Metode Imunokimia
untuk analisis senyawa aktif
Marlia Singgih Wibowo
School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung
Analisis Imunokimia
Berdasarkan prinsip reaksi spesifik antara
Antigen-Antibodi
Penggunaan senyawa penanda (label) untuk
visualisasi reaksi
Prinsip Reaksi : meniru reaksi
imunologi dalam tubuh
Reaksi imunologi di dalam mamalia :
Ag Ab Reaksi primer Reaksi sekunder Reaksi tersier (degranulasi,opsonisasi) (Fiksasi komplemen, aglutinasi, presipitasi) memicu
Mengapa reaksi Antigen-Antibodi?
Reaksi dan kekuatan
antibodi untuk “specific and reproducible protein binding”
Prinsip reaksi :
Antigen-Antibody Interaction for
analysis
SUBSRATE PRODUCT (visualized) Complex Ag-Ab-LabelMetode analisis berbasis
imunokimia
Imunopresipitasi
Imunoaglutinasi
Imunokimia berlabel :
EIA/ELISA (Enzyme ImmunoAssay) RIA (Radio ImmunoAssay)
IFA (ImmunoFluorescence Assay) LIA (Luminescence Immuno Assay) dll
Antigen
(antibody generator) Senyawa atau kompleks senyawa yang dapat menginduksi sistem imun mamalia
Sifat : Imunogenik : induksi/stimulasi sistem imun mamalia
Antigenik : bereaksi spesifik dengan antibodi
Syarat antigen: High Molecular Weight (>5000), chemical structure → Complex
Jika MW < 5000, supaya bersifat imunogenik dan antigenik dapat dikonjugasi dengan suatu protein untuk meningkatkan immunogenicity
Yang dapat menjadi antigen
Mikroba patogen dan atau toksin mikroba
Toksin tanaman, hewan
Protein spesifik atau senyawa lain yang
berstruktur spesifik
Senyawa obat (narkotik, psikotropik), tidak
imunogenik, tetapi dapat dikonjugasi dengan
suatu protein carrier (contoh : BSA)
Apakah Antibodi?
Antibodi adalah protein yang disekresi oleh
sel plasma limfosit B akibat stimulasi
molekul asing (antigen) pada reseptor
antigen limfosit B
Spesifik terhadap antigen yang memicunya
Antibodi adalah molekul-molekul
glikoprotein yang dikenal sebagai
SIFAT UMUM ANTIBODI
Antibodi memiliki spesifisitas dan aktivitas biologi Struktur Antibodi : Dua fragmen tempat
berikatannya antigen secara spesifik, disebut
sebagai fragmen Fab (fragment antigen binding) yang univalen, masing-masing memiliki satu situs pengikatan dan identik satu sama lain dalam segala hal
Fragmen ketiga adalah Fc (Fragment crystallisable), fragmen yang dapat dikristalkan, tidak berikatan
dengan antigen, tetapi bertanggung jawab untuk fungsi biologik molekul antibodi setelah antigen berikatan dengan daerah Fab dari molekul utuh
Struktur Antibodi
Terdiri dari dua rantai berat (heavy chain = H) dan dua
rantai ringan (light chain = L).
Rantai H IgG () memiliki massa molekul sekitar 50 –
55 kDa, sementara rantai H IgM (μ) memiliki massa molekul sekitar 65 – 70 kDa.
Rantai L (dengan massa molekul 20 – 25 kDa)
memiliki isotype kappa atau lambda dan ditemukan berikatan dengan seluruh kelas rantai H.
Rantai peptida ini berikatan melalui ikatan non-kovalen
dan jembatan kovalen disulfida. Ikatan disulfida ini relatif terekspos dan oleh karena itu dapat mudah di reduksi atau oksidasi.
Domain konstan (Fc) IgG dan IgM dapat
berinteraksi dengan sel dan sistem efektor
dalam tubuh, dan domain variabel (Fab) nya
dapat berinteraksi dengan antigen.
Lokasi pada struktur antigen tempat berikatan
dengan antibodi disebut ‘epitope’ atau disebut
‘antigenic determinant’, sedangkan lokasi pada
struktur antibodi yang dapat berikatan dengan
antigen disebut ‘paratop’.
IgG and IgM
Specificity and Selectivity
Monoclonal Antibody
Polyclonal Antibody
KELEBIHAN ANTIBODI MONOKLONAL
DIBANDINGKAN POLIKLONAL
Dapat menjamin keseragaman kandungan antibodi yang
dihasilkan karena berasal dari satu jenis klon saja yang diproduksi secara berulang dari suatu kumpulan sel hibrid yang telah
diseleksi sebelumnya.
