• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Tentang Sejarah Perkotaan di Indonesia Pada Masa Kolonial Sampai Awal Kemerdekaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Tentang Sejarah Perkotaan di Indonesia Pada Masa Kolonial Sampai Awal Kemerdekaan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

I

MENEMUKAN

HISTORIOGRAFI

INDONESIASENTRIS

(3)

Unctmg-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tstang Hak Cipta Lingkup Hek CiPta

Pasal 1:

l.HakGPlaadalahhakeksktusifpmiPtayanStimbulsccilaotonatistEldasarkarrprinsipdeklarati.fsctelahsuatu-'

.lp"rrr'Ji."pakan clalam bentot< nyaia tanpa mengurangi pembatasan sestrai dcngm ketentuan peraturan perodang'mdangan.

Pasal 9:

mengijinkan untuk memas

cukup tebal untuk menghe Empat tema yang dius

lndonesiosentris; Plurolis Berkebangsaan; Agamo d,

Ka pito Se I e kto ( Pe ndid i ko n,

tema besar dari seminar ir

Refleksi 60 Tahun Seminar

muda dan senior tidak dit

panel tematis yang dihara

mereka belajar dan mema

Sebagai

editor

prosi

mengucapkan terima kasi

telah

bersedia

untuk

mer Ombak, sekalipun waktu

\

sedikit. Kepada saudari :

Handayani, Muhamad Fa

menyunting naskah Prosic

saya sampaikan pula kep;

yang telah mengijinkan m

pemikiran yang cerdas dan

dan penulisan sejarah lnd,

bagi pemecahan-pemecah

Kepada para keynote

Bambang Purwanto dan I

terhingga. Seminar ini tidi

pihak Direktorat Sejarah I

beberapa lembaga yang

Penerbit ombak. oleh kar,

Triyana Wulandari, Bapak

Bapak M. Nursam, saya u(

penerbit yang

turut

merat

kami ucapkan

terima

kas

seminar memohon maaf

dan kesalahan dalam penl

1, Pcucipta atau Pemegdng Ilak CiPta sebagaimanarlimaksucldatam Pasal 8 mc'mjliki hak ckonomi untuk melakukml

'

"lp""irir,."c,pro#,ulnonggunauunCiliou.dolam"ogolabcntuknya;r.rr:n,'ricmahanciptaan;d

PcngadaPtasiil, pen'ardroerne*n, atau pcntrmsiJrmlilai c,ptaon; *] I,c.distrihusian crptaan atau slmnya; f. Pertuniukarr Lipr"""., i. p*g"-u.,an Ciptaa^; h Komunikasr CiPtd; dan i Penyes'aan CiPtaan'

Ketentuan Pidana

Pasal 113:

l.setiaPOtangyangdengantanpahakmc'lakukanpelmggaranhakekonorni*bagaimanadimal'suddalamPasal

9 avat (1) huuf i un,rt p"r**rt*"" s*..." r".",ii"l d"iftdana dengm pidana pcniara paling Iama 1 (satu) tahu

aJ7"i-i, piar"" a"n.h palir*g banyal< I{p t00'000 000 (scratusjuta rupiah)'

2. SehapOrmgyang.iengan unfa hai am/'atau tanpa izin Pencipia atau penegangHak Cipta melakukan Pclil88ilil

'ak

ekorromi n"r.iptu *ofri-oi"l-i."lrra alf"* Pasal 9 ayat (1i huruf c,luruf d, huuf f. dan/atau hurul h untuk penggmaan t*"r" ?J-"Irirt Iipiii.u aongrn pia"na.icn;ira paling tama 3 (Uga) tahun dan/atau Pidsa .icnda palii'g banyak RP500. 000 000,00 (lima ntus iuta ruPiah)'

3.SetiaP Orang yung aonguniu;ia irak dan/atau'ranPa lzin Pcncipta 'rtau pemegang Hak CiPta melakukan pelargguan h.rk ek"...;i';;ii; ;;agaimam climaisucl dalam Pisal 9 ayai 111 huruf a' huruf b' huruf e' dan/

ata' huruf g untuk n"nggu*un's*ur" ftomcrsial dipidana rlcngan pidana'pmjara paling lama 4 (emPat) tahu

a""/

^i"" iia*o aendl'pallrg banyak IiP1

000 000

'00'00

(satu miliar ruPiah)'

4. Setiap Oralg ,u^g ."-".;L"'

-o;ut

t"'t'u6aitato dlmaksud pada ayit (3) yang dilakulan dalam betrtuk pembaj.lkan, aipiarnu ao^ii"'pii"" i"'t;"l' f"fitg Ltru 10 (sepuluhi tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4. 0(10.000.0t)0,00 (cnrpat m'lrar ruPran)

Pasal 114

SetiaP Orang yang mengclola tempat Perdagmgan dalam.*8ala bentuknya yug dengan sengaja dan mengetahui mcmbirkan penjuarr" u,J"t"''fl"gi""iukfia*g httil f;"langguan HakCipta dm/atau HakTerkait di tcmpat perdagangarr yang d,fA",*ir."fi"g"ii.* dinraksuittalm po"iiO, aipla-u J""gan pidm denda paling banyal

Rp100.000.000,00 (xratus juta luPiah)' I

(4)

MENEMUKAN HISTORIOGRAFI INDONESIASENTRIS

Copyright@ Perkumpulan Program Studi Sejarah se-lndonesia (PPSI)'

tv'lasyarakai Sejarawan lndonesia (MSl), dan Departemen Sejarah UGM' 2017

Diterbitkan oleh Penerbit Ombak (Anggota IKAPI), 2017 Perumahan Nogotirto lll, Jl. Progo B-15, Yogyakarta 55292

Tlp. (027a) 7oL9945; Fax, (0274) 620606

.

e-mail: redakiombak@yahoo.co'id facebook: Penerbit OmbakTiga

website: www.Penerbitombak.com

PO.782.12:t7

Editor: Sri Margana, Retno Sekarningrum dan Ahmad Faisol

Tata letak: Ridwan SamPul: Dian QamajaYa

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbltan (KDT)

MENEMUKAN HISTORIOGRAII INDONESIASENTRIS

Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2017 xix + 825 hlm. ; 16 x 24 cm

ISBN: 978-602-258'477 -3

Pengantar Penerbit

-

ix

Pengantar Direktur Sejaral

Pengantar Editor

-

xiv

Tinjauan Historiografi s Per

Pemuda terhadap Revolus

A.A Bagus Wirowan,

I

Beyond the Historiography

Historiografi di

lndonesia'

Aan Rotmonta

Kampung Riwayatmu Dulu

Hegemoni Sejarah Nasiona

Adi Putro Surya Wardl Penyelamatan Arsip dalam

Agung lsmoworno

Narasi dalam lagu Pop Dar

An s. P rowoti Yu lio nto r,

Studi Kewilayahan dan Pen

Sejarah Pergerakan Nasion

AndiAchdion

Menjahit Laut Nusantara I\ (Telaah Menguatnya ldenti

Andi lma Kesuma

Historiografi Soto: Jejak Mr

Ary Budiyanto

Nasionalisme Kerbau: Simt

Keindonesiaan

-

145

Budi Gustaman

Menimbang Tradisi Lisan D

Dono Listiano

Historiografi dan ldentitas I

Dedi lrwanto

Makanan dalam Sejarah, S

sebuah Kajian Historiografi

Fadly Rohmon

I

(5)

DAFTAR

ISI

Pengantar Penerbit

-

ix

Pengantar Direktur Sejarah

-

xi

Pengantar Editor

-

xiv

Tinjauan Historiografis Penelitian Sejarah Revolusi lndonesia di Bali (Respons

Pemuda terhadap Revolusi lndonesia di Bali)

-

I

A.A Bogus Wirawon, A.A.Ayu Roi Wahyuni

Beyond the Historiography: Film Dokumenter Sejarah sebagai

Alternatif

Historiografi di lndonesia

-

27

Aan Ratmanto

Kampung Riwayatmu Dulu: Diskursus Historiografi Kampung sebagai Kontra

Hegemoni Sejarah Nasional lndonesia

-

34

Adi Putra Suryo Wardhana

Penyelamatan Arsip dalam Historiografi Nasional (Sebuah Kajian Didaktik)

-

50

Agung lsmoworno

Narasi dalam lagu Pop Daerah Manggarai, Nusa Tenggara Timur

-

73

An s. P raw oti Yu lio nto

ri

Studi Kewilayahan dan Penulisan Sejarah lndonesia: Menimbang Ulang Pe,nulisan

Sejarah Pergerakan Nasional Awal Abad ke-20

-

88

Andi Achdian

Menjahit Laut Nusantara Menguatkan Keindonesiaan

(Telaah Menguatnya ldentitas NKRI dalam Sejarah

Maritim)-

102

;

Andi lma Kesuma

Historiografi Soto: Jejak Metodologis Sejarah Kosmopolitanisme lndonesia

-

118

Ary Budiyanto

Nasionalisme Kerbau: Simbolisme Satwa dalam Pencarian ldentitas

Keindonesiaan

-

145

Budi Gustsman

Menimbang Tradisi Lisan Dayak dalam Penulisan Sejarah Kalimantan

-

158

Dano Listiona

Historiografi dan ldentitas Ulu di Sumatera Selatan- 168

Dedi lrwanto

Makanan dalam Sejarah, Sejarah dalam Makanan: Mengolah Makanan sebagai

sebuah Kajian Historiografi

-

182

Fadly Rohmon

(6)

vi

Panitia Seminar Sejar"ah lrlasional 2017

Selebritas Masa Lalu: Studi Kasus Penelitian Biografi Tan Tjeng Bok

dan Karyanya

-

196 Fandy Hutari

Dokter, Sejarah Kedokteran, dan Historiografi Kita

-

204

Gani A. Jaelani

Sejarah dan Fakta Kekinian; Historiografi Wanita (Jugunlanfu) Masa Pendudukan

Jepang di lndonesia

-

2?L

Hony Nurpratiwi

Kajian Tentang Sejarah Komunitas Tionghoa di Sulawesi Utara: Aspek Metodologi dan Pengalaman Lapangan

