EVALUASI PENGEMBANGAN PRODUKSI TAHU YANG
BERKUALITAS, RAMAH LINGKUNGAN, DAN EKONOMIS DENGAN METODEGREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENTII (GQFD-II)
DI PABRIK TAHU PACAR KELING, SURABAYA
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA MANAJEMEN
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
DIAJUKAN OLEH RIO ANGGARA
NIM. 040810055
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Alhamdulillah, segala Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT Yang
Maha Besar karena hanya oleh kuasa-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas akhir penulisan
skripsi yang ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana
Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi
ini, baik dalam materi yang diketengahkan maupun teknik penulisannya, untuk itu saran dan
kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Papa dan Mama tercinta yang terus memberikan doa, semangat, dukungan, dan
perhatiannya sehingga penulis selalu termotivasi dalam menyelesaikan studinya. Serta
terima kasih juga buat Mas Rinald dan Lala atas supportnya selama ini.
2. Terimakasih untuk Kurnia Purnamasari yang terus selalu mendukung dan mendampingi
penulis dalam suka dan duka dengan penuh kesabaran, pengertian, dukungan dan kasih
sayangnya.
3. Yetty Dwi Lestari, SE, MT. Selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan
waktu untuk member pengarahan, pemikiran, dukungan, dan ilmu guna membimbing
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan penuh kesabaran.
4. Prof. Dr. H. Muslich Anshori, S.E.,M.Sc, Ak. Selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga Surabaya
dosen konsentrasi manajemen operasi : Pak Hermawanto, Pak Indro, Pak Pandam, Pak
Arya, Pak Amak, Bu Febri, Pak Baling yang telah mengajarkan, meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran guna memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis.
7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, dari
Departemen Manajemen, Kemahasiswaan, Akademik sampai staff Ruang Baca.
8. Ibu Nancy Gunawan, selaku owner beserta seluruh pegawai Pabrik Tahu Pacar Keling
yang telah memberikan izin kepada penulis dan membantu dalam melakukan penelitian.
9. Kepada teman-teman Bontang: Rizal, Kiki, Tanto, Igel, Hening, Pristi, Dodon, Reza,
Toro, Cintasa, Ican, Razi, Ara, , Ega, dan yang lainnya yang selalu mendukung dan
memotivasi penulis untuk segera myelesaikan studinya.
10. Teman-teman Manajemen Angkatan 2008: Adam, Udin, Jack, Faizal, Haykal, Yosua,
Reda, Gerry, Eko, Aryo, Pondra, Malta, Yudho, Andhito, dll . Terima kasih atas
dukungannya kepada penulis selama kuliah di Manajemen Universitas Airlangga.
11. Teman-teman Workshop Entrepreneur Business Society (WEBS) yang tidak dapat
disebutkan satu per satu. Terimakasih atas kebersamaannya.
12. Berbagai pihak yang telah membantu penulis namun tidak dapat disebutkan satu per satu,
penulis mohon maaf. Semoga amal saudara sekalian mendapat balasan dari Allah SWT.
Surabaya, 27 September 2013
Tahu adalah salah satu kekayaan kuliner Indonesia, harga murah namun memiliki kandungan protein yang tinggi membuat tahu begitu disukai masyarakat. Namun demi mengejar harga jual yang murah banyak produsen tahu yang tidak perduli dengan lingkungan sekitarnya sebagai tempat pembuangan limbah. Sehingga diperlukan perbaikan pada produksi tahu agar dapat dihasilkan produk yang berkualitas, ramah lingkungan (eco-efficiency), namun tetap berbiaya rendah. Pada penelitian ini dilakukan studi untuk mengevaluasi konsep produksi dengan metode Green QFD-II. Metode Green QFD II diharapkan dapat memenuhi harapan konsumen dengan Quality House, mengetahui limbah dan dampaknya bagi lingkungan dengan Green House, serta mengetahui biaya proses yang dapat direduksi denganCost House.
Quality House dibuat untuk mengetahui kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen akan tahu yang berkualitas serta tindakan apa yang harus diprioritaskan oleh pemilik pabrik tahu dalam memenuhinya. Berdasarkan Quality House dapat diketahui bahwa terdapat 6 atribut kualitas produk yang memiliki Gap negative yaitu: tahu memiliki tekstur yang lembut, tahu memiliki rasa yang gurih, tahu tidak mudah basi, tahu yang tidak mudah hancur, kesesuaian tekstur saat diolah, dan proses produksi tahu yang ramah lingkungan.
Green House dibuat untuk mengetahui limbah dan dampaknya terhadap lingkungan, Berdasarkan Green House diketahui limbah pabrik melebihi ambang batas aman yang ditetapkan dalam SK Gubernur Jawa Timur 45/2002 sebesar: BOD 860mg/L, COD 3412,36mg/L, TSS 1014, dan pH 5.
Cost House dibuat untuk mengetahui biaya proses produksi serta kemungkinan biaya tersebut direduksi. Berdasarkan cost house, cost item yang dapat direduksi adalah penggunaan kayu bakar dan minyak tanah.
Pada Green QFD II ini digunakan matriks Concept Comparison House (CCH) untuk mengintegrasikan semua aspek diatas.. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa usulan “tahu with recycling” adalah alternatif konsep terbaik karena dapat memenuhi Q.E.C(Quality, Environment, Cost). Konsep ini juga memiliki tingkat kepuasan lebih tinggi dari “tahu dasar”, dampak lingkungan yang dihasilkan lebih kecil, dan biaya produksi lebih ekonomis (Rp6.019.983) dibandingkan biaya produksi “tahu dasar” (Rp6.097.733).
Tofu is one of the culinary riches of Indonesia, cheap price but has a high protein content makes people know so well liked. But in pursuit of a cheap price many tofu manufacturers do not care about the environment as waste disposal sites. So that the necessary repairs on tofu production to quality products, environmentally friendly, and low-cost. In this research study to evaluate the concept of production with Green QFD-II method. Green QFD method II is expected to meet consumer expectations with Quality House, knowing the waste and its impact on the environment with Green House, and to know that the cost can be reduced by Cost House.
Quality House made to determine the needs, desires, and hopes consumers will tofu quality and what action should be prioritized by the tofu factory owners in fulfilling. Based on Quality House can be seen that there are 6 attributes of quality products that have a negative Gap : tofu has a soft texture, tofu has a savory taste, not easily broken tofu, tofu is not easily ruined, suitability texture when cooked, and tofu production processes that are environmentally friendly.
Green House is made to determine the waste and its impact on the environment, based on Green House known sewage plant exceeded safe limits established in East Java Governor Decree 45/2002 for: BOD 860mg / L, COD 3412.36 mg / L, TSS 1014, and pH 5.
Cost House made to determine the cost of the production process as well as the possibility of reduced costs. Based on cost house, which can be reduced cost item is the use of firewood and kerosene.
At Green QFD II matrix is used Cooncept Comparison House (CCH) to integrate all aspects of the above. Results of this study showed that the proposed "tofu with recycling" is the best alternative because it can meet the concept of Q.E.C (Quality, Environment, Cost). This concept also has a higher level of satisfaction of "basic tofu", environmental impacts resulting smaller, and production costs are low cost (Rp6.019.983) than the cost of production "basic tofu" (Rp6.097.733).
