• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

A79

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai

Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu

Provinsi Aceh

1

Hairul Basri,

2

Syahrul,

3,4*

Rudi Fadhli

1Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111; 2Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111; 3Program Studi Konservasi Sumberdaya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Banda

Aceh, 23111;

4Jurusan Agrotek, Fakultas Pertanian, Universitas Jabal Ghafur, Sigli Aceh, Indonesia.

*Corresponding Author: rudifadhli.aceh@gmail.com

Abstrak

DAS Krueng Meureudu merupakan DAS yang harus dipertahankan namun dalam perkembangannya mengalami perubahan akibat alih guna lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan terhadap nilai koefisien di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh. Penelitian deskriptif ini menggunakan data citra Landsat TM tahun perekaman 1990, 2000, 2010, dan 2015 untuk mendapatkan klasifikasi bentuk perubahan penggunaan lahan dan nilai koefisen limpansan tertimbang berdasarkan nilai penggunaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh memiliki tiga sub DAS yang telah mengalami perubahan penggunaan lahan berdasarkan hasil perbandingan luasan dari tahun 1990 hingga 2015 yang diindikasikan berkurangnya luasan hutan lahan kering sekunder seluas 67.447,69 ha dan hutan rawa sekunder seluas 132,33 ha dengan bentuk perubahan penggunaan lahan yang sangat dinamis terjadi pada sub DAS Krueng Meureudu Hilir dari tahun 2000 hingga 2015. Perubahan penggunaan lahan di DAS Krueng Meureudu menyebabkan nilai koefisien limpasan pada sub DAS Krueng Meureudu Hilir sebesar 0,09 pada tahun 2000 menjadi 0,12 pada tahun 2015 atau meningkat 14,69%. Sedangkan sub DAS Krueng Nilam dan sub DAS Krueng Seuke dari tahun 1990 hingga 2015 tidak terjadi perubahan nilai koefisien limpasan yaitu 0,03.

Kata Kunci: perubahan penggunaan lahan, koefisien limpasan Pendahuluan

DAS Krueng Meureudu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, merupakan wilayah DAS yang harus dipertahankan dengan beberapa sub DAS di dalamnya yaitu sub DAS Krueng Seuke (hulu), sub DAS Krueng Nilam (tengah) dan sub DAS Krueng Meureudu Hilir (hilir) (BPDAS Aceh. 2009), namun dalam perkembangannya terjadi perubahan penggunaan lahan pada tahun 1990, 2000, 2010 dan 2015 di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh yang merubah nilai koefisien limpasan.

Bahan dan Metode

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder meliputi data spasial (batas sub DAS, jenis tanah, kelerengan, RBI kontur Pidie dan penggunaan lahan di wilayah DAS Krueng

(2)

A80

Meureudu tahun 1990, 2000, 2010 dan 2015) dan Tabel nilai koefisien limpasan berdasarkan penggunaan lahan (Tabel 1). Untuk memperoleh informasi penggunaan lahan dilakukan pengkelasan dari citra Landsat berdasarkan tahun perekaman dengan metode klasifikasi kemiripan maksimum terbimbing (maximum likelihood supervised classification). Perubahan penggunaan lahan yang terjadi diperoleh dengan overlay peta dan membandingkan luasan penggunaan lahan dari dua peta penggunan lahan yang telah terklasifikasi berdasarkan standar dari Badan Standarisasi Nasional (2010) dengan tahun berbeda sesuai urutan tahun perekaman.

