• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGEMBANGAN PRODUKSI TAHU YANG BERKUALITAS, RAMAH LINGKUNGAN, DAN EKONOMIS DENGAN METODE GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT II (GQFD-II) DI PABRIK TAHU PACAR KELING, SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EVALUASI PENGEMBANGAN PRODUKSI TAHU YANG BERKUALITAS, RAMAH LINGKUNGAN, DAN EKONOMIS DENGAN METODE GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT II (GQFD-II) DI PABRIK TAHU PACAR KELING, SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGEMBANGAN PRODUKSI TAHU YANG

BERKUALITAS, RAMAH LINGKUNGAN, DAN EKONOMIS DENGAN METODEGREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENTII (GQFD-II)

DI PABRIK TAHU PACAR KELING, SURABAYA

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA MANAJEMEN

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

DIAJUKAN OLEH RIO ANGGARA

NIM. 040810055

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)
(3)
(4)

Alhamdulillah, segala Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT Yang

Maha Besar karena hanya oleh kuasa-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas akhir penulisan

skripsi yang ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana

Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi

ini, baik dalam materi yang diketengahkan maupun teknik penulisannya, untuk itu saran dan

kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Papa dan Mama tercinta yang terus memberikan doa, semangat, dukungan, dan

perhatiannya sehingga penulis selalu termotivasi dalam menyelesaikan studinya. Serta

terima kasih juga buat Mas Rinald dan Lala atas supportnya selama ini.

2. Terimakasih untuk Kurnia Purnamasari yang terus selalu mendukung dan mendampingi

penulis dalam suka dan duka dengan penuh kesabaran, pengertian, dukungan dan kasih

sayangnya.

3. Yetty Dwi Lestari, SE, MT. Selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan

waktu untuk member pengarahan, pemikiran, dukungan, dan ilmu guna membimbing

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan penuh kesabaran.

4. Prof. Dr. H. Muslich Anshori, S.E.,M.Sc, Ak. Selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Airlangga Surabaya

(5)

dosen konsentrasi manajemen operasi : Pak Hermawanto, Pak Indro, Pak Pandam, Pak

Arya, Pak Amak, Bu Febri, Pak Baling yang telah mengajarkan, meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran guna memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis.

7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, dari

Departemen Manajemen, Kemahasiswaan, Akademik sampai staff Ruang Baca.

8. Ibu Nancy Gunawan, selaku owner beserta seluruh pegawai Pabrik Tahu Pacar Keling

yang telah memberikan izin kepada penulis dan membantu dalam melakukan penelitian.

9. Kepada teman-teman Bontang: Rizal, Kiki, Tanto, Igel, Hening, Pristi, Dodon, Reza,

Toro, Cintasa, Ican, Razi, Ara, , Ega, dan yang lainnya yang selalu mendukung dan

memotivasi penulis untuk segera myelesaikan studinya.

10. Teman-teman Manajemen Angkatan 2008: Adam, Udin, Jack, Faizal, Haykal, Yosua,

Reda, Gerry, Eko, Aryo, Pondra, Malta, Yudho, Andhito, dll . Terima kasih atas

dukungannya kepada penulis selama kuliah di Manajemen Universitas Airlangga.

11. Teman-teman Workshop Entrepreneur Business Society (WEBS) yang tidak dapat

disebutkan satu per satu. Terimakasih atas kebersamaannya.

12. Berbagai pihak yang telah membantu penulis namun tidak dapat disebutkan satu per satu,

penulis mohon maaf. Semoga amal saudara sekalian mendapat balasan dari Allah SWT.

Surabaya, 27 September 2013

(6)

Tahu adalah salah satu kekayaan kuliner Indonesia, harga murah namun memiliki kandungan protein yang tinggi membuat tahu begitu disukai masyarakat. Namun demi mengejar harga jual yang murah banyak produsen tahu yang tidak perduli dengan lingkungan sekitarnya sebagai tempat pembuangan limbah. Sehingga diperlukan perbaikan pada produksi tahu agar dapat dihasilkan produk yang berkualitas, ramah lingkungan (eco-efficiency), namun tetap berbiaya rendah. Pada penelitian ini dilakukan studi untuk mengevaluasi konsep produksi dengan metode Green QFD-II. Metode Green QFD II diharapkan dapat memenuhi harapan konsumen dengan Quality House, mengetahui limbah dan dampaknya bagi lingkungan dengan Green House, serta mengetahui biaya proses yang dapat direduksi denganCost House.

Quality House dibuat untuk mengetahui kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen akan tahu yang berkualitas serta tindakan apa yang harus diprioritaskan oleh pemilik pabrik tahu dalam memenuhinya. Berdasarkan Quality House dapat diketahui bahwa terdapat 6 atribut kualitas produk yang memiliki Gap negative yaitu: tahu memiliki tekstur yang lembut, tahu memiliki rasa yang gurih, tahu tidak mudah basi, tahu yang tidak mudah hancur, kesesuaian tekstur saat diolah, dan proses produksi tahu yang ramah lingkungan.

Green House dibuat untuk mengetahui limbah dan dampaknya terhadap lingkungan, Berdasarkan Green House diketahui limbah pabrik melebihi ambang batas aman yang ditetapkan dalam SK Gubernur Jawa Timur 45/2002 sebesar: BOD 860mg/L, COD 3412,36mg/L, TSS 1014, dan pH 5.

Cost House dibuat untuk mengetahui biaya proses produksi serta kemungkinan biaya tersebut direduksi. Berdasarkan cost house, cost item yang dapat direduksi adalah penggunaan kayu bakar dan minyak tanah.

Pada Green QFD II ini digunakan matriks Concept Comparison House (CCH) untuk mengintegrasikan semua aspek diatas.. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa usulan “tahu with recycling” adalah alternatif konsep terbaik karena dapat memenuhi Q.E.C(Quality, Environment, Cost). Konsep ini juga memiliki tingkat kepuasan lebih tinggi dari “tahu dasar”, dampak lingkungan yang dihasilkan lebih kecil, dan biaya produksi lebih ekonomis (Rp6.019.983) dibandingkan biaya produksi “tahu dasar” (Rp6.097.733).

(7)

Tofu is one of the culinary riches of Indonesia, cheap price but has a high protein content makes people know so well liked. But in pursuit of a cheap price many tofu manufacturers do not care about the environment as waste disposal sites. So that the necessary repairs on tofu production to quality products, environmentally friendly, and low-cost. In this research study to evaluate the concept of production with Green QFD-II method. Green QFD method II is expected to meet consumer expectations with Quality House, knowing the waste and its impact on the environment with Green House, and to know that the cost can be reduced by Cost House.

Quality House made to determine the needs, desires, and hopes consumers will tofu quality and what action should be prioritized by the tofu factory owners in fulfilling. Based on Quality House can be seen that there are 6 attributes of quality products that have a negative Gap : tofu has a soft texture, tofu has a savory taste, not easily broken tofu, tofu is not easily ruined, suitability texture when cooked, and tofu production processes that are environmentally friendly.

Green House is made to determine the waste and its impact on the environment, based on Green House known sewage plant exceeded safe limits established in East Java Governor Decree 45/2002 for: BOD 860mg / L, COD 3412.36 mg / L, TSS 1014, and pH 5.

Cost House made to determine the cost of the production process as well as the possibility of reduced costs. Based on cost house, which can be reduced cost item is the use of firewood and kerosene.

At Green QFD II matrix is used Cooncept Comparison House (CCH) to integrate all aspects of the above. Results of this study showed that the proposed "tofu with recycling" is the best alternative because it can meet the concept of Q.E.C (Quality, Environment, Cost). This concept also has a higher level of satisfaction of "basic tofu", environmental impacts resulting smaller, and production costs are low cost (Rp6.019.983) than the cost of production "basic tofu" (Rp6.097.733).

