• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MACAM-MACAM CAMPUR KODE PADA SAMATRA ARTIS BALI. Samatra Artis Bali dapat dilihat dari tiga segi, yaitu campur kode berdasarkan asal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II MACAM-MACAM CAMPUR KODE PADA SAMATRA ARTIS BALI. Samatra Artis Bali dapat dilihat dari tiga segi, yaitu campur kode berdasarkan asal"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

22

Macam-macam Campur Kode dalam Bahasa Indonesia pada Acara Samatra Artis Bali dapat dilihat dari tiga segi, yaitu campur kode berdasarkan asal unsur serapan, campur kode berdasarkan tataran kebahasaan, dan campur kode berdasarkan situasi. Terkait dengan itu, untuk lebih jelas pembahasan macam-macam campur kode pada Bab ini akan diuraikan berikut ini.

2.1 Campur Kode berdasarkan Asal Unsur Serapan

Berdasarkan unsur-unsur bahasa yang diserapnya, ada tiga macam peristiwa bahasa campur kode, yaitu Campur Kode ke Dalam (Inner Code Mixing), Campur Kode ke Luar (Outer Code Mixing), dan Campur Kode Campuran (Hybrid Code Mixing). Secara terinci peristiwa bahasa itu dapat diuraikan sebagai berikut.

2.1.1 Campur Kode ke Dalam (Inner Code Mixing)

Campur Kode ke Dalam (Inner Code Mixing) adalah jenis campur kode yang menyerap unsur-unsur bahasa asli yang masih sekerabat (Jendra, 2007:166). Dalam peristiwa bahasa Campur Kode ke Dalam (Inner Code Mixing,) beberapa data peristiwa bahasa campur kode ditemukan pada saat dialog interaktif antara

(2)

pembawa acara dan artis. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan dengan contoh data sebagai berikut.

(1) A 1 : Om Swastiastu Bali TV. Om Swastiastu kerabat Mercy Bali. Suksema yang di studio punapi gatra Ibi-ibu yang cantik-cantik sami-sami sehat nggih. Buat kerabat Mercy semuanya yang ada di rumah dumogi sehat selalu nggih.Om Swastiastu Bali TV. Om Swastiastu kerabat Mercy Bali.Terima kasih yang ada di studio bagaimana kabar Ibu-ibu yang cantik semua sehat ya. Buat kerabat

mercy semuanya yang ada di rumah semoga sehat selalu ya‟.

(2) A : Om Swastiastu, semangat semua.

PA : Ya ampun rame banget, Bli Nano apa kabar Bli Nano. Sebelum kita ngobrol, kita sapa dulu pemirsa Bali TV yang ada di rumah. Om Swastiastu rahajeng wengi

pemirsa Bali TV di manapun anda berada, sapunapi gatra, mudah-mudahan semuanya becik-becik yang ada di rumah ya. Yang di belakang ini pengen di sapa juga ya. Ini dia Baduda mana suaranya.

„Ya ampun ramai sekali, Kak Nano apa kabar Kak Nano. Sebelum kita mengobrol, kita sapa dulu pemirsa Bali TV yang ada di rumah. Om Swastiastu selamat malam pemirsa Bali TV di manapun anda berada, bagaimana

kabarnya, mudah-mudahan semua baik yang ada di rumah ya. Yang di belakang ini ingin disapa juga ya. Ini dia Baduda, mana suaranya‟.

A : Semeton Baduda mana suaranya? „Saudara Baduda di mana suaranya?‟.

PA :Semeton Badudawati mana suaranya. Ini pemirsa di rumah pengen di sapa juga, bukan hanya di Bali tapi yang ada di Lampung, Sumatra, Banyuwangi, dan Lombok. Yang pengen langsung di sapa silahkan Bli Nano.

„Saudara Badudawati di mana suaranya. Pemirsa di rumah ingin disapa juga, bukan hanya di Bali tetapi yang

(3)

ada di Lampung, Sumatra, Banyuwangi, dan Lombok. Yang ingin langsung disapa silahkan Kak Nano‟. A : Nggih Om Swastiastu semeton Baduda sareng sami,

khususnya di Bali nggih dan di seluruh dunia mungkin nggih, dumugi becik-becik sareng sami.

Om Swastiastu Saudara Baduda semuanya, khususnya di Bali dan di seluruh dunia, semoga baik-baik semua‟. Sesuai dengan peristiwa bahasa yang tampak pada data di atas, dalam pemakaian bahasa Indonesia ada penyisipan unsur-unsur bahasa daerah. Pada data (1) dan (2) terdapat kata-kata yang merupakan unsur dari bahasa daerah, yaitu: Om Swastiastu ‘Om Swastiastu’ dalam bahasa daerah Bali merupakan salam pembuka yang biasa diberikan oleh orang Bali kepada seseorang yang dijumpainya. Arti kata Om Swastiastu pada orang Bali adalah semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Hyang Widhi, Suksma ‘terima kasih‟, punapi gatra „apa kabar‟, sami-sami „semuanya‟, nggih „iya‟, dumogi „semoga‟, paguyuban „kelompok‟, gending „lagu‟, Bli Nano „Bli dalam bahasa Bali berasal dari kata Beli, yang artinya kakak laki-laki. Panggilan Bli bisa digunakan untuk teman laki-laki yang sudah dikenal yang umurnya sedikit lebih tua dari pada orang yang diajak bicara. Untuk yang umurnya sebaya atau sedikit lebih muda daripada orang yang diajak bicara juga dapat digunakan panggilan Bli untuk orang yang belum kita kenal, walaupun secara penggunaan menjadi tidak tepat, tetapi hal ini sudah biasa digunakan pada saat ini‟, semeton „Saudara‟ dan sareng sami „semuanya‟.