DAFTAR ISI
Halaman Judul………. ... i
Halaman Persetujuan Skripsi ... ii
Halaman Persetujuan untuk Ujian Skripsi ... iii
Pernyataan Orisinalitas Skripsi ... iv
Kata Pengantar………. ……….. ... v
Abstraksi………... ... vii
Abstract……….………..viii
Daftar Isi………..ix
Daftar Tabel………..xv
Daftar Gambar………..xvi
Daftar Lampiran………...xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 7
2.1.1.2 Kualitas Produk ... 7
2.1.1.3 Kualitas Proses ... 8
2.1.2 Pengembangan Produk... 8
2.1.3 Eko-efisiensi... 10
2.1.4 Aspek dan Dampak Lingkungan ... 11
2.1.5 Jenis dan Pengaruh Limbah Tahu Terhadap Lingkungan...11
2.1.6 Proses Produksi yang Ramah Lingkungan ... 14
2.1.7 Quality Function Deployment(QFD) ... 15
2.1.8 Green Quality Function DeploymentII (GreenQFD-II)... 21
2.2 Penelitian Sebelumnya ... 27
2.3 Research Question……….29
2.4 Kerangka Berpikir ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian... 34
3.2 Identifikasi Variabel ... 35
3.3 Definisi Operasional Variabel ... 36
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 39
3.4.1 Jenis Data ... 39
3.4.2 Sumber Data ... 40
3.5 Prosedur dan Pengumpulan Data... 41
3.6 Batasan dan Asumsi Penelitian... 43
3.7 Besar dan Prosedur Penentuan Sampel ... 44
3.8.1 Tahap Membangun Rumah Kualitas ... 46
3.8.1.1Voice of Customer ... 46
3.8.1.2 Matriks Perencanaan(Planning Matrix) ... 46
3.8.1.3Technical Response... 46
3.8.1.4 Korelasi Teknis ... 47
3.8.1.5Technical Matrix ... 47
3.8.2 Tahap Membangun Green House ... 48
3.8.2.1Invebtory Analysis ... 48
3.8.2.2Environmetal Impact ... 48
3.8.2.3Inventory/Impact Relationship Matrix ... 48
3.8.2.4Calculation Matrix ... 48
3.8.2.5Technical Matrix ... 49
3.8.3 Tahap MembangunCost House ... 49
3.8.3.1Life Cycle Cost Analysis ... 49
3.8.3.2. Affection Strength Matrix ... 49
3.8.3.3. Technical Matrix ... 50
3.8.4. Usulan ... 50
3.8.5. Simpulan dan Saran ... 50
3.8.6. Uji Validitas ... 51
3.8.7. Uji Reliabilitas ... 51
3.9 Tahapan Penelitian ... 52
4.1.1 Gambaran Umum Industri Tahu ... 55
4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan ... 55
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 59
4.2.1 Proses Pembuatan Tahu ... 59
4.2.2 Deskripsi Tahapan Proses ... 60
4.2.3 Data Lingkungan Proses Pembuatan Tahu ... 62
4.2.4 Data Biaya Proses Produksi Tahu ... 64
4.3. Data Identifikasi Responden ... 65
4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66
4.4.1 Uji Validitas ... 66
4.4.2 Uji Reliabilitas ... 68
4.5 Hasil Pengolahan Data ... 69
4.5.1 House of Quality... 69
4.5.1.1 Derajat Kepentingan Atribut ... 69
4.5.1.2 Kesenjangan Antara Harapan dan Diterima oleh Konsumen ... 71
4.5.1.3 Pembuatan Rumah Kualitas ... 73
4.5.2 Green House(GH) ... 83
4.5.2.1 PengolahanLife Cycle ImpactProduk ... 83
4.5.2.2Environmental Inventory... 87
4.5.2.3 MengembangkanInventory/Impact Relationship Matrix... 89
Calculation Matrix ... 89
4.5.2.5 PerhitunganTechnical Importance Ratings ... 90
4.5.3 Cost House ... 93
4.6 Concept Comparison House(CCH) ... 94
4.6.1 Penentuan bobot Proritas Kriteria Pemilihan Produk ... 95
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 98
4.7.1 AnalisisQuality House... 98
4.7.1.1 Analisis Kualitas Produk Berdasarkan Kebutuhan dan Keinginan Konsumen ... 98
4.7.1.2 Analisis Tingkat Kesenjangan Kualitas ... 99
4.7.1.3 AnalisisImportance Rating... 99
4.7.1.4 AnalisisRaw WeightdanNormalized Raw Weight... 99
4.7.1.5 Analisis Respon Teknis ... 100
4.7.2 AnalisisGreen House ... 101
4.7.2.1 Analisis Prioritas Dampak ... 101
4.7.2.2 AnalisisTechnical Importance Rating... 101
4.7.3 AnalisisCost House ... 102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 105
5.2 Saran ... 106
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Skala Kepentingan ... 18
Tabel 2.2 Simbol dalamRelationship Matrix... 20
Tabel 2.3 Perbedaan QFD,Green-QFD dan Green-QFD II ... 21
Tabel 2.4 Research Question……….. 29
Tabel 2.5 Kerangka Berfikir ... 33
Tabel 3.1 Hubungan Korelasi Teknis ... 47
Tabel 4.1 Jenis proses, Bahan, dan Keluaran Bukan Produk Pada Proses Produksi Tahu ... 63
Tabel 4.2 Biaya Produksi Pabrik Tahu Pacar keeling per Hari... 64
Tabel 4.3 Data Identifikasi Responden Pabrik Tahu Pacar Keling... 65
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Tingkat Kepentingan, Kenyataan dan Harapan Kualitas Produk Tahun Pacar Keling Surabaya ... 67
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Kepentingan, Kenyataan dan Harapan Kualitas Produk Tahun Pacar Keling Surabaya ... 68
Tabel 4.6 Derajat Kepentingan Atribut Keinginan Konsumen Tahu Pacar Keling ... 70
Tabel 4.7 Kesenjangan Atribut Kualitas Produk Tahu Pacar Keling ... 72
Tabel 4.10 Derajat Pengaruh Teknis ... 76
Tabel 4.11 Goal………. ... 78
Tabel 4.12Importance Rating, Goal, Improvement Ratio, Sales Point,
Raw Weight, Normalized Raw Weight ... 80
Tabel 4.13 Nilai Bobot Absolut Teknis dan Target Performansi Tahu
Pacar Keling ... 81
Tabel 4.14 Skala dalam AHP ... 86
Tabel 4.15 Matriks Perbandingan Berpasanga antar Karakteristik Dampak
Potensial Untuk Mengetahui Bobot Prioritas Dampak ... 86
Tabel 4.16 Prioritas Dampak Produksi Tahu Pacar Keling ... 87
Tabel 4.17Test ResultProduksi Tahu... 88
Tabel 4.18 Impact Characterization, Impact Priorities, Raw Weight, Normalized
Raw Weight untuk Green House Tahu Pacar Keling... 90
Tabel 4.19 Prioritas Absolut dan Relatif untukGreen HouseTahu
Pacar Keling ... 91
Tabel 4.20 Matriks Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Pemilihan
Produk ... 95
Tabel 4.21 Bobot Prioritas Pemilihan Produk ... 95
Tabel 4.22 Solusi Untuk Permasalahan Pabrik Tahu Pacar Keling ... 102
Tabel 4.23 Biaya Produksi Pabrik Tahu Pacar Keling per Hari (Tahu with
Recycling) ... 103
Tabel 4.24Cost MatrixPerbandingan Biaya Produksi Tahu Dasar Dengan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Quality House(QH) ... 16
Gambar 2.2 Green House(GH) ... 22
Gambar 2.3 Cost House(CH) ... 24
Gambar 2.4 Concept Comparison House(CCH) ... 26
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Data ... 41
Gambar 3.2 Tahapan Penelitian ... 54
Gambar 4.1 Persiapan ... 57
Gambar 4.2 Pencucian dan Perendaman ... 57
Gambar 4.3 Proses Penggilingan ... 57
Gambar 4.4 Proses Pemasakan ... 57
Gambar 4.5 Proses Penyaringan ... 58
Gambar 4.6 Proses Pengendapan ... 58
Gambar 4.7 Proses Pencetakan ... 58
Gambar 4.8 Proses Pemotongan ... 58
Gambar 4.9 Tahu Siap Diantar ke Konsumen ... 58
Gambar 4.10 Tahapan Pembuatan Tahu ... 59
Gambar 4.11 Relationship Matrixdengan Numerik (Hubungan Antara Customer NeedsdanTechnical Response) ... 75
Gambar 4.13 House of QualityPabrik Tahu Pacar Keling ... 82
Gambar 4.14 Green HousePabrik Tahu Pacar Keling ... 92
Gambar 4.15 Cost HouseTahu Pacar Keling ... 94
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Data Identifikasi Responden
Lampiran 3. Data Kuesioner Untuk Tingkat Kepentingan
Lampiran 4. Data Kuesioner Untuk Tingkat Kepuasan yang Diterima
Lampiran 5. Data Kuesioner Untuk Tingkat Kepuasan yang Diharapkan
Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 7. Respon Teknis
Lampiran 8. House Of Quality
Lampiran 9. Matriks Dampak Lingkungan
Lampiran 10.Green House
Lampiran 11.Cost House
Lampiran 12. Matriks Pemilihan Produk
Lampiran 13. KuesionerConcept Comparison House
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semakin kedepan, persaingan antar perusahaan semakin ketat, setiap
perusahaan dituntut dapat terus meningkatkan kualitas agar dapat memenuhi
selera masyarakat yang terus berkembang. Semenjak fokus masyarakat luas pada
polusi yang berlebihan, minimalisasi (penggunaan) sumber daya, limbah yang
berbahaya, dan masalah lingkungan lain meningkat lebih dari 1 dekade lalu
(Psomas,2011), kini perusahaan tidak saja di tuntut mampu menciptakan produk
yang berkualitas namun juga harus memperhatikan limbah produksi yang di
dihasilkan. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin merasakan efek buruk
seperti: pemanasan global, cuaca tidak menentu, musim tanam yang tidak
menentu, serta bencana banjir yang semakin parah tiap tahunnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartmant (2005) menunjukkan bahwa
perusahaan yang menggunakan isu ramah lingkungan dalam klaim kampanyenya
lebih bisa diterima oleh konsumen dibandingkan dengan kampanye perusahaan
tanpa menggunakan isu ramah lingkungan. Hal ini tentu saja menjadi tantangan
tersendiri bagi tiap-tiap perusahaan untuk dapat memenuhi harapan konsumen
yang saat ini tidak saja menuntut produk berkualitas namun juga ramah
lingkungan dalam setiap produksinya. Akan tetapi salah satu faktor yang tidak
boleh dilupakan adalah faktor biaya produksi nantinya, menurut Tampubolon
membuat suatu keunggulan untuk bersaing bagi perusahaan. Karena faktor ini
akan sangat mempengaruhi hasil penjualan nantinya. Tentu akan menjadi suatu
keunggulan bila perusahaan mampu memproduksi produk yang berkualitas dan
berbiaya rendah namun tidak melupakan faktor lingkungan dalam setiap produksi
mereka.
