• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pariwisata

2.1.1.1 Pengertian dan Jenis Pariwisata

Menurut Kodyat (1983), pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata sebagai suatu transformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.

Pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata merupakan usaha yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya. Yoet (1983) mengatakan bahwa usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan Negara.

Kebanyakan batasan pariwisata telah merinci motif-motif yang mendorong seseorang untuk mengadakan perjalanan wisata. Terutama dalam international tourism, motif-motif tersebut sangat bervariasi dan mempunyai pengaruh yang menentukan pada daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya. Perbedaan motif-motif tersebut tercermin dengan adanya berbagai jenis pariwisata. Karena suatu daerah maupun suatu negara pada umumnya dapat menyajikan berbagai antraksi wisata. Maka akan sangat menarik untuk mempelajari dan mempersoalkan jenis wisata mana yang sekiranya mempunyai kesempatan yang paling baik untuk dikembangkan di daerah atau negara tersebut. Hal ini juga akan berpengaruh pada fasilitas yang perlu dipersiapkan dalam pembangunan maupun dalam program-program promosi dan periklanannya.

(2)

Menurut Spillane (1987), pariwisata dapat dibagi menjadi beberapa berdasarkan jenis pariwisata khusus sebagai berikut:

1. Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segara yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan syarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota, atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota-kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisatawan.

2. Pariwisata Untuk Rekreasi (Recreation Tourism)

Jenis wisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

3. Pariwisata Untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat negara lain; untuk mengunjungi monumen bersejarah peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.

4. Pariwisata Untuk Olahraga (Sports Tourism)

Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:

a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya. b. Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi

mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.

(3)

5. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)

Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan.

6. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)

Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi. Negara yang sering mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-bangunan yang menunjang diadakannya pariwisata konvensi.

2.1.2 Peran Pemerintah dalam Industri Pariwisata dan UU Tentang Kepariwisataan

Menurut Soemardjan (1974), menyatakan bahwa pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan kultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata ke dalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik dan sosial dari suatu Negara. Di samping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata.

Peranan pemerintah dalam pengembangan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastruktur (tidak hanya dalam bentuk fisik), menyediakan pendanaan yang dibutuhkan dalam pengembangan wisata, memperluas pelbagai bentuk fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri. Tidak dapat disangkal bahwa hampir di seluruh daerah Indonesia terdapat potensi pariwisata, maka yang perlu diperhatikan adalah sarana angkutan, keadaan infrastruktur, dan sarana-sarana pariwisata yang menuju ke dan terdapat di daerah-daerah tersebut. Hal-hal inilah yang sesungguhnya menjadi pokok persoalan,

(4)

mengembangkan semuanya secara simultan tidak mungkin karena untuk itu diperlukan biaya yang besar, padahal dana yang tersedia terbatas, karena itu pengembangan pariwisata haruslah berdasarkan skala prioritas.

Pengelolaan objek wisata yang baik memerlukan alokasi biaya lingkungan yang baik pula. Akuntansi Lingkungan secara spesifik mendefinisikan dan menggabungkan semua biaya lingkungan ke dalam laporan keuangan perusahaan. Bila biaya-biaya tersebut secara jelas teridentifikasi, perusahaan akan cenderung mengambil keuntungan dari peluang-peluang untuk mengurangi dampak lingkungan serta sangat membantu dalam pengambilan keputusan guna mendukung pengembangan suatu aktivitas yang dilakukan khususnya dalam pengembangan pariwisata. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Bab V (pasal 6) mengenai Pembangunan atau Pengembangan Kepariwisataan menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata.

Ketentuan pidana Bab XV Pasal 64 yang menetapkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum merusak fisik daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) dan setiap orang yang karena kelalaiannya dan melawan hukum, merusak fisik, atau mengurangi nilai daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

2.1.3 Akuntansi dan Biaya Lingkungan 2.1.3.1 Akuntansi Lingkungan

Akuntansi Lingkungan (environment accounting) didefinisikan sebagai pencegahan, pengurangan atau penghindaran dampak terhadap lingkungan, bergerak dari beberapa kesempatan, dimulai dari perbaikan kembali kejadian-kejadian yang menimbulkan bencana atas kegiatan-kegiatan tersebut (Ikhsan,

(5)

2008). Sedangkan menurut Djogo (2006) dalam Rossje (2006), akuntansi lingkungan (environment accounting) adalah istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environment costs) ke dalam praktik akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak (impact) baik moneter maupun non-moneter yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan perusahaan yang mempengaruhi kualitas lingkungan.

