• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: menunjukkan kepada terungkapnya prinsip-prinsip bertutur dalam Al-Qur an.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: menunjukkan kepada terungkapnya prinsip-prinsip bertutur dalam Al-Qur an."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dengan rumusan masalah dan analisis yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Data-data dari teks bahasa Al-Qur’an yang dibahas dalam penelitian ini menunjukkan kepada terungkapnya prinsip-prinsip bertutur dalam Al-Qur’an. Hasil penelitian ini mengungkapkan prinsip strategi bertutur yang baik dan efektif meliputi semua komponen bertutur yang diakronimkan dalam bahasa Inggris “SPEAKING”. Pada landasan “Setting dan Scene”, terungkap dua (2) prinsip: Pertama, Pertuturan dengan visi yang jauh ke depan. Kedua, Pertuturan dengan bukti yang nyata dan valid secara historis. Pada landasan “Participant”, terungkap enam (6) prinsip: Pertama, Relevansi pertuturan dengan mitra tutur. Kedua, Memahami benar siapa mitra tuturnya yang mau mendengar. Ketiga: Menempatkan mitra tutur pada posisinya yang tepat. Keempat, Relevansi pertuturan dengan perbuatan. Kelima, Penutur tidak keras hati. Pada landasan “End”, terungkap lima (5) prinsip: Pertama, Tujuan pertuturan dalam berdakwa. Kedua, Penggunaan bahasa yang dipahami mitra tutur. Ketiga: Penyampaian pesan dan amanah dengan jelas. Keempat: Pertuturan yang memberi efek ketentraman hati dan jiwa. Kelima: Ketidak-bolehan terus terang dalam pertuturan yang buruk. Pada landasan “Act Sequence”, terungkap enam (6) prinsip : Pertama, Menghindari pertuturan yang tak berisi tapi hanya

(2)

kulitnya saja. Kedua, Menjauhi pertuturan yang isinya baik dan manis manis tapi menipu. Ketiga, Pertuturan yang isinya mengandung kebaikan-kebaikan. Keempat, Membiasakan perkataan yang benar dan menjauhi pembicaraan dusta. Kelima, Relevansi pertuturan dengan apa yang didenganr dan dilihat. Keenam, Pertuturan dengan ilmu pengetahuan dan tidak asal membeo. Pada landasan “Key”, terungkap lima (5) prinsip : Pertama, Pertuturan yang tegas antara yang haq dan yang bathil. Kedua, Cara pertuturan yang tidak mengundang kejahatan. Ketiga, Pertuturan yang teguh dengan apa yang dibicarakan. Keempat, Pertuturan berdasarkan argumentasi dan bukti empiris. Kelima, Pertuturan dengan kebulatan tekad yang kuat. Pada landasan “instrumentality”, terungkap dua (2) prinsip : Pertama, Pertuturan dengan tekanan dan intonasi. Kedua, Bertutur dengan kualitas suara yang bijak.. Pada landasan “Norm”, terungkap tiga (3) prinsip : Pertama, Pertuturan dengan Qaulan Layyinan (pertuturan yang lemah lembut). Kedua, Pertuturan dengan Qaulan Balīghan (pertuturan yang efektif). Ketiga, Tidak mudah percaya kepada apa yang dituturkan oleh mitra tutur yang fasik.. Pada landasan “Genre”, terungkap enam (6) prinsip : Pertama, Pertuturan dalam genre dakwah atau ceramah. Kedua, Pertuturan dalam genre puisi atau prosa. Ketiga, Pertuturan yang mengandung kritikan. Keempat, Pertuturan yang bersifat menjawab pertanyaan. Kelima, Pertuturan yang bersifat bertanya. Keenam, Pertuturan yang bersifat mendebat.

