RISALAH QCC SRITI 2
Meniadakan Ketidakefektifan Cara Pencampuran ( Mixed )
Obat Injeksi Serbuk Antibiotika di IRNA I
Sebesar 100 % Selama 6 Bulan
1
RISALAH QCC SRITI 2
TEMA :
Menurunkan Ketidakefektifan Pencampuran ( Mixed )
Obat Serbuk Injeksi di IRNA I Dr. Saiful Anwar Malang
JUDUL :
Meniadakan Ketidakefektifan Pencampuran ( Mixed )
Obat Injeksi Serbuk Antibiotika di IRNA I
Sebesar 100 % Selama 6 Bulan
QCC Sriti 2
IRNA I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Jln. Jaksa Agung Suprapto No. 2 Malang
QCC SRITI 2
IRNA I RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Jl. JAKSA AGUNG SUPRAPTO No.2 MALANG – JAWA TIMUR
Tema : Menurunkan ketidakefektifan pencampuran ( Mixed ) obat serbuk injeksi di IRNA I RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
Judul : Meniadakan ketidakefektifan pencampuran (Mixed ) obat serbuk Injeksi Antibiotika di IRNA I selama 6 bulan
Visi IRNA I : Mampu melaksanakan kesehatan prima dan paripurna serta pendidikan dan penelitian.
Misi IRNA I :
Mewujudkan pelayanan kesehatan prima dan paripurna sesuai standar pelayanan kesehatan yang bermutu.
Mewujudkan program unggulan pemberantasan penyakit infeksi nosokomial.
Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional melalui usaha pendidikan dan penelitian bidang kesehatan.
3
MOTTO KBK
SRITI II IDENTITAS GUGUS JADWAL PERTEMUAN
- S = Sigap - R = Rasional - I= Ilmiah - T= Terpadu - I= Intensif Penanggung jawab :
dr.Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD)
Pembimbing :
Ketua :
Eko Suratman, S.Kep, Ns Sekretaris :
Yusuf Elmadi, S.Kep, Ns Anggota :
- Kristiyati, AMK - Samsul Arifin, AMK - Achmat Choiru, AMK
Usia rata-rata : 41 tahun Pendidikan rata-rata: D3 Keperawatan KBK dibentuk : November 2003 Jumlah pertemuan : 6 kali Lama pertemuan : 1 – 2 jam
Rata- rata kehadiran : 80 %
Periode kegiatan :
KBK SRITI II IRNA I Fasilitator :
dr. Syahdevi Nandar Kurniawan, Sp.S
STRUKTUR ORGANISASI
KBK SRITI II
WADIR PELAYANAN MEDIK DAN PERAWATAN dr. Hanief Noersjahdu Sp.S
DIREKTUR
DR. dr. Basuki Bambang Purnomo, Sp.U
KA.IRNA I
dr. Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD)
KETUA TIM PENILAI GUGUS KENDALI MUTU Drg. Robinson Pasaribu, Sp BM
ALUR PERSOALAN
Obat di suntikkan
ke pasien
Pasien MRS /
dirawat
Advis Dokter
Pasien dapat terapi
obat serbuk injeksi
Jumlah Obat serbuk
injeksi yang
dilakukan
pencampuran
dalam jumlah
banyak
1. Terjadi plebitis
2. Rasa sakit saat obat
dimasukkan
Perawat melakukan pencampuran obat serbuk injeksi : 1. Membutuhkan waktu yang
lama
2. Pencampuran kurang maksimal
1. Masih ada sisa obat serbuk
injeksi yang tidak larut
2. Jadwal pemberian obat
serbuk injeksi terlambat
JADWAL RENCANA DAN REALISASI KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Menentukan tema dan judul Juli TAHUN 2011 - 2012
LANGKAH Desember Januari Juni
PLAN
Pebruari Maret April
4 4 Mei Ren cana Reali sasi 1 2 3 Menentukan tema dan judul Menganalisa penyebab Menentukan penyebab dominan Membuat rencana dan melaksanakan perbaikan DO 4 PLAN 4 4 4 4 5 5 6 6 Meneliti hasil Membuat rencana dan melaksanakan perbaikan DO CHEC K 5 4 6 6 5 ACTIO N Meneliti hasil Standarisasi 6 CHEC K 5 2 5 ACTIO N Standarisasi Mengumpulkan data & membuat rencana berikutnya
7
6 2
3
LANGKAH 1
MENENTUKAN TEMA DAN JUDUL (Periode 24 Desember 2011 – 20 Januari 2012)
1. INVENTARISASI PERSOALAN
Pada tema sekarang ini QCC Sriti 2 menentukan masalah baru sebagai berikut: a. Ketidakefektifan cara pencampuran ( Mixed ) obat serbuk injeksi sebanyak 166
kejadian dari 367 Kejadian ( 45,2 % ).
b. Ketidakefektifan cara pemindahan pasien dari tempat tidur ke brancard atau sebaliknya sebanyak 23 kejadian dari 138 kasus (16,7 % )
c. Banyaknya penggunaan alat slang penghubung nebulizer kit berulang pada pasien di IRNA I sebanyak 37 kejadian dari 178 kasus (20,8% ).