Tabel 1. Nilai koefisien limpasan berdasarkan penggunaan lahan

Penggunaan Lahan Nilai C

Hutan lahan kering sekunder 0,03

Semak belukar 0,07

Hutan tanaman industri 0,05

Hutan rawa sekunder 0,15

Perkebunan 0,40

Pertanian lahan kering-ladang 0,10

Pertanian lahan kering campuran 0,10

Pemukiman 0,60

Sawah 0,15

Tambak 0,05

Lahan terbuka 0,20

Tubuh air/perairan 0,05

Sumber: Suripin (2002); Kodoatie dan Syarief (2005). Hasil dan Pembahasan

Karakteristik DAS Krueng Meureudu

Secara geografis DAS Krueng Meureudu terletak pada 96°05'51.77'’- 96°20'18.96'’ BT dan 5°15'43.81'' - 4°53'50.44'' LU dengan luas 40.012,22 ha. DAS Krueng Meureudu melingkupi dua kabupaten yaitu Kabupaten Pidie Jaya seluas 30.426,95 ha dan Kabupaten Pidie seluas 9.585,27 ha, serta terdapat 33 desa yang keseluruhan nya berada di Kabupaten Pidie Jaya. DAS Krueng Meureudu terbagi dalam tiga sub DAS wilayah pengelolaan, yaitu Sub DAS Krueng Meureudu Hilir, Sub DAS Krueng Nilam dan Sub DAS Krueng Seuke. Penamaan sub DAS tersebut mengacu pada penamaan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Krueng Aceh. Hasil analisis spasial sub DAS Krueng Seuke merupakan Sub DAS yang memiliki wilayah paling luas yaitu 217,92 km2 atau mencakup 54,47% dari total luas DAS

Krueng Meureudu dengan lebar DAS ± 8 km2 dengan sungai utama melewati wilayah sub

DAS Krueng Meureudu Hilir dan sub DAS Krueng Seuke. Bentuk DAS Krueng Meureudu bervariasi dimana sub DAS Krueng Meureudu Hilir memiliki bentuk kurang memanjang dan sub DAS Krueng Nilam memiliki bentuk melingkar serta sub DAS Krueng Seuke memiliki bentuk DAS agak membulat atau ellips dengan kerapatan aliran pada sub DAS Krueng Nilam dan Krueng Seuke lebih rapat di bandingkan pada sub DAS Krueng Meureudu Hilir dengan membentuk pola aliran Rektanguler. Jenis tanah di wilayah DAS Krueng Meureudu menurut sistem klasifikasi PPT 1983 (Hardjowigeno, 1993) didominiasi oleh jenis tanah Podsolid Merah Kuning (PMK) seluas 29.522 ha dengan kemiringan lahan bergelombang (8-15%) seluas 13.949,64 ha.

Perubahan Penggunaan Lahan

Wilayah DAS Krueng Meureudu memiliki sembilan bentuk penggunaan lahan berdasarkan standar dari Badan Standarisasi Nasional (2010) dan telah terjadi perubahan penggunaan lahan dari tahun 2000 hingga 2015 dengan indikasi telah berkurangnya luasan hutan lahan

(3)

A81

kering sekunder seluas 67.447,69 ha (-16,86%) dan hutan rawa sekunder seluas 132,33 ha (-100,00%). Perubahan bentuk dari penggunaan lahan yang sangat dinamis dan signifikan terjadi di wilayah sub DAS Krueng Meureudu Hilir, sedangkan perubahan bentuk penggunaan lahan di wilayah sub DAS Krueng Nilam dan Krueng Seuke tidak terjadi perubahan yang signifikan namun terjadi perubahan peralihan antara hutan lahan sekunder dengan semak belukar dan sebaliknya bukan perubahan penggunaan lahan menjadi kawasan terbangun.

Gambar 1. Penggunaan lahan tahun 1990

(4)

A82

Gambar 3. Penggunaan lahan tahun 2010

Gambar 4. Penggunaan lahan tahun 2015

Wilayah sub DAS Krueng Meureudu Hilir dari tahun 1990 – 2000 (Tabel 2), bentuk perubahan penggunaan lahan yang paling besar terjadi pada hutan rawa sekunder seluas 132,33 ha yang berkurang menjadi hutan lahan kering sekunder seluas 132,29 ha (1,34%)

(5)

