• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendampingan Program SL-PTT di Kabupaten Jeneponto Dalam upaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendampingan Program SL-PTT di Kabupaten Jeneponto Dalam upaya"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 1

PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI KABUPATEN JENEPONTO

Basir Nappu, dkk ABSTRAK

Pendampingan Program SL-PTT di Kabupaten Jeneponto 2010.

Dalam upaya pengembangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) secara nasional, Kementerian Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT padi, jagung, dan kedelai. Tujuan dari pelaksanaan SL-PTT : (1) mempercepat penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan diharapkan terjadi difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya; (2) mempercepat pengembangan varietas unggul yang mampu meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu hasil serta mewujudkan pengembangan sistem perbenihan dan produksi tanaman pangan; (3) petani diharapkan terpanggil dan bertanggung jawab untuk bersama-sama meningkatkan produksi dalam upaya mewujudkan swa-sembada pangan. Kegiatan SL-PTT dilaksanakan d kabupaten Jeneponto mencakup SL-PTT Padi, Jagung, dan Kedelai pada musim tanam (MT) April – Agustus 2010, berlangsung mulai bulan Januari sampai Desember 2010. Kegiatan ini berdasarkan pendekatan “Pendampingan dan Pengawalan Teknologi” terutama melalui kegiatan Demonstrasi Plot (Demplot) varietas unggul baru (VUB), penyebaran bahan informasi inovasi teknologi, dan sebagai narasumber pada pelatihan dan pertemuan kelompok. Sebaran lokasi pendampingan SL-PTT di kabupaten Jeneponto terdiri atas 150 lokasi padi dengan demplot 54 unit; 84 lokasi jagung dengan demplot 16 unit; dan 12 lokasi kedelai dengan demplot 4 unit. Berdasarkan hasil evaluasi produktivitas rata-rata yang dicapai untuk padi, yakni: 5,51; 4,70; dan 4,67 t/ha masing-masing pada LL; SL; dan non-SL. Produktivitas rata-rata untuk jagung berturut-turut yakni: 5,04; 4,65; dan 2,46 t/ha masing-masing pada LL; SL; dan non-SL. Sedangkan produktivitas rata-rata untuk kedelai yakni: 1,31; 0,93; dan 0,70 t/ha masing-masing pada LL; SL; dan non-SL. Dari hasil pengujian VUB padi pada lokasi demplot ternyata varietas Inpari-4 unggul di setiap lokasi dengan tingkat produktivitas mencapai > 6 t/ha. Sedangkan varietas Inpari-3 dan Ciherang produktivitasnya masing-masing > 5 t/ha dan > 4 t/ha. Namun jika dibandingkan dengan varietas Membramo yang eksisting di setiap lokasi produktivitasnya hanya mencapai 2 - 3 t/ha. Varietas Inpari-3 dan Inpari-4 selain produktivitasnya cukup tinggi, daya adaptasinya juga tinggi. Pada jagung, varietas-varietas yang diuji ternyata memperlihatkan bahwa varietas Bima-5 unggul pada 2 kecamatan yaitu di kecamatan Kelara dan Batang, produktivitasnya dapat mencapai > 6/ha, sedangkan varietas Bima-2, dan Bima-3 masing-masing 5,0 dan 5,3 t/ha. Di kecamatan Arungkeke, varietas Bima-4 lebih unggul mencapai 5,95 t/ha, sementara varietas Bima-5 hanya 4,68 t/ha. Sebagai pembanding, varietas Bisi-2 yang eksisting di setiap lokasi hanya menghasilkan 3,4 – 4 t/ha. Tingkat adaptabilitas semua varietas jagung adalah cukup tinggi pada setiap lokasi. Untuk pengujian kedelai, tampaknya hanya varietas Gopek Kuning yang memiliki daya tumbuh dan adaptabilitas yang cukup tinggi. Varietas lainnya yaitu Panderman, Grobogan, dan Burangrang daya adaptasinya rendah.

(2)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 2

Kata Kunci

: SL-PTT, Pendampingan, Varietas, Produktivitas

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemerintah bertekad mempercepat upaya peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai nasional untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun. Hal ini diimplementasikan melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), yang ditargetkan mampu meningkatkankan produksi beras 5% setiap tahun (Deptan, 2008). Produktivitas jagung nasional baru mencapai 3,60 t/ha, sementara di tingkat penelitian mampu mencapai 5,0 -10,0 t/ha. Demikian pula produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,3 t/ha, sedangkan di tingkat penelitian sudah mencapai 1,7 – 3,2 t/ha, bergantung pada kondisi lahan dan teknologi yang diterapkan. Angka-angka ini menunjukkan bahwa produksi pangan di tingkat petani masih bisa dinaikkan melalui inovasi teknologi.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menghasilkan beberapa inovasi teknologi yang mampu meningkatan produktivitas tanaman pangan, diantaranya varietas unggul. Varietas unggul ini merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian (Badan Litbang, 2007). Keberhasilan desiminasi teknologi varietas unggul ditentukan antara lain oleh kemampuan industri benih untuk memasok benih hingga ke petani. Oleh karena itu, sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien berdaya saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan mutu produk pertanian.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan efisiensi input produksi. Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT padi, jagung, dan kedelai.

Potensi komoditas pertanian termasuk cukup besar untuk dikembangkan, dan ditingkatkan pemanfaatannya melalui implementasi teknologi dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan. Baik melalui peningkatan produktivitas maupun pemasaran hasil secara profesional. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan produksi adalah: (1) belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani; (2) ketersediaan benih belum

(3)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 3 dapat terpenuhi secara tepat (varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga); (3) belum optimalnya kinerja lembaga produksi dan pengawasan mutu benih; dan (4) belum semua petani menggunakan benih unggul bermutu/bersertifikat (Badan Litbang, 2007).