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul………. ... i

Halaman Persetujuan Skripsi ... ii

Halaman Persetujuan untuk Ujian Skripsi ... iii

Pernyataan Orisinalitas Skripsi ... iv

Kata Pengantar………. ……….. ... v

Abstraksi………... ... vii

Abstract……….………..viii

Daftar Isi………..ix

Daftar Tabel………..xv

Daftar Gambar………..xvi

Daftar Lampiran………...xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 7

(9)

2.1.1.2 Kualitas Produk ... 7

2.1.1.3 Kualitas Proses ... 8

2.1.2 Pengembangan Produk... 8

2.1.3 Eko-efisiensi... 10

2.1.4 Aspek dan Dampak Lingkungan ... 11

2.1.5 Jenis dan Pengaruh Limbah Tahu Terhadap Lingkungan...11

2.1.6 Proses Produksi yang Ramah Lingkungan ... 14

2.1.7 Quality Function Deployment(QFD) ... 15

2.1.8 Green Quality Function DeploymentII (GreenQFD-II)... 21

2.2 Penelitian Sebelumnya ... 27

2.3 Research Question……….29

2.4 Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian... 34

3.2 Identifikasi Variabel ... 35

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 36

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.4.1 Jenis Data ... 39

3.4.2 Sumber Data ... 40

3.5 Prosedur dan Pengumpulan Data... 41

3.6 Batasan dan Asumsi Penelitian... 43

3.7 Besar dan Prosedur Penentuan Sampel ... 44

(10)

3.8.1 Tahap Membangun Rumah Kualitas ... 46

3.8.1.1Voice of Customer ... 46

3.8.1.2 Matriks Perencanaan(Planning Matrix) ... 46

3.8.1.3Technical Response... 46

3.8.1.4 Korelasi Teknis ... 47

3.8.1.5Technical Matrix ... 47

3.8.2 Tahap Membangun Green House ... 48

3.8.2.1Invebtory Analysis ... 48

3.8.2.2Environmetal Impact ... 48

3.8.2.3Inventory/Impact Relationship Matrix ... 48

3.8.2.4Calculation Matrix ... 48

3.8.2.5Technical Matrix ... 49

3.8.3 Tahap MembangunCost House ... 49

3.8.3.1Life Cycle Cost Analysis ... 49

3.8.3.2. Affection Strength Matrix ... 49

3.8.3.3. Technical Matrix ... 50

3.8.4. Usulan ... 50

3.8.5. Simpulan dan Saran ... 50

3.8.6. Uji Validitas ... 51

3.8.7. Uji Reliabilitas ... 51

3.9 Tahapan Penelitian ... 52

(11)

4.1.1 Gambaran Umum Industri Tahu ... 55

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan ... 55

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

4.2.1 Proses Pembuatan Tahu ... 59

4.2.2 Deskripsi Tahapan Proses ... 60

4.2.3 Data Lingkungan Proses Pembuatan Tahu ... 62

4.2.4 Data Biaya Proses Produksi Tahu ... 64

4.3. Data Identifikasi Responden ... 65

4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66

4.4.1 Uji Validitas ... 66

4.4.2 Uji Reliabilitas ... 68

4.5 Hasil Pengolahan Data ... 69

4.5.1 House of Quality... 69

4.5.1.1 Derajat Kepentingan Atribut ... 69

4.5.1.2 Kesenjangan Antara Harapan dan Diterima oleh Konsumen ... 71

4.5.1.3 Pembuatan Rumah Kualitas ... 73

4.5.2 Green House(GH) ... 83

4.5.2.1 PengolahanLife Cycle ImpactProduk ... 83

4.5.2.2Environmental Inventory... 87

4.5.2.3 MengembangkanInventory/Impact Relationship Matrix... 89

(12)

Calculation Matrix ... 89

4.5.2.5 PerhitunganTechnical Importance Ratings ... 90

4.5.3 Cost House ... 93

4.6 Concept Comparison House(CCH) ... 94

4.6.1 Penentuan bobot Proritas Kriteria Pemilihan Produk ... 95

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

4.7.1 AnalisisQuality House... 98

4.7.1.1 Analisis Kualitas Produk Berdasarkan Kebutuhan dan Keinginan Konsumen ... 98

4.7.1.2 Analisis Tingkat Kesenjangan Kualitas ... 99

4.7.1.3 AnalisisImportance Rating... 99

4.7.1.4 AnalisisRaw WeightdanNormalized Raw Weight... 99

4.7.1.5 Analisis Respon Teknis ... 100

4.7.2 AnalisisGreen House ... 101

4.7.2.1 Analisis Prioritas Dampak ... 101

4.7.2.2 AnalisisTechnical Importance Rating... 101

4.7.3 AnalisisCost House ... 102

(13)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 105

5.2 Saran ... 106

Daftar Pustaka

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skala Kepentingan ... 18

Tabel 2.2 Simbol dalamRelationship Matrix... 20

Tabel 2.3 Perbedaan QFD,Green-QFD dan Green-QFD II ... 21

Tabel 2.4 Research Question……….. 29

Tabel 2.5 Kerangka Berfikir ... 33

Tabel 3.1 Hubungan Korelasi Teknis ... 47

Tabel 4.1 Jenis proses, Bahan, dan Keluaran Bukan Produk Pada Proses Produksi Tahu ... 63

Tabel 4.2 Biaya Produksi Pabrik Tahu Pacar keeling per Hari... 64

Tabel 4.3 Data Identifikasi Responden Pabrik Tahu Pacar Keling... 65

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Tingkat Kepentingan, Kenyataan dan Harapan Kualitas Produk Tahun Pacar Keling Surabaya ... 67

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Kepentingan, Kenyataan dan Harapan Kualitas Produk Tahun Pacar Keling Surabaya ... 68

Tabel 4.6 Derajat Kepentingan Atribut Keinginan Konsumen Tahu Pacar Keling ... 70

Tabel 4.7 Kesenjangan Atribut Kualitas Produk Tahu Pacar Keling ... 72

(15)

Tabel 4.10 Derajat Pengaruh Teknis ... 76

Tabel 4.11 Goal………. ... 78

Tabel 4.12Importance Rating, Goal, Improvement Ratio, Sales Point,

Raw Weight, Normalized Raw Weight ... 80

Tabel 4.13 Nilai Bobot Absolut Teknis dan Target Performansi Tahu

Pacar Keling ... 81

Tabel 4.14 Skala dalam AHP ... 86

Tabel 4.15 Matriks Perbandingan Berpasanga antar Karakteristik Dampak

Potensial Untuk Mengetahui Bobot Prioritas Dampak ... 86

Tabel 4.16 Prioritas Dampak Produksi Tahu Pacar Keling ... 87

Tabel 4.17Test ResultProduksi Tahu... 88

Tabel 4.18 Impact Characterization, Impact Priorities, Raw Weight, Normalized

Raw Weight untuk Green House Tahu Pacar Keling... 90

Tabel 4.19 Prioritas Absolut dan Relatif untukGreen HouseTahu

Pacar Keling ... 91

Tabel 4.20 Matriks Perbandingan Berpasangan Bobot Prioritas Pemilihan

Produk ... 95

Tabel 4.21 Bobot Prioritas Pemilihan Produk ... 95

Tabel 4.22 Solusi Untuk Permasalahan Pabrik Tahu Pacar Keling ... 102

Tabel 4.23 Biaya Produksi Pabrik Tahu Pacar Keling per Hari (Tahu with

Recycling) ... 103

Tabel 4.24Cost MatrixPerbandingan Biaya Produksi Tahu Dasar Dengan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Quality House(QH) ... 16

Gambar 2.2 Green House(GH) ... 22

Gambar 2.3 Cost House(CH) ... 24

Gambar 2.4 Concept Comparison House(CCH) ... 26

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Data ... 41

Gambar 3.2 Tahapan Penelitian ... 54

Gambar 4.1 Persiapan ... 57

Gambar 4.2 Pencucian dan Perendaman ... 57

Gambar 4.3 Proses Penggilingan ... 57

Gambar 4.4 Proses Pemasakan ... 57

Gambar 4.5 Proses Penyaringan ... 58

Gambar 4.6 Proses Pengendapan ... 58

Gambar 4.7 Proses Pencetakan ... 58

Gambar 4.8 Proses Pemotongan ... 58

Gambar 4.9 Tahu Siap Diantar ke Konsumen ... 58

Gambar 4.10 Tahapan Pembuatan Tahu ... 59

Gambar 4.11 Relationship Matrixdengan Numerik (Hubungan Antara Customer NeedsdanTechnical Response) ... 75

(17)

