I
MENEMUKAN
HISTORIOGRAFI
INDONESIASENTRIS
Unctmg-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tstang Hak Cipta Lingkup Hek CiPta
Pasal 1:
l.HakGPlaadalahhakeksktusifpmiPtayanStimbulsccilaotonatistEldasarkarrprinsipdeklarati.fsctelahsuatu-'
.lp"rrr'Ji."pakan clalam bentot< nyaia tanpa mengurangi pembatasan sestrai dcngm ketentuan peraturan perodang'mdangan.
Pasal 9:
mengijinkan untuk memas
cukup tebal untuk menghe Empat tema yang dius
lndonesiosentris; Plurolis Berkebangsaan; Agamo d,
Ka pito Se I e kto ( Pe ndid i ko n,
tema besar dari seminar ir
Refleksi 60 Tahun Seminar
muda dan senior tidak dit
panel tematis yang dihara
mereka belajar dan mema
Sebagai
editor
prosimengucapkan terima kasi
telah
bersediauntuk
mer Ombak, sekalipun waktu\
sedikit. Kepada saudari :Handayani, Muhamad Fa
menyunting naskah Prosic
saya sampaikan pula kep;
yang telah mengijinkan m
pemikiran yang cerdas dan
dan penulisan sejarah lnd,
bagi pemecahan-pemecah
Kepada para keynote
Bambang Purwanto dan I
terhingga. Seminar ini tidi
pihak Direktorat Sejarah I
beberapa lembaga yang
Penerbit ombak. oleh kar,
Triyana Wulandari, Bapak
Bapak M. Nursam, saya u(
penerbit yang
turut
meratkami ucapkan
terima
kasseminar memohon maaf
dan kesalahan dalam penl
1, Pcucipta atau Pemegdng Ilak CiPta sebagaimanarlimaksucldatam Pasal 8 mc'mjliki hak ckonomi untuk melakukml
'
"lp""irir,."c,pro#,ulnonggunauunCiliou.dolam"ogolabcntuknya;r.rr:n,'ricmahanciptaan;d
PcngadaPtasiil, pen'ardroerne*n, atau pcntrmsiJrmlilai c,ptaon; *] I,c.distrihusian crptaan atau slmnya; f. Pertuniukarr Lipr"""., i. p*g"-u.,an Ciptaa^; h Komunikasr CiPtd; dan i Penyes'aan CiPtaan'
Ketentuan Pidana
Pasal 113:
l.setiaPOtangyangdengantanpahakmc'lakukanpelmggaranhakekonorni*bagaimanadimal'suddalamPasal
9 avat (1) huuf i un,rt p"r**rt*"" s*..." r".",ii"l d"iftdana dengm pidana pcniara paling Iama 1 (satu) tahu
aJ7"i-i, piar"" a"n.h palir*g banyal< I{p t00'000 000 (scratusjuta rupiah)'
2. SehapOrmgyang.iengan unfa hai am/'atau tanpa izin Pencipia atau penegangHak Cipta melakukan Pclil88ilil
'ak
ekorromi n"r.iptu *ofri-oi"l-i."lrra alf"* Pasal 9 ayat (1i huruf c,luruf d, huuf f. dan/atau hurul h untuk penggmaan t*"r" ?J-"Irirt Iipiii.u aongrn pia"na.icn;ira paling tama 3 (Uga) tahun dan/atau Pidsa .icnda palii'g banyak RP500. 000 000,00 (lima ntus iuta ruPiah)'
3.SetiaP Orang yung aonguniu;ia irak dan/atau'ranPa lzin Pcncipta 'rtau pemegang Hak CiPta melakukan pelargguan h.rk ek"...;i';;ii; ;;agaimam climaisucl dalam Pisal 9 ayai 111 huruf a' huruf b' huruf e' dan/
ata' huruf g untuk n"nggu*un's*ur" ftomcrsial dipidana rlcngan pidana'pmjara paling lama 4 (emPat) tahu
a""/
^i"" iia*o aendl'pallrg banyak IiP1
000 000
'00'00
(satu miliar ruPiah)'
4. Setiap Oralg ,u^g ."-".;L"'
-o;ut
t"'t'u6aitato dlmaksud pada ayit (3) yang dilakulan dalam betrtuk pembaj.lkan, aipiarnu ao^ii"'pii"" i"'t;"l' f"fitg Ltru 10 (sepuluhi tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4. 0(10.000.0t)0,00 (cnrpat m'lrar ruPran)
Pasal 114
SetiaP Orang yang mengclola tempat Perdagmgan dalam.*8ala bentuknya yug dengan sengaja dan mengetahui mcmbirkan penjuarr" u,J"t"''fl"gi""iukfia*g httil f;"langguan HakCipta dm/atau HakTerkait di tcmpat perdagangarr yang d,fA",*ir."fi"g"ii.* dinraksuittalm po"iiO, aipla-u J""gan pidm denda paling banyal
Rp100.000.000,00 (xratus juta luPiah)' I
MENEMUKAN HISTORIOGRAFI INDONESIASENTRIS
Copyright@ Perkumpulan Program Studi Sejarah se-lndonesia (PPSI)'
tv'lasyarakai Sejarawan lndonesia (MSl), dan Departemen Sejarah UGM' 2017
Diterbitkan oleh Penerbit Ombak (Anggota IKAPI), 2017 Perumahan Nogotirto lll, Jl. Progo B-15, Yogyakarta 55292
Tlp. (027a) 7oL9945; Fax, (0274) 620606
.
e-mail: redakiombak@yahoo.co'id facebook: Penerbit OmbakTigawebsite: www.Penerbitombak.com
PO.782.12:t7
Editor: Sri Margana, Retno Sekarningrum dan Ahmad Faisol
Tata letak: Ridwan SamPul: Dian QamajaYa
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbltan (KDT)
MENEMUKAN HISTORIOGRAII INDONESIASENTRIS
Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2017 xix + 825 hlm. ; 16 x 24 cm
ISBN: 978-602-258'477 -3
Pengantar Penerbit
-
ixPengantar Direktur Sejaral
Pengantar Editor
-
xivTinjauan Historiografi s Per
Pemuda terhadap Revolus
A.A Bagus Wirowan,
I
Beyond the HistoriographyHistoriografi di
lndonesia'
Aan Rotmonta
Kampung Riwayatmu Dulu
Hegemoni Sejarah Nasiona
Adi Putro Surya Wardl Penyelamatan Arsip dalam
Agung lsmoworno
Narasi dalam lagu Pop Dar
An s. P rowoti Yu lio nto r,
Studi Kewilayahan dan Pen
Sejarah Pergerakan Nasion
AndiAchdion
Menjahit Laut Nusantara I\ (Telaah Menguatnya ldenti
Andi lma Kesuma
Historiografi Soto: Jejak Mr
Ary Budiyanto
Nasionalisme Kerbau: Simt
Keindonesiaan
-
145Budi Gustaman
Menimbang Tradisi Lisan D
Dono Listiano
Historiografi dan ldentitas I
Dedi lrwanto
Makanan dalam Sejarah, S
sebuah Kajian Historiografi
Fadly Rohmon
I
DAFTAR
ISI
Pengantar Penerbit
-
ixPengantar Direktur Sejarah
-
xiPengantar Editor
-
xivTinjauan Historiografis Penelitian Sejarah Revolusi lndonesia di Bali (Respons
Pemuda terhadap Revolusi lndonesia di Bali)
-
I
A.A Bogus Wirawon, A.A.Ayu Roi Wahyuni
Beyond the Historiography: Film Dokumenter Sejarah sebagai
Alternatif
Historiografi di lndonesia
-
27Aan Ratmanto
Kampung Riwayatmu Dulu: Diskursus Historiografi Kampung sebagai Kontra
Hegemoni Sejarah Nasional lndonesia
-
34Adi Putra Suryo Wardhana
Penyelamatan Arsip dalam Historiografi Nasional (Sebuah Kajian Didaktik)
-
50Agung lsmoworno
Narasi dalam lagu Pop Daerah Manggarai, Nusa Tenggara Timur
-
73An s. P raw oti Yu lio nto
ri
Studi Kewilayahan dan Penulisan Sejarah lndonesia: Menimbang Ulang Pe,nulisan
Sejarah Pergerakan Nasional Awal Abad ke-20
-
88Andi Achdian
Menjahit Laut Nusantara Menguatkan Keindonesiaan
(Telaah Menguatnya ldentitas NKRI dalam Sejarah
Maritim)-
102
;Andi lma Kesuma
Historiografi Soto: Jejak Metodologis Sejarah Kosmopolitanisme lndonesia
-
118Ary Budiyanto
Nasionalisme Kerbau: Simbolisme Satwa dalam Pencarian ldentitas
Keindonesiaan
-
145Budi Gustsman
Menimbang Tradisi Lisan Dayak dalam Penulisan Sejarah Kalimantan
-
158Dano Listiona
Historiografi dan ldentitas Ulu di Sumatera Selatan- 168