Komoditas yang dapat dikembangkan di kabupaten Jeneponto antara lain padi, jagung, dan kedelai; a) Padi, meskipun komoditas padi tidak termasuk sebagai komoditas andalan, tetapi masih menjadi komoditas yang diminati oleh sebagaian besar masyarakat tani di kabupaten Jeneponto. Rata-rata luas panen dan produktivitas tanaman padi sawah selama lima tahun terkhir, masing-masing adalah 16.642,60 ha dan 48,15 ku/ha; b) Jagung, termasuk komoditas andalan selama lima tahun terakhir rata-rata luas panen dan produktivitas tanaman jagung masing-masing 38.314,60 ha dan 35,25 ku/ha; c) Kacang tanah dan kedelai, merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang potensial untuk dikembangkan di kabupaten Jeneponto. Rata-rata luas panen dan produktivitas kacang tanah selama lima tahun terakhir masing-masing 409,60 ha dan 14,44 ku/ha, sedangkan perkembangan produktivitas kedelai selama lima tahun terakhir sekitar 2,37% per tahun (Anonim, 2008). Permasalahan produktivitas, penyediaan benih unggul bermutu, dan implementasi teknologi menjadi dasar pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan di kabupaten Jeneponto.

1.2 Tujuan

a. Mempercepat penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan diharapkan terjadi difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani disekitanya.

b. Mempercepat pengembangan varietas unggul yang mampu meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu hasil serta mewujudkan pengembangan sistem perbenihan dan produksi tanaman pangan.

c. Petani diharapkan terpanggil dan bertanggung jawab untuk bersama-sama meningkatkan produksi dalam upaya mewujudkan swasembada pangan.

1.3 Perkiraan Keluaran

a. Terjadinya penyebar-luasan teknologi PTT dan difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya.

b. Berkembangnya penggunaan VUB tanaman pangan yang sesuai dengan preferensi konsumen/masyarakat.

(4)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 4 c. Terjadinya peningkatan produksi dan terwujudnya swasembada pangan secara

nasional.

II. PROSEDUR PELAKSANAAN 2.1 Ruang Lingkup

Persiapan, kegiatan dalam persiapan SL-PTT adalah pemilihan desa, hamparan lahan dan kelompok tani, pendatataan calon petani dan calon lahan, kemudian dilakukan pemilihan petani peserta, pemilihan lokasi dan areal laboratorium lapang (LL) untuk proses pembelajaran seluas 1 ha, bahan alat belajar, materi, dan waktu belajar. Kegiatan persiapan ini dilakukan dalam pertemuan di masing-masing desa dan kelompok tani.

2.2 Tahapan Pelaksanaan

Pertemuan di tingkat desa dan kecamatan, pertemuan di tingkat kelompok tani, dan konsultasi/diskusi dengan Dinas Pertanian : disepakati bahwa lokasi SL-PTT dipilih berdasarkan: 1) Produktivitasnya rendah dan masih berpotensi untuk ditingkatkan serta petaninya responsif terhadap teknologi; 2) Sebaiknya berada dalam satu hamparan yang strategis dan mudah dijangkau; 3) Lokasi yang dipilih bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa. Sedangkan letak petak LL seluas 1 ha seyogyanya LL diletakkan di bagian pinggir, sering dilewati, dan mudah dijangkau dengan harapan mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar SL-PTT. Demikian pula dengan penempatan demplot kegiatan diletakkan di bagian pinggir agar mudah diakses oleh petani.

Kegiatan pendampingan SL-PTT dilaksanakan di kabupaten Jeneponto, berlangsung mulai bulan Januari sampai Desember 2010. Proses pemilihan atau perakitan teknologi didasarkan pada hasil analisis potensi, kendala, dan peluang atau PRA (Participatory Rural Appraisal). Kegiatan PRA dilakukan oleh peneliti, penyuluh dan petani peserta, agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat.

Dalam Tahun Anggaran 2010 di kabupaten Jeneponto dialokasikan 150 unit pendampingan, 54 unit demplot padi, 16 unit demplot jagung, dan 4 unit demplot kedelai. Satu unit SL-PTT padi in-brida dilaksanakan pada hamparan lahan sawah seluas 25 ha, 24 ha di antaranya untuk SL-PTT, 1 ha untuk Laboratorium Lapang (LL), dan 0,25 ha demplot padi inbrida. Untuk padi hibrida, satu unit SL-PTT dilaksanakan pada lahan sawah seluas 15 ha.

(5)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 5 Sedangkan satu unit SL-PTT jagung dilaksanakan pada hamparan lahan seluas 15 ha, 14 ha di antaranya untuk SL-PTT, 1 ha untuk LL, dan 0,15 ha demplot jagung. Selanjutnya satu unit PTT kedelai dilaksanakan pada hamparan lahan seluas 10 ha, 9 ha di antaranya untuk SL-PTT, 1 ha LL, dan 0,10 ha demplot kedelai. Strategi ini diharapkan dapat memperluas penyebaran PTT yang akan berdampak terhadap percepatan implementasi program Nasional.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sebaran Lokasi Pendampingan

Jumlah unit pendampingan SL-PTT komoditas padi di kabupaten Jeneponto sebanyak 150 lokasi dengan demplot 54 unit, lokasi tersebut tersebar pada 11 kecamatan 72 desa. Demkian pula komoditas jagung teridiri dari 84 lokasi pendampingan dengan 16 lokasi demplot yang tersebar pada 11 kecamatan 75 desa. Sedangkan komoditas kedelai berjumlah 12 lokasi pendampingan dengan 4 demplot, lokasi kedelai hanya 1 kecamatan dan 1 desa. Dengan demikian sebaran lokasi pendampingan SL-PTT di kabupaten Jeneponto berjumlah 246 lokasi dengan 74 demplot. Sebaran lokasi pendampingan SL-PTT di kabupaten Jeneponto dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Lokasi Pendampingan SL-PTT di Kab. Jeneponto