Data sheet 1 : Pencampuran obat serbuk injeksi Periode data : 26 Des 2011 – 20 Jan 2012 Sumber data : Ruang : 24 A, 24 B, 26, 05
Pengumpul data : Kristiyati + Choiru + Eko Suratman
Metode : Wawancara dan observasi
Penanggung jawab data : Ka UPP IRNA I
Ruang
Jml obat injk yang diaplos /dicampur dengan aquabides
Kondisi obat serbuk yang sdh diaplos/dicampur dng aquabides Larut semua Masih ada sisa
serbuk
24A 109 71 38
9
Data sheet 2 : Ketidakefektifan pemindahan pasien dari tempat tidur ke brancard atau sebaliknya.
Periode data : 26 Des 2011 – 20 Jan 2012 Sumber data : Ruang : 24 A, 24 B, 26, 05 Pengumpul data : Yusuf + Samsul
Metode : Observasi
Penanggung jawab data : Ka UPP IRNA I
Ruang Jumlahpasien
Pasien yang dipindah
Tempat tidur ke brancard Brancard ke tempat tidur
Tidak Tepat tepat Tidak Tepat tepat
24 A 20 1 9 3 7
24 B 23 2 7 3 11
25 55 2 20 4 29
26 40 3 15 5 17
Jumlah 138 8 51 15 54
Data sheet 3 : Penggunaan slang nebulizer kit yang berulang Periode data : 26 Des 2011 – 20 Jan 2012
Sumber data : Ruang 24A, 24B, 26, 05 Pengumpul data : Samsul + Yusuf
Metode : Observasi
Penanggung jawab data : Ka UPP IRNA I
Ruang Jumlah pasien yang
memakai nebulizer
Alat slang nebulizer
Lebih dari satu
pasien Digunakan satu pasien
24A 73 16 57
24B 78 13 65
26 25 6 19
05 2 2 0
A. Ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi B. Ketidakefektifan cara pemindahan pasien ke brancard dan sebaliknya C. Penggunaan slang nebulizer kit berulang
0 50 100 150 200 A B C 166 23 37
2. PRIORITAS PENENTUAN TEMA BERDASARKAN DIMENSI MUTU
2.1. Berdasarkan jumlah kejadian
Kode Persoalan Kejadian
A
Ketidakefektifan cara pencampuran ( Mixed ) obat
serbuk injeksi 166
B
Ketidakefektifan cara pemindahan pasien dari tempat
tidur ke brancard atau sebaliknya 23
C
Banyaknya penggunaan alat slang penghubung nebulizer
kit berulang 37
11 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 A B C 4 3 1 A. Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi B. Ketidakefektifan cara pemindahan pasien ke brancard dan sebaliknya C. Penggunaans lang nebulizer kit berulang 2.2. Berdasarkan Keselamatan Pasien ( Safety )
No Kode Uraian Persoalan Nilai Keselamatan
pasien
1. A
Ketidakefektifan cara pencampuran
( Mixed )obat serbuk injeksi 4 Mayor
2. B
Ketidakefektifan cara pemindahan pasien dari tempat tidur ke brancard atau sebaliknya
3 Moderate
3. C
Banyaknya penggunaan alat slang
penghubung nebulizer kit berulang 1 Minimum
Diagram batang keselamatan pasien (Safety
)
Kesimpulan:
Dari diagram diatas tampak bahwa Banyaknya keluhan nyeri dilokasi penyuntikan pada pasien yang mendapatkan terapi injeksi di IRNA I merupakan persoalan
0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 A B C 900000 500000 400000 A.Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi B. Ketidakefektifancara pemindahan pasien ke brancard dan sebaliknya C.Penggunaan slang nebulizer kit berulang 2.3. Berdasarkan pemborosan ( Waste ) bagi pasien
No Kode Uraian Persoalan Pemborosan
1. A Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbukinjeksi Rp. 900.000
2. B Ketidakefektifan cara pemindahan pasien daritempat tidur ke brancard atau sebaliknya Rp. 500.000
3. C Banyaknya penggunaan alat slang penghubungnebulizer kit berulang Rp. 400.000
13
Pemborosan / kerugian biaya apabila kesalahan tidak diperbaiki
No Jenis Tindakan
Kerugian (waste) akibat
Belum optimalnya cara pencampuran obat serbuk injeksi Ketidakefektifan cara pemindahan pasien ke brancard dan sebaliknya Penggunaan slang nebulizer kit berulang 1. Perawatan Rp. 150.000 Rp. 150.000 -2. Blood set Rp. 10.000 - -3. Venflon Rp. 8.000 4. Zalf thrombopop Rp. 20.000 - -5. Laboratorium DL Rp. 50.000 - Rp. 50.000 6. Antibotika Rp. 500.000 Rp. 225.000 7. Tindakan pemasangan infus Rp. 38.000 - -8. Visite Dokter Rp. 40.000 - -9. Spuit Rp. 25.000 Rp. 25.000 Rp. 25.000 10. Cairan Infus Rp. 9.000 - -11. Analgesik - Rp. 50.000 -12. Rehabilitasi Medik - Rp. 275.000 -13. Cek Sputum - - Rp. 100.000 JUMLAH Rp. 900.000 Rp. 500.000 Rp. 400.000
3. KESIMPULAN
Berdasarkan Analisa Pareto Diagram Batang : 1. Dari frekuensi kejadian
Jumlah kejadian Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi di IRNA I RSUD dr. Saiful Anwar menempati urutan tertinggi
2. Dari keselamatan pasien (safety)
Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi di IRNA I RSUD dr. Saiful Anwar merupakan persoalan prioritas pertama
3. Dari pemborosan
Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi merupakan urutan pertama karena mengalami pemborosan paling tinggi
Maka berdasarkan Analisa Pareto Diagram Batang diatas, QCC menetapkan bahwa prioritas persoalan adalah Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk Injeksi.
