• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH QCC SRITI 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH QCC SRITI 2"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH QCC SRITI 2

Meniadakan Ketidakefektifan Cara Pencampuran ( Mixed )

Obat Injeksi Serbuk Antibiotika di IRNA I

Sebesar 100 % Selama 6 Bulan

(2)

1

RISALAH QCC SRITI 2

TEMA :

Menurunkan Ketidakefektifan Pencampuran ( Mixed )

Obat Serbuk Injeksi di IRNA I Dr. Saiful Anwar Malang

JUDUL :

Meniadakan Ketidakefektifan Pencampuran ( Mixed )

Obat Injeksi Serbuk Antibiotika di IRNA I

Sebesar 100 % Selama 6 Bulan

QCC Sriti 2

IRNA I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

Jln. Jaksa Agung Suprapto No. 2 Malang

(3)

QCC SRITI 2

IRNA I RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Jl. JAKSA AGUNG SUPRAPTO No.2 MALANG – JAWA TIMUR

Tema : Menurunkan ketidakefektifan pencampuran ( Mixed ) obat serbuk injeksi di IRNA I RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

Judul : Meniadakan ketidakefektifan pencampuran (Mixed ) obat serbuk Injeksi Antibiotika di IRNA I selama 6 bulan

Visi IRNA I : Mampu melaksanakan kesehatan prima dan paripurna serta pendidikan dan penelitian.

Misi IRNA I :

 Mewujudkan pelayanan kesehatan prima dan paripurna sesuai standar pelayanan kesehatan yang bermutu.

 Mewujudkan program unggulan pemberantasan penyakit infeksi nosokomial.

 Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional melalui usaha pendidikan dan penelitian bidang kesehatan.

(4)

3

MOTTO KBK

SRITI II IDENTITAS GUGUS JADWAL PERTEMUAN

- S = Sigap - R = Rasional - I= Ilmiah - T= Terpadu - I= Intensif Penanggung jawab :

dr.Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD)

Pembimbing :

Ketua :

Eko Suratman, S.Kep, Ns Sekretaris :

Yusuf Elmadi, S.Kep, Ns Anggota :

- Kristiyati, AMK - Samsul Arifin, AMK - Achmat Choiru, AMK

Usia rata-rata : 41 tahun Pendidikan rata-rata: D3 Keperawatan KBK dibentuk : November 2003 Jumlah pertemuan : 6 kali Lama pertemuan : 1 – 2 jam

Rata- rata kehadiran : 80 %

Periode kegiatan :

(5)

KBK SRITI II IRNA I Fasilitator :

dr. Syahdevi Nandar Kurniawan, Sp.S

STRUKTUR ORGANISASI

KBK SRITI II

WADIR PELAYANAN MEDIK DAN PERAWATAN dr. Hanief Noersjahdu Sp.S

DIREKTUR

DR. dr. Basuki Bambang Purnomo, Sp.U

KA.IRNA I

dr. Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD)

KETUA TIM PENILAI GUGUS KENDALI MUTU Drg. Robinson Pasaribu, Sp BM

(6)

ALUR PERSOALAN

Obat di suntikkan

ke pasien

Pasien MRS /

dirawat

Advis Dokter

Pasien dapat terapi

obat serbuk injeksi

Jumlah Obat serbuk

injeksi yang

dilakukan

pencampuran

dalam jumlah

banyak

1. Terjadi plebitis

2. Rasa sakit saat obat

dimasukkan

Perawat melakukan pencampuran obat serbuk injeksi : 1. Membutuhkan waktu yang

lama

2. Pencampuran kurang maksimal

1. Masih ada sisa obat serbuk

injeksi yang tidak larut

2. Jadwal pemberian obat

serbuk injeksi terlambat

(7)

JADWAL RENCANA DAN REALISASI KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Menentukan tema dan judul Juli TAHUN 2011 - 2012

LANGKAH Desember Januari Juni

PLAN

Pebruari Maret April

4 4 Mei Ren cana Reali sasi 1 2 3 Menentukan tema dan judul Menganalisa penyebab Menentukan penyebab dominan Membuat rencana dan melaksanakan perbaikan DO 4 PLAN 4 4 4 4 5 5 6 6 Meneliti hasil Membuat rencana dan melaksanakan perbaikan DO CHEC K 5 4 6 6 5 ACTIO N Meneliti hasil Standarisasi 6 CHEC K 5 2 5 ACTIO N Standarisasi Mengumpulkan data & membuat rencana berikutnya

7

6 2

3

(8)
(9)

LANGKAH 1

MENENTUKAN TEMA DAN JUDUL (Periode 24 Desember 2011 – 20 Januari 2012)

1. INVENTARISASI PERSOALAN

Pada tema sekarang ini QCC Sriti 2 menentukan masalah baru sebagai berikut: a. Ketidakefektifan cara pencampuran ( Mixed ) obat serbuk injeksi sebanyak 166

kejadian dari 367 Kejadian ( 45,2 % ).

b. Ketidakefektifan cara pemindahan pasien dari tempat tidur ke brancard atau sebaliknya sebanyak 23 kejadian dari 138 kasus (16,7 % )

c. Banyaknya penggunaan alat slang penghubung nebulizer kit berulang pada pasien di IRNA I sebanyak 37 kejadian dari 178 kasus (20,8% ).

Data sheet 1 : Pencampuran obat serbuk injeksi Periode data : 26 Des 2011 – 20 Jan 2012 Sumber data : Ruang : 24 A, 24 B, 26, 05

Pengumpul data : Kristiyati + Choiru + Eko Suratman

Metode : Wawancara dan observasi

Penanggung jawab data : Ka UPP IRNA I

Ruang

Jml obat injk yang diaplos /dicampur dengan aquabides

Kondisi obat serbuk yang sdh diaplos/dicampur dng aquabides Larut semua Masih ada sisa

serbuk

24A 109 71 38

(10)

9

Data sheet 2 : Ketidakefektifan pemindahan pasien dari tempat tidur ke brancard atau sebaliknya.