Berdasarkan pengertian para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi lingkungan merupakan proses pencegahan, pengurangan dan atau penghindaran dampak lingkungan dengan memasukan unsur biaya lingkungan pada praktik akuntansi konvensional yang berguna bagi pengambilan keputusan internal manajemen maupun pihak eksternal. Akuntansi lingkungan secara spesifik mendefenisikan dan menggabungkan semua biaya lingkungan ke dalam laporan perusahaan. Bila biaya-biaya tersebut secara jelas teridentifikasi, perusahaan akan cenderung mengambil keuntungan dari peluang-peluang untuk mengurangi dampak lingkungan.

2.1.3.2 Biaya Lingkungan

Definisi biaya lingkungan menurut Ikhsan (2008), adalah dampak yang timbul dari kegiatan operasional perusahaan yang harus ditanggung sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Menurut Hansen dan Mowan (2007), biaya lingkungan adalah biaya yang terjadi dan dikeluarkan oleh perusahaan akibat aktivitas lingkungan yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan perlindungan yang dilakukan. Dari kedua pengertian ini dapat disimpulkan bahwa biaya lingkungan adalah biaya yang timbul akibat dari kegiatan produksi perusahaan itu sendiri baik dilakukan secara sengaja maupun tanpa disengaja sudah merusak lingkungan di sekitar perusahaan itu sendiri sehingga perusahaan harus menyiapkan anggaran biaya dimana biaya ini akan digunakan untuk perbaikan lingkungan.

Biaya lingkungan dibagi menjadi dua, yang pertama biaya lingkungan yang bersifat internal, meliputi biaya penanganan limbah, biaya pelatihan yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan lingkungan, biaya pengurusan perijinan dan biaya sertifikasi lingkungan. Kedua adalah biaya lingkungan yang

(6)

bersifat eksternal perusahaan yang meliputi biaya berkurangnya sumber daya alam, biaya polusi udara dan biaya pencemaran air.

2.1.3.3 Tujuan Akuntansi Lingkungan

Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah informasi relevan yang dibuat bagi pihak yang memerlukan atau yang dapat menggunakannya. Keberhasilan akuntansi lingkungan tidak hanya tergantung pada ketepatan dalam menggolongkan semua biaya-biaya yang telah dibuat, akan tetapi kemampuan dan keakuratan data akuntansi perusahaan dalam memberi input untuk menekan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktifitas yang dilakukan. Tujuan lain dari pentingnya pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan oleh perusahaan maupun organisasi lainnya yaitu mencakup kepentingan organisasi publik dan perusahaan-perusahaan publik yang bersifat lokal.

Menurut Ikhsan (2008), pengendalian lingkungan atau pemeliharaan lingkungan hidup sangat penting bagi keberlangsungan lingkungan hidup alam dan juga masyarakat. Selain itu, Ikhsan juga mengatakan bahwa penerapan dan pengembangan akuntansi lingkungan perlu dikembangkan karena memiliki tujuan yang sangat signifikan terhadap lingkungan yaitu:

1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. Artinya manajemen dapat menilai keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya konservasi lingkungan dan juga digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk fasilitas pengelolaan lingkungan, dengan adanya akuntansi lingkungan maka pihak manajemen akan memperoleh informasi mengenai besarnya biaya dari aktivitas lingkungan serta dapat menilai dan meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan sehingga digunakan untuk menilai berapa besar tingkat pengeluaran dan pencapaian tiap tahun untuk menjamin perbaikan kinerja lingkungan yang harus berlangsung terus menerus.