A83

dan pertanian lahan kering seluas 0,04 ha (0,0004%) serta semak belukar seluas 2.986,35 ha yang berkurang menjadi hutan lahan sekunder seluas 406,66 ha (4,13%), pemukiman seluas 1,94 ha (0,02%), pertanian lahan kering seluas 1.704,78 ha(17,33%), sawah seluas 192,60 ha (1,96%) dan tambak seluas 33,02 ha (0,34%) dengan luas semak belukar yang tersisa seluas 647,35 ha (6,58%). Untuk penggunaan lahan dari tahun 2000 s.d. 2010 (Tabel 3), perubahan bentuk penggunaan lahan yang terbesar terjadi pada lahan perkebunan seluas 23,87 ha yang berubah menjadi pemukiman 23,87 ha (0,24%). Sedangkan untuk penggunaan lahan semak belukar seluas 844,38 ha, mengalami perubahan menjadi hutan lahan kering sekunder seluas 55,14 ha (0,56%), pemukiman seluas 49,24 ha (0,50%), pertanian lahan kering seluas 704,64 ha (7,16%), sawah seluas 33,77 ha (0,34%) dan tambak seluas 1,59 ha (0,02%). Sedangkan perubahan lahan dari tahun 2010 s.d. 2015 (Tabel 4), terjadi pada hutan lahan kering sekunder seluas 4.412,34 ha yang berkurang menjadi pertanian lahan kering seluas 394,87 ha (4,01%), semak belukar seluas 24,08 ha (0,24%) dengan luas hutan lahan kering yang tersisa seluas 3.993,39 ha (40,39). Lahan sawah seluas 1.256,17 ha berkurang menjadi pemukiman seluas 146,58 ha (1,49%), pertanian lahan kering seluas 92,79 ha (0,94%), semak belukar seluas 7,56 ha (0,08%), dan tambak seluas 118,19 ha (1,20%) serta lahan tambak berkurang menjadi pemukiman seluas 13,49 ha (0,14%), pertanian lahan kering seluas 0,66 ha (0,01%) dan sawah seluas 26,56 ha (0,27%).

Tabel 2. Perubahan penggunaan lahan periode tahun 1990 s.d 2000

Penggunaan Lahan (ha) Tahun 1990Total Luas kering sekunderHutan lahan Hutan Rawa Sekunder Pemukiman Perkebunan Lahan KeringPertanian Sawah BelukarSemak Tambak Tubuh Air

Krueng Meureudu Hilir

Hutan lahan kering sekunder 4.694,17 4.601,73 - - - (+) 23,17 - (+) 69,27 -

-Hutan rawa sekunder 132,33 (+) 132,29 - - - (+) 0,04 - - -

-Pemukiman 520,58 - - 353,29 (+) 15,62 - (+) 72,32 - (+) 79,35

-Perkebunan - - -

-Pertanian lahan kering - - -

-Sawah 1.391,94 - - (+) 107,55 (+) 8,25 (+) 50,64 1.062,23 (+) 127,76 (+) 35,50

-Semak belukar 2.986,35 (+) 406,66 - (+) 1,94 - (+) 1704,78 (+) 192,60 647,35 (+) 33,02

-Tambak - - -

-Tubuh Air 113,83 - - - 113,83

Krueng Nilam

Hutan lahan kering sekunder 8.352,01 8.352,01 - - -

-Semak belukar 29,12 (+) 0,39 - - - 28,73 -

-Krueng Seuke

Hutan lahan kering sekunder 20.417,28 20.412,94 - - - (+) 4,34 -

-Semak belukar 1.341,63 (+) 3,34 - - - 1.338,29 -

-Tubuh Air 32,98 - - - 32,98

Total Luas Tahun 2000 40.012,22 33.909,35 - 462,78 23,87 1.778,63 1.327,15 2.215,75 147,87 146,81

Tahun 1990

Tahun 2000

Tabel 3. Perubahan penggunaan lahan periode tahun 2000 s.d 2010

Penggunaan Lahan (ha) Tahun 2000Total Luas kering sekunderHutan lahan Hutan Rawa Sekunder Pemukiman Perkebunan Lahan KeringPertanian Sawah BelukarSemak Tambak Tubuh Air