No/Komoditas Kecamatan Lokasi SL-PTT Sasaran Pendampingan

(60%) I. Padi I. Bangkala Barat 1. Barana

2. Beroangin 3. Bulujaya 4. Banrimanurung 5. Tuju

II. Tamalatea 1. Bangkala-Bangkala 2. Bontotangnga 3. Manjangloe 4.Turatea 5. Tonrokassi Timur 6. Tonrokassi Barat 7. Karelayu 8. Tamanroya III. Batang 1. Togo-Togo

2. Bungeng 3. Bontoraya 4. Maccini Baji 1. Togo-Togo 2. Bontoraya 3. Maccini Baji 4. Camba-Camba

(6)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 6 5. Camba-Camba

6. Kaluku 5. Kaluku

IV. Kelara 1. Tolo Kota 2. Tolo Utara 3. Tolo Barat 4. Tolo Selatan 5. Bonto Lebang 1. Tolo Kota 2. Tolo Utara 3. Tolo Barat 4. Tolo Selatan V. Arungkeke 1. Bulo-Bulo 2. Arungkeke 3. Rappo-Rappo 4. Kampala 5. Boronglamu 6. Palajau 7. Kalumpangloe 8. Balangloe 1. Arungkeke 2. Rappo-Rappo 3. Kampala 4. Palajau 5. Balangloe

VI. Rumbia 1. Rumbia

2. Lebangmanai 3. Lebangmanai Utara 4. Bonto Tiro 5. Bontocini 6. Kassi 1. Rumbia 2. Lebangmanai 3. Lebangmanai Utara 4. Bontotiro

VII. Taroang 1. Tino

2. Bontorappo 3. Tarowang

1. Bontorappo 2. Taroang

VIII. Turatea 1. Bontomate’ne 2. Bungungloe 3. Langkura 4. Paitana 5. Kayuloe Barat 1. Bontomate’ne 2. Bungungloe 3. Langkura 4. Paitana

IX. Binamu 1. Empoang Utara 2. Monro-Monro 3. Sidenre 4. Empoang 5. Panaikang 6. Pabiringa 7. Biringkassi 8. Balang Baru 9. Sapanang 10. Empoang Selatan 11. Balang 12. Bontoa 1. Sidenre 2. Empoang 3. Panaikang 4. Balang Baru 5. Sapanang 6. Empoang Selatan 7. Balamg 8. Bontoa X. Bangkala 1. Benteng 2. Pallengu 3. Kapita 4. Marayoka 5. Bontomanai 6. Pallantikang 1. Benteng 2. Pallengu 3. Kapita 4. Marayoka 5. Pallantikang 6. Kalimporo

(7)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 7 7. Kalimporo

8. Gunung Silanu XI. Bontoramba 1. Lentu

2. Balumbungan 3. Batu Jala 4. Maero 5. Bontoramba 6. Kareloe 7. Bangkalaloe 8. Datara 1. Lentu 2. Balumbungan 3. Batu Jala 4. Maero 5. Kareloe 6. Datara

II. Jagung I. Turatea 1. Kayuloe Barat

2. Bontomate’ne 3. Kayuloe Timur 4. Pa’rasangang Baru 5. Bungungloe 6. Bululoe 7. Langkara 1. Kayuloe Barat 2. Bontomate’ne 3.Kayuloe Timur 4.Bungungloe 5. Bululoe

II. Binamu 1. Balang Toa 2. Sidenre 3. Sapanang 4. Bontoa 5. Balang Toa 6. Biringkassi 1. Sidenre 2. Sapanang 3. Bontoa 4. Biringkassi

III. Tamalatea 1. Bonto Tangnga 2. Tonrokassi Barat 3. Bontojai

1. Bontotangnga 2. Bontojai

IV. Batang 1. Togo-Togo

2. Botoraya 3. Kaluku 4. Maccinibaji 5. Bungeng 6. Camba-Camba 1. Togo-Togo 2. Botoraya 3. Kaluku 4. Camba-Camba V. Tarowang 1. Pao 2. Bontorappo 3. Balang Baru 4. Camba Lompoa 5. Bontomasugi 6. Allu Taroang 7. Tarowang 8. Tino 1. Pao 2. Bontorappo 3. Balang Baru 4. Camba Lompoa

VI. Arungkeke 1. Bulo-Bulo 2. Boronglamu 3. Kalumpangloe 4. Arungkeke 5. Arungkeke Pallanti 1. Kalumpangloe 2. Arungkeke

VII. Kelara 1. Tolo Utara 2. Tolo Timur 3. Tolo Barat

1. Tolo Utara 2. Tolo Barat 3. Tolo Selatan

(8)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 8 4. Tolo Selatan 5. Tolo 6. Bontonompo 7. Samataring 8. Bontolebang 4. Bontolebang

VIII. Rumbia 1. Pa’borongan 2. Pallantikang 3. Palolli

4. Leabang Manai utara 5. Lebang Manai

6. Bontocini 7. Bontomanai 8. Bonto Tiro

1. Leabang Manai utara 2. Lebang Manai

3. Bontocini 4. Bontomanai

IX. Bangkala 1. Kapita

2. Tombo-Tombolo 3. Marayoka 4. Bontomanai 5. Mallasaro 1. Kapita 2. Tombo-Tombolo

X. Bangkala Barat 1. Beroangin 2. Bulujaya 3. Pattiro 4. Barana 5. Pappaluang 1. Beroangin 2. Bulujaya 3. Pattiro

XI. Bontoramba 1. Batu Jala 2. Baraya 3. Bangkalaloe 4. Bulosibatang 1. Batu Jala 2. Baraya 3. Bangkalaloe 4. Bulosibatang

