• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sosial guna mengatasi hal-hal yang mungkin terjadi dalam kehidupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sosial guna mengatasi hal-hal yang mungkin terjadi dalam kehidupan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

A.Latar Belakang Masalah

Masyarakat dalam perkembangannya membentuk organisasi atau badan sosial guna mengatasi hal-hal yang mungkin terjadi dalam kehidupan masyarakat saat ini. Organisasi-organisasi dalam masyarakat sebagian besar bergerak dalam bidang sosial dan lebih dikenal dengan nama Yayasan. Keberadaan badan hukum Yayasan sudah dikenal sejak pemerintahan Hindia Belanda yang pada waktu itu kita kenal dengan nama “Stichting”, pada waktu itu Yayasan dipergunakan oleh para pendirinya sebagai wahana untuk melakukan kegiatan sosial.1

Pengertian Yayasan mengacu pada Undang-undang Nomor 16 tahun 2001 juncto Undang-undang Nomor 28 tahun 2004 tentang Yayasan yang berbunyi: “Undang-undang Yayasan mendefinisikan dalam Pasal 1 ayat (1) Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota”.2

Berlakunya Undang-undang Nomor 16 tahun 2001 juncto Undang-undang Nomor 28 tahun 2004 tentang Yayasan telah terjadi reformasi terhadap Yayasan terutama yang berhubungan dengan anggaran dasar. Reformasi yang dilakukan mencakup aspek organ Yayasan (Pembina, Pengurus dan Pengawas)

1 H. Subekti dan Mulyoto, 2011, Yayasan sebelum dan sesudah berlakunya

Undang-undang Yayasan dan PP Nomor 63 tahun 2008, Cakrawala Media, Yogyakarta, hlm. 1

2

Undang-undang Nomor 16 tahun 2001 juncto Undang-undang Nomor 28 tahun 2004 Tentang Yayasan

(2)

serta wewenang masing-masing unsur organ Yayasan. Pengelolaan kegiatan usaha Yayasan menjadi jelas sehingga tidak menjadi tempat persembunyian harta oleh para pendirinya dan pengelolaan kegiatan usaha Yayasan haruslah dikelola secara profesional.

Yayasan sebagai “rechts person” mempunyai organ yang kedudukan dan wewenang yang jelas sebagai salah satu ciri khusus badan hukum pada umumnya. Hal ini terlihat ada tiga macam organ yang ada didalam Yayasan yang masing masing organ tersebut mempunyai hak dan wewenang yang berbeda, yaitu:3

a. Organ Pembina b. Organ Pengurus, dan c. Organ Pengawas

Pembina Yayasan merupakan organ Yayasan yang memiliki kewenangan terbesar dalam Yayasan dan memiliki tugas utama menjaga agar pelaksanaan kegiatan Yayasan selaras dengan maksud dan tujuan Yayasan. Menurut Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 tahun 2001 juncto Undang-undang Nomor 28 tahun 2004 tentang Yayasan Pembina adalah organ Yayasan yang kewenangannya tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh Undang-undang ini atau anggaran dasar.

Pengurus merupakan organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan yang terdiri atas ketua, sekretaris, dan bendahara. Kategori mengenai siapa yang dapat menjadi Pengurus dijelaskan dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 tahun 2001 juncto Undang-undang Nomor 28 tahun 2004

(3)

tentang Yayasan yaitu orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum seperti melakukan perjanjian dengan pihak lain yang sesuai dengan tujuan didirikan Yayasan.

Perjanjian sebagaimana diatur dalam ketentuan umum Bab Kedua bagian pertama Pasal 1313 Buku III KUHPerdata mengatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Pasal 1313 KUHPerdata menimbulkan suatu hubungan antara 2 (dua) orang yang dinamakan perikatan, dalam hal ini adalah Yayasan yang diwakili Pengurus yang terintervensi Pembina dengan orang tua/wali anak.

Perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”. Dengan demikian kedua belah pihak sepakat untuk menentukan peraturan atau kaedah, atau hak dan kewajiban yang mengikat mereka untuk ditaati dan dijalankan. Kesepakatan itu adalah untuk menimbulkan akibat hukum, menimbulkan hak dan kewajiban dan apabila kesepakatan itu dilanggar maka akan ada akibat hukumnya, si pelanggar dapat dikenakan akibat hukum atau sanksi.4

Pasal 1320 KUHPerdata mengandung unsur-unsur dari perikatan yang timbul dari perjanjian yaitu adanya sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Perjanjian pada umumnya tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu dapat dibuat secara lisan dan andai kata dibuat secara tertulis, maka perjanjian ini bersifat sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan.