Dedi lrwanto
Makanan dalam Sejarah, Sejarah dalam Makanan: Mengolah Makanan sebagai
sebuah Kajian Historiografi
-
182Fadly Rohmon
vi
Panitia Seminar Sejar"ah lrlasional 2017Selebritas Masa Lalu: Studi Kasus Penelitian Biografi Tan Tjeng Bok
dan Karyanya
-
196 Fandy HutariDokter, Sejarah Kedokteran, dan Historiografi Kita
-
204Gani A. Jaelani
Sejarah dan Fakta Kekinian; Historiografi Wanita (Jugunlanfu) Masa Pendudukan
Jepang di lndonesia
-
2?LHony Nurpratiwi
Kajian Tentang Sejarah Komunitas Tionghoa di Sulawesi Utara: Aspek Metodologi dan Pengalaman Lapangan
-
229Hendri Gunawan
Membayangkan lndonesia dari Kacamata Kriminal Gagaklodra L932-1953
-
244Heri Kusumo Torupay
Menemukan Karakter Historiografi Umat lslam lndonesia
-
267Himayatul lttihadiyah
Historiografi Komunisme dalam Sejarah Nasional: Bali, Jawa Timur dan Catatan
Pinggiran dari Moinstreom Historiografi lndonesia
-
283I Ketut Ardhona
Modernitas Perkotaan: Membayangkan Kota dan Tema Historiografi Perkotaan di
lndonesia
-
301llham Daeng Mokkelo
Film sebagai Alat Propaganda Rezim Penguasa
-
322llmiawati Sofitri
Sumber Sejarah bagi Era Milenial: Pewarnaan Foto dan Meme Seiarah
-
339lman Zonotul Haeri
Ulama dan lslam lndonesia: Perkembangan Kajian dan Kecenderungan
Metodologi-
351Jajot Burhanudin
Penulisan Sejarah Seni Rupa: Lukisan-lukisan Koleksi lstana Kepresidenan
Republik lndonesia
-
396Mikke Susanto
Historiografi yang Terlewatkan: Pemerintahan Peralihan
di
Yogyakarta1
Mei1949- 30 Juli 1949
-
415Murdiyah Winorti
Mnemohistory dan Problem Historiografi di lndonesia: Studi Kasus Tentang Kenangan Masa Perang Dunia ll di Kendari
-
424Nosihin
Historiografi dan Pahlawan Nasional
-
431Nina
Herlina
.Narasi Nasionalisme dan Logika Oposisi Biner dalam Buku Teks Sejarah
dari Orde Baru hingga Post-reformasi
-
436Nur Fatoh Abidin
Mencari Ken Dedes: Si
lndoneEia
-
461 Panggoh Ardiyansy Keragaman Tafsir dalanHistoriografi Tematis
-Putri Agus Wijayat,
Historiografi Olahraga:
R.N. Bayu Aii
Berpisah untuk Bertem
llmu Sejarah
-
498 Raistiwor PratomoDari Nisan ke lnforman
indonesia
-
508Ravando Lie don F)
Kajian Heuristik pada N
Rudy Gunawon Membaca Tutur Peremp
Siti UtomiDewi Nir
Negara
dan
PengelolaPerspektif Totdl H istory
Subandi Rianto
Pseudo-Babada di Bany
Tradisional Jawa
-
555Sugeng Priyadi
Space, Ploce, and Histot
Selatan
-
569 Taufik AhmadPerdagangan Merajut P
Tundjung
Hagiografi dan Perkeml
diJawa Timur
-
605Ulum Fasih
Menemukan lndonesiar
, l)mor Muda
Museum sebagai Histor
Wohyu Suri Yoni
Pendekatan Transnasic
Kesempatan
-
645Wildan Sena Utom.
Lokalitas Budaya dan
Historiografi Perbudaka
Yayum Kumai
Menemukan Historiogrofi
lndonesiosentris
vii
Mencari' Ken Dedes: Sisi Lain Rekonstruksi Maiapahit dalam Sejarah Nasional
lndonegia
-
461Ponggoh Ardiyonsyoh
Keragaman Tafsir dalam Narasi Sejarah Pasar: Sebuah Peluang Mengembangkan
Historiografi Tematis
-
484Putri Agus Wijayati
Historiografi Olahraga: Problematika dan Tantangan Penulisannya
-
493R.N. Boyu Aji
Berpisah untuk Bertemu: Hubungan Baru llmu Kearsipan dengan
llmu Sejarah
-
498Roistiwor Protom0
Dari Nisan ke lnforman: Penggunaan Sumber
Alternatif
dalam Penulisan Sejarahlndonesia
-
508Rqvondo Lie don FX Horsono
Kajian Heuristik pada Novel Sejarah Pramoedya Ananta Toer
-
516Rudy Gunawan
Membaca Tutur Perempuan dalam Historiografi Sejarah Perempuan lndonesia
-
529 Siti UtamiDewiNingrumNegara
dan
PengelolaanKemaritiman:
MenggagasHistoriografi Laut
dalamPerspektif Totat History
-
544Subandi Rionto
Pseudo-Babada di Banyumas dalam Arus Perkembangan Historiografi
TradisionalJawa
-
555Sugeng Priyadi
Spoce, Place, and History: Studi Perbanditan di Polongbangkeng, Takalar, Sulawesi Selatan
-
559Toufik Ahmad
Perdagangan Merajut Persatuan di Kepulauan Nusantara
-
594 TundjungHagiografi dan Perkembangannya: Studi Hagiografi Sunan'sunan Penyebar lslam di Jawa Timur
-
605Ulum Fosih
Menemukan !ndonesiasentris dalam Historiografi Bugis
-
622Umor Muda
Museum sebagai Historiografi dalam Pendidikan Kebhinnekaan lndonesia
-
531Wohyu SuriYoni
Pendekatan Transnasional
dalam
Sejarah lndonesia:Tiniaubn,
Batasan, danKesempatan
-
645 Wildan Sena UtomaLokalitas Budaya
dan
Globalitas PerbudakanLaut
Hindia:Kritik dan
WacanaHistoriografi Perbudakan lndonesia
-
553viii
Panitia Seminar Sejarah Nasional 2017Historiografi Arsitektur Kesenjangan dalam Meneliti, Teori dan
Praktik:
671Yuke Ardhiati
Membaca Kembali Sejarah lndustri Gula di lndonesia
-
688Wosino
Dua Setengah Abad Pencarian Sejarah Nasional dan 60 Tahun Penemuan Seiarah
Nasional lndonesia
-
597Dios Pradadimora
Kajian tentang Sejarah Perkotaan
di
lndonesia Pada Masa Kolonial Sampai AwalKemerdekaan
-
709Purnowan Basundoro
Penulisan Sejarah Lingkungan di lndonesia
-
723Nawiyanto
Penulisan Sejarah lndonesia dengan Pendekatan Persfektif GlobaURegional'- 739 Linda Sunorti
Historiografi
Seni
Pertunjukan
Jawa:
Perkembangan,
Metodologi,
danPemanfaatannya (Sebuah Kaiian Awal)
-
737Dhanong Respati Puguh
Perkembangan dan Perluasan Tema dalam Historiografi Batavia
-
778Bondan Konumoyoso
Militer
dalam Historiografi lndonesia-
796 KusumoPemerintahan Revolusioner Republik lndonesia (PRRI) dari Sudut Pandang Berita
Kbran Berbahasa Belanda 1957-1958: Sebuah Kaiian Historiografi
-
810Abdul Haliz
PE
Pada L4-18 Deseml di Siti Hinggil Keraton Ke oleh Kementerian Pend
Seminar sejarah yang d
Gadjah.Mada dan Univ
diadakan dalam atmos
dua belas tahun sebelur sekadar untuk menguml bahan yang berharga unl yang secara ilmiah dapat Enam puluh tahun
Budaya
UGM
Yogyakarpuluh tahun seminar st
dan
Keindonesiaan: Rediselenggarakan atas in
lndonesia (PPSI)
dan f
dengan mendapat dukur dan Kebudayaan Rl, PPSdidukung oleh Penerbit
Sejarah Nasional terse makalah tersebut kemu empat tema besar: Jilid l dan Negara, dan Jilid 4 P
Pada kesempatan ir
kepada Panitia Peringat; Dr. Sri Margana selaku K Ombak untuk menerbitl menyampaikan permoh
yang sangat terbatas ur
halaman, bukanlah wakt
PEI\GAI{TAR
PEI\ERBIT
Pada 14-L8 Desember 1957, bertempat di kampus Universitas Gadiah Mada,
di Siti Hinggil Keraton Kesultanan Yogyakarta diadakan Seminar Sejarah (lndonesia)
oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik lndonesia.