III. Kedelai Tamalatea 1. Maero 1. Maero

3.2. Hasil Koordinasi di Tingkat Internal Pemda

Proses koordinasi dalam pendapingan SL-PTT berlangsung secara periodik, pertemuan dilakukan beberapa minggu sebelum tanam untuk melihat potensi, kendala, dan peluang melalui pelaksanaan PRA. Pertemuan berikutnya dilakukan pada saat pengolahan tanah, pembuatan pesemaian, pemupukan, pengairan, dan pada saat tanaman dalam fase anakan maksimum, primordial bunting, berbunga, pengisian bulir, panen dan pasca panen. Adakalanya diperlukan pertemuan nonreguler jika ada masalah yang mendesak untuk dipecahkan, seperti terjadinya perubahan iklim atau adanya serangan hama dan penyakit tanaman. Kinerja koordinasi pendampingan dapat dilihat dalam Tabel 2.

(9)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 9 Tabel 2. Kinerja Koordinasi Pendampingan

No. Kecamatan Komponen Penilaian Kinerja Koordinasi (skor 1-3)*)

Nilai Faktor Kendala A**) B**) C**) 1. Bangkala Barat 2 2 2 6 2. Tamalatea 2 2 2 6 3. Batang 2 2 2 6 4. Kelara 3 2 2 7 5. Arungkeke 2 2 2 6 6. Rumbia 3 2 2 7 7. Taroang 1 2 2 5 8. Turatea 3 2 2 7 9. Binamu 1 2 2 5 10. Bangkala 1 2 2 5 11. Bontoramba 1 2 2 5

*) Skor penilaian 1= kurang, 2= baik, 3= sangat baik **) A = Kelengkapan legalitas keterlibatan institusi

B = Berfungsinya institusi yang terlibat sesuai fungsi yang telah disepakati bersama C = Sinergi pelaksana di lapangan

Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil koordinasi di tingkat internal pemda, kabupaten Jeneponto bahwa sinergitas pelaksanaan SL-PTT di lapangan sudah berjalan dengan baik. Dari 11 kecamatan hanya ada 4 kecamatan yang memiliki nilai 5 yaitu Taroang, Binamu, Bangkala, dan Bontoramba. Sedangkan, kecamatan lainnya koordinasinya sudah baik bahkan sangat baik.

3.3 Pelaksanaan Pendampingan Inovasi Teknologi 3.3.1 Efektifitas Demplot

Lahan yang digunakan untuk PTT atau areal SL-PTT adalah lahan milik petani. Satu unit areal PTT terdiri atas 15-25 ha lahan petani peserta PTT. Untuk setiap unit areal SL-PTT dipilih lahan seluas 1 ha untuk LL, dan ada areal percontohan (demplot) seluas 0,10-0,25 ha.

Untuk LL dan demplot disediakan bantuan sarana produksi berupa benih unggul bermutu, pupuk Urea, NPK, dan pupuk organik. Bagi petani di areal SL-PTT hanya diberikan

(10)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 10 bantuan berupa benih unggul bermutu. Keberadaan LL (laboratorium lapang) dan demplot diharapkan dapat mempercepat alih teknologi melalui interaksi antara petani peserta SL-PTT dengan petani non-peserta SL-PTT. Keragaan pelaksanaan demplot inovasi PTT di kabupaten Jeneponto dapat dilihat pada Tabel 3.

Pada Tabel 3 memuat keragaan demplot inovasi PTT dan jenis inovasi teknologi yang diintroduksikan. Ada 3 varietas unggul baru (VUB) padi yakni: Inpari-3, Inpari-4, dan varietas Ciherang. Sedangkan, jagung ada 4 varietas yaitu Bima-2, Bima-3, Bima-4, dan Bima-5. Selanjutnya, kedelai terdiri dari 4 varietas yaitu Gopek Kuning, Burangrang, Grobogan, dan Panderman. Selain varietas, diintroduksikan pula pemupukan berimbang. Efektifitas demplot dapat dilihat dari jumlah petani yang mengunjungi demplot, seperti tampak pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3. Keragaan Pelaksanaan Demplot Inovasi PTT di Kab. Jeneponto

No./Komoditas Lokasi Demplot Jenis Inovasi Teknologi Luas Demplot (ha)

Jumlah Petani yang berkunjung (Orang)

I. Padi Kec. Rumbia

1. Lebang Manai

Utara 1. Varietas Unggul Baru 2. Pemupukan NPK

1,0

18 14 Kec. Kelara

1. Tolo Barat 1. Varietas Unggul Baru 2. Pemupukan NPK 1,0 12 16 Kec. Turatea 1. Paitana 2. Langkura 3. Bontomate’ne 4. Bungungloe

1. Varietas Unggul Baru 2. Pemupukan NPK 8,50 19 11 22 19 Kec. Batang 1. Kaluku

2. Camba-Camba 1. Varietas Unggul Baru 2. Pemupukan NPK

3,25

11 12 II. Jagung Kec. Rumbia

1. Lebang Manai

Utara 1. Varietas Unggul Baru 2. Pemupukan NPK

0,60 20 13 Kec. Kelara 1. Tolo Utara 2. Tolo Selatan

1. Varietas Unggul Baru 2. Pemupukan NPK 0,75 12 19 Kec. Batang 1. Togo-Togo 2. Kaluku 3. Bontoraya

1. Varietas Unggul Baru 2. Pemupukan NPK 0,75 17 19 19 Kec. Arungkeke

1. Kalumpangloe 1. Varietas Unggul Baru 2. Pemupukan NPK

0,30

21 18

(11)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 11 1. Maero 1. Varietas Unggul Baru

2. Pemupukan NPK 15

Tabel 4. Keragaan Efektifitas Demplot Inovasi PTT di Kab. Jeneponto No. Lokasi Demplot Jumlah Petani

yang Berkunjung

(orang)

Efektifitas Demplot Permasalahan

Jumlah Petani yg Menyatakan tdk berminat (orang) Jumlah petani yg berminat tapi belum ada kepastian akan Menggunakan (orang) Jumlah petani yang berminat dan akan melaksanakan (orang) I.