Salah satu industri yang memiliki kepentingan dengan faktor kualitas
produk, proses produksi yang ramah lingkungan, namun tetap berbiaya produksi
yang ekonomis adalah industry pembuatan tahu. Hal ini dikarenakan, pelaku
usaha ini dituntut untuk dapat memproduksi tahu yang berkualitas namun tetap
memiliki harga jual yang terjangkau oleh masyarakat, sedangkan dari sisi
lingkungan mereka juga harus tetap mentaati ambang batas aman dari limbah
produksi yang di hasilkan. Karena melalui SK Gubernur Jawa Timur 45/2002
2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi industri atau kegiatan usaha lainnya di
Jawa Timur sudah diatur secara jelas ambang batas aman dari limbah usaha baik
bagi industry maupun UKM. Hal ini didukung juga berdasarkan data dari
Kementrian Riset dan Teknologi, pada tahun 2010 terdapat lebih dari 84.000
industri tahu di Indonesia dengan kapasitas produksi 2,56 juta ton per tahun serta
menghasilkan limbah cair sebanyak 20 juta meter kubik per tahun dan limbah
emisi sekitar 1 juta ton CO2ekivalen. Sebanyak 80% industri tahu berada di Pulau
Jawa sehingga emisi yang dihasilkan mencapai 800 ribu ton CO2 ekivalen per
tahun
Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya. Pabrik Tahu Pacar Keling ini salah satu
dari 3 UKM tahu sejenis di kecamatan Tambaksari, Surabaya. Dalam menghadapi
persaingan antara UKM tahu tentu saja Pabrik Tahu Pacar Keling harus dapat
meberikan pelayanan terbaik dengan senantiasa menjaga dan terus meningkatkan
kualitas produk yang di hasilkannya serta memberikan harga yang kompetitif
sehingga dapat memenuhi harapan konsumen namun disisi lain perusahaan juga
harus dapat memastikan bahwa limbah cair yang dihasilkan tidak melewati
ambang batas aman yang ditetapkan pemerintah.
Dari penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk menjadikan Pabrik
Tahu Pacar Keling sebagai penelitian dengan menggunakan metode Green-QFD
II (Green Quality Function DeploymentII untuk mengetahui tingkat kepentingan,
kenyataan, dan harapan konsumen akan produk yang berkualitas melaluiVoice of
Customer (VOC) , mengetahui limbah yang dihasilkan selama proses produksi
tahu beserta dampaknya bagi lingkungan dengan Green House, dan mengetahui
biaya proses produksi tahu apa saja yang nantinya dapat direduksi dengan Cost
House. Ketiga aspek tersebut dijabarkan dalam House of Quality, Green House,
danCost Housedan digunakan matriks Concept Comparison House (CCH) yang
mampu mengintregasikan aspek kualitas, lingkungan, dan biaya. Tujuan utama
penelitian ini adalah membuat desain proses produksi tahu yang memperhatikan
kebutuhan dan keinginan konsumen, ramah terhadap lingkungan, dan ekonomis
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengidentifikasi atribut produk tahu yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen dengan Quality House?
2. Bagaimana mengidentifikasi limbah yang dihasilkan selama proses
produksi tahu dan dampaknya bagi lingkungan denganGreen House?
3. Bagaimana mengidentifikasi biaya proses produksi tahu yang dapat
direduksi denganCost House?
4. Bagaimanakah usulan perbaikan produksi Tahu Pacar Keling dengan
metode Green Quality Function Deployment-II(GQFD-II)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui atribut produk tahu berkualitas yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen denganQuality House.
2. Mengetahui limbah yang dihasilkan selama proses produksi tahu dan
dampaknya bagi lingkungan denganGreen House.
3. Mengetahui biaya proses produksi tahu yang dapat direduksi dengan Cost
House.
4. Mengetahui usulan perbaikan produksi Tahu Pacar Keling berdasarkan
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menambah pengetahuan penulis dalam masalah manajemen
operasional, khususnya mengenai kualitas, pengembangan produk, dan
proses produksi yang ramah lingkungan, serta menjadi referensi untuk
penelitian-penelitian berikutnya.
2. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai cara mengurangi dampak
lingkungan yang ditimbulkan dari proses produksi tahu.
3. Memberikan usulan alternatif produksi tahu yang tidak hanya memenuhi
consumer needs, tetapi juga ramah lingkungan dan ekonomis.
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi
Secara garis besar, sistematika penulisan skripsi ini akan diuraikan dalam
lima bab yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan dari penelitian
ini. Dalam bagian ini akan dijelaskan penelitian yang dilakukan secara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dan landasan teori yang
berhubungan dengan masalah penelitian, yang meliputi konsep kualitas,
eco-efisiensi, pengembangan produk, dan lain-lain.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai data dan juga metode yang digunakan dalam
pengolahan data untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang pembahasan dari penelitian yang dilakukan.
Selain itu, bab ini juga memberikan analisis dari hasil penelitian
tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan yang
dilakukan pada bab-bab sebelumnya, serta pemberian saran-saran yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1. Kualitas
2.1.1.1 Definisi Kualitas
Kualitas sulit untuk dapat di definisikan secara jelas, karena kualitas itu
sendiri bersifat relative, berbeda-beda, dan selalu berubah-ubah tergantung dari
penilaian akhir suatu produk. Konsumen yang berbeda-beda juga akan merasakan
kualitas yang berbeda-beda pula sesuai kriteria standar kualitas masing-masing.
Pada dasarnya konsep dari kualitas adalah kesesuaian produk dengan harapan
konsumen akan produk tersebut, semakin besar loyalitas konsumen maka produk
tersebut telah dapat memenuhi kriteria yang diinginkan konsumen. David
L.Goetsch dan Stanley B. Davis (2003) mendefinisikan kualitas sebagai berikut :
“ Quality is a dynamic state associated with product, service, people, processes,
and environments that meets or exceeds expectation” atau kualitas merupakan
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
2.1.1.2. Kualitas Produk
Kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi, ataupun sifat produk
tersebut dapat memenuhi selera serta kebutuhan konsumen dengan memuaskan
dengan bentuk, warna, dan dapat pula dikaitkan dengan seni. Karena kualitas
selalu dikaitkan dengan memenuhi selera dan kebutuhan konsumen. Produk yang
berkualitas tinggi adalah hal yang sangat penting bagi setiap produsen, terutama
untuk dapat memperluas pangsa pasar. Dengan adanya perbaikan kualitas
berkesinambungan diharapkan mampu meningkatkan penjualan sehingga secara
langsung juga dapat meningkatkan laba bagi perusahaan dengan dua cara yakni
peningkatan pasar serta penghematan biaya. Upaya peningkatan pangsa pasar
akan dapat menghasilkan perbaikan branding serta peningkatan produktivitas.
Sedangkan upaya penghematan biaya dapat meningkatkan produktifitas, biaya
produksi, penurunan sisa material, dan penurunan biaya garansi(Foster, 2007).