-

229

Hendri Gunawan

Membayangkan lndonesia dari Kacamata Kriminal Gagaklodra L932-1953

-

244

Heri Kusumo Torupay

Menemukan Karakter Historiografi Umat lslam lndonesia

-

267

Himayatul lttihadiyah

Historiografi Komunisme dalam Sejarah Nasional: Bali, Jawa Timur dan Catatan

Pinggiran dari Moinstreom Historiografi lndonesia

-

283

I Ketut Ardhona

Modernitas Perkotaan: Membayangkan Kota dan Tema Historiografi Perkotaan di

lndonesia

-

301

llham Daeng Mokkelo

Film sebagai Alat Propaganda Rezim Penguasa

-

322

llmiawati Sofitri

Sumber Sejarah bagi Era Milenial: Pewarnaan Foto dan Meme Seiarah

-

339

lman Zonotul Haeri

Ulama dan lslam lndonesia: Perkembangan Kajian dan Kecenderungan

Metodologi-

351

Jajot Burhanudin

Penulisan Sejarah Seni Rupa: Lukisan-lukisan Koleksi lstana Kepresidenan

Republik lndonesia

-

396

Mikke Susanto

Historiografi yang Terlewatkan: Pemerintahan Peralihan

di

Yogyakarta

1

Mei

1949- 30 Juli 1949

-

415

Murdiyah Winorti

Mnemohistory dan Problem Historiografi di lndonesia: Studi Kasus Tentang Kenangan Masa Perang Dunia ll di Kendari

-

424

Nosihin

Historiografi dan Pahlawan Nasional

-

431

Nina

Herlina

.

Narasi Nasionalisme dan Logika Oposisi Biner dalam Buku Teks Sejarah

dari Orde Baru hingga Post-reformasi

-

436

Nur Fatoh Abidin

Mencari Ken Dedes: Si

lndoneEia

-

461 Panggoh Ardiyansy Keragaman Tafsir dalan

Historiografi Tematis

-Putri Agus Wijayat,

Historiografi Olahraga:

R.N. Bayu Aii

Berpisah untuk Bertem

llmu Sejarah

-

498 Raistiwor Pratomo

Dari Nisan ke lnforman

indonesia

-

508

Ravando Lie don F)

Kajian Heuristik pada N

Rudy Gunawon Membaca Tutur Peremp

Siti UtomiDewi Nir

Negara

dan

Pengelola

Perspektif Totdl H istory

Subandi Rianto

Pseudo-Babada di Bany

Tradisional Jawa

-

555

Sugeng Priyadi

Space, Ploce, and Histot

Selatan

-

569 Taufik Ahmad

Perdagangan Merajut P

Tundjung

Hagiografi dan Perkeml

diJawa Timur

-

605

Ulum Fasih

Menemukan lndonesiar

, l)mor Muda

Museum sebagai Histor

Wohyu Suri Yoni

Pendekatan Transnasic

Kesempatan

-

645

Wildan Sena Utom.

Lokalitas Budaya dan

Historiografi Perbudaka

Yayum Kumai

(7)

Menemukan Historiogrofi

lndonesiosentris

vii

Mencari' Ken Dedes: Sisi Lain Rekonstruksi Maiapahit dalam Sejarah Nasional

lndonegia

-

461

Ponggoh Ardiyonsyoh

Keragaman Tafsir dalam Narasi Sejarah Pasar: Sebuah Peluang Mengembangkan

Historiografi Tematis

-

484

Putri Agus Wijayati

Historiografi Olahraga: Problematika dan Tantangan Penulisannya

-

493

R.N. Boyu Aji

Berpisah untuk Bertemu: Hubungan Baru llmu Kearsipan dengan

llmu Sejarah

-

498

Roistiwor Protom0

Dari Nisan ke lnforman: Penggunaan Sumber

Alternatif

dalam Penulisan Sejarah

lndonesia

-

508

Rqvondo Lie don FX Horsono

Kajian Heuristik pada Novel Sejarah Pramoedya Ananta Toer

-

516

Rudy Gunawan

Membaca Tutur Perempuan dalam Historiografi Sejarah Perempuan lndonesia

-

529 Siti UtamiDewiNingrum

Negara

dan

Pengelolaan

Kemaritiman:

Menggagas

Historiografi Laut

dalam

Perspektif Totat History

-

544

Subandi Rionto

Pseudo-Babada di Banyumas dalam Arus Perkembangan Historiografi

TradisionalJawa

-

555

Sugeng Priyadi

Spoce, Place, and History: Studi Perbanditan di Polongbangkeng, Takalar, Sulawesi Selatan

-

559

Toufik Ahmad

Perdagangan Merajut Persatuan di Kepulauan Nusantara

-

594 Tundjung

Hagiografi dan Perkembangannya: Studi Hagiografi Sunan'sunan Penyebar lslam di Jawa Timur

-

605

Ulum Fosih

Menemukan !ndonesiasentris dalam Historiografi Bugis

-

622

Umor Muda

Museum sebagai Historiografi dalam Pendidikan Kebhinnekaan lndonesia

-

531

Wohyu SuriYoni

Pendekatan Transnasional

dalam

Sejarah lndonesia:

Tiniaubn,

Batasan, dan

Kesempatan

-

645 Wildan Sena Utoma

Lokalitas Budaya

dan

Globalitas Perbudakan

Laut

Hindia:

Kritik dan

Wacana

Historiografi Perbudakan lndonesia

-

553

(8)

viii

Panitia Seminar Sejarah Nasional 2017

Historiografi Arsitektur Kesenjangan dalam Meneliti, Teori dan

Praktik:

671

Yuke Ardhiati

Membaca Kembali Sejarah lndustri Gula di lndonesia

-

688

Wosino

Dua Setengah Abad Pencarian Sejarah Nasional dan 60 Tahun Penemuan Seiarah

Nasional lndonesia

-

597

Dios Pradadimora

Kajian tentang Sejarah Perkotaan

di

lndonesia Pada Masa Kolonial Sampai Awal

Kemerdekaan

-

709

Purnowan Basundoro

Penulisan Sejarah Lingkungan di lndonesia

-

723

Nawiyanto

Penulisan Sejarah lndonesia dengan Pendekatan Persfektif GlobaURegional'- 739 Linda Sunorti

Historiografi

Seni

Pertunjukan

Jawa:

Perkembangan,

Metodologi,

dan

Pemanfaatannya (Sebuah Kaiian Awal)

-

737

Dhanong Respati Puguh

Perkembangan dan Perluasan Tema dalam Historiografi Batavia

-

778

Bondan Konumoyoso

Militer

dalam Historiografi lndonesia

-

796 Kusumo

Pemerintahan Revolusioner Republik lndonesia (PRRI) dari Sudut Pandang Berita

Kbran Berbahasa Belanda 1957-1958: Sebuah Kaiian Historiografi

-

810

Abdul Haliz

PE

Pada L4-18 Deseml di Siti Hinggil Keraton Ke oleh Kementerian Pend

Seminar sejarah yang d

Gadjah.Mada dan Univ

diadakan dalam atmos

dua belas tahun sebelur sekadar untuk menguml bahan yang berharga unl yang secara ilmiah dapat Enam puluh tahun

Budaya

UGM

Yogyakar

puluh tahun seminar st

dan

Keindonesiaan: Re

diselenggarakan atas in

lndonesia (PPSI)

dan f

dengan mendapat dukur dan Kebudayaan Rl, PPS

didukung oleh Penerbit

Sejarah Nasional terse makalah tersebut kemu empat tema besar: Jilid l dan Negara, dan Jilid 4 P

Pada kesempatan ir

kepada Panitia Peringat; Dr. Sri Margana selaku K Ombak untuk menerbitl menyampaikan permoh

yang sangat terbatas ur

halaman, bukanlah wakt

(9)

PEI\GAI{TAR

PEI\ERBIT

Pada 14-L8 Desember 1957, bertempat di kampus Universitas Gadiah Mada,

di Siti Hinggil Keraton Kesultanan Yogyakarta diadakan Seminar Sejarah (lndonesia)

oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik lndonesia.

Seminar sejarah yang diadakan empat hari

itu

diselenggarakan oleh Universitas

Gadjah Mada dan Universitas lndonesia, Seminar sejarah

ini

baru pertama kali

diadakan

dalam

atmosfer kemerdekaan lndonesia yang sudah diproklamirkan

dua belas tahun sebelumnya, L7 Agustus 1945. Seminar sejarah

itu

dimaksudkan sekadar untuk mengumpulkan pelbagai pendapat dan saran-saran sebagai bahan-bahan yang berharga untuk menyusun, di kemudian hari, sejarah nasional lndonesia yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.