1. Kec. Rumbia Lebang Manai Utara 32 - 30 2 -

II.

1. Kec. Kelara Tolo Barat 38 3 4 31 -

III. 1. 2. 3. 4. Kec. Turatea Paitana Langkura Bontomate’ne Bungungloe 41 24 22 18 3 2 2 - 19 5 3 16 19 17 17 2 - - - - IV. 1. 2. Kec. Batang Kaluku Camba-Camba 26 24 4 2 8 8 14 14 - - V.

1. Kec. Rumbia Lebang Manai Utara 28 6 11 11 -

VI. 1. 2. Kec. Kelara Tolo Utara Tolo Selatan 36 37 5 8 13 12 18 17 - - VII. 1. 2. 3. Kec. Batang 1. Togo-Togo 2. Kaluku 3. Bontoraya 25 23 24 3 3 2 11 13 12 11 7 20 - - - VIII. Kec. Arungkeke

1. Kalumpang Loe 22 2 8 12 -

IX Kec. Tamalatea

1. Maero 19 3 6 10 -

Di kecamatan Rumbia efektifitas demplot dapat dilihat dari jumlah petani yang menyatakan berminat dan akan melaksanakan penanaman kembali terutama pada Varietas Unggul Baru padi, khususnya varietas Inpari-4. Sedangkan, di kecamatan Kelara petani pada umumnya menyukai jagung varietas Bima-5. Pada umumnya petani tertarik dengan inovasi teknologi pemupukan berimbang, sangat berminat, dan akan melaksanakan cara pemupukan seperti yang dicontohkan pada demplot. Di kecamatan Turatea misalnya, terdapat 41 petani

(12)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 12 yang berkunjung dan 19 petani berminat untuk melaksanakan. Demikian pula di kecamatan Kelara ada 73 petani yang berkunjung dan 35 orang petani yang akan melaksanakan.

3.3.2. Uji Varietas Unggul Baru (VUB)

Salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas tanaman adalah masih terbatasnya penggunaan benih bermutu di tingkat petani, meskipun ada kecenderungan terjadi peningkatan penggunaan benih bermutu setiap tahun. Hal ini antara lain disebabkan masih mahalnya harga benih bermutu, terbatasnya stok benih pada saat dibutuhkan petani. Keengganan petani menjadi penangkar benih (terutama padi) karena biaya produksinya lebih tinggi sementara harga jualnya hampir sama dengan harga gabah untuk konsumsi.

Petani lebih senang menggunakan benih yang mereka produksi sendiri atau dari sesama petani karena tingkat kepercayaannya lebih tinggi. Sementara benih yang dihasilkan dari pengusaha benih seringkali tidak sesuai dengan labelnya, misalnya tingkat kemurnian dan daya tumbuhnya. Benih yang secara morfologis kelihatan bersih dan mempunyai bentuk yang baik, belum menjamin benih tersebut telah bermutu atau sehat. Karena itu, peserta SL-PTT diharapkan dapat memahami konsep, prinsip, dan implentasi teknologi PTT secara benar, sehingga uji varietas yang dilakukan dapat menarik perhatian petani.

Keragaan hasil pelaksanaan uji varietas unggul baru padi, varietas jagung, dan beberapa varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 5. Dari hasil pengujian varietas unggul baru padi pada lokasi demplot ternyata Inpari-4 unggul di setiap lokasi dengan capaian produktivitas > 6 t/ha. Sedangkan varietas Inpari-3 dan Ciherang produktivitasnya masing-masing > 5 t/ha dan > 4 t/ha. Jika dibandingkan dengan varietas yang telah eksisting di setiap lokasi, Membramo produktivitasnya hanya sekitar 2 - 3 t/ha. Varietas Inpari-3 dan Inpari-4 selain produktivitasnya cukup tinggi, daya adaptasinya juga luas.

Pada pengujian varietas jagung, ternyata varietas Bima-5 unggul pada 2 kecamatan yaitu di kecamatan Kelara dan Batang, produktivitasnya dapat mencapai > 6 t/ha, sedangkan varietas Bima-2, dan Bima-3 masing-masing 5,0 dan 5,3 t/ha. Di kecamatan Arungkeke, varietas Bima-4 memperlihatkan keunggulan dengan produktivitas 5,95 t/ha, sementara Bima-5 hanya mencapai 4,68 t/ha. Varietas Bisi-2 yang eksisting di setiap lokasi hanya mencapai 3,4 – 4 t/ha. Tingkat adaptabilitas semua varietas jagung cukup tinggi pada setiap

(13)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 13 lokasi. Sedangkan, hasil pengujian kedelai menunjukkan bahwa hanya varietas Gopek Kuning yang memiliki daya tumbuh dan adaptabilitas yang relatif tinggi. Sebaliknya, varietas lainnya yaitu Panderman, Grobogan, dan Burangrang memiliki daya adaptasi yang rendah.

Tabel 5. Keragaan Hasil Pelaksanaan Uji Varietas Unggul Baru (VUB

No. Nama Lokasi Uji VUB Agroekosistem Varietas Unggul Baru Varietas Pembanding (eksisting) Tingkat Adaptabilitas (tinggi, sedang, rendah) Jenis VUB Produkvit

as (t/ha) I.

1. Kec. Rumbia Lebang Manai

Utara LKIB Inpari-3 Inpari-4 Ciherang 5,28 6,03 4,53 Membramo Tinggi Tinggi Sedang II.

