• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMISI PSE KWI Jl. Cut Meutia 10, Jakarta Telp ;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMISI PSE KWI Jl. Cut Meutia 10, Jakarta Telp ;"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Mgr. Petrus Turang Rm. Fa. Teguh Santosa, Pr Ilyas Abad (dari Inkopdit) KOMISI PSE KWI

Jl. Cut Meutia 10, Jakarta 10340 Telp. 021 315 3912; 315 4714 Cetakan pertama: September 2013

(3)

Pengantar

1. Credit Union yang dipahami secara umum sebagai lembaga keuangan mikro yang ditumbuhkan dan dikembangkan dari, oleh, dan untuk anggota, harus terus digali dan dikembangkan keberadaan-nya supaya tidak terjebak dan jatuh pada penghimpunan dan pengumpulan modal. Modal utama Credit Union adalah kumpulan orang yang saling membangun kepercayaan satu sama lain demi terwujudnya ‘bonum commune’. 2. Modal dana (uang) yang dikelola

dan dikembangkan di Credit Union hendaknya mengabdi dan melayani prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang ada dalam Credit Union. Modal dana yang

(4)

dikelola dan dikembangkan di Credit Union menjadi alat dan sarana untuk menjelmakan prinsip-prinsip dan nilai-nilai menjadi sikap dan tindakan hidup manusia dalam dimensi sosial-ekonomi. Dalam hal ini, Credit Union bisa dipahami sebagai ‘Lembaga Nilai’ yang dijelmakan melalui tata kelola dan tata laksana keuangan mikro yang baik.

3. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Credit Union sebagai lembaga nilai mendapatkan jati diri dan identitasnya ketika manusia sebagai makhluk sosial saling membagi nilai dari dalam dirinya, ketika mereka melakukan kegiatan ekonomis (menabung – meminjam) dengan saling menaruh kepercayaan satu sama lain.

(5)

4. Nilai-nilai kehidupan yang saling dibagikan dalam kegiatan ekonomi-sosial manusia di Credit Union akan mengarahkan dan membawa pada kesejah teraan dan kemakmuran ber sama. Kesejahteraan dan kemakmuran bersama (bonum commune) menjadi visi dan misi karya Kerasulan Sosial Gereja. Credit

(6)

Union bisa menjadi pilihan alternatif untuk menjadi alat dan sarana Kerasulan Gereja di bidang sosial-ekonomi dalam mewujudkan Kerajaan Allah.

5. Oleh karena itu, perlu satu panduan dan prinsip-prinsip dalam menumbuhkan dan mengembangkan Credit Union yang mampu menjadi alat dan sarana gerakan pembebasan manusia dari keter-beleng guan ekonomi-sosial, menjadi manusia yang bebas untuk melibatkan, mengembangkan, dan mencerdaskan dirinya sendiri dalam kebersaman dengan orang lain, menuju kesejahtera-an dkesejahtera-an kemakmurkesejahtera-an bersama. Komisi PSE KWI bersama INKOPDIT (Induk Koperasi Kredit) mencoba merumuskan hal tersebut untuk membantu para penggiat Kerasulan Sosial Gereja dalam mengembangkan kerasulannya di bidang keuangan mikro: Credit Union.

(7)

Daftar Isi

PENGANTAR ... 3 DAFTAR ISI... 7 MANUSIA: GAMBAR DAN CITRA ALLAH ... 9 MANUSIA: MAKHLUK SOSIAL ... 13 MANUSIA: PELAKU DAN PUSAT

KEGIATAN EKONOMI ... 17 GEREJA: MENJELMAKAN SABDA ... 21 ASG: INJIL DALAM REALITAS SOSIAL

SAAT INI ... 26 CU: GERAKAN NILAI

(8)

CU: SARANA GERAKAN

PENJELMAAN SABDA ... 35 CU: GERAKAN KOMUNITAS NILAI ... 39 CU: MENGHIDUPI POLA 3M ... 42 CU: HAL-HAL TEORITIS DAN PRAKTIS YANG HARUS DIKETAHUI ... 46 PENUTUP ... 55

(9)

Manusia: Gambar Dan

Citra Allah

1. Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia: Laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka (Kej. 1,27). Manusia adalah mahkota ciptaan Allah. Oleh karena itu, Allah menyediakan dan memberikan hasil ciptaan lainnya untuk ‘dikuasai’, dikelola, dijaga dan dipelihara, untuk menjadi makanannya, supaya manusia hidup dan bisa melangsungkan kehidupannya (bdk. Kej. 1,31). Oleh Allah, manusia ditetapkan sebagai tuan atas semua semua makhluk di dunia ini, untuk menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan

(10)

2. Manusia sebagai Gambar dan Citra Allah mempunyai potensi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah. Di lubuk hati nuraninya, manusia menemukan hukum yang tidak diterimanya dari dirinya sen-diri, melainkan harus ditaatinya. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan untuk menghindari apa yang jahat. Sebab dalam hatinya, manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah (Gaudium et Spes art. 16). Atas dasar

(11)

hati nurani inilah, manusia melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah melalui tin-dakan dan pekerjaan duniawinya. 3. Keluhuran martabat manusia sebagai

gambar dan citra Allah terungkap dan terwujd dalam keputusan bebasnya menjalankan pilihan dan tindakan sosial- ekonominya. Pencapaian martabat itu terwujud, apabila manusia dalam menjalankan pilihan dan tindakan sosial-ekonominya terbebaskan dari segala penawanan nafsu-nafsu, mengejar tu-juan nya dengan secara bebas memilih apa yang baik serta tepat guna, dan jerih payah yang tekun mengusahakan sarana-sarananya yang memadai (bdk.

Gaudium et Spes art. 17).

4. Pilihan dan tindakan manusia dalam dimensi sosial-ekonomi menjadi tempat dan medan untuk mewujudkan

(12)

nilai-nilai ilahi yang diterima dari Allah sendiri. Nilai-nilai ini menjadi dasar dan arah dari seluruh tindakan manusia, yang terinspirasi dari penjelmaan Sabda menjadi manusia. Dalam penjelmaan-Nya, dengan cara tertentu Sang Sabda telah menyatukan diri dengan setiap orang. Ia telah bekerja memakai tangan manusiawi, Ia berpikir memakai akal budi manusiawi, Ia bertindak atas kehendak manusiawi, Ia mengasihi dengan hati manusiawi (Gaudium et Spes art. 22).

(13)

Manusia: Makhluk

Sosial

1. Dari kodratnya yang terdalam manusia bersifat sosial, dan tanpa berhubungan dengan sesama ia tidak dapat hidup atau mengembangkan bakat pembawaannya (Gaudium et Spes art. 12). Dalam dirinya, manusia membawa nilai-nilai hidup yang berasal dan bersumber dari Allah. Nilai-nilai ini menjadi berarti keti ka manusia bergaul dengan sesama, dengan saling berjasa. Melalui dialog dengan sesama saudara, manusia berkembang dalam segala bakat pembawaannya, dan mampu menanggapi panggilannya. 2. Manusia dipanggil untuk memuliakan

(14)

dan pengabdian manusia kepada Allah terungkap dan teruwujud dalam ikatan-ikatan sosial hidup bersama dengan orang lain. Ikatan-ikatan sosial inilah yang memungkinkan manusia bisa saling berbagi nilai-nilai kehidupan satu sama lain, dan mengarahkan hidup untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri sebagai makhluk yang bermartabat,

(15)

yang menekankan sikap kasih, hormat, adil kepada sesamanya, sehingga setiap orang dalam ikatan sosialnya wajib memandang sesamanya, tak seorang pun terkecualikan, sebagai “dirinya yang lain” (bdk. Gaudium et Spes art. 26).

3. Allah menciptakan manusia bukan untuk hidup sendiri-sendiri, melainkan untuk membentuk kesatuan sosial. Sebab, Sabda Yang Menjelma telah menghendaki menjadi anggota rukun hidup manusiawi. Ia menguduskan hubungan-hubungan antar manusia, terutama hubungan keluarga, sumber kehidupan sosial. Dalam pewartaan-Nya, Ia memerintahkan dengan jelas kepada manusia supaya mereka bertingkah laku sebagai saudara satu terhadap lainnya. Bahkan Ia sendiri hingga wafat-Nya, mengorbankan Diri bagi semua orang, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari

(16)

pada kasih seseorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabat-Nya”

(Yoh. 15,13).

4. Dalam proses inkarnasi itu, Firman Allah menunjukkan solidaritas dengan manusia, dengan “mengosongkan

diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Fil. 2:7), menunjukkan

sema-ngat belarasa kepada mereka yang menderita (Mat. 9:36), dan mengupaya-kan hidup baru dan berkelimpahan dengan membawa kabar baik bagi orang miskin, pembebasan bagi tawanan, penglihatan bagi orang buta, dan pembebasan bagi orang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (bdk. Luk. 4, 18).