2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat. Sebagai alat komunikasi dengan publik, akuntansi lingkungan digunakan

(7)

untuk menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan konservasi lingkungan dan hasilnya kepada publik. Tanggapan dan pandangan terhadap akuntansi lingkungan dari berbagai pihak, pelanggan dan masyarakat digunakan sebagai umpan balik untuk mengubah pendekatan perusahaan dalam pelestarian atau pengelolaan lingkungan.

Secara garis besar, penggunaan konsep utama akuntansi lingkungan bagi perusahaan adalah kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya. Sangat penting untuk menerapkan akuntansi lingkungan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pengelolan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan (environmental) dari sudut pandang biaya dan manfaat atau efek (economic benefit).

Hal yang paling utama yang perlu diperhatikan manajemen perusahaan adalah adanya kesesuaian antara evaluasi yang dibuat perusahaan terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan. Langkah kedua, yaitu menentukan apa yang menjadi target perusahaan dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berdampak pada lingkungan perusahaan serta menyusun suatu perencanaan untuk mengurangi dampak lingkungan. Langkah ketiga, memilih alat ukur yang sesuai dalam menentukan persoalan lingkungan. Langkah keempat, melakukan penilaian adminstrasi untuk menetapkan target dimasing-masing segmen. Langkah kelima, menghasilkan segmen akuntansi untuk mengukur masing-masing divisi perusahaan. Langkah keenam, melakukan pengujian masing- dimasing-masing divisi. Langkah terakhir adalah melakukan telaah kinerja. Pada telaah kinerja diharapkan dapat menghasilkan segmen akuntansi yang dapat mendukung prestasi manajemen lingkungan dimasing-masing divisi.

Di dalam akuntansi lingkungan ada beberapa komponen pembiayaan yang harus dihitung, misalnya:

1. Biaya operasional bisnis yang terdiri dari biaya depresiasi fasilitas lingkungan, biaya memperbaiki fasilitas lingkungan, jasa atau pembayaran (fee) kontrak untuk menjalankan fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya tenaga kerja untuk menjalankan operasional fasilitas pengelolaan lingkungan serta biaya kontrak untuk pengelolaan limbah.

(8)

Biaya daur ulang yang dijual atau biasa juga disebut dengan “Cost incurred by upstream and down-stream business operations“.

2. Biaya penelitian dan pengembangan yang terdiri dari biaya total untuk material dan tenaga ahli, tenaga kerja lain untuk pengembangan material yang ramah lingkungan, produk dan fasilitas pabrik.

2.1.3.4 Fungsi Akuntansi Lingkungan

Pentingnya penggunaan akuntansi lingkungan bagi perusahaan atau organisasi lainnya dijelaskan dalam fungsi dan peran akuntansi lingkungan. Fungsi dan peran ini dibagi ke dalam dua bentuk. Fungsi pertama disebut dengan fungsi internal dan fungsi kedua disebut dengan fungsi eksternal. Masing-masing fungsi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Fungsi internal

Fungsi ini berkaitan dengan pihak internal perusahaan sendiri. Pihak internal adalah pihak yang menyelenggarakan usaha, seperti rumah tangga konsumen dan rumah tangga produksi maupun jasa lainnya. Adapun yang menjadi aktor dan faktor dominan pada fungsi internal ini adalah pimpinan perusahaan atau organisasi. Sebab pimpinan merupakan orang yang bertanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan maupun penentuan setiap kebijakan internal perusahaan atau organisasi. Sebagaimana halnya dengan sistem informasi lingkungan perusahaan atau organisasi, fungsi internal memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi lingkungan dan menganalisis biaya dari kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan efisien serta sesuai dengan pengambilan keputusan. Dalam fungsi internal ini diharapkan akuntansi lingkungan berfungsi sebagai alat manajemen bisnis yang dapat digunakan oleh manajer ketika berhubungan dengan unit-unit bisnis.

