• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah singapura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah singapura"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

Pendahuluan

Pendahuluan

1.1

1.1 LataLatar Ber Belakalakangng

Sampah memang sudah menjadi masalah di kota besar di seluruh dunia. Khususnya Sampah memang sudah menjadi masalah di kota besar di seluruh dunia. Khususnya di

di IndIndoneonesiasia, , sepseperti erti menmenumpumpuknuknya ya samsampah pah di di jaljalan-jan-jalaalan n proprotoktokol ol di di berberbagbagai ai kotkota.a. Belum lagi konflik antara pemerintah dengan warga masyarakat yang lokasinya menjadi Belum lagi konflik antara pemerintah dengan warga masyarakat yang lokasinya menjadi tempat pembuangan akhir.

tempat pembuangan akhir.

Semua orang paham bahwa mengelola sampah perkotaan dengan volume ribuan

Semua orang paham bahwa mengelola sampah perkotaan dengan volume ribuan

met

meter er kubkubik ik perperharhari i dan dan karkaraktakterierististiknyknya a yanyang g berberagaagam m bukbukanlanlah ah hal hal yanyang g mudmudah.ah.

Terbukti sampai saat ini, berbagai masalah yang diakibatkan oleh sampah susul-menyusul

Terbukti sampai saat ini, berbagai masalah yang diakibatkan oleh sampah susul-menyusul

ti

tiadada a hehentnti, i, sesepepertrti i kakasusus s tetempmpat at pepembmbuauangngan an akakhihir r sasampmpah ah (T(TPAPA) ) yayang ng teterbrbakakarar,,

 pencemaran bau dan lindi, kasus TPST Bojong, dan bencana sampah longsor di TPA

 pencemaran bau dan lindi, kasus TPST Bojong, dan bencana sampah longsor di TPA

Leuwigajah, Bandung.

Leuwigajah, Bandung.

Salah satu dari penyebab munculnya masalah-masalah tersebut di berbagai kota

Salah satu dari penyebab munculnya masalah-masalah tersebut di berbagai kota

metropolitan atau kota-kota besar di Indonesia adalah karena strataegi pengolahan dan

metropolitan atau kota-kota besar di Indonesia adalah karena strataegi pengolahan dan

  p

  pemembubuanangagan n sasampmpah ah yayang ng amaman an teterhrhadadap ap lilingngkukungngan an bebelulum m didilaklaksasananakakan n sesecarcaraa

te

teririntntegegrarasisi, , didimamana na sasaat at inini i sasampmpah ah umumumumnynya a hahanynya a didikukumpmpululkakan n di di tetempmpatat

 penampungan sampah sementara, kemudian diangkut dengan truk, dan dibuang di TPA ala

 penampungan sampah sementara, kemudian diangkut dengan truk, dan dibuang di TPA ala

kadarnya.

kadarnya.

Be

Berbrbicicara ara tetentntanang g ststrarategtegi i pepengngelelololaan aan sasampmpah ah kokota ta memetrtropopololititanan, , sesebabagagaii

  pembanding, ada baiknya kita intip strategi negara jiran terdekat kita yakni Singapura

  pembanding, ada baiknya kita intip strategi negara jiran terdekat kita yakni Singapura

dalam menakhlukkan sampah hingga negeri itu berhasil mendudukkan dirinya sebagai

dalam menakhlukkan sampah hingga negeri itu berhasil mendudukkan dirinya sebagai

salah satu kota yang hijau dan terbersih di dunia cocok dengan semboyannya: Singapore,

salah satu kota yang hijau dan terbersih di dunia cocok dengan semboyannya: Singapore,

clean and green.

clean and green.

Un

Untutuk k ititu, u, MakMakalalah ah PrPrososes es PePengngololahahan an SaSampmpah ah SiSingngapapurura a didibubuat at agagar ar kikitata

men

mengetgetahuahui i secsecara ara detdetail ail dan dan terterperperincinci i penpengelgelolaolaan an samsampah pah di di negnegara ara tettetangangga ga kitkita,a,

Singapura.

Singapura.

1.2

1.2TujTujuanuan

Untuk mengeatahui secara lebih jelas proses pengelolaan sampah di Singapura.