Seminar sejarah yang diadakan empat hari
itu
diselenggarakan oleh UniversitasGadjah Mada dan Universitas lndonesia, Seminar sejarah
ini
baru pertama kalidiadakan
dalam
atmosfer kemerdekaan lndonesia yang sudah diproklamirkandua belas tahun sebelumnya, L7 Agustus 1945. Seminar sejarah
itu
dimaksudkan sekadar untuk mengumpulkan pelbagai pendapat dan saran-saran sebagai bahan-bahan yang berharga untuk menyusun, di kemudian hari, sejarah nasional lndonesia yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.Enam puluh tahun kemudian, pada 14.16 Desember 20L7,
di
Fakultas llmuBudaya
UGM
Yogyakarta, diadakansuatu acara untuk
memperingati enampuluh tahun seminar sejarah 1957, dengan
tema
"Sejarahuntuk
Kebhinnekaandan
Keindonesiaan; Refleksi60
Tahun Seminar Sejarah lndonesia". Acara inidiselenggarakan atas
inisiatif
bersamadari
Perkumpulan Prodi Sejarah Seluruhlndonesia (PPSI)
dan
penguruspusat
Masyarakat Sejarawan lndonesia (MSl), dengan mendapat dukungan dana dari Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikandan Kebudayaan Rl, PPSI dan Departemen Sejarah Fakultas llmu Budaya UGM serta
didukung oleh Penerbit Ombak Yogyakarta. Rangkaian acara peringatan Seminar
Sejarah Nasional
tersebut
diisi
dengan beberapasesi
pemakalah. Kumpulan makalah tersebut kemudian dibukukan ke dalam empatjilid
dengan mengangkatempat tema besar: Jilid L Historiografi; Jilid 2 Pluralisme dan ldentitas;Jilid 3 Agama
dan Negara, dan Jilid 4 Pendidikan Sejarah.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Panitia Peringatan 60 Tahun Seminar Sejarah Nasional, khususnya kepada Dr. Sri Margana selaku Ketua Panitia, yang memberi kepercayaan kepada Penerbit
Ombak untuk menerbitkan kumpulan tulisan seminar di atas. Selain itu, kami ingin
menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan dalam penerbitan ini. Waktu
yang sangat terbatas untuk menerbitkan empat
jilid
buku dengantotal
2300-anhalaman, bukanlah waktu normal dalam proses penerbitan.
x
Panitia Seminar Sejarah Nasional 2017Kami
berharap,
dengan
penerbitan prosiding
ini
bisa
membantupendokumentasian berbagai pemikiran kesejarahan yang berkembang di Tanah Air
dan memberi kesempatan kepada pembaca untuk bertamasya ke masa silam, serta
membukakan pintu bagi masa depan. Selamat membaca. Terima kasih.
PENGAN:
PROSIDING PE
SEJARAH
N/
Enam puluh tahun la
Menteri
Pendidikan, Perbudayawan,
guru,
politisiSejarah Nasional I (SSN l) r SSN I dapat dikatakan seba
identitas nasional yang dir
cengkraman penjajah, lndr
perspektif anak bangsa, lndonesia kala itu lebih bar
masyarakat lndonesia tidi
ini
menjadititik
tolak
kevisi penulisan sejarah bar
menjadi indonesiasentrisr
tema penting yang melipu
dan pendidikan sejarah.
Seminar Sejarah I yar
pembuka zaman baru hist
"mercusuar" yang menun,
diselenggarakan Seminar
l.
Pada seminarini
isu-isr pada Seminar Sejarah Nasmenjawab tantangan
iln
mendorong perlunya asp
Selanjutnya selama bertu
tahun L985 dan 1990.
Selain merumuskan
pengkajian sejarah, peny
dalam mengairahkan per
PENGANTAR
DIREKTUR
SEJARAH
PROSIDII{G
PERINGATAN
60
TAHUN
SEMII\AR
SEJARAH
NASIONAL
PERTAMA,
1957- 20L7
Enam puluh tahun lalu, tepat pada 14 Desember 1957, pemerintah melalui
Menteri
Pendidikan, Pengajarandan
Kebudayaan bersamapara
sejarawan,budayawan,
guru, politisi dan
masyarakat menggagas penyelenggaran SeminarSejarah Nasional I (SSN l) di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Penyelenggaran
SSN I dapat dikatakan sebagai kulminasi dalam pencarian dan perdebatan mengenai
identitas nasional yang dimulai sejak 1950-an. Sebagai negara yang baru lepas dari
cengkraman penjajah, lndonesia memerlukan narasi sejarah yang dituliskan melalui perspektif anak bangsa, bukan orang-orang yang datang. Kepustakaan sejarah lndonesia kala itu lebih banyak menekankan peranan orang-orang Eropa, sedangkan
masyarakat lndonesia tidak lebih sebagai objek ekspansi. Oleh karena
itu,
masaini
menjadititik
tolak
kesadaran sejarah lndonesiabaru
sekaligus menentukan visi penulisan sejarah bangsa dari yang sebelumnya bersifat neerlandosentrisme menjadi indonesiasentrisme. Seminar Sejarah NasionalI
mengangkat beberapatema penting yang meliputi filsafat sejarah nasional, periodesasi sejarah lndonesia
dan pendidikan sejarah.
Seminar Sejarah I yang diselenggarakan pada 1957 merupakan penanda dan
pembuka zaman baru historiografi, yang oleh Sartono Kartodirdjo disebut sebagai
"mercusuar" yang menunjukkan arah pelayaran historiografi nasional. Pada 1970,
diselenggarakan Seminar Sejarah Nasional
ll
(SSNll)
sebagai kelanjutan dari SSNl.
Pada seminarini
isu-isu dalam SSNI
masih menghangatkan perdebatan. Baru pada Seminar Sejarah Nasional ll! (SSN lll) di Jakarta pada 1981 seminar berusahamenjawab tantangan
ilmu
sosialdalam
pengkajianilmu
sejarah. Seminar inimendorong perlunya aspek
teoritik dan
metodologis dalam penulisan sejarah.Selanjutnya selama berturut-turut Seminar Sejarah Nasional diselengarakan pada
tahun 1985 dan 1990.
Selain merumuskan berbagai temuan baru dan memetakan kecenderungan
pengkajian sejarah, penyelenggaran Seminar Sejarah Nasional cukup berperan
dalam mengairahkan pengkajian
ilmu
sejarah yang kemudian berdampak padaproduksi karya sejarah
anak
bangsa. Sejak 1980 Direktorat Sejarahdan
Nilaixii
Panitia Scminar Sejara): Nasional 2017Tradisional
juga
turut
andil dalam
pengakayaan historiografi nasional melaluiperoyek lnventariasasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Berbagai karya sejarah
berupa biografi tokoh, sejarah perlawanan terhadap penjajah, sejarah lokal, sejarah
organisasi dan peristiwa dihasilkan oleh lembaga ini.
Kesadaran masyarakat terhadap perkembangan ilmu sejarah kian meningkat
dengan terselenggaranya berbagai seminar,
loka
karya, workshop, konferensikesejarahan,
baik yang
diadakan secara swadayaoleh
masyarakat maupunkerjasama dengan pemerintah. Misalnya, pada 2016, Pemerintah melalui Direktorat Sejarah, DirektoratJenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
bersama
dengan
Masyarakatsejarawan lndonesia (MSl)
menyelenggarakanKonferensi Nasional Sejarah X
di
Jakarta. Konferensi tersebut mengusung tema,,Budaya
Bohari
Don Dinamiko Kehidupan BangsaDalam
Perspektif seiarah".Konferensi
diikuti oleh
pesertadari
berbagailatar
belakang,baik dari
dalammaupun luar negeri. Terselenggaranya kegiatan tersebut
tidak
lepaSdari
makinmeningkatnya kesadaran masayarakat terhadap sejarah dan terciptanya kerjasama
yang baik antara masyarakat dan pemerintah'
Pada 2017 dengan mengusung semangat Peringatan 60 (enam puluh) tahun
Seminar Sejarah Nasional pertama, Perkumpulan Program-program studi (Prodi)
Sejarah Seluruh lndonesia dan Masyarakat Sejarawan lndonesia (MSl) bekefjasama
d e n ga n D i re kto rat Seja ra h, D i re kto rat J e nde ra I Kebu daya a n, Ke me nte ria n Pe nd id i ka n
dan Kebudayaan menyelenggarakan Peringatan 60 tahun Seminar Sejarah Nasional
Pertama,
tg57-2}fi.
Selain dalam rangka memperingati 60 tahun Seminar SejarahNasional Pertama, kegiatan ini bagian dari respon berbagai pertanyaan pokok dalam Sejarah Nasional Pertama dan respon berbagai permasalahan bangsa yang terjadi
di lndonesia belakangan ini, Toleransi dan anti-pluralisme menjadi isu nasional yang
menghangatkan telinga kita akhir-akhir ini, Oleh !arena itu, ilmu sejarah harus hadir
mengambil bagian dalam merespon pelbagai permasalahan dan tantangan bangsa.
Terselenggaranya kegiatan ini juga bertujuan merumuskan bentuk pendidikan dan
penulisan sejarah dalam bingkai kebinekaan. Selain
itu,
kegiatan ini juga menjadiforum
silaturahmi, pertukaran pengalaman danilmu
pengetahuan dari pendidikPeri ngata n 50 ta h u n sem i na r sejarah Nasional Perta ma, t957 -2077 mengusung
lema "sejorah untuk Kebinekaon dan Ke-lndonesiaan: Refleksi 60 tahun Seminar sejorah Nosional". Empat subtema pokok diangkat dalam seminar
ini,
antaralain, (1) Menemukan Historiografi lndonesiasentris, (2) Pluralisme dan ldentitas:
pengalaman dan Pandangan Berkebangsaan, (3) Agama dan Negara: Pergulatan
Pemikiran dan Ketokohan serta (4) Kapita Selekta (Pendidikan) Sejarah Indonesia.
