiannya. Pada tahap ini juga dilakukan pengerjaan peta dasar untuk pelaksanaan kegiatan pemetaan geologi teknik.

Dalam tahap pekerjaan lapangan digunakan beberapa metode pemetaan geologi teknik yang umum untuk menghasilkan data yang optimal, berupa pendeskripsian tanah di lapangan, sketsa, serta pengukuran ketebalan dan kemiringan lapisan tanah.

Tahap analisis data meliputi pembagian satuan geologi teknik berdasarkan zonasi pelapukan dengan mempertimbangkan aspek geomorfologi dan penamaan batuan berdasarkan klasifikasi USCS.

Tahap penyusunan laporan dan pembuatan peta dilaksanakan selama satu minggu, dengan hasil berupa peta kerangka geologi teknik dan peta geologi teknik engineering type berskala 1:2.000.

Menurut Dearman (1991), peta jenis engineering type berskala lebih besar dari 1:5.000. Informasi yang didapat sangat detail. Jenis peta ini identik dengan Peta Singkapan Detail berskala besar yang memuat sifat fisik- mekanik material, derajat pelapukan, konsistensi, dan lain- lain. Sebagai contoh pada peta longsoran, longsoran kecil sampai longsoran terkecil yang biasanya masih aktif dapat dipetakan, biasanya

(12)

terdapat di sepanjang sungai, tebing, maupun lereng sekitar jalan. Jenis dan arah longsoran, retakan, dan kemiringan bangunan maupun jalan, dapat dibedakan dan dicantumkan.

(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Geomorfologi Daerah Penelitian

Daerah penelitian memiliki ketinggian rata-rata berkisar antara 600-700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan kisaran ketinggian tersebut dan berdasarkan klasifikasi van Zuidam (1985) mengenai hubungan ketinggian de ngan morfografi, maka daerah penelitian dikategorikan sebagai bentuk lahan perbukitan.

4.1.2. Stratigrafi Daerah Pe nelitian

Menurut Silitonga (1973) dalam Peta Geologi Lembar Bandung, daerah penelitian termasuk ke dalam Satuan Hasil Gunungapi Muda (Qyu) berumur kuarter.

Menurut Silitonga (1973), Satuan Hasil Gunungapi Muda (Qyu) tersusun atas litologi pasir tufan, lapili, breksi, lava, aglomerat. Sebagian berasal dari Gunung Tangkubanparahu dan sebagian dari Gunung Tampomas. Antara Sumedang dan Bandung, batuan ini membentuk dataran-dataran kecil atau bagian-bagian rata dan bukit-bukit rendah yang tertutup oleh tanah yang berwarna abu-abu kuning dan kemerah- merahan.

Satuan Hasil Gunungapi Muda (Qyu) terbentuk selama aktivitas vulkanisme yang menghasilkan produk vulkanik lainnya secara berurutan antara lain Tuf

(14)

Berbatuapung (Qyt), Lava (Qyl) dan Breksi dan Aglomerat (Qyb), serta Tuf Pasiran (Qyd).

Satuan Tuf Berbatuapung (Qyt) tersusun atas litologi pasir tufan, lapili, bom-bom, lava berongga dan kepingan-kepingan andesit-basalt padat yang bersudut dengan banyak bongkah-bongkah dan pecahan-pecahan batuapung. Berasal dari Gunung Tangkubanparahu (erupsi “A”, van Bemmelen, 1934) dan Gunung Tampomas.

Satuan Lava (Qyl) terdiri atas aliran lava muda, terutama dari Gunung Tangkubanparahu dan Gunung Tampomas. Umumnya bersifat basalt dan mengandung banyak lubang- lubang gas (erupsi “B”, van Bemmelen, 1934).

Satuan Breksi dan Aglomerat (Qyb) terdiri atas breksi dan aglomerat tufan, yang terdapat di sebelah tenggara Gunung Tampomas. Keratan-keratannya terdiri dari batuan beku berkomposisi antara andesitik dan basaltik.

