• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan Siklus Hidup Jamur Tiram. Jamur adalah organisme heterotrof yang menggunakan bahan organik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan Siklus Hidup Jamur Tiram. Jamur adalah organisme heterotrof yang menggunakan bahan organik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Tiram

Sistematika jamur tiram menurut Alexopolous (1962) dalam Djarijah dan Djarijah (2001) adalah sebagai berikut :

Super Kingdom : Eukaryota Kingdom : Myceteae (fungi) Divisio : Amastigomycota Sub-Divisio : Basidiomycotae Kelas : Basidiomycetes Ordo : Agaricales Familia : Agaricacea Genus : Pleurotus Species : Pleurotus spp.

Jamur adalah organisme heterotrof yang menggunakan bahan organik yang dibentuk oleh organisme lain. Jamur tiram hidup sebagai saprofit pada bagian organisme lain yang sudah mati atau pada sampahnya, seperti pada kotoran (Moore and Landecker, 1982).

Secara umum jamur tirm mempunyai tudung yang berdiameter 4-15 cm atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudiaan menjadi rata atau kadang membentuk corong; permukaan licin agak berminyak ketika lembab tetapi tidak lengket; warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, coklat atau coklat tua (kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa), daging tebal, bewarna putih,

(2)

kokoh tidak lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai; bau dan rasa tidak merangsang. Tangkai tidak ada atau jika ada buasanya pendek, kokoh dan tidak dipusat atau lateral, panjang 0.5-4.0 cm, gemuk, padat, kuat, kering, umumnya berambut atau berbulu kapas. Cadar tidak ada, jejak spora putih sampai ungu muda atau abu-abu keunguan berukuran 7-9x3-4 mikron, bentuk lonjong sampai jorong, licin, nanamiliod (Gunawan, 2004).

Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi protein, lemak, fosfor, besi, thiamin, dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Macam asam amino yang terkandung dalam jamur tiram adalah isoleusin, lysine, methionin, cystein, penylanin, tyrosin, treonin, tryptopan, valin, arginin, histidin, alanin, asam asparat, asam glutamat, glysin, prolin, dan serin (Djarijah dan Djarijah, 2001).

Kandungan gizi beberapa jenis jamur tiram menurut Cahyana, dkk (2001) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kandungan gizi beberapa jenis jamur tiram Komposisi Jamur Shiitake

(Lentinus edodes)

Jamur Tiram Coklat (Pleurotus cystidiosua)

Jamur Tiram Putih (Pleurotus flarida) Protein Lemak Karbohidtrat Serat Abu Kalori 17.5% 8% 70.7% 8% 7% 392 kkal 26.6% 2% 50.7% 13.3% 6.5% 300 kkal 27% 1.6% 58% 11.5% 9.3% 265 kkal

Jamur tiram dapat dibedakan jenisnya berdasarkan warna tubuh buahnya, yaitu : a. Pleurotus ostreatus, bewarna putih kekuning-kuningan, b. Pleurotus flabellatus, bewarna merah jambu, c. Pleurotus florida, bewarna putih bersih

(3)

(shimeji white), d. Pleurotus sajor caju, bewarna kelabu (shimeji grey), dan e. Pleurotus cystudiyosus, bewarna abalone (kecoklatan) (Pasaribu, dkk, 2002).

Siklus hidup jamur tiram hampir sama dengan siklus hidup jenis jamur dari keluarga besar Agaricaceae lainya. Tahap-tahap pertumbuhan jamur tiram menurut (Suriwiria, 2002) adalah sebagai berikut :

1. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat yang lembab akan tumbuh dan berkecambah membentuk serat-serat halus yang menyerupai kapas, yang disebut miselium atau miselia.

2. Jika keadaan tempat tumbuh miselia memungkinkan, dalam arti temperatur, kelembaban, kandungan C/N/P-rasio substrat tempat tumbuh baik, maka kumpulan miselia tersebut akan membentuk primordia atau bakal tubuh buah jamur.

3. Bakal tubuh buah jamur itu kemungkinan akan membesar dan pada akhirnya akan membentuk tubuh buah atau bentuk jamur yang kemudian dipanen. 4. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora. Spora ini tumbuh di bagian

ujung basidium, sehingga disebut basidiospora. Jika sudah matang atau dewasa, spora akan jatuh dari tubuh buah jamur

Berdasarkan fase perkembangannya, dikenal tiga macam miselia, yaitu fase miselium primer, sekunder dan tersier. Miselium primer terbentuk dari basidiospora yang jatuh pada media yang menguntungkan, miselium ini berinti satu haploid. Fase ini merupakan pertunasan dan fragmentasi hifa yang disebut pembiakan vegetatif. Fase vegetatif berakhir saat miselium primer mengadakan plasmogami antara dua hifa yang kompatibel dan membentuk miselium sekunder berinti dua. Fase selanjutnya, miselium sekunder akan berhimpun menjadi

(4)

jaringan tertur dan membentuk tubuh buah (basidiocarp) yang menghasilkan basidiospora. Fase ini disebut fase generatif atau fase reproduktif (Djarijah dan Djarijah, 2001).

