BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Pengertian diabetes melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA, 2010) diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin maupun gangguan kerja insulin yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf maupun pembuluh darah.
Penyakit gula atau secara medis disebut dengan diabetes
melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berlangsung sepanjang hidup penderitanya. Penyakit ini
ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) yang melebihi nilai normal yaitu gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan
kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan disebabkan
oleh kurangnya sekresi insulin dari sel beta pankreas atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Diagnosis diabetes melitus umumnya akan disimpulkan apabila ada
polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Stanley & Beare, 2005).
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus merupakan penyakit yang diakibatkan karena kelainan
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia atau meningkatnya glukosa dalam darah ( ≥200 mg/dl) yang terjadi karena menurunnya kerja insulin. Diabetes melitus biasanya
ditandai dengan adanya poliuria, polidipsia dan polifagia.
2. Klasifikasi dan Diagnosis Diabetes Melitus
Diabetes melitus ini dapat dilihat dari tanda dan gejala berikut (1) keluhan umum pasien diabetes melitus seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada diabetes melitus umumnya
tidak ada; (2) gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati
perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim; (3) Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda yang disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan
muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur maupun inkontinensia urin (Perkeni, 2011).
DMT2 atau biasa disebut Non Insulin Dependent Diabetes melitus (NIDDM). NIDDM menurut WHO (2005) cenderung
bersifat familiar dan prevalensi yang cukup tinggi (mencapai 35% dari semua orang dewasa) tercatat pada masyarakat yang
telah merubah gaya hidupnya, dari tradisional menjadi modern. Berbeda dengan diabetes tipe I, pada diabetes tipe I muncul akibat pankreas yang memproduksi sel beta mengalami
kerusakan total dan sama sekali tidak mampu menghasilkan insulin. Sedangkan pada diabetes tipe II pankreas bekerja
dengan baik, kondisi insulin cukup tetapi reseptor insulin yang kurang baik.
NIDDM atau diabetes melitus tipe II ini disebabkan dan
dipercepat oleh gaya hidup yang meliputi konsumsi gula dan lemak yang berlebihan serta proses penuaan yang
menyebabkan turunnya massa otot. Hal ini membuat sel-sel kesulitan menerima insulin atau biasa dikenal resistensi insulin (Waspadji, 2007).
Berdasarkan deskripsi diatas, maka pengertian NIDDM adalah kondisi medis yang ditandai dengan gangguan fungsi
oleh jaringan perifer dan sebagai penghambat produksi glukosa oleh hati (Perkeni, 2007).
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ini sering muncul dan berlangsung tanpa
timbulnya gejala klinis yang mencurigakan. Diabetes tipe I yang dimulai pada usia muda memberikan tanda-tanda yang sangat jelas seperti tubuhnya yang kurus, hambatan
pertumbuhan, retardasi mental, dan sebagainya (Agoes., dkk, 2010). Pada umumnya terdapat lima gejala awal yaitu
a. peningkatan frekuensi berkemih; b. rasa haus;
c. bertambahnya nafsu makan;
d. infeksi atau luka yang sukar sembuh; e. lesu.
Diabetes Melitus tipe II merupakan penyakit hiperglikemia akibat insensitifitas sel terhadap insulin. Akan tetapi, insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas sehingga diabetes
melitus tipe II dianggap sebagai Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (Corwin , 2009).
miokard, stroke, gagal ginjal dan amputasi ekstremitas (Sari, 2012).