2.1.1.3 Kualitas Proses
Kualitas proses tidak hanya di tinjau dari seberapa baik produk tersebut
memenuhi keinginan konsumen. Kualitas juga dapat diukur dari seberapa baik
proses produksi suatu produk tersebut. Kualitas proses yang baik dapat
mendatangkan keuntungan ekonomi bagi perusahaan. Proses produksi yang
berkualitas bisa diukur dari sejauh mana proses tersebut dapat meminimalkan
kecacatan dan meminimalisir jumlah input yang digunakan serta jumlah limbah
yang dihasilkan(Trisaparjo,2005).
2.1.2. Pengembangan Produk
Pengembangan produk (Product Development) pada dasarnya adalah
produk lama atau memodifikasi produk lama agar selalu dapat memenuhi tuntutan
pasar dan selera pelanggan. Pengembangan produk juga dapat disebut aktifitas
kreatif dari keadaan saat ini dan menuju kemungkinan keadaan dimasa depan.
Atribut produk perlu ditentukan dengan cara melalui tolak ukur yang telah
diketahui. Dalam teorinya mengenai kualitas produk, David Garvin (Foster,2007)
menyatakan bahwa atribut produk ditentukan dalam 8 dimensi, yaitu:
1. Performance, hal yang berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang
dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan konsumen saat
membeli.
2. Feature, adalah aspek yang berguna untuk menambah fungsi dasar,
berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
3. Conformance,yaitu hal yang berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap
signifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan
konsumen. Conformance merefleksikan derajat ketepatan antara
karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang
ditetapkan.
4. Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas / kemungkinan suatu
barang dapat menjalankan fungsinya setiapkali dipergunakan pada periode
waktu tertentu dan kondisi tertentu.
5. Durability , yaitu refleksi umur ekonomi berupa daya tahan atau masa
pakai barang.
6. Serviceability, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kompetensi,
7. Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengikuti
nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi refleksi
dan preferensi individu.
8. Fitness for use / Perceived Quality,sifat subyektif yang berkaitan dengan
perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk
yang berkualitas.
2.1.3. Eko-efisiensi
Eko-efisiensi (EE) menurut kamus lingkungan hidup di Kementrian
Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia adalah konsep efisiensi yang
memasukkan aspek sumber daya alam dan energi atau suatu proses produksi yang
meminimumkan penggunaan bahan baku, air, dan energy serta dampak
lingkungan per unit produk.
Eko-efisiensi (EE) merupakan strategi yang menggabungkan konsep
efisiensi ekonomi berdasarkan prinsip efisiensi penggunaan sumber daya alam.
Eko-efisiensi (EE) dapat diartikan suatu strategi yang menghasilkan produk
dengan kinerja lebih baik, dengan menggunakan sedikit energy dan sumber daya
alam (KLH, 2007:I-1). Dalam bisnis, eko-efisiensi (EE) dapat dikatakan sebagai
strategi bisnis yang mempunyai nilai lebih karena sedikit menggunakan sumber
daya alam serta mengurangi jumlah limbah dan pencemaran lingkungan .
Konsep eko-efisiensi (EE) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992
publikasinya “Changing Course” pada tahun 2000. WBCSD telah
mengidentifikasi adanya tujuh faktor kunci dalam eko-efisiensi, yaitu :
1. Mengurangi jumlah penggunaan bahan
2. Mengurangi jumlah penggunaan energy
3. Mengurangi pencemaran
4. Memperbesar daur ulang bahan
5. Memaksimalkan penggunaan SDA yang dapat diperbaharui
6. Memperpanjang umur pakai produk
7. Meningkatkan intensitas pelayanan
2.1.4. Aspek dan Dampak Lingkungan
Limbah industry merupakan sampingan dari proses produksi dan
merupakan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, karena dengan adanya limbah
mengindikasikan adanya inefisiensi dalam proses produksi (Murni, 2005). Limbah
industry dapat terjadi pada setiap tahap proses produksi, untuk itu perlu
diidentifikasi limbah apa saja yang timbul dari setiap tahapan proses produksi.
Aspek adalah sesuatu yang dihasilkan dari kegiatan selain produk utama di
dalam perusahaan, sedangkan dampak adalah efek dari aspek yang dirasakan
lingkungan (Murni, 2005).
2.1.5. Jenis dan Pengaruh Limbah Tahu Terhadap Lingkungan
Jenis limbah yang dihasilkan dari industri tahu menurut Nurhasan (1991)
a. limbah padat
Buangan padat pabrik tahu berasal dari proses pencucian penyaringan
berupa biji yang jelek, ceceran biji, dan batu kerikil yang terikut dalam biji. Dari
proses penyaringan dihasilkan limbah padat berupa ampas tahu, sedangkan dari
proses pengepresan dihasilkan potongan-potongan tahu yang tercecer. Limbah
padat belum terlalu mencemari lingkungan karena bisa digunakan untuk
membuat tempe dan pakan ternak sapi, kerbau, kambing, babi, dan ikan.
b. limbah cair
Sebagian besar buangan pabrik tahu adalah limbah cair yang mengandung
sisa air dari susu tahu yang tidak tergumpal menjadi tahu, sehingga limbah cair
pabrik tahu masih mengandung zat-zat organik seperti protein, karbohidrat dan
lemak. Selain zat terlarut, limbah cair juga mengandung padatan tersuspensi atau
padatan terendapkan misalnya potongan tahu yang kurang sempurna saat
pemrosesan.
Karakteristik limbah cair tahu antara lain menurut Nurhasan(1991) :
a. Temperatur limbah cair tahu biasanya tinggi (60 – 80˚C) proses pembuatan tahu
butuh suhu tunggi pada saat penggumpalan dan penyaringan.
b. Warna air buangan transparan sampai kuning muda dan disertai adanya
suspensi warna putih. Zat terlarut dan tersuspensi mengalami penguraian hayati
maupun kimia sehingga berubah warna. Proses ini merugikan karena air buangan
berubah menjadi warna hitam dan busuk yang memberi nilai estetika kurang
c. Bau pada air buangan industri tahu dikarenakan proses pemecahan protein oleh
mikroba alam sehingga timbul bau busuk dari gas H2S
d. Kekeruhan pada limbah disebabkan oleh adanya padatan tersuspensi dan
terlarut dalam limbah cair pabrik tahu.
e. pH rendah, limbah cair tahu mengandung asam cuka sisa proses penggumpalan
tahu sehingga limbah cair tahu bersifat asam. Pada kondisi asam ini terlepas
zat-zat yang mudah menjadi gas.
f. COD dan BOD tinggi, pencemaran limbah cair organik pada suatu perairan
diukur dengan uji COD dan BOD (Indriyati, 2005). Angka COD biasanya lebih
besar2 – 3 kali angka BOD. Nilai COD menunjukkan banyaknya oksigen yang
digunakan dalam proses oksidasi oleh zat-zat organik yang terkandung dalam
limbah cair yang ekuivalen dengan nilai konsentrasi kalium dikromat (K2Cr2O7)
(Ginting, 1992). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh
bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses biologis,
dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Algert,1987).
Wagiman, et all (2004) menyatakan bahwa fluktuasi COD berada pada jangkauan
antara 10.000 – 100.000 mg/L. Malina dan Pohland (1992) dalam Damanhuri et
al(1997) menyatakan bahwa nilai COD limbah cair tahu di atas 4.000 mg/L. Jadi,
nilai COD limbah cair tahu berkisar antara 4.000 – 100.000 mg/L.
Santika (1987) dalam Wagiman,et.all. (2004) menyatakan bahwa limbah
cair tahu secara alami sudah mengandung mikroorganisme karena kandungan
bahan organiknya tinggi. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan
yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya
kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang
merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam
limbah cair akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk
yang bisa mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila limbah cair ini merembes ke
dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat
dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari
sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare,
dan penyakit lainnya (Nurhasan, 1991). Limbah cair dari tahu yang paling
berbahaya apabila dibuang secara langsung ke lingkungan adalah whey yang
merupakan hasil samping proses penggumpalan dan kandungan bahan organiknya
sangat tinggi (Suryandono, 2004) dan pHnya rendah karena mengandung cuka
sisa bahan untuk pembuatan tahu. Secara fisik,whey berwarna kuning, kental, dan
berbau menyengat jika tersimpan lebih dari 24 jam.