Enam puluh tahun kemudian, pada 14.16 Desember 20L7,

di

Fakultas llmu

Budaya

UGM

Yogyakarta, diadakan

suatu acara untuk

memperingati enam

puluh tahun seminar sejarah 1957, dengan

tema

"Sejarah

untuk

Kebhinnekaan

dan

Keindonesiaan; Refleksi

60

Tahun Seminar Sejarah lndonesia". Acara ini

diselenggarakan atas

inisiatif

bersama

dari

Perkumpulan Prodi Sejarah Seluruh

lndonesia (PPSI)

dan

pengurus

pusat

Masyarakat Sejarawan lndonesia (MSl), dengan mendapat dukungan dana dari Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan Rl, PPSI dan Departemen Sejarah Fakultas llmu Budaya UGM serta

didukung oleh Penerbit Ombak Yogyakarta. Rangkaian acara peringatan Seminar

Sejarah Nasional

tersebut

diisi

dengan beberapa

sesi

pemakalah. Kumpulan makalah tersebut kemudian dibukukan ke dalam empat

jilid

dengan mengangkat

empat tema besar: Jilid L Historiografi; Jilid 2 Pluralisme dan ldentitas;Jilid 3 Agama

dan Negara, dan Jilid 4 Pendidikan Sejarah.

Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Panitia Peringatan 60 Tahun Seminar Sejarah Nasional, khususnya kepada Dr. Sri Margana selaku Ketua Panitia, yang memberi kepercayaan kepada Penerbit

Ombak untuk menerbitkan kumpulan tulisan seminar di atas. Selain itu, kami ingin

menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan dalam penerbitan ini. Waktu

yang sangat terbatas untuk menerbitkan empat

jilid

buku dengan

total

2300-an

halaman, bukanlah waktu normal dalam proses penerbitan.

(10)

x

Panitia Seminar Sejarah Nasional 2017

Kami

berharap,

dengan

penerbitan prosiding

ini

bisa

membantu

pendokumentasian berbagai pemikiran kesejarahan yang berkembang di Tanah Air

dan memberi kesempatan kepada pembaca untuk bertamasya ke masa silam, serta

membukakan pintu bagi masa depan. Selamat membaca. Terima kasih.

PENGAN:

PROSIDING PE

SEJARAH

N/

Enam puluh tahun la

Menteri

Pendidikan, Per

budayawan,

guru,

politisi

Sejarah Nasional I (SSN l) r SSN I dapat dikatakan seba

identitas nasional yang dir

cengkraman penjajah, lndr

perspektif anak bangsa, lndonesia kala itu lebih bar

masyarakat lndonesia tidi

ini

menjadi

titik

tolak

ke

visi penulisan sejarah bar

menjadi indonesiasentrisr

tema penting yang melipu

dan pendidikan sejarah.

Seminar Sejarah I yar

pembuka zaman baru hist

"mercusuar" yang menun,

diselenggarakan Seminar

l.

Pada seminar

ini

isu-isr pada Seminar Sejarah Nas

menjawab tantangan

iln

mendorong perlunya asp

Selanjutnya selama bertu

tahun L985 dan 1990.

Selain merumuskan

pengkajian sejarah, peny

dalam mengairahkan per

(11)

PENGANTAR

DIREKTUR

SEJARAH

PROSIDII{G

PERINGATAN

60

TAHUN

SEMII\AR

SEJARAH

NASIONAL

PERTAMA,

1957- 20L7

Enam puluh tahun lalu, tepat pada 14 Desember 1957, pemerintah melalui

Menteri

Pendidikan, Pengajaran

dan

Kebudayaan bersama

para

sejarawan,

budayawan,

guru, politisi dan

masyarakat menggagas penyelenggaran Seminar

Sejarah Nasional I (SSN l) di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Penyelenggaran

SSN I dapat dikatakan sebagai kulminasi dalam pencarian dan perdebatan mengenai

identitas nasional yang dimulai sejak 1950-an. Sebagai negara yang baru lepas dari

cengkraman penjajah, lndonesia memerlukan narasi sejarah yang dituliskan melalui perspektif anak bangsa, bukan orang-orang yang datang. Kepustakaan sejarah lndonesia kala itu lebih banyak menekankan peranan orang-orang Eropa, sedangkan

masyarakat lndonesia tidak lebih sebagai objek ekspansi. Oleh karena

itu,

masa

ini

menjadi

titik

tolak

kesadaran sejarah lndonesia

baru

sekaligus menentukan visi penulisan sejarah bangsa dari yang sebelumnya bersifat neerlandosentrisme menjadi indonesiasentrisme. Seminar Sejarah Nasional

I

mengangkat beberapa

tema penting yang meliputi filsafat sejarah nasional, periodesasi sejarah lndonesia

dan pendidikan sejarah.

Seminar Sejarah I yang diselenggarakan pada 1957 merupakan penanda dan

pembuka zaman baru historiografi, yang oleh Sartono Kartodirdjo disebut sebagai

"mercusuar" yang menunjukkan arah pelayaran historiografi nasional. Pada 1970,

diselenggarakan Seminar Sejarah Nasional

ll

(SSN

ll)

sebagai kelanjutan dari SSN

l.

Pada seminar

ini

isu-isu dalam SSN

I

masih menghangatkan perdebatan. Baru pada Seminar Sejarah Nasional ll! (SSN lll) di Jakarta pada 1981 seminar berusaha

menjawab tantangan

ilmu

sosial

dalam

pengkajian

ilmu

sejarah. Seminar ini

mendorong perlunya aspek

teoritik dan

metodologis dalam penulisan sejarah.

Selanjutnya selama berturut-turut Seminar Sejarah Nasional diselengarakan pada

tahun 1985 dan 1990.

Selain merumuskan berbagai temuan baru dan memetakan kecenderungan

pengkajian sejarah, penyelenggaran Seminar Sejarah Nasional cukup berperan

dalam mengairahkan pengkajian

ilmu

sejarah yang kemudian berdampak pada

produksi karya sejarah

anak

bangsa. Sejak 1980 Direktorat Sejarah

dan

Nilai

(12)

xii

Panitia Scminar Sejara): Nasional 2017

Tradisional

juga

turut

andil dalam

pengakayaan historiografi nasional melalui

peroyek lnventariasasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Berbagai karya sejarah

berupa biografi tokoh, sejarah perlawanan terhadap penjajah, sejarah lokal, sejarah

organisasi dan peristiwa dihasilkan oleh lembaga ini.

Kesadaran masyarakat terhadap perkembangan ilmu sejarah kian meningkat

dengan terselenggaranya berbagai seminar,

loka

karya, workshop, konferensi

kesejarahan,

baik yang

diadakan secara swadaya

oleh

masyarakat maupun

kerjasama dengan pemerintah. Misalnya, pada 2016, Pemerintah melalui Direktorat Sejarah, DirektoratJenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

bersama

dengan

Masyarakat

sejarawan lndonesia (MSl)

menyelenggarakan

Konferensi Nasional Sejarah X

di

Jakarta. Konferensi tersebut mengusung tema

,,Budaya

Bohari

Don Dinamiko Kehidupan Bangsa

Dalam

Perspektif seiarah".

Konferensi

diikuti oleh

peserta

dari

berbagai

latar

belakang,

baik dari

dalam

maupun luar negeri. Terselenggaranya kegiatan tersebut

tidak

lepaS

dari

makin

meningkatnya kesadaran masayarakat terhadap sejarah dan terciptanya kerjasama

yang baik antara masyarakat dan pemerintah'

Pada 2017 dengan mengusung semangat Peringatan 60 (enam puluh) tahun

Seminar Sejarah Nasional pertama, Perkumpulan Program-program studi (Prodi)

Sejarah Seluruh lndonesia dan Masyarakat Sejarawan lndonesia (MSl) bekefjasama

d e n ga n D i re kto rat Seja ra h, D i re kto rat J e nde ra I Kebu daya a n, Ke me nte ria n Pe nd id i ka n

dan Kebudayaan menyelenggarakan Peringatan 60 tahun Seminar Sejarah Nasional

Pertama,

tg57-2}fi.

Selain dalam rangka memperingati 60 tahun Seminar Sejarah

Nasional Pertama, kegiatan ini bagian dari respon berbagai pertanyaan pokok dalam Sejarah Nasional Pertama dan respon berbagai permasalahan bangsa yang terjadi

di lndonesia belakangan ini, Toleransi dan anti-pluralisme menjadi isu nasional yang

menghangatkan telinga kita akhir-akhir ini, Oleh !arena itu, ilmu sejarah harus hadir

mengambil bagian dalam merespon pelbagai permasalahan dan tantangan bangsa.

Terselenggaranya kegiatan ini juga bertujuan merumuskan bentuk pendidikan dan

penulisan sejarah dalam bingkai kebinekaan. Selain

itu,

kegiatan ini juga menjadi

forum

silaturahmi, pertukaran pengalaman dan

ilmu

pengetahuan dari pendidik

Peri ngata n 50 ta h u n sem i na r sejarah Nasional Perta ma, t957 -2077 mengusung

lema "sejorah untuk Kebinekaon dan Ke-lndonesiaan: Refleksi 60 tahun Seminar sejorah Nosional". Empat subtema pokok diangkat dalam seminar

ini,

antara

lain, (1) Menemukan Historiografi lndonesiasentris, (2) Pluralisme dan ldentitas:

pengalaman dan Pandangan Berkebangsaan, (3) Agama dan Negara: Pergulatan

Pemikiran dan Ketokohan serta (4) Kapita Selekta (Pendidikan) Sejarah Indonesia.

Kegiatan diisi oleh peserta pembicara undangan dan peserta pemakalah umum

yang berjumlah

]65

peserta dan empat keynote speakert yaitu Dr. Hilmar Farid,

(13)

Mene,ntukan Historiogral'i

lndonesiasentris

xiii

Kami mengapresiasi dan menyambut baik penyelenggaraan kegiatan ini. Tidak hanya sebagai bentuk kepedulian dan kesadaran terhadap pentingnya ilmu sejarah

dalam pembangunan nasional, namun juga bagian dari sinergitas yang baik antara

masyarakat dan pemerintah dalam mengembangkan disiplin ilmu sejarah itu sendiri.