(2)

BAB II

BAB II

Tinjauan pustaka

Tinjauan pustaka

2.1

2.1SamSampahpah

Sam

Sampah pah adaadalah lah sissisa a kegkegiatiatan an sehsehari-ari-sehsehari ari manmanusiusia a dandan/at/atau au proproses ses alaalam m yanyangg  berbe

 berbentuk padat. Sampah ntuk padat. Sampah spesispesifik fik adalah sampah yang adalah sampah yang karenkarena a sifat konsentsifat konsentrasi, dan/ataurasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

(UU No.32 Tahun 2009) (UU No.32 Tahun 2009) Sampah merupakan

Sampah merupakan materialmaterial sisisa sa yayang ng titidadak k didiiningiginknkan an sesetetelalah h beberarakhkhirirnynyaa suatu

suatu prosesproses. . SaSammpapah h mmereruupapakakan n dididdefefininisisikikan an ololeh eh mmananuusisia a mmenenuururut t dederarajajatt keterpakaiannya, dalam

keterpakaiannya, dalam proses-proses alam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang adasebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada ha

hanynya a prprododukuk-p-proroduduk k yayang ng didihahasisilklkan an seseteltelah ah dadan n seselamlama a prprososes es alalam am tetersrsebebutut  berlangsung.  berlangsung. (Wikipedia) (Wikipedia) 2.1.1 Jenis Sampah 2.1.1 Jenis Sampah Sampah terdiri atas : Sampah terdiri atas : 1.

1. SaSampmpah ah rurumamah h tatangnggaga

Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dariberasal dari keg

kegiatiatan an sehsehari-ari-harhari i daldalam am rumrumah ah tantanggagga, , tidtidak ak termtermasuasuk k tintinja ja dan dan samsampahpah spesifik.

spesifik. 2.

2. SamSampah pah sejsejenienis sas sampmpah rah rumaumah tanh tanggagga

Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huru

huruf f b b berasaberasal l dari dari kawasakawasan n komerkomersial,ksial,kawasan industriawasan industri, , kawaskawasan an khuskhusus,us, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. 3.

3. SaSampmpah ah spspesesififik ik 

Sampah spesifik sebag

Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada aimana dimaksud pada ayat (1) ayat (1) huruf c meliputi :huruf c meliputi : a.

a. Sampah Sampah yang yang mengamengandunndung bg bahan ahan berbahberbahaya daya dan ban beracuneracun..  b.

 b. Sampah Sampah yang myang menganengandung dung limbalimbah bahan h bahan berbahberbahaya dan aya dan beracuberacun.n. c.

c. SamSampah pah yanyang tg timbimbul ul akiakibat bat benbencancanaa d.

(3)

e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau f. Sampah yang timbul secara tidak periodik.

(UU No.32 Tahun 2009)

2.1.1.1 Berdasarkan sumbernya 1. Sampah alam 2. Sampah manusia 3. Sampah konsumsi 4. Sampah nuklir  5. Sampah industri 6. Sampah pertambangan (Wikipedia) 2.1.1.2 Berdasarkan sifatnya

1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.

2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak   mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk  dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik  yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus

(4)

makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.

(Wikipedia)

2.1.1.3 Berdasarkan bentuknya

 Sampah Padat 

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,   plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya

sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas,   potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan- potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun

dan sebagainya.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:

A. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.

B. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:

a) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara

(5)

ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

 b)   Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai

ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

 Sampah Cair 

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

A. Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang  berbahaya.

B. Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah  besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.

Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik  tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan.

(6)

 Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar  diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

 Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil   pencernaan manusia, sepertifeses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan)   penyakit yang disebabkanvirus dan bakteri. Salah satu   perkembangan utama pada dialektika manusia adalah  pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia

dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk  didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa ( plumbing ). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

 Sampah Konsumsi 

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini  pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah

(7)

 Limbah radioaktif 

Sampah nuklir merupakan hasil dari  fusi nuklir dan fisi  nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang   garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih

dilakukan).