Gambar 4.13 House of QualityPabrik Tahu Pacar Keling ... 82

Gambar 4.14 Green HousePabrik Tahu Pacar Keling ... 92

Gambar 4.15 Cost HouseTahu Pacar Keling ... 94

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Data Identifikasi Responden

Lampiran 3. Data Kuesioner Untuk Tingkat Kepentingan

Lampiran 4. Data Kuesioner Untuk Tingkat Kepuasan yang Diterima

Lampiran 5. Data Kuesioner Untuk Tingkat Kepuasan yang Diharapkan

Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 7. Respon Teknis

Lampiran 8. House Of Quality

Lampiran 9. Matriks Dampak Lingkungan

Lampiran 10.Green House

Lampiran 11.Cost House

Lampiran 12. Matriks Pemilihan Produk

Lampiran 13. KuesionerConcept Comparison House

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin kedepan, persaingan antar perusahaan semakin ketat, setiap

perusahaan dituntut dapat terus meningkatkan kualitas agar dapat memenuhi

selera masyarakat yang terus berkembang. Semenjak fokus masyarakat luas pada

polusi yang berlebihan, minimalisasi (penggunaan) sumber daya, limbah yang

berbahaya, dan masalah lingkungan lain meningkat lebih dari 1 dekade lalu

(Psomas,2011), kini perusahaan tidak saja di tuntut mampu menciptakan produk

yang berkualitas namun juga harus memperhatikan limbah produksi yang di

dihasilkan. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin merasakan efek buruk

seperti: pemanasan global, cuaca tidak menentu, musim tanam yang tidak

menentu, serta bencana banjir yang semakin parah tiap tahunnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartmant (2005) menunjukkan bahwa

perusahaan yang menggunakan isu ramah lingkungan dalam klaim kampanyenya

lebih bisa diterima oleh konsumen dibandingkan dengan kampanye perusahaan

tanpa menggunakan isu ramah lingkungan. Hal ini tentu saja menjadi tantangan

tersendiri bagi tiap-tiap perusahaan untuk dapat memenuhi harapan konsumen

yang saat ini tidak saja menuntut produk berkualitas namun juga ramah

lingkungan dalam setiap produksinya. Akan tetapi salah satu faktor yang tidak

boleh dilupakan adalah faktor biaya produksi nantinya, menurut Tampubolon

(20)

membuat suatu keunggulan untuk bersaing bagi perusahaan. Karena faktor ini

akan sangat mempengaruhi hasil penjualan nantinya. Tentu akan menjadi suatu

keunggulan bila perusahaan mampu memproduksi produk yang berkualitas dan

berbiaya rendah namun tidak melupakan faktor lingkungan dalam setiap produksi

mereka.

Salah satu industri yang memiliki kepentingan dengan faktor kualitas

produk, proses produksi yang ramah lingkungan, namun tetap berbiaya produksi

yang ekonomis adalah industry pembuatan tahu. Hal ini dikarenakan, pelaku

usaha ini dituntut untuk dapat memproduksi tahu yang berkualitas namun tetap

memiliki harga jual yang terjangkau oleh masyarakat, sedangkan dari sisi

lingkungan mereka juga harus tetap mentaati ambang batas aman dari limbah

produksi yang di hasilkan. Karena melalui SK Gubernur Jawa Timur 45/2002

2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi industri atau kegiatan usaha lainnya di

Jawa Timur sudah diatur secara jelas ambang batas aman dari limbah usaha baik

bagi industry maupun UKM. Hal ini didukung juga berdasarkan data dari

Kementrian Riset dan Teknologi, pada tahun 2010 terdapat lebih dari 84.000

industri tahu di Indonesia dengan kapasitas produksi 2,56 juta ton per tahun serta

menghasilkan limbah cair sebanyak 20 juta meter kubik per tahun dan limbah

emisi sekitar 1 juta ton CO2ekivalen. Sebanyak 80% industri tahu berada di Pulau

Jawa sehingga emisi yang dihasilkan mencapai 800 ribu ton CO2 ekivalen per

tahun

(21)

Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya. Pabrik Tahu Pacar Keling ini salah satu

dari 3 UKM tahu sejenis di kecamatan Tambaksari, Surabaya. Dalam menghadapi

persaingan antara UKM tahu tentu saja Pabrik Tahu Pacar Keling harus dapat

meberikan pelayanan terbaik dengan senantiasa menjaga dan terus meningkatkan

kualitas produk yang di hasilkannya serta memberikan harga yang kompetitif

sehingga dapat memenuhi harapan konsumen namun disisi lain perusahaan juga

harus dapat memastikan bahwa limbah cair yang dihasilkan tidak melewati

ambang batas aman yang ditetapkan pemerintah.

Dari penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk menjadikan Pabrik

Tahu Pacar Keling sebagai penelitian dengan menggunakan metode Green-QFD

II (Green Quality Function DeploymentII untuk mengetahui tingkat kepentingan,

kenyataan, dan harapan konsumen akan produk yang berkualitas melaluiVoice of

Customer (VOC) , mengetahui limbah yang dihasilkan selama proses produksi

tahu beserta dampaknya bagi lingkungan dengan Green House, dan mengetahui

biaya proses produksi tahu apa saja yang nantinya dapat direduksi dengan Cost

House. Ketiga aspek tersebut dijabarkan dalam House of Quality, Green House,

danCost Housedan digunakan matriks Concept Comparison House (CCH) yang

mampu mengintregasikan aspek kualitas, lingkungan, dan biaya. Tujuan utama

penelitian ini adalah membuat desain proses produksi tahu yang memperhatikan

kebutuhan dan keinginan konsumen, ramah terhadap lingkungan, dan ekonomis

(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, maka

dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mengidentifikasi atribut produk tahu yang dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen dengan Quality House?

2. Bagaimana mengidentifikasi limbah yang dihasilkan selama proses

produksi tahu dan dampaknya bagi lingkungan denganGreen House?

3. Bagaimana mengidentifikasi biaya proses produksi tahu yang dapat

direduksi denganCost House?

4. Bagaimanakah usulan perbaikan produksi Tahu Pacar Keling dengan

metode Green Quality Function Deployment-II(GQFD-II)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui atribut produk tahu berkualitas yang dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen denganQuality House.

2. Mengetahui limbah yang dihasilkan selama proses produksi tahu dan

dampaknya bagi lingkungan denganGreen House.

3. Mengetahui biaya proses produksi tahu yang dapat direduksi dengan Cost

House.

4. Mengetahui usulan perbaikan produksi Tahu Pacar Keling berdasarkan

(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menambah pengetahuan penulis dalam masalah manajemen

operasional, khususnya mengenai kualitas, pengembangan produk, dan

proses produksi yang ramah lingkungan, serta menjadi referensi untuk

penelitian-penelitian berikutnya.

2. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai cara mengurangi dampak

lingkungan yang ditimbulkan dari proses produksi tahu.

3. Memberikan usulan alternatif produksi tahu yang tidak hanya memenuhi

consumer needs, tetapi juga ramah lingkungan dan ekonomis.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Secara garis besar, sistematika penulisan skripsi ini akan diuraikan dalam

lima bab yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan dari penelitian

ini. Dalam bagian ini akan dijelaskan penelitian yang dilakukan secara

(24)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dan landasan teori yang

berhubungan dengan masalah penelitian, yang meliputi konsep kualitas,

eco-efisiensi, pengembangan produk, dan lain-lain.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai data dan juga metode yang digunakan dalam

pengolahan data untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan

penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang pembahasan dari penelitian yang dilakukan.

Selain itu, bab ini juga memberikan analisis dari hasil penelitian

tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan yang

dilakukan pada bab-bab sebelumnya, serta pemberian saran-saran yang

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1. Kualitas

2.1.1.1 Definisi Kualitas

Kualitas sulit untuk dapat di definisikan secara jelas, karena kualitas itu

sendiri bersifat relative, berbeda-beda, dan selalu berubah-ubah tergantung dari

penilaian akhir suatu produk. Konsumen yang berbeda-beda juga akan merasakan

kualitas yang berbeda-beda pula sesuai kriteria standar kualitas masing-masing.

Pada dasarnya konsep dari kualitas adalah kesesuaian produk dengan harapan

konsumen akan produk tersebut, semakin besar loyalitas konsumen maka produk

tersebut telah dapat memenuhi kriteria yang diinginkan konsumen. David

L.Goetsch dan Stanley B. Davis (2003) mendefinisikan kualitas sebagai berikut :

Quality is a dynamic state associated with product, service, people, processes,

and environments that meets or exceeds expectation” atau kualitas merupakan

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia, proses, dan

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

2.1.1.2. Kualitas Produk

Kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi, ataupun sifat produk

tersebut dapat memenuhi selera serta kebutuhan konsumen dengan memuaskan

(26)

dengan bentuk, warna, dan dapat pula dikaitkan dengan seni. Karena kualitas

selalu dikaitkan dengan memenuhi selera dan kebutuhan konsumen. Produk yang

berkualitas tinggi adalah hal yang sangat penting bagi setiap produsen, terutama

untuk dapat memperluas pangsa pasar. Dengan adanya perbaikan kualitas

berkesinambungan diharapkan mampu meningkatkan penjualan sehingga secara

langsung juga dapat meningkatkan laba bagi perusahaan dengan dua cara yakni

peningkatan pasar serta penghematan biaya. Upaya peningkatan pangsa pasar

akan dapat menghasilkan perbaikan branding serta peningkatan produktivitas.

Sedangkan upaya penghematan biaya dapat meningkatkan produktifitas, biaya

produksi, penurunan sisa material, dan penurunan biaya garansi(Foster, 2007).