Peningkatam kadar gula darah menimbulkan berbagai resiko. Pasien diabetes berisiko 29 kali lebih tinggi mengalami
kebutaan, berisiko 17 kali lebih besar mengalami gagal ginjal, 5 kali untuk amputasi kaki, dan 5 kali untuk penyakit jantung. Terdapat tiga cara untuk mencapai kadar gula darah yang
normal diantaranya perubahan pola diet termasuk kontrol berat badan, olahraga dan obat-obatan (Sari, 2012).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi (Price & Wilson, 2005) yaitu
sebagai berikut
a. kadar glukosa puasa tidak normal;
b. hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urine/ poliuria dan timbul rasa haus/ polidipsia;
c. rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan kurang;
d. mudah lelah dan mengantuk;
5. Prinsip Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Prinsip penatalaksanaan diabetes melitus menurut Huda,
Amin & Hardhi Kusuma (2013) yaitu sebagai berikut a. Pertahankan berat badan yang ideal.
b. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat
c. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu
makan karena hal ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula dalam darah.
d. Ajarkan mencegah infeksi dengan cara menjaga kebersihan kaki dan hindari perlukaan.
e. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung
serat (sayuran dan sereal).
f. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan banyak
mengandung kolesterol LDL (daging merah, produk susu, kuning telur, mentega).
g. Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi
garam.
6. Penatalaksanaan Diet Diabetes Melitus
disesuaikan dengan kebutuhan energi seeseorang yang diukur dengan kalori.
a. Makanlah lebih sedikit kalori
Cara yang paling logis untuk menurunkan berat badan yaitu
mengurangi makan. Untuk setiap 3500 kalori kurang dari yang seseorang makan, ia akan kehilangan berta satu pon. Ini berarti bahwa jika seseorang mengurangi 500 kalori
setiap hari, ia akan mampu menurunkan berta badannya satu pon satu pekan atau lebih kurang 2 kg dalam sebulan.
Tampaknya seperti kemajuan yang sangat lambat, tetapi sebenarnya cara tersebutlah yang paling aman untuk mnrurunkan ideal berat badan.
b. Jangan makan diantara makanan yang ditetapkan
Pada penderita diabetes biasanya harus menghindari
makanan kecil. Hal ini dikarenakan penderita diabetes tidak boleh kelebihan berat badan, makanan kecil ini akan menambah kalori tambahan yang sebenarnya tidak
diperlukan. Penderita diabetes tetap pada tiga kali makan sehari tanpa sesuatu diantaranya.
c. Hindari makan berlebihan
Tetapkanlah bersama dokter atau ahli gizi untuk berapa banyak makanan dan kalori yang harus dibutuhkan setiap
menjadi kelebihan berat badan. Bahakan makanan yang benar haruslah dimakan dalam jumlah sedang.
d. Kurangi jumlah lemak
Pada penderita diabetes, terlalu banyak lemak beredar
dalam peredaran darah akan mengganggu kerja pankreas. Cara untuk mengurangi jumlah lemak yaitu makan-makanan yang lebih alami, lebih rendah lemak dan lebih
tinggi serat.
e. Hati-hati dengan lemak tersembunyi
Hindari semua makanan yang digoreng dan makanan junk food (makanan rongsokan), french fries (kentang goreng) dan fast food. Semua makanan tersebut memang lezat tetapi
makanan itu dapat mendatangkan kesulitan dalam bentuk diabetes dan penyakit jantung maupun stroke.
f. Hindarkanlah lemak jenuh
Lemak jenuh adalah semua lemak yang berasal dari hewan yang mengental dalam suhu ruangan. Sebagian dari lemak
jenuh yang bersumber dari hewan adalah mentega, lemak babi dan lemak sapi. Telur dan daging juga mengandung
banyak lemak jenuh.
Lemak tak jenuh termasuk minyak jagung, minyak wijen, minyak zaitun, minyak kedelai dan minyak kacang tanah.
untuk dipakai karena tidak mempunyai efek memproduksi kolesterol.
g. Makan lebih banyak makanan yang alami
Penderita diabetes harus lebih banyak memakan lebih
banyak serat alami seperti sayur-sayuran dan buah-buhan karena dapat menurunkan jumlah lemak dan gula yang beredar didalam peredaran darah. Jangan kupas apel dan
buah-buahan lain yang kulitnya dapat dimakan karena serat dan vitamin yang berharga ada dibawah kulit buah tersebut.