(Wikipedia)

2.2 Insinerator

Insinerator adalah teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur  tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutansebelum dilepas ke atmosfer . Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik .

Insinerator mengurangi volume sampah hingga 95-96%, tergantung komposisi dan derajat recovery sampah. Ini berarti insinerasi tidak sepenuhnya mengganti penggunaan lahan sebagai area pembuangan akhir, tetapi insinerasi mengurangi volume sampah yang dibuang dalam jumlah yang signifikan.

Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana  patogen dan racun kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi.

Insinerasi sangat populer di beberapa negara seperti Jepang di mana lahan merupakan sumber daya yang sangat langka. Denmark danSwedia telah menjadi pionir 

(8)

dalam menggunakan panas dari insinerasi untuk menghasilkan energi. Di tahun 2005, insinerasi sampah menghasilkan 4,8% energi listrik dan 13,7% panas yang dikonsumsi negara itu. Beberapa negara lain di Eropa yang mengandalkan insinerasi sebagai  pengolahan sampah adalah Luksemburg, Belanda, Jerman, dan Prancis.

(Wikipedia) 2.2.1 Tipe Insinerator 

1. Piringan bergerak  

Sampah padat sedang dibakar di atas piringan bergerak 

Salah satu jenis insinerator adalah piringan bergerak (moving   grate).Insinerator jenis ini memungkinkan pemindahan sampah ke ruang  pembakaran dan memindahkan sisa hasil pembakaran tanpa mematikan api. Satu wadah piringan bergerak dapat membakar 35 metrik ton sampah perjam. Jenis insinerator ini dapat bergerak ribuan jam pertahun dengan hanya satu kali berhenti, yaitu pada saat inspeksi dan perawatan.

Sampah diintroduksi ke "mulut" insinerator, dan pada lubang di ujung lainnya sisa hasil pembakaran dikeluarkan. Udara yang dipakai dalam proses  pembakaran disuplai melalui celah piringan. Aliran udara ini juga bertujuan untuk 

mendinginkan piringan tersebut. Beberapa jenis insinerator piringan bergerak juga memiliki sistem air pendingin di dalamnya.

Suplai udara pembakaran sekunder dilakukan dengan memompa udara menuju bagian atas piringan. Jika dilakukan dengan kecepatan tinggi, hal ini dapat memicu turbulensi yang memastikan terjadinya pembakaran yang lebih baik dan

(9)

surplus oksigen. Turbulensi ini juga penting untuk pengolahan gas sisa hasil  pembakaran sampah.

Fasilitas insinerasi harus didesain untuk memastikan bahwa gas sisa hasil  pembakaran mencapai temperatur 850oC selama dua detik untuk memecah racun kimia organik . Untuk lebih memastikan hal tersebut, biasanya diperlengkapi dengan pembakar yang pada umumnya memakai bahan bakar minyak , yang lalu dibakar ke insinerasi untuk mendapatkan panas yang memadai.

Gas sisa hasil pembakaran lalu didinginkan. Panas yang ada ditransfer  menjadi uap dengan memaparkannya pada sistem pompa air. Uap ini lalu digunakan untuk menggerakkan turbin. Gas yang telah melalui pendinginan dipompakan ke fasilitas sistem pembersihan.

2. Piringan tetap

Ini adalah tipe yang lebih tua dan sederhana. Piringan tetap yang tidak   bergerak berada di bagian bawah insinerator dengan bukaan pada bagian atas atau

samping untuk memasukan sampah dan bukaan lainnya untuk memindahkan bahan yang tidak terbakar (abu, logam, dan sebagainya).

(Wikipedia) 2.2.2 Polusi Yang Dihasilkan Insinerator 

Insinerasi memiliki sejumlah output seperti abu dan emisi ke atmosfer   berupa gas sisa hasil pembakaran. Sebelum melewati fasilitas pembersihan gas,

(10)

gas-gas tersebut mungkin mengandung partikulat, logam  berat, dioksin, furan, sulfur dioksida, dan asam hidroklorat.