4

(4)

Asas kebebasan berkontrak untuk membuat perjanjian dalam uraian Pasal 1338 KUHPerdata menerangkan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah dan berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal tersebut mengandung pengertian bahwa setiap orang diberi hak untuk membuat perjanjian mengenai apapun dan dengan isi pengaturan yang bagaimanapun asal saja tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum dan kesusilaan.

Pengawas merupakan organ Yayasan yang diangkat Pembina dan berfungsi untuk mengontrol dan menasehati Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan. Kualifikasi untuk menjadi Pengawas adalah orang yang sanggup melakukan perbuatan hukum dan tidak merupakan anggota Pengurus dan Pembina. Pembina, Pengurus, dan Pengawas tidak dapat merangkap tugas satu sama lain dan persamaan dalam menentukan siapa yang berhak untuk menempati jabatan itu adalah orang yang mampu melakukan perbuatan hukum. Pengertian anak menurut bahasa adalah “turunan kedua, manusia yang masih kecil”.5 Pengertian anak di Indonesia sendiri beserta umurnya diatur menurut bidang hukum masing-masing dan juga terdapat dalam penggunaan berdasarkan kebutuhan, dalam hal ini dapat dilihat pengertian anak beserta batasan umur menurut ketentuan hukum terdapat perbedaan tolak ukur.

Batas usia dewasa menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan terdapat di dalam Pasal 47 ayat (1) yang berbunyi: “Anak yang belum mencapai 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan

5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia Cet. 2,

(5)

perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya”.6

Ketentuan Pasal 39 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa seorang penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah b. Cakap melakukan perbuatan hukum.

Anak merupakan aset bangsa yang tidak ternilai harganya dimana secara alamiah anak tumbuh menjadi besar dan dewasa, maka kepadanya perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara pendidikan

Salah satu jenis pendidikan adalah pendidikan berbasis Islam, karena dipercaya bahwa anak yang dididik dan di bekali ajaran agama yang kuat sejak kecil akan memiliki kepribadian dan ilmu lain yang akan baik pula di dunia dan akherat. Pendidikan Islam diharapkan mampu menciptakan calon generasi bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berwawasan global sehingga mampu bersaing tanpa meninggalkan kaidah-kaidah ajaran agama Islam.

Yayasan pendidikan Islam yang sudah terorganisasi dan melembaga tampak dalam berbagai bentuk yang bervariasi, dari yang sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan rumah, mushalla, mesjid dan lainnya untuk tempat belajar sampai dengan menggunakan wadah yang lebih kondusif seperti

(6)

gedung dan ruangan khusus untuk belajar dan terakhir muncul suatu lembaga pendidikan agama Islam yaitu pondok pesantren.

Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran kepada anak didik yang didasarkan atas ajaran Islam dengan tujuan ibadah untuk mendapatkan ridho Allah SWT, para anak dididik untuk menjadi mukmin sejati yaitu manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, mempunyai integritas pribadi yang utuh, mandiri dan mempunyai kualitas intelektual.

Pondok Pesantren Al-Bayan merupakan salah satu kegiatan Yayasan Daar El-Bayan Santri yang bersifat sosial dan keagamaan yaitu menyelenggarakan pendidikan formal/informal dan menyelenggarakan pondok pesantren/madrasah yang diatur dalam Undang-undang Yayasan Nomor 16 tahun 2001 juncto Undang-undang Nomor 28 tahun 2004 Tentang Yayasan.

Yayasan Daar El-Bayan Santri melalaui Pondok Pesantren Al-Bayan dalam melakukan perjanjian pendidikan anak diwakili oleh organ Yayasan yaitu Pengurus yang terintervensi oleh Pembina dimana Pembina mengesahkan perjanjian pendidikan anak dengan orang tua/wali anak. Perbuatan hukum tersebut diatas tentu menimbulkan akibat hukum antara para pihak.

Berdasarkan latar belakang diatas, sehingga penulis tertarik untuk mengkajinya lebih mendalam dalam bentuk tesis dengan judul: “PERANAN

ORGAN YAYASAN DAAR EL-BAYAN SANTRI DALAM

(7)

PESANTREN AL-BAYAN KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN”

B.Perumusan Masalah

1. Bagaimana peranan organ Yayasan Daar El-Bayan Santri dalam pelaksanaan perjanjian pendidikan anak di Pondok Pesantren Al-Bayan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten?

2. Bagaimana akibat hukum dari intervensi Pembina Yayasan Daar El-Bayan Santri dalam perjanjian pendidikan anak di Pondok Pesantren Al-Bayan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten?