Periode data : 26 Des 2011 – 20 Jan 2012 Sumber data : Ruang : 24 A, 24 B, 26, 05 Pengumpul data : Yusuf + Samsul

Metode : Observasi

Penanggung jawab data : Ka UPP IRNA I

Ruang Jumlahpasien

Pasien yang dipindah

Tempat tidur ke brancard Brancard ke tempat tidur

Tidak Tepat tepat Tidak Tepat tepat

24 A 20 1 9 3 7

24 B 23 2 7 3 11

25 55 2 20 4 29

26 40 3 15 5 17

Jumlah 138 8 51 15 54

Data sheet 3 : Penggunaan slang nebulizer kit yang berulang Periode data : 26 Des 2011 – 20 Jan 2012

Sumber data : Ruang 24A, 24B, 26, 05 Pengumpul data : Samsul + Yusuf

Metode : Observasi

Penanggung jawab data : Ka UPP IRNA I

Ruang Jumlah pasien yang

memakai nebulizer

Alat slang nebulizer

Lebih dari satu

pasien Digunakan satu pasien

24A 73 16 57

24B 78 13 65

26 25 6 19

05 2 2 0

(11)

A. Ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi B. Ketidakefektifan cara pemindahan pasien ke brancard dan sebaliknya C. Penggunaan slang nebulizer kit berulang

0 50 100 150 200 A B C 166 23 37

2. PRIORITAS PENENTUAN TEMA BERDASARKAN DIMENSI MUTU

2.1. Berdasarkan jumlah kejadian

Kode Persoalan Kejadian

A

Ketidakefektifan cara pencampuran ( Mixed ) obat

serbuk injeksi 166

B

Ketidakefektifan cara pemindahan pasien dari tempat

tidur ke brancard atau sebaliknya 23

C

Banyaknya penggunaan alat slang penghubung nebulizer

kit berulang 37

(12)

11 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 A B C 4 3 1 A. Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi B. Ketidakefektifan cara pemindahan pasien ke brancard dan sebaliknya C. Penggunaans lang nebulizer kit berulang 2.2. Berdasarkan Keselamatan Pasien ( Safety )

No Kode Uraian Persoalan Nilai Keselamatan

pasien

1. A

Ketidakefektifan cara pencampuran

( Mixed )obat serbuk injeksi 4 Mayor

2. B

Ketidakefektifan cara pemindahan pasien dari tempat tidur ke brancard atau sebaliknya

3 Moderate

3. C

Banyaknya penggunaan alat slang

penghubung nebulizer kit berulang 1 Minimum

Diagram batang keselamatan pasien (Safety

)

Kesimpulan:

Dari diagram diatas tampak bahwa Banyaknya keluhan nyeri dilokasi penyuntikan pada pasien yang mendapatkan terapi injeksi di IRNA I merupakan persoalan

(13)

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 A B C 900000 500000 400000 A.Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi B. Ketidakefektifancara pemindahan pasien ke brancard dan sebaliknya C.Penggunaan slang nebulizer kit berulang 2.3. Berdasarkan pemborosan ( Waste ) bagi pasien

No Kode Uraian Persoalan Pemborosan

1. A Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbukinjeksi Rp. 900.000

2. B Ketidakefektifan cara pemindahan pasien daritempat tidur ke brancard atau sebaliknya Rp. 500.000

3. C Banyaknya penggunaan alat slang penghubungnebulizer kit berulang Rp. 400.000

(14)

13

Pemborosan / kerugian biaya apabila kesalahan tidak diperbaiki

No Jenis Tindakan

Kerugian (waste) akibat

Belum optimalnya cara pencampuran obat serbuk injeksi Ketidakefektifan cara pemindahan pasien ke brancard dan sebaliknya Penggunaan slang nebulizer kit berulang 1. Perawatan Rp. 150.000 Rp. 150.000 -2. Blood set Rp. 10.000 - -3. Venflon Rp. 8.000 4. Zalf thrombopop Rp. 20.000 - -5. Laboratorium DL Rp. 50.000 - Rp. 50.000 6. Antibotika Rp. 500.000 Rp. 225.000 7. Tindakan pemasangan infus Rp. 38.000 - -8. Visite Dokter Rp. 40.000 - -9. Spuit Rp. 25.000 Rp. 25.000 Rp. 25.000 10. Cairan Infus Rp. 9.000 - -11. Analgesik - Rp. 50.000 -12. Rehabilitasi Medik - Rp. 275.000 -13. Cek Sputum - - Rp. 100.000 JUMLAH Rp. 900.000 Rp. 500.000 Rp. 400.000

(15)

3. KESIMPULAN

Berdasarkan Analisa Pareto Diagram Batang : 1. Dari frekuensi kejadian

Jumlah kejadian Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi di IRNA I RSUD dr. Saiful Anwar menempati urutan tertinggi

2. Dari keselamatan pasien (safety)

Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi di IRNA I RSUD dr. Saiful Anwar merupakan persoalan prioritas pertama

3. Dari pemborosan

Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi merupakan urutan pertama karena mengalami pemborosan paling tinggi

Maka berdasarkan Analisa Pareto Diagram Batang diatas, QCC menetapkan bahwa prioritas persoalan adalah Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk Injeksi.