Siklus jamur tiram menurut http://ublib.buffaloedu /libraries /e.resoulles /ebooks record/eej7179, html. (2007) dapat dilihat pada gambar 1.

(5)

Syarat Tumbuh Jamur Tiram

Lingkungan

Jamur tiram termasuk tanaman heterotrofik yang hidupnya tergantung pada lingkungan tempat ia hidup. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah air, keasaman (pH), substrat, kelembaban, suhu udara dan ketersediaan sumber nutrisi (Djarijah dan Djarijah, 2001).

Jamur tiram dapat tumbuh dengan baik di ketinggian hingga 600 m dpl. Idealnya, daerah tersebut memiliki kisaran suhu 15-30 ºC dan kelembaban 80-90%. Pertumbuhannya tidak membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi dan berkembang baik pada media tanam yang agak masam, yakni pada pH 5.5-7 (Agromedia Pustaka, 2002).

Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu oksigen dan karbondioksida. Oksigen merupakan unsur penting dalam respirasi sel. Sumber energi di dalam sel dioksidasi menjadi karbondioksida dan air sehingga energi menjadi tersedia. Karbondioksida dapat berakumulasi sebagai hasil respirasi oleh jamur itu sendiri atau respirasi oleh organisme lain. Akumulasi karbondioksida yang terlalu banyak dapat mengakibatkan salah bentuk pada tubuh buah jamur. Pengaruh karbondioksida dapat menyebabkan tangkai menjadi sangat panjang dan pembentukan payung tidak normal (Gunawan, 2004).

Menurut Dwidjoseputro (1994) respirasi adalah suatu proses pembongkaran, dimana energi yang tersimpan ditimbulkan kembali untuk menyelenggarakan proses-proses kehidupan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut Lakitan (2000) adalah sebagai berikut :

(6)

a) Tipe dan jenis tumbuhan, perbedaan morfologi antara jenis tumbuhan, meneyebabkan terjadinya perbedaan laju respirasi antara tumbuhan tersebut. Bakteri dan jamur umumnya menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan tumbuhan tingkat tinggi. Ini disebabkan bakteri dan jamur hanya mengandung sedikit senyawa yang akan diakumulasikan sebagai cadangan makanan dalam tubuhnya. Secara umum terdapat korelasi yang kuat antara laju pertumbuhan dengan laju respirasi, karena dalam pertumbuhan akan digunakan ATP, NADPH untuk sintesis protein, bahan penyusun dinding sel, komponen membran dan asam-asam nukleat. ATP, NAD+ dan NADP+ digunakan untuk reaksi respirasi.

b) Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, tetapi besarnya pengaruh tersebut berbeda antara spesies dan bahkan antara organ pada tumbuhan yang sama.

c) Ketersediaan substrat, laju respirasi tergantung pada ketersediaan substrat yaitu senyawa yang diurai melalui serangkaian reaksi. Tumbuhan yang mengandung cadangan pati, fruktan dan gula yang rendah akan menunjukkan laju respirasi yang rendah pula.

Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi dibandingkan suhu pada saat pertumbuhan (pembentukkan tubuh buah jamur). Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara 22-28 ºC dengan kelembaban 60-80%, sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah (fruiting body) berkisar antara 16-22 ºC dengan kelembaban 80-90%. Pengaturan kondisi lingkungan sangat penting bagi pertumbuhan tubuh buah. Apabila suhu terlalu tinggi, sedangkan

(7)

kelembaban terlalu rendah maka primordial (bakal jamur) akan kering dan mati (Cahyana, dkk, 2001).

