• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus - ANA NUR ARIFAH BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus - ANA NUR ARIFAH BAB II"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Pengertian diabetes melitus

Menurut American Diabetes Association (ADA, 2010) diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin maupun gangguan kerja insulin yang dapat

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf maupun pembuluh darah.

Penyakit gula atau secara medis disebut dengan diabetes

melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berlangsung sepanjang hidup penderitanya. Penyakit ini

ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) yang melebihi nilai normal yaitu gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan

kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan disebabkan

oleh kurangnya sekresi insulin dari sel beta pankreas atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Diagnosis diabetes melitus umumnya akan disimpulkan apabila ada

(2)

polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Stanley & Beare, 2005).

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus merupakan penyakit yang diakibatkan karena kelainan

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia atau meningkatnya glukosa dalam darah ( ≥200 mg/dl) yang terjadi karena menurunnya kerja insulin. Diabetes melitus biasanya

ditandai dengan adanya poliuria, polidipsia dan polifagia.

2. Klasifikasi dan Diagnosis Diabetes Melitus

Diabetes melitus ini dapat dilihat dari tanda dan gejala berikut (1) keluhan umum pasien diabetes melitus seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada diabetes melitus umumnya

tidak ada; (2) gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati

perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim; (3) Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda yang disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan

muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur maupun inkontinensia urin (Perkeni, 2011).

(3)

DMT2 atau biasa disebut Non Insulin Dependent Diabetes melitus (NIDDM). NIDDM menurut WHO (2005) cenderung

bersifat familiar dan prevalensi yang cukup tinggi (mencapai 35% dari semua orang dewasa) tercatat pada masyarakat yang

telah merubah gaya hidupnya, dari tradisional menjadi modern. Berbeda dengan diabetes tipe I, pada diabetes tipe I muncul akibat pankreas yang memproduksi sel beta mengalami

kerusakan total dan sama sekali tidak mampu menghasilkan insulin. Sedangkan pada diabetes tipe II pankreas bekerja

dengan baik, kondisi insulin cukup tetapi reseptor insulin yang kurang baik.

NIDDM atau diabetes melitus tipe II ini disebabkan dan

dipercepat oleh gaya hidup yang meliputi konsumsi gula dan lemak yang berlebihan serta proses penuaan yang

menyebabkan turunnya massa otot. Hal ini membuat sel-sel kesulitan menerima insulin atau biasa dikenal resistensi insulin (Waspadji, 2007).

Berdasarkan deskripsi diatas, maka pengertian NIDDM adalah kondisi medis yang ditandai dengan gangguan fungsi

(4)

oleh jaringan perifer dan sebagai penghambat produksi glukosa oleh hati (Perkeni, 2007).

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ini sering muncul dan berlangsung tanpa

timbulnya gejala klinis yang mencurigakan. Diabetes tipe I yang dimulai pada usia muda memberikan tanda-tanda yang sangat jelas seperti tubuhnya yang kurus, hambatan

pertumbuhan, retardasi mental, dan sebagainya (Agoes., dkk, 2010). Pada umumnya terdapat lima gejala awal yaitu

a. peningkatan frekuensi berkemih; b. rasa haus;

c. bertambahnya nafsu makan;

d. infeksi atau luka yang sukar sembuh; e. lesu.

Diabetes Melitus tipe II merupakan penyakit hiperglikemia akibat insensitifitas sel terhadap insulin. Akan tetapi, insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas sehingga diabetes

melitus tipe II dianggap sebagai Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (Corwin , 2009).

(5)

miokard, stroke, gagal ginjal dan amputasi ekstremitas (Sari, 2012).

Peningkatam kadar gula darah menimbulkan berbagai resiko. Pasien diabetes berisiko 29 kali lebih tinggi mengalami

kebutaan, berisiko 17 kali lebih besar mengalami gagal ginjal, 5 kali untuk amputasi kaki, dan 5 kali untuk penyakit jantung. Terdapat tiga cara untuk mencapai kadar gula darah yang

normal diantaranya perubahan pola diet termasuk kontrol berat badan, olahraga dan obat-obatan (Sari, 2012).