Dengan demikian SRITI 2 memutuskan untuk memilih tema :

Adapun alasan pengambilan tema adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan perawat di rumah sakit dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan pasien

2. Menurunkan rawat inap pasien

Menurunkan Ketidakefektifan Cara Pencampuran ( Mixed ) obat serbuk injeksi

di IRNA I RSUD dr Saiful Anwar Malang

(16)

15 0 50 100 150 A B C 108 31 27

A. Pencampuran obat serbuk injeksi obat antibiotik tidak efektif

B. Pencampuran obat serbuk injeksi anti ulser

tidak efektif

C. Pencampuran obat serbuk injeksi anti hipertensi tidak efektif

4. PENENTUAN JUDUL

Dalam menentukan judul kita lakukan stratifikasi terhadap cara pencampuran obat serbuk injeksi yang tidak efekfif terdiri dari :

1. Pencampuran obat serbuk injeksi antibiotika yang tidak efektif 2. Pencampuran obat serbuk injeksi anti ulser yang tidak efektif 3. Pencampuran obat serbuk injeksi anti hipertensi yang tidak efektif

Tabel sub stratifikasi judul :

Kode Jenis obat injeksi serbuk yang dioplos Jumlah kejadian

A Pencampuran obat serbuk injeksi obat

antibiotik tidak efektif 108

B Pencampuran obat serbuk injeksi anti ulser

tidak efektif 31

C Pencampuran obat serbuk injeksi anti

hipertensi tidak efektif 27

Total 166

(17)

Kesimpulan:

Berdasarkan diagram batang diatas pencampuran obat serbuk injeksi antibiotika yang tidak efektif menempati ururtan tertinggi . Dengan demikian maka QCC Sriti 2 sepakat mengambil judul:

ALASAN PEMILIHAN JUDUL: a. Intangible

a) Menurunkan kepercayaan pasien / keluarga terhadap pemberian obat serbuk injeksi

b) Menurunkan kualitas pelayanan pemberian obat serbuk injeksi

c) Membahayakan keselamatan pasien dimungkinkan beresiko terjadi plebitis b. Tangible

a) Terjadi penambahan biaya perawatan sebesar Rp. 900.000,- per pasien b) Menghambat proses penyembuhan selama 5 hari

ALASAN PENETAPAN INISIAL GOAL

QCC Sriti II sepakat untuk menetapkan inisial Goal 100% dengan pertimbangan : 1. Pengalaman anggota QCCsudah cukup.

2. Adanya kemauan yang kuat dari anggota QCC untuk melakukan perbaikan.

Menghilangkan Ketidakefektifan Cara Pencampuran ( Mixed ) obat

serbuk injeksi antibiotika di IRNA I RSUD dr. Saiful Anwar Malang

(18)

17

. Malang, 20 Januari 2012

Fasilitator Ketua GKM SRITI II

Dr. Syahdevi Nandar K Sp. S Eko suratman

(19)

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Kepala Intalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

dr. Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD) NIP. 1956 0503 198403 1 008

(20)

19

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

Dr. Hanief Noersjahdu, Sp.S Pembina Tingkat I NIP.19600530 198709 1 001

(21)

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Direktur

Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

DR. dr. Basuki B Purnomo Sp. U Pembina Utama Madya NIP.19540731 198201 1 002

(22)

21

LANGKAH 2

(23)

LANGKAH 2

MENGANALISA PENYEBAB (Periode 24 Januari 2012 – 23 Pebruari 2012)

Kegiatan pada langkah ini adalah mencari faktor-faktor yang diduga dapat menjadi penyebab timbulnya persoalan. Agar dapat memperoleh gambaran yang menyeluruh dari suatu susunan sebab akibat, maka upaya untuk menentukan faktor-faktor penyebab persoalan dengan menggunakan alat bantu diagram Ishikawa. Hasil pengumpulan ide (brain storming) didapatkan data sebagai berikut:

1. FAKTOR-FAKTOR DALAM DIAGRAM ISHIKAWA: A. Faktor Manusia

C1.Keterbatasan tenaga

C2.Banyaknya obat yang harus dicampur C3.Petugas bekerja tergesa-gesa

C4.Obat serbuk yang dicampur tidak dicek ulang

C5. Masih banyak obat serbuk yang diberikan pasien belum larut semua

C1.Perawat bekerja sesuai kebiasaan

C1.Banyaknya pasien yang mendapat obat serbuk injeksi

B. Faktor Metode

C1.Petugas dalam melakukan cara pencampuran obat serbuk injeksi masih menggunakan pedoman instruksi kerja yang belum direvisi

(24)

2. DIAGRAM ISHIKAWA Ketidakefektifan Pencampuran obat serbuk injeksi METODE MESIN MANUSIA LINGKUNGAN MATERIAL

Perawat bekerja sesuai dengan kebiasaan

Keterbatasan tenaga

Petugas bekerja tergesa-gesa

Obat serbuk yang sudah dicampur tidak dicek ulang

Masih banyak obat serbuk yang akan diberikan pasien

belum larut semua

Belum ada alat khusus untukpencampuran obat

serbuk injeksi

Petugas melakukan pencampuran obat serbuk injeksi dengan cara manual

dan satu persatu Masih ada obat serbuk

injeksi yang sulit larut

Waktu yang dibutuhkan dalam mencampur obat

lebih lama

Banyak obat serbuk yang dicampur Petugas dalam melakukan

pencampuran obat serbuk injeksi masih menggunakan pedoman instruksi kerja

yang belum direvisi

Banyaknya pasien yang mendapat injeksi obat serbuk

(25)

3. Nominal Group Tehnik ( NGT )

II

5 6 4 5 6 26

2 2 8 VI

4

Masih ada obat serbuk yang sulit

larut 3 4 3 1 1 3 4 3 5 4 7 III Banyaknya pasien yang

mendapat obat serbuk injeksi

Keterbatasan tenaga 2 2

R 1

Samsul Choiru ∑ No Persoalan Eko Yusuf Kris

1 2 2 1 1 VI

6

Perawat bekerja sesuai kebiasaan

Belum ada alat khusus untuk pencampuran obat serbuk

TANDA TANGAN

Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih

berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi

5 3 19 IV 3 4 17 5 28 I 6 5 6 6 Kesimpulan:

Berdasarkan rumus NGT 1/2 N + 1 maka QCC mendapatkan 4 faktor yang diduga sebagai penyebab :

1. Belum ada alat khusus untuk pencampuran obat serbuk injeksi

2. Perawat dalam cara pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi

(26)

25

LANGKAH 3

(27)

LANGKAH 3

MENGUJI DAN MENENTUKAN PENYEBAB DOMINAN ( Periode 27 Pebruari 2012 – 28 Maret 2012 )

1. FAKTOR-FAKTOR YANG DIUJI KORELASI ( X = PENYEBAB, Y = AKIBAT )

X1 : Belum ada alat khusus cara pencampuran obat serbuk injeksi

Y1 : Petugas melakukan pencampuran obat serbuk injeksi dengan cara manual dan satu persatu

X2 : Perawat dalam cara pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi

Y2 : Pencampuran obat serbuk injeksi tidak efektif

X3 : Masih ada obat serbuk injeksi yang sulit larut

Y3 : Waktu yang dibutuhkan dalam pencampuran obat lebih lama

X4 : Perawat bekerja sesuai kebiasaan

(28)

27 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 2 4 6 8 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 5 10

Instruksi kerja yang belum direvisi 2. SCATTER DIAGRAM

Diagram Scatter

a. Belum ada alat khusus untuk cara pencampuran obat serbuk injeksi Petugas melakukan pencampuran obat serbuk injeksi dengan cara manual dan satu persatu.

b. Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi  Pencampuran obat serbuk injeksi tidak efektif

Indikator/kriteria penilaian :

X1= Belum ada alat khusus untuk cara pencampuran obat serbuk injeksi

Y1= Banyak obat serbuk injeksi yangmasih belum larut

Kesimpulan x1:

Dari diagram pencar dan uji korelasi didapatkan

r = 0,925 → berkorelasi positif

kuat, sehingga kelompok menetapkan sebagai penyebab dominan

r = 0,925

Indikator penilaian : X2 : Perawat dalam cara

pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi

Y2 : Pencampuran obat serbuk injeksi tidak efektif

Kesimpulan x2 :

Dari diagram pencar dan uji korelasi didapatkan

r = 0,867 → berkorelasi positif

kuat, sehingga kelompok menetapkan sebagai penyebab dominan

(29)

0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6

Obat serbuk injeksi sulit larut

0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 5 10

Perawat bekerja sesuai kebiasaan

c. Masih ada obat serbuk injeksi yang sulit larut  Waktu yang dibutuhkan dalam pencampuran obat lebih lama

d. Perawat bekerja sesuai kebiasaan Pencampuran obat serbuk injeksi tidak efektif

Indikator penilaian :

X3 : Masih ada obat serbuk injeksi yang sulit larut Y3 : Waktu yang dibutuhkan

dalam pencampuran obat lebih lama

Kesimpulan x3 :

Dari diagram pencar dan uji korelasi didapatkan

r = 0,798 → berkorelasi positif

kuat, sehingga kelompok menetapkan sebagai penyebab dominan

r = 0,798

Indikator penilaian :

X4 : Perawat bekerja sesuai kebiasaan

Y4 : Pencampuran obat serbuk injeksi tidak efektif

Kesimpulan x4 :

Dari diagram pencar dan uji korelasi didapatkan

r = 0,618 → berkorelasi negatif,

sehingga kelompok tidak menetapkan sebagai penyebab dominan.

(30)

29 129,01

113,91 98,72

DIAGRAM PIE 3 FAKTOR PENYEBAB DOMINAN

Belum ada alat khusus cara pengoplosan obat serbuk injeksi

Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi Masih ada obat serbuk injeksi yang sulit larut

3. DATA DIAGRAM PIE ANTAR PENYEBAB

341,64

129,01 Derajat (..0)

J U M L A H 2,59 224,4

Hasil uji faktor penyebab

dominan r r2(%)

Belum ada alat khusus cara

pencampuran obat serbuk injeksi 0,925 85,56

113,91 98,72 75,16

63,68 0,798

Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih

berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi

Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut

0,867

(31)
(32)

LANGKAH 4

MEMBUAT RENCANA DAN MELAKSANAKAN PERBAIKAN ( Periode : 3 April 2012 – 18 Mei 2012 )

Tabel rencana perbaikan

1. MESIN

No Faktor Penyebab

Dominan WHY WHAT WHERE WHEN WHO HOW

HOW MUCH 1. Belum ada alat khusus

cara pencampuran obat serbuk injeksi Agar dalam cara pencampuran obat serbuk injeksi lebih efektif dan tidakada sisagumpalan obat Membuat alat cara pencampuran obat IRNA I Minggu I-II April 2012, Selasa 3 April 2012 sampai Rabu 11 April 2012

Eko.S  Mengadakan pertemuan QCC untuk menyepakati pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi

Membuat rancangan tentang pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi

 Mengajukan rancangan pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi ke KA IRNA I untuk mendapatkan persetujuan

 Mensosialisasikan cara penggunaan alat pengplosan obat serbuk injeksi yang sudah mendapat persetujuan Ka IRNA

 Mengevaluasi hasil alat pencampuran obat serbuk injeksi yang digunakan.

(33)

2. METODE

No Faktor Penyebab

Dominan WHY WHAT WHERE WHEN WHO HOW

HOW MUCH

2. Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi Agar dalam melakukan pencampuran obat serbuk injeksi sudah sesuai dengan instruksi kerja yang sudah direvisi Mengevaluasi dan merevisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi. IRNA I Minggu keIII April – minggu ke I mei 2012 Senin 23 April sampai dengan 4 Mei 2012 Samsul dan Choiru  Mengadakan pertemuan QCC untuk mengevaluasi dan merevisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi injeksi dengan menggunakan alat

pencampuran obat serbuk .  Membuat revisi instruksi

kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi dengan

menggunakan alat pencampur obat serbuk injeksi.