Menurut Suriawiria (2002) faktor-faktor lingkungan yang menentukan pertumbuhan jamur tiram dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2. Faktor lingkungan yang menentukan pertumbuhan jamur tiram

Parameter Pertumbuhan Besaran

Pertumbuhan Miselia Pada Substrat tanam a.Temperatur inkubasi b.RH c. Waktu tumbuh d. Kandungan CO2 e. Cahaya f. Sirkulasi Udara Pembentukan Primordia

a.Temperatur inisiasi pertumbuhan b.RH

c.Waktu tumbuh d.Kandungan CO2 e.Cahaya

f.Sirkulasi udara Pembentukan Tubuh Buah

a.Temperatur inisiasi pertumbuhan b.RH c.Waktu tumbuh d.Kandungan CO2 e.cahaya Siklus Panen a.Interval waktu

b.Jangka waktu masa panen c.Nilai BER

d.Produksi rata-rata per log tanaman

24-290C 90-100% 10-14 hari 5000-20.000 ppm 500-1,000 lux 1-2 jam 21-270C 90-100% 3-5 hari <1,000 ppm 500-1,000 lux 4-8 jam 21-280C 90-95% 3-5 hari <1,000 ppm 500-1,000 lux 3-4 kali/10-14 hari 2-4 kali/7-10 hari 40-85 350 g Media Tumbuh

Menurut Carlie and Watkinson (1995) dan Djarijah dan Djarijah (2001) semua jenis jamur bersifat heterotrof, yakni organisme yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya sendiri. Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap

(8)

zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen yang kemudian digunakan untuk pertumbuhan jamur tiram.

Jamur tiram tumbuh pada tempat-tempat yang mengandung nutrisi berupa senyawa karbon, nitrogen, vitamin dan mineral. Karbon digunakan sebagi sumber energi sekaligus unsur pertumbuhan. Nitrogen diperlukan dalam sintesis protein, purin, dan pirimidin. Vitamin seperti B1, B2, B5 dan B7 diperlukan sebagai katalisator sekaligus sebagai koenzim. Unsur mineral untuk pertumbuhan jamur meliputi unsure makro (K, P, Ca, Mg dan lain-lain) dan unsur mikro (Cu, Zn, dll) (Djarijah dan Djarijah, 2001).

Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan baha-bahan yang lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur (Calsium carbonat) sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter (Dinas Pertanian, 2002).

Unsur hara yang paling banyak diperlukan bagi pertumbuhan jamur adalah unsur P dan K. Unsur P diperlukan untuk pembentukan organ tanaman untuk reproduksi, selain P juga berfungsi dalam mendorong pertumbuhan akar tanaman. Unsur K umumnya berperan dalam bentuk membentuk dan mengangkut

(9)

karbohidrat, katalisator dalam pembentukan protein, menaikkan pertumbuhan jaringan meristem, tanaman menjadi lebih berisi dan padat, meningkatkan kualitas buah, dan meningkatkan tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Nutrisi sangat berperan dalam proses budidaya jamur tiram. Nutrisi bahan baku atau bahan yang ditambahkan harus sesuai dengan kebutuhan hidup jamur tiram. Bahan baku yang digunakan sebagai media dapat berupa batang kayu yang sudah kering, campuran antara serbuk kayu dan jerami atau bahkan alang-alang. Selain itu bahan baku tersebut harus ditambahkan beberapa bahan tambahan antara lain bekatul sebagai sumber karbohidrat, lemak dan protein; kapur sebagai sumber mineral dan pengatur pH media; gips sebagai bahan penambah mineral dan sebagai bahan pemadat (mengokohkan media) (Cahyana, dkk, 2001).

Media yang dibuat dari campuran beberapa macam bahan tersebut perlu diatur pH-nya. Kadar air media diatur hingga 50-65%. Air perlu ditambahkan agar miselia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media dengan baik. Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau tinggi, maka pertumbuhan jamur tiram akan terhambat. Bahkan akan kemungkinan akan tumbuh jamur lain yang akan menggangu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri (Cahyana, dkk, 2001). Selain itu juga digunakan bekatul yang merupakan bahan untuk pertumbuhan tubuh buah jamur, bekatul ini juga kaya vitamin, terutama vitamin B (Suriawiria, 2001).

Media lain yang dicobakan adalah tepung jagung. Kegunaan penambahan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat 13.435%; protein 6.30%; lemak 3.79%; air 9.01% dan abu 3.79% (Wahyuni, 2005).

(10)

Pada teh kompos kandungan unsur N 0.1%, P 0.0035%, K 0.17%, Na 0.16%, C 0.78%, Ca 0.22%, Mg 0.066%, B.O 1.34% dan C/N -7.8 (Agutien, 2007).

Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram

Suatu karakteristik individu adalah kerja sama atau interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik tanaman dan adaptasinya terhadap lingkungan tidak sama sehingga menghasilkan pertumbuhan yang berbeda-beda (Yatim, 1981).