Satuan Tuf Pasiran (Qyd) tersusun atas tuf yang bera sal dari Gunung Dano dan Gunung Tangkubanparahu (erupsi “C”, van Bemmelen, 1934). Tuf pasiran coklat sangat jarang, mengandung kristal-kristal hornblend yang kasar, lahar lapuk kemerah-merahan, lapisan- lapisan lapili dan breksi.

(15)

4.2. Satuan Geologi Teknik

Peta geologi teknik ini mengandung faktor yang sangat penting terutama dalam aplikasinya sebagai bahan penunjang perencaaan lahan termasuk pengkajian bahan bangunan, jaringan jalan raya, potensi sumberdaya maupun analisis dampak lingkungan dan kebencanaan geologi. Ketelitian peta geologi teknik bergantung dari skala dengan kegunaannya masing- masing.

Berdasarkan klasifikasi USCS, daerah penelitian dibagi ke dalam 4 (empat) satuan, yaitu CL (clay-low plasticity), CH (clay-high plasticity), GW (gravel-well graded), SP (sand-poorly graded), dan ML (silt-low plasticity).

4.2.1. Satuan CL (clay-low plasticity)

Satuan ini memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan, kekuatan teguh hingga lunak (kohesif), plastisitas nonplastis hingga semiplastis, struktur/perlapisan homogen dengan dominan tanah berbutir kasar.

Gambar 4.1. Satuan CL pada stasiun pengamatan GT 16. Koordinat lo kasi 107,77766°, - 06,91641°

(16)

4.2.2. Satuan CH (clay-high plasticity)

Satuan ini memiliki ciri pada umumnya berwarna kuning kemerahan hingga coklat kemerahan, kekuatan teguh (kohesif) hingga lunak, plastisitas sangat plastis, struktur/perlapisan homogen dengan dominan tanah berbutir halus.

Gambar 4.2. Satuan CH pada stasiun pengamatan GT 01. Koordinat lo kasi 107,77557° , - 06,91664°

4.2.3. Satuan GW (gravel-well graded)

Satuan ini memiliki ciri pada umumnya berwarna kuning kemerahan, kekuatan sangat lepas (nonkohesif), plastisitas nonplastis, struktur homogen dengan dominan tanah berbutir kasar, bentuk partikel menyudut-menyudut tanggung.

(17)

Gambar 4.3 . Satuan GW pada stasiun pengamatan GT 04. Koordinat lo kasi 107,77790° , - 06,91353°

4.2.4. Satuan SP (sand-poorly graded)

Satuan ini memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan, kekuatan sangat lepas (nonkohesif), plastisitas nonplastis-agak plastis, struktur homogen dengan dominan tanah berbutir halus (setempat kasar), bentuk partikel menyudut tanggung-membundar tanggung.

Gambar 4.4. Satuan SP pada stasiun pengamatan GT 07. Koordinat lo kasi 107,77583°, - 06,91779°

(18)

4.2.5. Satuan ML (silt-low plasticity)

Satuan ini memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan, kekuatan teguh hingga lunak (kohesif), plastisitas nonplastis-agak plastis, struktur homogen dengan dominan tanah berbutir halus.

Gambar 4.5 . Satuan GW pada stasiun pengamatan GT 14. Koordinat lo kasi 107,77695°, - 06,91540°

Sedangkan berdasarkan zona pelapukannya, lokasi penelitian dibagi ke dalam 3 zonasi pelapukan yaitu CWZ, SWZ, dan MWZ.

a. Zona Pelapukan CWZ (Completely Weathered Zone)

Zona pelapukan ini terdapat di bagian utara dan selatan lokasi penelitian, meliputi stasiun pengamatan GT 12, GT 03, GT 04, GT 15, GT 14, GT 13, GT 01, GT 16, GT 19, GT 08, GT 07, GT 06, dan GT 11.

Pada stasiun pengamatan GT 12, tanah berwarna coklat kemerahan, kekuatan tanah kaku (kohesif), plastisitas agak plastis, struktur/perlapisan homogen/tanah berbutir kasar, bentuk partikel menyudut hingga menyudut tanggung, ukuran partikel

(19)

pasir sedang. Berdasarkan klasifikasi USCS, nama tanah adalah SP ( sand-poorly graded).