Dengan demikian SRITI 2 memutuskan untuk memilih tema :
Adapun alasan pengambilan tema adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan perawat di rumah sakit dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan pasien
2. Menurunkan rawat inap pasien
Menurunkan Ketidakefektifan Cara Pencampuran ( Mixed ) obat serbuk injeksi
di IRNA I RSUD dr Saiful Anwar Malang
15 0 50 100 150 A B C 108 31 27
A. Pencampuran obat serbuk injeksi obat antibiotik tidak efektif
B. Pencampuran obat serbuk injeksi anti ulser
tidak efektif
C. Pencampuran obat serbuk injeksi anti hipertensi tidak efektif
4. PENENTUAN JUDUL
Dalam menentukan judul kita lakukan stratifikasi terhadap cara pencampuran obat serbuk injeksi yang tidak efekfif terdiri dari :
1. Pencampuran obat serbuk injeksi antibiotika yang tidak efektif 2. Pencampuran obat serbuk injeksi anti ulser yang tidak efektif 3. Pencampuran obat serbuk injeksi anti hipertensi yang tidak efektif
Tabel sub stratifikasi judul :
Kode Jenis obat injeksi serbuk yang dioplos Jumlah kejadian
A Pencampuran obat serbuk injeksi obat
antibiotik tidak efektif 108
B Pencampuran obat serbuk injeksi anti ulser
tidak efektif 31
C Pencampuran obat serbuk injeksi anti
hipertensi tidak efektif 27
Total 166
Kesimpulan:
Berdasarkan diagram batang diatas pencampuran obat serbuk injeksi antibiotika yang tidak efektif menempati ururtan tertinggi . Dengan demikian maka QCC Sriti 2 sepakat mengambil judul:
ALASAN PEMILIHAN JUDUL: a. Intangible
a) Menurunkan kepercayaan pasien / keluarga terhadap pemberian obat serbuk injeksi
b) Menurunkan kualitas pelayanan pemberian obat serbuk injeksi
c) Membahayakan keselamatan pasien dimungkinkan beresiko terjadi plebitis b. Tangible
a) Terjadi penambahan biaya perawatan sebesar Rp. 900.000,- per pasien b) Menghambat proses penyembuhan selama 5 hari
ALASAN PENETAPAN INISIAL GOAL
QCC Sriti II sepakat untuk menetapkan inisial Goal 100% dengan pertimbangan : 1. Pengalaman anggota QCCsudah cukup.
2. Adanya kemauan yang kuat dari anggota QCC untuk melakukan perbaikan.
Menghilangkan Ketidakefektifan Cara Pencampuran ( Mixed ) obat
serbuk injeksi antibiotika di IRNA I RSUD dr. Saiful Anwar Malang
17
. Malang, 20 Januari 2012
Fasilitator Ketua GKM SRITI II
Dr. Syahdevi Nandar K Sp. S Eko suratman
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Kepala Intalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
dr. Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD) NIP. 1956 0503 198403 1 008
19
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Dr. Hanief Noersjahdu, Sp.S Pembina Tingkat I NIP.19600530 198709 1 001
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Direktur
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
DR. dr. Basuki B Purnomo Sp. U Pembina Utama Madya NIP.19540731 198201 1 002
21
LANGKAH 2
LANGKAH 2
MENGANALISA PENYEBAB (Periode 24 Januari 2012 – 23 Pebruari 2012)
Kegiatan pada langkah ini adalah mencari faktor-faktor yang diduga dapat menjadi penyebab timbulnya persoalan. Agar dapat memperoleh gambaran yang menyeluruh dari suatu susunan sebab akibat, maka upaya untuk menentukan faktor-faktor penyebab persoalan dengan menggunakan alat bantu diagram Ishikawa. Hasil pengumpulan ide (brain storming) didapatkan data sebagai berikut:
1. FAKTOR-FAKTOR DALAM DIAGRAM ISHIKAWA: A. Faktor Manusia
C1.Keterbatasan tenaga
C2.Banyaknya obat yang harus dicampur C3.Petugas bekerja tergesa-gesa
C4.Obat serbuk yang dicampur tidak dicek ulang
C5. Masih banyak obat serbuk yang diberikan pasien belum larut semua
C1.Perawat bekerja sesuai kebiasaan
C1.Banyaknya pasien yang mendapat obat serbuk injeksi
B. Faktor Metode
C1.Petugas dalam melakukan cara pencampuran obat serbuk injeksi masih menggunakan pedoman instruksi kerja yang belum direvisi
2. DIAGRAM ISHIKAWA Ketidakefektifan Pencampuran obat serbuk injeksi METODE MESIN MANUSIA LINGKUNGAN MATERIAL
Perawat bekerja sesuai dengan kebiasaan
Keterbatasan tenaga
Petugas bekerja tergesa-gesa
Obat serbuk yang sudah dicampur tidak dicek ulang
Masih banyak obat serbuk yang akan diberikan pasien
belum larut semua
Belum ada alat khusus untukpencampuran obat
serbuk injeksi
Petugas melakukan pencampuran obat serbuk injeksi dengan cara manual
dan satu persatu Masih ada obat serbuk
injeksi yang sulit larut
Waktu yang dibutuhkan dalam mencampur obat
lebih lama
Banyak obat serbuk yang dicampur Petugas dalam melakukan
pencampuran obat serbuk injeksi masih menggunakan pedoman instruksi kerja
yang belum direvisi
Banyaknya pasien yang mendapat injeksi obat serbuk
3. Nominal Group Tehnik ( NGT )
II
5 6 4 5 6 26
2 2 8 VI
4
Masih ada obat serbuk yang sulit
larut 3 4 3 1 1 3 4 3 5 4 7 III Banyaknya pasien yang
mendapat obat serbuk injeksi
Keterbatasan tenaga 2 2
R 1