C.Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan penulis melalui penelitian kepustakaan, sebelumnya sudah ada penelitian yang mengangkat topik mengenai peranan Yayasan diantaranya yaitu:

1. Pelaksanaan Wakaf Uang Pada Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBWUII), oleh Rifka Ramadani pada tahun 2012.7

2. Tanggung Jawab Pengurus Yayasan Terhadap Pelanggaran Anggaran Dasar Di Wilyah Kota Banjarmasin, oleh Arini Amelia pada tahun 2013.8

Penulis beranggapan bahwa penelitian ini memiliki perbedaan terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya. Adapun perbedaan penelitian ini dengan

7 Rifka Ramadani, 2012, “Pelaksanaan Wakaf Uang Pada Yayasan Badan Wakaf

Universitas Islam Indonesia (YBWUII)”, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

8

Arini Amelia, 2013, “Tanggung Jawab Pengurus Yayasan Terhadap Pelanggaran Anggaran Dasar Di Wilyah Kota Banjarmasin”, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

(8)

penelitian yang telah ada sebelumnya terdapat pada: Isi Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini berbeda dengan penelitian yang pertama yaitu “Pelaksanaan Wakaf Uang Pada Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBWUII) oleh Rifka Ramadani pada tahun 2012” dan yang kedua yaitu “Tanggung Jawab Pengurus Yayasan Terhadap Pelanggaran Anggaran Dasar Di Wilyah Kota Banjamasin” oleh Arini Amelia, pada tahun 2013.

Perbedaan penelitian yang pertama adalah penelitinnya hanya memfokuskan pada proses pelaksanaan wakaf pada Yayasan, sedangkan pada penelitian ini memfokuskan pada peranan organ Yayasan dalam perjanjian pendidikan anak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang kedua adalah fokus penelitian kedua tersebut terletak pada Tanggung Jawab Pengurus Yayasa Terhadapa Pelanggaran Anggaran Dasar, sedangkan yang diteliti oleh peneliti yaitu peranan organ Yayasan dalam pelaksanaan perjanjian pendidikan anak. Berdasarkan hal tersebut diatas, penelitian ini dianggap asli dan layak untuk di teliti serta diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya.

D.Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis, yaitu:

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan pemikiran mengenai ilmu hukum umumnya, dibidang hukum perdata pada

(9)

khususnya, terutama yang berkaitan dengan badan hukum Yayasan serta bermanfaat bagi para penelitian-penelitian ilmu hukum selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peranan organ Yayasan dalam pelaksanaan perjanjian pendidikan anak di pondok pesantren dan diharapkan penelitian ini dapat menjadi pedoman atau petunjuk bagi para organ yayasan di Indonesia dalam menjalankan peranannya, khususnya dalam pelaksanaan perjanjian pendidikan anak di pondok pesantren.

E.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memproleh jawaban atas permasalahan yang telah diuraikan dalam rumusan masalah, yaitu:

1. Menganalisis bagaimana peranan organ Yayasan Daar El-Bayan Santri dalam pelaksanaan perjanjian pendidikan anak di Pondok Pesantren Al-Bayan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

2. Menganalisis akibat hukum dari intervensi Pembina Yayasan Daar El-Bayan Santri dalam perjanjian pendidikan anak di Pondok Pesantren Al-Bayan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat mengetahui perencanaan sistem penanganan bagasi yang layak digunakan di Terminal 1A Keberangkatan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta,

Grafik step respon hasil simulasi untuk sistem pengendalian kcc epatan putaran motor diesel high speed dengan menggunakan kontro l er logika fuzzy kctika motor dilakukan

Untuk maksud tersebut, bersama ini kami kirimkan daftar isian terlampir untuk diisi dan mohon segera dikirim kembali melalui email kreativitas.belmawa@qmait.com paling

Objek-objek penelitian yang berasal dari data berupa percakapan telepon di radio dalam acara HR dianalisis dengan teori pragmatik dengan spesifikasi pada prinsip kerja sama,

pertumbuhan bakteri dengan spektrum yang luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif yang telah diwakilkan oleh kedua bakteri uji

Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa tekanan hampir tidak dirasakan oleh siswa, dimana hal tersebut dapat dilihat dari seringnya siswa mengisi waktu luang

Jika semua sample dengan ukuran tertentu diambil dari suatu populasi, maka distribusi sampling dari sample mean akan mendekati distribusi normal. Aproksimasi ini akan menjadi lebih

Permata Agro Palma sudah menunjukkan bukti kepedulian perusahaan yang merupakan tanggung jawab mereka, secara khusus dalam bidang pendidikan yaitu dengan