2.1.1.3 Kualitas Proses

Kualitas proses tidak hanya di tinjau dari seberapa baik produk tersebut

memenuhi keinginan konsumen. Kualitas juga dapat diukur dari seberapa baik

proses produksi suatu produk tersebut. Kualitas proses yang baik dapat

mendatangkan keuntungan ekonomi bagi perusahaan. Proses produksi yang

berkualitas bisa diukur dari sejauh mana proses tersebut dapat meminimalkan

kecacatan dan meminimalisir jumlah input yang digunakan serta jumlah limbah

yang dihasilkan(Trisaparjo,2005).

2.1.2. Pengembangan Produk

Pengembangan produk (Product Development) pada dasarnya adalah

(27)

produk lama atau memodifikasi produk lama agar selalu dapat memenuhi tuntutan

pasar dan selera pelanggan. Pengembangan produk juga dapat disebut aktifitas

kreatif dari keadaan saat ini dan menuju kemungkinan keadaan dimasa depan.

Atribut produk perlu ditentukan dengan cara melalui tolak ukur yang telah

diketahui. Dalam teorinya mengenai kualitas produk, David Garvin (Foster,2007)

menyatakan bahwa atribut produk ditentukan dalam 8 dimensi, yaitu:

1. Performance, hal yang berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang

dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan konsumen saat

membeli.

2. Feature, adalah aspek yang berguna untuk menambah fungsi dasar,

berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.

3. Conformance,yaitu hal yang berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap

signifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan

konsumen. Conformance merefleksikan derajat ketepatan antara

karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang

ditetapkan.

4. Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas / kemungkinan suatu

barang dapat menjalankan fungsinya setiapkali dipergunakan pada periode

waktu tertentu dan kondisi tertentu.

5. Durability , yaitu refleksi umur ekonomi berupa daya tahan atau masa

pakai barang.

6. Serviceability, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kompetensi,

(28)

7. Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengikuti

nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi refleksi

dan preferensi individu.

8. Fitness for use / Perceived Quality,sifat subyektif yang berkaitan dengan

perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk

yang berkualitas.

2.1.3. Eko-efisiensi

Eko-efisiensi (EE) menurut kamus lingkungan hidup di Kementrian

Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia adalah konsep efisiensi yang

memasukkan aspek sumber daya alam dan energi atau suatu proses produksi yang

meminimumkan penggunaan bahan baku, air, dan energy serta dampak

lingkungan per unit produk.

Eko-efisiensi (EE) merupakan strategi yang menggabungkan konsep

efisiensi ekonomi berdasarkan prinsip efisiensi penggunaan sumber daya alam.

Eko-efisiensi (EE) dapat diartikan suatu strategi yang menghasilkan produk

dengan kinerja lebih baik, dengan menggunakan sedikit energy dan sumber daya

alam (KLH, 2007:I-1). Dalam bisnis, eko-efisiensi (EE) dapat dikatakan sebagai

strategi bisnis yang mempunyai nilai lebih karena sedikit menggunakan sumber

daya alam serta mengurangi jumlah limbah dan pencemaran lingkungan .

Konsep eko-efisiensi (EE) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992

(29)

publikasinya “Changing Course” pada tahun 2000. WBCSD telah

mengidentifikasi adanya tujuh faktor kunci dalam eko-efisiensi, yaitu :

1. Mengurangi jumlah penggunaan bahan

2. Mengurangi jumlah penggunaan energy

3. Mengurangi pencemaran

4. Memperbesar daur ulang bahan

5. Memaksimalkan penggunaan SDA yang dapat diperbaharui

6. Memperpanjang umur pakai produk

7. Meningkatkan intensitas pelayanan

2.1.4. Aspek dan Dampak Lingkungan

Limbah industry merupakan sampingan dari proses produksi dan

merupakan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, karena dengan adanya limbah

mengindikasikan adanya inefisiensi dalam proses produksi (Murni, 2005). Limbah

industry dapat terjadi pada setiap tahap proses produksi, untuk itu perlu

diidentifikasi limbah apa saja yang timbul dari setiap tahapan proses produksi.

Aspek adalah sesuatu yang dihasilkan dari kegiatan selain produk utama di

dalam perusahaan, sedangkan dampak adalah efek dari aspek yang dirasakan

lingkungan (Murni, 2005).

2.1.5. Jenis dan Pengaruh Limbah Tahu Terhadap Lingkungan

Jenis limbah yang dihasilkan dari industri tahu menurut Nurhasan (1991)

(30)

a. limbah padat

Buangan padat pabrik tahu berasal dari proses pencucian penyaringan

berupa biji yang jelek, ceceran biji, dan batu kerikil yang terikut dalam biji. Dari

proses penyaringan dihasilkan limbah padat berupa ampas tahu, sedangkan dari

proses pengepresan dihasilkan potongan-potongan tahu yang tercecer. Limbah

padat belum terlalu mencemari lingkungan karena bisa digunakan untuk

membuat tempe dan pakan ternak sapi, kerbau, kambing, babi, dan ikan.

b. limbah cair

Sebagian besar buangan pabrik tahu adalah limbah cair yang mengandung

sisa air dari susu tahu yang tidak tergumpal menjadi tahu, sehingga limbah cair

pabrik tahu masih mengandung zat-zat organik seperti protein, karbohidrat dan

lemak. Selain zat terlarut, limbah cair juga mengandung padatan tersuspensi atau

padatan terendapkan misalnya potongan tahu yang kurang sempurna saat

pemrosesan.

Karakteristik limbah cair tahu antara lain menurut Nurhasan(1991) :

a. Temperatur limbah cair tahu biasanya tinggi (60 – 80˚C) proses pembuatan tahu

butuh suhu tunggi pada saat penggumpalan dan penyaringan.

b. Warna air buangan transparan sampai kuning muda dan disertai adanya

suspensi warna putih. Zat terlarut dan tersuspensi mengalami penguraian hayati

maupun kimia sehingga berubah warna. Proses ini merugikan karena air buangan

berubah menjadi warna hitam dan busuk yang memberi nilai estetika kurang

(31)

c. Bau pada air buangan industri tahu dikarenakan proses pemecahan protein oleh

mikroba alam sehingga timbul bau busuk dari gas H2S

d. Kekeruhan pada limbah disebabkan oleh adanya padatan tersuspensi dan

terlarut dalam limbah cair pabrik tahu.

e. pH rendah, limbah cair tahu mengandung asam cuka sisa proses penggumpalan

tahu sehingga limbah cair tahu bersifat asam. Pada kondisi asam ini terlepas

zat-zat yang mudah menjadi gas.

f. COD dan BOD tinggi, pencemaran limbah cair organik pada suatu perairan

diukur dengan uji COD dan BOD (Indriyati, 2005). Angka COD biasanya lebih

besar2 – 3 kali angka BOD. Nilai COD menunjukkan banyaknya oksigen yang

digunakan dalam proses oksidasi oleh zat-zat organik yang terkandung dalam

limbah cair yang ekuivalen dengan nilai konsentrasi kalium dikromat (K2Cr2O7)

(Ginting, 1992). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh

bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses biologis,

dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Algert,1987).

Wagiman, et all (2004) menyatakan bahwa fluktuasi COD berada pada jangkauan

antara 10.000 – 100.000 mg/L. Malina dan Pohland (1992) dalam Damanhuri et

al(1997) menyatakan bahwa nilai COD limbah cair tahu di atas 4.000 mg/L. Jadi,

nilai COD limbah cair tahu berkisar antara 4.000 – 100.000 mg/L.

Santika (1987) dalam Wagiman,et.all. (2004) menyatakan bahwa limbah

cair tahu secara alami sudah mengandung mikroorganisme karena kandungan

bahan organiknya tinggi. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan

(32)

yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya

kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang

merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam

limbah cair akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk

yang bisa mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila limbah cair ini merembes ke

dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat

dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari

sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare,

dan penyakit lainnya (Nurhasan, 1991). Limbah cair dari tahu yang paling

berbahaya apabila dibuang secara langsung ke lingkungan adalah whey yang

merupakan hasil samping proses penggumpalan dan kandungan bahan organiknya

sangat tinggi (Suryandono, 2004) dan pHnya rendah karena mengandung cuka

sisa bahan untuk pembuatan tahu. Secara fisik,whey berwarna kuning, kental, dan

berbau menyengat jika tersimpan lebih dari 24 jam.