(17)

Manusia: Pelaku

dan Pusat Kegiatan

Ekonomi

1. Konsili Vatikan II terutama Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, menegaskan bahwa manusia adalah dasar, sumber pembawa dan tujuan semua lembaga sosial (bdk. Gaudium et Spes, 25). Juga dikemukan distingsi antara tugas Gereja sebagai lembaga dan tugas para anggota Gereja. Peran Gereja dalam masyara-kat adalah sebagai perantara dalam membangun dunia yang lebih baik. Tata masyarakat harus dikembangkan terus menerus, harus dilandasi kebenaran, dibangun atas keadilan dan harus dihayati dengan cinta kasih: namun

(18)

dalam kebebasan harus ditemukan keseimbangan yang makin hari makin manusiawi. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, harus dimulai dengan pembaharuan mental dan perubahan-perubahan masyarakat yang luas (Gaudium et Spes, 26).

2. Ensiklik Rerum Novarum yang dikeluarkan oleh Paus Leo XIII sangat mendukung

(19)

ikatan-ikatan solidaritas dan tanggung jawab sosial dalam keseluruhan lem-baga sosial. Ensiklik mengedepankan keunggulan pribadi manusia atas benda-benda, relativisasi harta benda serta kekayaan duniawi yang harus mengabdi manusia, dijamin oleh tanggung jawab serta otonomi pribadi untuk memba-ngun masyarakat bercorakkan adil dan makmur. Hal ini semakin ditandas kan dalam Ensiklik Quadragesimo Anno dari Paus Pius XI, yang berpendapat bah wa kegiatan sosial-ekonomi harus diabadikan dan ditujukan demi kesejah -te raan seluruh umat manusia. Oleh ka re-na itu, ditegaskan bahwa hak milik pri ba-di mempunyai fungsi sosial, perjuangan kelas harus diganti dengan kerja sama, dan bahwa prinsip dasar pengaturan masyarakat adalah prinsip subsidiaritas.

(20)

3. Kewajiban-kewajiban mereka berakar da-lam persaudaraan manusiawi dan adiko-drati manusia, dan mencakup tiga kewa-jiban, 1) solidaritas timbal balik – bantuan yang oleh bangsa-bangsa yang lebih kaya harus diberikan kepada bangsa-bangsa yang sedang ber kembang, 2) keadilan sosial–usaha membereskan hubungan-hubungan niaga antara bangsa -bangsa yang kuat dan yang lemah, 3) cinta kasih yang meliputi semua orang–usaha mem-bangun persekutuan global yang lebih manusiawi, yang memungkinkan semua orang untuk memberi dan menerima, sehingga kemajuan pihak-pihak terten-tu tidak diperoleh dengan merugikan pihak-pihak lain (Populorum Progressio, 44).

(21)

Gereja: Menjelmakan

Sabda

1. Gereja adalah tubuh Kristus sendiri (1 Kor. 12, bdk. Yoh. 15). Sebagaimana Kristus melaksanakan rencana penyelamatan Bapa-Nya di dalam dan bagi dunia, demikian juga persekutuan orang yang percaya kepada-Nya melaksanakan tu-gas satu dan sama itu di dalam dan bagi dunia. Oleh karena itu, pengabdian Gereja sebagai perwujudan panggilan serta perutusan Kristus dalam dunia ini menuntut keterlibatan dan tanggung jawab langsung demi utuhnya hidup manusia baik secara perorangan maupun secara bersama-sama. Pelayanan Gereja pertama-tama harus merupakan tanda

(22)

2. Pelayanan Gereja berurusan dengan bidang iman. Selain itu, tugas pengutu-san Gereja juga meluas ke “segala sesuatu yang berhubungan dengan hukum moral “ (Quadragesimo Anno art. 41), sekaligus Gereja juga memiliki “hak dan berkewajiban untuk bersuara dengan penuh wewenang atas masalah-masalah sosial-ekonomi” (bdk. QA art. 41, 96: MM art. 15,220, GS art. 42). Gereja sebagai

(23)

lembaga harus hadir sebagai suatu kekuatan moral dalam proses animasi dan pendampingan serta pendorong bagi berkembangnya kemampuan swa-daya masyarakat dalam menciptakan kekuatan sosial-ekonomi yang efektif dan berdaya guna.

3. Credit Union menjadi salah satu upaya pilihan Gereja untuk membantu menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan swadaya masyarakat dalam menciptakan kekuatan sosial-ekonomi yang efektif dan berdaya guna. Oleh karena itu, Gereja membutuhkan pemahaman terkini akan pribadi Yesus beserta metodologi-Nya dalam proses animasi dan pendampingan untuk menumbuhkan dan mengembangkan Credit Union demi kebaikan hidup manusia. Gereja harus terus menerus merenungkan dasar-dasar iman, dan

(24)

tidak terlampau percaya pada ajaran serta organisasinya sendiri. “Bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hamba, karena kehendak Yesus” (2 Kor. 4,5).