Samsul Choiru ∑ No Persoalan Eko Yusuf Kris
1 2 2 1 1 VI
6
Perawat bekerja sesuai kebiasaan
Belum ada alat khusus untuk pencampuran obat serbuk
TANDA TANGAN
Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih
berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi
5 3 19 IV 3 4 17 5 28 I 6 5 6 6 Kesimpulan:
Berdasarkan rumus NGT 1/2 N + 1 maka QCC mendapatkan 4 faktor yang diduga sebagai penyebab :
1. Belum ada alat khusus untuk pencampuran obat serbuk injeksi
2. Perawat dalam cara pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi
25
LANGKAH 3
LANGKAH 3
MENGUJI DAN MENENTUKAN PENYEBAB DOMINAN ( Periode 27 Pebruari 2012 – 28 Maret 2012 )
1. FAKTOR-FAKTOR YANG DIUJI KORELASI ( X = PENYEBAB, Y = AKIBAT )
X1 : Belum ada alat khusus cara pencampuran obat serbuk injeksi
Y1 : Petugas melakukan pencampuran obat serbuk injeksi dengan cara manual dan satu persatu
X2 : Perawat dalam cara pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi
Y2 : Pencampuran obat serbuk injeksi tidak efektif
X3 : Masih ada obat serbuk injeksi yang sulit larut
Y3 : Waktu yang dibutuhkan dalam pencampuran obat lebih lama
X4 : Perawat bekerja sesuai kebiasaan
27 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 2 4 6 8 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 5 10
Instruksi kerja yang belum direvisi 2. SCATTER DIAGRAM
Diagram Scatter
a. Belum ada alat khusus untuk cara pencampuran obat serbuk injeksi Petugas melakukan pencampuran obat serbuk injeksi dengan cara manual dan satu persatu.
b. Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi Pencampuran obat serbuk injeksi tidak efektif
Indikator/kriteria penilaian :
X1= Belum ada alat khusus untuk cara pencampuran obat serbuk injeksi
Y1= Banyak obat serbuk injeksi yangmasih belum larut
Kesimpulan x1:
Dari diagram pencar dan uji korelasi didapatkan
r = 0,925 → berkorelasi positif
kuat, sehingga kelompok menetapkan sebagai penyebab dominan
r = 0,925
Indikator penilaian : X2 : Perawat dalam cara
pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi
Y2 : Pencampuran obat serbuk injeksi tidak efektif
Kesimpulan x2 :
Dari diagram pencar dan uji korelasi didapatkan
r = 0,867 → berkorelasi positif
kuat, sehingga kelompok menetapkan sebagai penyebab dominan
0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6
Obat serbuk injeksi sulit larut
0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 5 10
Perawat bekerja sesuai kebiasaan
c. Masih ada obat serbuk injeksi yang sulit larut Waktu yang dibutuhkan dalam pencampuran obat lebih lama
d. Perawat bekerja sesuai kebiasaan Pencampuran obat serbuk injeksi tidak efektif
Indikator penilaian :
X3 : Masih ada obat serbuk injeksi yang sulit larut Y3 : Waktu yang dibutuhkan
dalam pencampuran obat lebih lama
Kesimpulan x3 :
Dari diagram pencar dan uji korelasi didapatkan
r = 0,798 → berkorelasi positif
kuat, sehingga kelompok menetapkan sebagai penyebab dominan
r = 0,798
Indikator penilaian :
X4 : Perawat bekerja sesuai kebiasaan
Y4 : Pencampuran obat serbuk injeksi tidak efektif
Kesimpulan x4 :
Dari diagram pencar dan uji korelasi didapatkan
r = 0,618 → berkorelasi negatif,
sehingga kelompok tidak menetapkan sebagai penyebab dominan.
29 129,01
113,91 98,72
DIAGRAM PIE 3 FAKTOR PENYEBAB DOMINAN
Belum ada alat khusus cara pengoplosan obat serbuk injeksi
Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi Masih ada obat serbuk injeksi yang sulit larut
3. DATA DIAGRAM PIE ANTAR PENYEBAB
341,64
129,01 Derajat (..0)
J U M L A H 2,59 224,4
Hasil uji faktor penyebab
dominan r r2(%)
Belum ada alat khusus cara
pencampuran obat serbuk injeksi 0,925 85,56
113,91 98,72 75,16
63,68 0,798
Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih
berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi
Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut
0,867
LANGKAH 4
MEMBUAT RENCANA DAN MELAKSANAKAN PERBAIKAN ( Periode : 3 April 2012 – 18 Mei 2012 )
Tabel rencana perbaikan
1. MESIN
No Faktor Penyebab
Dominan WHY WHAT WHERE WHEN WHO HOW
HOW MUCH 1. Belum ada alat khusus
cara pencampuran obat serbuk injeksi Agar dalam cara pencampuran obat serbuk injeksi lebih efektif dan tidakada sisagumpalan obat Membuat alat cara pencampuran obat IRNA I Minggu I-II April 2012, Selasa 3 April 2012 sampai Rabu 11 April 2012
Eko.S Mengadakan pertemuan QCC untuk menyepakati pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi
Membuat rancangan tentang pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi
Mengajukan rancangan pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi ke KA IRNA I untuk mendapatkan persetujuan
Mensosialisasikan cara penggunaan alat pengplosan obat serbuk injeksi yang sudah mendapat persetujuan Ka IRNA
Mengevaluasi hasil alat pencampuran obat serbuk injeksi yang digunakan.