(4)

2.1.2 Campur Kode ke Luar (Outer Code Mixing)

Campur Kode ke Luar (outer code mixing) adalah peristiwa penyisipan unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Inggris (Jendra,2007:168). Pemakaian Campur Kode ke Luar (Outer Code Mixing) banyak ditemukan pada acara Samatra Artis Bali. Campur kode unsur bahasa asing tersebut diuraikan dengan contoh data sebagai berikut.

(3) A : Welcome to Bali

„Selamat datang di Bali‟.

PA :Ini merupakan surprise banget bawaan saya because tadi baru di sms, bisa nggak sih datang ke acara Samatra Artis Bali. Kita sapa dulu pemirsa yang ada di rumah. Semoga semua dalam keadaan happy. Waduh senang banget ya dari Bintang Band juga sudah datang kesini.

„Ini merupakan kejutan bawaan saya karena tadi baru di-SMS, bisa tidak datang ke acara Samatra Artis Bali. Kita sapa dulu pemirsa yang ada di rumah. Semoga

semua dalam keadaan senang. Waduh senang sekali ya dari Bintang Band juga sudah datang ke sini‟.

(4) PA :Wah pesannya dapat banget iya. Gak ada penampilan yang spesial untuk hari ini brother. Kalau ngomongin masalah album ke depannya gimana?

„Wah pesannya tepat sekali iya. Gak ada penampilan yang khusus untuk hari ini. Kalau berbicara masalah album ke depnnya bagaimana?‟.

Dari data di atas terdapat campur kode berupa unsur bahasa asing (Inggris) dalam pemakaian bahasa Indonesia. Pada data (3) dan (4) terdapat kata welcome to Bali „selamat datang di Bali‟, surprise „kejutan‟ happy „senang‟, dan brother „saudara laki-laki‟. Pada situasi yang umum, dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia sering terjadi Campur Kode ke Luar ((Oute Code Mixing)

(5)

dengan unsur-unsur yang menyisip berasal dari bahasa Inggris yang merupakan bahasa Internasional, sehingga secara mudah dan cepat dapat dipahami oleh pendengar.

2.1.3 Campur Kode Campuran (Hybrid Code Mixing)

Campur Kode Campuran (Hybrid Code Mixing) dalam penelitian ini adalah pemakaian bahasa Indonesia disertai unsur bahasa daerah dan bahasa asing (Band. Jendra, 2007:169). Campur Kode Campuran (Hybrid Code Mixing) diuraikan di bawah ini dengan beberapa contoh data peristiwa sebagai berikut.

(5) PA :Om Swastiastu Sanur. Punapi gatra sareng sami. Kurang keras, gimana kabar, how are you. Tapi sebelum kita membocorkan siapa bintang tamu kita malam hari ini saya ingin menyapa dulu semeton-semeton yang sudah datang, rahajeng wengi pemirsa Bali TV dimanapun anda berada. Halo semuanya sapunapi gatra?

Om Swastiastu masyarakat Sanur. Apa kabar semua. Kurang keras, bagaimana kabar, bagaimana kabar kamu.

Tetapi sebelum kita membocorkan siapa bintang tamu kita malam hari ini. Saya ingin menyapa dulu Saudara yang sudah datang selamat malampemirsa Bali TV di mana pun Anda berada. Halo semuanya bagaimana

kabar?‟. A : Becik „Baik‟.

PA : Heapy sekali pada malam hari ini. „Senang sekali pada malam hari ini‟.

A :Iya ngenah di TV. Selamat malam semuanya. Thank you. „Ia kelihatan di TV. Selamat malam semuanya. Terima kasih‟.

(6)

(6) PA :Teman-teman dari Emoni boleh cerita sedikit gak kesibukannya sekarang ngapain aja ni?

„Teman-teman dari Emoni boleh cerita sedikit tidak. Apa saja ini kesibukannya sekarang?‟

A :Sibuknya niki masing-masing personil sebenarnya sudah mempunyai pekerjaan sendiri-sendiri.

„Sibuknya masing-masing personil ini sebenarnya sudah mempunyai pekerjaan sendiri-sendiri‟.

PA :Kalau ngomongin masalah album bisa cerita sedikit? „Kalau membicarakan masalah album bisa cerita sedikit?

A :Inialbum gending raresane durung madue dados numbas. Niki sebenarnya Emoni punya dua album yang pertama lagunya bahasa Indonesia yang kedua bahasa Bali makanya mangkin ngomongnya campur-campur jadi biar mendunia juga nggih. Jadi lagu meong-meongnya berusaha untuk kami bawa menjadi go internasional. „Inialbum anak kecil yang belum mempunyai boleh membeli. Ini sebenarnya Emoni mempunyai dua album yang pertama lagunya bahasa Indonesia yang kedua bahasa Bali. Jadi sekarang berbicaranya campur-campur, agar mendunia juga. Jadi, lagu “meong-meongnya” berusaha untuk kami nyanyikan agar menjadi mendunia‟. Data di atas terdapat campur kode berupa masuknya unsur bahasa asing (Inggris), dan unsur bahasa daerah (Bali) dalam pemakaian bahasa Indonesia. Pada data (5) dan (6) terdapat unsur bahasa daerah dan asing. Unsur bahasa daerah dan asing yang didapat yaitu: Om SwastiastuOm Swastiastu dalam bahasa daerah Bali merupakan salam pembuka yang biasa disampaikan oleh orang Bali kepada seseorang yang sama-sama beragama Hindu. Arti kata Om Swastiastu pada orang Bali adalah semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Hyang Widhi‟, Punapi gatra sareng sami ‘apa kabar semuanya‟, how are you

(7)

bagaimana kabar kamu‟, semeton-semeton ‘saudara-saudara‟, rahajeng wengi „selamat malam‟, sapunapi gatra „apa kabar‟, becik-becik „baik-baik‟, gendeng raresane durung madue dados numbas „lagu anak kecil yang belum punya boleh beli‟, niki „ini‟, mangkin „sekarang‟, nggih „iya‟, meong-meongnya ‘ kucing-kucingnya, dan go internasional ‘mendunia‟.