4. Dalam dan melalui Credit Union, Gere-ja dapat menjelmakan Sabda melalui karya-karya Gereja di bidang sosial-ekonomi. Golongan masyarakat yang menjadi fokus perhatian Gereja dalam kerasulannya adalah mereka yang me-ngalami ketidakadilan struktural dan melembaga, yang membuat mereka miskin dan tidak mempunyai daya untuk memperbaiki nasib sendiri. Kepada me-reka Gereja mewartakan kabar gembira tentang Kerajaan Allah, seperti yang te-lah diperagakan Yesus sepanjang sejarah hidup-Nya. Secara sadar Yesus memilih hidup bersama orang kecil untuk

(25)

me-layani Kerajaan Allah. Secara sadar pula, Yesus mau menanggung resiko akibat-akibatnya (lih. Luk. 13, 31-35). Kepada orang yang mau mengikuti-Nya, Yesus menawarkan suatu totalitas penyerahan diri (bdk. Luk.14,24-27). Untuk itu, orang diajak untuk sungguh-sungguh memper-timbangkan (bdk. Luk. 14,28-32). Dalam puncak ketakberdayaan-Nya, sebagai orang kecil yang tidak dapat mengandal-kan apa pun di dunia, Yesus menyerah-kan diri-Nya dengan penuh iman kepada kuasa dan kekuatan Kerajaan Allah (bdk. Luk. 23,46). Itulah puncak pelayanan Ye-sus kepada kuasa Kerajaan Allah. Di situ Yesus hanya membiarkan agar Kera-jaan Allah menampakkan daya kekuatan yang membebaskan. Kuasa Kerajaan Al-lah sungguh menyatakan kekuatan yang membangkitkan (Luk. 24,6). Dalam Yesus yang miskin, kecil, dan lemah, Kerajaan Allah menampakkan dayanya.

(26)

ASG: Injil Dalam

Realitas Sosial Saat Ini

1. Ajaran sosial Gereja lahir dari perjumpaan antara pesan Injil beserta tuntutan-tuntutan etisnya dan permasalahan yang muncul dalam realitas kehidupan masyarakat. Ajaran sosial dalam arti

(27)

ini bisa dipandang sebagai semacam model teoritis yang membantu kita untuk mewujudkan semangat Injil dalam kehidupan masyarakat. Ajaran sosial ini berdasarkan semangat injili, bersumber pada iman, dan merupakan bagian tugas pewartaan Injil dari Gereja bagi kaum miskin, karena dengan mengusahakan tatanan sosial yang adil, Gereja mewartakan kepada kaum miskin bahwa eksploitasi dan ketidakadilan akan leyap. 2. Ajaran sosial Gereja adalah pandangan Gereja mengenai masyarakat, yang oleh orang Katolik sendiri harus dibawa ke dalam masyarakat. Tetapi, ajaran sosial Gereja tidak memberikan resep-resep jadi untuk menyelesaikan semua masalah yang muncul dalam masyarakat. “Gereja tidak memiliki pemecahan-pemecahan teknis yang dapat ditawarkan …. oleh karena Gereja tidak menganjurkan sis

(28)

-tem-sistem atau program-program eko-no mi dan politik, juga tidak memihak yang satu atau yang lain, asalkan marta-bat manusia diindahkan sepatutnya dan dimajukan, dan asalkan dia sendiri diberi peluang yang diperlukannya untuk menjalankan pelayanannya di dalam dunia (Sollicitudo Rei Socialis, alinea 41). 3. Gereja sama sekali tidak boleh

melepas-kan tugas yang oleh Allah dipercayamelepas-kan kepadanya, untuk bercampur tangan atas kewenangannya, tentu saja tidak dalam soal-soal teknis, karena untuk itu Gereja dilengkapi bekal yang semestinya atau berdasarkan jabatan, melainkan dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum moral (Quadragesimo Anno, 41).

(29)

CU: Gerakan Nilai

Dalam Rentang Masa

1. Revolusi industri yang terjadi menjelang pertengahan abad ke-19 mengakibatkan tenaga buruh mulai diganti dengan mesin, dan akibatnya pengangguran merajalela. Buruh semakin tak berdaya karena secara perorangan mereka le-mah sekali. Friedrich Wilhelm Raffeisen, seo rang walikota di Flammersfield, Jer-man Ba rat mencetuskan dan menyeru-kan gagasan kepada orang kaya bahwa kaum miskin itu harus segera ditolong. Pada akhirnya, derma yang terkumpul untuk menambah modal hidup tidak dapat mencu kupi kebutuhan si miskin. Karena derma yang dibagikan tidak

(30)

penerima derma yang cepat-cepat menghabiskannya.