(9)

2. Fungsi Eksternal

Fungsi ini berkaitan dengan aspek pelaporan keuangan dimana pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa secara rasional. Pada fungsi ini faktor penting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah pengungkapan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan dalam bentuk data akuntansi. Fungsi eksternal memberi kewenangan bagi perusahaan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan stakeholder, seperti pelanggan, rekan bisnis, investor, penduduk lokal maupun bagian administrasi. Hal ini menyebabkan perusahaan harus memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya. Diharapkan dengan publikasi hasil akuntansi lingkungan akan berfungsi dan berarti bagi perusahaan-perusahaan dalam memenuhi pertanggungjawaban serta transparansi mereka bagi stakeholders yang sangat berarti untuk kepastian evaluasi dari kegiatan konservasi lingkungan.

2.1.3.5 Pengklasifikasian Biaya Lingkungan

Menurut Hansen dan Mowan (2007) dalam menyusun pelaporan biaya lingkungan, langkah yang akan dilakukan perusahaan adalah mengklasifikasikan biaya-biaya yang berhubungan dengan lingkungan berdasarkan kategori aktivitasnya. Biaya lingkungan tersebut meliputi semua biaya lingkungan yang telah dikeluarkan perusahaan sebelum proses produksi hingga proses produksi selesai. Langkah selanjutnya adalah dilakukan pencatatan dan menyajikan ke dalam bentuk laporan biaya lingkungan. Ikhsan (2008) mengklasifikasikan biaya lingkungan ke dalam tujuh kategori. Berikut adalah klasifikasi biaya lingkungan menurut Ikhsan, yaitu :

1. Biaya Pencegahan Polusi

Biaya pencegahan polusi merupakan biaya yang dibuat untuk usaha-usaha mengurangi dampak lingkungan, seperti fasilitas atau pelengkapan

(10)

yang dipasang untuk mengakhiri emisi yang bertujuan untuk mencegah polusi.

2. Biaya Sirkulasi Sumber Daya

Pada industri pariwisata tidak terdapat proses produksi produk melainkan lebih ke arah pada proses aktivitas yang terjadi di lokasi objek wisata. Mengetahui hal ini maka yang termasuk biaya sirkulasi sumber daya pada industri pariwisata yaitu pendaurulangan sampah yang dihasilkan setelah proses aktivitas serta pergantian tempat penyimpanan atau pelindung benda-benda cagar budaya. Adapun biaya sirkulasi sumber daya didefinisikan sebagai pengeluaran yang dibuat untuk perputaran biaya berkelanjutan.

3. Biaya Upstream dan Downstream

Biaya upstream adalah suatu biaya yang berusaha untuk mengurangi dampak lingkungan yang diciptakan sebelum terjadi proses aktivitas. Biaya downstream adalah suatu biaya untuk usaha-usaha mengurangi dampak lingkungan yang terjadi setelah produk aktivitas.

4. Biaya Administrasi

Biaya administrasi merupakan biaya untuk kegiatan manajemen yang dihasilkan oleh perusahaan dalam aktivitas konservasi lingkungan. Biaya ini termasuk upah yang diberikan oleh pihak manajemen serta usaha yang secara tidak langsung memberikan kontribusi terhadap pengurangan dampak lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan aktivitas yang terjadi.

5. Biaya Penelitian dan Pengembangan

Biaya ini dikeluarkan untuk tujuan kegiatan penelitian dan pengembangan guna perbaikan kualitas dan lingkungan. Biaya penelitian dan pengembangan ini merupakan biaya untuk pencegahan agar kerusakan lingkungan dapat dihindari.

6. Biaya Kegiatan Sosial

Biaya kegiatan sosial adalah biaya yang berhubungan dengan perbaikan lingkungan yang dihasilkan untuk kebaikan masyarakat luas dan biaya untuk menjalin hubungan dan komunikasi dengan masyarakat.

(11)

7. Biaya Perbaikan Lingkungan

Biaya perbaikan lingkungan merupakan biaya yang dialokasikan untuk perbaikan dampak lingkungan dan pengembalian lingkungan ke dalam kondisi semula atau ke dalam kondisi yang lebih baik.