Jenis kacang-kacangan adalah sumber serat yang baik dan jenis kacang-kacangan tersebut juga mengandung lemak yang rendah.
h. Hindari minuman beralkohol
Alkohol mengandung kalori yang sangat tinggi. Ada banyak
pilihan minuman yang bercitarasa dan dapat dianggap sebagai makanan bebas bagi penderita diabetes termasuk teh cina yang tidak bergula, sari jeruk atau limau yang tidak
dimaniskan serta air mineral.
B. Kepercayaan Diri
1. Pengertian percaya diri.
Percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis diri
berbuat atau melakukan suatu tindakan (Thantaway, 2005 dalam wikipedia.com).
2. Klasifikasi percaya diri
Menurut Niven (2002), percaya diri ada empat macam, yaitu
a. Self concept yaitu bagaimana seseorang menyimpulkan dirinya secara keseluruhan mulai dari gambaran diri sampai konsep dirinya.
b. Self esteem yaitu sejauhmana seseorang mempunyai perasaan positif terhadap diri sendiri seperti harga diri.
c. Self efficacy yaitu sejauhmana seseorang mempunyai keyakinan atas kemampuan yang dimiliki untuk menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil
yang bagus (to succeed).
d. Self confidence yaitu sejauhmana seseorang mempunyai keyakinan terhadap penilaian dirinya atas kemampuannya dan sejauh mana seseorang tersebut bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence adalah
kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.
3. Ciri-ciri kurangnya rasa percaya diri
Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang kurang akan terlihat dari ciri-ciri berikut (Niven, 2002) antara lain:
a. Kurang bisa bersosialisasi
c. Tampak murung dan depresi
d. Selalu mempunyai perasaan pesimis
e. Tidak mau mengambil tanggung jawab f. Takut untuk mengeluarkan pendapatnya.
C. Mekanisme Koping
1. Pengertian
Menurut Smith (1994), setiap individu tidak pernah lepas dari masalah dan sering kali masalah-masalah tersebut
menyebabkan individu menjadi stres. Seseorang akan memberi reaksi yang berbeda-beda dalam mengatasi setiap permasalahannya. Cara atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang untuk menghindari atau mengalihkan perasaan hati yang menekan atau stres disebut dengan koping.
Menurut Rasmun (2004), koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresfull. Koping tersebut merupakan respon individu terhadap situasi yang
mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis.
Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah
lingkunagn atau situasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari
berakhir dengan maladaptif perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun
orang lain dan lingkungan (Susilawati, 2005).
Mekanisme koping adalah berbagai berbagai usaha yang
dilakukan individu untuk menanggulangi stres yang dihadapinya (Stuart dan Sundeen, 1998). Menurut Hidayat (2008) menjelaskan bahwa individu dapat mengatasi stres
dengan menggerakan sumber koping dilingkungan. Ada lima sumber koping yaitu aset ekonomi, kemampuan dan
keterampilan individu, teknik-teknik pertahanan, dukungan sosial dan dorongan motivasi.
2. Penggolongan mekanisme koping
Mekanisme koping dibagi menjadi dua macam (Stuart & Sundeen, 1998), yaitu
a. Mekanisme koping adaptif
Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.
Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi,
latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. b. Mekanisme koping maladaptif
Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi
dan cenderung menguasai lingkunngan. Kategorinya adalah makan berlebihan/ tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar.
3. Faktor yang mempengaruhi mekanisme koping
a. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan sama-sama menggunakan kedua bentuk koping yaitu problem focus coping dan emotion focus coping. Menurut Pramadi (2003), wanita lebih cenderung berorientasi pada emosi sedangkan pria
lebih berorientasi pada masalah.