Krueng Meureudu Hilir

Hutan lahan kering sekunder 5.140,76 4.348,98 - - - (+) 722,55 - (+) 69,22 -

-Hutan rawa sekunder - - -

-Pemukiman 462,68 - - 429,11 - ` (+) 29,29 - (+) 4,28

-Perkebunan 23,87 - - (+) 23,87 - - -

-Pertanian lahan kering 1.778,62 (+) 8,18 - (+) 4,67 - 1.671,50 (+) 94,27 - -

-Sawah 1.327,14 - - (+) 191,51 - (+) 2,97 1.098,20 - (+) 34,46

-Semak belukar 844,38 (+) 55,14 - (+) 49,24 - (+) 704,64 (+) 33,77 - (+) 1,59

-Tambak 147,92 - - (+) 29,04 - - (+) 0,64 - 118,23

-Tubuh Air 113,83 - - - 113,83

Krueng Nilam

Hutan lahan kering sekunder 8.352,40 8.232,47 - - - (+) 119,93 -

-Semak belukar 28,73 (+) 21,57 - - - 7,16 -

-Krueng Seuke

Hutan lahan kering sekunder 20.416,28 19.701,83 - - - (+) 714,44 -

-Semak belukar 1.342,63 (+) 253,79 - - - 1.088,85 -

-Tubuh Air 32,98 - - - 32,98

Total Luas Tahun 2010 (ha) 40.012,22 32.621,96 - 727,45 - 3.101,66 1.256,17 1.999,60 158,56 146,81

Tahun 2000

(6)

A84

Tabel 4. Perubahan penggunaan lahan periode tahun 2010 s.d 2015

Penggunaan Lahan (ha) Tahun 2010Total Luas kering sekunderHutan lahan Hutan Rawa Sekunder Pemukiman Perkebunan Lahan KeringPertanian Sawah BelukarSemak Tambak Tubuh Air

Krueng Meureudu Hilir

Hutan lahan kering sekunder 4.412,34 3.993,39 - - - (+) 394,87 - (+) 24,08 -

-Hutan rawa sekunder - - -

-Pemukiman 727,43 - - 724,93 - (+) 0,27 (+) 1,49 (+) 0,02 (+) 0,72

-Perkebunan - - -

-Pertanian lahan kering 3.101,61 - - ;+ 4,75 - 2.913,37 (+) 2,31 (+) 181,18 -

-Sawah 1.256,21 - - (+) 146,58 - (+) 92,79 1.008,63 (+) 7,56 (+) 0,64

-Semak belukar 68,87 (+) 4,25 - - - - 64,62 -

-Tambak 158,91 - - (+) 13,49 - (+) 0,66 (+) 26,56 - 118,19

-Tubuh Air 113,83 - - - 113,83

Krueng Nilam

Hutan lahan kering sekunder 8.254,08 8.032,41 - - - (+) 221,67 -

-Semak belukar 127,05 (+) 12,28 - - - 114,77 -

-Krueng Seuke

Hutan lahan kering sekunder 19.955,81 19.425,25 - - - (+) 530,56 -

-Semak belukar 1.803,10 (+) 22,67 - - - 1.780,42 -

-Tubuh Air 32,98 - - - 32,98

Total Luas Tahun 2015 (ha) 40.012,22 31.490,26 - 889,76 - 3.401,96 1.038,99 2.924,89 119,56 146,81

Tahun 2010

Tahun 2015

Dampak Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Koefisien Limpasan

Perubahan nilai koefisien limpasan terjadi pada sub DAS Krueng Meureudu Hilir sebesar 0,09 atau 9% dari curah hujan (tahun 2000) menjadi 0,11 atau 11% dari curah hujan (tahun 2010) dan meningkat menjadi 0.12 atau 12% dari curah hujan (tahun 2015) sehingga terjadi peningkatan jumlah air limpasan sebesar 0,03 atau meningkat 14,69% dengan asumsi curah hujan yang terjadi konstan.