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi (Price & Wilson, 2005) yaitu

sebagai berikut

a. kadar glukosa puasa tidak normal;

b. hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urine/ poliuria dan timbul rasa haus/ polidipsia;

c. rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan kurang;

d. mudah lelah dan mengantuk;

(6)

5. Prinsip Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Prinsip penatalaksanaan diabetes melitus menurut Huda,

Amin & Hardhi Kusuma (2013) yaitu sebagai berikut a. Pertahankan berat badan yang ideal.

b. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat

c. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu

makan karena hal ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula dalam darah.

d. Ajarkan mencegah infeksi dengan cara menjaga kebersihan kaki dan hindari perlukaan.

e. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung

serat (sayuran dan sereal).

f. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan banyak

mengandung kolesterol LDL (daging merah, produk susu, kuning telur, mentega).

g. Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi

garam.

6. Penatalaksanaan Diet Diabetes Melitus

(7)

disesuaikan dengan kebutuhan energi seeseorang yang diukur dengan kalori.

a. Makanlah lebih sedikit kalori

Cara yang paling logis untuk menurunkan berat badan yaitu

mengurangi makan. Untuk setiap 3500 kalori kurang dari yang seseorang makan, ia akan kehilangan berta satu pon. Ini berarti bahwa jika seseorang mengurangi 500 kalori

setiap hari, ia akan mampu menurunkan berta badannya satu pon satu pekan atau lebih kurang 2 kg dalam sebulan.

Tampaknya seperti kemajuan yang sangat lambat, tetapi sebenarnya cara tersebutlah yang paling aman untuk mnrurunkan ideal berat badan.

b. Jangan makan diantara makanan yang ditetapkan

Pada penderita diabetes biasanya harus menghindari

makanan kecil. Hal ini dikarenakan penderita diabetes tidak boleh kelebihan berat badan, makanan kecil ini akan menambah kalori tambahan yang sebenarnya tidak

diperlukan. Penderita diabetes tetap pada tiga kali makan sehari tanpa sesuatu diantaranya.

c. Hindari makan berlebihan

Tetapkanlah bersama dokter atau ahli gizi untuk berapa banyak makanan dan kalori yang harus dibutuhkan setiap

(8)

menjadi kelebihan berat badan. Bahakan makanan yang benar haruslah dimakan dalam jumlah sedang.

d. Kurangi jumlah lemak

Pada penderita diabetes, terlalu banyak lemak beredar

dalam peredaran darah akan mengganggu kerja pankreas. Cara untuk mengurangi jumlah lemak yaitu makan-makanan yang lebih alami, lebih rendah lemak dan lebih

tinggi serat.

e. Hati-hati dengan lemak tersembunyi

Hindari semua makanan yang digoreng dan makanan junk food (makanan rongsokan), french fries (kentang goreng) dan fast food. Semua makanan tersebut memang lezat tetapi

makanan itu dapat mendatangkan kesulitan dalam bentuk diabetes dan penyakit jantung maupun stroke.

f. Hindarkanlah lemak jenuh

Lemak jenuh adalah semua lemak yang berasal dari hewan yang mengental dalam suhu ruangan. Sebagian dari lemak

jenuh yang bersumber dari hewan adalah mentega, lemak babi dan lemak sapi. Telur dan daging juga mengandung

banyak lemak jenuh.

Lemak tak jenuh termasuk minyak jagung, minyak wijen, minyak zaitun, minyak kedelai dan minyak kacang tanah.

(9)

untuk dipakai karena tidak mempunyai efek memproduksi kolesterol.

g. Makan lebih banyak makanan yang alami

Penderita diabetes harus lebih banyak memakan lebih

banyak serat alami seperti sayur-sayuran dan buah-buhan karena dapat menurunkan jumlah lemak dan gula yang beredar didalam peredaran darah. Jangan kupas apel dan

buah-buahan lain yang kulitnya dapat dimakan karena serat dan vitamin yang berharga ada dibawah kulit buah tersebut.

Jenis kacang-kacangan adalah sumber serat yang baik dan jenis kacang-kacangan tersebut juga mengandung lemak yang rendah.

h. Hindari minuman beralkohol

Alkohol mengandung kalori yang sangat tinggi. Ada banyak

pilihan minuman yang bercitarasa dan dapat dianggap sebagai makanan bebas bagi penderita diabetes termasuk teh cina yang tidak bergula, sari jeruk atau limau yang tidak

dimaniskan serta air mineral.