2.1.6. Proses Produksi yang Ramah Lingkungan
Dalam menerapkan konsep eko-efisiensi (EE) diperlukan pemahaman
mengenai Keluaran Bukan Produk (KBP). Menurut kamus lingkungan dari
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), KBP didefinisikan sebagai : “seluruh
materi, energy, dan air yang digunakan dalam proses namun tidak terkandung
dalam produk akhir”. Dengan menganalisa masukan dan keluaran dari proses
produksi secara terperinci, Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai
mengidentifikasi peluang lebih lanjut guna mengurangi biaya produksi dan
meningkatkan produktivitas. Bentuk KBP dapat diidentifikasi sebagai berikut
(KLH, 2007:I-2) :
a. Bahan baku yang kurang berkualitas
b. Barang jadi yang ditolak, diluar spesifikasi produk (semua type)
c. Pemrosesan kembali( reprocessing)
d. Limbah padat (beracun, tidak beracun)
e. Limbah cair (jumlah dari kontaminan, keseluruhan air yang tidak
terkandung dalam produk final)
f. Energy (tidak terkandung dalam produk akhir seperti : uap, listrik, oli, dan
lain-lain)
g. Emisi (termasuk kebisingan dan bau)
h. Kehilangan dalam penyimpanan
i. Kerugian pada saat penanganan dan transportasi)
j. Pengemasan barang
k. Klaim pelanggan dantrade returns
l. Kerugian karena kuraangnya perawatan
m. Kerugian karena permasalahan kesehatan dan lingkungan
2.1.7. Quality Function Deployment(QFD)
Industri dituntut untuk mampu mengembangkan produknya dan
berkualitas sehingga dapat diminati oleh konsumen dan mampu bersaing di pasar.
yang mampu diterima oleh konsumen (Cohen, 1995). Kelemahan inilah yang
memunculkan ide untuk mengembangkan produk yang dapat diterima oleh
konsumen melalui QFD.
Sumber : Wang dan Zhang, 1999
Gambar 2.1 Quality House (QH)
QFD adalah metode terstruktur yang digunakan dalam poses perencanaan
dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan
keinginan konsumen, serta mengevaluasi suatu produk dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen, 1995). QFD memungkinkan
organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan
inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai
efektifitas maksimum.
Konsep QFD dikembangkan untuk menjamin bahwa produk yang
memasuki tahap produksi benar-benar dapat memuaskan kebutuhan para
konsumen atau pelanggan dengan cara membentuk kualitas yang diperlukan dan
Focus utama dari QFD adalah melibatkan konsumen atau pelanggan pada
proses pengembangan produk sedini mungkin. Pembuatan QFD terdiri dari
beberapa tahapan, antar lain :
1. Fase 1 : MenggaliVoice of Customer(VOC)
Pada tahap ini digunakan metode survey sample untuk memperoleh
informasi mengenaiVoice of Customer(VOC). Pada tahap ini terdapat dua
macam data kebutuhan konsumen yaitu data kualitatif dan kuantitatif
daftar VOC yang diterjemahkan kedalam atribut-atribut produk yang
dipentingkan oleh konsumen merupakan data kualitatif, sedangkan ukuran
untuk mengukur tingkat kepentingan tiap-tiap atribut produk merupakan
bentuk kuantitatif.
2. Fase 2 : membangun HOQ ( House of Quality)
Prosedur pembangun HOQ diantarnya :
I. MengidentifikasiCustomer Needs
Customer needs dimunculkan melalui survey terhadap konsumen.
Hasil dari customer needs akan berupa atribut-atribut produk. Rumah
kualitas diawali dengan menyusun kebutuhan dan keinginan
konsumen, serta kepentingan relative (urutan) prioritas untuk
masing-masing karakteristik yang diinginkan konsumen.
II. Membuat Planning Matrix
Matrik perencanaan (Planning Matrix) berisi :
A. Tingkat kepentingan produk berdasarkan pendapat dari konsumen
survey mengenai tingkat masing-masing kebutuhan yang
diinginkan konsumen. Penentuan tingkat kepentingan digunakan
untuk mengetahui sejauh mana konsumen memberikan penilaian
atau harapan dari kebutuhan konsumen yang ada. Digunakan
ukuran skala likert 1-5 untuk mengetahui tingkat kepentingan
responden.
Tabel 2.1 Skala Kepentingan
Nilai Keterangan
1 Tidak penting sama sekali bagi responden
2 Kurang penting bagi responden
3 Cukup penting bagi responden
4 Penting bagi responden
5 Sangat penting bagi responden
Sumber : Yulniar dan Udisubakti, 2011
B. Pengukuran tingkat kepuasaan konsumen terhadap produk
(Current Satisfaction Performance). Pengukuran tingkat
kepuasaan konsumen terhadap produk dimaksudkan untuk
mengukur bagaimana tingkat kepuasaan konsumen setelah
pemakaian produk yang akan di analisa. Dihitung dengan
rumus :
ܹ݁݅݃ℎݐ݁݀ܣݒ݁ݎܽ݃݁ܲ݁ݎ݂ݎ݉ܽ݊ܿ݁=∑ೕ[(ே௨௦ௗ௧௦௧௩௨)ೕ]
(்௧௨௦ௗ௧௦) ..(2.4)
C. Goal, Nilai target ini ditentukan oleh pihak perusahaan untuk
D. Rasio perbaikan (Improvement Ratio), rasio perbaikan
merupakan perbandingan antara nilai yang diharapkan pihak
perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu
produk. Dihitung dengan rumus :
ܫ݉ݎݒ݁݉݁݊ݐܴܽݐ݅= ீ
௨௧ௌ௧௧௦௧………...(2.5)
E. Sales point, berisi informasi-informasi yang menggambarkan
kemampuan produk dalam pemenuhan kebutuhan konsumen.
Nilai sales point yang biasa digunakan adalah :
1,0 = tidak adasales point
1,2 = sales point menengah
1,5 = sales point kuat
F. Raw Weight, merupakan nilai keseluruhan dari data-data yang
dimasukkan dalam planning matriks tiap kebutuhan konsumen
untuk proses perbaikan selanjutnya. Dihitung dengan rumus :
ܴܽݓܹ݁݅݃ℎݐ= (ܫ݉ݎݐܴܽ݊ܿ݁ܽݐ݅݊݃)ݔ(ܫ݉ݎݒ݁݉݁݊ݐܴܽݐ݅)ݔ(݈ܵܽ݁ݏܲ݅݊ݐ)….(2.6)
G. Normalized Raw Weight, merupakan nilai dari Raw Weight
yang dibuat dalam skala antara 0-1 atau dibuat dalam bentuk
persentase. Dihitung dengan rumus :
ܰݎ݈݉ܽ݅ݖ݁݀ݎܽݓݓ݁݅݃ℎݐ= ோ௪௪௧
∑ ோ௪௪௧…..(2.7)
III. MenyusunTechnical Response
Technical response merupakan terjemahan dari customer needs
kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan pada kolomtarget value
(technical matrix)
IV. MenentukanRelationship Matrix
Pada matrix ini berisi pendapat / keputusan tim pengembang
mengenai kekuatan hubungan antar tiap elemen pada technical
response dan tiap atribut produk yang dibutuhkan dan diinginkan
oleh konsumen melalui empat symbol.
Tabel 2.2 Simbol dalamRelationship Matrix
Simbol Nilai
Numerik Keterangan
9 Hubungan Kuat
3 Hubungan sedang
1 Hubungan lemah
(kosong) 0 Tidak ada hubungan
Sumber : Yulniar dan Udisubakti, 2011
V. MembuatTechnical Correlation
Pada bagian ini terdiri dari dua informasi yaitu :
a. Hasill perhitungan yang menunjukkan urutan peringkat
technical response berdasarkan keinginan dan kebutuhan
konsumen padaplanning matriksdanrelationship matrix.