Dalam sebuah penelitian tahun 1994, Delaware Solid Waste Authority menemukan bahwa untuk sejumlah energi yang sama yang dihasilkan, insinerator  menghasilkan hidrokarbon, [[SO2]], HCl, CO, dan [[NOx]] lebih sedikit dibandingkan  pembangkit listrik dengan bahan bakar   batu bara, namun lebih  banyak dari pada pembangkit listrik dengan bahan bakar gas alam.

Dioksin dan furan adalah jenis emisi hasil pembakaran insinerator yang   berisiko terhadap kesehatan. Insinerator tua tidak memiliki sistem yang bisa

membersihkan dioksin.

Umumnya, pemecahan dioksin membutuhkan temperatur tinggi untuk  memicu pemecahan termal terhadap ikatan molekular. Pembakaran plastik yang tidak mencapai temperatur yang diperlukan akan melepaskan dioksin dalam jumlah signifikan ke udara.

Insinerator modern didesain untuk mencapai pembakaran dengan suhu tinggi. Biasanya dilengkapi dengan pembakar yang memakai bahan bakar minyak. Temperatur yang dibutuhkan adalah 850 oC dalam waktu setidaknya dua detik guna memecah dioksin.

Emisi gas lainnya adalah [[CO2]] sebagai hasil dari proses pembakaran sempurna. Pada temperatur ruang dan tekanan atmosfer, satu ton sampah padat dapat menghasilkan 1 ton gas CO2. Jika sampah dibuang ke lahan pembuangan, satu ton sampah padat dapat menghasilkan 62 meter   kubik metana karena dekomposisi anaerobik . Metana sejumlah ini memiliki efek  rumah kaca dua kali lebih berbahaya dari pada 1 ton CO2.

Bahan beracun lainnya yang keluar dari gas yang dihasilkan dari sisa   pembuangan diantaranyasulfur dioksida, asam hidroklorat, logam berat, dan partikel halus. Uap yang terkandung dalam gas menciptakan bagian yang dapat terlihat dari gas yang umumnya transparan sehingga menyebabkan polusi dapat terlihat.

Pembersihan gas sisa pembakaran yang dapat berpotensi menjadi polutan dilakukan melalui berbagai proses. Partikulat dikumpulkan dengan filtrasi

(11)

 partikel yang pada umumnya berupaelectrostatic precipitator dan/atau baghouse filter . Yang terakhir umumnya sangat efisien untuk mengumpulkan partikel halus. Dalam penelitian oleh kementrian lingkungan hidup Denmark di tahun 2006, rata-rata emisi partikulat per energi yang dihasilkan oleh sampah yang dibakar berada di  bawah 2,02 gram per Giga Joule.

Pembersih gas asam digunakan untuk menghilangkan asam hidroklorat, asam nitrat, asam hidrofluorat, merkuri, timbal, dan logam berat lainnya. Sulfur  dioksida dapat dihilangkan dengan desulfurisasi menggunakan cairan limestone yang diinjeksikan ke gas sisa hasil pembakaran sebelum menuju ke filtrasi partikel.

Gas NOxadalah gas lainnya yang harus direduksi dengan katalis amonia di konverter katalitik atau dengan reaksi bertemperatur tinggi dengan amonia. Logam   berat diadsorpsi dengan bubuk karbon aktif yang lalu dikumpulkan di filtrasi  partikel.

Insinerasi juga memproduksi abu ringan yang dapat bercampur dengan udara di atmosfer dan abu padat, sama seperti ketika batu bara dibakar. Total abu yang dirpoduksi berkisar antara 4-10% volume dan 15-20% massa sampah sebelum dibakar. Abu ringan berkontribusi lebih pada potensi gangguan kesehatan karena dapat berbaur pada udara dan berisiko terhirup paru-paru. Berbeda dengan abu

padat, abu ringan mengandung konsentrasi logam berat (timbal, kadmium, tembaga, dan seng) lebih banyak dari pada abu padat namun lebih sedikit kandungan dioksin dan furan. Abu padat jarang mengandung logam   berat dan tidak dikategorikan sebagai sampah berbahaya sehingga aman untuk 

dibuang ke lahan pembuangan sampah. Namun perlu diperhatikan agar    pembuangan abu padat tidak mengganggu keadaan air tanah karena abu padat

dapat terserap ke dalam tanah.