2. METODE
No Faktor Penyebab
Dominan WHY WHAT WHERE WHEN WHO HOW
HOW MUCH
2. Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi Agar dalam melakukan pencampuran obat serbuk injeksi sudah sesuai dengan instruksi kerja yang sudah direvisi Mengevaluasi dan merevisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi. IRNA I Minggu keIII April – minggu ke I mei 2012 Senin 23 April sampai dengan 4 Mei 2012 Samsul dan Choiru Mengadakan pertemuan QCC untuk mengevaluasi dan merevisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi injeksi dengan menggunakan alat
pencampuran obat serbuk . Membuat revisi instruksi
kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi dengan
menggunakan alat pencampur obat serbuk injeksi.
Mengajukan hasil revisi dan evaluasi Intruksi Kerja ke KA IRNA I untuk mendapat persetujuan
Mensosialisasikan hasil revisi
33
3. MATERIAL
No Faktor Penyebab
Dominan WHY WHAT WHERE WHEN WHO HOW
HOW MUCH
3. Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut
Agar obat serbuk injeksi bisa larut dan tidak ada sisa gumpalan serbuk obat Mengevaluasi dan merevisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut
IRNA I Minngu II-IIIApril 2012 Jumat 13 April 2012 sampai dengan kamis 19 April 2012
Yusuf E Mengadakan pertemuan QCC untuk mengevaluasi dan merevisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi injeksi yang sulit larut dengan menggunakan alat pencampuran obat serbuk injeksi .
Membuat revisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut dengan menggunakan alat pencampur obat serbuk injeksi.
Mengajukan hasil revisi dan evaluasi Intruksi Kerja ke KA IRNA I untuk mendapat persetujuan
Mensosialisasikan hasil revisi dan evaluasi Instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut dengan
menggunakan alat pencampuran obat serbuk yang disetujui oleh KA IRNA I keseluruh perawat IRNA I
Mengevaluasi hasil instruksi kerja hasil irevisi yang sudah
dilaksanakan .
TABEL HASIL UJI COBA MONITORING MELAKSANAKAN PERBAIKAN
No IDE
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Monitoring KeputusanQCC Sebelum Tanggal Perbaikan Sesudah
1. Membuat alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi Pencampuran obat serbuk injeksi dilakukan secara manual dengan cara di kocok 4 april s/d 16 mei 2012 Mengadakan pertemuan QCC untuk menyepakati pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi Membuat rancangan
tentang pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi Mengajukan rancangan pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi ke KA IRNA I untuk mendapatkan
Cara mencampur obat serbuk injeksi
dilakukan dengan alat khusus
Diagram Run Chart
X = Hari Pengamatan Y = Jumlah / Frekuensi
pencampuran obat serbuk injeksi yang dilakukan dengan cara
Dengan adanya alat untuk mencampur obat serbuk injeksi,petugas tidak melakukan pencampuran secara manual. dinyatakan BERHASIL 0 5 10 1 3 5 7 9
35
No IDE PELAKSANAAN PERBAIKAN Monitoring KeputusanQCC
Sebelum Tanggal Perbaikan Sesudah
2. Membuat instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi dengan menggunakan alat pencampuran obat Petugas dalam melaksanakan pencampuran obat serbuk injeksi secara manual dan berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi 4 april s/d 16 Mei 2012 Mengadakan pertemuan QCC untuk mengevaluasi dan merevisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksidengan menggunakan
alat pencampuran obat serbuk .
Membuat revisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbukinjeksi dengan
menggunakan alat pencampur obat serbuk injeksi.
Mengajukan hasil revisi dan evaluasi Intruksi Kerja ke Ka IRNA I untuk mendapat persetujuan
Mensosialisasikan hasil revisi dan evaluasi Instruksi kerja cara
pencampuran obat serbuk injeksidengan menggunakan alat pencampuran obat serbuk yangdisetujui oleh Ka IRNA I keseluruh perawat IRNA I
Mengevaluasi hasil instruk-si kerja yang sudah direviinstruk-si yang sudahdilaksanakan Instruksi kerja yang sudah tersedia di ruangan Petugas / Perawat dalam mencampur obat serbuk injeksi berpedoman pada instruksi kerja yang sudah di revisi dengan menggunakan alat pencampur obat Diagram Runchart X = Hari Pengamatan Y = Jumlah / Frekuensi
banyaknya perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi.
Kesimpulan :
Setelah dilakukan perbaikan dan uji coba diketahui bahwa perawat dalam melakukan pencampuran obat serbuk injeksi sudah berpedoman pada
instruksi kerja yang sudah di evaluasi dan direvisi.