2.1.6. Proses Produksi yang Ramah Lingkungan

Dalam menerapkan konsep eko-efisiensi (EE) diperlukan pemahaman

mengenai Keluaran Bukan Produk (KBP). Menurut kamus lingkungan dari

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), KBP didefinisikan sebagai : “seluruh

materi, energy, dan air yang digunakan dalam proses namun tidak terkandung

dalam produk akhir”. Dengan menganalisa masukan dan keluaran dari proses

produksi secara terperinci, Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai

(33)

mengidentifikasi peluang lebih lanjut guna mengurangi biaya produksi dan

meningkatkan produktivitas. Bentuk KBP dapat diidentifikasi sebagai berikut

(KLH, 2007:I-2) :

a. Bahan baku yang kurang berkualitas

b. Barang jadi yang ditolak, diluar spesifikasi produk (semua type)

c. Pemrosesan kembali( reprocessing)

d. Limbah padat (beracun, tidak beracun)

e. Limbah cair (jumlah dari kontaminan, keseluruhan air yang tidak

terkandung dalam produk final)

f. Energy (tidak terkandung dalam produk akhir seperti : uap, listrik, oli, dan

lain-lain)

g. Emisi (termasuk kebisingan dan bau)

h. Kehilangan dalam penyimpanan

i. Kerugian pada saat penanganan dan transportasi)

j. Pengemasan barang

k. Klaim pelanggan dantrade returns

l. Kerugian karena kuraangnya perawatan

m. Kerugian karena permasalahan kesehatan dan lingkungan

2.1.7. Quality Function Deployment(QFD)

Industri dituntut untuk mampu mengembangkan produknya dan

berkualitas sehingga dapat diminati oleh konsumen dan mampu bersaing di pasar.

(34)

yang mampu diterima oleh konsumen (Cohen, 1995). Kelemahan inilah yang

memunculkan ide untuk mengembangkan produk yang dapat diterima oleh

konsumen melalui QFD.

Sumber : Wang dan Zhang, 1999

Gambar 2.1 Quality House (QH)

QFD adalah metode terstruktur yang digunakan dalam poses perencanaan

dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan

keinginan konsumen, serta mengevaluasi suatu produk dalam memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen, 1995). QFD memungkinkan

organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan

inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai

efektifitas maksimum.

Konsep QFD dikembangkan untuk menjamin bahwa produk yang

memasuki tahap produksi benar-benar dapat memuaskan kebutuhan para

konsumen atau pelanggan dengan cara membentuk kualitas yang diperlukan dan

(35)

Focus utama dari QFD adalah melibatkan konsumen atau pelanggan pada

proses pengembangan produk sedini mungkin. Pembuatan QFD terdiri dari

beberapa tahapan, antar lain :

1. Fase 1 : MenggaliVoice of Customer(VOC)

Pada tahap ini digunakan metode survey sample untuk memperoleh

informasi mengenaiVoice of Customer(VOC). Pada tahap ini terdapat dua

macam data kebutuhan konsumen yaitu data kualitatif dan kuantitatif

daftar VOC yang diterjemahkan kedalam atribut-atribut produk yang

dipentingkan oleh konsumen merupakan data kualitatif, sedangkan ukuran

untuk mengukur tingkat kepentingan tiap-tiap atribut produk merupakan

bentuk kuantitatif.

2. Fase 2 : membangun HOQ ( House of Quality)

Prosedur pembangun HOQ diantarnya :

I. MengidentifikasiCustomer Needs

Customer needs dimunculkan melalui survey terhadap konsumen.

Hasil dari customer needs akan berupa atribut-atribut produk. Rumah

kualitas diawali dengan menyusun kebutuhan dan keinginan

konsumen, serta kepentingan relative (urutan) prioritas untuk

masing-masing karakteristik yang diinginkan konsumen.

II. Membuat Planning Matrix

Matrik perencanaan (Planning Matrix) berisi :

A. Tingkat kepentingan produk berdasarkan pendapat dari konsumen

(36)

survey mengenai tingkat masing-masing kebutuhan yang

diinginkan konsumen. Penentuan tingkat kepentingan digunakan

untuk mengetahui sejauh mana konsumen memberikan penilaian

atau harapan dari kebutuhan konsumen yang ada. Digunakan

ukuran skala likert 1-5 untuk mengetahui tingkat kepentingan

responden.

Tabel 2.1 Skala Kepentingan

Nilai Keterangan

1 Tidak penting sama sekali bagi responden

2 Kurang penting bagi responden

3 Cukup penting bagi responden

4 Penting bagi responden

5 Sangat penting bagi responden

Sumber : Yulniar dan Udisubakti, 2011

B. Pengukuran tingkat kepuasaan konsumen terhadap produk

(Current Satisfaction Performance). Pengukuran tingkat

kepuasaan konsumen terhadap produk dimaksudkan untuk

mengukur bagaimana tingkat kepuasaan konsumen setelah

pemakaian produk yang akan di analisa. Dihitung dengan

rumus :

ܹ݁݅݃ℎݐ݁݀ܣݒ݁ݎܽ݃݁ܲ݁ݎ݂݋ݎ݉ܽ݊ܿ݁=∑ೕ[(ே௨௠௕௘௥௢௙௥௘௦௣௢௡ௗ௘௡௧௦௔௧௣௘௥௙௢௥௠௔௡௖௘௩௔௟௨௘೔)ೕ]

(்௢௧௔௟௡௨௠௕௘௥௢௙௥௘௦௣௢௡ௗ௘௡௧௦) ..(2.4)

C. Goal, Nilai target ini ditentukan oleh pihak perusahaan untuk

(37)

D. Rasio perbaikan (Improvement Ratio), rasio perbaikan

merupakan perbandingan antara nilai yang diharapkan pihak

perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu

produk. Dihitung dengan rumus :

ܫ݉݌ݎ݋ݒ݁݉݁݊ݐܴܽݐ݅݋= ீ௢௔௟

஼௨௥௥௘௡௧ௌ௧௔௧௜௦௙௔௖௧௜௢௡௉௘௥௙௢௥௠௔௡௖௘………...(2.5)

E. Sales point, berisi informasi-informasi yang menggambarkan

kemampuan produk dalam pemenuhan kebutuhan konsumen.

Nilai sales point yang biasa digunakan adalah :

1,0 = tidak adasales point

1,2 = sales point menengah

1,5 = sales point kuat

F. Raw Weight, merupakan nilai keseluruhan dari data-data yang

dimasukkan dalam planning matriks tiap kebutuhan konsumen

untuk proses perbaikan selanjutnya. Dihitung dengan rumus :

ܴܽݓܹ݁݅݃ℎݐ= (ܫ݉݌݋ݎݐܴܽ݊ܿ݁ܽݐ݅݊݃)ݔ(ܫ݉݌ݎ݋ݒ݁݉݁݊ݐܴܽݐ݅݋)ݔ(݈ܵܽ݁ݏܲ݋݅݊ݐ)….(2.6)

G. Normalized Raw Weight, merupakan nilai dari Raw Weight

yang dibuat dalam skala antara 0-1 atau dibuat dalam bentuk

persentase. Dihitung dengan rumus :

ܰ݋ݎ݈݉ܽ݅ݖ݁݀ݎܽݓݓ݁݅݃ℎݐ= ோ௔௪௪௘௜௚௛௧

∑ ோ௔௪௪௘௜௚௛௧…..(2.7)

III. MenyusunTechnical Response

Technical response merupakan terjemahan dari customer needs

(38)

kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan pada kolomtarget value

(technical matrix)

IV. MenentukanRelationship Matrix

Pada matrix ini berisi pendapat / keputusan tim pengembang

mengenai kekuatan hubungan antar tiap elemen pada technical

response dan tiap atribut produk yang dibutuhkan dan diinginkan

oleh konsumen melalui empat symbol.