2.2 Campur Kode berdasarkan Tataran Kebahasaan

Berdasarkan hasil penelitian, campur kode pada tataran kebahasaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu campur kode pada tingkat tataran kata, tataran frasa, dan tataran klausa. Untuk lebih jelasnya ketiga tataran kebahasaan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

2.2.1 Campur Kode pada Tataran Kata

Klasifikasi kata yang ditemukan pada Samatra Artis Bali dapat dibagi menjadi kata dasar, kata turunan, klasifikasi kategori kata kelas terbuka, dan klasifikasi kategori kata kelas tertutup. Untuk lebih jelasnya keempat kata tersebut diuraikan sebagai berikut.

(8)

2.2.1.1Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang belum mengalami penambahan atau perubahan bentuk yang mengakibatkan perubahan makna (Chaer, 2008:168). Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan yang berdiri sendiri.

(7) PA :Kita lanjut nggih Bli. Ngomong-ngomong masalah hits engken carane Bli Nano biar selalu dicintai oleh penggemarnya?

„Kita lanjutkan iya Kakak. Berbicara masalah ngetren bagaimana caranya Kakak Nano agar selalu

dicintai oleh penggemarnya?.

A :Yang pasti kita harus mempunyai rasa nyame konsep nyame apa adanya, bukan ada apanya.

„Yang pasti kita harus mempunyai rasa saudara, konsep saudara, apa adanya, bukan ada apanya‟.

(8) A : Iya doakan saja nggih Pondok. Tunggu saja album selanjutnya.

„Iya doakan saja iya Pondok. Tunggu saja album selanjutnya‟.

PN 2 : Nggih Bli tiang tunggu. Suksema Bli. „Iya Kakak saya tunggu. Terima kasih Kakak‟. A : Suksema mewali Pondok.

„Terima kasih kembali Pondok‟.

Data (7) terdapat camapur kode dari unsur bahasa asing dan bahasa daerah dalam bentuk kata dasar, yaitu hits „ngetrend‟ dan nyame „saudara‟. Data (8) menunjukkan adanya campur kode dari bahasa daerah dalam bentuk kata dasar, yaitu tiang „besi yang berdiri sangat tinggi‟, tetapi dalam hal ini tiang yang dimaksud adalah „saya‟ ke dalam pemakaian bahasa Indonesia.

(9)

2.2.1.2Kata Turunan

Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena mendapatkan imbuhan baik itu awalan dan akhiran. Kata dasar tersebut telah dirangkai dengan imbuhan-imbuhan. Kata turunan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Kata Berimbuhan atau Berafiks

Afiks adalah bentuk linguistik yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses afiksasi. Afiks memiliki kesanggupan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata baru (Chaer, 2008:23). Kata-kata yang mengandung afiks pada Acara Samatra Artis Bali akan dijabarkan sebagai berikut.

(9) PA : Hari ini di Samatra Artis Bali Bli membawakan berapa lagu?

„Hari ini di Samatra Artis Bali kakak membawakan berapa lagu?‟.

A :Banyak lagu. Karena di Bali tidak mempunyai kekayaan alam lagi selain budaya. Adi care metuturan ya.

„Banyak lagu. Karena di Bali tidak mempunyai kekayaan alam lagi selain budaya. Mengapa seperti ceramah ya‟. (10) PA : Next song. Kita sambut Nosstres.

„Lagu selanjutnya. Kita sambut Nosstres‟. A : Oke mari kita megending bareng-bareng ya.

„Baik mari kita bernyanyi sama-sama iya‟.

(11) PA :Tepuk tangan untuk Kiss. Sedurung kita bincang-bincang, kita sapa dulu semeton yang ada di studio. Om Swastiastu tentunya masih dalam acara bincang bareng artis Samatra Artis Bali. Kiss apa kabarnya?

(10)

„Tepuk tangan untuk Kiss. Sebelum kita berbincang- bincang,kita sapa dulu saudara yang ada di studio.Om Swastiastu tentunya masih dalam acara bincang bersama artis Samatra Artis Bali. Kiss apa kabarnya?‟.

A : Becik-becik „Baik-baik‟.

PA : Mungkin Bli Tu Krisna bisa menyapa pemirsa Bali TV yang ada di rumah.

„Mungkin Kakak Putu Krisna bisa menyapa pemirsa Bali TV yang ada di rumah‟.

A : Om Swastiastu rahajeng wengi pemirsa Bali TV yang ada di rumah. Salam sakit jiwa dari Kiss.

„Om Swastiastu selamat malampemirsa Bali TV yang ada di rumah. Salam sakit jiwa dari Kiss‟.

Pada dialog (9) terdapat kata dasar tutur mendapat prefiks me- dan sufiks -an menjadi metuturan yang artinyaceramah‟, sedangkan pada dialog (10) dan (11) terdapat kata berafiks megending ‘bernyanyi‟ dan sedurung ‘sebelum‟ yang masing-masing diketahui dari kata dasar gending mendapat prefiks me-, dan durung mendapat prefiks se-.

2) Kata Ulang (Reduplikasi)

Kata ulang (reduplikasi) adalah proses morfologis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian maupun dengan perubahan bunyi (Chaer dan Agustina, 2010:182). Data yang diperoleh dan merupakan jenis kata ulang yang ditemukan pada acara Samatra Artis Bali berasal dari unsur bahasa Bali. Contoh data dalam kalimat yang mengandung kata ulang (reduplikasi).