Dengan adanya pedoman instruksi kerja yang sudah direvisi dan dievaluasi, Perawat dalam bekerja selalu berdasarkan pada instruksi kerja yang sudah direvisi. Dan dinyatakan BERHASIL 0 5 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No IDE
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Monitoring KeputusanQCC
Sebelum Tanggal Perbaikan Sesudah
3. Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut
Pencampuran obat serbuk injeksi dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu lebih dari 1 – 2 menit per pasien 4 april s/d 16 Mei 2012 Mengadakan pertemuan QCC untuk menyepakati pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut.
Membuat rancangan tentang pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut. Mengajukan rancangan pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi ke KA IRNA I untuk mendapatkan persetujuan Dengan dilakukan pencampuran obat memakai alat khusus waktu yang
dibutuhkan kurang dari 1 menit untuk pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut 10 – 15 pasien
Diagram Runchart
X = Hari Pengamatan Y = Jumlah / Frekuensi
banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut
Kesimpulan : Dengan adanya alat khusus obat serbuk injeksi,tidak ada obat serbuk injeksi yang tidak larut dan waktu yang dibutuhkan lebi cepat ( kurang dari 1 menit ). Dan dinyatakan BERHASIL 0 5 10 1 3 5 7 9
. Malang, 18 Mei 2012
Fasilitator Ketua GKM SRITI II
Dr. Syahdevi Nandar K Sp. S Eko suratman
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Kepala Intalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
dr. Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD) NIP. 1956 0503 198403 1 008
39
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Dr. Hanief Noersjahdu, Sp.S Pembina Tingkat I NIP.19600530 198709 1 001
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Direktur
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
DR. dr. Basuki B Purnomo Sp. U Pembina Utama Madya NIP.19540731 198201 1 002
41
LANGKAH 5
LANGKAH 5
MENELITI HASIL (Periode, 21 Mei – 22 Juni 2012 )
1. EVALUASI PENYEBAB DOMINAN
Tabel evaluasi faktor penyebab dominan sebelum dan sesudah perbaikan.
KODE
FAKTOR PENYEBAB
DOMINAN
PERIODE PERIODE
Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan
Jumlah Jumlah
A
Belum ada alat khusus cara
pencampuran obat serbuk injeksi
58 0
B
Perawat dalam cara pencampuran obat serbuk injeksi masih menggunakan instruksi kerja yang belum direvisi
23 0
C
Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut
37 4
43 0 10 20 30 40 50 60 A B C 58 23 37
A. Belum ada alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi
B. Perawat dalam cara pencampuran obat serbuk injeksi masih menggunakan instruksi kerja yang belum direvisi
C. Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 A B C 0 0
4 A. Belum ada alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi B. Perawat dalam cara
pencampuran obat serbuk injeksi masih menggunakan instruksi
kerja yang belum direvisi
C. Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut
Diagram batang faktor penyebab dominan sebelum perbaikan
0 10 20 30 40 50 60
Sebelum Perbaikan Initial Gold Setelah Perbaikan
100 % 100
2. EVALUASI JUDUL
Tabel Evaluasi Hasil :
Persoalan Sebelum
Perbaikan
Sesudah Perbaikan Ketidakefektifan pencampuran obat serbuk
injeksi antibiotik 58 0
Diagram Batang Evaluasi Judul
Keterangan :
Sebelum Perbaikan ditemukan 58 keluhan respon ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi lebih dari 24 jam dari 30 kali pengamatan dan interview.
0
Prosentase = --- x 100 % = 0 % 58
45 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan 166
7
Diagram Batang Evaluasi Tema
26,1 %
3. EVALUASI TEMA :
Data perbandingan jumlah menurunkan ketidakefektifan dalam pencampuran obat serbuk injeksi, sebelum dan sesudah perbaikan.
Tabel Evaluasi Tema Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Koreksi Periode
Jumlah Keluhan dalam ketidakefektifan pencampuran obat serbuk
injeksi
Sebelum Perbaikan Januari 166
Sesudah Perbaikan Juni 7
Diagram batang Evaluasi Tema
Keterangan :
Sebelum Perbaikan :
Ditemukan 166 keluhan dalam ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi dari 367 kejadian.
166
Prosentase = --- x 100 % = 45,2 % 367
Sesudah Perbaikan :
Ditemukan 7 keluhan dalam ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi dari 367 kejadian.
7
Prosentase = --- x 100 % = 19,5 % 367
Kesimpulan :
Jadi dengan adanya perbaikan dapat menurunkan ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi sebesar = 26,1 %
Prosentase Penurunan = 45,2 % - 19,1 % = 26,1 %
4. DAMPAK POSITIF SETELAH PERBAIKAN : Intangible :
1. Mengoptimalkan pencampuran obat serbuk. 2. Mutu pelayanan meningkat.
3. Kepercayaan pasien meningkat. 4. Petugas mendapat beberapa manfaat :
a. Mempermudah/lebih efektif dalam mengoplos obat serbuk. b. Tidak memerlukan waktu lama.
5. Kerjasama antar individu anggota QCC meningkat. Tangible :
1. Persentasi keluarga dan pasien komplain dalam pemberian obat serbuk injeksi berkurang
2. Persentasi terjadinya dampak dari masih adanya sisa obat serbuk setelah obat dicampur tidak ada
Kebijakan :
Kepala IRNA I mendukung dengan memberikan bantuan biaya dalam pembuatan alat khususUntuk pencampuran obat serbuk dan Instruksi Kerja cara pemakaian alat.