2. Kegagalan Raffeisen membawa kesim-pulan bahwa derma tidak akan meno-long manusia untuk mulai membantu dirinya sendiri, tetapi sebaliknya malah merendahkan martabat manusia yang menerimanya. Kesulitan si miskin hanya

dapat diatasi dengan jalan mengumpul-kan uang dari si miskin itu sendiri dan ke-mudian meminjamkan uang itu kepada sesama mereka. Tolong menolong dan

kerja sama adalah satu-satunya pemeca-han yang permanen un tuk memecahkan masalah yang sedang terjadi. Atas dasar hal ini, pada tahun 1849 Raiffeisen ber-hasil melahirkan gagasan koperasi kredit atau credit union dengan tiga prinsip utama koperasi kredit yaitu tabungan hanya diperoleh dari anggota-anggotan-ya, pinjaman hanya diberikan kepada

(31)

anggota-anggotanya saja, dan jaminan terbaik bagi pinjaman adalah watak si peminjam itu sendiri. “Credit Union

bu-kan sekedar lembaga yang memberi pinjaman. Tujuannya adalah untuk mem-bantu anggota bersikap hemat, mampu mengendalikan uang mereka, dan men-ingkatkan martabat dan nilai-nilai moral dengan semangat keswadayaan”.

(32)

3. Gerakan koperasi kredit (Credit Union) yang bermula di Jerman kemudian berkembang pesat ke pelbagai penjuru dunia. Di Kanada, gerakan ini dipelopori oleh seorang wartawan yang benama

Alphonse Desjardin, dan Credit Union

berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat di Kanada dan bahkan menjadi gerakan koperasi kredit yang paling berkembang di dunia saat ini. Dari Kanada, gerakan koperasi kredit ini kemudian berkembang ke Amerika Serikat. Di Amerika Serikat ini, gerakan ini dipelopori oleh Edward Fillene, seorang pedagang kaya raya di kota Boston. Pada tahun 1934 semasa pemerintahan Presiden Franklin D. Roosevelt, Koperasi Kredit di Amerika mendapatkan Undang-Undang Koperasi Kredit, dan gabungan koperasi kredit di seluruh Amerika Serikat membentuk sebuah Biro Pengembangan

(33)

di Madison, Wisconsin USA. Pada tahun 1971 Biro Pengembangan Koperasi Kredit (credit union) sedunia ini diresmikan menjadi Dewan Koperasi Kredit Sedunia

(World Council of Credit Union = WOCCU).

4. Credit Union mulai berkembang di Indonesia, sejak tahun 1967 dengan tokoh Rm. Karl Albrecht, SJ di Jakarta. Pernyataannya tentang Credit Union adalah “Kita tidak perlu kuatir tentang hari depan Kopdit, asal kita usahakan agar Kopdit tetap milik anggota, tetap memberi ‘service’ yang bermutu, serta mendidik anggota sehingga bangga dalam menjalankan dan mensukseskan Kopdit”. Tahun 1970, di Indonesia mem-bentuk wadah yang bernama Credit

Union Counselling Office (CUCO) dengan K. Albrecth, dan Robby Tulus sebagai Managing Director. Fungsinya antara

(34)

bimbingan perihal koperasi kredit baik dalam hal teknis maupun non teknis (animasi-motivasi), menyusun bahan-bahan dan program pendidikan koperasi kredit, membina para penggerak kope-rasi kredit, menyelenggarakan kursus-kursus koperasi kredit seperti kursus-kursus dasar, kursus kepemimpinan, kursus manajemen, kursus auditing, kursus wirakop, kursus bagi calon pelatih dan merintis pembentukan Badan Koordinasi Koperasi Kredit di seluruh tanah air.

(35)

CU: Sarana Gerakan

Penjelmaan Sabda

1. Sabda adalah terang kebenaran, yang akan mengarahkan dan membenarkan sikap dan tindakan hidup manusia. Manusia dipanggil untuk berjumpa sepenuhnya dengan semua ciptaan (manusia dan lingkungan) menurut model dari Sabda Yesus Kristus yang masuk ke dalam dunia dengan menjadi “sama seperti kita, hanya tidak berbuat dosa” (Ibr. 4.15). Kehadiran Sabda yang menjadi manusia mengarahkan manusia untuk cerdas dan kreatif mewujudkan nilai-nilai kemanusiaannya dalam tata kelola dan tata laksana kegiatan-kegiatan ekonomis manusia.