Adanya perbedaan genetik pada materi pemuliaan tanaman akan mempermudah seleksi karakter atau sifat suatu tanaman baik kuantitas maupun kualitas (Poespodarsono, 1988). Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat didalam tanaman (genetik) atau perbedaan lingkungan atau keduanya (Sitompul dan Guritmo, 1995). Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, perlu dipilih varietas-varietas (genotip) yang memiliki keunggulan dan mampu beradaptasi terhadap kondisi di lapangan (Fachruddin, 2000).

Karakter tanaman seperti tinggi dan rendah, pewarnaan, umur tanaman, tinggi dan rendahnya hasil dan sebagainya ditentukan oleh gen-gen tertentu pada kromosom, interaksi gen-gen atau gen dengan lingkungan. Karakter yang mempunyai nilai ekonomis dan agronomis sangat penting seperti tinggi tanaman, daya hasil dan kualitas yang umumnya dipengaruhi oleh banyak gen (Makmur, 1992).

(11)

Penampakan suatu fenotip bergantung dari sifat hubungan antara genotip dan lingkungan. Dalam kenyataan, perkembangan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya dan interaksi antar gen (Crowder, 1991).

Menurut hasil penelitian Sumiati. (2003) bahan baku alternatif selain serbuk kayu gergaji albasia adalah dengan penembahan bahan aditif berupa bekatul untuk budidaya jamur tiram putih. Selain serbuk kayu gergaji albasia, bahan baku substrat berupa campuran daun pisang kering, jerami padi, rumput alang-alang dan bagas/ampas tebu dengan penamabahan bekatul, juga merupakan bahan baku alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan baku substrat untuk budidaya jamur tiram putih. Hasil bobot segar jamur tiram dari berbagai jenis bahan baku alternatif yaitu antara 600 sampai 1.200g/kg bobot basah substrat dengan nilai REB (Rasio Efisiensi Biologis) antara 10-35%.

Karakteristik pertumbuhan jamur tiram pada baglog (tempat media tanam yang berbentuk kantong) serbuk kayu gergaji yaitu dalam jangka waktu antara 40-60 hari seluruh permukaan baglog sudah rata ditumbuhi oleh miselium bewarna putih, 1-2 minggu setelah baglog dibuka biasanya akan tumbuh tunas dalam 2-3 hari akan menjadi badan buah pada waktu panen telah menunjukkan lebar tudung antara 5-10 cm. Produksi jamur dilakuakan dengan memanen badan buah sebanyak 4-5 kali panen dengan rata-rata 100 g jamur setiap panen. Jarak selang waktu antara masing-masing panen adalah 1-2 minggu (Parlindungan, 2003).

Jamur tiram dipanen saat pertumbuhan tubuh buah telah maksimal yang ditandai oleh ukuran dan bentuk tubuh buah maksimal dan sempurna. Waktu paling tepat adalah umur 4-5 hari terhitung sejak pembentukan calon tubuh buah

(12)

(penhead) dan panjangnya telah maksimal atau beratnya telah mencapai 50-70 g (Djarijah dan Djarijah, 2001).

Tubuh buah jamur tiram putih menyerupai cangkang kerang, tudungnya halus, panjangnya 5-15 cm. Bila muda, berbentuk seperti kancing kemudian berkembang menjadi pipih ketika masih muda, warna tudungnya coklat gelap kebiru-biruan. Tetapi segera menjadi coklat pucat dan berubah menjadi putih bila telah dewasa. Tangkai sangat pendek bewarna putih setelah dewasa

Nilai BER (biological efficiency ratio) yaitu produksi jamur segar (dalam gram) per satuan ST (substrat tanam) sangat berpengaruh. Misalnya nilai REB = 15 maka artinya dari 1 kg berat ST akan dihasilkan 150 g jamur segar. Apabila nilai REB lebih tinggi maka nilai bibit semakin tinggi pula (Agromedia Pustaka, 2002).

Nilai REB tergantung banyak faktor penentu, bila komposisi substrat tanam, keadaan lingkungan, bibit ada tidaknya serangan hama (serangga) dan penyakit (umumnya jamur liar) maka nilai BER atau REB atau jumlah hasil dibandingkan dengan berat log tanam dapat berkisar mulai 30 (300 g per 1 kg berat log) sampai 65 (650 g per 1 kg berat log) sehingga nilai hasil budidaya jamur tiram akan berkisar antara 300-600 g per log tanam (Parlindungan, 2003).

Gambar

Tabel 1. Kandungan gizi beberapa jenis jamur tiram  Komposisi  Jamur Shiitake
Gambar 1. Siklus hidup jamur tiram
Tabel 2. Faktor lingkungan yang menentukan pertumbuhan jamur tiram  Parameter Pertumbuhan  Besaran

Referensi

Dokumen terkait