(11)

(12) A : Harapannya seperti Bali TV matahari dari Bali. Dumogi Bali tetap ajeg lan lestari .

„Harapan kami seperti Bali TV matahari dari Bali. Semoga Bali tetap bertahan dan indah‟.

PA : Oke ngiring sareng-sareng eling. Tidak terasa sudah satu jam kebersamaan kita. akhir kata Om, Santih, Santih, Santih, Om.

„Baik ayo kita bersama-sama sadar. Tidak terasa sudah satu jam kebersamaan kita. Akhir kata Om Hyang Widhi semoga damai, damai,damai,Om‟.

A : Tresna cinta I Love You. Kita megending semua. „Sayang cinta aku cinta kamu. Kita bernyanyi semua‟. (13) PA : Sebelum kita melihat penampilan kalian Om Swastiatu.

Selamat malam saya ucapkan kepada seluruh semeton- semeton yang ada di Sankara Resto and Bar dan pastinya untuk semeton yang ada di rumah gimana kabarnya. Berikutnya dari teman-teman Nosstres bakal nyanyi lagu apa ni?

„Sebelum kita melihat penampilan kalian Om Swastiastu. Selamat malam saya ucapkan kepada seliruh saudara yang ada di Sankara Resto dan Bar dan pastinya untuk Saudara yang ada di rumah bagaimana kabarnya. Berikutnya dari teman-teman Nosstres akan menyanyikan lagu apa ini?‟. A : Kita ada dua lagu yang akan dinyanyikan malam hari ini. Pada data (12) dan (13) dapat ditemukan kata dalam bentuk kata ulamg (reduplikasi) dari unsur bahasa Bali. Dialog (12) terdapat percakapan antara artis dan pembawa acara untuk mengajak semua masyarakat Bali agar selalu menjaga kelestarian Bali. Kata ulang (reduplikasi) yang dapat ditemukan pada dialog (12), yaitu kata sareng-sareng artinya „bersama-sama‟, sedangkan pada dialog (13) kata ulang yang ditemukan, yaitu kata semeton-semeton artinya „saudara-saudara‟.

(12)

2.2.1.3Klasifikasi Kategori Kata Kelas Terbuka

Klasifikasi kategori kata kelas terbuka adalah kata kelas terbuka yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa. Kata-kata yang termasuk klasifikasi kategori kata kelas terbuka adalah kata kerja (verba), kata benda (nomina), dan kata sifat (adjektiva) (Chaer, 2008:65).

1) Kata Kerja (Verba)

Kata kerja adalah jenis kata yang menyatukan suatu perbuatan (Chaer,2008:74). Kata kerja yang ditemukan pada acara Samatra Artis Bali berasal dari unsur bahasa Bali. Contoh data dalam dialog yang mengandung kata kerja (verba).

(14) A 2 : Dapat CD terbaru Lolot. Iya jangan beli bajakan setuju? nyen ane meli bajakan madak bin pidan masuk nerake.

Oke for the next song.

„Dapat CD terbaru Lolot. Iya jangan membeli bajakan, setuju, ! Siapa yang membeli bajakan mudah-mudahan nanti masuk neraka. Iya lagu selanjutnya‟.

A1 : Tiang akan menyanyikan satu lagu dari album terbaru yang berjudul ngugut jeriji. Nyen ane seng meli CD-ne pasti ngugut jeriji.

„Saya akan menyanyikan satu lagu dari album terbaru yang berjudul gigit jari. Siapa yang tidak membeli CD-nya pasti akan gigit jari‟.

(15) PA : Bli Marcel napi judul lagu neBli nyanyikan tadi? „Kak Marcel apa judul lagu yang Kakak nyanyikan tadi?‟.

(13)

A : Nggih niki lagunya mengenai trafeling. Pesannya singkat saja, kita tidak perlu duduk diam apapun yang terjadi kita

tetap jalan-jalan. Dalam artian kita bertindak dan itu membuat badan kita sehat.

„iya ini lagu mengenai jalan-jalan. Pesannya singkat saja, kita tidak perlu duduk diam. Apa pun yang terjadi kita tetap jalan-jalan. Dalam arti kita bertindak dan itu membuat badan kita sehat‟.

PA : Dalam sekali ya Bli pesannya. Untuk lagu berikutnya, mau nyanyi lagu apa?.

„Dalam sekali iya Kak pesannya. Untuk lagu berikutnya, akan bernyanyi lagu apa?‟.

Data (14) dan (15) dapat ditemukan kata yang merupakan kata kerja (verba). Dari data di atas terdapat percakapan yang menunjukan bahwa artis tersebut akan menyanyikan sebual lagu. Campur kode yang ditemukan pada data di atas berupa unsur bahasa daerah dan bahasa asing. Kata kerja (verba) pada data (14) merupakan kata kerja (verba) tindakan yang dapat ditemukan dari judul lagu yang akan dinyanyikan, yaitu ngugut jeriji merupakan unsur bahasa Bali artinya „gigit jari‟. Kata kerja (verba) pada data (15) dapat ditemukan pada kata trafeling merupakan unsur bahasa Inggris artinya „jalan-jalan‟.

2) Kata Benda (Nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda sehingga kata itu sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya (Chaer, 2008:76). Contoh data dalam dialog yang mengandung kata benda (nomina).

(16) PA :Kalau misalkan sekarang melihat kesadaran dari remaja Bali kita terhadap budaya yang sudah kita miliki seperti apa kalau menurut Emoni sendiri?

(14)

A :Sudah semakin bagus seperti SMP danSMAyang disekolahnya sudah hampir semua ngelah gong, sekarang sudah kembali bangkit salah satu yang simpel seperti

megambel dan menari.

