BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pergerakan roda ekonomi yang semakin lama semakin berkembang dan meningkat dengan pesat, menyebabkan kebutuhan akan suatu sarana dan prasarana pendukung sangat diperlukan. Salah satunya adalah kebutuhan akan gedung perkantoran dan apartemen. Keterbatasan lahan menjadi salah satu alasan mengapa banyak dibangun gedung - gedung serbaguna yang memiliki fungsi sebagai perkantoran dan apartement. Seperti halnya dengan gedung Trilium, karena meskipun minimnya lahan yang tersedia, namun diharapkan fasilitas-fasilitas yang akan direncanakan dapat terpenuhi.
Semakin tinggi suatu gedung, maka semakin besar pula kekuatan dan beban yang dipikulnya. Sehingga waktu pengerjaan yang diperlukan juga akan semakin lama. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dalam hal pemilihan material bahan. Dalam desain, material bahan yang akan digunakan memiliki peranan penting. Maka harus direncanakan dengan matang. Pemilihan material pula yang menjadi pertimbangan dalam hal kekuatan, kestabilan, efisiensi, serta nilai keekonomisan.
Salah satu alternatif pemecahannya adalah penggunaan balok komposit yang merupakan campuran beton dengan baja profil, dimana pada beton bertulang gaya-gaya tarik yang dialami suatu elemen struktur dipikul oleh besi tulangan tetapi pada struktur komposit ini gaya-gaya tarik yang terjadi pada suatu elemen struktur dipikul oleh profil baja. Balok komposit memiliki keunggulan dibandingkan dengan penggunaan material lainnya, yaitu :
Balok komposit memiliki kapasitas untuk menahan beban lebih besar.
Balok komposit dinilai cukup kuat dan ekonomis, mudah dalam hal pemasangan.
Untuk proses pemeliharaan pada struktur komposit yang berselubung beton tidak membutuhkan pemeliharaan secara khusus.
Penampang Profil baja yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan Profil baja murni pada rangka struktur.
Sebagai bahan studi perencanaan akan dilakukan modifikasi terhadap struktur gedung Trilium. Awalnya gedung ini didesain dengan menggunakan struktur beton bertulang, yang selanjutnya akan dimodifikasi menggunakan Balok komposit dengan Sistem struktur
Dual System, dimana mengkombinasikan antara Sistem Rangka
Pemikul Momen Biasa ( SRPMB ) dengan Concentric Braced Frame. Dengan adanya pengaku, dimensi dari rangka ( balok dan kolom ) dapat diperkecil. Sehingga dapat memperluas fungsi dari bangunan itu sendiri. Sistem rangka pengaku kosentris yang digunakan adalah
inverted - V atau V dibalik. Salah satu keuntungan berbentuk inverted - V adalah susunannya masih memungkinkan untuk bukaan pintu
maupun jendela. 1.2 Permasalahan
Dalam modifikasi perencanaan struktur Gedung Trilium ini terdapat permasalahan-permasalahan yang timbul, antara lain : a. Bagaimana merencanakan dimensi struktur yang sesuai dengan
LRFD.
b. Bagaimana mengasumsikan pembebanan setelah adanya modifikasi.
c. Bagaimana merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom .
d. Bagaimana merencanakan sambungan yang sesuai.
e. Bagaimana merencanakan bracing tipe inverted – V sebagai penerima gaya lateral bersama rangka ?
f. Bagaimana merencanakan pondasi yang sesuai dengan besar beban yang dipikul dengan kondisi tanah dilapangan.
g. Bagaimana cara mengaplikasikan hasil perhitungan kedalam bentuk gambar teknik.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari Tugas Akhir ini, yaitu :
a. Merencanakan dimensi struktur yang sesuai dengan LRFD. b. Mengasumsikan pembebanan setelah adanya modifikasi. c. Mendapatkan dimensi struktur utama yang meliputi balok dan
d. Merencanakan sambungan yang sesuai.
e. Merencanakan bracing tipe inverted – V sebagai penerima gaya lateral bersama rangka
f. Merencanakan struktur pondasi yang sesuai.
g. Mengaplikasikan hasil perhitungan perencanaan kedalam bentuk gambar teknik.