Kegiatan diisi oleh peserta pembicara undangan dan peserta pemakalah umum
yang berjumlah
]65
peserta dan empat keynote speakert yaitu Dr. Hilmar Farid,Mene,ntukan Historiogral'i
lndonesiasentris
xiii
Kami mengapresiasi dan menyambut baik penyelenggaraan kegiatan ini. Tidak hanya sebagai bentuk kepedulian dan kesadaran terhadap pentingnya ilmu sejarah
dalam pembangunan nasional, namun juga bagian dari sinergitas yang baik antara
masyarakat dan pemerintah dalam mengembangkan disiplin ilmu sejarah itu sendiri.
Tidak sampai disitu, kegiatan ini adalah sarana untuk memetakan kecenderungan
pengkajian ilmu sejarah belakangan ini dan kaitannya dengan arah pembangunan
nasional. Kami berharap, prosiding yang berisikan kompilasi karya sejarah ini
tidak
berhenti pada karya cetak saja, namun lebihjauh
dapat mendorong dan bersumbangsih dalam merespon dan menjawab berbagi isu nasional belakangan ini, utamanya dalam merumuskan sejarah lndonesia yang sarat akan nilai kebinekaan, dengan harapan terwujudnya lndonesia yang beragam, toleran dan berkemajuan.Direktur Sejarah
PENGANTAR
EDITOR
Kampus Universitas Gadjah Mada di
siti
Hinggil Kraton Kesultanan Yogyakartamenjadi saksi bisu dari perdebatan yang menarik antara Muhammad Yamin dan
Soejatmoko tentang filsafat sejarah nasional. Perdebatan
ini
berlangsung dalamsebuah perhelatan akademik pertama
dari
para perintis historiografi lndonesiayang berlangsung 60 tahun yang lalu tepatnya pada 14-18 Desember 1957. Dalam
hajatan akademis yang kemudian dikenal dengan Seminar Sejarah Nasional
I
iniMuhammad Yamin memresentasikan butir-butir pemikiran filsafat sejarah nasional
yang ia sebuat dengan "Catur-Sila Khalduniah" yaitu empat dalilfilsafat kesejarahan yang dirujuk dari seorang filosof sejarah besar lbnu Khaldun. Pada saat yang sama,
soejatmoko'memaparkan pemikiran sejarahnya yang diberinya
judul
"MerintisHari Depan". Menurut Muhammad Yamin kajian sejarah modern lndonesia harus
dilakukan pada kaedah ilmiah dan berjiwa nasionalitik yang hasilnya dapat berfungsi
menumbuhkan kesadaran nasional. Namun menurut Soejatmoko, kajian seperti ini
akan membawa sejarah pada subyektisme yang mengesampingkan kaidah-kaidah
ilmiahnya.
Euforia nasionalisme memang masih sangat kental
di
masaitu
khususnyadikalangan nasionalis yang hendak melihat negara-bangsa yang
baru
L2 tahundiproklamirkan
itu
dapat selamat sampaitujuan
utama proklamasiitu
sendiri.Seminar ini juga diselenggarakan pada saat isu-isu separatisme dan perpecahan
politik
di
lndonesia masih dirasakan bersama-sama. Sehingga, pandangan danpemikiran populis Muhammad Yamin ini mendapat dukungan yang luas di kalangan
peserta seminar.
Persoalan tentang filsafat sejarah nasional memang menjadi agenda pertama
dalam seminar sejarah pertama ini, dan perdebatan ini sebenarnya tidak pernah
berakhir hingga kini. Sekalipun konsepsi filsafat sFjarah yang nasionalistik terus
dibawa bahkan cenderung menguat pada masa
Orde
Baru, namundi
lingkupakademik konsep filsafati sejarah nasional ini terus dipertanyakan, apalagi dalam
perjalanannya muncul kecenderungan ke arah mitologisasi sejarah. Kekhawatiran
yang
disampaikanoleh
soejatmokosejak awal
ini
rupanyaterbukti
dengankecenderungan mitologisasi sejarah
ini.
Banyak peristiwa sejarah nasional yangdijadikan tonggak hari-hari bersejarah nasional yang landasan historisnya mulai
klenemukan
Historiografilndonesiasentris xv
dipertanyakan. Sejarawan senior Taufik Abdullah dan
juga
Kuntowijoyo dalambeberapa karyanya banyak menyajikan persoalan mitologisasi sejarah ini.
Disadari bahwa memang tantangan-tantangan baru bagi bangsa ini telah muncul dengan adanya perubahan dalam ekonomi dan politik global, namun ilada saat yang
sama tantangan dan persoalan lama masih terus muncul kembali menghampiri
bangsa
ini.
Saat sistem ekonomi dan politik global dunia berubah ke arah yang semakin dikendalikan oleh perkembangan teknologi dan informasi, isu-isu duniapunbergeser ke arah persoalan HAM, lingkungan, pangan dan kesejahteraan, Pada saat yang sama, persoalan klasik identitas etnis dan a8ama, keberagaman dan toleransi
juga bangkit kembali. Oleh karena itu menjadi penting barangkali untuk memikirkan
kembali peredebatan yang telah muncul sejak 60 tahun lalu antara Muhammad
Yamin dan Soejatmoko pada arah mana sebenarnya penulisan sejarah lndonesia ke
depan hendak diarahkan. Apakah pemupukan mitos-mitos nasionalisme ini masih
perlu
dilanjutkan ataukahkita
harus mendekonstruksikandiri
belajar berdamai pada sejarah bangsa sendiri, baik pengalaman yang buruk maupun yang baik untukmerintis hari depan bangsa seperti yang diinginkan Soejatmoko,
Tema utama kedua yang didiskusikan dalam seminar
itu
adalah tentangperiodisasi sejarah lndonesia. Dua pembicara utama tampil dalam panel ini, yaitu
Soekanto dan A, Sartono Kardodirdjo. Soekanto mengajukan pembabakan waktu
dalam sejarah lndonesia berdasarkan konsepsi politik dan pergantian administrasi
kekuasaan
atau rejim.
Sehingga yang mucul adalah periodisasi "Masa PangkalSejarah, Masa Kutai-Taruma, Masa Sriwijaya-Medang-Singasari, Masa Majapahit, Masa Kerajaan-kerajaan
lslam,
Masa Pemerintahan Asingdan
Masa Republiklndonesia 1945". Sartono Kartodirdjo mengajukan konsep periodisasi sejarah
lndonesia berdasarkan proses integrasi. bangsa, sehingga
yang
muncul adalah babagan sbb: "Zaman Pra Sejarah, Zaman Kuna (Masa-masa Kerajaan Hindu-Buda), Zaman Baru (masa-masa kerajaan-kerajaan lslam, perlawanan terhadap imperialismBarat, masa pergerakan nasional dan masa Republik lndonesia).
Perubahan dalam masyarakat memang
tidak
dapat dipenggal dalam hari,tanggal, bulan, maupun tahun, namun karena
kaburnya batas-batas dalamperubahan sejarah
itu,
maka sejarawanperlu
menetapkan periodisasi untukmemetakan fase perubahan dan perkembangan sejarah. Di sinilah letak periodisasi
sejarah diperlukan. Pandangan yang positifis dalam gerak sejarah
ini
memanghal umum yang diterima dalam historiografi setiap bangsa, sehingga pemikiran terhadap periodisasi dalam sejarah
ini
menjadi penting. Pada praktiknya usulan Soekanto lebih mendominasi dalam pembabagan sejarahdi
lndoenesia, sehinggaperkembangan
sejarah lndonesia
terksesansangat politis.
Bahkan seorangmahasiswa doktoral sekalipun ketika mengaji sejarah sosial, seni dan pertunjukkan
pun masih sering nienggunakan kategori politik sebagai penggalan temporalnya.
xvi
Parritia Seminar Sejarah Nirsional 2017lndonesia
tidak
lain adalah sejarah tentang pergantian rejim. Sejarah seperti inimelahirkan tokoh-tokoh sejarah lndonesia dari para pelaku politik, seperti politisi
dan pemimpin perang, yang kemudian beramai-ramai diajukan sebagai pahlawan
nasional. Sangat sedikit pelajar lndonesia mengenal tokoh-tokoh sejarah penting
dari
kalangan penemu (ilmuwan),filosof,
ataupun sastrawan seperti yang kitapelajari dalam historiografi Barat.
Tampakdisinibahwaperiodisasiyangdidasarkanpadakonsepsipolitikdan
pergantianrezimakanmereduksikekayaantematikdalamsejarahlndonesiadan
mebatasi pemahaman bangsa tentang capaian-capaian besar diberbagai bidang
yangpernahdiraihbangsaini.Temainimemangtidaksecaraspesifikdibicarakan dalam memperingati
60 tahun
Seminar sejarah NasionalI
ini,
namun sengajamenampilkan makalah-makalah dengan berbagai
tema
historiografi yang cukupluas.Darikeragamantemahistoriografiyangdiangkatdalamseminarinitentu
menjadi
titik tolah
penting ke depan untuk memikirkan ulang Periodisasi SejarahNasional yang lebih dapat mengakomodasi keragaman tematik ini'
Setelah 12 tahun merdeka, sejak proklamasi kemerdekaaan L7 Agustus 1945,
lndonesia
belum memiliki
sejarah nasionalnyasendiri.
sehingga, pertanyaan tentangperlunyaSejarahNasionaldansyarat-syaratapayangperludipenuhidalam penulisanSejarahNasionalmenjadiagendapentinglainyangdibicarakandalamseminar sejarah Nasional I,tahun 1957 itu. Rupanya hal ini bukan persoalan yang
mudahuntukdiwujudkan,karena13tahunkemudiandalamSeminarSejarah
NasionalllyangjugadiselenggarakandiUGMYogyakarta'persoalaninikembali
dibahas secara serius. Lima tahun kemudian, pada tahun 1975, buku yang diharapkan
muncul dalam enam
jilid.