„Sudah semakin bagus seperti SMP dan SMA yang di sekolahnya sudah hampir semua punya gambelan (alat musik tradisional), sekarang sudah kembali bangkit salah satunya yang simpel seperti bermain gambelan dan menari‟.

(17) PA : Itu dia kebersamaan kita dengan Jhon. Kita beri tepuk tangan sekali lagi.

A : Suksema buat teman-teman. „Terima kasih buat teman-teman‟.

PA :Kita harapkan dengan kemunculan album yang pertama mekite ini. Pasti semuanya pengen mekite meli. Ada 3G Angel juga dengan lagu kerupuk be. Untuk penutup acara kita masih ada satu lagu.

„Kita berharap dengan kemunculan album yang pertama “mekite” ini. Pasti semuanya ingin membeli. Ada 3G Angel juga dengan lagu kerupuk ikan. Untuk penutup acara kita masih ada satu lagu‟.

Campur kode yang ditemukan pada data (16) dan (17) berupa unsur bahasa daerah. Kata benda (nomina) yang terdapat pada data di atas dapat ditemukan pada kata gong „alat musik tradisional‟ dan kerupuk be „kerupuk ikan‟.

3) Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat (adjektiva) adalah kelompok kata yang mampu menjelaskan dan mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik (Chaer,2008:80). Kata sifat yang ditemukan pada acara Samatra Artis Bali berasal dari unsur bahasa asing. Contoh data dalam kalimat yang mengandung kata sifat.

(15)

(18) A : Apa kabar Karangasem?

PN3 : Baik-baik. Bli Tu beautiful sekali gambar tatonya. Bagus sekali Bli Tu.

„Baik-baik Kakak Putu, cantik sekali gambar tatonya. Bagus sekali Kak Putu‟.

A : Nggih suksema. Jangan coba dilakukan di rumah sendiri tanpa pengawasan orang tua ya.

„Iya terima kasih. Jangan coba dilakukan di rumah sendiri tanpa pengawasan orang tua iya‟.

(19) PN3 : Bli Tu yang di tengah bagus sajan temannya.

„Kakak Putu temannya yang di tengah ganteng sekali. A1 : Langsung ngobrol aja.

„Langsung mengobrol saja‟. PN3 : Bli sudah punya pacar belom?

„Kakak sudah mempunyai pacar belum? A2 : Ampura Gek Bli sudah punyapacar

„Maaf Gek, Kakak sudah mempunyai pacar‟.

Pada data (18) dan (19) dapat ditemukan kata yang merupakan kata sifat (adjektiva). Campur kode yang ditemukan pada data di atas berupa unsur dari bahasa daerah dan bahasa asing. Pada data (18) terdapat percakapan yang menunjukkan penelepon memuji tato dari artis tersebut. Kata sifat (adjektiva) yang dapat ditemukan pada data (18) yaitu, kata dalam bahasa Inggris beautiful artinya „cantik‟. Pada data (19) kata sifat (adjektiva) yang ditemukan berupa unsur bahasa daerah yaitu, kata bagus, tetapi dalam hal ini bagus yang dimaksud adalah „ganteng atau cakep‟ ke dalam pemakaian bahasa Indonesia.

(16)

2.2.1.4Klasifikasi Kategori Kata Kelas Tertutup

Klasifikasi kategori kata kelas tertutup adalah kata kelas tertutup yang jumlah keanggotanya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang (Chaer, 2008:83). Klasifikasi kata kelas tertutup pada acara Samatra Artis Bali akan diuraikan berikut ini.

(1) Pronomina (Kata Ganti)

Pronomina lazim disebut kata ganti karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada. Pronomina yang ditemukan pada acara Samatra Artis Bali, yaitu (1) pronomina person atau kata ganti diri, (2) pronomina demontratifva atau kata ganti penunjuk, dan (3) pronomina introgatifva atau kata ganti tanya (Chaer, 2008:87).

1) Pronomina Person atau Kata Ganti Diri

Pronomina person atau kata ganti diri adalah kata ganti orang yang diajak berbicara (Chaer, 2008:87). Contoh data dalam kalimat yang mengandung kata ganti orang pertama.

(20) PA :Semua pekerjaan sudah diambil, yang belum apa ni kalau boleh tau?

A : Dadi caleg belom. „Jadi caleg belum‟.

P :Coblos titiang no.1. Harapan kalian apa sih di Bintang Band sendiri. Seperti namanya Bintang bersinar sampai saat ini.

„Coblos saya no.1. Harapan kalian apa di Bintang Band sendiri. Seperti namanya Bintang bersinar sampai saat ini‟.

(17)

A : Astungkara.

„Mudah-mudahan‟.

(21) A : Lagu yang saya nyanyikan sekarang ini sebuah cerminan budaya Bali ogoh-ogoh. Tepuk tangan untuk orang Bali yang merasa bangga. Halo bule tepuk tangan . Aplus with me. Oke for the next song. Seng dadi muleh. Ndak boleh pulang silahkan duduk dulu. thank you.

„Lagu yang saya nyanyikan sekarang ini sebuah cerminan budaya Bali ogoh-ogoh. Tepuk tangan untuk orang Bali yang merasa bangga. Halo bule tepuk tangan. Tepuk tangan untuk saya. Iya lagu selanjutnya. Tidak boleh pulang. Tidak boleh pulang silahkan duduk dulu. Terima kasih‟.

Pada data (20) Kata titiang merupakan kata ganti orang pertama yang memiliki arti „saya‟, kata titiang diserap dari unsur bahasa Bali. Coblos titiang no 1 yang artinya „coblos saya no 1‟. Pada data (21) kata me merupakan kata ganti orang pertama yang memiliki arti „saya‟, kata me diserap dari unsur bahasa asing. Aplus with me yang artinya „tepuk tangan untuk saya‟. Penggunaan kata-kata dalam bahasa ini diiringi dengan masuk dan menetapnya budaya asing sehingga memberi pengaruh dalam gaya berbahasa orang Indonesia.