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka untuk menghindari terjadinya penyimpangan pembahasan perlu dibuat pembatasan masalah. Batasan-batasan masalah yang perlu digunakan dalam tugas akhir ini adalah :
a. Desain dan evaluasi struktur mengacu pada AISC-LRFD dan SNI 03-1729-2002.
b. Pembebanan dihitung berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983.
c. Beban gempa dihitung berdasarkan SNI – 03 – 1726 – 2002. d. Tidak menghitung besarnya biaya dalam modifikasi gedung. e. Perencanaan tidak meliputi instalasi mechanical, electrical,
plumbing dan saluran air.
f. Program bantu yang digunakan adalah Etabs versi 9.2 dan Autocad.
g. Perhitungan struktur pondasi hanya pada satu kolom yang memiliki beban terbesar.
h. Tidak membahas metode pelaksanaan secara terperinci.
1.5 Manfaat
Dalam penyusunan tugas akhir ini diharapkan agar dapat menjadi referensi atau contoh konkret penggunaan struktur komposit pada struktur utama dalam pembangunan suatu gedung, yang cukup banyak diterapkan pada berbagai pekerjaan struktur dalam bidang teknik sipil di indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum
Aksi komposit terjadi apabila dua batang struktural pemikul beban seperti pada pelat beton dan profil baja sebagai penyangganya (gambar 2.1.a) dihubungkan secara menyeluruh dan mengalami defleksi sebagai satu kesatuan seperti dalam gambar (2.1.b). Gam bar 2.1 Defl eksi Pad a Balo k Kom posit dan Non Komposit .(Sumber Salmon & Johnson 1996)
2.2 Balok komposit
Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya. Hal ini akan menyebabkan balok melentur (Spiegel
& Limbrunner,1998).
Sebuah balok komposit (composite beam) adalah sebuah balok yang kekuatannya bergantung pada interaksi mekanis diantara dua atau lebih bahan (Bowles,1980). Beberapa jenis balok komposit antara lain :
a. Balok komposit penuh
Untuk balok komposit penuh, penghubung geser harus disediakan dalam jumlah yang memadai sehingga balok mampu mencapai kuat lentur maksimumnya. Pada penentuan distribusi tegangan elastis, slip antara baja dan beton dianggap tidak terjadi (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.6).
b. Balok komposit parsial
Pada balok komposit parsial, kekuatan balok dalam memikul lentur dibatasi oleh kekuatan penghubung geser. Perhitungan elastis untuk balok seperti ini, seperti pada penentuan defleksi atau tegangan akibat beban layan, harus mempertimbangkan pengaruh adanya slip antara baja dan beton (SNI 03-1729-2002 Ps. 12.2.7).
c. Balok baja yang diberi selubung beton
Walaupun tidak diberi angker, balok baja yang diberi selubung beton di semua permukaannya dianggap bekerja secara komposit dengan beton, selama hal-hal berikut terpenuhi (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.8)
Braced Frame dapat diartikan sebagai portal yang dilengkapi
dengan batang penopang (bracing) yang bertujuan untuk mengurangi perpindahan lateral atau untuk memperoleh stabilitas struktur. Charles G. Salmon dan John E. Jonson (1999) menyatakan bahwa pada dasarnya kerangka berpenopang lebih tepat didefinisikan sebagai sebagai kerangka dimana tekuk goyangan (sideway buckling) dicegah oleh elemen-elemen topangan struktur tersebut dan bukan oleh kerangka struktural itu sendiri.