Mengurangi kemungkinan terjadinya reaksi silang atau reaksi
non-spesifik seperti yang dapat terjadi pada penggunaan antibodi poliklonal.
Kekuatan atau afinitas kecepatan reaksi antigen-antibodi
monoklonal umumnya lebih kuat dibandingkan dengan ikatan antigen-antibodi poliklonal.
Proses pemurnian lebih mudah karena relatif lebih sedikit jenis
kandungan antibodinya.
Dapat digunakan untuk tujuan terapi yaitu antara lain untuk
perbaikan overdosis obat, mengurangi resiko transplantasi organ, deteksi tumor metastasis, dan sebagai obat target sitotoksik.
Teknik lain untuk produksi
antibodi monoklonal
Teknologi Antibody Expression Libraries, yaitu konstruksi
cDNA dari mRNA yang diisolasi dari sel B manusia atau murine
Gen IgG diamplifikasi dengan cara PCR, lalu rantai berat dan
ringan nya dikonstruksi dengan cara digesti dan insersi ke dalam bakteriofaga atau plasmid yang sesuai.
Rekombinasi random terjadi , lalu diekspresi di dalam bakteri,
skrining dengan western blot
Klon yang positif diisolasi dan diperbanyak untuk menghasilkan
antibodi Fab yang murni
Mudah melakukan kimerisasi, perubahan afinitas,dan
Penggunaan Prinsip reaksi
Antigen-Antibodi di bidang
Farmasi
Clinical Diagnosis , misalnya Serodiagnosis
untuk Penyakit Infeksi
Drug Monitoring and Toxicology
Cancer Research
KINETIKA INTERAKSI
ANTIGEN-ANTIBODI
Prinsip ELISA (Enzyme Linked-Immunosorbent Assay)
Antigen
Antibodi Kompleks Ag-Ab Konjugat enzim pada Ag-Ab Substrat Produk berwarna Reaksi enzimatik
Kinetika reaksi Antigen-Antibodi
Reaksi reversibel
Ag + Ab Ag-Ab
k1k2
Laju pembentukan kompleks Ag-Ab :
d (Ag-Ab) dt
= k1(Ag) (Ab) – k2 (Ag-Ab)
k1/k2 = (AgAb)
(Ag) (Ab) = K (konstanta kesetimbangan)
Bila antibodi memiliki aviditas atau afinitas tinggi, maka K tinggi, demikian sebaliknya
B (terikat) B/F (rasio terikat dan bebas) 0 5.00 5.00
Bila F adalah antigen bebas, dan B adalah antigen yang terikat, Abx adalah konsentrasi awal Ab,maka pada kesetimbangan : K = k1/k2 = (Ag-Ab)/(Ag)(Ab) = B / F [(Abx)-B] Jadi B/F = K [(Abx)-B] Slope = -K, potongan dgn x adalah b, potongan dgn y adalah Kb
Reaksi pada permukaan bahan padat
dan cair
Kebanyakan metode imunokimia yang ada
dibuat dalam media/fase padat (solid phase)
untuk memudahkan proses pemisahan dalam
percobaan yang heterogen
Ketika antigen diimobilisasi pada fase padat,
ikatan antibodi tergantung pada laju difusi dan
ikatan pada konsentrasi diatas 1 pmol/cm2
Reaksi pada fase padat memiliki laju reaksi
intrinsik dan reaksi balik yang lebih kecil
dibandingkan reaksi di dalam larutan
Oleh karena itu reaksi Ag-Ab pada fase
padat-cair secara praktis merupakan reaksi
Parameter analisis
Sensitivitas
Spesifisitas
Selektivitas
Hal yang mempengaruhi parameter
:
Reaksi silang
Adanya senyawa yang mempengaruhi
Bagaimana menentukan jenis
analisis imunokimia berlabel?
Reaktan apa yang akan diberi label, antigen
(analit) atau antibodi?
Apakah antigen atau antibodi yang akan
ditentukan?
Apakah analisis kompetitif atau
non-kompetitif?
Apakah sistem analisis homogen atau
Pengelompokkan jenis analisis
imunokimia
1. Analisis kompetitif untuk antigen/hapten dengan
analit yang diberi label
2. Analisis kompetitif untuk antigen/hapten dengan
antibodi yang diberi label
3. Analisis imunokimia yang tergantung pada deteksi
langsung kompleks imun
4. Analisis imunokimia dengan melibatkan label dan
reaksi khusus yang berlebih
5. Analisis imunokimia untuk mengukur antibodi
spesifik
6. Analisis imunokimia yang melibatkan pereaksi
berlabel dimana hasil reaksi Ag-Ab merupakan penguatan sinyal
1.