Penelitian ini juga mengungkapkan norma-norma bertutur yang beretiket dan beretika. Etiket bertutur dan etika bertutur adalah prinsip-prinsip bertutur

(3)

yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi. Berdasarkan data-data dari teks bahasa Al-Qur’an, terungkap prinsip etiket bertutur yang meliputi empat komponen bertutur. Pada landasan “End” terungkap dua ( 2 ) prinsip: Pertama, Jangan bertutur sok tahu. Kedua, Jangan berdebat untuk membela yang tidak pantas untuk dibela. Pada landasan “Act Sequence” terungkap tiga (3) prinsip : Pertama, Jangan bertutur kata yang tidak berguna. Kedua, Jangan ikut terlibat dalam pertuturan yang bathil. Ketiga: Keharusan bertutur untuk saling nasehat-menasehati. Pada landasan “Key” terungkap tiga (3) prinsip : Pertama, Penggunaan kata “insya Allah” untuk kejadian esok atau akan datang. Kedua, Penggunaan suara lunak dalam bertutur dan tidak membentak. Ketiga, Keseriusan dalam bertutur dan tidak senda gurau.

Adapun prinsip etika bertutur, terungkap pula dalam empat komponen bertutur. Pada landasan “End” terungkap tiga ( 3 ) prinsip : Pertama, Jangan bertutur kata yang menyakiti mitra tutur. Kedua, jangan bertutur kata menyesatkan dan memperolok-olok, serta jangan memnaggil denga gelar yang buruk. Ketiga, Jangan menyombongkan diri atau membanggakan diri kepada mitra tutur.. Pada landasan “Act Sequence”, terungkap tujuh ( 7 ) prinsip : Pertama, Bertutur kata sesuai hati nurani. Kedua: Jangan bertutur kata memfitnah. Ketiga, Jangan bertutur kata dusta. Keempat, Bertutur kata jujur untuk menegakkan keadilan. Kelima, Bertutur kata dengan amanah sesuai dengan yang diamanahi, tidak dilebih-lebihkan dan tidak dikurangi. Keenam: Jangan bertutur cacimaki dan mencela. Ketujuh, Jangan bertutur mempergunjingkan orang lain. Pada landasan “Key” terungkap dua ( 2 ) prinsip

(4)

: Pertama: Bertutur kata dengan sikap rendah hati dan lemah lembut. Kedua, jangan bertutur kata berdasarkan hawa nafsu dan prasangka.

Penelitian ini juga mengungkapkan bagaimana konteks mempengaruhi pada pilihan kata dan koherensinya. Data-data yang terdapat pada teks bahasa Al-Qur’an, diklasifikasikan berdasarkan komponen bertutur ”instrumentalitas bentuk tutur”, yaitu: uslūb rasmiy (formal key) dan uslūb khithābiy (oratorical key). Data yang menunjukkan kepada uslūb rasmiy (formal key), dipaparkan dalam tiga konteks gaya tutur: (1) konteks gaya tutur pada teks bahasa Al-Qur’an dalam wacana “tiga piranti indra manusia” yang merupakan Sumber Daya Manusia. (2) konteks gaya tutur pada teks bahasa Al-Qur’an dalam wacana “hukum pidana” khususnya pidana pencurian dan perzinaan. (3) konteks gaya tutur pada teks bahasa Al-Qur’an dalam wacana “larangan dan perintah” khususnya yang berkaitan dengan anak dan kedua orang tuanya. Sementara itu, data yang menunjukkan kepada uslūb khithābiy (oratorical key), dipaparkan dalam tiga konteks gaya tutur: (4) konteks gaya tutur pada teks bahasa Al-Qur’an dalam wacana “Penciptaan Nabi Adam as dan penolakan Iblis untuk bersujud kepadanya”. (5) konteks gaya tutur pada teks bahasa Al-Qur’an dalam wacana “Kisah dakwah Nabi Ibrahim terhadap ayah dan kaumnya”. (6) konteks gaya tutur pada teks bahasa Al-Qur’an dalam wacana “Kisah Nabi Yusuf di mana mimpi menjadi faktor yang menggerakkan alur cerita”.

Apa yang ada di dalam Al-Qur’an mengenai pilihan kata dan koherensinya, berupa paparan peristiwa dengan memakai berbagai macam

(5)

bentuk ungkapan atau gaya bahasa, tidak terlepas dari faktor mukjizat Al-Qur’an dari sisi bahasanya, yang dapat diambil pelajarannya untuk dipakai dalam berkomunikasi sehari-hari, khususnya dalam bertutur dan cara mengungkapkan sebuah pesan dengan menggunakan pilihan kata dan makna yang tepat dan serasi.