Dengan kata lain, butuh 30 tahun 'setelah bangsa inimerdeka keinginan memiliki buku babon sejarah Nasional
itu
dapat diwujudkan'Kita mengetahui juga bahwa sejak masa-masa akhir rejim
orde
Baru, kredibilitasbuku
ini
menjadi pertanyaan besar bagi para sejarawan lndonesia generasi barudan munculnya IDAS (lndonesia Dalam Arus sejarah), sebagaian dari tuntutan atas
perlunya revisi dan penambahan substansi sejarah Nasional lndonesia yang ditulis
47 tahun yang lalu itu dapat dipenuhi'
Agendapentingke.empatyangdibicarakanpadaSeminarSejarahNasionall
1957 adalah tentang "pengajaran" sejarah lndonesia di sekolah-sekolah' Persoalan
bertumpu pada
materi
pengajaran, jenjang dan tentunya buku-buku pelajaran sejarahyangmasihsangatminimdanmasihdidominasiolehbukupelajaranyangditulis oleh para penulis Belanda dan berbahasa Belanda. Daritema initampak bahwa
sejak awal
telah
disadari pahwa pengajaran sejarahtidak
dapat dipisahkan darikeseluruhan kebutuhan nasional terhadap sejarah sebagai dasar bagi membangun
,,good citizenship" yang ditandai dari lekatnya nilai-nilai nasionalisme pada setiap
individu bangsa. Pada prosiding ini permasalahan "pengajaran" atau sekarang lebih
2017
donesio Baru. (2jilid), Jakarta
ljatmoko et o/, (eds.), An lntroduction to
r: Cornell University Press, 1965
lnd His Time," dalam Soedjatmoko ef.a/.
nesian Historiography.,
lthaca:
CornellmLrm," lndonesia dolom Arus Sejaroh.
*e,2OI2
elgium and
the
Netherlands, 1945-55:-' Work of Jan Romein, Pieter Geyl, and
,
!,2075
te Monners and Spirits
of
Nations From7e of Lewis XlU, London: J. Nourse, 1759
History," dalam Nicholas Cronk (ed,),
to i re., Cambridge: Cambridge University
KAJIAN
TBNTANG
SEJARAH PERKOTAAN
DI
INDONESIA PADA
MASA KOLONIAT
SAMPAI
AWAL
KEMERDEKAAN
Purnawan Basundoro
Departemen
llmu
Sejarah Universitas Airlangga
Abstrak
'
Historiografi perkotaandi
lndonesiaoleh
Kuntowijoyodianggap
hal baru dan sampai tahun 1990an belum diperhatikan secara serius ol sebagai
eh
paran,
khususnya sejarawan lndonesia. Perhatianpara
sejarawan sampaiperiode
tersebut
masihtertuju
padawilayah
pedesaan, bahkandi
beberapajurusan sejarah hal tersebut menjadi bahan kajian utama. Hal tersebut tidak bisa
disalahkan karena secara politis pedesaan dianggap lebih mewakili sebagian besar realitas lndonesia sejak masa kolonial. Kebijakaan politik kekuasaan lndonesia sejak in the Era of the Enlightenment,,, dalam masa kolonial sampai paling tidak masa Orde Baru masih
tertuju
padawilayah-ls.l,
A
Componionto
Westernublishers, 2002
h pedesaan yang dianggap lebh menguntungkan secara ekonomi (misalnya kebijakan Tanam Paksa) serta menguntungkan secara politis (misalnya kebijakan revolusi hijau). Namun demikian bukan berarti perhatian terhadap kota dan sejarah
perkotaan tidak ada sama sekali. Orang-orang Eropa, sejak kedatangannya yang
pertama kali
di
lndonesia, sebenarnya sudahmulai
memperhatikan perkotaankarena
di
wilayah-wilayahinilah
merekatinggal. Sedikit demi sedikit
merekamembangun kota sekaligus memperhatikannya menjadi sebuah kajian akademik.
Kajian perkotaan di lndonesia pada masa kolonial sampai awal kemerdekaan cukup banyak, yangsebagian besar dilakukan oleh para sarjana Barat yang pernah datang
dan bermukim
di
lndonesia ataupunoleh
mereka yang hanya tertarik terhadapkota-kota di lndonesia namun belum pernah berkunjung ke lndonesia. Makalah ini akan menguraikan hal tersebut, kota-kota mana saja yang menjadi pusat perhatian
mereka dan dikajinya, siapa saja yang mengkaji, dan apa yang menjadi perhatian
utama mereka.
709
am Seminor Sedjarah. Loporon
trrgtop
il
7lO
Panitia Scrnittar Sciar;rh Nasional 2017Pendahuluan
Sejak fenomena perkotaan muncul
di
bumi, sejak saatitu
pulalah perkotaanmenjadi pusat perhatian. Pada awalnya perhatian manusia terhadap kota tertuju
pada ujud fisiknya karena kota-kota pada periode awal tumbuh sebagai ruang yang
sangat berbeda dengan kawasan sekitarnya. Kota
tumbuh
menjadi entitas yangberkebalikan dengan desa atau kawasan geografis lainnya.Kota-kota pun menarik
perhatian para penghuni pedesaan untuk berbondong-bondong mendatangainya,
sehingga kota-kota awal yang
tumbuh di
Mesir, Babylonia, Yunani, dan Romawiberkembang
menjadi pusat pertumbuhan penduduk akibat
kebanjiran parapendatang dari kawasan sekitar. Kota Atena pada periode awal misalnya, ketika
kawasan di sekitar kota tersebut masih dihuni oleh ratusan atau bahkan puluhan
penduduk saja,
Atena
sudahdihuni lebih dari
20.000 penduduk. Konsentrasipenduduk yang besar tersebut menunjukkan bahwa kota memang lebih menarik
perhatian dibandingkan kawasan lain.
Pada
periode
kontemporer perhatian masyarakatterhadap kota
semakinbesar. Kota menjadi gantungan nasib bagi sebagian besar penduduk
di
berbagaibelahan dunia. Akibatnya, kota menjadi kawasan yang tumbuh membesar dengan
jumlah
penduduk yangdari
hari ke hari semakin padat. Sebagian besar kota dilndonesia misalnya, memiliki
jumlah
pendudukdi
atas satujuta
orang. Dampakpertumbuhan penduduk yang sangat cepat
di
perkotaan menjadikan kawasantersebut berkembang menjadi kawasan yang unik yang sangat berbeda dengan kawasan lainnya.Kota tumbuh menjadi kawasan dengan sejuta harapan, tetapi juga
berkembang menjadi kawasan dengan sejuta permasalahan.
Keunikan
kota
telah
menarik perhatian
akademisiuntuk
mengkajinya.Beragam pengetahuan lahir
dari
realitas perkotaan, seperti sosiologl perkotaan,antropologi perkotaan, arsitektur perkotaan,
tata
kota, sejarah perkotaan, polperkotaan,
dan
lain-lain. Dariwaktu
kewaktu
tercetak berbagai literaturmenghimpun berbagai pengetahuan yang berbasls perkotaan.Di lndonesia kajian
perkotaan merupakan
hal
baru.Kajianini lahir
pada periodeakhir
kolonBelanda
di
lndonesia.Periodetersebut
merupakan periode pertumbuhankota di lndonesia yang berkembang akibat praktek liberalisasi ekonomi. Liberallsasi
ekonomi
telah
mendorong pertumbuhan kota-kotadi
lndonesia menjadi kotamodern sebagai basis kegiatan perekonomian. Berbagai kota
telah
berubah darisekadar pusat pemerintahan menjadi pusat perdagangan dan industry. Akibatnya,
berbagai persoalan sosial,
ekonomi,
bahkanpolitik muncul
di
perkotaan.tersebut menarik perhatian para pemerhati perkotaan.
Tulisan
ini
akan memaparkan hasil kajian para ahli perkotaan tentangkota-kota
di
lndonesia, khususnya kota-kota besar di jawa sejak masa kolonial sampaiawalkemerdekaan. Mengingat ruang yang terbatas, maka hanya kajian yang
t"ler
saja yang akan diulas dalam tulisan in
lebih bersifat historiografis atau kaji;
colonial sampaiawalkemerdekaan.