Tidak sampai disitu, kegiatan ini adalah sarana untuk memetakan kecenderungan

pengkajian ilmu sejarah belakangan ini dan kaitannya dengan arah pembangunan

nasional. Kami berharap, prosiding yang berisikan kompilasi karya sejarah ini

tidak

berhenti pada karya cetak saja, namun lebih

jauh

dapat mendorong dan bersumbangsih dalam merespon dan menjawab berbagi isu nasional belakangan ini, utamanya dalam merumuskan sejarah lndonesia yang sarat akan nilai kebinekaan, dengan harapan terwujudnya lndonesia yang beragam, toleran dan berkemajuan.

Direktur Sejarah

(14)

PENGANTAR

EDITOR

Kampus Universitas Gadjah Mada di

siti

Hinggil Kraton Kesultanan Yogyakarta

menjadi saksi bisu dari perdebatan yang menarik antara Muhammad Yamin dan

Soejatmoko tentang filsafat sejarah nasional. Perdebatan

ini

berlangsung dalam

sebuah perhelatan akademik pertama

dari

para perintis historiografi lndonesia

yang berlangsung 60 tahun yang lalu tepatnya pada 14-18 Desember 1957. Dalam

hajatan akademis yang kemudian dikenal dengan Seminar Sejarah Nasional

I

ini

Muhammad Yamin memresentasikan butir-butir pemikiran filsafat sejarah nasional

yang ia sebuat dengan "Catur-Sila Khalduniah" yaitu empat dalilfilsafat kesejarahan yang dirujuk dari seorang filosof sejarah besar lbnu Khaldun. Pada saat yang sama,

soejatmoko'memaparkan pemikiran sejarahnya yang diberinya

judul

"Merintis

Hari Depan". Menurut Muhammad Yamin kajian sejarah modern lndonesia harus

dilakukan pada kaedah ilmiah dan berjiwa nasionalitik yang hasilnya dapat berfungsi

menumbuhkan kesadaran nasional. Namun menurut Soejatmoko, kajian seperti ini

akan membawa sejarah pada subyektisme yang mengesampingkan kaidah-kaidah

ilmiahnya.

Euforia nasionalisme memang masih sangat kental

di

masa

itu

khususnya

dikalangan nasionalis yang hendak melihat negara-bangsa yang

baru

L2 tahun

diproklamirkan

itu

dapat selamat sampai

tujuan

utama proklamasi

itu

sendiri.

Seminar ini juga diselenggarakan pada saat isu-isu separatisme dan perpecahan

politik

di

lndonesia masih dirasakan bersama-sama. Sehingga, pandangan dan

pemikiran populis Muhammad Yamin ini mendapat dukungan yang luas di kalangan

peserta seminar.

Persoalan tentang filsafat sejarah nasional memang menjadi agenda pertama

dalam seminar sejarah pertama ini, dan perdebatan ini sebenarnya tidak pernah

berakhir hingga kini. Sekalipun konsepsi filsafat sFjarah yang nasionalistik terus

dibawa bahkan cenderung menguat pada masa

Orde

Baru, namun

di

lingkup

akademik konsep filsafati sejarah nasional ini terus dipertanyakan, apalagi dalam

perjalanannya muncul kecenderungan ke arah mitologisasi sejarah. Kekhawatiran

yang

disampaikan

oleh

soejatmoko

sejak awal

ini

rupanya

terbukti

dengan

kecenderungan mitologisasi sejarah

ini.

Banyak peristiwa sejarah nasional yang

dijadikan tonggak hari-hari bersejarah nasional yang landasan historisnya mulai

(15)

klenemukan

Historiografilndonesiasentris xv

dipertanyakan. Sejarawan senior Taufik Abdullah dan

juga

Kuntowijoyo dalam

beberapa karyanya banyak menyajikan persoalan mitologisasi sejarah ini.

Disadari bahwa memang tantangan-tantangan baru bagi bangsa ini telah muncul dengan adanya perubahan dalam ekonomi dan politik global, namun ilada saat yang

sama tantangan dan persoalan lama masih terus muncul kembali menghampiri

bangsa

ini.

Saat sistem ekonomi dan politik global dunia berubah ke arah yang semakin dikendalikan oleh perkembangan teknologi dan informasi, isu-isu duniapun

bergeser ke arah persoalan HAM, lingkungan, pangan dan kesejahteraan, Pada saat yang sama, persoalan klasik identitas etnis dan a8ama, keberagaman dan toleransi

juga bangkit kembali. Oleh karena itu menjadi penting barangkali untuk memikirkan

kembali peredebatan yang telah muncul sejak 60 tahun lalu antara Muhammad

Yamin dan Soejatmoko pada arah mana sebenarnya penulisan sejarah lndonesia ke

depan hendak diarahkan. Apakah pemupukan mitos-mitos nasionalisme ini masih

perlu

dilanjutkan ataukah

kita

harus mendekonstruksikan

diri

belajar berdamai pada sejarah bangsa sendiri, baik pengalaman yang buruk maupun yang baik untuk

merintis hari depan bangsa seperti yang diinginkan Soejatmoko,

Tema utama kedua yang didiskusikan dalam seminar

itu

adalah tentang

periodisasi sejarah lndonesia. Dua pembicara utama tampil dalam panel ini, yaitu

Soekanto dan A, Sartono Kardodirdjo. Soekanto mengajukan pembabakan waktu

dalam sejarah lndonesia berdasarkan konsepsi politik dan pergantian administrasi

kekuasaan

atau rejim.

Sehingga yang mucul adalah periodisasi "Masa Pangkal

Sejarah, Masa Kutai-Taruma, Masa Sriwijaya-Medang-Singasari, Masa Majapahit, Masa Kerajaan-kerajaan

lslam,

Masa Pemerintahan Asing

dan

Masa Republik

lndonesia 1945". Sartono Kartodirdjo mengajukan konsep periodisasi sejarah

lndonesia berdasarkan proses integrasi. bangsa, sehingga

yang

muncul adalah babagan sbb: "Zaman Pra Sejarah, Zaman Kuna (Masa-masa Kerajaan Hindu-Buda), Zaman Baru (masa-masa kerajaan-kerajaan lslam, perlawanan terhadap imperialism

Barat, masa pergerakan nasional dan masa Republik lndonesia).

Perubahan dalam masyarakat memang

tidak

dapat dipenggal dalam hari,

tanggal, bulan, maupun tahun, namun karena

kaburnya batas-batas dalam

perubahan sejarah

itu,

maka sejarawan

perlu

menetapkan periodisasi untuk

memetakan fase perubahan dan perkembangan sejarah. Di sinilah letak periodisasi

sejarah diperlukan. Pandangan yang positifis dalam gerak sejarah

ini

memang

hal umum yang diterima dalam historiografi setiap bangsa, sehingga pemikiran terhadap periodisasi dalam sejarah

ini

menjadi penting. Pada praktiknya usulan Soekanto lebih mendominasi dalam pembabagan sejarah

di

lndoenesia, sehingga

perkembangan

sejarah lndonesia

terksesan

sangat politis.

Bahkan seorang

mahasiswa doktoral sekalipun ketika mengaji sejarah sosial, seni dan pertunjukkan

pun masih sering nienggunakan kategori politik sebagai penggalan temporalnya.

(16)

xvi

Parritia Seminar Sejarah Nirsional 2017

lndonesia

tidak

lain adalah sejarah tentang pergantian rejim. Sejarah seperti ini

melahirkan tokoh-tokoh sejarah lndonesia dari para pelaku politik, seperti politisi

dan pemimpin perang, yang kemudian beramai-ramai diajukan sebagai pahlawan

nasional. Sangat sedikit pelajar lndonesia mengenal tokoh-tokoh sejarah penting

dari

kalangan penemu (ilmuwan),

filosof,

ataupun sastrawan seperti yang kita

pelajari dalam historiografi Barat.

Tampakdisinibahwaperiodisasiyangdidasarkanpadakonsepsipolitikdan

pergantianrezimakanmereduksikekayaantematikdalamsejarahlndonesiadan

mebatasi pemahaman bangsa tentang capaian-capaian besar diberbagai bidang

yangpernahdiraihbangsaini.Temainimemangtidaksecaraspesifikdibicarakan dalam memperingati

60 tahun

Seminar sejarah Nasional

I

ini,

namun sengaja

menampilkan makalah-makalah dengan berbagai

tema

historiografi yang cukup

luas.Darikeragamantemahistoriografiyangdiangkatdalamseminarinitentu

menjadi

titik tolah

penting ke depan untuk memikirkan ulang Periodisasi Sejarah

Nasional yang lebih dapat mengakomodasi keragaman tematik ini'

Setelah 12 tahun merdeka, sejak proklamasi kemerdekaaan L7 Agustus 1945,

lndonesia

belum memiliki

sejarah nasionalnya

sendiri.

sehingga, pertanyaan tentangperlunyaSejarahNasionaldansyarat-syaratapayangperludipenuhidalam penulisanSejarahNasionalmenjadiagendapentinglainyangdibicarakandalam

seminar sejarah Nasional I,tahun 1957 itu. Rupanya hal ini bukan persoalan yang

mudahuntukdiwujudkan,karena13tahunkemudiandalamSeminarSejarah

NasionalllyangjugadiselenggarakandiUGMYogyakarta'persoalaninikembali

dibahas secara serius. Lima tahun kemudian, pada tahun 1975, buku yang diharapkan

muncul dalam enam

jilid.