Single Diagonals Bracing Knee Bracing
Cross Bracing Inverted V Bracing
K Bracing V Bracing Gambar 2.5 Tipe-Tipe Braced Frame
BAB III METODOLOGI 3.1 DIAGRAM ALIR METODOLOGI
BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER
4.1. Perencanaan tangga
4.1.1. Data – data Perencanaan Tangga lantai 1 – 19 tipikal : Ketinggian antar lantai : 420 cm
Tinggi bordes : 210 cm Tinggi injakan (t) : 17,5 cm Lebar injakan ( i ) : 28 cm Jumlah tanjakan (Σt) : 5 , 17 210 = 12 buah
Jumlah injakan (Σi) : (Σt) –1 = 12 - 1 = 11 buah Lebar bordes : 150 cm
Panjang bordes : 300 cm Lebar tangga : 150 cm Sudut Kemiringan (α) : arc tg
28 5 , 17
= 32,010
Gambar 4.1 Denah Tangga
Pelat Bordes t= 5 cm
Balok Utama Tangga WF 200X100X4,5X7
Pelat Anak Tangga t = 3 mm
50 50 BALOK Tulangan negatif φ φ φ φ 8-150 Tebal plat 0,8 mm 4.2 Perencanaan Plat
Pada perencanaan struktur pelat direncanakan menggunakan bondek,
• Tebal Pelat Atap : 10 cm
• Tebal Pelat lantai 1 – 19 : 10 cm
Gambar 4.2 pelat 4.3 Balok Anak
Balok Anak Atap direncanakan menggunakan profil Wf 300X150X5,5X8
Balok Anak Lantai direncanakan menggunakan profil Wf 300X150X6,5X9
4.4 Perencanaan Lift
Perencanaan balok lift meliputi balok – balok yang berkaitan dengan ruang mesin lift, yaitu terdiri dari balok penumpu dan balok penggantung lift. Untuk lift pada bangunan ini menggunakan lift yang diproduksi oleh Sigma elevator company, dengan data – data sebagai berikut :
Tipe lift : Simplex
Merk : Sigma
Kapasitas : 10 orang
Lebar pintu (opening width) : 800 mm
Dimensi sangkar (car size) : inside : 1400 x 1250 mm2 Outside : 1450 x 1415 mm2 Dimensi ruang luncur : 1850 x 1900 mm2
Dimensi ruang mesin : 1850 x 1900 mm2
Gambar 4.3 Denah Perencanaan lift
• Balok Penggantung lift : WF 300 x 150 x 5,5 x 8
• Balok Penumpu lift : WF 300 x 150 x 5,5 x 8 1m
2 m 2 m
B alok A nak B alok Penum pu Lift alok Penggantung Lift
BAB V
PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA DAN SAMBUNGAN
6.1. Perencanaan Balok Sebelum Komposit
Berdasarkan hasil etabs balok B384 400x200x8x13 Kombinasi 2 ,story 16 didapat hasil sbb:
Momen negatif = 857534 kg.cm A = 84,12 cm2 ix = 16,8 cm Zx = 1286 cm3 W = 66 kg iy = 4,54 cm Zy = 266 cm3 Ix = 23700 cm4 Sx = 1190 cm3 bf = 200 mm Iy = 1740 cm4 Sy = 174 cm3 d = 400 mm tf = 13 mm tw = 8 mm r = 16 mm h = d – 2 ( tf + r ) = 342 mm fy = 2500 kgcm2 fu = 4100 kgcm2 fc = 250 kgcm2
Kontrol Kekuatan Penampang (Local Buckling) Untuk Sayap Untuk Badan
fy tf bf 170 2 ≤ tw fy h 1680 ≤ 250 170 13 . 2 200 ≤ 250 1680 8 342 ≤ 7,69 < 10,752....ok 42,75 < 106,25...ok Profil penampang kompak, maka Mn = Mp
Kontrol Lateral Buckling
Jarak Penahan Lateral Lb = 200 cm
Berdasarkan tabel profil untuk BJ 41 profil WF 400x200x8x13 didapatkan Lp = 226,003cm,
Lr = 658,357 cm
Jadi, Lp ≥ Lb → bentang pendek
Mn = Mp = Zx.fy = 1286 . 2500 = 3215000 kg.cm Mu < Ф. Mn Mu < 0,9 . Mn 857534 kg.cm < 2893500 kg.cm Sesudah Komposit hr = 50 mm tb.eff = 50 mm beff = bo = 600 = 600 cm = L/4 = 800/4 = 200 cm (menentukan)