 Mengajukan hasil revisi dan evaluasi Intruksi Kerja ke KA IRNA I untuk mendapat persetujuan

 Mensosialisasikan hasil revisi

(34)

33

3. MATERIAL

No Faktor Penyebab

Dominan WHY WHAT WHERE WHEN WHO HOW

HOW MUCH

3. Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut

Agar obat serbuk injeksi bisa larut dan tidak ada sisa gumpalan serbuk obat Mengevaluasi dan merevisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut

IRNA I Minngu II-IIIApril 2012 Jumat 13 April 2012 sampai dengan kamis 19 April 2012

Yusuf E  Mengadakan pertemuan QCC untuk mengevaluasi dan merevisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi injeksi yang sulit larut dengan menggunakan alat pencampuran obat serbuk injeksi .

 Membuat revisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut dengan menggunakan alat pencampur obat serbuk injeksi.

 Mengajukan hasil revisi dan evaluasi Intruksi Kerja ke KA IRNA I untuk mendapat persetujuan

 Mensosialisasikan hasil revisi dan evaluasi Instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut dengan

menggunakan alat pencampuran obat serbuk yang disetujui oleh KA IRNA I keseluruh perawat IRNA I

 Mengevaluasi hasil instruksi kerja hasil irevisi yang sudah

dilaksanakan .

(35)

TABEL HASIL UJI COBA MONITORING MELAKSANAKAN PERBAIKAN

No IDE

PELAKSANAAN PERBAIKAN

Monitoring KeputusanQCC Sebelum Tanggal Perbaikan Sesudah

1. Membuat alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi Pencampuran obat serbuk injeksi dilakukan secara manual dengan cara di kocok 4 april s/d 16 mei 2012  Mengadakan pertemuan QCC untuk menyepakati pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi  Membuat rancangan

tentang pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi  Mengajukan rancangan pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi ke KA IRNA I untuk mendapatkan

Cara mencampur obat serbuk injeksi

dilakukan dengan alat khusus

Diagram Run Chart

X = Hari Pengamatan Y = Jumlah / Frekuensi

pencampuran obat serbuk injeksi yang dilakukan dengan cara

Dengan adanya alat untuk mencampur obat serbuk injeksi,petugas tidak melakukan pencampuran secara manual. dinyatakan BERHASIL 0 5 10 1 3 5 7 9

(36)

35

No IDE PELAKSANAAN PERBAIKAN Monitoring KeputusanQCC

Sebelum Tanggal Perbaikan Sesudah

2. Membuat instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksi dengan menggunakan alat pencampuran obat Petugas dalam melaksanakan pencampuran obat serbuk injeksi secara manual dan berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi 4 april s/d 16 Mei 2012  Mengadakan pertemuan QCC untuk mengevaluasi dan merevisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbuk injeksidengan menggunakan

alat pencampuran obat serbuk .

 Membuat revisi instruksi kerja cara pencampuran obat serbukinjeksi dengan

menggunakan alat pencampur obat serbuk injeksi.

 Mengajukan hasil revisi dan evaluasi Intruksi Kerja ke Ka IRNA I untuk mendapat persetujuan

 Mensosialisasikan hasil revisi dan evaluasi Instruksi kerja cara

pencampuran obat serbuk injeksidengan menggunakan alat pencampuran obat serbuk yangdisetujui oleh Ka IRNA I keseluruh perawat IRNA I

 Mengevaluasi hasil instruk-si kerja yang sudah direviinstruk-si yang sudahdilaksanakan Instruksi kerja yang sudah tersedia di ruangan Petugas / Perawat dalam mencampur obat serbuk injeksi berpedoman pada instruksi kerja yang sudah di revisi dengan menggunakan alat pencampur obat Diagram Runchart X = Hari Pengamatan Y = Jumlah / Frekuensi

banyaknya perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi kerja yang belum direvisi.

Kesimpulan :

Setelah dilakukan perbaikan dan uji coba diketahui bahwa perawat dalam melakukan pencampuran obat serbuk injeksi sudah berpedoman pada

instruksi kerja yang sudah di evaluasi dan direvisi.

Dengan adanya pedoman instruksi kerja yang sudah direvisi dan dievaluasi, Perawat dalam bekerja selalu berdasarkan pada instruksi kerja yang sudah direvisi. Dan dinyatakan BERHASIL 0 5 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(37)

No IDE

PELAKSANAAN PERBAIKAN

Monitoring KeputusanQCC

Sebelum Tanggal Perbaikan Sesudah

3. Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut

Pencampuran obat serbuk injeksi dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu lebih dari 1 – 2 menit per pasien 4 april s/d 16 Mei 2012  Mengadakan pertemuan QCC untuk menyepakati pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut.

 Membuat rancangan tentang pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut.  Mengajukan rancangan pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi ke KA IRNA I untuk mendapatkan persetujuan Dengan dilakukan pencampuran obat memakai alat khusus waktu yang

dibutuhkan kurang dari 1 menit untuk pencampuran obat serbuk injeksi yang sulit larut 10 – 15 pasien

Diagram Runchart

X = Hari Pengamatan Y = Jumlah / Frekuensi

banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut

Kesimpulan : Dengan adanya alat khusus obat serbuk injeksi,tidak ada obat serbuk injeksi yang tidak larut dan waktu yang dibutuhkan lebi cepat ( kurang dari 1 menit ). Dan dinyatakan BERHASIL 0 5 10 1 3 5 7 9

(38)

. Malang, 18 Mei 2012

Fasilitator Ketua GKM SRITI II

Dr. Syahdevi Nandar K Sp. S Eko suratman

(39)

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Kepala Intalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

dr. Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD) NIP. 1956 0503 198403 1 008

(40)

39

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

Dr. Hanief Noersjahdu, Sp.S Pembina Tingkat I NIP.19600530 198709 1 001

(41)

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Direktur

Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

DR. dr. Basuki B Purnomo Sp. U Pembina Utama Madya NIP.19540731 198201 1 002

(42)

41

LANGKAH 5

(43)

LANGKAH 5

MENELITI HASIL (Periode, 21 Mei – 22 Juni 2012 )

1. EVALUASI PENYEBAB DOMINAN

Tabel evaluasi faktor penyebab dominan sebelum dan sesudah perbaikan.

