• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Dialog dengan LSM Pegiat Anti Korupsi, Jakarta, 25 Januari 2012 Rabu, 25 Januari 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sambutan Pengantar Presiden RI pada Dialog dengan LSM Pegiat Anti Korupsi, Jakarta, 25 Januari 2012 Rabu, 25 Januari 2012"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Dialog dengan LSM Pegiat Anti Korupsi,

Jakarta, 25 Januari 2012

Rabu, 25 Januari 2012

SAMBUTAN PENGANTAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT PENGGIAT ANTIKORUPSI

TANGGAL 25 JANUARI 2012

DI

ISTANA NEGARA, JAKARTA

Â

Â

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Salam

sejahtera untuk kita semua,

Yang

saya hormati para Menteri, Jaksa Agung, dan Kapolri,

Yang

saya hormati Pimpinan KPK dan Pimpinan PPATK,

Yang saya hormati

para Pimpinan dan Penggiat Lembaga Non-Pemerintah Antikorupsi,

Â

Alhamdulillah, kita

dapat kembali bertemu dan berdialog setelah bulan lalu kita bertemu di

(2)

diperlukan, sebab dengan Saudara-saudara menyampaikan kritik, termasuk

rekomendasi, tentu berguna bagi semua upaya untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi. Dan dalam banyak hal, justru kritik dan usulan yang Saudara kemukakan

pada forum yang tepat itu menjadi lebih efektif, meskipun saya, saya kira yang lain juga, mengikuti, mendengarkan, dan menyimak apa yang menjadi keprihatinan, kepedulian, bahkan kemarahan rakyat melalui unjuk rasa dan juga sering dalam forum talkshow, meskipun dalam forum talkshow, suaranya amat keras,

kadang-kadang kalimatnya begitu galak, dan itu sah-sah saja dalam kehidupan demokrasi, tetapi akhirnya yang ingin kita cari bagaimana kritik, koreksi, dan usulan itu mendapatkan tempatnya, dan kemudian dijalankan untuk meningkatkan kinerja negara dan bangsa sebenarnya, di dalam upaya memberantas korupsi.

Â

Saudara-saudara,

Sebagaimana biasanya kegiatan di kantor kami, apakah sidang kabinet, apakah pertemuan dengan lembaga-lembaga negara, ataupun acara seperti ini, pengantar itu diliput oleh teman-teman wartawan agar rakyat tahu apa tujuan pertemuan ini. Rakyat tahu bahwa para pimpinan NGO antikorupsi, para aktivis antikorupsi juga aktif menyampaikan kritik, pandangan, dan usulannya kepada penegak hukum. Dengan demikian, ini juga akuntabilitas Saudara kepada rakyat. Demikian juga kami, akuntabilitas kepada siapapun bahwa kita sungguh ingin melakukan pemberantasan korupsi yang makin efektif.

Saudara-saudara,

Setelah pengantar saya nanti, kita akan mendengar apa yang ingin Saudara sampaikan, saya diberi tahu akan diatur oleh Saudara-saudara sendiri, dan kemudian tentu nanti kami akan merespons, baik saya sendiri maupun pejabat terkait, agar ada tindak lanjutnya. Dan, saya ingin pertemuan ini bisa

dilaksanakan secara berkala, apa tiga bulan sekali, begitu, karena ini, ini bangsa ini bangsa kita sendiri. Masa depan Indonesia masa depan kita. Jadi, akan bagus kalau kita memiliki hubungan, kritis, tidak kolutif, tetapi

tujuannya sama, goal-nya sama.

Saudara-saudara,

Saya menyimak betul evaluasi akhir tahun, 2011, dan juga termasuk refleksinya, dan juga evaluasi yang muncul pada awal tahun tentang kemarahan,

ketidaksabaran, dan kritik dari masyarakat, menyangkut kok masih saja ada korupsi di negeri kita. Saya menerima kritik, atau saya bisa memahami kemarahan atau ketidaksukaan rakyat itu. Dan harapan saya, yang lain juga bisa menerima, jajaran penegak hukum, untuk menjadi cambuk bagi kita semua untuk berbuat lebih baik lagi di tahun ini dan tahun-tahun mendatang.

(3)

Saudara-saudara,

Kalau kita boleh melaksanakan flashback, tujuh tahun terakhir ini,

setelah kita mengalami masa-masa sulit dulu di awal krisis dan awal reformasi 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, banyak yang sudah kita hasilkan karena kerja keras seluruh elemen bangsa, apakah ekonominya akhirnya bisa keluar dari krisis, tumbuh berkembang, dan punya korelasi dengan peningkatan kesejahteraan rakyat; situasi politik yang dulu sangat tidak stabil berangsur-angsur menjadi lebih stabil; keadaan sosial dulu penuh benturan di seluruh Indonesia

berangsur-angsur mulai pulih; konflik komunal di Poso, Maluku, Maluku Utara dengan korban ribuan orang alhamdulillah kita atasi, dan situasinya hampir

pulih dan normal; Aceh yang dulu masih membara alhamdulillah bisa kita selesaikan; dan banyak lagi capaian.