Polusi lainnya adalah bau, namun bau dan debu telah ditangani dengan baik    pada fasilitas insinerasi terbaru. Sampah diterima dan disimpan dalam ruangan  bertekanan udara rendah dengan aliran udara menuju ke dalam ruang pembakaran sehingga sangat kecil kemungkinan bau akan lepas menuju atmosfer dan menimbulkan ketidaknyamanan pada lingkungan sekitar.

(12)

(Wikipedia)

2.3Teknologi Pengelohan Sampah Modern

2.3.1 Proses Konversi Thermal

Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi, pirolisa, dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi   bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan

reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Unsur-unsur   penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan nitrogen (N) akan dioksidasi

menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas produk. Beberapa contoh insinerator ialah open burning, single chamber, open pit, multiple chamber, starved air unit, rotary kiln , dan fluidized bed incinerator .

Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur  tinggi, molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan char, dan produk gas.

Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas. Gasifikasi melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna

(13)

 pada temperatur yang relatif tinggi (sekitar 900-1100 C). Seperti halnya pirolisa,  proses gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 

4000 kJ/Nm3.

2.3.2 Proses Konversi Biologis

Proses konversi biologis dapat dicapai dengan cara digestion secara anaerobik (biogas) atau tanah urug (landfill). Biogas adalah teknologi konversi  biomassa (sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan slurry dapat digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas methane yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3.

Landfill ialah pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidak didesain dengan baik, leachate akan mencemari tanah dan masuk ke dalam badan-badan air di dalam tanah. Karena itu, tanah di landfill harus mempunya permeabilitas yang rendah. Aktifias mikroba dalamlandfill menghasilkan gas CH4 dan CO2 (pada tahap awal – proses aerobik) dan menghasilkan gas methane (pada proses anaerobiknya). Gas landfill tersebut mempunyai nilai kalor sekitar 450-540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri dari sejumlah sumur-sumur dalam pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan dengan

(14)

  pompa vakum sentral. Selain itu terdapat juga sistem pengambilan gas dengan pompa desentralisasi.

(15)

BAB III

Gambaran Umum

3.1 Geografi

Singapura nama resminya Republik Singapura, adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatanSemenanjung Malaya, 137 kilometer (85 mil) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan.

Singapura memiliki sejarah imigrasi yang panjang. Penduduknya yang beragam   berjumlah 5 juta jiwa, terdiri dariCina, Melayu, India, berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid. 42% penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa

Singapura terdiri dari 63 pulau, termasuk daratan Singapura. Pulau utama sering disebut Pulau Singapura tetapi secara resmi disebut Pulau Ujong (Melayu: berarti pulau di ujung daratan (semenanjung)). Terdapat dua jembatan buatan menuju Johor, Malaysia: Johor–Singapore Causeway di utara, dan Tuas Second Link di barat. Pulau Jurong, Pulau Tekong, Pulau Ubin dan Pulau Sentosa adalah yang terbesar dari beberapa  pulau kecil di Singapura

(Wikipedia)

(16)

Singapura memiliki iklim tropik khatulistiwa tanpa musim yang nyata berbeda, kesamaan suhu, kelembapan tinggi, dan curah hujan yang melimpah. Suhu berkisar antara 22 hingga 34 °C (71,6 to 93,2 °F). Rata-rata kelembapan relatif  berkisar antara 90% di  pagi hari dan 60% di sore hari. Pada cuaca hujan yang berkepanjangan, kelembapan relatif  dapat mencapai 100%. Suhu terendah dan tertinggi yang tercatat dalam sejarah maritim Singapura adalah 194 °C (381.2 °F) dan 358 °C (676.4 °F).