Pelaporan biaya lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Pelaporan biaya lingkungan menjadi hal yang penting bagi perusahaan yang memiliki komitmen tinggi terhadap peningkatan kinerja lingkungan dan menjadi perwujudan bentuk tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungan. Sangat penting bagi perusahaan untuk membuat laporan biaya lingkungan secara terpisah karena laporan biaya lingkungan dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan langkah perencanaan untuk periode yang akan datang, manajemen dapat menyusun program untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang sudah ada maupun masalah kualitas yang terjadi sebelumnya. Pelaporan biaya lingkungan sangat penting karena dapat menyediakan umpan balik dengan membandingkan biaya-biaya yang direncanakan dengan biaya-biaya yang sebenarnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian yang telah dilakukan Moedjanarko dan Frisko (2013), yang berjudul Pengelolaan Biaya Lingkungan dalam Upaya Minimalisasi PT Wonosari Jaya Surabaya dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode interview semistructured, analisis dokumen, dan observasi lapangan. Objek penelitian berupa perusahaan yang bergerak di bidang industri kawat baja di PT Wonosari Jaya. Tujuan penelitian Moedjanarko dan Frisko yaitu untuk memberikan gambaran dan alternatif solusi bagaimana peran Environmental Management Accounting dalam menghasilkan informasi agar badan usaha mampu mengidentifikasi, mencegah dan meminimalkan biaya lingkungan. Environmental cost diklasifikasikan dalam penggabungan biaya pencegahan dan deteksi lingkungan, penggabungan biaya kegagalan internal lingkungan dan biaya kegagalan eksternal lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan biaya lingkungan mendukung upaya minimalisasi limbah. Berkurangnya limbah diharapkan dapat meminimalkan

(12)

pengeluaran biaya pengolahan limbah. Dengan metode Environmental Cost Management, industri kawat baja dapat mendeteksi adanya biaya kegagalan internal dan eksternal yang dapat diatasi dengan meningkatkan biaya pencegahan dan deteksi.

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Hermiyetti dan Dondokambey (2012), yang berjudul Analisis Perlakuan Akuntansi dan Pengalokasian Biaya Lingkungan Pada PT Aspex Kumbong dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif melalui pendekatan deduktif yang meliputi pengumpulan, pengolahan, penyajian serta analisis data kuantitatif untuk menarik kesimpulan. Pada penelitian Hermiyetti dan Dondokambey, PT Aspex Kumbong belum menerapkan akuntansi lingkungan dan PT Aspex Kumbong mendefenisikan biaya lingkungan yang dikeluarkannya sebagai biaya yang harus dibayarkan sebagai konsekuensi dari adanya kegiatan operasi perusahaan yang menghasilkan sampah atau limbah. Hasil dari penelitian Hermiyetti dan Dondokambey adalah akuntansi lingkungan sangat penting bagi perusahaan untuk dapat mengidentifikasi biaya lingkungan yang dihasilkan sebagai wujud tindakan pengelolaan lingkungan dan untuk dapat mengendalikan biaya lingkungan sehingga total biaya lingkungan menjadi tidak terlalu besar.

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Setyaningtyas dan Andono (2013), yang berjudul Penerapan Environmental Cost Accounting (ECA) Pada PG. Modjopanggoong di Kabupaten Tulunggung dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif dan menggunakan teknik analisis dokumen, observasi dan wawancara. Pada penelitian Setyaningtyas dan Andono dengan penerapan ECA perusahaan dapat mengukur dampak lingkungan secara fisik maupun secara finansial. Penerapan ECA dapat dilakukan dengan model biaya kualitas lingkungan. Dengan mengkategorikan aktivitas terkait dengan pengelolaan lingkungan ke dalam empat kategori biaya kualitas lingkungan yaitu biaya pencegahan, biaya deteksi, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal dan kemudian dilakukan pembuatan laporan keuangan lingkungan. Setelah menerapkan ECA manajemen dapat memperoleh informasi berapa besar biaya dari aktivitas yang dilakukan sehingga dengan mengetahui biaya lingkungan maka perusahaan akan mengetahui kinerja lingkungannya selama

(13)

ini, selanjutnya manajemen dapat mengambil keputusan untuk langkah pengelolaan lingkungan selanjutnya.