Tabel 2.2 Simbol dalamRelationship Matrix

Simbol Nilai

Numerik Keterangan

9 Hubungan Kuat

3 Hubungan sedang

1 Hubungan lemah

(kosong) 0 Tidak ada hubungan

Sumber : Yulniar dan Udisubakti, 2011

V. MembuatTechnical Correlation

Pada bagian ini terdiri dari dua informasi yaitu :

a. Hasill perhitungan yang menunjukkan urutan peringkat

technical response berdasarkan keinginan dan kebutuhan

konsumen padaplanning matriksdanrelationship matrix.

b. Target performansi teknis (technical performance) diperoleh

melalui rumus :

(39)

2.1.8. Green Quality Function DeploymentII (GreenQFD-II)

Green QFD-II dikembangkan oleh Zhang (1999) dengan mengintegrasikan

Life Cycle Assesment(LCA) danLife Cycle Costing(LCC) kedalam matriks QFD

untuk menyusun kualitas berdasarkan keinginan konsumen, lingkungan, dan biaya

dari keseluruhan proses pengembangan produk. Green-QFD II ini merupakan

pengembangan dari Green QFD dimana Green QFD sebelumnya tidak

memasukkan unsure LCC ke dalam matrix QFD. Metodologi Green-QFD II

dilakukan secara sistematis oleh tim pengembang produk untuk mendesain produk

yang sustainable sehingga memenuhi permintaan customer, berbiaya rendah, dan

memperhatikan lingkungan. Table 2.3 berikut menggambarkan perbedaan QFD

klasik,Green-QFD, danGreen-QFD II :

Tabel 2.3 Perbedaan QFD,Green-QFD, danGreen-QFD II

Metode

Aspek yang Diperhatikan

Kualitas Lingkungan Biaya

QFD

Green-QFD

Green-QFD II

Sumber : Yulniar dan Udisubakti, 2011

Tahapan-tahapan dalamGreen-QFD II ini meliputi :

1. Tahap 1 :Technical Requirement Identification

Tujuan dari fase ini adalah mengidentifikasitechnical requirentments dari

(40)

yang ada. Permintaan kebutuhan yang didapatkan kemudian digunakan untuk

mengembangkan konsep produk baru. Pada fase ini dibuat tigahouseyaitu :

1. Quality House(QH) berisi VOC

2. Green House(GH) dari Life Cycle Assesment(LCA)

3. Cost House(CH) dariLife Cycle Costing(LCC)

Sumber : Wang dan Zhang, 1999

Gambar 2.2 Green House (GH)

Keterangan :

1. Inventory loadselamaLife Cycle Stages

Digunakan untuk menganalisis inventory load atau beban output dari

proses produksi yang terkandung dalam lingkungan seperti output dari

energy, material yang digunakan, serta emisi terhadap atmosfer, air, dan

tanah.Inventorymerupakantechnical responseuntuk lingkungan.

2. Kuantitas (Amount)

Tiap inventory load diukur sesuai unitnya misalnya satuan berat (Kg),

(41)

Berisi daftar klasifikasi dampak terhadap lingkungan yang disumbang oleh

inventory load.

4. Matrik hubungan inventory / Dampak (Inventory/Impacts Relationship

Matrix)

Menggambarkan kontribusi dampak dari inventory load untuk setiap

dampak lingkungan dengan faktor ekuivalen.

5. Karakteristik Dampak (Impact Characterization)

Pada ruang ini berisi nilai dampak yang dihitung berdasarkan pada tata

ruang sebelumnya.

6. Prioritas dampak (Impact Priority)

Indeks keseluruhan dihitung dari proiritas dampak lingkungan yang

berasal dari opini umum para ahli lingkungan.

7. Indeks keseluruhan (overall Index)

Indeks keseluruhan dihitung dari prioritas dampak pada ruang 6

8. Bobot (Weight Calculation Matrix)

Dilakukan perhitungan nilai skor baris (raw score) seperti dalam QFD

klasik, kemudian juga dinormalisasikan.

9. Tingkat kepentingan teknis (Technical Importance Rating)

Berisi daftar hitungan tingkat kepentingan untuk bebaninventory.

10. Matriks korelasi (Correlation Matrix)

Menentukan korelasi antar bebaninventory

11. Nilai Target (Target Value)

(42)

Perhitungan untuk ruang 5, ruang 7, dan ruang 9 secara matematis

sebagai berikut :

Misalkan :

- Jumlah bebaninventory merupakan vector A2 = (α1,…,αn)

- EF4 : matrix vector ekuivalen

- IC5 : vector dan karakteristik pengaruh

- IP6 : vector dari prioritas pengaruh

- O17 : nilai indeks keseluruhan

- WCM8 : Hasil akhir

Maka,

IC5 = EF4 xT ... (2.9)

O17 = IC5Tx IP6 ... (2.10)

TIR9 = WCM8୘x EF4 x ቂαଵ

α୬ቃ... (2.11)

(43)

Sumber : Wang dan Zhang, 1999

Keterangan :

1. Biaya di setiapLife Cycle Stages (Cost Items of Life Cycle Stages)

Berisi daftar biaya yang terjadi di tiap Life Cycle Stages yang

kemungkinan bisa dikurangi.

2. Faktor-faktor yang dipengaruhi oleh pengurangan biaya (Factor Affected

by Cost Reduction)

Berisi faktor-faktor yang mungkin dipengaruhi pengurangan biaya.

3. Matrik kekuatan pengaruh(Affection Strength Matrix)

Digambarkan kekuatan pengaruh dari pengurangan biaya.

4. Prioritas pengurangan biaya(Priority of Cost Items Reduction)

Berisi prioritas item untuk pengurangan biaya. Tim desain harus memilih

untuk focus pada prioritas pengurangan biaya yang memiliki nilai tinggi,

memiliki potensial paling besar untuk dilakukan pengurangan biaya, dan

pengaru negative akibat pengurangan biaya kecil.

(44)

Menentukan korelasi antar biaya.

6. Nilai target(Target Values)

2. Tahap II :Product Concept Generation

Tujuan dari fase ini adalah untuk mengembangkan serangkaian

konsep produk alternatif untuk memenuhi permintaan yang ada dari tahap I.

konsep alternatif tersebut dan konsep produk dasar kemudian di evaluasi

untuk memilih konsep rancangan produk terbaik melaluiConcept Comparison

House.

Gambar 2.4Concept Comparison House (CCH)

Sumber :Wang dan Zhang, 1999

Keterangan :

1. Permintaan dari HOQ+ - GH – CH

2. Matriks korelasi.

3. Konsep produk

4. Matriks tingkat kepuasan.

(45)

7. Indeks keseluruhan.

8. BiayaLife Cycletotal.

Struktur CCH hamper mirip dengan HOQ pada QFD klasik. CCH

terdiri dari 8 ruang. Permintaan krisis dari Quality House, Green House, dan

Cost Housedimasukkan ke ruang 1. Tanda minus menunjukkan garis pemisah

menjadi tiga ruang yaitu ruang kualitas, ruang lingkungan, dan ruang biaya.

Di ruang kualitas disusun daftar permintaan fungsional dan

kemampuan manufacturing yang dapat diperoleh dariQuality Housepada fase

I. Pada ruang 2 berisi matriks korelasi antar tiga permintaan (kualitas,

lingkungan, dan biaya). Di ruang 3 berisi daftar alternatif-alternatif konsep

produk termasuk garis mendasar produk dan konsep pengembangan produk

baru dimasukkan kedalam ruangan ini. Tingkat kepuasan permintaan tiap

konsep produk di ruang 1 dibuat pada ruang 4. Adapun bobot menyatakan

tingkat kepentingan permintaan pada ruang 1 dibuat pada ruang 5. Pada ruang

6 berisi hitungan tingkat kepuasan total tiap konsep produk (Astuti, 2004),

sehingga :

SDC6 = ADM4 x W5T……….(2.10)

Dimana :

SDC6 = tingkat kepuasan terhadap konsep diruang 6.

ADM4 = matriks derajat kepuasan diruang 4.

W5 = bobot di ruang 5

Indeks dampak terhadap lingkungan dibuat pada ruang 7, dan

(46)

2.2 Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai pengembangan produk sebelumnya telah beberapa

kali dilakukan diantaranya oleh :

1. Y.Zhang H.p. Wang dan C. Zhang, 1999 dengan judul “Green QFD-II: a

life cycle approach for environmentally conscious manufacturing by

integrating LCA and LCC into QFD matrices”. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang adalah sama-sama

menggunakan metode Green Quality Function Deployment II dengan

menambahkan matriks LCC dan LCA kedalam matriks QFD. Penelitian

Zhang ini digunakan sebagai acuan penelitian yang dilakukan penulis.

Sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitian yang diteliti dan

penentuan atribut kualitas yang diinginkan konsumen.

2. Septin Puji Astuti, Udisubakti Ciptomulyono, Mokh Suef pada tahun 2004

dengan judul “Evaluasi Konsep Produk Dengan PendekatanGreen Quality

Function DeploymentII”.

Penelotian ini dilakukan pada tahun 2001 disebuah perusahaan

manufaktur lampu. Melalui penelitian ini diperoleh hasil bahwa dengan

Green QFD II dapat ditemukan karakteristik lampu yang memenuhi

criteria kualitas, lingkungan, dan biaya adalah lampu yang umur hidupnya

lebih lama, menyala terang, jangkauan cahaya luas, tidak merusak

manusia, lingkungan, dan makhluk hidup di sekitarnya dan biaya selama

(47)

Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada obyek penelitian

yang diteliti, penelitian ini meneliti perusahaan kelas UKM dan perbedaan

penentuan atribut kualitas yang diinginkan konsumen.Persamaan

penelitian ini adalah sama-sama mencoba mengaplikasikan Green QFD II

untuk menghasilkan produk yang berkualitas, ramah lingkungan, dan

berbiaya ekonomis.