5. ANALISA DAMPAK NEGATIF :
47
LANGKAH 6
LANGKAH 6
MEMBUAT STANDAR BARU ( Periode : 27 Juni – 8 Juli 2012 )
1. STANDAR PROSES :
a. Pengadaan alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi
1. Mendesain / merancang alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi 2. Membuat alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi.
b. Instruksi kerja cara penggunaan alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi 1. Siapkan aobat injeksi serbuk yang akan diberikan ke pasien.
2. Beri label nama, reg, kamar.
3. Obat diberi aquabidest sesuai dengan aturan larutan obat. 4. Obat yang sudah diberi aquabidest dimasukkan ke alat khusus
pencampuran obat serbuk injeksi.
5. Setelah obat masuk, tutup alat dan dikunci rapat.
6. Nyalakan tombol alat dengan waktu kurang dari 1 menit.
7. Tutup dibuka, obat yang sudah diputar dalam alat dikeluarkan dan diteliti kembali.
8. Obat siap dimasukkan ke pasien masing-masing. 9. Alat dirapikan.
2. STANDAR HASIL
Dengan melaksanakan standar prosedur / proses tersebut diatas secara baik maka ketidakefektifan dalam pencampuran obat serbuk injeksi dapat ditiadakan. 3. MANFAAT STANDAR BARU
49
Malang, 8 Juli 2012
Fasilitator Ketua GKM SRITI II
dr. Syahdevi Nandar K Sp. S Eko suratman
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Kepala Intalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
dr. Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD) NIP. 1956 0503 198403 1 008
51
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Dr. Hanief Noersjahdu, Sp.S Pembina Tingkat I NIP.19600530 198709 1 001
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Direktur
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
DR. dr. Basuki B Purnomo Sp. U Pembina Utama Madya NIP.19540731 198201 1 002
53
LANGKAH 7
LANGKAH VII
MENGUMPULKAN DATA BARU DAN MENENTUKAN RENCANA BERIKUTNYA ( Periode : 10 Juli – 30 Juli 2012 )
1. INVENTARISASI MASALAH Masalah Baru :
A. Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien dipindah dari ruang
perawatan ke ruang Intensif (CVCU) sebanyak 17 kejadian dari 25 kasus (68%). B. Terjadinya serangan ulang pada pasien post IMA di ruang perawatan sebesar 6
kejadian dari 21 kasus (28,6%%) Masalah Lama / Sisa Masalah :
Ketidakefektifan cara pemindahan pasien dari tempat tidur ke brancard atau sebaliknya dan Pemakaian tranfusi set berulang pada tranfusi darah, tidak diangkat lagi karena sudah teratasi dengan sendirinya.
Data sheet : Menurunkan angka kejadian kegawatan jantung pada saat pasien akan dipindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU
Periode Data : 10 Juli – 30 Juli 2012
Sumber Data : R. 24 A, R. 24 B, R. 22, R. 25, R. 27 Pengumpul Data : Choiru, Samsul
Metode : Observasi
Penanggung jawab data : Ka UPP IRNA I
Ruang
Jumlah Pasien yang
55
Data Sheet : Kejadian serangan ulang Chest Pain (Nyeri Dada) pada pasien Post IMA di Ruang Perawatan
Periode Data : 10 Juli – 30 Juli 2012
Sumber Data : R. 24 A, R. 24 B, R. 22, R. 25, R. 27 Pengumpul Data : Yusuf E, Kristiyati
Metode : Observasi
Penanggungjawab Data : Ka UPP IRNA I
Ruang Jumlah
Pasien
Kondisi Pasien Post IMA
Nyeri Dada Tidak ada keluhan
24 A 6 1 5 24 B 3 1 2 22 7 3 4 25 2 0 2 27 2 1 1 Jumlah 21 6 15
2. PRIORITAS PENENTUAN TEMA BERDASARKAN DIMENSI WAKTU 2.1 Berdasarkan Frekuensi Kejadian ( Mistake )
Kode Persoalan Kejadian
A
Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU
17
B
Terjadinya serangan ulang pada pasien post IMA di ruang perawatan
0 5 10 15 20 A B 17 6 A. Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari
ruang perawatan ke ruang ICCU
B. Terjadinya serangan ulang pada pasien post IMA di ruang perawatan
Diagram Batang Frekuensi Kejadian
Kesimpulan :
Diagram batang diatas tampak bahwa :
Adanya kejadian kegawatan jantung pada pasien saat dipindah dari ruang perawatan ke ruang Intensive ICCU (Kode A), merupakan persoalan prioritas dimana persoalan dijumpai dengan jumlah kejadian tertinggi.
57 0 1 2 3 4 5 A B 5 4 A.Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU
B. Terjadinya serangan ulang pada pasien post IMA di ruang
perawatan 2.2.Berdasarkan Tingkat Pengaruh Resiko Pasien
Kode Persoalan Pengaruh Keselamatan Pasien
A
Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU
5
B Terjadinya serangan ulang pada pasien post
IMA di ruang perawatan 4
Diagram Batang Pengaruh Keselamatan Pada Pasien (Accident)
Kesimpulan :
Dari diagram batang diatas dapat disingkirkan bahwa tingkat resiko adanya kejadian kegawatan jantung pada pasien pada saat dipindah dari ruang perawatan ke ruang intensive ICCU, menempati urutan tertinggi dengan Kriteria Serius.