KODE

FAKTOR PENYEBAB

DOMINAN

PERIODE PERIODE

Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan

Jumlah Jumlah

A

Belum ada alat khusus cara

pencampuran obat serbuk injeksi

58 0

B

Perawat dalam cara pencampuran obat serbuk injeksi masih menggunakan instruksi kerja yang belum direvisi

23 0

C

Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut

37 4

(44)

43 0 10 20 30 40 50 60 A B C 58 23 37

A. Belum ada alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi

B. Perawat dalam cara pencampuran obat serbuk injeksi masih menggunakan instruksi kerja yang belum direvisi

C. Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 A B C 0 0

4 A. Belum ada alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi B. Perawat dalam cara

pencampuran obat serbuk injeksi masih menggunakan instruksi

kerja yang belum direvisi

C. Banyaknya obat serbuk injeksi yang sulit larut

Diagram batang faktor penyebab dominan sebelum perbaikan

(45)

0 10 20 30 40 50 60

Sebelum Perbaikan Initial Gold Setelah Perbaikan

100 % 100

2. EVALUASI JUDUL

Tabel Evaluasi Hasil :

Persoalan Sebelum

Perbaikan

Sesudah Perbaikan Ketidakefektifan pencampuran obat serbuk

injeksi antibiotik 58 0

Diagram Batang Evaluasi Judul

Keterangan :

Sebelum Perbaikan ditemukan 58 keluhan respon ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi lebih dari 24 jam dari 30 kali pengamatan dan interview.

0

Prosentase = --- x 100 % = 0 % 58

(46)

45 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan 166

7

Diagram Batang Evaluasi Tema

26,1 %

3. EVALUASI TEMA :

Data perbandingan jumlah menurunkan ketidakefektifan dalam pencampuran obat serbuk injeksi, sebelum dan sesudah perbaikan.

Tabel Evaluasi Tema Sebelum dan Sesudah Perbaikan

Koreksi Periode

Jumlah Keluhan dalam ketidakefektifan pencampuran obat serbuk

injeksi

Sebelum Perbaikan Januari 166

Sesudah Perbaikan Juni 7

Diagram batang Evaluasi Tema

Keterangan :

Sebelum Perbaikan :

Ditemukan 166 keluhan dalam ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi dari 367 kejadian.

166

Prosentase = --- x 100 % = 45,2 % 367

Sesudah Perbaikan :

Ditemukan 7 keluhan dalam ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi dari 367 kejadian.

7

Prosentase = --- x 100 % = 19,5 % 367

(47)

Kesimpulan :

Jadi dengan adanya perbaikan dapat menurunkan ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi sebesar = 26,1 %

Prosentase Penurunan = 45,2 % - 19,1 % = 26,1 %

4. DAMPAK POSITIF SETELAH PERBAIKAN : Intangible :

1. Mengoptimalkan pencampuran obat serbuk. 2. Mutu pelayanan meningkat.

3. Kepercayaan pasien meningkat. 4. Petugas mendapat beberapa manfaat :

a. Mempermudah/lebih efektif dalam mengoplos obat serbuk. b. Tidak memerlukan waktu lama.

5. Kerjasama antar individu anggota QCC meningkat. Tangible :

1. Persentasi keluarga dan pasien komplain dalam pemberian obat serbuk injeksi berkurang

2. Persentasi terjadinya dampak dari masih adanya sisa obat serbuk setelah obat dicampur tidak ada

Kebijakan :

Kepala IRNA I mendukung dengan memberikan bantuan biaya dalam pembuatan alat khususUntuk pencampuran obat serbuk dan Instruksi Kerja cara pemakaian alat.

5. ANALISA DAMPAK NEGATIF :

(48)

47

LANGKAH 6

(49)

LANGKAH 6

MEMBUAT STANDAR BARU ( Periode : 27 Juni – 8 Juli 2012 )

1. STANDAR PROSES :

a. Pengadaan alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi

1. Mendesain / merancang alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi 2. Membuat alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi.

b. Instruksi kerja cara penggunaan alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi 1. Siapkan aobat injeksi serbuk yang akan diberikan ke pasien.

2. Beri label nama, reg, kamar.

3. Obat diberi aquabidest sesuai dengan aturan larutan obat. 4. Obat yang sudah diberi aquabidest dimasukkan ke alat khusus

pencampuran obat serbuk injeksi.