Analisis kompetitif untuk antigen/hapten
dengan analit yang diberi label
: Analisis inimirip dengan analisis radiokimia klasik, melibatkan penggunaan sejumlah terbatas antibodi. Analit dapat dilabel dengan senyawa radioaktif, fluoresensi,
luminesensi atau enzim.
2.
Analisis kompetitif untuk antigen/hapten
dengan antibodi yang diberi label
: analisisini berguna ketika antigen atau hapten yg dilabel
memiliki sifat yang kurang menguntungkan, misalnya kelarutan yang rendah dalam medium reaksi. Dalam reaksi digunakan analit imobilisasi dengan jumlah tetap dan terbatas. Sensitivitas reaksi tergantung pada afinitas antibodi berlabel
3.
Analisis imunokimia yang tergantung
pada deteksi langsung kompleks imun
:
analisis yang dilihat langsung yaitu presipitasi, turbidimetri, aglutinasi, perhitungan partikel
4.
Analisis imunokimia dengan melibatkan
label dan reaksi khusus yang berlebih
:
analisis sandwich seperti 2-site immunometric assay, dan ELISA. Analit diinkubasi dengan
antibodi berlabel dalam jumlah berlebih, antibodi yang tidak berikatan akan dibuang
1.
Analisis imunokimia untuk mengukur
antibodi spesifik
:
analisis ini melibatkanantigen amobil berlebih pada fase padat untuk menangkap antibodi spesifik di dalam sampel.
2.
Analisis imunokimia yang melibatkan
pereaksi berlabel dimana hasil reaksi
Ag-Ab merupakan penguatan sinyal
:
analisisini termasuk imunokimia homogen untuk
memberikan efek 100% modulasi sinyal dari label yang digunakan
Reaksi Imunokimia dengan jumlah
antibodi berlebih (tipe I)
Analit + antibodi → kompleks Ag-Ab → sisa antibodi Sensitivitas maksimum dicapai pada jumlah antibodi
yang tidak terhingga
Sensitivitas adalah 1 molekul analit (teoritis)
Antigen yang dapat bereaksi silang berpotensi reaksi seimbang dengan sistem antibodi berlebih Reaksi antigen-antibodi hanya sedikit dipengaruhi
oleh senyawa seperti garam atau urea
2-site immunometric sandwich assay
(non-kompetitif untuk Ag polivalen)
Ukur aktivitas labelnya
Ab1 Ag pencucian Ab2 berlabel ditambahkan berlebih inkubasi Pencucian dan inkubasi
Analit + antibodi → kompleks Ag-Ab → sisa antigen Sensitivitas maksimum dicapai ketika konsentrasi
antibodi mendekati 0
Penjenuhan ini diatur oleh konstanta kesetimbangan Sensitivitas tergantung pada konstanta afinitas
antibodi
Sensitivitas maksimum 10-14 mol/liter (teoritis) Antigen yang dapat bereaksi silang akan
menunjukkan kekuatan relatifnya tergantung pada laju konstanta kesetimbangan antara analit dan antigen cross-reactant tersebut
Reaksi dalam percobaan lambat karena kesetimbangan harus tercapai
Reaksi Imunokimia dengan jumlah
antigen berlebih (tipe II)
Imunokimia kompetitif dengan
analit berlabel
+ + Ag Ag-berlabel Ab +Analit berlabel berkompetisi dengan antigen tidak berlabel untuk berikatan dengan antibodi.Aktivitas spesifik dari fraksi analit berlabel yang terikat dgn antibodi berbanding terbalik dengan konsentrasi analit bebas
Sensitivitas metode
Kesalahan eksperimen paling besar kira-kira
17%
Konstanta kesetimbangan antibodi kira-kira
10
-11liter/mol
Sensitivitas tertinggi (limit deteksi) kira-kira
ANALISIS
IMUNOKIMIA
DENGAN LABEL
NON-RADIOAKTIF
Karakteristik suatu label untuk
analisis imunokimia
Memiliki aktivitas spesifik
Mudah dideteksi
Aktivitas spesifik label
berhubungan dengan :
Fraksi pada label yang akan digunakan untuk
deteksi
Derajat amplifikasi
Efisiensi deteksi
Syarat Enzim yang ideal
sebagai label
Memiliki aktivitas tinggi pada konsentrasi (Km rendah)
Stabil pada kondisi reaksi (biasanya pH netral) Mudah dikonjugasi ke molekul lain untuk reaksi
lanjutan atau dalam penyimpanan
Tersedia dalam keadaan murni (high purity) Harga murah
Mudah dideteksi dengan cara yang sederhana
Tidak terdapat di dalam cairan sampel biologi yang akan diuji
Contoh enzim sebagai label
Enzim dan sumber pH optimum Aktiv.spes (U/mg, 37 C) BM Alkalinfosfatase (usus sapi) 8-10 1000 100.000 -galaktosidase (E.coli) 6-8 600 540.000 HRP (lobak) 5-7 4500 40.000Enzim lain : amilase, katalase, urease, xantin-oksidase, heksokinase, adenosin deaminase, invertase, -laktamase, dll.