1. Kec. Kelara Tolo Barat LKIK Inpari-3 Inpari-4 Ciherang 5,75 6,53 4,90 Membramo Sedang Tinggi Sedang III. 1. 2. 3. 4. Kec. Turatea Paitana Langkura Bontomate’ne Bungungloe LKIK Inpari-3 Inpari-4 Ciherang 5,74 6,74 5,06 Membramo Sedang Tinggi Tinggi IV. 1. 2. Kec. Batang Kaluku Camba-Camba LKIK Inpari-3 Inpari-4 Ciherang 5,53 6,01 5,03 Membramo Sedang Tinggi Tinggi V.

1. Kec. Rumbia Lebang Manai Utara LKIK Bima-2 Bima-3 Bima-4 Bima-5 5,35 5,10 4,90 5,56 Bisi-2 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi VI. 1. 2. Kec. Kelara Tolo Utara Tolo Selatan LKIK Bima-2 Bima-3 Bima-4 Bima-5 5,55 6,80 - 6,60 Bisi-2 Tinggi Tinggi - Tinggi VII 1. 2. 3. Kec. Batang Togo-Togo Kaluku Bontoraya LKIK Bima-2 Bima-3 Bima-4 Bima-5 5,65 5,25 5,40 6,13 Bisi-2 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi VIII

. Kec. Arungkeke Kalumpangloe LKIK Bima-2 Bima-3 Bima-4 Bima-5 - 5,63 5,95 4,68 Bisi-2 - Tinggi Tinggi Sedang IX Kec. Tamalatea

1. Maero LKIK Gopek Kuning Panderman Grobogan Burangrang 0,80 0,31 0,40 0,31 Wilis

Orba Tinggi Rendah Rendah Rendah Ket. : LKIB = Lahan Kering Iklim Basah

LKIK = Lahan Kering Iklim Kering

3.3.3 Dukungan Perbenihan Per Komoditas

Di Sulawesi Selatan, penggunaan benih bermutu mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPSBTPH IV penggunaan benih bersertifikat atau bermutu di Sulawesi Selatan baru

(14)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 14

mencapai 20 % tahun 2000 dan meningkat hingga 55 % tahun 2007. Hal ini terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah dengan bantuan benih gratis, baik untuk pengembangan padi maupun jagung (Distan Sulsel, 2008). Akan tetapi jika tidak ditunjang oleh suatu sistem perbenihan yang baik, program ini dikuatirkan tidak akan berkelanjutan.

Untuk mendukung pengembangan benih bermutu di Sulawesi Selatan, diperlukan berbagai upaya baik yang bersifat teknis maupun kelembagaan agar terbentuk suatu system penyediaan benih yang mantap dan berkelanjutan. Hal ini hanya dapat terwujud jika semua pihak yang terlibat dalam sistem tersebut memperoleh keuntungan. Kondisi demikian diharapkan petani mempunyai akses yang luas dalam memperoleh benih bermutu untuk kepentingan usahataninya dengan harga terjangkau, tepat waktu, dan jumlah yang cukup. Dukungan perbenihan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Dukungan Perbenihan

No. Kecamatan

Nama Varietas Jumlah Benih (kg) Mutu Benih Ket

Kebutuhann Tersedia Dibutuhkan Tersedia Baik Buruk Varietas

I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. PADI Binamu Turatea Tamalatea Bontoramba Batang Tarowang Arungkeke Kelara Rumbia Bangkala Bangkala Barat 28,440 61,695 10,935 35,625 12,495 11,445 12,825 12,462 30,120 22,065 48,690 1,575 2,925 2,250 4,500 2,250 1,575 3,825 3,600 3,825 2,250 2,925 28,440 61,695 10,935 35,625 12,495 11,445 12,825 12,462 30,120 22,065 48,690 1,575 2,925 2,250 4,500 2,250 1,575 3,825 3,600 3,825 2,250 2,925 Baik Membramo TOTAL 286,797 31,500 286,797 31,500

(15)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 15 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Binamu Turatea Tamalatea Bont Ramba Batang Tarowang Arungkeke Kelara Rumbia Bangkala Bangkala Barat 44,895 51,570 52,590 90,345 18,480 70,545 27,529 78,870 79,350 88,650 118,485 10,000 23,750 6,250 13,125 15,000 4,375 10,000 7,500 12,500 10,000 12,500 44,895 51,570 52,590 90,345 18,480 70,545 27,529 78,870 79,350 88,650 118,485 10,000 23,750 6,250 13,125 15,000 4,375 10,000 7,500 12,500 10,000 12,500 TOTAL 721,309 125,000 721,309 125,000 III. 1. 2. 3. 4. KEDELAI Tamalatea BontoRamba Bangkala Bangkala Barat 27,125 6,335 18,375 12,530 2,000 2,800 2,000 1,200 27,125 6,335 18,375 12,530 2,000 2,800 2,000 1,200 Baik Orba,Wilis 64,365 8,000 64,365 8,000

Ketersediaan benih bermutu di Sulawesi Selatan pada umumnya dan kabupaten Jeneponto pada khususnya masih jauh dari yang diharapkan.

(16)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 16

Proses belajar pada SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudian memberikan pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalaman tersebut, menganalisis masalah yang terjadi, dan menyimpulkan hasil kegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT telah merasakan dampak positif dari teknologi yang diterapakan, baik dari aspek materi maupun non-materi, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembali pada musim beriktunya. Sesuai dengan motto petani SL-PTT “mendengar, saya lupa; melihat, saya ingat; melakukan, saya paham; menemukan sendiri, saya kuasai”, maka setiap kegiatan yang dilakukan sendiri akan memberikan pengalaman yang berharga. Oleh karena itu, petani dituntut untuk mampu menganalisis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian menyimpulkan dan menindaklanjutinya. Kesimpulan yang telah dibuat merupakan dasar dalam melakukan perubahan atau pengembangan teknologi.