3. Yulniar Pribadi dan Udisubakti Ciptomulyono pada tahun 2011 dengan

judul “Implementasi Green Function Deployment II(GQFD II) Untuk

Pengembangan Produk Ramah Lingkungan di UPT Aneka Industri &

Kerajinan Surabaya (Sub UPT Keramik-Malang).

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 di UPT Aneka Industri &

Kerajinan Surabaya. Melalui penelitian ini UKM yang memproduksi

keramik dapat bersaing di pasar dengan melibatkan isu-isu lingkungan.

Perbedaannya pada penelitian ini terletak pada obyek penelitian

yang diteliti dan penentuan atribut kualitas yang diinginkan konsumen.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode

GreenQFD II dan meneliti UKM sebagai obyek penelitian.

2.3 Research Question

Tabel 2.4

Research Question

(48)

1 Bagaimana mengidentifikasi

atribut produk tahu yang

dapat memenuhi kebutuhan

dan keinginan konsumen

dengan Quality House?

a. Bagaimana proses pembuatan tahu?

b. Bagaimana Menentukan atribut

kualitas?

c. Bagaimanatechnical responseyang

sesuai dengancustomer needs

konsumen?

d. Menghitung derajat kepentingan,

goal, rasio perbaikan,raw weight ,

normalize raw weight?

2 Bagaimana mengidentifikasi

limbah dampak limbah bagi

lingkungan dengan Green

House?

a. Bagaimana menyusun Daftar

inventory loadselamalife stage

beserta jumlah kandungannya?

b. Bagaimana menentukan hubungan

antara dampak yang ditimbulkan

dengan bahaya terkandung dalam

limbah?

c. Bagaiman menghitung dampak dan

aspek lingkungan yang ditimbulkan?

3 Bagaimana mengidentifikasi

biaya yang dapat direduksi

denganCost House?

a. Apa saja daftar biaya disetiaplife

stageproduksi tahu?

b. Bagaimana mengidentifikasi

(49)

dilakukan pengurangan biaya?

c. Bagaimana menghitung prioritas

pengurangan biaya?

2.4 Kerangka Berpikir

Untuk menciptakan produk tahu yang berkualitas dan ramah lingkungan,

diperlukan suatu evaluasi mengenai keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap

produk tahu, selain itu juga perlu dilakukan evaluasi mengenai dampak

lingkungan yang ditimbulkan dari produksi tahu tersebut. Hasil evaluasi bisa

digunakan untuk memberikan gambaran tahu yang diinginkan konsumen, selain

itu hasil evaluasi juga bisa digunakan untuk meminimalkan dampak lingkungan

yang ditimbulkan.

Green Quality Function Deployment II adalah metode yang bisa

digunakan untuk mengembangkan atau meningkatkan kualitas dari suatu produk,

selain itu juga memperhatikan aspek lingkungan dan biaya dengan

mengintegrasikan matriks LCA dan LCC kedalam matriks QFD. Dalam metode

ini dibuat tiga rumah yaitu : rumah pertama adalah rumah kualitas. Pembuatan

rumah kualitas diawali dengan menentukan atribut kualitas yang diingikan

konsumen. Selanjutnya diberikan respon teknis sebagai jawaban dari keinginan

konsumen oleh pihak produsen. Langkah berikutnya adalah menentukan

hubungan antara respon teknis dan kebutuhan konsumen, serta hubungan antar

respon teknis. Kemudian dilakukan perhitungan mengenai derajat kepentingan

(50)

nilai jual (sales point), raw weight dan normalized raw weight. Rumah kedua

adalah green house. Pembuatan green house diawali dengan menentukan

inventory load selama life cycle stage beserta jumlah kandungannya. Kemudian

dengan bantuan software SPSS 17.0 dapat diidentifikasi mengenai dampak

lingkungan yang dapat diakibatkan. Selanjutnya dengan bantuan penelitian dari

ahli lingkungan (environmental judgement) ditentukan hubungan antara dampak

yang ditimbulkan dengan bahaya yang terkandung. Langkah berikutnya dilakukan

perhitungan mengenai aspek dan dampak lingkungan. Rumah ketiga adalah cost

house, pembuatancost housediawali dengan mengetahui biaya diseluruh tahapan

proses produk. Selanjutnya mengidentifikasi kemungkinan faktor-faktor yang

mungkin dipengaruhi dari pengurangan biaya, dan menentukan kekuatan

pengaruh dari pengurangan biaya. Langkah berikutnya adalah menghitung

prioritas untuk pengurangan biaya.

Setelah pembuatan ketiga rumah tadi, tahap selanjutnya adalah Product

Concept Generation, tujuan dari tahap ini adalah untuk mengembangkan

sederetan alternatif konsep produk untuk memenuhi permintaan yang telah

ditentukan sebelumnya. Konsep-konsep alternatif tersebut dan konsep produk

dasar kemudian dievaluasi untuk memilih konsep rancangan produk terbaik

melaluiConcept Comparison House. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat

(51)

Tabel 2.5 Kerangka Berpikir 1.INPUT

1. Mengethui tingkat kepentingan, kenyataan, dan harapan konsumen dengan VOC

2. AnalisisLife Cycle Assesment(LCA) 3. AnalisisLife Cycle Costing(LCC)

2. PROSES

Data yang telah didapatkan di atas kemudian diolah dengan menggunakanGreen

QFD II dimana terdapat tiga rumah metode ini :

House of Quality

-Daftarinventory load

selamalife stage

-Daftar biaya disetiap

life stage

1. Mengetahui harapan konsumen akan tahu yang berkualitas.

2. Mengetahui bahaya limbah dan dampak produksi tahu bagi

lingkungan.

3. Mengetahui biaya proses produksi tahu yang dapat direduksi.

4. Usulan perbaikan terbaik berdasarkan Green Quality Function

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2009), metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah instrument kunci, pengambilan

sampel sumber data dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung pada

obyek penelitian. Metode deskriptif dalam penelitian kualitatif memandu peneliti

untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi social yang akan diteliti secara

menyeluruh, luas, dan mendalam (Sugiyono,2009).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu

penelitian yang dilakukan hanya pada satu jenis organisasi. Menurut Yin (2004),

metode studi kasus adalah metode yang cocok untuk menjawab rumusan masalah

bab satu karena :

1. Studi kasus merupakan strategi yang sesuai apabila pokok pertanyaan

penelitian berkenaan dengan “bagaimana” dan “mengapa”.

2. Peneliti tidak dapat mengatur, mengontrol, atau mempengaruhi objek

penelitian.

3. Peneliti difokuskan pada peristiwa kontemporer(masa kini) di dalam konteks

(53)

3.2 Identifikasi Variabel

Untuk pembuatanQuality House,dalam penelitian ini menggunakan tabel

dimensi kualitas produk yang diungkapkan oleh David Garvin (Foster, 2007),

meliputi :

a. Performance/ kinerja

b. Features/ fitur

c. Conformance/ kesesuaian

d. Reliability/ keandalan

e. Durability /tahan lama

f. Serviceability/kemudahan dalam perbaikan dan perawatan

g. Aesthetics/estetika

h. Fitnes for use/Perceived Quality/kecocokan penggunaan

Selain delapan atribut di atas, dalam penelitian ini penulis juga

menambahkan satu dimensi tambahan yakni environmental atau lingkungan.

Untuk mengolah life cycle assessment dimulai dengan mengindentifikasikan

Inventory loads of life cycle stage. Inventory loads dalam penelitian ini

menggunakan data referensi dari jurnal penelitian sebelumnya.

Untuk mengolah life cycle dimulai dengan membuat daftar biaya-biaya

yang terjadi selama proses produksi dan kemungkinannya untuk dikurangi, serta

faktor-faktor yang mungkin dipengaruhi dari pengurangan biaya tersebut.

Meliputi :

a. Biaya pada tahap persiapan

(54)

c. Biaya pada tahap pengendapan dan penambahan asam cuka

d. Biaya operasional

3.3 Definisi Operasional Variabel

Dari delapan dimensi kualitas produk ditambah dengan satu dimensi

tambahan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kemudian definisi

kesembilan dimensi tersebut yaitu :

a. Performance / kinerja : hal yang berkaitan dengan aspek fungsional suatu

barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan konsumen

saat membeli.

b. Feature / fitur : aspek yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan

dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.

c. Conformance / kesesuaian : merefleksikan derajat ketepatan antara

karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah

ditetapkan.

d. Reliability / keandalan : hal yang berkaitan dengan probabilitas atau

kemungkinan suatu barang dapat menjalankan fungsinya setiap kali

dipergunakan dalam periode waktu tertentu dan kondisi tertentu.

e. Durability/ tahan lama : yaitu refleksi umur ekonomi berupa daya tahan atau

masa pakai barang.

f. Serviceability / kemudahan dalam perbaikan, yaitu karakteristik yang

berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam

(55)

g. Aesthetics / estetika, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif

mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan

refleksi dari preferensi individu.

h. Fitness for Use / Perceived Quality, sifat subyektif yang berkaitan dengan

perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk

yang berkualitas.

i. Ramah terhadap lingkungan, mengacu pada proses produksi tahu yang tidak

mengakibatkan pencemaran atau kerusakan terhadap lingkungan.