Pada stasiun pengamatan GT 14, tanah berwarna coklat, kekuatan tanah teguh (kohesif), plastisitas nonplastis, struktur/perlapisan homogen dengan tana h berbutir halus, ukuran partikel lanau. Berdasarkan klasifikasi USCS, nama tanah adalah ML (silt-low plasticity).

Potensi kebencanaan yang mungkin dapat terjadi yaitu longsor dan land subsidence.

Gambar 4.6. Zona Pe lapukan CWZ pada stasiun pengamatan GT 12 (ta mpak jauh).

I

II

III

(20)

Gambar 4.7. Zona Pe lapukan CWZ pada stasiun pengamatan GT 12 (ta mpak dekat).

Gambar 4.8. Zona Pe lapukan CWZ pada stasiun pengamatan GT 14 (ta mpak jauh).

Gambar 4.9. Zona Pe lapukan CWZ pada stasiun pengamatan GT 14 (ta mpak dekat).

(21)

b. Zona Pelapukan SWZ

Zona pelapukan SWZ (Strongly Weathered Zone) terdapat pada daerah timur penelitian, meliputi stasiun pengamatan GT 05 dan GT 10.

Pada stasiun pengamatan GT 05, tanah berwarna kuning kemerahan, kekuatan sangat lunak (kohesif), plastisitas nonplastis, struktur/perlapisan heterogen dengan dominan tanah berbutir kasar, bentuk partikel menyudut hingga menyudut tanggung, ukuran partikel pasir kasar-kerikil, dan berdasarkan klasifikasi USCS nama tanah adalah GW (gravel-well graded).

Pada stasiun pengamatan GT 10, tanah berwarna coklat, kekuatan lunak (kohesif), plastisitas semiplastis, struktur/perlapisan homogen dengan tanah berbutir halus, ukuran partikel lempung, dan berdasarkan klasifikasi USCS nama tanah adalah CL (clay-low plasticity).

Potensi kebencanaan yang mungkin terjadi yaitu longsor (landslide) dan land subsidence.

Gambar 4.10. Zona Pe lapukan SWZ pada stasiun pengamatan GT 05 (ta mpak jauh).

(22)

Gambar 4.11. Zona Pe lapukan SWZ pada stasiun pengamatan GT 05 (ta mpak dekat).

c. Zona Pelapukan MWZ

Zona pelapukan MWZ (Moderately Weathered Zone) terdapat pada daerah barat dan barat laut penelitian, meliputi stasiun pengamatan GT 02, GT 17, dan GT 18.

Pada stasiun pengamatan GT 02, tanah dicirikan dengan warna coklat kemerahan, kekuatan lunak (kohesif), plastisitas sangat plastis, struktur/perlapisan homogen dengan tanah berbutir halus, ukuran partikel lempung, dan berdasarkan klasifikasi USCS, nama tanah adalah CH (clay-high plasticity).

Pada stasiun pengamatan GT 17, tanah dicirikan dengan warna coklat kemerahan, kekuatan lunak (kohesif), plastisitas sangat plastis, struktur/perlapisan homogen dengan tanah berbutir halus, dan berdasarkan klasifikasi USCS, nama tanah adalah CH (clay-high plasticity).

(23)

Pada stasiun pengamatan GT 18, tanah dicirikan dengan warna coklat kemerahan, kekuatan lunak (kohesif), plastisitas sangat plastis, struktur/perlapisan homogen dengan tanah berbutir halus, ukuran partikel lempung, dan berdasarkan klasifikasi USCS, nama tanah adalah CH (clay-high plasticity). Potensi kebencanaan yang mungkin dapat terjadi yaitu longsor, land subsidence, dan kelemahan geologi lainnya seperti swelling clay, slacking clay, dan expansive soil.

Gambar 4.12. Zona Pe lapukan MWZ pada stasiun pengamatan GT 18 (ta mpak jauh).