Tabel 7. Efektifitas Pelatihan Teknis

Tingkat Pelanyelenggaraan

Pelatihan

Topik / Materi Pelatihan

Sasaran Peserta Pelatihan Jumlah Peserta Pelatihan yang

menjadi narasumber di

wilayah kerjanya Asal Institusi Jumlah Peserta

A. Tingkat Propinsi (PL I) Juklak SL-PTT Materi SL-PTT Jagung Materi SL-PTT Padi Materi SL-PTT Kedelai Materi SL-PTT Jagung Cara Praktis Membuat Kompos

Penyuluh Pertanian, Distan, BPTP

60 -

B. Tingkat Kab (PL II) Pemahaman dan Implementasi SL-PTT Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah. Filosofi dan dinamika PTT, Benih dan VUB Padi, Pengelolaan Hara dan Pemupukan,

ImplementasiPengendalian OPT, Dinamika Kelompok, Teknologi Penanganan Pasca Panen, Teknologi Hemat Air, Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT

Pemandu Lapang II, Penyuluh Pertanian, POPT, PBT tingkat kabupaten

(17)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 17

Dalam pelaksanaan SL-PTT dilakukan pelatihan secara berjenjang, mulai dari Pemandu Lapang I (PL- I) di tingkat Propinsi, PL- II di tingkat kabupaten, hingga pemandu lapang yang terdiri atas penyuluh pertanian, POPT, dan PBT di tingkat kecamatan/desa. Pelatihan bagi PL- I diprakarsai oleh Balit Komoditas, kemudian pelatihan PL- II diselenggarakan oleh PL- I di tingkat Propinsi. Sedangkan, pelatihan penyebarluasan pemandu lapang diselenggarakan oleh PL- II di tingkat kabupaten, serta pelatihan dan bimbingan kepada petani diselenggarakan oleh pemandu lapang. Pada Tabel 7 di atas dapat dilihat efektivitas pelatihan teknis yang dilakukan, seperti pelatihan pada tingkat kabupaten, materi pemahaman dan implementasi SL-PTT jagung, padi, dan kedelai telah dilakukan dan jumlah peserta pelatihan yang menjadi narasumber di wilayah kerjanya ada 8 orang. Hal ini menunjukkan bahwa peserta sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut.

3.3.5 Efektifitas Penyebarluasan Inovasi Melalui Media Cetak dan Elektronik Tabel 8. Efektifitas penyebarluasan inovasi (leaflet)

No. Judul Materi Leaflet Jumlah

Eksemplar

Jumlah Inovasi yang dimuat Target

Penerimaan Media Informasi

1. Teknologi Budidaya Padi 100 8 paket (var. unggul, benih

bermutu/berlabel, tanam

legowo 2:1, pengairan,

pemupukan berimbang,

pengendalian H/P, panen dan pasca panen).

200

2. Teknologi Budidaya Jagung 100 8 (var. unggul, benih bermutu

/berlabel, tanam, pemupukan, penyiangan, pengendalian H/P, panen, dan pasca panen).

200

3. Teknologi Budidaya Kedelai 100 8 (var. unggul, benih bermutu /berlabel, pengolahan tanah, tanam, pengairan, pemupukan, penyiangan, pengendalian H/P, panen, dan pasca panen)

200

(18)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 18

enalan bahan kompos Promi), teknologi penggunaan kompos,

5. Penggunaan BWD 100 Cara penggunaan BWD, dosis

pemupukan dengan BWD.

200

Tabel 9. Efektifitas penyebarluasan inovasi (Bookleat)

No. Judul Materi Booklet Jumlah

Eksempla r

Jumlah Inovasi yang dimuat Target

Penerimaan Media Informasi 1. SL-PTT Kabupaten Jeneponto

2010

100 3 paket (SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai)

200

3.4. Perkembangan Produktivitas

Kebutuhan pangan terus meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah

penduduk. Pada tahun 2020, permintaan jagung di negara sedang berkembang

diperkirakan akan melebihi permintaan beras dan gandum. Karena itu berbagai upaya

pemerintah untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan. SL-PTT yang

dilakukan di kabupaten Jeneponto sudah menunjukkan hasil yang cukup

menggembirakan. Data menunjukkan bahwa produktivitas yang dicapai di kecamatan

Kelara di SL mencapai 5,5 t/ha, sementara di LL bisa mencapai 6,0 t/ha, sedangkan

pada non-SL hanya mencapai 4,20 t/ha. Hasil evaluasi produktivitas rata-rata padi di

kabupaten Jeneponto pada SL 4,70 t/ha, pada LL 5,58, pada non-SL 4,67 t/ha (Tabel

10).

Berdasarkan hasil evaluasi produktivitas rata-rata jagung per kecamatan pada

Table 10 terlihat bahwa di kecamatan Batang dan Rumbia capaian produktivitas paling

(19)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 19

tinggi yaitu masing-masing 5,2 t/ha dan 5,0 t/ha pada SL; 5,8 t/ha dan 5,3 t/ha pada

LL, serta hanya 4,8 t/ha dan 2,6 t/ha pada non-SL. Hasil evaluasi produktivitas

rata-rata tingkat kabupaten dapat mencapai 4,65 t/ha; 5,04 t/ha ; dan 2,50 t/ha

masing-masing pada SL; LL; dan non-SL (Tabel 11).