b. Target performansi teknis (technical performance) diperoleh
melalui rumus :
2.1.8. Green Quality Function DeploymentII (GreenQFD-II)
Green QFD-II dikembangkan oleh Zhang (1999) dengan mengintegrasikan
Life Cycle Assesment(LCA) danLife Cycle Costing(LCC) kedalam matriks QFD
untuk menyusun kualitas berdasarkan keinginan konsumen, lingkungan, dan biaya
dari keseluruhan proses pengembangan produk. Green-QFD II ini merupakan
pengembangan dari Green QFD dimana Green QFD sebelumnya tidak
memasukkan unsure LCC ke dalam matrix QFD. Metodologi Green-QFD II
dilakukan secara sistematis oleh tim pengembang produk untuk mendesain produk
yang sustainable sehingga memenuhi permintaan customer, berbiaya rendah, dan
memperhatikan lingkungan. Table 2.3 berikut menggambarkan perbedaan QFD
klasik,Green-QFD, danGreen-QFD II :
Tabel 2.3 Perbedaan QFD,Green-QFD, danGreen-QFD II
Metode
Aspek yang Diperhatikan
Kualitas Lingkungan Biaya
QFD √ − −
Green-QFD √ √ −
Green-QFD II √ √ √
Sumber : Yulniar dan Udisubakti, 2011
Tahapan-tahapan dalamGreen-QFD II ini meliputi :
1. Tahap 1 :Technical Requirement Identification
Tujuan dari fase ini adalah mengidentifikasitechnical requirentments dari
yang ada. Permintaan kebutuhan yang didapatkan kemudian digunakan untuk
mengembangkan konsep produk baru. Pada fase ini dibuat tigahouseyaitu :
1. Quality House(QH) berisi VOC
2. Green House(GH) dari Life Cycle Assesment(LCA)
3. Cost House(CH) dariLife Cycle Costing(LCC)
Sumber : Wang dan Zhang, 1999
Gambar 2.2 Green House (GH)
Keterangan :
1. Inventory loadselamaLife Cycle Stages
Digunakan untuk menganalisis inventory load atau beban output dari
proses produksi yang terkandung dalam lingkungan seperti output dari
energy, material yang digunakan, serta emisi terhadap atmosfer, air, dan
tanah.Inventorymerupakantechnical responseuntuk lingkungan.
2. Kuantitas (Amount)
Tiap inventory load diukur sesuai unitnya misalnya satuan berat (Kg),
Berisi daftar klasifikasi dampak terhadap lingkungan yang disumbang oleh
inventory load.
4. Matrik hubungan inventory / Dampak (Inventory/Impacts Relationship
Matrix)
Menggambarkan kontribusi dampak dari inventory load untuk setiap
dampak lingkungan dengan faktor ekuivalen.
5. Karakteristik Dampak (Impact Characterization)
Pada ruang ini berisi nilai dampak yang dihitung berdasarkan pada tata
ruang sebelumnya.
6. Prioritas dampak (Impact Priority)
Indeks keseluruhan dihitung dari proiritas dampak lingkungan yang
berasal dari opini umum para ahli lingkungan.
7. Indeks keseluruhan (overall Index)
Indeks keseluruhan dihitung dari prioritas dampak pada ruang 6
8. Bobot (Weight Calculation Matrix)
Dilakukan perhitungan nilai skor baris (raw score) seperti dalam QFD
klasik, kemudian juga dinormalisasikan.
9. Tingkat kepentingan teknis (Technical Importance Rating)
Berisi daftar hitungan tingkat kepentingan untuk bebaninventory.
10. Matriks korelasi (Correlation Matrix)
Menentukan korelasi antar bebaninventory
11. Nilai Target (Target Value)
Perhitungan untuk ruang 5, ruang 7, dan ruang 9 secara matematis
sebagai berikut :
Misalkan :
- Jumlah bebaninventory merupakan vector A2 = (α1,…,αn)
- EF4 : matrix vector ekuivalen
- IC5 : vector dan karakteristik pengaruh
- IP6 : vector dari prioritas pengaruh
- O17 : nilai indeks keseluruhan
- WCM8 : Hasil akhir
Maka,
IC5 = EF4 xT ... (2.9)
O17 = IC5Tx IP6 ... (2.10)
TIR9 = WCM8x EF4 x ቂαଵ
α୬ቃ... (2.11)
Sumber : Wang dan Zhang, 1999
Keterangan :
1. Biaya di setiapLife Cycle Stages (Cost Items of Life Cycle Stages)
Berisi daftar biaya yang terjadi di tiap Life Cycle Stages yang
kemungkinan bisa dikurangi.
2. Faktor-faktor yang dipengaruhi oleh pengurangan biaya (Factor Affected
by Cost Reduction)
Berisi faktor-faktor yang mungkin dipengaruhi pengurangan biaya.
3. Matrik kekuatan pengaruh(Affection Strength Matrix)
Digambarkan kekuatan pengaruh dari pengurangan biaya.
4. Prioritas pengurangan biaya(Priority of Cost Items Reduction)
Berisi prioritas item untuk pengurangan biaya. Tim desain harus memilih
untuk focus pada prioritas pengurangan biaya yang memiliki nilai tinggi,
memiliki potensial paling besar untuk dilakukan pengurangan biaya, dan
pengaru negative akibat pengurangan biaya kecil.
Menentukan korelasi antar biaya.
6. Nilai target(Target Values)
2. Tahap II :Product Concept Generation
Tujuan dari fase ini adalah untuk mengembangkan serangkaian
konsep produk alternatif untuk memenuhi permintaan yang ada dari tahap I.
konsep alternatif tersebut dan konsep produk dasar kemudian di evaluasi
untuk memilih konsep rancangan produk terbaik melaluiConcept Comparison
House.
Gambar 2.4Concept Comparison House (CCH)
Sumber :Wang dan Zhang, 1999
Keterangan :
1. Permintaan dari HOQ+ - GH – CH
2. Matriks korelasi.
3. Konsep produk
4. Matriks tingkat kepuasan.
7. Indeks keseluruhan.
8. BiayaLife Cycletotal.
Struktur CCH hamper mirip dengan HOQ pada QFD klasik. CCH
terdiri dari 8 ruang. Permintaan krisis dari Quality House, Green House, dan
Cost Housedimasukkan ke ruang 1. Tanda minus menunjukkan garis pemisah
menjadi tiga ruang yaitu ruang kualitas, ruang lingkungan, dan ruang biaya.
Di ruang kualitas disusun daftar permintaan fungsional dan
kemampuan manufacturing yang dapat diperoleh dariQuality Housepada fase
I. Pada ruang 2 berisi matriks korelasi antar tiga permintaan (kualitas,
lingkungan, dan biaya). Di ruang 3 berisi daftar alternatif-alternatif konsep
produk termasuk garis mendasar produk dan konsep pengembangan produk
baru dimasukkan kedalam ruangan ini. Tingkat kepuasan permintaan tiap
konsep produk di ruang 1 dibuat pada ruang 4. Adapun bobot menyatakan
tingkat kepentingan permintaan pada ruang 1 dibuat pada ruang 5. Pada ruang
6 berisi hitungan tingkat kepuasan total tiap konsep produk (Astuti, 2004),
sehingga :
SDC6 = ADM4 x W5T……….(2.10)
Dimana :
SDC6 = tingkat kepuasan terhadap konsep diruang 6.
ADM4 = matriks derajat kepuasan diruang 4.
W5 = bobot di ruang 5
Indeks dampak terhadap lingkungan dibuat pada ruang 7, dan
2.2 Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai pengembangan produk sebelumnya telah beberapa
kali dilakukan diantaranya oleh :
1. Y.Zhang H.p. Wang dan C. Zhang, 1999 dengan judul “Green QFD-II: a
life cycle approach for environmentally conscious manufacturing by
integrating LCA and LCC into QFD matrices”. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang adalah sama-sama
menggunakan metode Green Quality Function Deployment II dengan
menambahkan matriks LCC dan LCA kedalam matriks QFD. Penelitian
Zhang ini digunakan sebagai acuan penelitian yang dilakukan penulis.
Sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitian yang diteliti dan
penentuan atribut kualitas yang diinginkan konsumen.
2. Septin Puji Astuti, Udisubakti Ciptomulyono, Mokh Suef pada tahun 2004
dengan judul “Evaluasi Konsep Produk Dengan PendekatanGreen Quality
Function DeploymentII”.
Penelotian ini dilakukan pada tahun 2001 disebuah perusahaan
manufaktur lampu. Melalui penelitian ini diperoleh hasil bahwa dengan
Green QFD II dapat ditemukan karakteristik lampu yang memenuhi
criteria kualitas, lingkungan, dan biaya adalah lampu yang umur hidupnya
lebih lama, menyala terang, jangkauan cahaya luas, tidak merusak
manusia, lingkungan, dan makhluk hidup di sekitarnya dan biaya selama
Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada obyek penelitian
yang diteliti, penelitian ini meneliti perusahaan kelas UKM dan perbedaan
penentuan atribut kualitas yang diinginkan konsumen.Persamaan
penelitian ini adalah sama-sama mencoba mengaplikasikan Green QFD II
untuk menghasilkan produk yang berkualitas, ramah lingkungan, dan
berbiaya ekonomis.