5. Setelah obat masuk, tutup alat dan dikunci rapat.

6. Nyalakan tombol alat dengan waktu kurang dari 1 menit.

7. Tutup dibuka, obat yang sudah diputar dalam alat dikeluarkan dan diteliti kembali.

8. Obat siap dimasukkan ke pasien masing-masing. 9. Alat dirapikan.

2. STANDAR HASIL

Dengan melaksanakan standar prosedur / proses tersebut diatas secara baik maka ketidakefektifan dalam pencampuran obat serbuk injeksi dapat ditiadakan. 3. MANFAAT STANDAR BARU

(50)

49

Malang, 8 Juli 2012

Fasilitator Ketua GKM SRITI II

dr. Syahdevi Nandar K Sp. S Eko suratman

(51)

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Kepala Intalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

dr. Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD) NIP. 1956 0503 198403 1 008

(52)

51

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

Dr. Hanief Noersjahdu, Sp.S Pembina Tingkat I NIP.19600530 198709 1 001

(53)

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Direktur

Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

DR. dr. Basuki B Purnomo Sp. U Pembina Utama Madya NIP.19540731 198201 1 002

(54)

53

LANGKAH 7

(55)

LANGKAH VII

MENGUMPULKAN DATA BARU DAN MENENTUKAN RENCANA BERIKUTNYA ( Periode : 10 Juli – 30 Juli 2012 )

1. INVENTARISASI MASALAH Masalah Baru :

A. Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien dipindah dari ruang

perawatan ke ruang Intensif (CVCU) sebanyak 17 kejadian dari 25 kasus (68%). B. Terjadinya serangan ulang pada pasien post IMA di ruang perawatan sebesar 6

kejadian dari 21 kasus (28,6%%) Masalah Lama / Sisa Masalah :

Ketidakefektifan cara pemindahan pasien dari tempat tidur ke brancard atau sebaliknya dan Pemakaian tranfusi set berulang pada tranfusi darah, tidak diangkat lagi karena sudah teratasi dengan sendirinya.

Data sheet : Menurunkan angka kejadian kegawatan jantung pada saat pasien akan dipindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU

Periode Data : 10 Juli – 30 Juli 2012

Sumber Data : R. 24 A, R. 24 B, R. 22, R. 25, R. 27 Pengumpul Data : Choiru, Samsul

Metode : Observasi

Penanggung jawab data : Ka UPP IRNA I

Ruang

Jumlah Pasien yang

(56)

55

Data Sheet : Kejadian serangan ulang Chest Pain (Nyeri Dada) pada pasien Post IMA di Ruang Perawatan

Periode Data : 10 Juli – 30 Juli 2012

Sumber Data : R. 24 A, R. 24 B, R. 22, R. 25, R. 27 Pengumpul Data : Yusuf E, Kristiyati

Metode : Observasi

Penanggungjawab Data : Ka UPP IRNA I

Ruang Jumlah

Pasien

Kondisi Pasien Post IMA

Nyeri Dada Tidak ada keluhan

24 A 6 1 5 24 B 3 1 2 22 7 3 4 25 2 0 2 27 2 1 1 Jumlah 21 6 15

2. PRIORITAS PENENTUAN TEMA BERDASARKAN DIMENSI WAKTU 2.1 Berdasarkan Frekuensi Kejadian ( Mistake )

Kode Persoalan Kejadian

A

Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU

17

B

Terjadinya serangan ulang pada pasien post IMA di ruang perawatan

(57)

0 5 10 15 20 A B 17 6 A. Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari

ruang perawatan ke ruang ICCU

B. Terjadinya serangan ulang pada pasien post IMA di ruang perawatan

Diagram Batang Frekuensi Kejadian

Kesimpulan :

Diagram batang diatas tampak bahwa :

Adanya kejadian kegawatan jantung pada pasien saat dipindah dari ruang perawatan ke ruang Intensive ICCU (Kode A), merupakan persoalan prioritas dimana persoalan dijumpai dengan jumlah kejadian tertinggi.

(58)

57 0 1 2 3 4 5 A B 5 4 A.Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU

B. Terjadinya serangan ulang pada pasien post IMA di ruang

perawatan 2.2.Berdasarkan Tingkat Pengaruh Resiko Pasien

Kode Persoalan Pengaruh Keselamatan Pasien

A

Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU

5

B Terjadinya serangan ulang pada pasien post

IMA di ruang perawatan 4

Diagram Batang Pengaruh Keselamatan Pada Pasien (Accident)

Kesimpulan :

Dari diagram batang diatas dapat disingkirkan bahwa tingkat resiko adanya kejadian kegawatan jantung pada pasien pada saat dipindah dari ruang perawatan ke ruang intensive ICCU, menempati urutan tertinggi dengan Kriteria Serius.

(59)

Kriteria penilaian tingkat pengaruh pada keselamatan pasien berdasarkan SEVERITY ASSESSMENT CODE (SAC) 2005 adalah sebagai berikut:

Klasifikasi Kriteria Nilai

Serious Klien dengan penyakit awalnyan kematian yang tidak berhubungan dengan penyakit awalnya dan terdapat perbedaan hasil yang

diharapkan dalam penatalaksanaan klien atau kecurigaan bunuh diri / kecurigaan pembunuhan atau satu dari keadaan dibawah ini (The National Sentinal Events):

o Prosedur yang melibatkan klien atau bagian tubuh yang salah o Kecurigaan bunuh diri di rumah sakit

o Retained instrument

o Terdapat bahan didalam tubuh yang memerlukan pengambilan melalui tindakan bedah

o Kesalahan pengobatan yang menyebabkan kematian klien o Emboli udara intra vaskuler

o Tranfusi darah hemolisis

o Kematian maternal (ibu hamil) yang berhubungan dengan kehamilan atau persalinannya

o Pemberian bayi pada yang bukan keluarganya

5

Major Klien dengan kehilangan fungsi utama yang permanen (sensorik, motorik, fisiologik ataupun psikologik) yang tidak berhubungan dengan penyakit awalnya dan terdapat perbedaan hasil yang

diharapkan dalam penatalaksanaan klien, atau salah satu dari keadaan dibawah ini:

o Mengalami kecacatan yang signifikan sebagai hasil dari suatu kejadian

o Klien mempunyai resiko yang signifikan karena tidak dilakukan penatalaksanaan medis

o Ancaman atau terjadi gangguan verbal dan fisik dari klien

4

Moderate Klien dengan penurunan fungsi tubuh yang permanen (sensorik, motorik, fisiologik ataupun psikologik) yang tidak berhubungan dengan penyakit awalnya dan terdapat perbedaan hasil yang diharapkan dalam penatalaksanaan klien, atau dari suatu keadaan dibawah ini:

o Perpanjangan hari rawat sebagai akibat dari suatu kejadian o Tindakan bedah sebagai akibat dari suatu kejadian