Kajian Perkotaan pada
Masa
Perhatian utama kolonialisme Br
adalah kawasan pedesaan.Hal ini terl
yang ditujukan ke kawasan pedesaar
kebijakan Sistem Tanam paksa pada
primadona, karena
dari
sinilah menmenjelma menjadi uang jutaan gulde
teknis terhadap pedesaan ternyata ber
kajian atau studi terhadap pedesaan
kajian
terhadap
perkotaan.pada pertentang kota-kota di lndonesia masih I
Buku paling awal yang membah
adalah buku yang menceritakan sejaral Judul asli buku tersebut tidak penulir
edisi terjemahan bahasa Melayu de
Penerjemahan ke bahasa Melayu dila Balai Poestaka tahun 1920, Secara rin
berdirinya Kota Jakarta serta perjalar
Buku ini dilengkapi beberapa sketsa I
kota
ini
dijadikan koloni orang-orangFaille tersebut kita bisa mengorek sua: Dua tahun setelah karya La Faill
berjudul Oud-Batavia; gedenkboek ui
von K. en W. naar aonleiding von het
Buku yang
terbit
tahun 1922tersebutdi lndonesia, sehingga Peter J.M. Nas
opus) dari
de
Haan tentang Bataviapertama yang mengulas Kota Batavia
kota tersebut berada di bawah kekuasr informasi bahwa jauh sebelum pemeri
kolonial (gemeente), Batavia telah mer
yang
disebut
Aldermen,/Schepenen.Lrmenduduki Batavia
tahun
1811, Bukrpenting
terkait
dengan berbagai infoJakarta (Batavia) pada masa awal.
17
bumi, sejak saat
itu
pulalah perkotaanrhatian manusia terhadap kota tertuju
rriode awal tumbuh sebagai ruang yang
'a. Kota
tumbuh
menjadi entitas yangrografis lainnya.Kota-kota pun menarik
erbondong-bondong mendatangainya,
14esir, Babylonia, yunani, dan Romawi
n
penduduk akibat
kebanjiran paraa
pada periode awal misalnya, ketikauni oleh ratusan atau bahkan puluhan
dari
20.000 penduduk. Konsentrasin bahwa kota memang lebih menarik
masyarakat
terhadap kota
semakin;ebagian besar penduduk
di
berbagai'asan yang tumbuh membesar dengan
makin padat. Sebagian besar kota di
duk
di
atas satujuta
orang, Dampakt
di
perkotaan menjadikan kawasanrg unik yang sangat berbeda dengan
;an dengan sejuta harapan, tetapijuga
r permasalahan.
jan
akademisiuntuk
mengkajinya.
rkotaan, seperti sosiologi perkotaan,
, tata kota, sejarah perkotaan, politik
ktu
tercetak berbagailiteratur
yang:rbasis perkotaan.Di lndonesia kajian
hir
pada periodeakhir
kolonialismeupakan periode pertumbuhan
kota-rktek liberalisasi ekonomi. Liberalisasi
cta-kota
di
lndonesia menjadikota
n.
Berbagai kota telah berubah darierdagangan dan industry. Akibatnya,
n
politik muncul
di
perkotaan.Hal: rkota a n.
n
para ahli perkotaan tentangkota-di lawa sejak masa kolonial sampai ,atas, maka hanya kajian yang penting
Menemukan Historiografi lndonesiasenLris
711
saja yang akan diulas dalam tulisan ini. Ulasan akan berdasarkan kajian-kajian yang
lebih bersifat historiografis atau kajian sejarah yang pernah dilakukan pada masa
colonial sampaiawalkemerdekaan.
Kajian Perkotaan
pada
Masa Kolonial
Perhatian utama kolonialisme Belanda
di
lndonesia sampai akhir abad ke-19adalah kawasan pedesaan.Hal ini terkait erat dengan kebijakan ekploitatif mereka
yang ditujukan ke kawasan pedesaan dalam bentuk perkebunan.Sejak digulirkan
kebijakan Sistem Tanam Paksa pada
tahun
1830, kawasan pedesaan merupakanprimadona, karena
dari
sinilah mengalirjutaan
ton
komoditi perkebunan yangmenjelma menjadi uang jutaan gulden yang diangkut ke negeri Belanda.perhatian
teknis terhadap pedesaan ternyata berimbas secara akademis, karena secara faktual
kajian atau studi terhadap pedesaan juga jauh lebih besar dibandingkan dengan
kajian
terhadap
perkotaan.Padaperiode kolonial
buku-bukuyang
membahastentang kota-kota di lndonesia masih sangat sedikit.
Buku paling awal yang membahas kota
di
lndonesia sepengetahuan penulisadalah buku yang menceritakan sejarah Kota Jakarta, ditulis oleh P. de Roo de La Faille.
Judul asli buku tersebut
tidak
penulis ketahui karena penulis hanya menemukanedisi terjemahan bahasa Melayu dengan
judul
(oto
Betowi Semaso Dohoelae.Penerjemahan ke bahasa Melayu dilakukan oleh S.M. Rassat dan diterbitkan oleh
Balai Poestaka tahun 1920. Secara ringkas buku tersebut menceritakan awal mula
berdirinya Kota Jakarta serta perjalanan kota tersebut sampai akhir abad ke-18.
Buku
ini
dilengkapi beberapa sketsa suasana Kota Jakarta pada masa-masa awalkota
ini
dijadikan koloni orang-orang Belanda.Melalui buku yang ditulisoleh
LaFaille tersebut kita bisa menSorek suasana Kota'Jakarta pada periode awal. Dua tahun setelah karya La Faille diterbitkan,
terbit
karya F.de
Haan yangberjudul Oud-Botovia; gedenkboek uitgegeven door het Botaviasch Genootschop
van K. en W. naor aonleiding van het driehonderdjarig bestaan des stod
in
191"9.Buku yang
terbit
tahun l922tersebut dianggap karya besar pertama tentang kotadi lndonesia, sehingga Peter J.M. Nas menyebutnya sebagai karya besar (mognum
opus) dari
de
Haan tentang Batavia Lama. Bukude
Haanini
merupakan bukupertama yang mengulas Kota Batavia secara komprehensif, terutama pada saat
kota tersebut berada di bawah kekuasaan VOC. Melalui buku ini kita mendapatkan
informasi bahwa jauh sebelum pemerintah kota yang otonom dibentuk pada masa
kolonial (gemeente), Batavia telah memiliki lembaga yang bertugas mengurus kota
yang
disebut
Aldermen/Schepenen.Lembaga tersebut dibubarkan ketika lnggrismenduduki Batavia
tahun
L8LL. Bukuini
memberikan sumbangan yang sangatpenting
terkait
dengan berbagai informasi yang sangat lengkap mengenai kota Jakarta (Batavia) pada masa awal.7LZ
Prrtitia Seminar Sejalah Nasional 2017Satu generasi dengan
de
Haan,di
Kota surabaya G.H.von
Faber seorangpemerhati sejarah
dan
budaya Kota Surabaya menulisdua
karya monumentaltentang sejarah Kota Surabaya.Dua karya von Fabertersebut adalah Oud Saeroboio:
De
geschiedenisvan
lndie's eerste koopstad van de oudste tiidentot
de instellingvan
den gemeenteraad (1906),terbit tahun
1931; dan Nieuwsoerobaio:
Degeschiedenis
van
lndie's voornaamste koopstodin
de
eerste kworteeuw sedert hare instelling 1906-1931,terbit tahun
1936. Kedua buku tersebut merupakanstudi sejarah paling lengkap tentang Kota surabaya. Pada periode yang sama, di
Kota semarang
terbit
buku Rlwoiat Semorong yang ditulisoleh
Liem Thian Joe,dan diterbitkan oleh Boekhandel Ho Kim Joe pada tahun 1933. De Haan dan von Faber memiliki pandangan yang sama tentang kota-kota di lndonesia, bahwa kota
pada
hakekatnya adalahhunian
masyarakat Eropa. Merekalahyang
berjuangmembangun kota agar menjadi tempat tinggal yang memadai dan pantas disebut
sebagai
kota,
sementara golongan masyarakat Bumiputra hanyalah pelengkappenderita dari entitas tersebut.
Berbeda dengan
de
Haandan von
Faber, Liem ThianJoe
memposisikanSemarang sebagai kota "Tionghoa". Dengan demikian maka pembahasan Liem Thian Joe adalah apa yang dilakukan oleh etnis Tionghoa di Kota Semarang, sehingga kota
tersebut kemudian memiliki identitas ketionghoaan yang sangat kuat. Hal tersebut
diperkuat dengan berbagai
foto
yang menghiasi bagian awal buku tersebut yangmenggambarkan berbagai aktivitas masyarakat Tionghoa
di
Kota semarang padamasa kolonial.
Selain buku yang ditulis
oleh
Liem Thian Joe,di
Kota semarang juga terbitdua buku penting lain tentang kota. Buku pertama diterbitkan oleh perkumpulan
pemerintah (kota) lokal, atau yang disebut Vereeniging vaor Locole Belangen.Buku
ini diterbitkan dalam rangka peringatan 25 tahun lahirnya desentralisasi di Hindia Belanda, sehingga judul bukunya adalah 25 Jaren Decentrqlisatie in Nederlandsch'
tndie 1,905-1.930. Desentralisasi pemerintahan
di
Hindia Belanda memang baruditerapkan pada tahun 1905 yang merupakan impelemntasi dari Undang-Undang
Desentralisasi Tahun 1903 atau yang dlkenal Decentrolisotie Wet L903' Penerapan
undang-undang tersebut diawali dengan ditetapkannya beberapa kota
di
HindiaBelanda sebagai kota otonom yang disebut gemeente. Kota-kota pertama yang
ditetapkan sebagai gemeente antara lain Batavia, Meester Cornelis, dan Bogor, yang
ditetapkan tahun l-905, Sampai dengan tahun L921 jumlah kota yang ditetapkan
sebagai gemeente adalah 32 kota, namun dua kota kemudian dibekukan statusnya,
yaitu Meester Cornelis yang kemudian digabung dengan Batavia, dan Sawah Lunto yang diturunkan statusnya sebagai kota biasa.