Berdasarkan hasil etabs balok B351 Kombinasi 2 ,story 18 didapat Momen Positif = 14784,41 kg.m
Berdasarkan hasil etabs balok B435 Kombinasi 4 ,story 20 didapat Momen Negatif = 22054,8 kg.m
Perhitungan momen positif
C = 0,85 . fc . beff . tb = 0,85×250×200×5 = 212500 kg
T = As . fy = 84,12 . 2500 = 210300 kg C < T (maka GNP berada pada beton)
cm eff b c f T a 4,95 200 250 85 , 0 210300 . ' 85 , 0 × × = × × = = e = d/2 + Hr + ( tb – a ) + a/2 = 40/2 + 5 + ( 5 – 4,95 ) + 4,95/2 = 27,525 cm Mn = T . e = 210300 . 27,525 = 5788507,5 kg.cm Mu < Ф. Mn Mu < 0,9 . Mn 1478441 kg.cm < 5209656,75 kg.cm
Gambar 6.1 Diagram Tegangan pada Daerah Momen Positif
Perhitungan momen negatif
Direncanakan menggunakan tulangan Ø8 - 150 As = 0,5024 fy = 2500 kg/cm2
Tc = n . As . fy = 14 . 0,5024 . 2500 = 17584 kg C = As . fy = 63,14 . 2500 = 157850 kg Tc < C , maka sebagian profil mengalami tarik
kg Tc C Tc 70133 2 17584 157850 2 '= − = − = 2 05 , 28 2500 70133 ' ' cm fy Tc A= = = mm bf A 14,025 200 100 05 , 28 ' '= = × =
δ
y = 14,025 – 13 = 1,025 mm A” = 1,025 . 200 = 205 mm2 mm tw A 25,625 8 205 '' ''= = =δ
A’ = bf.tf = 20 . 1,3 = 26 cm2 h’ = 1,3 .1/2 = 0,65 cm h” = tf + 25,625/2 = 25,81 mm = 2,581 cm(
) ( ) (
)
" ' " ". ' '. . A A As h A h A h As ya − − − −= (bagian profil yang tertekan)
(
) (
) (
)
cm ya 29,61 05 , 2 26 12 , 84 581 , 2 . 05 , 2 65 , 0 . 26 20 . 12 , 84 = − − − − =(
) (
)
" ' " ". ' '. ' A A h A h A ya + += (bagian profil yang tertarik)
(
) (
)
cm ya 0,79 05 , 2 26 581 , 2 . 05 , 2 65 , 0 . 26 ' = + + = e = ya + hr + ( tb-2) = 29,61 + 5 + 3 = 37,61 cm e’ = ya – ya’ = 29,61 – 0,71 = 28,9 cm Mn = Tc . e + Tc’ . e’ = 17584 . 37,61 + 70133 . 28,9 = 2688177,94 kg.cm Mu < 0,9 . Mn 2205480 kg.cm < 2419360,146 kg.cm 6.2 Perencanaan KolomKolom tak bergoyang WF 400x400x30x50 A = 528,6 cm2 ix = 19,7 cm Zx = 9468 cm3 W = 415 kg iy = 10,7 cm Zy = 4428 cm3 Ix = 187000 cm4 Sx = 8170 cm3 bf = 417 mm Iy = 60500 cm4 Sy = 2900 cm3 d = 458 mm tf = 50 mm tw = 30 mm r = 22 mm h = d – 2 ( tf + r ) = 314 mm
Akibat kombinasi pembebanan 3 element C-3 story 1 Pu = 943562 kg Mntx1 = -15932,8 kg.m Mntx2 = -5695,35 kg.m Mnty1 = -2175,66 kg.m Mnty2 = -1378,2 kg.m b.eff hr tb D T C e
Ix = 7210 cm4 Ix = 187000 cm4 Ix = 187000 cm4 4,2 4,2 6.00
Kontrol kelangsingan elemen penampang
06 , 42 665 47 , 10 30 314 = = = = fy tw h R
λ
…………..tw R hλ
< → OK 81 , 15 250 17 , 4 50 . 2 417 . 2 = = = = fy tf bf Rλ
……... R tf bfλ
< . 2 → OKPenampang tidak langsing Kelangsingan struktur : i L k. =
λ
Kontrol tekuk lokal :
λ = f f t b 2 = 2.50 417 = 4,17 λp = y f 170 = 250 170 = 10,752 λ < λp ….. OK Penampang kompak λ = w t h = 30 314 = 10,47 λp = y f 1680 = 250 1680 = 106,253 λ < λp ….. OK Penampang kompak
Karena penampang kompak, maka Mnx = Mny = Mp : Mx = Sx.fy = (8170)(2500) = 20425000 kgcm 1,5Mx = 1,5(15128500) = 30637500 kgcm Mnx = Mpx = Zx.fy = (9468)(2500 ) = 23670000 kgcm = 23670000 kgcm ≤ 1,5Mx = 30637500 kgcm Mnx = 23670000 kgcm My = Sy.fy = (2900)(2500) = 7250000 kgcm 1,5My = 1,5(7250000) = 10875000 kgcm