Â

Tetapi, kita harus

mengakui juga masih banyak yang belum berhasil kita selesaikan, masih ada pekerjaan rumah, dan hal-hal yang tentu ini tidak bisa dibiarkan. Antara lain, saya sering mengatakan, birokrasi yang masih bermasalah di banyak tempat, korupsi sendiri, masih terjadi juga konflik komunal, kekerasan-kekerasan horizontal, anarki yang tidak boleh hukum tidak ditegakkan di situ, lantas juga infrastruktur karena ekonomi dulu kita hancur, kita kurang banyak, dan sekarang kita percepat untuk menghadirkannya.

Â

Itulah balance

sheet, plus dan minus, dan forum ini sangat tepat karena kita menyentuh sesuatu yang paling esensial, rapor merah kita, selama tahun-tahun terakhir ini. Kita ini semua, banyak, begitu, yang harus kita bikin biru di waktu yang akan datang. Dan, kuncinya kolaborasi, Saudara-saudara, kolaborasi, kebersamaan, bukan kolusi, sekali lagi kebersamaan. Oleh karena itu, harus terbuka. Rakyat juga harus tahu apa maknanya pertemuan seperti ini. Jangan dicurigai, "Jangan-jangan ini kongkalikong." Tidak ada kongkalikong kalau pemberantasan korupsi. Jadi, harus tajam seperti itu.

Â

Saya juga ingin,

melalui forum yang mulia ini, menyampaikan, kalau saya mengatakan saya sendiri akan aktif dan akan memimpin langkah-langkah pemberantasan korupsi, tidak berarti Presiden mengambil alih tugas dan tanggung jawab atau kewenangan kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan seterusnya. Tidak mungkin, apalagi wilayah hukum itu tidak boleh ada intervensi dari siapapun. Tapi, tentu saya

tidak akan apatis seberat apapun, sekompleks apapun, ya kami akan bersama-sama dengan semuanya. Dan, saya menjadi lebih besar hati karena NGO antikorupsi juga makin aktif untuk berkolaborasi dalam hal ini.

Â

Ada juga SMS yang

masuk ke saya, "Pak SBY, kenapa itu hukumannya kok ringan sekali? Kan ndak betul sebagai Presiden." Dikira yang memvonis saya. Boleh, silakan, enggak apa-apa rakyat menanyakan pada

(4)

korupsi, ya, banyak masalah. Terbuka, ini negara terbuka. Tapi ya, rakyat harus tahu bahwa yang menyelidiki, yang menyidik juga bukan saya, pengadilannya bukan Presiden, hukumannya juga bukan dari kami; jika kalau misalkan dianggap kurang, ya tentunya silakan bicarakan. Tapi, saya mengerti, saya tangkap bahwa semangat rakyat itu tinggi untuk betul-betul makin efektif di dalam pemberantasan

korupsi.

Â

Juga, satu hal yang

ingin saya sampaikan sebagai penutup dari pengantar saya ini. Begini, kini terbangun persepsi bahwa meskipun kita sudah bekerja setengah mati, tapi korupsi di Indonesia makin merajalela. Pertanyaan kita, benarkah? Benarkah?

Â

Yang saya tahu,

tahun-tahun terakhir ini, penindakan terhadap kejahatan korupsi meningkat tajam. Ibaratnya, enggak ada yang bisa lepas. Banyak yang terjeratlah, gitu. Barangkali, masih ada juga yang bersembunyi, berkelat-kelit, tapi banyak yang kita tindak. Kalau itu betul, mengapa banyak kita tindak? Karena agresifnya pemberantasan korupsi. Kita punya KPK, andalan kita. Kemudian, tentu kejaksaan dan kepolisian juga bekerja. Lantas, kita punya PPATK. Kita punya

Saudara-saudara, NGO. Kita punya pers. Masyarakat berani melapor. Itu semua tentu membikin iklim ini bahwa makin banyak yang peduli, makin banyak yang bertindak, makin banyak yang kena. Jadi kalau itu banyak yang kena tindak, ya kesimpulan saya, penindakan yang nyata ini terjadi.

Â

Lantas, tapi kenapa

kok trennya di daerah kok mulai banyak yang kena dibandingkan era dulu, hampir tidak ada. Kalau korupsi itu satu-dua, biasanya yang kena pejabat di Jakarta, di pusat. Saudara tahu bahwa, dalam era reformasi, kekuasaan, power itu telah terbagi dan distribusikan secara lebih luas, sehingga yang punya

kekuasaan bukan hanya Presiden dan pemerintahan pusat; pemerintahan daerah dalam perizinan, mengelola APBD, DPR juga punya power, dan lain-lain,

sehingga kasus-kasus korupsi yang terjadi pada era reformasi ini tersebar di mana-mana. Bisa jadi, itu juga mengapa masih terjadi korupsi.