B. Kepercayaan Diri

1. Pengertian percaya diri.

Percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis diri

(10)

berbuat atau melakukan suatu tindakan (Thantaway, 2005 dalam wikipedia.com).

2. Klasifikasi percaya diri

Menurut Niven (2002), percaya diri ada empat macam, yaitu

a. Self concept yaitu bagaimana seseorang menyimpulkan dirinya secara keseluruhan mulai dari gambaran diri sampai konsep dirinya.

b. Self esteem yaitu sejauhmana seseorang mempunyai perasaan positif terhadap diri sendiri seperti harga diri.

c. Self efficacy yaitu sejauhmana seseorang mempunyai keyakinan atas kemampuan yang dimiliki untuk menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil

yang bagus (to succeed).

d. Self confidence yaitu sejauhmana seseorang mempunyai keyakinan terhadap penilaian dirinya atas kemampuannya dan sejauh mana seseorang tersebut bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence adalah

kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.

3. Ciri-ciri kurangnya rasa percaya diri

Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang kurang akan terlihat dari ciri-ciri berikut (Niven, 2002) antara lain:

a. Kurang bisa bersosialisasi

(11)

c. Tampak murung dan depresi

d. Selalu mempunyai perasaan pesimis

e. Tidak mau mengambil tanggung jawab f. Takut untuk mengeluarkan pendapatnya.

C. Mekanisme Koping

1. Pengertian

Menurut Smith (1994), setiap individu tidak pernah lepas dari masalah dan sering kali masalah-masalah tersebut

menyebabkan individu menjadi stres. Seseorang akan memberi reaksi yang berbeda-beda dalam mengatasi setiap permasalahannya. Cara atau tindakan yang dilakukan oleh

seseorang untuk menghindari atau mengalihkan perasaan hati yang menekan atau stres disebut dengan koping.

Menurut Rasmun (2004), koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresfull. Koping tersebut merupakan respon individu terhadap situasi yang

mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis.

Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah

lingkunagn atau situasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari

(12)

berakhir dengan maladaptif perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun

orang lain dan lingkungan (Susilawati, 2005).

Mekanisme koping adalah berbagai berbagai usaha yang

dilakukan individu untuk menanggulangi stres yang dihadapinya (Stuart dan Sundeen, 1998). Menurut Hidayat (2008) menjelaskan bahwa individu dapat mengatasi stres

dengan menggerakan sumber koping dilingkungan. Ada lima sumber koping yaitu aset ekonomi, kemampuan dan

keterampilan individu, teknik-teknik pertahanan, dukungan sosial dan dorongan motivasi.

2. Penggolongan mekanisme koping

Mekanisme koping dibagi menjadi dua macam (Stuart & Sundeen, 1998), yaitu

a. Mekanisme koping adaptif

Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.

Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi,

latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. b. Mekanisme koping maladaptif

Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi

(13)

dan cenderung menguasai lingkunngan. Kategorinya adalah makan berlebihan/ tidak makan, bekerja berlebihan,

menghindar.

3. Faktor yang mempengaruhi mekanisme koping

a. Jenis kelamin

Laki-laki dan perempuan sama-sama menggunakan kedua bentuk koping yaitu problem focus coping dan emotion focus coping. Menurut Pramadi (2003), wanita lebih cenderung berorientasi pada emosi sedangkan pria

lebih berorientasi pada masalah.

Secara umum respon mekanisme koping antara pria dan wanita hampir sama, tetapi wanita lebih lemah atau

lebih sering menggunakan penyaluran emosi daripada pria (Hapsari, 2002).

b. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seesorang akan semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian

pula sebaliknya. Oleh karena itu, seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih realistis dan aktif dalam

memecahkan masalah. c. Perkembangan usia

Struktur psikologis seseorang dan sumber-sumber

(14)

perkembangan usia dan akan membedakan seseorang dalam merespons tekanan (Hapsari, 2002). Pada setiap tingkat

usia meknisme koping yang digunakan akan brebeda . Pada usia muda akan menggunakan problem focus coping sedangkan pada usia yang lebih tua akan menggunakan emotion focus coping. Hal ini disebabkan pada orang yang lebih tua memiliki anggapan bahwa dirinya tidak mampu

melakukan perubahan terhadap masalah yang dihadapi sehingga akan bereaksi dengan mengatur emosinya

daripada pemecahan masalah. d. Status Sosial Ekonomi

Seseorang dengan status sosial ekonomi rendah akan

menampilkan koping yang kurang aktif, kurang realistis, dan lebih fatal atau menampilkan respon menolak,

dibandingkan dengan seseorang yang status ekonominya lebih tinggi.