(36)

2. Credit Union adalah kumpulan orang. Oleh karena itu, dalam dirinya (identitas dan hakekat) merupakan kumpulan nilai-nilai kehidupan yang ada dalam diri setiap orang. Nilai-nilai itu berupa kemampuan untuk menolong diri sendiri, kemampuan untuk berswadaya, kemampuan untuk mengembangkan cara-cara pengorganisasian kehidupan bersama (demokrasi), mempunyai rasa tanggung jawab atas hidup pribadi

(37)

dan bersama, mempunyai rasa solider yang sering terungkap dalam semangat gotong-royong, mempunyai rasa keadilan, dan mempunyai kedudukan hak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dan perempuan.

3. Credit Union sebagai kumpulan nilai (sabda) yang menjelma dalam sikap dan tindakan hidup manusia, akan memberikan kesejaheteraan dan kemakmuran hidup manusia, sebagaimana Sabda yang menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Gerak turun Sang Sabda (inkarnatoris) menjadi inspirasi bagi gerak Credit Union dalam menjelmakan nilai-nilai mela-lui kegiatan-kegiatan sosial-ekonomis manusia (menabung – meminjam – mengelola). Credit Union sebagai bagian dari gerakan tobat dan solidaritas untuk menghadirkan Sabda, menjadi daging di

(38)

4. Gerak turun Sang Sabda (inkarnatoris) yang tinggal dan hadir di tengah-tengah pergumulan hidup manusia mewujud kan dan mencerminkan ungkapan solidari tas Allah bagi hidup manusia. Inilah wujud dan ungkapan keberpihakan Allah untuk melibatkan diri-Nya dalam hidup manusia, supaya manusia berkembang dalam kebersamaan-Nya dan cerdas dalam memilih dan menentukan arah hidupnya yang sesuai, bermakna dan bernilai. Credit Union membantu Gereja untuk menjadi sarana penggerak dan gerakan Penjelmaan Sabda bagi hidup manusia untuk semakin cerdas dan bijaksana dalam mengolah dan menge-lola hidup menurut dimensi kehidupan sosial-ekonominya: kehidupan ekonomi sebagai suatu proses sosial, yaitu suatu interaksi yang dilakukan dan disebabkan oleh orang perorangan dalam semua cara, di mana orang-orang secara timbal balik saling mempengaruhi.

(39)

CU: Gerakan Komunitas

Nilai

1. Credit Union merupakan himpunan orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh daya hidup (nilai), yakni berhimpun bersama untuk membentuk komunitas yang ditumbuhkembang-kan melalui pendididitumbuhkembang-kan, yang dalam kepercayaan dan kebersamaan terarah untuk membangun kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Daya hidup (nilai) menjadi daya dorong dan daya gerak komunitas untuk bergerak dalam kebersamaan membangun kekuatan ekonomi.

2. Komunitas menjadi ‘wadah’ pergera kan nilai-nilai yang terungkap dari

(40)

perwuju-dan sikap perwuju-dan tindakan masing-masing anggota komunitas dalam bentuk tata olah dan tata kelola keuangan. Keper-cayaan menjadi dasar komunitas untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai yang ada dalam diri setiap pribadi: keterbukaan, tanggung jawab kepada diri sendiri dan sesama, swadaya, solidaritas/setia kawan (anda susah saya bantu, saya susah anda bantu), demokra-si, kesetaraan, dan keadilan.

(41)

3. Himpunan nilai-nilai yang saling berge-rak dan berhubungan satu sama lain dalam kebersamaan dan persuda-raan menjadikan Credit Union menjadi kekuatan ekonomi lokal. Kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh, dari, dan untuk komunitas.

(42)

CU: Menghidupi Pola

3M

1. Sebagaimana gerak turun dari Penjelmaan Sabda yang tinggal dan hadir dalam realitas pergumulan hidup manusia, Credit Union sebagai alat dan sarana pengembangan hidup manusia mengutamakan pola karya 3M: melibatkan, mengembangkan, dan mencerdaskan. Melibatkan berarti menjumpai, hadir bagi orang lain, dan mengajak untuk bergiat bersama dalam membangun kehidupan baru. Mengembangkan berarti meningkat-kan kualitas hidup secara utuh dengan bertumpu pada nilai-nilai dan kearifan hidup masyarakat setempat. Mencerdaskan berarti

(43)

memberdaya-kan diri, secara pribadi dan bersama-sama, sehingga mampu memilih dan menentukan arah kehidupan yang sesuai, bermakna dan bernilai secara berkelanjutan.