Bulan Mei dan Juni merupakan bulan terpanas, sedangkan November dan Desember merupakan musim monsun basah. Dari bulan Agustus hingga Oktober, seringkali terdapat kabut, terkadang cukup mengganggu hingga pemerintah mengeluarkan  peringatan kesehatan kepada publik, hal ini disebabkan oleh kebakaran semak-belukar di negara tetangganya, Indonesia. Singapura tidak menggunakan waktu musim panas atau   perubahan zona waktu musim panas. Jarak waktu hari hampir sama sepanjang tahun

dikarenakan letak Singapura yang berdekatan dengan garis khatulistiwa

(Wikipedia)

3.3 Populasi

Jumlah penduduk Singapura memiliki persentase warga asing tertinggi keenam di dunia. Sekitar 42% penduduk Singapura adalah warga asing dan mereka membentuk 50% sektor jasa di negara itu. Kebanyakan berasal dari Cina, Malaysia, Filipina, Amerika Utara, TImur Tengah, Eropa, Australia, Bangladesh dan India. Negara ini merupakan yang terpadat kedua di dunia setelah Monako. Menurut statistik pemerintah, jumlah penduduk  Singapura pada 2009 sebanyak 4,99 juta jiwa, 3,73 juta jiwa di antaranya merupakan warga negara dan penduduk tetap Singapura (disebut "Singapore Residents"). Jumlah warga negara pada tahun 2009 adalah 3,2 juta jiwa. Berbagai kelompok   bahasa Cina] membentuk 74,2% dari penduduk Singapura, Melayu 13,4%, India 9,2%,

sementara Eurasia, Arab dan kelompok lain membentuk 3,2% dari populasi Singapura. Pada 2008, tingkat kelahiran total hanya 1,28 anak setiap wanita, terendah ketiga di dunia dan di bawah batas 2,1 yang dibutuhkan untuk mengganti populasi di masa depan. Tahun 2008, 39.826 bayi lahir, dibandingkan dengan 37.600 bayi pada 2005. Jumlah ini  belum cukup untuk mempertahankan pertumbuhan penduduk. Untuk mengatasi masalah

(17)

ini, pemerintah mendorong warga asing untuk pindah ke Singapura. Jumlah besar imigran ini telah mencegah populasi Singapura berkurang.

Menurut statistik terbaru tahun 2010, tingkat kelahiran total penduduk Singapura mencapai tingkat 1,22 pada 2009. Tingkat kelahiran total penduduk Cina Singapura adalah 1,08, diikuti India 1,14 dan Melayu 1,82. Ringkat kelahiran Melayu Singapura ~70% lebih tinggi dari Cina dan India Singapura.

(18)

BAB IV

PEMBAHASAN

Menurut data dari Kementrian Lingkungan Hidup Singapura, Singapura, negeri dengan wilayah daratan seluas DKI Jakarta atau sekitar 650 km2 dan berpenduduk lebih dari 4,6 juta jiwa, menghasilkan sampah sekitar 7600 ton perharinya. Untuk menangani sampah sebanyak itu, yang notabene 1000 ton lebih banyak dari produksi sampah Jakarta, Pemerintah Singapura memilih strategi pengelolaan sampah berupa penerapan teknologi insinerator yang dapat mengubah sampah menjadi energi listrik (waste to energy) dan  pembangunan TPA sanitary landfill di lepas pantai.

Pemilihan teknologi insinerasi didasarkan karena teknologi tersebut mampu mereduksi volume sampah harian hingga 90 persen sehingga masa pakai TPA menjadi semakin panjang. Umur TPA menjadi sangat penting di sana karena sebagai kota metropolitan dan industri, Singapura tidak lagi menyisakan daratannya untuk usaha non- produktif seperti TPA sehingga pembangunan TPA-nyapun mau tidak mau memanfaatkan wilayah lepas pantai dengan persyaratan teknis yang sangat ketat. Selain karena keterbatasan lahan, pemilihan teknologi tersebut, yang cukup mahal, rumit, dan hightech,   juga didasarkan pada sudah matangnya kesiapan finansial, perangkat hukum, institusi  pengelola, dan sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah.

Dengan strategi tersebut, sistem pengelolaan sampah di Singapura jelas tidak  sekedar menerapkan prinsip kumpul, angkut, dan buang seperti yang banyak dipraktekkan di kota-kota besar di Indonesia, tetapi prinsipnya adalah sampah dikumpulkan, kemudian dipadatkan (di transfer station) untuk kemudian diangkut dan dibakar (di insinerator), dan terakhir dibuang (di sanitary landfill di lepas pantai).