Menurut Tanumidjojo, dkk (2004) faktor-faktor yang

mempengaruhi mekanisme koping antara lain perkembangan kognitif, yaitu bagaimana subjek berpikir

dan memahami kondisinya, kemudian kematangan usia yaitu bagaimana subjek mengelola emosi, pikiran, dan perilakunya saat menghadapi masalah. Selain itu, urutan

(15)

yang berpengaruh terhadap karakteristik subjek dalam menilai dirinya sendiri, serta moral yaitu bagaimana

subjek memandang aturan tentang masalah yang sedang dihadapi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme coping adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, perkembangan usia, konteks

lingkungan dan sumber individual serta status sosial ekonomi. Sementara faktor-faktor lain yang

mempengaruhi mekanisme koping adalah perkembangan kognitif, kematangan usia, urutan kelahiran, moral, pola asuh orang tua, peran orang tua, dan pemahaman subjek

tentang masalah yang dihadapi.

4. Metode koping

Menurut Rasmun (2004) mengutip dari Bell (1997) ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu

a. Metode koping jangka panjang

Cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang

efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu lama misalnya berbicara dengan orang lain untuk mencari pendapat, mencari informasi lebih

(16)

masalah yang dihadapi dengan kekuatan supra natural, melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan/

masalah, membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi dan mengambil pelajaran dari

peristiwa/pengalaman masa lalu. b. Metode koping jangka pendek

Cara ini digunakan untuk mengurangi stres ketegangan

psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka waktu panjang

misalnya menggunakan obat-obatan, mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan serta

beralih pada aktifitas lain untuk melupakan masalah.

Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah/ ketegangan seperti yang

dikemukakan oleh Rasmun (2004) mengutip dari Mc. Cubbin (1979) yaitu

- Mencari dukungan sosial seperti minta bantuan pada

keluarga maupun teman

(17)

- Mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah

- Menggerakan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan

- Penilaian secara pasif terhadap peristiwa yang alami dengan cara menonton TV atau diam saja.

D. Motivasi diet

1. Pengertian motivasi

Motivasi adalah suatu proses dalam diri manusia yang menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak

menyenangkan (Wade & Travis 2008).

Sikap dan perilaku sehat individu juga dipengaruhi oleh

motivasi diri individu untuk berperilaku sehat dan menjaga kesehatan. Tanpa motivasi, penderita diabetes melitus akan mengalami ketidakpatuhan dalam mengatur pola makan

sehari-hari. Kepatuhan penderita diabetes melitus dalam melaksanakan diet merupakan salah satu hal terpenting dalam

(18)

kesehatan karena dengan mengatur pola makan penderita dapat mempertahankan gula darah mereka agar tetap terkontrol.

2. Faktor yang mempengaruhi motivasi diet diabetes melitus

Kendala utama pada penanganan diet diabetes melitus

adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti terapi diet yang sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan. Pelaksanaan diet diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh adanya dukungan

dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta

aktif dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan terisolasi (Brunner &

Suddart, 2002).

Beberapa faktor yang berhubungan dengan motivasi diet

diabetes melitus diantaranya yaitu sebagai berikut : a. Persepsi terhadap kesembuhan

Persepsi terhadap kesembuhan ini merupakan

pandangan penderita terhadap kesembuhan pada penyakitnya dan terhadap apa yang telah ditentukan oleh

pelayan kesehatan terutama pada masalah diet yang telah ditentukan.