Secara umum respon mekanisme koping antara pria dan wanita hampir sama, tetapi wanita lebih lemah atau
lebih sering menggunakan penyaluran emosi daripada pria (Hapsari, 2002).
b. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seesorang akan semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian
pula sebaliknya. Oleh karena itu, seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih realistis dan aktif dalam
memecahkan masalah. c. Perkembangan usia
Struktur psikologis seseorang dan sumber-sumber
perkembangan usia dan akan membedakan seseorang dalam merespons tekanan (Hapsari, 2002). Pada setiap tingkat
usia meknisme koping yang digunakan akan brebeda . Pada usia muda akan menggunakan problem focus coping sedangkan pada usia yang lebih tua akan menggunakan emotion focus coping. Hal ini disebabkan pada orang yang lebih tua memiliki anggapan bahwa dirinya tidak mampu
melakukan perubahan terhadap masalah yang dihadapi sehingga akan bereaksi dengan mengatur emosinya
daripada pemecahan masalah. d. Status Sosial Ekonomi
Seseorang dengan status sosial ekonomi rendah akan
menampilkan koping yang kurang aktif, kurang realistis, dan lebih fatal atau menampilkan respon menolak,
dibandingkan dengan seseorang yang status ekonominya lebih tinggi.
Menurut Tanumidjojo, dkk (2004) faktor-faktor yang
mempengaruhi mekanisme koping antara lain perkembangan kognitif, yaitu bagaimana subjek berpikir
dan memahami kondisinya, kemudian kematangan usia yaitu bagaimana subjek mengelola emosi, pikiran, dan perilakunya saat menghadapi masalah. Selain itu, urutan
yang berpengaruh terhadap karakteristik subjek dalam menilai dirinya sendiri, serta moral yaitu bagaimana
subjek memandang aturan tentang masalah yang sedang dihadapi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme coping adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, perkembangan usia, konteks
lingkungan dan sumber individual serta status sosial ekonomi. Sementara faktor-faktor lain yang
mempengaruhi mekanisme koping adalah perkembangan kognitif, kematangan usia, urutan kelahiran, moral, pola asuh orang tua, peran orang tua, dan pemahaman subjek
tentang masalah yang dihadapi.
4. Metode koping
Menurut Rasmun (2004) mengutip dari Bell (1997) ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu
a. Metode koping jangka panjang
Cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang
efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu lama misalnya berbicara dengan orang lain untuk mencari pendapat, mencari informasi lebih
masalah yang dihadapi dengan kekuatan supra natural, melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan/
masalah, membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi dan mengambil pelajaran dari
peristiwa/pengalaman masa lalu. b. Metode koping jangka pendek
Cara ini digunakan untuk mengurangi stres ketegangan
psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka waktu panjang
misalnya menggunakan obat-obatan, mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan serta
beralih pada aktifitas lain untuk melupakan masalah.
Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah/ ketegangan seperti yang
dikemukakan oleh Rasmun (2004) mengutip dari Mc. Cubbin (1979) yaitu
- Mencari dukungan sosial seperti minta bantuan pada
keluarga maupun teman
- Mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah
- Menggerakan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan
- Penilaian secara pasif terhadap peristiwa yang alami dengan cara menonton TV atau diam saja.
D. Motivasi diet
1. Pengertian motivasi
Motivasi adalah suatu proses dalam diri manusia yang menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak
menyenangkan (Wade & Travis 2008).
Sikap dan perilaku sehat individu juga dipengaruhi oleh
motivasi diri individu untuk berperilaku sehat dan menjaga kesehatan. Tanpa motivasi, penderita diabetes melitus akan mengalami ketidakpatuhan dalam mengatur pola makan
sehari-hari. Kepatuhan penderita diabetes melitus dalam melaksanakan diet merupakan salah satu hal terpenting dalam
kesehatan karena dengan mengatur pola makan penderita dapat mempertahankan gula darah mereka agar tetap terkontrol.
2. Faktor yang mempengaruhi motivasi diet diabetes melitus
Kendala utama pada penanganan diet diabetes melitus
adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti terapi diet yang sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan. Pelaksanaan diet diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh adanya dukungan
dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta
aktif dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan terisolasi (Brunner &
Suddart, 2002).