Mny = Mpy = Zy.fy = (4428)(2500) = 11070000 kgcm
= 11070000 kgcm > 1,5My = 10875000 kgcm Mny = 10875000 kgcm
Kontrol tekuk lateral : Lb = 420 cm Lp = 532,649 cm Lp > Lp → bentang pendek Jadi diperoleh : Mnx = Mpx = Zx.fy = (9468)(2500 ) = 23670000 kgcm
Mny = Mpy = Zy.fy = (4428)(2500) = 11070000 kgcm
Terhadap sumbu y :
Ix = 13600 cm Iy = 60500 cm 4.20 4.20 Iy = 60500 cm Ix = 13600 cm Kontrol kekakuan portal :
G =
∑
∑
b b c c L I L I GA = ) 600 / 7210 ( 0) (187000/42 2 = 74,1 GB = 1 (Ujung kolom dianggap jepit)Diperoleh : kc = 0,87 (tidak bergoyang)
λ
x = x c i L k = 19,7 420 87 , 0 x = 34,15 Terhadap sumbu x:Gambar 6.4 Sketsa Kolom Arah x
Kontrol kekakuan portal :
G =
∑
∑
b b c c L I L I GA = ) 800 / 13600 ( ) (60500/420 2 = 24,94 GB = 1 (Ujung kolom dianggap jepit) Diperoleh : kc = 0,85 (tidak bergoyang)y
λ
= y c i L k = 10,7 420 85 , 0 x = 32,16λ
terbesar =λ
x= 34,15 λc = E fy ×π
λ
= 6 10 2 2500 34,15 ×π
= 0,385 0,25 < λc <1,2 065 , 1 . 67 , 0 6 , 1 43 , 1 = − = cλ
ω
Pn =ω
y f Ag. = 065 , 1 2500 . 6 , 528 = 1240525,16 kg → RUMUS 1 39 , 1054446 16 , 1240525 . 85 , 0 .Pn= =φ
> Pu = 943562 kg n u P P .φ
= 1054446,39 943562 = 0,895 ≥ 0,2 Kontrol Tekan-Lentur 2 , 0 895 , 0 ≥ = n u P Pφ
9 1,0 8 ≤ + + ny b uy nx b ux n u M M M M P Pφ
φ
φ
0 , 1 10875000 9 , 0 217566 23670000 9 , 0 1593280 9 8 895 , 0 ≤ + + x x 0,981 ≤ 1 ….. OK
Contoh Perencanaan Sambungan
Gambar6.2 Sambungan Bresing dengan kolom Eksterior dan Balok Melintang Eksterior WF.350X175X7X11 ∅ 28,6 mm D.Canal 250X90X9X13 ∅ 25,4 mm pelat t = 13 mm 9.00 9.00 4.50 9.00 9.00 4.50 10.00 10.00 6.00 6.00 8.00 8.00 8.00 4.00 4.00
Gambar6.3 Sambungan Bresing dengan Balok Melintang Eksterior
W F . 3 5 0 X 1 7 5 X 7 X 1 1 ∅ 1 5 , 9 m m P e l a t s i k u L 8 0 x 8 0 x 8 ∅ 2 5 , 4 m m ∅ 2 5 , 4 m m D . C a n a l 2 5 0 X 9 0 X 9 X 1 3 ∅ 2 5 , 4 m m ∅ 2 8 , 6 m m P e l a t s i k u L 1 0 0 X 1 0 0 X 1 0 p e l a t t = 1 3 m m T u l a n g a n n e g a t i f φ φ φ φ 8 - 2 0 0 1 0 . 0 0 1 0 . 0 0 6 . 0 0 6 . 0 0 4 . 0 0 8 . 0 0 8 . 0 0 8 . 0 0 4 . 0 0 1 0 . 0 0 1 0 . 0 0 3 . 0 0 6 . 0 0 3 . 0 0 1 0 . 0 0 1 0 . 0 0 9 . 0 0 9 . 0 0 4 . 5 0 8 . 0 0 8 . 0 0 4 . 0 06 . 0 01 0 . 0 0 1 0 . 0 06 . 0 0 8 . 0 0 8 . 0 0 4 . 0 0 8 . 0 0 8 . 0 0 8 . 0 0 4 . 0 0 4 . 0 0
WF.400X400X45X70 ∅ 31,8 mm ∅ 25,4 mm pelat t = 13 mm pelat t = 30 mm 12.00 12.00 12.00 12.00 8.00 8.00 12.00 12.00 12.00 12.00 8.00 8.00 5.00 10.00 10.00 5.00 5.00 10.00 10.00 5.00
Gambar 6.4 Sambungan antar kolom interior
BAB VI
PERENCANAAN PONDASI
Tiang pancang yang direncanakan adalah menggunakan alternatif jenis tiang dengan spesifikasi WIKA Pile sebagai berikut :
- Diameter tiang = 500 mm - Tebal tiang = 90 mm - Class = C - Luas beton = 1159,25 cm2 - Modulus Section = 10583,74 cm2 - Pbahan = 221120 kg Sumber : WIKA Daya dukung bahan :
Dari spesifikasi bahan tiang pancang (tabel spesifikasi WIKA), didapat : P1tp =155,64 ton.