B. Saran-saran

Sesuai dengan kesimpulan di atas, berikut ini rumusan saran yang perlu diperhatikan dalam konteks bertutur:

1. Apa yang dihasilkan dalam penelitian ini dalam konteks bertutur merupakan sebuah prinsip dasar yang boleh jadi bersifat universal untuk semua masyarakat tanpa perbedaan latar belakang budaya dan bahasa. Artinya prinsip dasar ini dapat diacu oleh siapa saja yang menghendaki dirinya sebagai komunikator yang baik.

2. Prinsip-prinsip bertutur dalam penelitian ini adalah sebuah prinsip dasar dari tata-cara dan tata-karma bertutur menurut versi bahasa Al-Qur’an yang memerlukan sebuah kajian lebih lanjut yang bersifat pendalaman dan pengembangan.

3. Boleh jadi, norma-norma bertutur dalam satu masyarakat berbeda dengan masyarakat lainnya. Bahasa Arab adalah bahasa yang tidak mengenal strata dalam berbahasa. Untuk itu, norma-norma bertutur dalam Al-Qur’an ini pun bersifat universal. Artinya norma-norma dasar ini pun dapat diacu oleh siapa pun jua tanpa membedakan latar belakang masyarakatnya.

(6)

4. Mukjizat Al-Qur’an yang pertama kali muncul ketika Al-Qur’an berinteraksi dengan masyarakat Arab zaman jahiliyah adalah dari sisi gaya bahasanya. Gaya bahasa Al-Qur’an merupakan kebun teks sebagai ladang diskusi yang subur. Apa yang dianalisis dari gaya bahasa Al-Qur’an dalam penelitian hanyalah sebagian kecil dari ladang diskusi yang subur itu. Untuk itu, penulis berharap adanya diskusi dan penelitian yang berkesinambungan dalam mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan khazanah bahasa Al-Qur’an ini yang tak pernah kering.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian disertasi ini, terdapat kelemahan dan keterbatasan. Di antaranya adalah :

1. Terbatasnya pemahaman penulis terhadap teks kebahasaan Al-Qur’an. Penulis tidak bermaksud menafsirkan kalam ilahi, karena tidak berkompeten dalam hal ini, tapi penulis berusaha bereksplorasi atau berusaha melakukan penjelajahan teks demi teks bahasa Al-Qur’an untuk mencari dan menemukan sesuatu yang berkaitan dengan prinsip bertutur dan menganalisisnya.

2. Terbatasnya pemahaman penulis terhadap bahasa Al-Qur’an yang memiliki gaya bahasa yang estetis dan artistik, sehingga dalam menganalisis teks kebahasaan Al-Qur’an yang berhubungan dengan konteks pertuturan menjadi tidak mendalam.

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi masyarakat pengelola lahan terhadap lingkungan dan manfaat hutan Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi tentang manfaat keberadaan hutan di wilayah DAS

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jamu gendong kunyit asam memiliki aktivitas antidiabetes yang ditandai dengan terjadinya penurunan kadar glukosa darah dan terjadi

Pemisahan dengan kromatografi kolom gravitasi (KKG) dilakukan dengan cara imregnasi kristal hasil penggabungan dari KCV, kemudian dipisahkan dengan teknik kromatografi

Beberapa manfaat bersepeda disampaikan oleh Oja et al., (2011), diantaranya adalah : 1) Kegiatan mengayuh pada bersepeda menyebabkan tidak tertekannya lutut oleh karena

Oleh karena itu pajak merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat untuk menunjang kelangsungan penyelenggara kehidupan pemerintah dan pembangunan nasional.salah satu jenis

Berdasarkan penelitian, pengujian dan analisis terhadap sistem, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:(1) Sistem informasi akademik pada SDN Teladan Ambon dapat digunakan

B ila tidak satupun diantara dua pernyataan itu dengan tepat menggambarkan diri Anda, maka hendaknya Anda memilih yang ketidaktepatannya dengan gambaran diri Anda tergolong

Pada percobaan dengan isolasi otak ikan nila untuk ditumbuhkan dalam media agar dan dilihat hubungan pemberian IgY dengan pertumbuhan koloni bakteri, hasil yang