2. Credit Union bukan melulu lembaga yang bergerak di bidang keuangan. Melalui tata olah dan tata kelola keuangan Credit Union hadir bagi orang lain untuk bersama dan dalam kebersamaan untuk saling melibatkan diri membangun kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera dalam dimensi sosial-ekonomi. Mengolah dan mengelola Credit Union pertama-tama bukan dalam arti menumbuhkan dan mengembangkan aset modal keuangan. Aset modal keuangan hanya dampak dari mengolah dan mengelola daya hidup yang ada dalam diri manusia. Daya hidup itu berupa nilai-nilai kehidupan yang ada

(44)

dalam diri manusia yang berasal dari Allah sendiri.

3. Dalam dan melalui Credit Union: melalui perjumpaan dan berhubungan langsung satu sama lain, daya-daya hidup manusia (nilai-nilai ilahi) semakin didorong untuk dihidupi oleh manusia dalam mengembangkan kualitas hidupnya. Kualitas hidup yang didasarkan pada cinta kasih, kebenaran dan keadilan, dalam kebersamaan, untuk membangun tata dunia baru menurut dimensi sosial-ekonomi.

4. Kemandirian dalam tata olah dan tata kelola keuangan rumah tangga seturut dengan daya-daya hidup (nilai-nilai ilahi) yang semakin berkembang dalam diri setiap manusia: saling menghormati, saling menghargai, saling berkeadilan, saling bercinta kasih, menjadi tolak ukur

(45)

arah dan tujuan dari Credit Union dalam membantu mencerdaskan manusia. Dengan demikian, pola 3M: melibatkan, mengembangkan, dan mencerdaskan, menjadi pola dan cara kerja Credit Union dalam membantu manusia untuk hidup sejahtera (lahir dan batin).

(46)

CU: Hal-hal teoritis

dan praktis yang harus

diketahui

1. Misi Credit Union adalah menolong orang kecil mencapai kebebasan ke-ua ng an, memampukan anggota un-tuk bertumbuh/berkembang (lebih berdaya) dan menolong anggota un-tuk mengontrol sendiri penggunaan keuangannya.

2. Peran CU adalah membentuk para ang-gota untuk menumbuhkan keterampilan yang sudah dimiliki dan mengajarkan cara baru untuk menghadapi pasang surut kehidupan, sehingga mereka siap dengan apapun yang terjadi dalam hidup mereka.

(47)

3. Fondasi/dasar-dasar Credit Union ada-lah visioner (berpikir jauh ke depan): menjunjung tinggi kualitas hidup jujur, berani, rela berkorban, saling percaya,

dan utuh (integritas) sebagai pribadi, dengan terus membangun sikap proaktif, antusias, berpengharapan, kreatif, berani ambil resiko, teguh hati, hemat, kerja keras dan kerja cerdas.

(48)

4. Prinsip-prinsip yang ada dalam Credit Union adalah keanggotaan terbuka dan sukarela, kontrol secara demokratis oleh anggota, tidak diskriminatif, pelayanan kepada anggota, distribusi kepada anggota, membangun stabilitas keuangan, pendidikan yang terus-menerus, kerjasama antar Credit Union, dan tanggung jawab sosial.

5. Nilai-nilai yang ada dalam Credit Union adalah menolong diri sendiri, bertanggung jawab kepada diri sendiri, swadaya (dari anggota, oleh anggota, untuk anggota), solidaritas/setia kawan (anda susah saya bantu, saya susah anda bantu), demokrasi, kesetaraan, dan keadilan.

6. Ciri-ciri Credit Union yang kuat adalah memiliki kekuatan keuangan, efisiensi operasional, keunggulan kompetitif,

(49)

kepuasan anggota, kepuasan staf, pertumbuhan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

7. Prinsip Tata Kelola Credit Union yang baik mencakup external governance (Tata Kelola Eksternal), internal governance (Tata kelola Internal) dan individual

governance (Tata Kelola Individu). External Governance meliputi trans

pa-ransi (patuh pada peraturan, komunikasi yang hangat antara aktivis dengan anggota, pemerintah dan masyarakat umum (keterbukaan), laporan keuangan dibuat dan disampaikan kepada ang gota dan masyarakat), pemenuhan terhadap peraturan (menerapkan “Standard CU Internasional” untuk keamanan dan kesehatan keuangan sesuai standar industri, melakukan audit secara rutin, audit eksternal tahunan kurang lebih 90 hari setelah tahun buku berjalan),