Inventory load of life cycle stagedalam penelitian ini merupakan

material-material, partikel-partikel, maupun emisi yang terkandung dalam lingkungan

selama proses produksi. Kandungan selama dalam proses produksi terdiri dari :

a. H2S

- H2S atau yang biasa disebut Hidrogen Sulfida adalah jenis gas umum yang

biasa terbentuk di alam, gas ini salah satu penyumbang bau tidak sedap yang

biasa di hirup manusia.

b. BOD

- BOD atau yang disebut Biochemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen

yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mengurai senyawa kimia dalam air. Zat

ini salah satu parameter tingkat senyawa kimia dalam air.

c. COD

- COD atau yang disebut Chemical Oxygen Demand adalah salah satu uji

(56)

d. pH

- pH adalah tingkat keasaman yang diukur dari kadar ion H+ tau ion

OH-(Power of Hydrogen). pH pada produksi dapat disesuaikan dengan dua

macam cara yaitu pH asam dan pH basa tergantung keadaan yang dibutuhkan.

Rentang pH antara 1-13, dibawah 7 asam diatas 7 basa dan netral diangka 7.

e. TSS

- TSS adalah jumlah padatan yang terdapat pada cairan, dapat berupa padatan

yang tidak larut dan yang larut seperti : tanah, pasir, kerikil, mineral, garam,

dan lain sebagainya.

Sedangkan biaya yang diamati adalah biaya yang terjadi selama proses

produksi, meliputi :

1. Biaya pada tahap persiapan, yakni biaya yang dikeluarkan untuk persiapan

proses produksi tahu, biaya ini terdiri atas :

- Biaya pembelian kedelai

2. Biaya pada tahap perebusan, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

melaksanakan proses perebusan, biaya ini terdiri atas :

- Biaya pembelian kayu bakar

- Biaya pembelian minyak tanah.

3. Biaya pada tahap pengendapan, yakni biaya yang dikeluarkan untuk

pengendapan tahu, biaya ini terdiri atas :

(57)

4. Biaya operasional, yakni biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional

proses produksi tahu, biaya ini terdiri atas :

- Biaya listrik

- Biaya gaji pegawai

3.4. Jenis dan Sumber Data 3.4.1. Jenis Data

Penelitian ini membutuhkan data-data yang berhubungan dengan masalah

dan digunakan untuk pemecahan masalah. Data yang digunakan adalah data

kualitatif yang diperoleh dari penyebaran kuisioner dan wawancara dengan pihak

manajemen sertabrainstorming dengan ahli. Sementara data kuantitatif diperoleh

dari pengolahan data hasil penyebaran kuisioner. Data kualitatif adalah data yang

tidak dapat diukur dengan skala numerik. Umumnya bisa dikuantitatifkan dengan

cara diklasifikasikan dalam bentuk kategori (Mason dan A.L Douglas, 1996).

Sedangkan data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kategori

dengan posisi yang tidak sama derajatnya karena dinyatakan dalam skala

peringkat (Mason dan A.L Douglas, 1996). Dalam kuisioner yang diajukan,

digunakan skala peringkat 1-5 (sangat tidak penting – sangat penting) untuk

mengidentifikasi tingkat kepentingan, sedangkan untuk mengidentifikasi tingkat

kepuasan skala peringkat yang digunakan adalah 1-5 (sangat tidak puas – sangat

puas), sementara untuk mengidentifikasi skala prioritas digunakan skala AHP 1-9

(58)

3.4.2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang langsung diperoleh dari

responden, yaitu dengan menyebarkan kuisioner kepada para konsumen dan

wawancara yang dilakukan dengan pemilik perusahaan yang menjadi objek

penelitian. Wawancara yang dilakukan terhadap konsumen akan menghasilkan

voice of customer, sedangkan wawancara terhadap pemilik akan menghasilkan

respon teknis atas keinginan dan kebutuhan konsumen. Dari data hasil kuisioner

dan wawancara tersebut kemudian diolah menjadi quality function deployment

untuk quality house. Pada Green House sumber data di dapat dari hasil

wawancara dengan Achmad Amrizal Fauzi S.T selaku environment expert

judgment dalam penelitian ini. Pada Cost House dan hasil kesimpulan concept

comparison house didapat dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner oleh

pemilik perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder

yang mendukung dalam proses penelitian, meliputi aktifitas selama proses

produksi beserta dampak lingkungan yang diakibatkan dan biaya-biaya yang

terjadi selama proses produksi. Aktifitas selama proses produksi, terutama untuk

environmental impact didapatkan dari database software SPSS 17.0 serta data

intern perusahaan yang kemudian digunakan untuk membantu mengolahlife cycle

assessment untuk green house, serta biaya-biaya yang terjadi selama proses

produksi untuk diolah menjadi life cycle costing untuk cost house. Dari quality

house, cost house, dan green house kemudian diintegrasikan kedalam concept

(59)

Gambar 3.1 Diagram Alur Proses Pengolahan Data

Sumber : Septin, Udisubakti, dan Mokh Suef, 2004

3.5. Prosedur dan Pengumpulan Data

Terdapat berbagai macam teknik pengumpulan data, dan pada penelitian

ini digunakan teknik pembagian kuisioner, wawancara, survei lapangan /

observasi, brainstorming dan studi literatur / pustaka. Pembagian kuisioner

bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan yang sudah

dirasakan konsumen serta mengetahui tingkat harapan konsumen terhadap

masing-masing atribut kualitas. Kuisioner dibagikan kepada 40 orang konsumen.

Kuisioner dibuat untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dilakukannya

Data Primer Data Skunder

(60)

penelitian dan untuk memperoleh informasi yang tingkat validitasnya setinggi

mungkin.

Secara umum kuisioner mengandung empat informasi pokok, yaitu :

1. Identifikasi responden

Berisi data diri responden

2. Tingkat kepentingan

Digunakan untuk mengukur beberapa penting suatu atribut kualitas produk

bagi responden.

3. Tingkat kepuasan

Merupakan ukuran tingkat kepuasan responden terhadap atribut-atribut

kualitas produk.

4. Tingkat harapan

Digunakan untuk mengetahui tingkat harapan yang diinginkan responden

Dalam pengambilan data mengenai tingkat kepentingan, digunakan Skala

Likert yaitu : (1) sangat tidak penting, (2) tidak penting, (3) cukup penting, (4)

penting, (5) sangat penting. Sedangkan data untuk tingkat kepuasan kualitas

adalah (1) sangat tidak puas, (2) tidak puas, (3) cukup puas, (4) puas, (5) sangat

puas. Pengumpulan data melalui survei lapangan/observasi dilakukan dengan

cara wawancara untuk mengetahui respon teknis pemilik usaha terhadap

keinginan dan kebutuhan konsumen yang telah disesuaikan dengan kemampuan

internal perusahaan. Untuk analisa mengenai pembobotan aspek dan dampak

(61)

literatur juga dilakukan untuk mencari data-data ataupun bahan analisis yang

dapat digunakan dalam penelitian ini.

3.6. Batasan dan Asumsi Penelitian

Agar permasalahan yang ada dapat dianalisis dengan baik, maka akan

dilakukan pembatasan sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan pada produksi tahu di Pabrik Tahu Pacarkeling.

2. Metode yang digunakan adalah Green Quality Function Deployment II

(GQFD-II).

3. Responden dalam penelitian ini adalah para konsumen Pabrik Tahu Pacar

Keling sebagai pengguna produknya.

4. Biaya yang diamati hanyalah biaya selama proses produksi, tidak

memperhatikan biaya distribusi, biaya service terhadap konsumen, dan

lain-lain.

Sedangkan asumsi yang digunakan untuk membantu dalam memecahkan

permasalahan penelitian ini adalah :

1. Bentuk dan kualitas produksi tahu tidak mengalami perubahan selama

dilakukan penelitian.

2. Responden dalam penelitian ini tidak dibedakan jenis kelamin dan

Gambar

Gambar 4.16 Concept Comparison House ..........................................................
Gambar 2.1 Quality House (QH)
Tabel 2.1 Skala Kepentingan
Tabel 2.2 Simbol dalam Relationship Matrix
+7

Referensi

Dokumen terkait