2) Pronomina Demontratifva atau Kata Ganti Penunjuk

Pronomina demontratifva atau kata ganti penunjuk adalah kata ganti yang digunakan sebagai kata tunjuk (Chaer, 2008:90). Data yang diperoleh dan merupakan jenis kata tunjuk yang ditemukan pada acara Samatra Artis Bali berasal dari unsur bahasa Bali. Contoh data dalam kalimat yang mengandung kata tunjuk.

(22) A1 : Tiang akan menyanyikan satu lagu dari album terbaru yang berjudul ngugut jeriji. Nyen ane seng meli CD ne pasti ngugut jeriji.

(18)

„Iya saya akan menyanyikan satu lagu dari album terbaru yang berjudul gigit jari. Siapa yang tidak beli CD pasti gigit jari‟.

A2 : Soalne yen dwonlod-dwonlodgen di internet nak seng ade kunci gitar ditu.

„Soalnya kalau dwonlod-dwonlod saja di internet tidak ada kunci gitar di situ'.

(23) PA : Berbicara masalah keunikan judul lagunya sakit jiwa. Diambil dari album yang mana Bli Tu?

„Berbicara masala keunikan judul lagunya sakit jiwa. Diambil dari album yang mana Kakak Putu?‟.

A : Ade satu lagu di album ketiga yg judulnya sakit jiwa ini. Terus niki juga kita masih akan rekaman untuk proses album. Kita banyak mengalami hal-hal yang tidak masuk akal,sehingga bisa membuat lagu yang judulnya sakit jiwa. „Ada satu lagu di album ketiga yang judulnya sakit jiwa ini. Terus ini juga kita masih akan rekaman untuk proses album. Kita banyak mengalami hal-hal yang tidak masuk akal,sehingga bisa membuat lagu yang judulnya sakit jiwa‟ .

Pada dialog (22) dan (23) terdapat campur kode yang merupakan unsur dari bahasa Bali. Dalam dialog di atas dapat ditemukan data yang merupakan kata ganti penunjuk. Kata tersebut adalah kata ditu yang memilik arti „di situ dan niki yang memilik arti „ini‟.

3) Pronomina Interogatifva atau Kata Ganti Tanya

Pronomina interogatfiva atau kata ganti tanya adalah kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu (Chaer,2008:90). Contoh data dalam kalimat yang merupakan kata ganti tanya.

(24) PN1 : Bli Nano bindan konser di Manado? „Kakak Nano kapan konser di Manado?‟.

(19)

„Mudah-mudahan Wayan kita bisa konser secepatnya di Manado‟.

PN1 : Nggih di tunggu kehadirannya. Salam tiang juga untuk seluruh teman- teman baduda mudah-mudahan tiang bisa datang ke Bali.

„Iya ditunggu kehadirannya. Salam saya juga untuk seluruh teman-teman Baduda mudah-mudahan saya bisa datang ke Bali‟.

A : Nggih Bli Wayan suksema sampun gabungan. „Iya Kakak Wayan terima kasih sudah gabungan‟. (25) PN3 : Boleh minta lagu gak?

A : Lagu napi? „Lagu apa?

PN3 : Ayang seng tepat. „Ayang tidak tepat‟

A :Ayang sing tepat. Pih keweh je lagu te.Ngomong- ngomong sudah punya CD yang terbarunya dari Kiss? „Ayang tidak tepat. Wah susah sekali lagu itu. Sudah punya CD yang terbarunya dari Kiss?‟.

PN3 : Belum. Baru mau nyari. „Belum. Baru akan mencari‟.

A : Kalau belum gak boleh minta lagu. „Kalau belum tidak boleh minta lagu‟.

Pada data (24) dan (25) ditemukan kata ganti tanya yang diserap dari unsur bahasa Bali. Data (24) penelepon menanyakan kepada artis kapan artis tersebut akan konser di Manado, sedangkan pada data (25) penelepon mananyakan apakah dia boleh meminta lagu apa tidak. Lalu dijawab oleh artis tersebut dengan meminta lagu napi „apa‟.

(20)

(2) Numeralia (Kata Bilangan)

Numeralia atau kata bilangan adalah kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, dan urutan. Kata bilangan dapat ditulis, baik dengan angka arab, angka romawi maupun dengan huruf (Chaer, 2008:93). Contoh data dalam dialog yang mengandung numeralia (kata bilangan).

(26) PA : Om Swastiastu. Malam hari ini kita sudah kedatangan cowok-cowok ganteng ada 1,2,3,4 tambah satu lagi ada 5 ya. Care pandawa 5. Sebenarnya Jhon sendiri ada berapa personil tetapnya?

„Om Swastiastu. Malam hari ini kita sudah kedatangan cowok-cowok ganteng ada, 1,2,3,4 ditambah satu lagi ada 5 ya. Seperti pandawa 5‟.

A : Tiang Tri Murti nike. „Saya Tiga Dewa‟.

PA : Oh Tri Murti. Ok Jhon mau nyanyi lagu apa

lagi ni?

„Oh tiga Dewa. Iya Jhon mau menyanyi lagu apa lagi ini?

(27) A :Tiang sekolah SMP 5 tahun pang dua sayang ken guru. Jadi, perlu suatu perjuangan yang luar biasa harus berani. „Saya sekolah SMP 5 tahun dua kali sayang sama guru. Jadi, perlu perjuangan yang luar biasa harus berani‟. PA :Baik pemirsa waktu juga yang harus memisahkan kita.

Akhir kata saya ucapkan terima kaih. Om Santih, Santih, Santih, Om.