Beberapa faktor yang berhubungan dengan motivasi diet
diabetes melitus diantaranya yaitu sebagai berikut : a. Persepsi terhadap kesembuhan
Persepsi terhadap kesembuhan ini merupakan
pandangan penderita terhadap kesembuhan pada penyakitnya dan terhadap apa yang telah ditentukan oleh
pelayan kesehatan terutama pada masalah diet yang telah ditentukan.
Percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi
keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam
mencapai tujuan di dalam hidupnya. Seseorang yang mempunyai kepercayaan diri baik, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mempunyai keyakinan
yang kuat atas dirinya dan mempunyai pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Seperti pada penderita
diabetes melitus mereka harus percaya diri bahwa program diit akan menurunkan kadar gula dalam darah.
c. Interaksi sosial atau dukungan sosial
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu dan diperoleh dari orang lain yang
dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya (Setiadi, 2008).
E. Kepatuhan
1. Pengertian kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Kepatuhan atau ketaatan (compliance/
pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain (Smeltzer & Bare, 2008).
Kepatuhan diet adalah penatalaksanaan gizi yang paling penting bagi penderita diabetes supaya diet penderita
mempunyai jadwal yang teratur. Tanpa pengaturan jadwal dan jumlah makanan serta kualitas makanan sepanjang hari, penderita akan sulit mengontrol kadar gula darah supaya tetap
dalam batas normal. Penderita diabetes melitus sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai yang dianjurkan dan
harus menaatinya secara terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan yang harus selalu diatur. Pengaturan makanan bagi penderita diabetes melitus secara
umum bertujuan menjaga dan memelihara tingkat kesehatan optimal sehingga dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
karena diet adalah awal untuk mengendalikan diabetes.
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat
digolongkan menjadi empat bagian (Setiadi, 2008) antara lain : a. Pemahaman tentang instruksi
b. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan
pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
c. Isolasi sosial keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu
serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.
d. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran-pengukuran kepribadian dan kepatuhan.
Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang
gagal. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang mengalami depresi, kecemasan, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan
yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatiannya pada diri sendiri.
3. Strategi untuk meningkatkan kepatuhan terhadap diet
diabetes melitus
Menurut Syakira (2009), strategi yang dilakukan untuk
a. Dukungan Profesional Kesehatan
Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan
untuk meningkatkan kepatuhan, dukungan yang diperlukan yaitu komunikasi yang efektif dari pihak kesehatan baik
dokter maupun perawat. b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang dimaksudkan yaitu dukungan
dari keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga penderita untuk menunjang
peningkatan kesehatan penderita maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.
c. Perilaku Sehat
Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan untuk penderita diabetes melitus diantaranya yaitu tentang
bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita diabetes melitus. Modifikasi gaya hidup terutama pola makan dan olahraga serta kontrol
kadar gula dalam darah secara teratur. d. Pemberian Informasi
F. Konsep Penelitian
Berdasarkan konsep teori diatas dapat dibuat bagan konsep
penelitian sebagai berikut : Variabel bebas
variabel terikat Faktor kepercayaan diri:
- Kemampuan pribadi
- Keberhasilan seseorang - Keinginan
- Tekat yang kuat
Faktor mekanisme koping:
- Kepribadian individu
- Dukungan sosial
Bagan 2.2. kerangka konsep penelitian
Keterangan :
= variabel yang diteliti
¦¯ ¯ ¯ ¯ ¦ = faktor yang mempengaruhi variabel yang diteliti Kepercayaan diri
Motivasi kepatuhan diet diabetes melitus
G. Hipotesis Penelitian
1. Ha: terdapat hubungan antara kepercayaan diri dan
mekanisme koping terhadap motivasi kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus di Puskesmas I Rakit,
Banjarnegara tahun 2016.
2. Ho: tidak ada hubungan antara kepercayaan diri dan mekanisme koping terhadap motivasi kepatuhan diet pada