3. Yulniar Pribadi dan Udisubakti Ciptomulyono pada tahun 2011 dengan
judul “Implementasi Green Function Deployment II(GQFD II) Untuk
Pengembangan Produk Ramah Lingkungan di UPT Aneka Industri &
Kerajinan Surabaya (Sub UPT Keramik-Malang).
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 di UPT Aneka Industri &
Kerajinan Surabaya. Melalui penelitian ini UKM yang memproduksi
keramik dapat bersaing di pasar dengan melibatkan isu-isu lingkungan.
Perbedaannya pada penelitian ini terletak pada obyek penelitian
yang diteliti dan penentuan atribut kualitas yang diinginkan konsumen.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode
GreenQFD II dan meneliti UKM sebagai obyek penelitian.
2.3 Research Question
Tabel 2.4
Research Question
1 Bagaimana mengidentifikasi
atribut produk tahu yang
dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen
dengan Quality House?
a. Bagaimana proses pembuatan tahu?
b. Bagaimana Menentukan atribut
kualitas?
c. Bagaimanatechnical responseyang
sesuai dengancustomer needs
konsumen?
d. Menghitung derajat kepentingan,
goal, rasio perbaikan,raw weight ,
normalize raw weight?
2 Bagaimana mengidentifikasi
limbah dampak limbah bagi
lingkungan dengan Green
House?
a. Bagaimana menyusun Daftar
inventory loadselamalife stage
beserta jumlah kandungannya?
b. Bagaimana menentukan hubungan
antara dampak yang ditimbulkan
dengan bahaya terkandung dalam
limbah?
c. Bagaiman menghitung dampak dan
aspek lingkungan yang ditimbulkan?
3 Bagaimana mengidentifikasi
biaya yang dapat direduksi
denganCost House?
a. Apa saja daftar biaya disetiaplife
stageproduksi tahu?
b. Bagaimana mengidentifikasi
dilakukan pengurangan biaya?
c. Bagaimana menghitung prioritas
pengurangan biaya?
2.4 Kerangka Berpikir
Untuk menciptakan produk tahu yang berkualitas dan ramah lingkungan,
diperlukan suatu evaluasi mengenai keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap
produk tahu, selain itu juga perlu dilakukan evaluasi mengenai dampak
lingkungan yang ditimbulkan dari produksi tahu tersebut. Hasil evaluasi bisa
digunakan untuk memberikan gambaran tahu yang diinginkan konsumen, selain
itu hasil evaluasi juga bisa digunakan untuk meminimalkan dampak lingkungan
yang ditimbulkan.
Green Quality Function Deployment II adalah metode yang bisa
digunakan untuk mengembangkan atau meningkatkan kualitas dari suatu produk,
selain itu juga memperhatikan aspek lingkungan dan biaya dengan
mengintegrasikan matriks LCA dan LCC kedalam matriks QFD. Dalam metode
ini dibuat tiga rumah yaitu : rumah pertama adalah rumah kualitas. Pembuatan
rumah kualitas diawali dengan menentukan atribut kualitas yang diingikan
konsumen. Selanjutnya diberikan respon teknis sebagai jawaban dari keinginan
konsumen oleh pihak produsen. Langkah berikutnya adalah menentukan
hubungan antara respon teknis dan kebutuhan konsumen, serta hubungan antar
respon teknis. Kemudian dilakukan perhitungan mengenai derajat kepentingan
nilai jual (sales point), raw weight dan normalized raw weight. Rumah kedua
adalah green house. Pembuatan green house diawali dengan menentukan
inventory load selama life cycle stage beserta jumlah kandungannya. Kemudian
dengan bantuan software SPSS 17.0 dapat diidentifikasi mengenai dampak
lingkungan yang dapat diakibatkan. Selanjutnya dengan bantuan penelitian dari
ahli lingkungan (environmental judgement) ditentukan hubungan antara dampak
yang ditimbulkan dengan bahaya yang terkandung. Langkah berikutnya dilakukan
perhitungan mengenai aspek dan dampak lingkungan. Rumah ketiga adalah cost
house, pembuatancost housediawali dengan mengetahui biaya diseluruh tahapan
proses produk. Selanjutnya mengidentifikasi kemungkinan faktor-faktor yang
mungkin dipengaruhi dari pengurangan biaya, dan menentukan kekuatan
pengaruh dari pengurangan biaya. Langkah berikutnya adalah menghitung
prioritas untuk pengurangan biaya.
Setelah pembuatan ketiga rumah tadi, tahap selanjutnya adalah Product
Concept Generation, tujuan dari tahap ini adalah untuk mengembangkan
sederetan alternatif konsep produk untuk memenuhi permintaan yang telah
ditentukan sebelumnya. Konsep-konsep alternatif tersebut dan konsep produk
dasar kemudian dievaluasi untuk memilih konsep rancangan produk terbaik
melaluiConcept Comparison House. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat
Tabel 2.5 Kerangka Berpikir 1.INPUT
1. Mengethui tingkat kepentingan, kenyataan, dan harapan konsumen dengan VOC
2. AnalisisLife Cycle Assesment(LCA) 3. AnalisisLife Cycle Costing(LCC)
2. PROSES
Data yang telah didapatkan di atas kemudian diolah dengan menggunakanGreen
QFD II dimana terdapat tiga rumah metode ini :
House of Quality
-Daftarinventory load
selamalife stage
-Daftar biaya disetiap
life stage
1. Mengetahui harapan konsumen akan tahu yang berkualitas.
2. Mengetahui bahaya limbah dan dampak produksi tahu bagi
lingkungan.
3. Mengetahui biaya proses produksi tahu yang dapat direduksi.
4. Usulan perbaikan terbaik berdasarkan Green Quality Function
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2009), metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah instrument kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung pada
obyek penelitian. Metode deskriptif dalam penelitian kualitatif memandu peneliti
untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi social yang akan diteliti secara
menyeluruh, luas, dan mendalam (Sugiyono,2009).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu
penelitian yang dilakukan hanya pada satu jenis organisasi. Menurut Yin (2004),
metode studi kasus adalah metode yang cocok untuk menjawab rumusan masalah
bab satu karena :
1. Studi kasus merupakan strategi yang sesuai apabila pokok pertanyaan
penelitian berkenaan dengan “bagaimana” dan “mengapa”.
2. Peneliti tidak dapat mengatur, mengontrol, atau mempengaruhi objek
penelitian.
3. Peneliti difokuskan pada peristiwa kontemporer(masa kini) di dalam konteks
3.2 Identifikasi Variabel
Untuk pembuatanQuality House,dalam penelitian ini menggunakan tabel
dimensi kualitas produk yang diungkapkan oleh David Garvin (Foster, 2007),
meliputi :
a. Performance/ kinerja
b. Features/ fitur
c. Conformance/ kesesuaian
d. Reliability/ keandalan
e. Durability /tahan lama
f. Serviceability/kemudahan dalam perbaikan dan perawatan
g. Aesthetics/estetika
h. Fitnes for use/Perceived Quality/kecocokan penggunaan
Selain delapan atribut di atas, dalam penelitian ini penulis juga
menambahkan satu dimensi tambahan yakni environmental atau lingkungan.
Untuk mengolah life cycle assessment dimulai dengan mengindentifikasikan
Inventory loads of life cycle stage. Inventory loads dalam penelitian ini
menggunakan data referensi dari jurnal penelitian sebelumnya.
Untuk mengolah life cycle dimulai dengan membuat daftar biaya-biaya
yang terjadi selama proses produksi dan kemungkinannya untuk dikurangi, serta
faktor-faktor yang mungkin dipengaruhi dari pengurangan biaya tersebut.
Meliputi :
a. Biaya pada tahap persiapan
c. Biaya pada tahap pengendapan dan penambahan asam cuka
d. Biaya operasional
3.3 Definisi Operasional Variabel
Dari delapan dimensi kualitas produk ditambah dengan satu dimensi
tambahan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kemudian definisi
kesembilan dimensi tersebut yaitu :
a. Performance / kinerja : hal yang berkaitan dengan aspek fungsional suatu
barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan konsumen
saat membeli.
b. Feature / fitur : aspek yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan
dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
c. Conformance / kesesuaian : merefleksikan derajat ketepatan antara
karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah
ditetapkan.
d. Reliability / keandalan : hal yang berkaitan dengan probabilitas atau
kemungkinan suatu barang dapat menjalankan fungsinya setiap kali
dipergunakan dalam periode waktu tertentu dan kondisi tertentu.
e. Durability/ tahan lama : yaitu refleksi umur ekonomi berupa daya tahan atau
masa pakai barang.
f. Serviceability / kemudahan dalam perbaikan, yaitu karakteristik yang
berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam
g. Aesthetics / estetika, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif
mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan
refleksi dari preferensi individu.
h. Fitness for Use / Perceived Quality, sifat subyektif yang berkaitan dengan
perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk
yang berkualitas.
i. Ramah terhadap lingkungan, mengacu pada proses produksi tahu yang tidak
mengakibatkan pencemaran atau kerusakan terhadap lingkungan.