(19)

Percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi

keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam

mencapai tujuan di dalam hidupnya. Seseorang yang mempunyai kepercayaan diri baik, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mempunyai keyakinan

yang kuat atas dirinya dan mempunyai pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Seperti pada penderita

diabetes melitus mereka harus percaya diri bahwa program diit akan menurunkan kadar gula dalam darah.

c. Interaksi sosial atau dukungan sosial

Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu dan diperoleh dari orang lain yang

dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya (Setiadi, 2008).

E. Kepatuhan

1. Pengertian kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Kepatuhan atau ketaatan (compliance/

(20)

pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain (Smeltzer & Bare, 2008).

Kepatuhan diet adalah penatalaksanaan gizi yang paling penting bagi penderita diabetes supaya diet penderita

mempunyai jadwal yang teratur. Tanpa pengaturan jadwal dan jumlah makanan serta kualitas makanan sepanjang hari, penderita akan sulit mengontrol kadar gula darah supaya tetap

dalam batas normal. Penderita diabetes melitus sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai yang dianjurkan dan

harus menaatinya secara terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan yang harus selalu diatur. Pengaturan makanan bagi penderita diabetes melitus secara

umum bertujuan menjaga dan memelihara tingkat kesehatan optimal sehingga dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,

karena diet adalah awal untuk mengendalikan diabetes.

2. Faktor - faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat

digolongkan menjadi empat bagian (Setiadi, 2008) antara lain : a. Pemahaman tentang instruksi

(21)

b. Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan

pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.

c. Isolasi sosial keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu

serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.

d. Keyakinan, sikap dan kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran-pengukuran kepribadian dan kepatuhan.

Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang

gagal. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang mengalami depresi, kecemasan, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan

yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatiannya pada diri sendiri.

3. Strategi untuk meningkatkan kepatuhan terhadap diet

diabetes melitus

Menurut Syakira (2009), strategi yang dilakukan untuk

(22)

a. Dukungan Profesional Kesehatan

Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan

untuk meningkatkan kepatuhan, dukungan yang diperlukan yaitu komunikasi yang efektif dari pihak kesehatan baik

dokter maupun perawat. b. Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang dimaksudkan yaitu dukungan

dari keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga penderita untuk menunjang

peningkatan kesehatan penderita maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.

c. Perilaku Sehat

Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan untuk penderita diabetes melitus diantaranya yaitu tentang

bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita diabetes melitus. Modifikasi gaya hidup terutama pola makan dan olahraga serta kontrol

kadar gula dalam darah secara teratur. d. Pemberian Informasi

(23)

F. Konsep Penelitian

Berdasarkan konsep teori diatas dapat dibuat bagan konsep

penelitian sebagai berikut : Variabel bebas

variabel terikat Faktor kepercayaan diri:

- Kemampuan pribadi

- Keberhasilan seseorang - Keinginan

- Tekat yang kuat

Faktor mekanisme koping:

- Kepribadian individu

- Dukungan sosial

Bagan 2.2. kerangka konsep penelitian

Keterangan :

= variabel yang diteliti

¦¯ ¯ ¯ ¯ ¦ = faktor yang mempengaruhi variabel yang diteliti Kepercayaan diri

Motivasi kepatuhan diet diabetes melitus

(24)

G. Hipotesis Penelitian

1. Ha: terdapat hubungan antara kepercayaan diri dan

mekanisme koping terhadap motivasi kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus di Puskesmas I Rakit,

Banjarnegara tahun 2016.

2. Ho: tidak ada hubungan antara kepercayaan diri dan mekanisme koping terhadap motivasi kepatuhan diet pada

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di Desa Boddia dilihat dari indikator pendidikan, pendapatan

Berdasarkan hasil data dan penelitian, simpulannya adalah pengaruh lagu yang berjudul “hey tayo” terhadap kemampuan anak menyebutkan warna – warna pada anak usia 4 tahun

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian kompetensi kerja.

Dalam setiap pelayanan di Bank Darah mulai dari pengambilan sempel darah sampai dengan pemberian darah kepada pasien dilakukan pencatatan..

Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.. Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh

Namun yang menjadi salah satu kendala dalam program Gerdu Kempling di Kecamatan Pedurungan ini yakni kesungguhan atau konsistensi masyarakat sebagai target atau sasaran

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UMS 2015 834 Sentiment analysis atau yang disebut juga dengan opini mining merupakan analisis yang bertujuan untuk