Enzim dan sumbernya
B-galaktosidase Peroksidase Glukosa oksidase A-amilase G6PDH MDH Heksokinase Propionil-CoA-karboksilase Lisozim Escherichia coli Lobak Aspergillus sp. Bacillus subtilis Leoconostoc mesenteroides Lactobacillus arabinosus Saccharomyces sp. Saccharomyces sp. Egg-whiteSenyawa berfluoresensi
sebagai label
Pada saat molekul fluoresensi dieksitasi oleh sinar terpolarisasi, polarisasi sinar yang teremisi
tergantung pada rotasi acak yang terjadi selama proses eksitasi
Semakin kecil molekul, makin cepat rotasi yg terjadi dan sinyal semakin kecil
Pada IFA, senyawa fluoresensi sebagai label yang terkonjugasi dengan Ag atau Ab, akan tereksitasi, lalu setelah ikatan Ag-Ab, rotasi diperlambat, dan polarisasi meningkat
Oleh karena itu, untuk label ukuran dan rotasi label bebas menjadi hal yang penting, karena akan
Syarat ideal Senyawa
Fluoresensi sebagai label
Memiliki intensitas fluoresensi yang tinggi
(absorptivitas molar tinggi)
Stoke shift > 50 nm untuk mengurangi
pengaruh “latar belakang” (background)
akibat scattering
Larut dalam air
Mudah dikonjugasi dengan molekul lain
Harga murah
Contoh label fluoresensi
Fluorofor Quantum yield Lifetime (ns) Emisi/eksita si (nm) Absorptivitas (liter/mol) Dansil klorida 0,3 14,0 480-520/340 3,4x10 3 Fluoresein isotiosianat 0,85 4,5 520/492 7x10 4 Rhodamin B isotiosianat 0,7 3,0 585/550 1,2x10 4
Senyawa kelat dari logam lantanida saat ini
banyak digunakan untuk label fluoresensi
Europium, terbium, samarium, memiliki emisi
fluoresensi yang panjang (mikrodetik sampai
milidetik)
Reaksi silang (cross-reaction)
Ketepatan suatu analisis tergantung pada
spesifisitas nya
Reaksi Antigen-Antibodi bersifat spesifik,
namun dapat pula terjadi reaksi silang, yaitu
reaksi dengan sebagian atau seluruh struktur
kimia dari analit lain
Reaksi silang dievaluasi dengan cara
membandingkan kemampuan masing-masing
analit terhadap ikatan dengan label
B (%) Cross-reactant Std x1 x2 100 50 Log konsentrasi
Perkembangan metode
Imunokimia
Penggunaan sintetik peptida untuk epitop spesifik pada Ag virus
Metode Scintillation Proximity : Radioimunokimia
menggunakan fluomicrosphere yang dilapisi dengan Ab atau reseptor. Fluomicrosphere ini akan
menghasilkan sinyal bila Ab atau molekul reseptor berikatan dengan ligand yang dilabel dengan
radioaktif (3H atau 125I)
Metode Idiometrik (Idiometric assay) : non-kompetitif untuk pengukuran senyawa molekuler yang kecil
Metode Scintillation Proximity
FI A + L* FI A L*
sinar Radiasi
Suatu Ligand radioaktif berikatan dengan molekul akseptor (A) yang terikat pada molekul fluomikrosfer, yang setelah diradiasi akan memancarkan sinar
Metode Idiometrik
Pada metode ini digunakan tambahan dua jenis
antibodi “anti-idiotipik” (anti-idiotypic antibody) selain antibodi utama
Antibodi anti-idiotipik alfa dan beta
Alfa akan mengenali epitop dalam daerah variabel Ab utama, dan tidak sensitif terhadap ada atau
tidaknya analit pada situs ikatannya
Beta akan berkompetisi dengan analit pada bagian paratop (daerah ikatan Ag pada Ab)
Biasanya digunakan untuk antigen kecil , misalnya estradiol
Ultrasensitive two-site enzyme
immunoassay
Untuk mengukur kadar antigen yang sangat
kecil :
Chorionic gonadotropin dalam serum atau plasma (pada kasus tumor)
Thyrotropin dalam serum darah
Luteinizing hormon dalam serum darah anak-anak