Dengan kata lain, butuh 30 tahun 'setelah bangsa ini

merdeka keinginan memiliki buku babon sejarah Nasional

itu

dapat diwujudkan'

Kita mengetahui juga bahwa sejak masa-masa akhir rejim

orde

Baru, kredibilitas

buku

ini

menjadi pertanyaan besar bagi para sejarawan lndonesia generasi baru

dan munculnya IDAS (lndonesia Dalam Arus sejarah), sebagaian dari tuntutan atas

perlunya revisi dan penambahan substansi sejarah Nasional lndonesia yang ditulis

47 tahun yang lalu itu dapat dipenuhi'

Agendapentingke.empatyangdibicarakanpadaSeminarSejarahNasionall

1957 adalah tentang "pengajaran" sejarah lndonesia di sekolah-sekolah' Persoalan

bertumpu pada

materi

pengajaran, jenjang dan tentunya buku-buku pelajaran sejarahyangmasihsangatminimdanmasihdidominasiolehbukupelajaranyang

ditulis oleh para penulis Belanda dan berbahasa Belanda. Daritema initampak bahwa

sejak awal

telah

disadari pahwa pengajaran sejarah

tidak

dapat dipisahkan dari

keseluruhan kebutuhan nasional terhadap sejarah sebagai dasar bagi membangun

,,good citizenship" yang ditandai dari lekatnya nilai-nilai nasionalisme pada setiap

individu bangsa. Pada prosiding ini permasalahan "pengajaran" atau sekarang lebih

(17)

2017

donesio Baru. (2jilid), Jakarta

ljatmoko et o/, (eds.), An lntroduction to

r: Cornell University Press, 1965

lnd His Time," dalam Soedjatmoko ef.a/.

nesian Historiography.,

lthaca:

Cornell

mLrm," lndonesia dolom Arus Sejaroh.

*e,2OI2

elgium and

the

Netherlands, 1945-55:

-' Work of Jan Romein, Pieter Geyl, and

,

!,2075

te Monners and Spirits

of

Nations From

7e of Lewis XlU, London: J. Nourse, 1759

History," dalam Nicholas Cronk (ed,),

to i re., Cambridge: Cambridge University

KAJIAN

TBNTANG

SEJARAH PERKOTAAN

DI

INDONESIA PADA

MASA KOLONIAT

SAMPAI

AWAL

KEMERDEKAAN

Purnawan Basundoro

Departemen

llmu

Sejarah Universitas Airlangga

Abstrak

'

Historiografi perkotaan

di

lndonesia

oleh

Kuntowijoyo

dianggap

hal baru dan sampai tahun 1990an belum diperhatikan secara serius ol sebagai

eh

para

n,

khususnya sejarawan lndonesia. Perhatian

para

sejarawan sampai

periode

tersebut

masih

tertuju

pada

wilayah

pedesaan, bahkan

di

beberapa

jurusan sejarah hal tersebut menjadi bahan kajian utama. Hal tersebut tidak bisa

disalahkan karena secara politis pedesaan dianggap lebih mewakili sebagian besar realitas lndonesia sejak masa kolonial. Kebijakaan politik kekuasaan lndonesia sejak in the Era of the Enlightenment,,, dalam masa kolonial sampai paling tidak masa Orde Baru masih

tertuju

pada

wilayah-ls.l,

A

Componion

to

Western

ublishers, 2002

h pedesaan yang dianggap lebh menguntungkan secara ekonomi (misalnya kebijakan Tanam Paksa) serta menguntungkan secara politis (misalnya kebijakan revolusi hijau). Namun demikian bukan berarti perhatian terhadap kota dan sejarah

perkotaan tidak ada sama sekali. Orang-orang Eropa, sejak kedatangannya yang

pertama kali

di

lndonesia, sebenarnya sudah

mulai

memperhatikan perkotaan

karena

di

wilayah-wilayah

inilah

mereka

tinggal. Sedikit demi sedikit

mereka

membangun kota sekaligus memperhatikannya menjadi sebuah kajian akademik.

Kajian perkotaan di lndonesia pada masa kolonial sampai awal kemerdekaan cukup banyak, yangsebagian besar dilakukan oleh para sarjana Barat yang pernah datang

dan bermukim

di

lndonesia ataupun

oleh

mereka yang hanya tertarik terhadap

kota-kota di lndonesia namun belum pernah berkunjung ke lndonesia. Makalah ini akan menguraikan hal tersebut, kota-kota mana saja yang menjadi pusat perhatian

mereka dan dikajinya, siapa saja yang mengkaji, dan apa yang menjadi perhatian

utama mereka.

709

am Seminor Sedjarah. Loporon

trrgtop

il

(18)

7lO

Panitia Scrnittar Sciar;rh Nasional 2017

Pendahuluan

Sejak fenomena perkotaan muncul

di

bumi, sejak saat

itu

pulalah perkotaan

menjadi pusat perhatian. Pada awalnya perhatian manusia terhadap kota tertuju

pada ujud fisiknya karena kota-kota pada periode awal tumbuh sebagai ruang yang

sangat berbeda dengan kawasan sekitarnya. Kota

tumbuh

menjadi entitas yang

berkebalikan dengan desa atau kawasan geografis lainnya.Kota-kota pun menarik

perhatian para penghuni pedesaan untuk berbondong-bondong mendatangainya,

sehingga kota-kota awal yang

tumbuh di

Mesir, Babylonia, Yunani, dan Romawi

berkembang

menjadi pusat pertumbuhan penduduk akibat

kebanjiran para

pendatang dari kawasan sekitar. Kota Atena pada periode awal misalnya, ketika

kawasan di sekitar kota tersebut masih dihuni oleh ratusan atau bahkan puluhan

penduduk saja,

Atena

sudah

dihuni lebih dari

20.000 penduduk. Konsentrasi

penduduk yang besar tersebut menunjukkan bahwa kota memang lebih menarik

perhatian dibandingkan kawasan lain.

Pada

periode

kontemporer perhatian masyarakat

terhadap kota

semakin

besar. Kota menjadi gantungan nasib bagi sebagian besar penduduk

di

berbagai

belahan dunia. Akibatnya, kota menjadi kawasan yang tumbuh membesar dengan

jumlah

penduduk yang

dari

hari ke hari semakin padat. Sebagian besar kota di

lndonesia misalnya, memiliki

jumlah

penduduk

di

atas satu

juta

orang. Dampak

pertumbuhan penduduk yang sangat cepat

di

perkotaan menjadikan kawasan

tersebut berkembang menjadi kawasan yang unik yang sangat berbeda dengan kawasan lainnya.Kota tumbuh menjadi kawasan dengan sejuta harapan, tetapi juga

berkembang menjadi kawasan dengan sejuta permasalahan.

Keunikan

kota

telah

menarik perhatian

akademisi

untuk

mengkajinya.

Beragam pengetahuan lahir

dari

realitas perkotaan, seperti sosiologl perkotaan,

antropologi perkotaan, arsitektur perkotaan,

tata

kota, sejarah perkotaan, pol

perkotaan,

dan

lain-lain. Dari

waktu

ke

waktu

tercetak berbagai literatur

menghimpun berbagai pengetahuan yang berbasls perkotaan.Di lndonesia kajian

perkotaan merupakan

hal

baru.Kajian

ini lahir

pada periode

akhir

kolon

Belanda

di

lndonesia.Periode

tersebut

merupakan periode pertumbuhan

kota di lndonesia yang berkembang akibat praktek liberalisasi ekonomi. Liberallsasi

ekonomi

telah

mendorong pertumbuhan kota-kota

di

lndonesia menjadi kota

modern sebagai basis kegiatan perekonomian. Berbagai kota

telah

berubah dari

sekadar pusat pemerintahan menjadi pusat perdagangan dan industry. Akibatnya,

berbagai persoalan sosial,

ekonomi,

bahkan

politik muncul

di

perkotaan.

tersebut menarik perhatian para pemerhati perkotaan.

Tulisan

ini

akan memaparkan hasil kajian para ahli perkotaan tentang

kota-kota

di

lndonesia, khususnya kota-kota besar di jawa sejak masa kolonial sampai

awalkemerdekaan. Mengingat ruang yang terbatas, maka hanya kajian yang

t"ler

saja yang akan diulas dalam tulisan in

lebih bersifat historiografis atau kaji;

colonial sampaiawalkemerdekaan.

Kajian Perkotaan pada

Masa

Perhatian utama kolonialisme Br

adalah kawasan pedesaan.Hal ini terl

yang ditujukan ke kawasan pedesaar

kebijakan Sistem Tanam paksa pada

primadona, karena

dari

sinilah men

menjelma menjadi uang jutaan gulde

teknis terhadap pedesaan ternyata ber

kajian atau studi terhadap pedesaan

kajian

terhadap

perkotaan.pada per

tentang kota-kota di lndonesia masih I

Buku paling awal yang membah

adalah buku yang menceritakan sejaral Judul asli buku tersebut tidak penulir

edisi terjemahan bahasa Melayu de

Penerjemahan ke bahasa Melayu dila Balai Poestaka tahun 1920, Secara rin

berdirinya Kota Jakarta serta perjalar

Buku ini dilengkapi beberapa sketsa I

kota

ini

dijadikan koloni orang-orang

Faille tersebut kita bisa mengorek sua: Dua tahun setelah karya La Faill

berjudul Oud-Batavia; gedenkboek ui

von K. en W. naar aonleiding von het

Buku yang

terbit

tahun 1922tersebut

di lndonesia, sehingga Peter J.M. Nas

opus) dari

de

Haan tentang Batavia

pertama yang mengulas Kota Batavia

kota tersebut berada di bawah kekuasr informasi bahwa jauh sebelum pemeri

kolonial (gemeente), Batavia telah mer

yang

disebut

Aldermen,/Schepenen.Lr

menduduki Batavia

tahun

1811, Bukr

penting

terkait

dengan berbagai info

Jakarta (Batavia) pada masa awal.