„Baik pemirsa waktu juga yang harus memisahkan kita. Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Om Hyang Widhi semoga damai, damai, damai Om‟.

Data (26) dan (27) dapat ditemukan numeralia (kata bilangan) utama atau kata bilangan sejati karena terdapat kata bilangan seperti 1,2,3,dan 5. Kata

(21)

bilangan 4 pada data (26) bukan bilangan utama karena merupakan hasil perkalian dua kali dua. Kata bilangan 4 merupakan kata bilangan genap.

2.2.2 Campur Kode pada Tataran Frasa

Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Tarigan, 1983:50). Frasa yang ditemukan dalam penelitian ini adalah frasa nominal, verbal, dan adjektival. Ketiga frasa ini akan dijelaskan sebagai berikut.

2.2.2.1Frasa Nominal

Frasa nominal adalah frasa yang induknya berupa nomina atau kata benda (Tarigan, 1983:58). Berikut disajikan contoh data dalam kalimat yang mengandung frasa nominal.

(28) A1 : Lagu spesial untuk teman-teman di Bali TV kita sambut Dek Ulik. Apa kabar Dek ?

„Lagu khusus untuk teman-teman di Bali TV kita sambut Dek Ulik. Apa kabar Dek?‟.

A 2 : Baik Bli Jun. „Baik Kak Jun‟.

Dialog (28) terdapat percakapan antara artis 1 dan artis 2. Pada dialog tersebut terdapat data yang merupakan frasa nominal. Frasa nominal yang terdapat pada dialog tersebut, yaitu Baik Bli Jun merupakan unsur bahasa Bali yang artinya „baik Kakak Jun‟.

(22)

2.2.2.2Frasa Verbal

Frasa verbal adalah frasa yang induknya berupa verbal atau kata kerja (Tarigan,1983:59). Contoh data dalam kalimat yang mengandung frasa nominal.

(29) PA :Oke deh luar biasa ditunggu pasti ya. A :Harus ditunggu dong ya.

„Harus di tunggu iya‟ PA Pasti ditunggu.

A : Sambil mekenyem coba Gek. „Sambil senyum coba Gek‟ PA : Ini sudah mekenyem Bli.

„ini sudah senyum Kakak‟

Dialog (29) terdapat frasa verbal. Data yang menunjukkan frasa verbal pada dialog tersebut, yaitu mekenyem merupakan unsur bahasa daerah yang artinya „senyum‟.

2.2.2.3Frasa Adjektival

Frasa adjektival adalah frasa yang induknya berupa kata sifat (Tarigan, 1983:60). Contoh data dalam kalimat yang mengandung frasa adjektival.

(30) A1 :Sudah siap seng sabaran? „Sudah siap tidak sabaran?‟.

A2 : Astungkara. Kita aplus sekali lagi untuk Bintang, terima kasih.

„Mudah-mudahan. Kita tepuk tangan sekali lagi untuk Bintang, terima kasih‟.

Dialog (30) terdapat percakapan antara artis 1 dan artis 2. Pada dialog tersebut terdapat data yang merupakan frasa adjektival. Frasa adjektival yang

(23)

terdapat pada dialog tersebut, yaitu seng sabar merupakan unsur dari bahasa daerah yang artinya „tidak sabar‟.

2.2.3 Campur Kode pada Tataran Klausa

Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Tarigan, 1983:38). Data yang ditemukan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut. Contoh klausa yang ditemukan pada acara Samatra Artis Bali, yaitu.

(31) PA : Baik pemirsa waktu juga yang harus memisahkan kita. Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Om Santih, Santih, Santih,Om.

„Baik pemirsa waktu juga yang harus memisahkan kita. Akhir kata saya ucapkan terima kaih. Om Hyang Widhi semoga damai, damai,damai, Om‟.

A : Terima kasih buat kalian semua yang sudah hadir disini, I Love U.

„Terima kasih buat kalian semua yang sudah hadir disini, aku cinta kamu‟.

Pada dialog (31) terdapat percakapan antara pembawa acara dan artis. Klausa yang terdapat pada dialog tersebut, yaitu Terima kasih buat kalian semua yang sudah hadir disini, I Love U. Dari data ini ditemukan klausa yang terdiri dari subjek I yang berarti „aku atau saya‟ dan predikat yang merupakan kata kerja love u yang berarti „mencintaimu‟.

(24)

2.3 Campur Kode berdasakan Situasi

Dalam penelitian ini, campur kode berdasarkan situasi dianalisis melalui situasi penggunaan kata baku dan tidak baku pada acara Samatra Artis Bali. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah tata bahasa Indonesia baku. Jadi, bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku. Penentuan atau kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak jauh dari apa yang kita katakan sebagai kata baku. Kebakuan suatu bahasa sudah menunjukkan masalah “baik” dan “benar” bahasa itu.

Pengertian “baik” pada suatu kata (bentuk baku) atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari pilihan kata (diksi) yang sesuai dengan situasi tertentu. Dalam suatu pertemuan kita dapat memakai kata yang sesuai dengan pertemuan, sehingga kata-kata yang keluar atau dituliskan tidak akan menimbulkan nilai rasa yang tidak pada tempatnya. Pemilihan kata yang akan dipergunakan dalam suatu untaian kalimat sangat berpengaruh terhadap makna kalimat yang dipaparkan. Pengertian “benar” pada suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau sebuah kata dianggap benar apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku (Arifin, 1948:1). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan berikut ini.

(25)

2.3.1 Situasi Penggunaan Kata Baku

Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia (Arifin, 1948:1). Contoh data yang menggunakan kata baku.