Buku yang disunting oleh J.W.M. Kerchman ini diawali pembahasan mengenai
berbagai hal
terkait
dengan pembentukan kota-kotaotonom
di
Hindia Belandayang ditulis oleh tigabelas penulis dengan berbagai latar belakang keahlian. Yang
hle
cukup menarik, Thomas Karsten, set
mendesain kota-kota
di
lndonesia Iyang masing-masing berjudul Stedeb
(Pengadaaan Perumahan Rakyat).
ketokohan yang bersangkutan dalar
periode awal abad ke-20. Bagian a
di
Hindia Belanda yang diberi statukota dibahas, karena buku ini hanya
ditetapkan sebagai gemeente. Terle
penting tentang perjalanan awal kol
kota otonom,
Buku kedua ditulis oleh penulis r Melontjong ka Soerobaio.Buku yan5
ini
menceritakan pengalamanSi
Tperjalanan dari Semarang ke Surabay
dan
mengunjungi berbagai tempalbersangkutan terhadap Kota Surabay walaupun pembahasannya tidak terla
tersebut adalah adanya cerita Kota S
"Soerabaia di waktoe malem." Bagie
Surabaya pada malam hari, apa-apa : kota ini. Pada waktu itu buku-buku ya
malam hari masih sangat jarang, ka
siang hari. Sayangnya, aktivitas malar Tjerdik terbatas pada aktivitas yang m,
pencari "kesenaRgan" di tengah suasi
la
mengistilahkan perempuan-perersedangkan laki-laki yang ke sana ke mi laki hidung bodas. Buku yang dilengl
menjadi salah satu referensi penting
tahun 1930an.
Kota besar pada masa kolonial r
bersangkutan adalah Bandung. Kota
yang sangat strategis karena letaknya
pemerintah kolonial, yaitu Batavia. B
pusat pemerintahan Hindia Belanda, Kajian historis tentang Kota Bandung ada. S.A, Reitsma, seorang penulis
produktif pada awal abad ke-20, beber
n Faber tersebut adalah Oud
d von de oudste tijden tot
de
insteltingrun
1931;
dan Nieuw Soerabaia:,pstad
in
de
eerstekwarteeuw
sedert
)36. Kedua buku tersebut merupakan Surabaya. Pada periode yang sama,
ong Vang ditulis oleh Liem Thian re pada tahun 1g33. De Haan dan von
ng kota-kota di lndonesia, bahwa kota
<at Eropa. Merekalah
yang
berjugal yang mernadai dan pantas
'akat
Bumiputra hanyalahraber, Liem Thian Joe
memposisikan emikian maka pembahasan Liem Thian rghoa di Kota Semarang, sehingga kota Jhoaan yang sangat kuat. Hal tersebut riasi bagian awal buku tersebut yang
kat Tionghoa
di
Kota Semarang padarn Joe,
di
Kota Semarang juga terbitrrtama diterbitkan oleh perkumpulan
reeniging voor Lacale Belangen. Buku
rhun lahirnya desentralisasi
di
Hindiatren Decentrolisatie in Nederlandsch_
ln
di
Hindia Belanda memang barut
impelemntasi dari Undang-Undang)ecentro lisatie Wet 1g03, penerapan
:tapkannya beberapa kota
di
Hindiagemeente. Kota-kota pertama yang
ia, Meester Cornelis, dan Bogo6 yang
r
1921" jumlah kota yang ditetapkankota kemudian dibekukan statusnya, rg dengan Batavia, dan Sawah Lunto
n ini diawali pembahasan mengenai
rta-kota otonom
di
Hindia BelandaMenemukan Historiograli Indonesiasentris
773
menarik, Thomas Karsten, seorang ahli tata kota dan arsitektur yang banyak
esain kota-kota
di
lndonesia pada masa kolonial menyumbang dua tulisan,ng berjudul Stedebouw (Pembangunan Kota) dan Volkshuisvesting
aaan'Perumahan Rakyat). Dua
tulisan
Karstentersebut
menunjukkanyang bersangkutan dalam pembangunan kota-kota
di
lndonesia padaawal abad ke-20. Bagian akhir
dari
buku tersebut membahas kota-kotaHindia Belanda yang diberi status sebagai gemeente. Sayangnya tidak semua
dibahas, karena buku ini hanya'membahas 22 kota dari 32 kota yang pernah
ditetapkan sebagai gemeente. Terlepas dari hal tersebut, buku
ini
menjadi karyatentang perjalanan awal 'kota-kota
di
lndonesia ketika ditetapkan sebagaiotonom.
'
Buku kedua ditulis oleh penulis dengan nama samaran, SiTjerdik, dengan judulka Soerabaio,Buku yang diterbitkan oleh Boekhandel "Kamadjoean"
i
menceritakan pengalamanSi Tjerdik yang
padatahun 1930
mengadakanperjalanan dari Semarang ke Surabaya. Selama beberapa hari ia tinggal di Surabaya
mengunjungi berbagai
tempat
di
kota tersebut,
Hasil pengamatan yangbersangkutan terhadap Kota Surabaya ia tulis secara lengkap dalam buku tersebut
walaupun pembahasannya tidakterlalu detail. Salah satu halyang menarik dari buku
tersebut adalah adanya cerita Kota Surabaya pada waktu malam; yang diberi judul
"soerabaia
di
waktoe malem." Bagianini
menceritakan bagaimana suanasa KotaSurabaya pada malam hari, apa-apa saja yang dilihat si penulis pada malam hari di kota ini. Pada waktu itu buku-buku yang membahas suasana kota di lndonesia pada
Tjerdik terbatas pada aktivitas yang melibatkan perempuan-perempuan dan laki-laki
pencari "kesenaRgan'f di tengah suasana kota dengan penerangan yang berkurang.
la
mengistilahkan perempuan-perempuantersebut
dengan isfrlah diipio-djiprosedangkan laki-laki yang ke sana ke mari menggoda para djipro disebut sebagai
laki-laki hidung bodas. Buku yang dilengkapi dengan foto-foto suasana Kota Surabaya
enjadi salah satu referensi penting .untuk melihat.suasana Kota Surabaya pada
tahun L930an.
Kota besar pada masa kolonial yang tergolong minim publikasi tentang kota
bersangkutan adalah Bandung. Kota
ini
pada awal abad ke-20 memiliki peranyang sangat strategis karena letaknya yang sangat dekat dengan pusat kedudukan
pemerintah kolonial, yaitu Batavia. Bahkan Kota Bandung sempat akan dijadikan
pusat pemerintahan Hindia Belanda, namun gagal karena keburu Jepang datang.
Kajian historis tentang Kota Bandung yang ditulis pada masa kolonial nyaris tidak ada. S.A, Reitsma, seorang penulis
dan
pengamat perkeretaapian yang sangatproduktif pada awal abad ke-20, beberapa kali mempublikasikan tulisannya tentang Kota Bandung, namun bukan
studi
sejarah mengenai kota tersebut, Publikasi 'bagai latar belakang keahlian. yangt17
ota
Surabaya G.H.von
Faber seorangbaya menulis
dua
karya monumentdlmalam hari masih sangat jarang, karena dinamika kota biasanya identik dengan
77+
Panilia Senrinar Sejara)'r Nasional 2017Reitsma adalah: Bandoeng: The
Mountain
cityof
Netherlonds /ndio (terbit tahun1926);serta dua buah buku yang
ditulis
bersama denganW'H'
Hoogland' yaituGids von Bondoeng
en
omstreken (terbit tahun 1921), dan Gids von Bandoeng enMidden-Priongon yang
terbit tahun
L927. Karya-karya Reitsma bukanlah kajiansejarah, namun hanyalah uraian mengenai Kota Bandung pada zamannya' Sama
dengan penulis kolonial lainnya, Reitsma
juga
menempatkan Bandung sebagaikota hunian Eropa, sehingga pembahasannya juga menempatkan bangsa Eropa
sebagai warga utama Kota Bandung' Orientasi utama pembangunan kota pun
diperuntukkan untuk warga EroPa'
Historiografiperkotaanpadamasakolonialmenempatkankota-kotadiJawa
sebagaipusatpembahasan.Kota.kotadiluarJawabelumdijadikanmedanstudi
yang penting, yang mengakibatkan publikasi kota-kota tersebut juga sangat minim
bahkan nyaris tidak ada. Hal tersebut bisa
jadi
merupakan imbas keterlambatanperhatian pemerintah kolonial terhadap kota-kota
di
luar Jawa. Kota-kota di luarJawa hanya sedikit yang diberi status sebagai kota otonom' hanya13 kota dari seluruh
kawasan
di
luar Jawa, sedangkandi
Jawa mencapai 19 kota. Namun demikian,Kota yogyakarta, salah satu kota penting di Jawa bisa dikatakan merupakan suatu
perkecualian. Bersama dengan Kota solo, kota ini tidak pernah ditetapkan sebagai
kota otonom (gemeente) pada masa kolonial. Apakah hal tersebut yang menjadi
penyebabmengapakotainiminimdijadikanobjekpembahasansejarahpadamasa
kolonial?