Â

Saya punya data di

sini. Setelah saya memimpin negeri ini hingga hari ini, telah ada 168 permintaan kepada saya, Saudara-saudara, untuk saya berikan izin untuk

diperiksa oleh kejaksaan maupun oleh kepolisian. Saya tahu, ini juga sedang di-review, apakah perlu izin Presiden, meskipun kalau surat itu tidak sampai ke saya,

banyak yang tidak sampai ke saya surat itu, tidak sampai ke Kejaksaan Agung, tidak sampai ke Kepolisian, barangkali masih di daerah, orang tahunya di meja Presiden. Andaikata tidak sampai ke tangan sayapun, dua bulan, untuk pejabat daerah, sudah diperiksa; untuk parlemen, satu bulan sudah diperiksa. Jadi, tidak alasan, sebetulnya.

Â

(5)

Kalau

saya, sebetulnya, kepedulian saya bukan izinnya, pemberitahuan. Begini, dulu pernah ada Walikota dan Wakil Walikota ditahan sekaligus tanpa pemberitahuan. Kalau kami diberi tahu, pak Gubernurnya akan mengangkat siapa caretaker-nya.

Kalau yang diciduk Gubernur dengan Wakil Gubernur, saya bisa mengangkat siapa caretaker-nya. Kalau tiba-tiba wali kota dan wakil walikota sedang proses APBD atau menangani

bencana, diciduk dua-duanya, itu repot. Kalau pemberitahuan, maka barangkali, "Bisa enggak besok, berikan satu hari untuk menuntaskan bencana alam ini, atau dua hari, ataupun kita siapkan caretaker-nya?" Pemberitahuan lebih masuk akal dibandingkan izin. Kita mengikuti proses di MK sekarang ya, di review-nya. Silakan saja.

Â

Poin saya bukan itu,

Saudara-saudara. Saya peka. Kalau dianggap, "Ini di meja Presiden," meja saya bersih. Artinya, surat yang masuk mesti saya teken. Kalau tidak saya teken, saya kembalikan, "Tolong dicek betul atau tidak betulnya." Besok maju lagi, saya teken. Dengan demikian, kalau ada yang belum diproses, dilihat di mana simpulnya: di daerah di mana atau di pusat di mana; tidak serta merta lantas dengan mudah, "Di mejanya Presiden."

Â

Saya sudah berikan

168 surat. Sebelum saya, saya masih ingat, yang dimintakan izin Presiden, satu gubernur dulu, sebelum era saya, Pak Sudi, ya? Setelah saya memimpin, 168 surat, 78 yang kita proses dengan teken saya itu melaksanakan korupsi antara tahun 1999 sampai 2004. Kemudian, 90 (sembilan puluh) orang. Ini kurun waktunya berarti yang tadi lima tahun, yang ini tujuh tahun-90 (sembilan puluh).

Â

Poin saya apa? Bahwa,

dari segi jumlah, tidak boleh dikatakan ini korupsinya meningkat, tapi

penindakannya yang dulu lewat, periode 1999-2004, itu kena pada era kita. Jadi sebetulnya, yang Saudara gencarkan melalui macam-macam itu, ada juga buahnya. Hasilnya kongkrit.

Saudara-saudara,

Saya berhenti di situ, sebagai pengantar, mukadimah. Sekarang saya ingin

mendengarkan apa yang ingin Saudara-saudara sampaikan. Semoga Tuhan, Allah SWT, membikin pertemuan kita ini bermakna, sehingga rakyat merasa yakin kita semua

bekerja untuk mencegah dan memberantas korupsi.

Â

Demikian, dan setelah

break sebentar nanti, saya persilakan kepada yang akan menyampaikan. Saya dengar Pak Teten Masduki dan teman-teman yang lain, saya persilakan.

(6)

Â

Â

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu pengetahuan dan informasi tentang teknik budidaya jamur tiram yang efektif dan efisien, ketergantung pada ketersediaan baglog jamur dari pengrajin di luar

Menurut Sadariah sebagai sanro dalam tradisi mappano’ bahwa akibat dari tidak dilaksanakannya tradisi mappano’ yaitu adakalanya keluarga tersebut akan mengalami

inovasi agar wakaf yang dikelolanya dapat berkembang dinamis. Akibatnya, sejauh dapat mempertahankan keberadaan wakaf dan kelanjutan pelayanannya, nazhir merasa

Tujuan disusunnya Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perhubungan Kabupaten Klaten Tahun 2016 – 2021 adalah tersusunnya dokumen perencanaan teknis strategis secara

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa: 75% pengurus Rohis SMA Labschool Jakarta berpandangan radikalisme agama Islam adalah

Gunung berapi atau gunung api perlu didefinisikan meskipun memang agak susah untuk mendefinisikan apa itu gunung berapi atau gunung api, namun secara umum istilah

(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2) huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan

Di Kawasan Timur Indonesia, mayoritas Rumah tangga dengan malaria adalah RT yang mendapat pelayanan kesehatan gratis dalam setahun terakhir, lokasi di perdesaan, memiliki