Tabel 10. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-rata Padi Per Kecamatan di LL, SL, dan Non-SL

No. Kecamatan Jumlah Unit SL

yang disampling

Produktivitas (Ton GKP/ha)

SL LL Non-SL 1. Bangkala Barat 18 4,55 5,35 2,50 2. Tamalatea 10 4,21 5,38 2,42 3. Batang 12 4,20 5,51 2,61 4. Kelara 12 5,52 6,00 4,20 5. Arungkeke 13 4,.19 5,55 2,61 6. Rumbia 13 4,27 5,52 2,78 7. Taroang 10 4,26 5,60 2,90 8. Turatea 18 4,24 5,58 2,65 9. Binamu 12 4,26 5,58 2,80 10. Bangkala 12 4,23 5,56 2,86 11. Bontoramba 13 4,2 5,55 2,85 Jeneponto 4,70 5,51 4,67

Tabel 11. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-Rata Jagung Per Kecamatan di LL, SL, dan Non-SL

No. Kecamatan Julah Unit SL

yang disampling

Produktivitas (Ton /ha)

SL LL Non-SL 1. Bangkala Barat 10 4,92 5,23 2,62 2. Tamalatea 8 4,79 5,05 2,53 3. Batang 10 5,23 5,87 4,82 4. Kelara 18 4,81 5,10 2,55 5. Arungkeke 10 4,00 4,03 2,13 6. Rumbia 12 5,06 5,33 2,67 7. Taroang 12 4,77 5,02 2,51 8. Turatea 15 4,75 5,07 2,54

(20)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 20

9. Binamu 6 4,70 4,97 2,48

10. Bangkala 11 4,93 5,24 2,62

11. Bontoramba 6 3,41 5,10 1,79

Jeneponto 4,65 5,04 2,46

Hasil evaluasi produktivitas rata-rata kedelai per kecamatan di LL, SL dan non-SL masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan daya tumbuh benih yang tidak maksimal. Produktivitas tertinggi di kecamatan Bontoramba 1,0 t/ha pada SL; 1,36 t/ha pada LL, dan 0,75 t/ha pada non-SL. Produktivitas rata-rata tingkat kabupaten hanya mencapai 0,93; 1,3; dan 0,70 t/ha masing-masing pada SL; LL; dan non-SL (Tabel 12).

Tabel 12. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-Rata Kedelai Per Kecamatan di LL, SL, dan Non-SL

No. Kecamatan Jumlah Unit

SL yang disampling Produktivitas (t /ha) SL LL Non-SL 1. Bangkala 6 0,91 1,30 0,68 2. Bangkala Barat 5 0,93 1,31 0,70 3. Tamalatea 4 0,85 1,24 0,64 4. Bontoramba 5 1,01 1,36 0,75 Kabupaten Jeneponto 0,93 1,31 0,70 IV. PENUTUP

Hasil pengujian varietas unggul baru padi pada lokasi demplot menunjukkan bahwa varietas Inpari-4 unggul di setiap lokasi demplot dengan capaian produktivitas > 6 t/ha, sedangkan varietas Inpari-3 dan Ciherang produktivitasnya masing-masing sekitar > 5 t/ha dan > 4 t/ha. Namun jika dibandingkan dengan varietas Membramo yang telah eksisting di tingkat petani, produktivitasnya hanya 2 - 3 t/ha.

Pada jagung, hasil-hasil pengujian yang dilaksanakan di berbagai lokasi demplot ternyata varietas Bima-5 dengan produktivitas > 6 t/ha unggul pada 2 kecamatan yaitu di kecamatan Kelara dan Batang. Di kecamatan Arungkeke, Bima-4 lebih unggul dari varietas Bima lainnya. Produktivitas varietas Bima-4 mencapai 5,95 t/ha, sedangkan Bima-2 dan

(21)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 21 Bima-3 masing-masing hanya mencapai 5,0 dan 5,3 t/ha. Tingkat adaptabilitas semua varietas jagung cukup tinggi pada setiap lokasi.

Sedangkan dari uji varietas kedelai diperoleh bahwa hanya varietas Gopek Kuning yang memiliki daya adaptasi cukup luas dan daya tumbuh yang optimal. Varietas lainnya yaitu Panderman, Grobogan, dan Burangrang daya adaptasinya rendah.

Hasil evaluasi produktivitas rata-rata padi di kabupaten Jeneponto pada SL, LL,

dan Non-SL berturut-turut yakni 4,70; 5,58; dan 4,67 t/ha. Sedangkan hasil evaluasi

produktivitas rata-rata jagung kabupaten mencapai 4,65; 5,04 ; dan 2,5 t/ha

masing-masing pada SL; LL; dan non- SL.

Sedangkan pada komoditas kedelai tingkat kabupaten produktivitasnya hanya 0,93 t/ha pada SL; 1,3 t/ha pada LL; dan 0,70 t/ha pada non-SL.

Peningkatan produktivitas padi, jagung, dan kedelai melalui pendekatan SL-PTT merupakan salah satu strategi yang dilakukan pemerintah untuk mencapai sasaran utama pembangunan pertanian 2010 - 2014 yaitu peningkatan produksi dan swa-sembada pangan berkelanjutan. Meskipun masih ditemui beberapa permasalahan, namun dengan pendekatan SL-PTT sudah terbukti dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap produksi pangan nasional.

V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Jeneponto Tahun 2006 -2026. Jeneponto

Anonim , 2006. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Jenponto. Tahun 2006-2008. Jeneponto.

Badan Libang Pertanian, 2007. Produksi Benih Sumber Padi (Pedoman Umum). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

BPS, 2009. Jeneponto Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto.

Gambar

Tabel 1. Sebaran Lokasi Pendampingan SL-PTT di Kab. Jeneponto
Tabel 4. Keragaan Efektifitas Demplot Inovasi PTT di Kab. Jeneponto   No.  Lokasi Demplot  Jumlah  Petani
Tabel 5. Keragaan Hasil Pelaksanaan Uji Varietas Unggul  Baru (VUB
Tabel 6.  Dukungan Perbenihan
+4

Referensi

Dokumen terkait