4.1 TPA Singapura

Sebelum bulan April 1999, tempat pembuangan sampah Singapura sebenarnya terletak di TPA Lorong Halus yang letaknya di kawasan pantai berawa bagian timur laut Singapura. Namun karena TPA tersebut sudah penuh dan tidak tersisa lagi daratan Singapura untuk TPA, maka dibuatlah TPA sanitary landfill lepas pantai di selatan Singapura yang sekarang dikenal sebagai TPA Semakau.

(19)

Untuk menciptakan area pembuangan sampah, sebuah lingkaran tanggul sepanjang 7 km dibangun untuk menutup bagian timur Pulau Semakau dan Pulau Sekang. Tanggul tersebut dibuat dari jutaan meter kubik batuan dan pasir yang, tentu saja berasal dari kepulauan Riau, melingkupi areal seluas 350 hektar (tiga kali lebih luas dari TPA Bantargebang). Areal tersebut seperti lakyaknya sebuah laguna raksasa, di mana sebagian areanya sudah diisi dengan timbunan sampah, dan sebagian besar lainnya masih berisi air  laut.

Untuk mencegah infiltrasi air leachate (lindi) ke perairan laut di sekitarnya, pada  bagian dasar tanggul dan dasar TPA dilapisi dengan membran impermeable (kedap air) dan lapisan clay (lempung), sehingga pencemaran lingkungan dapat dicegah. Selanjutnya, lindi yang berasal dari TPA tersebut dipompa dan ditampung di unit pengolahan limbah cair yang terletak di dalam area TPA itu sendiri.

TPA Semakau pada dasarnya merupakan duplikasi dari TPA lepas pantai yang  berada di Tokyo, Jepang, yaitu TPA lepas pantai Outer Central Breakwater dan New Sea Surface yang berkapasitas 120 juta meter kubik sampah. TPA Semakau sendiri memiliki kapasitas tampung sebesar 63 juta meter kubik sampah sehingga diperkirakan dapat menampung sampah Singapura sampai 40 tahun mendatang. Bila penuh nanti, TPA Semakau merupakan pulau baru seluas ratusan hektar yang dapat dimanfaatkan untuk   berbagai keperluan seperti taman wisata, daerah industri, dsb.

Oleh karena letaknya di lepas pantai, di TPA Semakau juga dibangun pelabuhan sampah yang berfungsi sebagai tempat pembongkaran sampah dari barge (kapal tongkang)  pengangkut sampah yang berlayar ke TPA tersebut. Limbah padat dari kapal tongkang dibongkar dengan ekskavator dan dimasukan ke dalam truk berkapasitas 35 ton untuk  dibawa ke area pembuangan. Di area tersebut sampah dibongkar, kemudian diratakan, dan dipadatkan dengan buldozer. Untuk membangun TPA Semakau dan fasilitas   pendukungnya, Pemerintah Singapura menghabiskan biaya sebesar 610 juta dolar 

Singapura. Biaya tersebut lebih mahal dari yang dibutuhkan untuk membangun TPA sanitary landfill di daratan.

TPA Semakau tidak seperti TPA di Indonesia, material sampahnya tidak  menimbulkan emisi gas yang berbau dan relatif stabil karena sampah yang masuk berupa material inert seperti abu sampah yang berasal dari insinerator dan bongkaran bangunan.

(20)

4.2 Pelabuhan Sampah

Oleh karena TPA Semakau terletak di lepas pantai, maka diperlukan fasilitas  perantara pembuangan abu dari plant insinerator ke TPA yaitu pelabuhan sampah dan alat transportasi pelayarannya. Adalah Tuas Marine Transfer Station (TMTS) merupakan   pelabuhan transit sampah yang dilengkapi dengan tempat untuk menambatkan kapal tongkang pengangkut sampah dan fasilitas bongkar-muat sampah. Biaya diperlukan untuk  konstruksi TMTS sebesar 80,9 juta dolar Singapura, sedangkan untuk pembelian tongkang dan kapal penariknya memakan dana sebanyak 37 juta dolar Singapura.