(19)

17

bumi, sejak saat

itu

pulalah perkotaan

rhatian manusia terhadap kota tertuju

rriode awal tumbuh sebagai ruang yang

'a. Kota

tumbuh

menjadi entitas yang

rografis lainnya.Kota-kota pun menarik

erbondong-bondong mendatangainya,

14esir, Babylonia, yunani, dan Romawi

n

penduduk akibat

kebanjiran para

a

pada periode awal misalnya, ketika

uni oleh ratusan atau bahkan puluhan

dari

20.000 penduduk. Konsentrasi

n bahwa kota memang lebih menarik

masyarakat

terhadap kota

semakin

;ebagian besar penduduk

di

berbagai

'asan yang tumbuh membesar dengan

makin padat. Sebagian besar kota di

duk

di

atas satu

juta

orang, Dampak

t

di

perkotaan menjadikan kawasan

rg unik yang sangat berbeda dengan

;an dengan sejuta harapan, tetapijuga

r permasalahan.

jan

akademisi

untuk

mengkajinya.

rkotaan, seperti sosiologi perkotaan,

, tata kota, sejarah perkotaan, politik

ktu

tercetak berbagai

literatur

yang

:rbasis perkotaan.Di lndonesia kajian

hir

pada periode

akhir

kolonialisme

upakan periode pertumbuhan

kota-rktek liberalisasi ekonomi. Liberalisasi

cta-kota

di

lndonesia menjadi

kota

n.

Berbagai kota telah berubah dari

erdagangan dan industry. Akibatnya,

n

politik muncul

di

perkotaan.Hal

: rkota a n.

n

para ahli perkotaan tentang

kota-di lawa sejak masa kolonial sampai ,atas, maka hanya kajian yang penting

Menemukan Historiografi lndonesiasenLris

711

saja yang akan diulas dalam tulisan ini. Ulasan akan berdasarkan kajian-kajian yang

lebih bersifat historiografis atau kajian sejarah yang pernah dilakukan pada masa

colonial sampaiawalkemerdekaan.

Kajian Perkotaan

pada

Masa Kolonial

Perhatian utama kolonialisme Belanda

di

lndonesia sampai akhir abad ke-19

adalah kawasan pedesaan.Hal ini terkait erat dengan kebijakan ekploitatif mereka

yang ditujukan ke kawasan pedesaan dalam bentuk perkebunan.Sejak digulirkan

kebijakan Sistem Tanam Paksa pada

tahun

1830, kawasan pedesaan merupakan

primadona, karena

dari

sinilah mengalir

jutaan

ton

komoditi perkebunan yang

menjelma menjadi uang jutaan gulden yang diangkut ke negeri Belanda.perhatian

teknis terhadap pedesaan ternyata berimbas secara akademis, karena secara faktual

kajian atau studi terhadap pedesaan juga jauh lebih besar dibandingkan dengan

kajian

terhadap

perkotaan.Pada

periode kolonial

buku-buku

yang

membahas

tentang kota-kota di lndonesia masih sangat sedikit.

Buku paling awal yang membahas kota

di

lndonesia sepengetahuan penulis

adalah buku yang menceritakan sejarah Kota Jakarta, ditulis oleh P. de Roo de La Faille.

Judul asli buku tersebut

tidak

penulis ketahui karena penulis hanya menemukan

edisi terjemahan bahasa Melayu dengan

judul

(oto

Betowi Semaso Dohoelae.

Penerjemahan ke bahasa Melayu dilakukan oleh S.M. Rassat dan diterbitkan oleh

Balai Poestaka tahun 1920. Secara ringkas buku tersebut menceritakan awal mula

berdirinya Kota Jakarta serta perjalanan kota tersebut sampai akhir abad ke-18.

Buku

ini

dilengkapi beberapa sketsa suasana Kota Jakarta pada masa-masa awal

kota

ini

dijadikan koloni orang-orang Belanda.Melalui buku yang ditulis

oleh

La

Faille tersebut kita bisa menSorek suasana Kota'Jakarta pada periode awal. Dua tahun setelah karya La Faille diterbitkan,

terbit

karya F.

de

Haan yang

berjudul Oud-Botovia; gedenkboek uitgegeven door het Botaviasch Genootschop

van K. en W. naor aonleiding van het driehonderdjarig bestaan des stod

in

191"9.

Buku yang

terbit

tahun l922tersebut dianggap karya besar pertama tentang kota

di lndonesia, sehingga Peter J.M. Nas menyebutnya sebagai karya besar (mognum

opus) dari

de

Haan tentang Batavia Lama. Buku

de

Haan

ini

merupakan buku

pertama yang mengulas Kota Batavia secara komprehensif, terutama pada saat

kota tersebut berada di bawah kekuasaan VOC. Melalui buku ini kita mendapatkan

informasi bahwa jauh sebelum pemerintah kota yang otonom dibentuk pada masa

kolonial (gemeente), Batavia telah memiliki lembaga yang bertugas mengurus kota

yang

disebut

Aldermen/Schepenen.Lembaga tersebut dibubarkan ketika lnggris

menduduki Batavia

tahun

L8LL. Buku

ini

memberikan sumbangan yang sangat

penting

terkait

dengan berbagai informasi yang sangat lengkap mengenai kota Jakarta (Batavia) pada masa awal.

(20)

7LZ

Prrtitia Seminar Sejalah Nasional 2017

Satu generasi dengan

de

Haan,

di

Kota surabaya G.H.

von

Faber seorang

pemerhati sejarah

dan

budaya Kota Surabaya menulis

dua

karya monumental

tentang sejarah Kota Surabaya.Dua karya von Fabertersebut adalah Oud Saeroboio:

De

geschiedenis

van

lndie's eerste koopstad van de oudste tiiden

tot

de instelling

van

den gemeenteraad (1906),

terbit tahun

1931; dan Nieuw

soerobaio:

De

geschiedenis

van

lndie's voornaamste koopstod

in

de

eerste kworteeuw sedert hare instelling 1906-1931,

terbit tahun

1936. Kedua buku tersebut merupakan

studi sejarah paling lengkap tentang Kota surabaya. Pada periode yang sama, di

Kota semarang

terbit

buku Rlwoiat Semorong yang ditulis

oleh

Liem Thian Joe,

dan diterbitkan oleh Boekhandel Ho Kim Joe pada tahun 1933. De Haan dan von Faber memiliki pandangan yang sama tentang kota-kota di lndonesia, bahwa kota

pada

hakekatnya adalah

hunian

masyarakat Eropa. Merekalah

yang

berjuang

membangun kota agar menjadi tempat tinggal yang memadai dan pantas disebut

sebagai

kota,

sementara golongan masyarakat Bumiputra hanyalah pelengkap

penderita dari entitas tersebut.

Berbeda dengan

de

Haan

dan von

Faber, Liem Thian

Joe

memposisikan

Semarang sebagai kota "Tionghoa". Dengan demikian maka pembahasan Liem Thian Joe adalah apa yang dilakukan oleh etnis Tionghoa di Kota Semarang, sehingga kota

tersebut kemudian memiliki identitas ketionghoaan yang sangat kuat. Hal tersebut

diperkuat dengan berbagai

foto

yang menghiasi bagian awal buku tersebut yang

menggambarkan berbagai aktivitas masyarakat Tionghoa

di

Kota semarang pada

masa kolonial.

Selain buku yang ditulis

oleh

Liem Thian Joe,

di

Kota semarang juga terbit

dua buku penting lain tentang kota. Buku pertama diterbitkan oleh perkumpulan

pemerintah (kota) lokal, atau yang disebut Vereeniging vaor Locole Belangen.Buku

ini diterbitkan dalam rangka peringatan 25 tahun lahirnya desentralisasi di Hindia Belanda, sehingga judul bukunya adalah 25 Jaren Decentrqlisatie in Nederlandsch'

tndie 1,905-1.930. Desentralisasi pemerintahan

di

Hindia Belanda memang baru

diterapkan pada tahun 1905 yang merupakan impelemntasi dari Undang-Undang

Desentralisasi Tahun 1903 atau yang dlkenal Decentrolisotie Wet L903' Penerapan

undang-undang tersebut diawali dengan ditetapkannya beberapa kota

di

Hindia

Belanda sebagai kota otonom yang disebut gemeente. Kota-kota pertama yang

ditetapkan sebagai gemeente antara lain Batavia, Meester Cornelis, dan Bogor, yang

ditetapkan tahun l-905, Sampai dengan tahun L921 jumlah kota yang ditetapkan

sebagai gemeente adalah 32 kota, namun dua kota kemudian dibekukan statusnya,

yaitu Meester Cornelis yang kemudian digabung dengan Batavia, dan Sawah Lunto yang diturunkan statusnya sebagai kota biasa.