Satu buah tulisan pendek tentang Yogyakarta yang ditulis
oleh
H.H. van Koldimuat dalam lndische Gidsedisitahun 1904 dengan judul De ResidentieDiokiakarto'
Menilik dari judulnya, tulisan Kol tersebut tidak spesifik membahas tentang Kota
yogyakarta, namun membahas karesidenan Yogyakarta yang wilayahnya meliputi
Daerah lstimewa Yogyakarta saat ini. sebagian besar publikasi tentang Yogyakarta
pada periode kolonial membahas peran raja beserta Kraton YogyakartaTulisan
semacam
ini
misalnyayang dibuat oleh J.
Gronemanyang berjudul
Reisgidsvoor
Jogjokartoen
omstreken yangterbit
tahun 1900, serta tulisan kerabat Purapakualaman, Notosuroto, yang berjudul Het sultanaot Jogiokorta yang
terbit
diAmsterdam tahun 1920.
Sebagaimana
telah
diungkappada
bagian sebelumnya' perhatian utamahistoriografi perkotaan lndonesia pada masa kolonial masih terbatas pada
kota-kota di Jawa. Hal lain yang perlu diutarakan adalah, bahwa pada periode kolonial
perhatian para
ahli
perkotaanjuga
masih terbatas pada kota-kota utama saja (primecityl, yaitu
kota-kota yang pada akhirnya menjadi ibukota provinsi. Kota-kota kecil setingkat ibukota kabupaten, walaupun sudah berstatus sebagai kotaotonom (gemeente)belum menjadi perhatian yang serius untuk objek studi sejarah
perkotaan. Historiografi perkotaan lndonesia yang
ditulis pada
masa kolonialmemang belum
terlalu
banyak. Uniknya, historiografi perkotaan lndonesia pada[4e
periode itu tidak dikerjakan oleh seja
penghobi sejarah yang tertarik den
menjadi pondasi yang kuat bagi histt
Studi sejarah kota-kota besar yang dil
sumber datanya selalu mengacu kep
Masa Penjajahan
Jepang
sa
Periode penjajahan Jepang ac
lndonesia. periode
penjajahan Jelembaga pendidikan
tinggi yang
tr
Jepang sangat
anti
dengan berbagapendidikan yang pernah didirikan olr
hal-hal yang harus dilenyapkan. Len
lain Sekolah Tinggi Teknik (Techniscl
Kedokteran/Geneeskundige Hoogesc
Hindia Belanda (Nederlondsch lndisc
akhirnya membuka kembali pendidi
dibuka yaitu Sekolah Tinggi Kedokteri Doi Gakko, serta Sekolah Tinggi Tekr Kogyo Dai 6akko.
Penutupan
sekolah
tinggi
pa(berpengaruh terhadap suasana akade Jepang membuka lagi dua sekolah
tir
dikembangkan oleh Jepang sangat msebagai
taruna militer,
kepalanya difasis. Dunia akademis mati secara br
sebagian besar buku yang terbit di lnd
oleh penulis Belanda. pada masa Jep
diinternir. Dengan demikian, maka tida
yang
terbit
pada masa penjajahan Je1Jepang pun suram atau malah gelap_gr
Di
tengah-tengah kelangkaan kpenjajahan Jepang, penulis menemuk
Djepang. Tulisan
tersebut
berbentukdisebut syair, dan ditulis oleh seorang
tr Buku tersebut diterbitkan di Jakarta ol
menyebutkan tahun
terbit.
Menilik darbuku tersebut diyulis pada masa pen,
untuk menyembunyikan identitas asli si yang sangat tajam terhadap penjajah Jr
sional 201 7
tountoin
City of Netherlands
ditulis
bersama denganWH.
Hoogland,terbit tahun
l92I),
dan Gids van Bandoeng
n
L927. Karya_karyaReitsma bukanlah
engenai Kota Bandung pada zamannyi
eitsma
juga
rnenempatkan Bandung ahasannya juga menempatkan bangsa rg. Orientasi utama pembangunan
kota
punrsa koloniat menempatkan kota-kota
di Jawa
a
di
luar Jawabelum dijadikan medan studi
rblikasi kota-kota tersebut juga
sangat minim
t
bisajadi
meru pakanimbas keterlambatan
lap kota-kota di luar
Jawa. Kota-kota
di
luar bagai kotaotonom, hanyal3kota dari seluruh Jawa mencapai 1.9 kota. Nramun demikian,
qgdi
Jawa bisa dikatakan merupakan suatu
lo,kota ini tidak pernah
ditetapkan sebagai
olonial. Apakah hal tersebut yang menjadi
likan objek pembahasa
n sejarah pada masa
Yogyakarta yang ditulis
oleh
H.H. van Kol
)04 denganjudul De
R e s i d e n ti e Dj o kj o ka rta.
ut
tidak spesifik membahas tentangKota
nan Yogyakarta yang
wilayahnya meliputi ragian besar publikasi tentang
Yogyakarta
t
raja beserta Kraton yogyakarta.Iulisanh
J.
Groneman
yangberjudul
ReisgidsI tahun 1900, serta tulisan kerabat pura
Het Sultanoat Jogjokarto yang
terbit
dibagian sebelumnya,
pe
rhatian
utamaasa kolonial masih
terbatas pada kota_
n adalah, bahwa pada periode
kolonial
r
terbatas pada kota-kotautama saja
hirnya menjadi
ibukota provinsi Kota-rlaupun sudah
berstatus sebagai kota
In yang serius
untuk objek studi
sejarah
sia
yang ditulis pada
masa kolonial
storiografi perkotaan lndon
sejarah yang
tertarik
dengan perkembangan kota, Karya-karya merekanjadi pondasi yang kuat bagi historiografi perkotaan pada periode kontemporer.
di sejarah kota-kota besar yang dilakukan oleh sejarawan pada periodesekarang,
mber datanya selalu mengacu kepada karya-karya pemula.
asa Peniajahan
fepang sampai Awal
Kemerdekaan
Periode penjajahan Jepang adalah
periode
suramnyadunia
akademik dilndonesia.
Periode
penjajahanjepang diawali dengan ditutupnya
berbagailembaga pendidikan
tinggi yang pernah eksis pada masa kolonial
Belanda.ng sangat
anti
dengan berbagai hal yang berbau Eropa, sehingga lembagapendidikan yang pernah didirikan oleh Belanda pun dianggap sebagai bagian dari
hal-hal yang harus dilenyapkan. Lembaga pendidikan tinggi yang
ditutup
antaralain sekolah Tinggi
reknik
(Technische Hoogeschool)di
Bandung, sekolah TinggiKedokteran/Geneeskundige Hoogeschool)
di
Jakarta,dan
Sekolah KedokteranHindia Belanda (Nederlondsch lndische Artsenschool)di surabaya. Ketika Jepang
akhirnya membuka kembali pendidikan
tinggi
di
lndonesia, ternyata dua yangdibuka yaitu sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta yang berubah nama menjadi /ko
Doi Gakko, serta Sekolah Tinggi reknik
di
Bandung yang berubah nama menjadiKogyo Dai Gokko.
Penutupan sekolah
tinggi pada
masa penjajahan Jepang,
tentu
saja berpengaruh terhadap suasana akademis pada waktu itu. walaupun pada akhirnya Jepang membuka lagi dua sekolah tinggi, namun corak lembaga pendidikan yangdikembangkan oleh jepang sangat militeristik. Murid-murid sekolah diperlakukan
sebagai
taruna militer,
kepalanya digunduli, dengancorak
pembelajaran yangfasis. Dunia akademis mati secara berlahan, buku-buku berhenti
terbit,
apalagisebagian besar buku fang terbit di lndonesia pada masa sebelumnya banyak ditulis oleh penulis Belanda. Pada masa Jepang para akademisi Belanda ditangkap dan
diinternir. Dengan demikian, maka tidak ada satupun karya historiografis perkotaan
yang
terbit
pada masa penjajahan Jepang. Pengetahuan perkotaan pada periodeJepang pun suram atau malah gelap-gulita
Di
tengah-tengah kelangkaankajian
historiografis perkotaanpada
masapenjajahan Jepang, penulis menemukan satu tulisan unik yang berjudul Wqrisan
Djepang. Tulisan
tersebut
berbentukpuisi
yang sangat panjang,lebih
pantasdisebut syairi dan ditulis oleh seorang penulis dengan nama samaran piso Tjoekoer.
Buku tersebut diterbitkan di Jakarta oleh penerbit Firma Eng Hoat, dengan tanpa
menyebutkan tahun
terbit.
Menilik dari nama samaran yang digunakan si penulis,buku tersebut diyulis pada masa penjajahan Jepang. Nama samaran digunakan
untuk menyembunyikan identitas asli si penulis karena isi buku tersebut berisi kritik
yang sangat tajam terhadap penjajah Jepang. Jika ketahuan identitas asli si penulis Nlenemul<trn H isLoriografi
lndonesiaserttris 715
lndia(terbit
tah 'periode itu tidak dikerjakan oleh sejarawan profesional,namun dikerjakan oleh para
---*
esia pada
kajian
Sama