(60)

59 0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 A B 860.000 450.000 A. Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU

B. Terjadinya serangan ulang pada pasien post IMA di ruang 2.3 Berdasarkan Pada Tingkat Kerugian Pasien (Waste)

Kode Persoalan Waste

A

Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien di pindah dari ruang perawatan ke ruang ICCU

Rp. 860.000 / hari

B Terjadinya serangan ulang pada pasien post

IMA di ruang perawatan Rp. 450.000 / hari

Diagram Batang Tingkat Kerugian Pasien ( Waste)

Kesimpulan :

Dari diagram batang diatas dapat disimpulkan bahwa nilai kerugian yang ditanggung pasien pada adanya kegawatan jantung pada pasien saat dipindah dari R.perawatan ke R.Intensif ( ICCU ).

Berdasarkan Analisa pasien di atas di simpulkan bahwa adanya kegawatan jantung pada pasien pada saat dipindah dari R.Perawatan ke R.Intensif (( ICCU ) menempati urutan tertinggi, Tingkat pengaruh Resiko Pasie ((Serius). Tingkat Kerugian Pasien (Rp. 860.000 ), oleh karena itu QCC Sriti II sepakat mengambil tema :

Menurunkan Angka Kejadian Kegawatan Jantung pada Pasien, pada saat

(61)

Alasan Pemilihan Tema :

Adanya kejadian Kegawatan Jantung pada pasien, pada saat dipindah dari ruang perawatan ke Ruang Intensive (ICCU), dapat menurunkan kredibilitas kerja perawat dan bisa menimbulkan kematian.

(62)

61

RINCIAN BIAYA

Jenis Tindakan

A = Adanya Kejadian

Kegawatan Jantung pada saat Pasien dipindah dari Ruang Perawatan ke Ruang Intensif (ICCU)

B = Terjadinya Serangan Ulang pada Pasien Post IMA di Ruang Perawatan

1. Biaya Perawatan Rp. 80.000 Rp. 80.000

2. Pasang Monitor Rp105.000 Rp. 105.000

3. Pemakaian O2 Rp. 20.000 Rp. 20.000

4. Rekam EKG Rp. 30.000 Rp. 30.000

5. Pasang Infus Pump Rp. 50.000 Rp. 50.000

6. Cek Laboratorium Rp. 120.000 Rp. 25.000

7. Pemberian obat oral dan

injeksi Rp. 455.000 Rp. 140.000

(63)

. Malang, 30 Juli 2012

Fasilitator Ketua GKM SRITI II

Dr. Syahdevi Nandar K Sp. S Eko suratman

(64)

63

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Kepala Intalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

dr. Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD) NIP. 1956 0503 198403 1 008

(65)

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

Dr. Hanief Noersjahdu, Sp.S Pembina Tingkat I NIP.19600530 198709 1 001

(66)

65

LEMBAR DISPOSISI PIMPINAN

No Jabatan Nama terang dan Tanda tangan

1 Direktur

Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

DR. dr. Basuki B Purnomo Sp. U Pembina Utama Madya NIP.19540731 198201 1 002

(67)

JADWAL RENCANA DAN REALISASI KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 4 DESEMBER Ren cana Reali sasi FEBRUARI TAHUN 2012 - 2013 Menentukan tema dan judul

LANGKAH JULI AGUSTUS JANUARI

PLAN

SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER

1 6 4 5 4 DO 4 Menentukan tema dan judul Menganalisa penyebab Menentukan penyebab dominan Membuat rencana dan melaksanakan perbaikan PLAN 1 2 3 6 5 DO CHEC K 5 4 Membuat rencana dan melaksanakan perbaikan Meneliti hasil 2 5 CHEC K 5 6 ACTIO N Meneliti hasil Standarisasi 2 3 7 6 ACTIO N Standarisasi Mengumpulkan data & membuat rencana berikutnya

(68)

Gambar

Diagram Batang Frekuensi Kejadian
Diagram batang keselamatan pasien (Safety )
Diagram batang pemborosan
Diagram Batang Stratifikasi Judul
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini merupakan pengamatan dengan memerhatikan semua kejadian spesifik pada satu individu atau individu dalam pasangan pada periode waktu tertentu (Altman

Indikator Kinerja Kegiatan 001 Jumlah Penyelesaian Administrasi Perkara (yang Sederhana, dan Tepat Waktu) Ditingkat Pertama dan Banding di Lingkungan Peradilan Agama (termasuk

menurut pendapat mereka tangis itu merupakan ekspresi ketakutan dan keinginan akan regresi. Pada waktu anak masih dalam kandungan, ia berada didalam keadaan yang serba sempurna,

kredibilitas ( credibility ) yaitu uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif, keteralihan ( transferability ) yaitu jika orang lain dapat memahami

Obat Vimax Capsule Original Asli Canada | Pembesar Penis No.1 di Dunia adalah Obat yg sangat ampuh untuk Memperbesar & Memperpanjang Ukuran Alat

tujuan dan pandangan yang jelas dalam membidik masa depan mereka, memiliki prinsip dan kepercayaan yang tinggi dalam kehidupannya. keuntungan bagi umat adalah

%elain rumah sehat dan jamban, sarana sanitasi lain yag diperiksa di antaranya %/B, %/L dan tempat pengolahan sampah. Dari hasil pemeriksaan yang

Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa “Citra merek, Harga yang Dirasa, dan Promosi secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap Niat Pembelian Sepatu