Buku yang disunting oleh J.W.M. Kerchman ini diawali pembahasan mengenai

berbagai hal

terkait

dengan pembentukan kota-kota

otonom

di

Hindia Belanda

yang ditulis oleh tigabelas penulis dengan berbagai latar belakang keahlian. Yang

hle

cukup menarik, Thomas Karsten, set

mendesain kota-kota

di

lndonesia I

yang masing-masing berjudul Stedeb

(Pengadaaan Perumahan Rakyat).

ketokohan yang bersangkutan dalar

periode awal abad ke-20. Bagian a

di

Hindia Belanda yang diberi statu

kota dibahas, karena buku ini hanya

ditetapkan sebagai gemeente. Terle

penting tentang perjalanan awal kol

kota otonom,

Buku kedua ditulis oleh penulis r Melontjong ka Soerobaio.Buku yan5

ini

menceritakan pengalaman

Si

T

perjalanan dari Semarang ke Surabay

dan

mengunjungi berbagai tempal

bersangkutan terhadap Kota Surabay walaupun pembahasannya tidak terla

tersebut adalah adanya cerita Kota S

"Soerabaia di waktoe malem." Bagie

Surabaya pada malam hari, apa-apa : kota ini. Pada waktu itu buku-buku ya

malam hari masih sangat jarang, ka

siang hari. Sayangnya, aktivitas malar Tjerdik terbatas pada aktivitas yang m,

pencari "kesenaRgan" di tengah suasi

la

mengistilahkan perempuan-perer

sedangkan laki-laki yang ke sana ke mi laki hidung bodas. Buku yang dilengl

menjadi salah satu referensi penting

tahun 1930an.

Kota besar pada masa kolonial r

bersangkutan adalah Bandung. Kota

yang sangat strategis karena letaknya

pemerintah kolonial, yaitu Batavia. B

pusat pemerintahan Hindia Belanda, Kajian historis tentang Kota Bandung ada. S.A, Reitsma, seorang penulis

produktif pada awal abad ke-20, beber

(21)

n Faber tersebut adalah Oud

d von de oudste tijden tot

de

instelting

run

1931;

dan Nieuw Soerabaia:

,pstad

in

de

eerste

kwarteeuw

sedert

)36. Kedua buku tersebut merupakan Surabaya. Pada periode yang sama,

ong Vang ditulis oleh Liem Thian re pada tahun 1g33. De Haan dan von

ng kota-kota di lndonesia, bahwa kota

<at Eropa. Merekalah

yang

berju

gal yang mernadai dan pantas

'akat

Bumiputra hanyalah

raber, Liem Thian Joe

memposisikan emikian maka pembahasan Liem Thian rghoa di Kota Semarang, sehingga kota Jhoaan yang sangat kuat. Hal tersebut riasi bagian awal buku tersebut yang

kat Tionghoa

di

Kota Semarang pada

rn Joe,

di

Kota Semarang juga terbit

rrtama diterbitkan oleh perkumpulan

reeniging voor Lacale Belangen. Buku

rhun lahirnya desentralisasi

di

Hindia

tren Decentrolisatie in Nederlandsch_

ln

di

Hindia Belanda memang baru

t

impelemntasi dari Undang-Undang

)ecentro lisatie Wet 1g03, penerapan

:tapkannya beberapa kota

di

Hindia

gemeente. Kota-kota pertama yang

ia, Meester Cornelis, dan Bogo6 yang

r

1921" jumlah kota yang ditetapkan

kota kemudian dibekukan statusnya, rg dengan Batavia, dan Sawah Lunto

n ini diawali pembahasan mengenai

rta-kota otonom

di

Hindia Belanda

Menemukan Historiograli Indonesiasentris

773

menarik, Thomas Karsten, seorang ahli tata kota dan arsitektur yang banyak

esain kota-kota

di

lndonesia pada masa kolonial menyumbang dua tulisan,

ng berjudul Stedebouw (Pembangunan Kota) dan Volkshuisvesting

aaan'Perumahan Rakyat). Dua

tulisan

Karsten

tersebut

menunjukkan

yang bersangkutan dalam pembangunan kota-kota

di

lndonesia pada

awal abad ke-20. Bagian akhir

dari

buku tersebut membahas kota-kota

Hindia Belanda yang diberi status sebagai gemeente. Sayangnya tidak semua

dibahas, karena buku ini hanya'membahas 22 kota dari 32 kota yang pernah

ditetapkan sebagai gemeente. Terlepas dari hal tersebut, buku

ini

menjadi karya

tentang perjalanan awal 'kota-kota

di

lndonesia ketika ditetapkan sebagai

otonom.

'

Buku kedua ditulis oleh penulis dengan nama samaran, SiTjerdik, dengan judul

ka Soerabaio,Buku yang diterbitkan oleh Boekhandel "Kamadjoean"

i

menceritakan pengalaman

Si Tjerdik yang

pada

tahun 1930

mengadakan

perjalanan dari Semarang ke Surabaya. Selama beberapa hari ia tinggal di Surabaya

mengunjungi berbagai

tempat

di

kota tersebut,

Hasil pengamatan yang

bersangkutan terhadap Kota Surabaya ia tulis secara lengkap dalam buku tersebut

walaupun pembahasannya tidakterlalu detail. Salah satu halyang menarik dari buku

tersebut adalah adanya cerita Kota Surabaya pada waktu malam; yang diberi judul

"soerabaia

di

waktoe malem." Bagian

ini

menceritakan bagaimana suanasa Kota

Surabaya pada malam hari, apa-apa saja yang dilihat si penulis pada malam hari di kota ini. Pada waktu itu buku-buku yang membahas suasana kota di lndonesia pada

Tjerdik terbatas pada aktivitas yang melibatkan perempuan-perempuan dan laki-laki

pencari "kesenaRgan'f di tengah suasana kota dengan penerangan yang berkurang.

la

mengistilahkan perempuan-perempuan

tersebut

dengan isfrlah diipio-djipro

sedangkan laki-laki yang ke sana ke mari menggoda para djipro disebut sebagai

laki-laki hidung bodas. Buku yang dilengkapi dengan foto-foto suasana Kota Surabaya

enjadi salah satu referensi penting .untuk melihat.suasana Kota Surabaya pada

tahun L930an.

Kota besar pada masa kolonial yang tergolong minim publikasi tentang kota

bersangkutan adalah Bandung. Kota

ini

pada awal abad ke-20 memiliki peran

yang sangat strategis karena letaknya yang sangat dekat dengan pusat kedudukan

pemerintah kolonial, yaitu Batavia. Bahkan Kota Bandung sempat akan dijadikan

pusat pemerintahan Hindia Belanda, namun gagal karena keburu Jepang datang.

Kajian historis tentang Kota Bandung yang ditulis pada masa kolonial nyaris tidak ada. S.A, Reitsma, seorang penulis

dan

pengamat perkeretaapian yang sangat

produktif pada awal abad ke-20, beberapa kali mempublikasikan tulisannya tentang Kota Bandung, namun bukan

studi

sejarah mengenai kota tersebut, Publikasi 'bagai latar belakang keahlian. yang

t17

ota

Surabaya G.H.

von

Faber seorang

baya menulis

dua

karya monumentdl

malam hari masih sangat jarang, karena dinamika kota biasanya identik dengan

(22)

77+

Panilia Senrinar Sejara)'r Nasional 2017

Reitsma adalah: Bandoeng: The

Mountain

city

of

Netherlonds /ndio (terbit tahun

1926);serta dua buah buku yang

ditulis

bersama dengan

W'H'

Hoogland' yaitu

Gids von Bondoeng

en

omstreken (terbit tahun 1921), dan Gids von Bandoeng en

Midden-Priongon yang

terbit tahun

L927. Karya-karya Reitsma bukanlah kajian

sejarah, namun hanyalah uraian mengenai Kota Bandung pada zamannya' Sama

dengan penulis kolonial lainnya, Reitsma

juga

menempatkan Bandung sebagai

kota hunian Eropa, sehingga pembahasannya juga menempatkan bangsa Eropa

sebagai warga utama Kota Bandung' Orientasi utama pembangunan kota pun

diperuntukkan untuk warga EroPa'

Historiografiperkotaanpadamasakolonialmenempatkankota-kotadiJawa

sebagaipusatpembahasan.Kota.kotadiluarJawabelumdijadikanmedanstudi

yang penting, yang mengakibatkan publikasi kota-kota tersebut juga sangat minim

bahkan nyaris tidak ada. Hal tersebut bisa

jadi

merupakan imbas keterlambatan

perhatian pemerintah kolonial terhadap kota-kota

di

luar Jawa. Kota-kota di luar

Jawa hanya sedikit yang diberi status sebagai kota otonom' hanya13 kota dari seluruh

kawasan

di

luar Jawa, sedangkan

di

Jawa mencapai 19 kota. Namun demikian,

Kota yogyakarta, salah satu kota penting di Jawa bisa dikatakan merupakan suatu

perkecualian. Bersama dengan Kota solo, kota ini tidak pernah ditetapkan sebagai

kota otonom (gemeente) pada masa kolonial. Apakah hal tersebut yang menjadi

penyebabmengapakotainiminimdijadikanobjekpembahasansejarahpadamasa

kolonial?

Satu buah tulisan pendek tentang Yogyakarta yang ditulis

oleh

H.H. van Kol

dimuat dalam lndische Gidsedisitahun 1904 dengan judul De ResidentieDiokiakarto'

Menilik dari judulnya, tulisan Kol tersebut tidak spesifik membahas tentang Kota

yogyakarta, namun membahas karesidenan Yogyakarta yang wilayahnya meliputi

Daerah lstimewa Yogyakarta saat ini. sebagian besar publikasi tentang Yogyakarta

pada periode kolonial membahas peran raja beserta Kraton YogyakartaTulisan

semacam

ini

misalnya

yang dibuat oleh J.