Gambar 4.13. Zona Pe lapukan MWZ pada stasiun pengamatan GT 18 (ta mpak dekat).

(24)

4.3. Potensi Bahaya dan Kebencanaan Geologi

Berdasarkan observasi tanah (soil) dan analisis data lapangan yang telah dilakukan di Desa Cileles dan sekitarnya, maka ada beberapa kemungkinan potensi bahaya atau kebencanaan geologi yang berpotensi terjadi di daerah Desa Cileles dan sekitarnya, antara lain berupa longsoran (landslide) maupun penurunan tanah (land subsidence).

Longsoran secara umum dapat didefinisikan sebagai perpindahan sejumlah massa batuan dan/atau tanah secara gravitasional menuju bagian bawah suatu lereng yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba. Berdasarkan data dari peta indeks rawan bencana tanah longsor di Indonesia tingkat kabupaten/kota yang di keluarkan oleh BNPB periode tahun 2010-2011, maka wilayah Jawa Barat secara umum dikategorikan kelas rawan bencana tinggi, termasuk diantaranya wilayah Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Terdapat beberapa faktor geologi yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan tanah, antara lain yaitu:

1. Pengambilan air tanah secara berlebihan, 2. Pembebanan secara berlebihan,

3. Pergerakan struktur geologi berupa sesar. Apabila struktur geologi berupa sesar aktif di suatu daerah, maka dapat mempercepat pergerakan tanah dan menyebabkan terjadinya penurunan tanah,

4. Kompresibilitas tanah yang sangat tinggi, dan 5. Konsolidasi alamiah pada material lepas.

(25)

Selain itu kondisi geologi suatu wilayah dapat membantu untuk mengetahui karakter serta sifat batuan, sehingga dapat membantu mengidentifikasi potensi penurunan muka tanah dalam kondisi tertentu. Kadar lempung yang terdapat di lokasi pemetaan mempengaruhi kompaksi tanah dan penuruna n muka tanah (Sumaryo, 1997).

Sifat batuan yang dapat mempengaruhi terjadinya penurunan muka tanah antara lain : ukuran butir pada batuan, porositas, serta kompresibilitas batuan dimana ketiga faktor ini mempunyai hubungan yang berbanding lurus dengan besarnya nilai penurunan muka tanah.

Potensi suatu lapisan tanah untuk mengalami penurunan dipengaruhi oleh sifat kompresibilitas batuan, yang pada akhirnya akan dipengaruhi oleh faktor kompaksi dan jenis batuan. Semakin tinggi nilai kompaksi, maka semakin rendah kompresibilitasnya. Kompresibilitas merupakan sifat material yang menjelaskan perubahan volume atau regangan dalam suatu material. Untuk wilayah endapan yang berumur muda, contohnya seperti Desa Cileles yang termasuk daerah yang mencakup endapan vulkanik Kuarter, material penyusun batuan maupun tanah belum mengalami proses pemampatan yang sempurna sehingga sangat berpotensi terjadinya penurunan muka tanah.

Secara umum, lapisan tanah yang tersusun dari lempung akan mengalami penurunan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan lapisan pasir dan lanau. Apabila lapisan tanah mengalami tambahan beban di atasnya, air pori akan mengalir dari lapisan ini dan volumenya akan mengecil. Berdasarkan pengamatan tanah (soil)

(26)

pada daerah pemetaan, maka lapisan tana h lempung keterdapatannya setempat, serta terdapat di bawah lapisan pasir. Pada daerah pemetaan, dapat teramati bahwa material tanah (soil) bersifat tidak kompak yang berarti nilai kompresibilitasnya tinggi. Akibatnya, perubahan volume pada material (soil) sangat mudah untuk terjadi, sehingga apabila di atas lapisan tanah ini diberi tambahan beban, maka sangat berpotensi untuk memicu penurunan level atau muka tanah di Desa Cileles. Selain itu, faktor berupa pemompaan air tanah untuk memenuhi suplai kebutuha n air di daerah pemetaan turut berpotensi mempercepat terjadinya penurunan muka tanah.