Inventory load of life cycle stagedalam penelitian ini merupakan
material-material, partikel-partikel, maupun emisi yang terkandung dalam lingkungan
selama proses produksi. Kandungan selama dalam proses produksi terdiri dari :
a. H2S
- H2S atau yang biasa disebut Hidrogen Sulfida adalah jenis gas umum yang
biasa terbentuk di alam, gas ini salah satu penyumbang bau tidak sedap yang
biasa di hirup manusia.
b. BOD
- BOD atau yang disebut Biochemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mengurai senyawa kimia dalam air. Zat
ini salah satu parameter tingkat senyawa kimia dalam air.
c. COD
- COD atau yang disebut Chemical Oxygen Demand adalah salah satu uji
d. pH
- pH adalah tingkat keasaman yang diukur dari kadar ion H+ tau ion
OH-(Power of Hydrogen). pH pada produksi dapat disesuaikan dengan dua
macam cara yaitu pH asam dan pH basa tergantung keadaan yang dibutuhkan.
Rentang pH antara 1-13, dibawah 7 asam diatas 7 basa dan netral diangka 7.
e. TSS
- TSS adalah jumlah padatan yang terdapat pada cairan, dapat berupa padatan
yang tidak larut dan yang larut seperti : tanah, pasir, kerikil, mineral, garam,
dan lain sebagainya.
Sedangkan biaya yang diamati adalah biaya yang terjadi selama proses
produksi, meliputi :
1. Biaya pada tahap persiapan, yakni biaya yang dikeluarkan untuk persiapan
proses produksi tahu, biaya ini terdiri atas :
- Biaya pembelian kedelai
2. Biaya pada tahap perebusan, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan proses perebusan, biaya ini terdiri atas :
- Biaya pembelian kayu bakar
- Biaya pembelian minyak tanah.
3. Biaya pada tahap pengendapan, yakni biaya yang dikeluarkan untuk
pengendapan tahu, biaya ini terdiri atas :
4. Biaya operasional, yakni biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional
proses produksi tahu, biaya ini terdiri atas :
- Biaya listrik
- Biaya gaji pegawai
3.4. Jenis dan Sumber Data 3.4.1. Jenis Data
Penelitian ini membutuhkan data-data yang berhubungan dengan masalah
dan digunakan untuk pemecahan masalah. Data yang digunakan adalah data
kualitatif yang diperoleh dari penyebaran kuisioner dan wawancara dengan pihak
manajemen sertabrainstorming dengan ahli. Sementara data kuantitatif diperoleh
dari pengolahan data hasil penyebaran kuisioner. Data kualitatif adalah data yang
tidak dapat diukur dengan skala numerik. Umumnya bisa dikuantitatifkan dengan
cara diklasifikasikan dalam bentuk kategori (Mason dan A.L Douglas, 1996).
Sedangkan data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kategori
dengan posisi yang tidak sama derajatnya karena dinyatakan dalam skala
peringkat (Mason dan A.L Douglas, 1996). Dalam kuisioner yang diajukan,
digunakan skala peringkat 1-5 (sangat tidak penting – sangat penting) untuk
mengidentifikasi tingkat kepentingan, sedangkan untuk mengidentifikasi tingkat
kepuasan skala peringkat yang digunakan adalah 1-5 (sangat tidak puas – sangat
puas), sementara untuk mengidentifikasi skala prioritas digunakan skala AHP 1-9
3.4.2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang langsung diperoleh dari
responden, yaitu dengan menyebarkan kuisioner kepada para konsumen dan
wawancara yang dilakukan dengan pemilik perusahaan yang menjadi objek
penelitian. Wawancara yang dilakukan terhadap konsumen akan menghasilkan
voice of customer, sedangkan wawancara terhadap pemilik akan menghasilkan
respon teknis atas keinginan dan kebutuhan konsumen. Dari data hasil kuisioner
dan wawancara tersebut kemudian diolah menjadi quality function deployment
untuk quality house. Pada Green House sumber data di dapat dari hasil
wawancara dengan Achmad Amrizal Fauzi S.T selaku environment expert
judgment dalam penelitian ini. Pada Cost House dan hasil kesimpulan concept
comparison house didapat dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner oleh
pemilik perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder
yang mendukung dalam proses penelitian, meliputi aktifitas selama proses
produksi beserta dampak lingkungan yang diakibatkan dan biaya-biaya yang
terjadi selama proses produksi. Aktifitas selama proses produksi, terutama untuk
environmental impact didapatkan dari database software SPSS 17.0 serta data
intern perusahaan yang kemudian digunakan untuk membantu mengolahlife cycle
assessment untuk green house, serta biaya-biaya yang terjadi selama proses
produksi untuk diolah menjadi life cycle costing untuk cost house. Dari quality
house, cost house, dan green house kemudian diintegrasikan kedalam concept
Gambar 3.1 Diagram Alur Proses Pengolahan Data
Sumber : Septin, Udisubakti, dan Mokh Suef, 2004
3.5. Prosedur dan Pengumpulan Data
Terdapat berbagai macam teknik pengumpulan data, dan pada penelitian
ini digunakan teknik pembagian kuisioner, wawancara, survei lapangan /
observasi, brainstorming dan studi literatur / pustaka. Pembagian kuisioner
bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan yang sudah
dirasakan konsumen serta mengetahui tingkat harapan konsumen terhadap
masing-masing atribut kualitas. Kuisioner dibagikan kepada 40 orang konsumen.
Kuisioner dibuat untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dilakukannya
Data Primer Data Skunder
penelitian dan untuk memperoleh informasi yang tingkat validitasnya setinggi
mungkin.
Secara umum kuisioner mengandung empat informasi pokok, yaitu :
1. Identifikasi responden
Berisi data diri responden
2. Tingkat kepentingan
Digunakan untuk mengukur beberapa penting suatu atribut kualitas produk
bagi responden.
3. Tingkat kepuasan
Merupakan ukuran tingkat kepuasan responden terhadap atribut-atribut
kualitas produk.
4. Tingkat harapan
Digunakan untuk mengetahui tingkat harapan yang diinginkan responden
Dalam pengambilan data mengenai tingkat kepentingan, digunakan Skala
Likert yaitu : (1) sangat tidak penting, (2) tidak penting, (3) cukup penting, (4)
penting, (5) sangat penting. Sedangkan data untuk tingkat kepuasan kualitas
adalah (1) sangat tidak puas, (2) tidak puas, (3) cukup puas, (4) puas, (5) sangat
puas. Pengumpulan data melalui survei lapangan/observasi dilakukan dengan
cara wawancara untuk mengetahui respon teknis pemilik usaha terhadap
keinginan dan kebutuhan konsumen yang telah disesuaikan dengan kemampuan
internal perusahaan. Untuk analisa mengenai pembobotan aspek dan dampak
literatur juga dilakukan untuk mencari data-data ataupun bahan analisis yang
dapat digunakan dalam penelitian ini.
3.6. Batasan dan Asumsi Penelitian
Agar permasalahan yang ada dapat dianalisis dengan baik, maka akan
dilakukan pembatasan sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan pada produksi tahu di Pabrik Tahu Pacarkeling.
2. Metode yang digunakan adalah Green Quality Function Deployment II
(GQFD-II).
3. Responden dalam penelitian ini adalah para konsumen Pabrik Tahu Pacar
Keling sebagai pengguna produknya.
4. Biaya yang diamati hanyalah biaya selama proses produksi, tidak
memperhatikan biaya distribusi, biaya service terhadap konsumen, dan
lain-lain.
Sedangkan asumsi yang digunakan untuk membantu dalam memecahkan
permasalahan penelitian ini adalah :
1. Bentuk dan kualitas produksi tahu tidak mengalami perubahan selama
dilakukan penelitian.
2. Responden dalam penelitian ini tidak dibedakan jenis kelamin dan