TMTS, yang terletak bersebelahan dengan Insinerator Tuas Selatan menghadap laut, memiliki area seluas 7 hektar, dengan di dalamnya terdapat area tempat menambatkan kapal tongkang. Dua kapal tongkang dengan kapasitas 3500 meter kubik sampah dapat ditambatkan dalam waktu yang bersamaan. Salah satu sisi tempat penambatan kapal tongkang dibuat lebih tinggi dari permukaan kapal dan menjorok ke tengah sehingga sampah yang dibongkar dari dump truck pengangkut abu atau puing bangunan dapat langsung jatuh ke bagian tengah kapal tongkang. Area tempat pembongkaran sampah dapat memuat 20 truk secara berjejer sekaligus. Sedangkan di sisi lainnya terdapat ekskavator yang digunakan untuk meratakan muatan tongkang.

Tongkang yang telah penuh dengan muatan sampah kemudian ditarik dengan tuboat (kapal penarik) menuju TPA Semakau yang berjarak sekitar 25 km dari TMTS. Pelayaran dilakukan pada malam hari untuk menghindari lalu lintas kapal yang padat.

4.3 Pemanfaatan Sampah Menjadi Energi

Hampir 90 persen sampah yang diproduksi oleh penduduk negeri berlambang Merlion itu dibakar menjadi abu di insinerator dan energi panas yang dihasilkannya digunakan sebagai sumber pembangkit listrik. Saat ini, Singapura memiliki empat insinerator berkapasitas besar dan modern. Insinerator pertama dioperasikan sejak tahun 1979 di Ulu Pandan dangan kapasitas 1.100 ton perhari, insinerator kedua di Tuas dan dioperasikan sejak tahun 1986 dengan kapasitas 1.700 ton perhari, lantas insinerator ketiga  berada di Senoko dan beroperasi sejak tahun 1992 dengan kapasitas 2.400 ton perhari. Sedangkan insinerator yang paling gress, lengkap dan modern, dioperasikan sejak tahun 2000, adalah Insinerator Tuas Selatan dengan kapasitas paling besar di dunia yakni 3000 ton perhari.

(21)

Menurut Vincent Teo, Manajer Umum Pelayanan Teknis Insinerator Tuas Selatan, ketika bertemu dengan penulis di plant Insinerator Tuas Selatan tiga tahun yang lalu, dikatakan bahwa keempat insinerator tersebut pada tahun 2001 telah berhasil membakar  2,55 juta ton sampah atau sekitar 91 persen dari total sampah yang dihasilkan oleh Singapura. Dari pembakaran sampah tersebut dihasilkan listrik hingga 1.158 juta kWh atau sekitar 2 sampai 3 persen dari total listrik yang dihasilkan oleh Singapura. Suatu jumlah energi listrik dari bahan bakar sampah yang cukup fantastik, memang.

Sedangkan scrap metal (barang-barang logam yang tidak terbakar) yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 24 ribu ton yang kemudian dijual kepada industri daur  ulang. Dari hasil penjualan listrik, barang-barang logam, dan disposal fee (tarif    pembuangan limbah padat) serta subsidi pemerintah, beban biaya operasional dan  pemeliharaan keempat insinerator tersebut dapat tercukupi.

(22)

BAB V

Penutup

5.1 Kesimpulan

Di Singapura telah memaksimalkan proses pengolahan sampah. Tidak hanya mengatasi bau busuk saja tapi sudah merubah sampah–sampah ini menjadi energi listrik. Teknologi pengolahan sampah untuk menjadi energi listrik pada prinsipnya sangat sederhana sekali yaitu:

1. Sampah di bakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi thermal)

2. Panas dari hasil pembakaran dimanfaatkan untuk merubah air menjadi uap dengan bantuan boiler 

3. Uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin 4. Turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros

5. Generator menghasilkan listrik dan listrik dialirkan ke rumah–rumah atau ke  pabrik.

(23)

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org

http://jeremiah-98.blogspot.com http://majarimagazine.com

Undamg – Undang No. 32 Tahun 2009 http://vessel-komposter.blogspot.com http://www.kaskus.us

Referensi

Dokumen terkait