(50)

dan akuntabilitas publik (secara te-tap dipertanggungjawabkan kepada pemerintah maupun secara hukum, pengurus dan manajemen sensitif terhadap pemberitaan di media maupun penilaian terhadap CU oleh pihak luar). 8. Internal governance meliputi struktur

(Ra-pat Anggota Tahunan dihadiri oleh ang-gota secara memadai, komposisi pengu-rus antara 5 sampai 9 orang, pengupengu-rus dapat dipilih dalam dua periode, tiap periode 2-5 tahun, pencalonan pengu-rus menggunakan standar yang jelas), kontinuitas pengurus (membuat peren-canaan strategis CU, membuat rencana suksesi, dan menerapkan manajemen profesional dan membuat perencanaan), keseimbangan (komposisi pengurus merefleksikan demografi dan kebutuhan keuangan anggota, seimbang antara penabung saham dan non saham,

(51)

mem-perhatikan gender), dan akuntabilitas (pertanggung jawaban laporan secara transparan dan profesional, terdapat sistem monitoring dan evaluasi terpadu, terdapat Pengawasan dan Pemeriksaan rutin).

9. Individual Governance meliputi integri tas (adanya standar kode etik, pengurus dan manajer/staf tidak pernah terlibat kasus kriminal atau korupsi, pinjaman untuk pengurus harus melalui sidang pengurus tanpa dihadiri yang bersangkutan, tidak ada hubungan keluarga antar pengu-rus dan/atau manajemen, pengupengu-rus yang terkena kasus kriminal harus dikeluarkan), kompetensi (memiliki kemam puan tentang keuangan dan bis-nis, mengembangkan diri), dan komit-men (aktif, bekerjasama, semua Anggota Keluarga sudah masuk CU).

(52)

10. Mengapa orang harus masuk menjadi anggota Credit Union: CU memberdaya-kan manusia, CU mendorong ekonomi rumah tangga yang kokoh, CU memba-ngun gerakan ekonomi moral, CU adalah tempat orang-orang yang saling percaya berhimpun, CU membangun kearifan pengelolaan keuangan, CU menciptakan lapangan kerja, CU memperkuat kes-wadayaan sosial, budaya, ekonomi, dan politik, yang meningkatkan daya tawar terhadap negara sekaligus mengurangi ketergantungan pada negara, CU mem-proteksi aset-aset kehidupan rakyat dari eksploitasi pasar dan negara, CU men-ciptakan pensiun mandiri dan jaminan sosial keluarga miskin, CU menciptakan sumber-sumber pembiayaan bersama (co-financing) yang memungkinkan kaum miskin menjadi investor (lokal).

(53)

11. Credit Union memberi arti kepada kesejahteraan. Kesejahteraan (kekayaan sejati) adalah keadaan pikiran yang dialami ketika semua aspek kehidupan kita (spiritual, emosional, fisik, sosial, politik, dan finansial) semuanya searah dengan nilai-nilai luhur yang dianut dan hati nurani kita. Hal-hal tersebut mencakup kesehatan emosional dan fisik, kekuatan spiritual dan keamanan keuangan, perasaan penuh, bermakna dan punya tujuan hidup yang jelas, waktu dan rasa damai untuk benar-benar menikmati hidup, hubungan dengan sesama benar-benar terjalin secara harmonis, membina dan memelihara kepedulian sosial dan kepuasan dalam bekerja.

12. Alur pembukuan yang ada di Credit Union yaitu slip uang masuk (SUM)/Slip uang keluar (SUK)/Slip Memo, Kartu

(54)

Simpanan dan Pinjaman Anggota, Buku Anggota, Buku Kas Harian, Daftar Uang Masuk/Daftar Uang Keluar, Ringkasan Daftar Uang Masuk/Ringkasan Daftar Uang Keluar, Jurnal, Buku Besar, Neraca Saldo, serta Laporan keuangan dan statistik bulanan.

(55)

Penutup

Credit Union menjadi sarana dan alat (kendaraan) yang akan membawa manusia pada kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Sebagai kendaraan, Credit Union membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana (teknis dan non teknis) yang memadai. Semoga ‘buku saku’ ini bisa digunakan untuk membantu dan berperan sebagai ‘kompas moral’ yang akan mengarahkan dan menjalankan kendaraan ‘Credit Union’ sampai pada tujuan yang diharapkan bersama: kesejahteraan dan kemakmuran bersama.

(56)

Referensi

Dokumen terkait