Gambar 4.14. Reta kan-retakan pada tanah yang dapat berpotensi longsor dan land subsidence

(27)

BAB V

KESIMPULAN

1. Menurut Silitonga (1973) daerah penelitian termasuk ke dalam Satuan Hasil Gunungapi Muda (Qyu) berumur kuarter. Tersusun atas litologi pasir tufan, lapili, breksi, lava, aglomerat.

2. Berdasarkan klasifikasi USCS, daerah penelitian dibagi ke dalam 4 (empat) satuan, yaitu CL (clay-low plasticity), CH (clay-high plasticity), GW (gravel-well graded), SP (sand-poorly graded), dan ML (silt-low plasticity).

3. Satuan CL memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan, kekuatan teguh hingga lunak (kohesif), plastisitas nonplastis hingga semiplastis, struktur/perlapisan homogen dengan dominan tanah berbutir kasar.

4. Satuan CH memiliki ciri pada umumnya berwarna kuning kemerahan hingga coklat kemerahan, kekuatan teguh (kohesif) hingga lunak, plastisitas sangat plastis, struktur/perlapisan homogen dengan dominan tanah berbutir halus.

5. Satuan GW memiliki ciri pada umumnya berwarna kuning kemerahan, kekuatan sangat lepas (nonkohesif), plastisitas nonplastis, struktur

(28)

homogen dengan dominan tanah berbutir kasar, bentuk partikel menyudut-menyudut tanggung.

6. Satuan SP memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan, kekuatan sangat lepas (nonkohesif), plastisitas nonplastis-agak plastis, struktur homogen dengan dominan tanah berbutir halus (setempat kasar), bentuk partikel menyudut tanggung- membundar tanggung.

7. Satuan ML memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan, kekuatan teguh hingga lunak (kohesif), plastisitas nonplastis-agak plastis, struktur homogen dengan dominan tanah berbutir halus.

8. Berdasarkan zonasi pelapukannya lokasi penelitian diplot ke dalam 3 zona pelapukan, yaitu zona pelapukan CWZ, SWZ, dan MWZ.

9. Zona pelapukan CWZ (completely weathered zone) terdapat di bagian utara dan selatan lokasi penelitian, meliputi stasiun pengamatan GT 12, GT 03, GT 04, GT 15, GT 14, GT 13, GT 01, GT 16, GT 19, GT 08, GT 07, GT 06, dan GT 11.

10. Zona pelapukan SWZ (strongly weathered zone) terdapat pada daerah timur penelitian, meliputi stasiun pengamatan GT 05 dan GT 10.

11. Zona pelapukan MWZ (moderately weathered zone) terdapat pada daerah barat dan barat laut penelitian, meliputi stasiun pengamatan GT 02, GT 17, dan GT 18.

12. Berdasarkan observasi tanah (soil) dan analisis data lapangan yang telah dilakukan di Desa Cileles dan sekitarnya, maka ada beberapa

(29)

kemungkinan potensi bahaya atau kebencanaan geologi yang berpotensi terjadi di daerah Desa Cileles dan sekitarnya, antara lain berupa longsoran (landslide) maupun penurunan tanah (land subsidence).

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional.1998. Legenda Umum Peta Geologi Teknik Indonesia Skala 1:100000. SNI 13-4932-1998. ICS 07.060

Zakaria, Zufialdi. 2010. Praktikum Geologi Teknik. Fakultas Teknik Geologi. Laboratorium Geologi Teknik.

Gambar

Tabel  2.1.  Klasifikasi  tanah  berdasarkan  USCS   (sumber:
Gambar  4.1.  Satuan  CL  pada  stasiun  pengamatan  GT 16. Koordinat lo kasi 107,77766°,  - 06,91641°
Gambar  4.2. Satuan CH pada stasiun pengamatan  GT 01. Koordinat lo kasi 107,77557° ,  - 06,91664°
Gambar  4.3 .  Satuan  GW  pada  stasiun  pengamatan  GT 04. Koordinat lo kasi 107,77790° ,  - 06,91353°
+7

Referensi

Dokumen terkait