(32) PA : Aku adalah kamu, kamu adalah aku. Nah tapi kalau berbicara masalah kita bisa bilang menyame, mungkin yang bisa Bli berikan kepada seluruh saudara Nano Biru apa ni sehingga mereka itu memiliki rasa menyame sama Bli. Tampak anak kecil cinta banget sama Bli Nano. „Aku adalah kamu, kamu adalah aku. Tapi kalau berbicara masalah kita bisa bilang bersaudara, mungkin

yang bisa Kakak berikan kepada seluruh saudara Nano Biru apa ini sehingga mereka memiliki rasa saudara bersama Kakak. Tampak anak kecil cinta sekali sama Kakak Nano‟.

A : Pada intinya Titiang pribadi menyerahkan jiwa raga untuk musik Bali. Astungkara mereka cinta musik Bali dari pada cinta boy band. Pada intinya selama pulau Bali ini masih ada, kami ingin Baduda masih tetap ada. „Pada intinya saya pribadi menyerahkan jiwa raga untuk musik Bali daripada cinta band cowok. Pada intinya selama pulau Bali ini masih ada, kami ingin Baduda masih tetap ada.

(33) PA :Oke deh luar biasa ditunggu pasti ya. „Iya luar biasa ditunggu pasti iya‟. A :Harus ditunggu dong ya.

„Harus ditunggu pastinya iya‟. PA Pasti di tunggu.

A : Sambil mekenyem coba Gek. „Sambil senyum coba Gek. PA : Ini sudah mekenyem Bli.

„Ini sudah senyum Kakak.

A :Nah kalau gitu kan enak dilihat. Biar tambah jegeg. „kalau begitu bagus dilihat. Agar tambah cantik.

(26)

Pada data (32) dan (33) terdapat data yang menggunkan bahasa Bali baku. Kata baku yang terdapat pada data di atas berupa unsur dari bahasa daerah, yaitu menyame „saudara‟ dan mekenyem „senyum‟.

2.3.2 Situasi Penggunaan Kata Tidak Baku

Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Biasanya kata tidak baku dipakai dalam bahasa percakapan sehari-hari (Arifin, 1948:2). Contoh data yang menggunakan kata tidak baku.

(34) A :Lagu yang saya nyanyikan sekarang ini sebuah cerminan budaya Bali ogoh-ogoh. Tepuk tangan untuk orang Bali yang merasa bangga. Halo bule tepuk tangan. Aplus with me. Oke for the next song. Seng dadi muleh. Ndak boleh pulang silahkan duduk dulu thank you.

„Lagu yang saya nyanyikan sekarang ini sebuah cerminan budaya Bali ogoh-ogoh. Tepuk tangan untuk orang Bali yang merasa bangga. Halo bule tepuk tangan. Tepuk tangan untuk saya. Iya lagu selanjutnya. Tidak boleh pulang. Tidak boleh pulang silahkan duduk dulu terima kasih‟.

PA :Tepuk tangan sekali lagi untuk Mr.Botak. SuksemaBli sudah hadir hari ini di Samatra Artis Bali. Akhir kata saya Agung Mia pamit undur diri ngiring lestariang seni budaya Baline. Om Santih,Santih,Santih Om.

„Tepuk tangan sekali lagi untuk Mr.Botak. Terima kasih Kakak sudah hadir hari ini di Samatra Artis Bali. Akhir kata saya Agung Mia pamit undur diri ayo lestarikan seni budaya Bali. Om Hyang Widhi Semoga damai,

damai,damai Om‟.

(35) A1 :Kayak paguyuban gending Bali, buduh ajak

laguBali nggih. Mudah-mudahan buduh ajak Mercy nggih. Terima kasih buat Ibu-ibu, terima kasih Bali TV.

(27)

„Seperti kelompok lagu Bali, gila sama lagu Bali. Mudah-mudahan gila sama Mercy. Terima kasih buat

Ibu-ibu, terima kasih Bali TV.

PA :Oke suksema untuk bintang tamu kita malam ini. Jauhi narkoba ngiring lestariang seni budaya Baline. Om Santih, Santih, Santih,Om.

„Iya terima kasih untuk bintang tamu kita malam ini. Jauhi narkoba ayo lestarikan seni budaya Bali. Om Hyang Widhi Semoga damai, damai, damai, Om‟.

Data (34) dan (35) terdapat data yang menggunkan bahasa Bali tidak baku. Kata tidak baku yang terdapat pada data di atas berupa unsur dari bahasa daerah, yaitu pamit „Pergi‟ dan gending „lagu‟.

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya, suatu operasi pengolahan primer (contohnya, pabrik atau pejagalan) dapat melakukan penilaian untuk mempertimbangkan hukum yang berlaku bagi pemasoknya, terutama jika

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dan berbagai kendala yang muncul dalam pelaksanaan mata pelajaran Gambar teknik

Tata cara, sifat, dan ber-taqorub (melakukan pendekatan diri kepada Allah) dengan Ibadah hanya boleh dilakukan dengan cara yang telah disyariatkan dan

1) Menarik wisatawan dalam atau luar negeri dengan obyek daya tarik wisata alam melihat secara langsung hidupan liar satwa endemik Kalimantan yaitu bekantan.

; Jumlah penduduk Kalimantan Barat yang bekerja mencapai 2,15 juta orang, bertambah 71 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2009 sebesar 2,08 juta orang, atau

Kebermaknaan ini merupakan tujuan utama dari kurikulum tahun 2013 (K.13) bagi terwujudnya perilaku peserta didik yang menjadi aktif, inovatif, interaktif,

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase tertinggi kelengkapan pengisian komponen autentifikasi pada pasien rawat inap diagnosa fracture femur yaitu

dipertanggun$awabkan sesuai peraturan perundang-uudangan yang berlaku... bertempat di dilaksanakar pembayaran atas pekeiaan ...,.. telah membayar untuk pekerjaan kepada