2.3 Bagan Alur Berpikir

Gambar 2.1 Bagan Alur Berpikir

Sumber: Data diolah (2014)

LATAR BELAKANG MASALAH

1. Infrastruktur pendukung pariwisata destinasi wisata di Kabupaten Toraja dan Toraja Utara

Sulawesi Selatan memerlukan perbaikan guna menunjang minat wisatawan

2. Dari 78 objek wisata, baru 30 objek wisata yang dikelola secara profesional. Sementara sisanya, 48 objek wisata belum digarap oleh pemerintah Kabupaten Toraja dan Toraja Utara.

3. Objek wisata yang belum dikelola secara maksimal belum mampu memberikan

konstribusi terhadap peningkatan PAD.

4. Kondisi lingkungan objek wisata Ke’te’ Kesu’ kurang terpelihara dan terjaga dengan baik.

5. Jumlah wisatawan objek wisata Ke’te’ Kesu’ mengalami penurunan pada tahun

2012-2013.

6. Pengelolaan dan pemeliharaan objek wisata yang baik memerlukan alokasi biaya

lingkungan yang baik pula.

FOKUS PENELITIAN

1. Bagaimana laporan kas tahun 2013 dan akun apa saja yang bisa dimasukkan di laporan biaya lingkungan tahun 2013?

2. Apakah biaya terkait lingkungan yang telah dilaporkan pada laporan biaya pengelolaan lingkungan objek wisata Ke’te’ Kesu’ pada tahun 2013 benar-benar terealisasi?

3. Aktivitas-aktivitas apa saja yang berdampak terhadap lingkungan di objek wisata Ke’te’ Kesu’?

4. Bagaimana proyeksi biaya lingkungan di tahun 2014 dan tahun berikutnya ?

LANDASAN TEORI

Pariwisata merupakan sektor ekonomi penting yang merupakan usaha yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya dan menunjang devisa negara. Usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara. Pengelolaan pariwisata yang baik memerlukan alokasi biaya lingkungan yang baik. Biaya lingkungan adalah biaya yang timbul akibat dari kegiatan produksi perusahaan itu sendiri baik dilakukan secara sengaja maupun tanpa disengaja sudah merusak lingkungan di sekitar perusahaan itu sendiri sehingga perusahaan harus menyiapkan anggaran biaya dimana biaya ini akan digunakan untuk perbaikan lingkungan.

PENELITIAN TERDAHULU

1. Moedjanarko (2013), “Pengelolaan Biaya Lingkungan dalam Upaya Minimalisasi Limbah

PT Wonosari Jaya Surabaya : Studi Kualitatif”.

2. Bangun dan Sunarni (2013), “Pelaporan Biaya Lingkungan dan Penilaian Kinerja

Lingkungan (Studi Kasus Pada PT Tangjungenim Lestari Pulp and Paper) : Studi Kualitatif”.

3. Andayani (2013), “Tanggung Jawab Lingkungan dan Informasi Biaya Lingkungan dalam

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan sistem adalah suatu proses yang terdiri dari berbagai unsur atau kelompok yang satu sama lain berkaitan secara struktural maupun fungsional dan saling

Hasil penelitian di lokasi sebaran banteng Resort Malangsari Taman Na- sional Meru Betiri (TNMB) diketahui bahwa struktur vegetasi habitat banteng dan komposisi

Meleikukan rekapitulasi hasil penelitian administrasi dan verifikasi kepengurusan, memperhatikan 3 0 % (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan, domisili kantor tetap

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut; 1) Hasil pengujian harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian di The Bodyshop Town Square Surabaya. Hal ini

Bentuk jadian berimbuhan dibentuk dari bentuk dasar dibubuhi dengan imbuhan (afiks). Afiks memiliki fungsi gramatikal dan makna tertentu dalam pembentukan kata. Di samping

Ungkapan terima kasih kepada Tian dilakukan dengan berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan.. Perbuatan apa yang dapat kamu lakukan kepada

Löïc ñaåy ngöôïc laø phaûn öùng baát ngôø khi ñóa maøi, taám ñôõ, choåi ñang quay hoaëc baát kyø phuï tuøng naøo khaùc bò keït hoaëc bò vöôùng. Vieäc

Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa konsumen KVH Specialty Coffee Shop juga telah memiliki citra positif pada hampir keseluruhan elemen citra yang