Diambil tiang pancang dengan kedalaman (D) 35 m dari perhitungan yang ditabelkan (terlampir), didapat nilai daya dukung satu tiang pancang :
Diambil P beban tetap = 121,113 ton (dari daya dukung tanah). BAB VIII
PENUTUP 8.1. Kesimpulan
Dimensi Profil ;
Dari hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan pada struktur gedung, didapatkan hasil sebagai berikut :
• Tebal Pelat :
Tebal pelat atap : 10 cm Tebal pelat lantai : 10 cm
• Bracing :
Double Canal 250 x 90 x 9 x 13 Double Canal 250 x 90 x 9 x 13
• Balok anak
a. Untuk lantai 20 (Atap) : WF 300 x 150 x 5,5 x 8 b. Untuk lantai 1 - 19 :
WF 300 x 150 x 6,5 x 9
• Balok Induk Eksterior :
a. Untuk lantai 20 (Atap) dengan L = 6 m : WF 300 x 150 x 5,5 x 8
b. Untuk lantai 20 (Atap) dengan L = 8 m : WF 350 x 175 x 7 x 11
c. Untuk lantai 1 – 19 dengan L = 6 m : WF 300 x 150 x 6,5 x 9
d. Untuk lantai 1 – 14 dengan L = 8 m : WF 350 x 175 x 7 x 11
• Balok Induk Interior :
a. Untuk lantai 20 (Atap) dengan L = 6 m : WF 300 x 150 x 5,5 x 8
b. Untuk lantai 20 (Atap) dengan L = 8 m : WF 350 x 175 x 7 x 11
c. Untuk lantai 1 – 19 dengan L = 6 m : WF 300 x 150 x 6,5 x 9
d. Untuk lantai 1 – 19 dengan L = 8 m : WF 400 x 200 x 8 x 13 • Kolom Eksterior : a. Lantai 17 - 20 : WF 350 x 350 x 13 x 13 b. Lantai 14 – 17 : WF 350 x 350 x 14 x 22 c. Lantai 9 - 14 : WF 400 x 400 x 20 x 35 d. Lantai 1 - 9 : WF 400 x 400 x 30 x 50 • Kolom Interior : a. Lantai 17 - 20 : WF 350 x 350 x 13 x 13 b. Lantai 14 – 17 : WF 350 x 350 x 14 x 22 c. Lantai 9 - 14 : WF 400 x 400 x 20 x 35 d. Lantai 6 - 9 : WF 400 x 400 x 30 x 50 e. Lantai 1 - 6 : WF 400 x 400 x 45 x 70 Penulangan Poer ; • Poer Pondasi : a. Arah x : - Tulangan Tarik : 52D22 - Tulangan Tekan : 26D22 b. Arah y : - Tulangan Tarik : 33D22 - Tulangan Tekan : 17D22 8.2. Saran
Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomi, dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
a. Amon, Rene ; Knobloch, Bruce & Mazumder,Atanu. 1999 Perencanaan Konstruksi Baja Untuk Insinyur dan Arsitektur 2.Bandung : PT.Pradinya Paramita.
b. Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
c. Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002).
d. Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
e. Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983.
f. Roberto T. LEON & Chuang-seng YANG . 2006. Special Inverted-V-Braced Frames With Suspended Zipper Struts. Georgia institute of technology, Atlanta.
g. Salmon, G. Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja Desain Dan Perilaku Jilid 2 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: Ir. Wira M.S.CE. Jakarta: Erlangga.
h. Widiarsa, Ida Bagus Rai & Putu Deskarta . 2007. Kuat geser baja komposit dengan variasi tinggi penghubung geser tipe T ditinjau dari uji geser murni.
i. Rahmat Purwono, 2006, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa.
j. Suprobo,Priyo.2000. Desain Balok Komposit Baja-Beton.Surabaya : ITS Press.
k. Uy, B., 2007. Modern design, construction and maintenance of composite steel concrete structures
l. Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam. Surabaya : ITS.
m. Poulos, H.G.and Davis, E.H .(1980). Pile Foundation Analisys and Design . John Wiley And Son, Inc.