Tabel 5. Nilai koefisien limpasan pada DAS Kruen Meureudu

Sub DAS C tertibang

Tahun 1990 Tahun 2000 Tahun 2010 Tahun 2015

Kr Mereudu Hilir 0,09 0,09 0.11 0.12

Kr Nilam 0,03 0,03 0.03 0.03

Kr Seuke 0,03 0,03 0.03 0.03

Sumber: Hasil analisis, 2016 Kesimpulan

DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh memiliki tiga sub DAS yang telah mengalami perubahan penggunaan lahan berdasarkan hasil perbandingan luasan dari tahun 1990 hingga 2015 yang di indikasikan oleh berkurangnya luasan hutan lahan kering sekunder seluas 67.447,69 ha dan hutan rawa sekunder seluas 132,33 ha dengan perubahan bentuk penggunaan lahan yang sangat dinamis dan signifikan terjadi di wilayah sub DAS Krueng Meureudu Hilir yang dimulai dari tahun 2000. Perubahan penggunaan lahan pada DAS Krueng Meureudu menyebabkan perubahan nilai koefisien limpasan pada sub DAS Krueng Meureudu Hilir sebesar 0,09 pada tahun 2000 menjadi 0.12 pada tahun 2015 atau meningkat 14,69%, sedangkan sub DAS Krueng Nilam dan sub DAS Krueng Seuke tidak terjadi perubahan dengan nilai koefisien limpasan dari tahun 1990 hingga tahun 2015, yaitu 0,03.

Ucapan Terimakasih

Penulis memberikan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan tulisan ini antara lain Program Studi Konservasi Sumberdaya Lahan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, dan Flora dan Fauna International, Aceh, Indonesia.

(7)

A85 Daftar Pustaka

Badan Standarisasi Nasional. (2010). Klasifikasi Penutupan Lahan. Jakarta.

BPDAS Aceh. (2009). Statistik Pembangunan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Krueng Aceh Tahun 2008. Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.

Kodoatie, J.R. dan Syarief, R. (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Andi Offset, Yogyakarta.

Suripin. (2002). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Disadur kembali oleh Djoko Sasongko. Erlangga, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Nilai koefisien limpasan berdasarkan penggunaan lahan
Gambar 1. Penggunaan lahan tahun 1990
Gambar 3. Penggunaan lahan tahun 2010
Tabel 3. Perubahan penggunaan lahan periode tahun 2000 s.d 2010
+2

Referensi

Dokumen terkait

Laju perubahan kenaikan koefisien air larian akibat perubahan tipe penggunaan lahan di Sub-Das Citarik relatif sama dibanding DAS Cikapundung, yaitu dari 0,05 pada

Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terahdap Erosi Pada Cekungan Cikumutuk Daerah Tangkapan Air Citarik Sub-DAS Cimanuk Hulu Kabupaten Garut. Dibimbing oleh

DAN ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN BERWA WASAN LINGKUNGAN. (STUDI KASUS DAS CIDANAU,

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul o'Faktor-fakfor Penyebab Perubahan Bentuk Penggunaan Lahan di Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh Tahun

Sub DAS Mesaam mengalami perubahan penggunaan lahan yang sangat drastis dalam kurun waktu 30 tahun (1976-2006), terutama perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi

peningkatan debit puncak yang terjadi di wilayah Sub DAS Penggung disebabkan karena berkurangnya luas daerah resapan air akibat perubahan penggunaan lahan karena penggunaan

pemanfaatan fungsi kawasan di Sub DAS Rawapening tergolong tinggi hingga mencapai 19,86% dengan luas 5429,94 Ha dimana 3937,20 Ha lahan mengalami perubahan dari

Hasil analisis ISM terhadap arahan kebijakan dinamika perubahan penggunaan lahan pada DAS Antokan berdasarkan penilaian pakar, maka terdapat dua sub elemen yang