Kriteria penilaian tingkat pengaruh pada keselamatan pasien berdasarkan SEVERITY ASSESSMENT CODE (SAC) 2005 adalah sebagai berikut:
Klasifikasi Kriteria Nilai
Serious Klien dengan penyakit awalnyan kematian yang tidak berhubungan dengan penyakit awalnya dan terdapat perbedaan hasil yang
diharapkan dalam penatalaksanaan klien atau kecurigaan bunuh diri / kecurigaan pembunuhan atau satu dari keadaan dibawah ini (The National Sentinal Events):
o Prosedur yang melibatkan klien atau bagian tubuh yang salah o Kecurigaan bunuh diri di rumah sakit
o Retained instrument
o Terdapat bahan didalam tubuh yang memerlukan pengambilan melalui tindakan bedah
o Kesalahan pengobatan yang menyebabkan kematian klien o Emboli udara intra vaskuler
o Tranfusi darah hemolisis
o Kematian maternal (ibu hamil) yang berhubungan dengan kehamilan atau persalinannya
o Pemberian bayi pada yang bukan keluarganya
5
Major Klien dengan kehilangan fungsi utama yang permanen (sensorik, motorik, fisiologik ataupun psikologik) yang tidak berhubungan dengan penyakit awalnya dan terdapat perbedaan hasil yang
diharapkan dalam penatalaksanaan klien, atau salah satu dari keadaan dibawah ini:
o Mengalami kecacatan yang signifikan sebagai hasil dari suatu kejadian
o Klien mempunyai resiko yang signifikan karena tidak dilakukan penatalaksanaan medis
o Ancaman atau terjadi gangguan verbal dan fisik dari klien
4
Moderate Klien dengan penurunan fungsi tubuh yang permanen (sensorik, motorik, fisiologik ataupun psikologik) yang tidak berhubungan dengan penyakit awalnya dan terdapat perbedaan hasil yang diharapkan dalam penatalaksanaan klien, atau dari suatu keadaan dibawah ini:
o Perpanjangan hari rawat sebagai akibat dari suatu kejadian o Tindakan bedah sebagai akibat dari suatu kejadian
59 0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 A B 860.000 450.000 A. Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU
B. Terjadinya serangan ulang pada pasien post IMA di ruang 2.3 Berdasarkan Pada Tingkat Kerugian Pasien (Waste)
Kode Persoalan Waste
A
Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU
Rp. 860.000 / hari
B Terjadinya serangan ulang pada pasien post
IMA di ruang perawatan Rp. 450.000 / hari
Diagram Batang Tingkat Kerugian Pasien ( Waste)
Kesimpulan :
Dari diagram batang diatas dapat disimpulkan bahwa nilai kerugian yang ditanggung pasien pada adanya kegawatan jantung pada pasien saat dipindah dari R.perawatan ke R.Intensif ( ICCU ).
Berdasarkan Analisa pasien di atas di simpulkan bahwa adanya kegawatan jantung pada pasien pada saat dipindah dari R.Perawatan ke R.Intensif (( ICCU ) menempati urutan tertinggi, Tingkat pengaruh Resiko Pasie ((Serius). Tingkat Kerugian Pasien (Rp. 860.000 ), oleh karena itu QCC Sriti II sepakat mengambil tema :
“
Menurunkan Angka Kejadian Kegawatan Jantung pada Pasien, pada saat
Alasan Pemilihan Tema :
Adanya kejadian Kegawatan Jantung pada pasien, pada saat dipindah dari ruang perawatan ke Ruang Intensive (ICCU), dapat menurunkan kredibilitas kerja perawat dan bisa menimbulkan kematian.
61
RINCIAN BIAYA
Jenis Tindakan
A = Adanya Kejadian
Kegawatan Jantung pada saat Pasien dipindah dari Ruang Perawatan ke Ruang Intensif (ICCU)
B = Terjadinya Serangan Ulang pada Pasien Post IMA di Ruang Perawatan
1. Biaya Perawatan Rp. 80.000 Rp. 80.000
2. Pasang Monitor Rp105.000 Rp. 105.000
3. Pemakaian O2 Rp. 20.000 Rp. 20.000
4. Rekam EKG Rp. 30.000 Rp. 30.000
5. Pasang Infus Pump Rp. 50.000 Rp. 50.000
6. Cek Laboratorium Rp. 120.000 Rp. 25.000
7. Pemberian obat oral dan
injeksi Rp. 455.000 Rp. 140.000
. Malang, 30 Juli 2012
Fasilitator Ketua GKM SRITI II
Dr. Syahdevi Nandar K Sp. S Eko suratman
63
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Kepala Intalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
dr. Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD) NIP. 1956 0503 198403 1 008
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Dr. Hanief Noersjahdu, Sp.S Pembina Tingkat I NIP.19600530 198709 1 001
65
LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN
No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan
1 Direktur
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
DR. dr. Basuki B Purnomo Sp. U Pembina Utama Madya NIP.19540731 198201 1 002
JADWAL RENCANA DAN REALISASI KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 4 DESEMBER Ren cana Reali sasi FEBRUARI TAHUN 2012 - 2013 Menentukan tema dan judul
LANGKAH JULI AGUSTUS JANUARI
PLAN
SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER
1 6 4 5 4 DO 4 Menentukan tema dan judul Menganalisa penyebab Menentukan penyebab dominan Membuat rencana dan melaksanakan perbaikan PLAN 1 2 3 6 5 DO CHEC K 5 4 Membuat rencana dan melaksanakan perbaikan Meneliti hasil 2 5 CHEC K 5 6 ACTIO N Meneliti hasil Standarisasi 2 3 7 6 ACTIO N Standarisasi Mengumpulkan data & membuat rencana berikutnya