Groneman

yang berjudul

Reisgids

voor

Jogjokarto

en

omstreken yang

terbit

tahun 1900, serta tulisan kerabat Pura

pakualaman, Notosuroto, yang berjudul Het sultanaot Jogiokorta yang

terbit

di

Amsterdam tahun 1920.

Sebagaimana

telah

diungkap

pada

bagian sebelumnya' perhatian utama

historiografi perkotaan lndonesia pada masa kolonial masih terbatas pada

kota-kota di Jawa. Hal lain yang perlu diutarakan adalah, bahwa pada periode kolonial

perhatian para

ahli

perkotaan

juga

masih terbatas pada kota-kota utama saja (prime

cityl, yaitu

kota-kota yang pada akhirnya menjadi ibukota provinsi. Kota-kota kecil setingkat ibukota kabupaten, walaupun sudah berstatus sebagai kota

otonom (gemeente)belum menjadi perhatian yang serius untuk objek studi sejarah

perkotaan. Historiografi perkotaan lndonesia yang

ditulis pada

masa kolonial

memang belum

terlalu

banyak. Uniknya, historiografi perkotaan lndonesia pada

[4e

periode itu tidak dikerjakan oleh seja

penghobi sejarah yang tertarik den

menjadi pondasi yang kuat bagi histt

Studi sejarah kota-kota besar yang dil

sumber datanya selalu mengacu kep

Masa Penjajahan

Jepang

sa

Periode penjajahan Jepang ac

lndonesia. periode

penjajahan Je

lembaga pendidikan

tinggi yang

tr

Jepang sangat

anti

dengan berbaga

pendidikan yang pernah didirikan olr

hal-hal yang harus dilenyapkan. Len

lain Sekolah Tinggi Teknik (Techniscl

Kedokteran/Geneeskundige Hoogesc

Hindia Belanda (Nederlondsch lndisc

akhirnya membuka kembali pendidi

dibuka yaitu Sekolah Tinggi Kedokteri Doi Gakko, serta Sekolah Tinggi Tekr Kogyo Dai 6akko.

Penutupan

sekolah

tinggi

pa(

berpengaruh terhadap suasana akade Jepang membuka lagi dua sekolah

tir

dikembangkan oleh Jepang sangat m

sebagai

taruna militer,

kepalanya di

fasis. Dunia akademis mati secara br

sebagian besar buku yang terbit di lnd

oleh penulis Belanda. pada masa Jep

diinternir. Dengan demikian, maka tida

yang

terbit

pada masa penjajahan Je1

Jepang pun suram atau malah gelap_gr

Di

tengah-tengah kelangkaan k

penjajahan Jepang, penulis menemuk

Djepang. Tulisan

tersebut

berbentuk

disebut syair, dan ditulis oleh seorang

tr Buku tersebut diterbitkan di Jakarta ol

menyebutkan tahun

terbit.

Menilik dar

buku tersebut diyulis pada masa pen,

untuk menyembunyikan identitas asli si yang sangat tajam terhadap penjajah Jr

(23)

sional 201 7

tountoin

City of Netherlands

ditulis

bersama dengan

WH.

Hoogland,

terbit tahun

l92I),

dan Gids van Bandoeng

n

L927. Karya_karya

Reitsma bukanlah

engenai Kota Bandung pada zamannyi

eitsma

juga

rnenem

patkan Bandung ahasannya juga menempatkan bangsa rg. Orientasi utama pembangunan

kota

pun

rsa koloniat menempatkan kota-kota

di Jawa

a

di

luar Jawa

belum dijadikan medan studi

rblikasi kota-kota tersebut juga

sangat minim

t

bisa

jadi

meru pakan

imbas keterlambatan

lap kota-kota di luar

Jawa. Kota-kota

di

luar bagai kotaotonom, hanyal3

kota dari seluruh Jawa mencapai 1.9 kota. Nramun demikian,

qgdi

Jawa bisa dikatakan merupakan suatu

lo,kota ini tidak pernah

ditetapkan sebagai

olonial. Apakah hal tersebut yang menjadi

likan objek pembahasa

n sejarah pada masa

Yogyakarta yang ditulis

oleh

H.H. van Kol

)04 denganjudul De

R e s i d e n ti e Dj o kj o ka rta.

ut

tidak spesifik membahas tentang

Kota

nan Yogyakarta yang

wilayahnya meliputi ragian besar publikasi tentang

Yogyakarta

t

raja beserta Kraton yogyakarta.Iulisan

h

J.

Gronema

n

yang

berjudul

Reisgids

I tahun 1900, serta tulisan kerabat pura

Het Sultanoat Jogjokarto yang

terbit

di

bagian sebelumnya,

pe

rhatian

utama

asa kolonial masih

terbatas pada kota_

n adalah, bahwa pada periode

kolonial

r

terbatas pada kota-kota

utama saja

hirnya menjadi

ibukota provinsi Kota-rlaupun sudah

berstatus sebagai kota

In yang serius

untuk objek studi

sejarah

sia

yang ditu

lis pada

masa kolonial

storiografi perkotaan lndon

sejarah yang

tertarik

dengan perkembangan kota, Karya-karya mereka

njadi pondasi yang kuat bagi historiografi perkotaan pada periode kontemporer.

di sejarah kota-kota besar yang dilakukan oleh sejarawan pada periodesekarang,

mber datanya selalu mengacu kepada karya-karya pemula.

asa Peniajahan

fepang sampai Awal

Kemerdekaan

Periode penjajahan Jepang adalah

periode

suramnya

dunia

akademik di

lndonesia.

Periode

penjajahan

jepang diawali dengan ditutupnya

berbagai

lembaga pendidikan

tinggi yang pernah eksis pada masa kolonial

Belanda.

ng sangat

anti

dengan berbagai hal yang berbau Eropa, sehingga lembaga

pendidikan yang pernah didirikan oleh Belanda pun dianggap sebagai bagian dari

hal-hal yang harus dilenyapkan. Lembaga pendidikan tinggi yang

ditutup

antara

lain sekolah Tinggi

reknik

(Technische Hoogeschool)

di

Bandung, sekolah Tinggi

Kedokteran/Geneeskundige Hoogeschool)

di

Jakarta,

dan

Sekolah Kedokteran

Hindia Belanda (Nederlondsch lndische Artsenschool)di surabaya. Ketika Jepang

akhirnya membuka kembali pendidikan

tinggi

di

lndonesia, ternyata dua yang

dibuka yaitu sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta yang berubah nama menjadi /ko

Doi Gakko, serta Sekolah Tinggi reknik

di

Bandung yang berubah nama menjadi

Kogyo Dai Gokko.

Penutupan sekolah

tinggi pada

masa penjajahan Jepang,

tentu

saja berpengaruh terhadap suasana akademis pada waktu itu. walaupun pada akhirnya Jepang membuka lagi dua sekolah tinggi, namun corak lembaga pendidikan yang

dikembangkan oleh jepang sangat militeristik. Murid-murid sekolah diperlakukan

sebagai

taruna militer,

kepalanya digunduli, dengan

corak

pembelajaran yang

fasis. Dunia akademis mati secara berlahan, buku-buku berhenti

terbit,

apalagi

sebagian besar buku fang terbit di lndonesia pada masa sebelumnya banyak ditulis oleh penulis Belanda. Pada masa Jepang para akademisi Belanda ditangkap dan

diinternir. Dengan demikian, maka tidak ada satupun karya historiografis perkotaan

yang

terbit

pada masa penjajahan Jepang. Pengetahuan perkotaan pada periode

Jepang pun suram atau malah gelap-gulita

Di

tengah-tengah kelangkaan

kajian

historiografis perkotaan

pada

masa

penjajahan Jepang, penulis menemukan satu tulisan unik yang berjudul Wqrisan

Djepang. Tulisan

tersebut

berbentuk

puisi

yang sangat panjang,

lebih

pantas

disebut syairi dan ditulis oleh seorang penulis dengan nama samaran piso Tjoekoer.

Buku tersebut diterbitkan di Jakarta oleh penerbit Firma Eng Hoat, dengan tanpa

menyebutkan tahun

terbit.

Menilik dari nama samaran yang digunakan si penulis,

buku tersebut diyulis pada masa penjajahan Jepang. Nama samaran digunakan

untuk menyembunyikan identitas asli si penulis karena isi buku tersebut berisi kritik

yang sangat tajam terhadap penjajah Jepang. Jika ketahuan identitas asli si penulis Nlenemul<trn H isLoriografi

lndonesiaserttris 715

lndia

(terbit

tah 'periode itu tidak dikerjakan oleh sejarawan profesional,

namun dikerjakan oleh para

---*

esia pada

kajian

Sama

Referensi

Dokumen terkait

Badan merupakan salah satu subjek pajak yang menambah penerimaan negara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan bahwa

[r]

Begitu potensialnya Pelabuhan Batu Ampar Batam yang merupakan pelabuhan bebas ( free port ) dan kawasan perdagangan bebas ( free trade zone ) maka perlu diadakan studi tentang

Data sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pemberian pupuk kandang dan volume air berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga tanaman kedelai edamame, namun pada

Jika peserta didik sudah paham mengenai dampak pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkontrol dalam kehidupan sehari-hari, maka guru dapat menugaskan peserta

Dari penelitian yang telah dilakukan, dengan membandingkan setiap jenis campuran refrigeran antara karbon dioksida dan hidrokarbon, didapat bahwa pada sistem refrigerasi cascade

Penelitian ini memiliki tujuan untuk melakukan perbandingan dari kinerja algoritma protokol routing dengan cara menganalisis waktu round-trip serta waktu