33 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012: 96)
Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2014.
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode pengamatan 2010- 2014.
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki minimal data mengenai kepemilikan manajerial dan dua dari ketiga good corporate governance, yaitu kepimilkan institusional, dewan komisaris independen dan komite audit, selama periode pengamatan tahun 2010- 2014.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan perusahaan manufaktur. Data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) serta sumber-sumber terkait.
3.3 Metode Pengumpulan Data
1. Metode dokumentasi, metode pengumpulan data dengan cara menghimpun informasi untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian. 2. Metode studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku,
literature, jurnal dan terbitan-terbitan lainnya yang relevan dengan
masalah yang diteliti.
3.4 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba adalah merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka atau nilai pasar perusahaan. Beberapa tujuan yang spesifik dan kebijakan akuntansi yang dimaksud adalah penggunaan
accrual dalam menyusun laporan keuangan (Scott, 2006:344). Manajemen
laba yang diproksi dengan discretionary accrual dengan menggunakan model
1. Total accrual sesungguhnya
Tat = (ΔCAt - ΔCLt - ΔCasht + ΔSTDt - Dept ) / ( At-1 ) Keterangan:
ΔCAt = perubahan pada aset lancar pada periode t ΔCLt = perubahan pada kewajiban lancar pada periode t ΔCasht = perubahan pada kas dan setara kas pada periode t Dept = beban depresiasi dan amortisasi
At-1 = Total aset pada peiode t-1
2. Total accrual yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary
Least Square)
TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1 ) + β2 (Δ Revit/Ait-1 ) + β3(PPEit/Ait-1 ) + e Keterangan:
Tait = Total accrual pada periode t Ait-1 = Total aset pada perode t-1
Δ Revit = Perubahan pendapatan/ penjualan bersih periode t PPEit = Property, plant dan equipment pada periode t β1 β2 β3 = Koefisien korelasi
3. Non accrual discretionary
NDAit = β1(1/Ait-1 ) + β2(ΔRevit/Ait-1-ΔRecit/Ait-1) + β3(PPEit/Ait-1) + e
Keterangan:
ΔRecit = Perubahan piutang bersih pada periode t
β1 β2 β3 = Fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regeresi pada perhitungan total accrual.
4. Discretionare total accrual
DAit = TAit /Ait-1 – NDAit Keterangan:
TAit = Total accrual tahun t
NDAit = Non accrual diskresioner pada tahun t 3.4.2 Variabel independen
3.4.2.1 Leverage
Variabel independen penelitian ini adalah leverage. Tingkat hutang (leverage) adalah perbandingan total hutang perusahaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan yang menunjukkan seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam pembiayaan ekuitas perusahaan. Leverage dapat dihitung dengan cara :
Leverage = TLt / TAt
TL : Total hutang pada periode ke – t TA : Total aset pada periode ke – t
3.4.2.2 Free Cash Flow
Free Cash Flow merupakan arus kas aktual yang didistribusikan
kepada investor sesudah perusahaan melakukan semua investasi dan modal kerja yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan operasionalnya. Variabel ini dihitung dengan menggunakan rumus Brigham & Houston (2010:67) yaitu:
Free Cash Flow = NOPAT – investasi bersih pada modal operasi
Keterangan:
NOPAT (net operating profit after tax) = EBIT (1 – tarif pajak) Investasi bersih modal operasi = Total modal operasit – total modal operasit-1
Total modal operasi = Modal kerja operasi bersih + aset tetap bersih Modal kerja operasi bersih = Aset lancar – kewajiban lancar tanpa bunga
3.4.3 Variabel Moderasi
Variabel moderasi penelitian ini adalah corporate governance, menurut Wayan et al(2014) corporate governance merupakan suatu rantaian proses, kebijakan, tata cara, institusi dan aturan yang mempengaruhi pengontrolan, pengarahan dan pengelolaan suatu perusahaan. Corporate
governance yang diterapkan nantinya juga akan menjadi salah satu elemen
hubungan yang sinergi antara pihak yang berkepentingan pada perusahaan ( Wayan et al., 2014) .
Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dan komite audit.
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah suatu mekanisme pengawasan yang bertujuan untuk menyelaraskan berbagai kepentingan dalam perusahaan, kepemilikan institusional juga diduga mampu memberikan mekanisme pengawasan serupa dalam perusahaan (Gede et al., 2014). Dalam penelitian ini indikator yang dipakai untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajerial.
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham institusional (Kusumaningtyas, 2012). Kepemilikan institusional diukur dengan jumlah proporsi saham yang dimiliki dibagi dengan jumlah saham yang dimiliki dibagi dengan jumlah saham yang telah diterbitkan oleh perusahaan.
c. Dewan Komisaris Independen
Peran dewan komisaris adalah memonitor kebijakan direksi yang diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang muncul antara dewan direksi dan pemengang saham. Jumlah komisaris independen wajib mewakili sedikitnya 30% dari jumlah komisaris dalam dewan komisaris (Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.I.5). Dewan komisaris independen dihitung dengan menggunakan persentase dari komisaris independen dibandingkan dengan total jumlah komisaris.
d. Komite Audit
Komite audit dapat diukur dengan menjumlah komite audit yang ada dalam suatu perusahaan. Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan (Agustia, 2013).
3.5 Hipotesis Operasional
Hipotesis operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. HO1 =Leverage tidak berpengaruh positif terhadap manajemen Laba HA1 = Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen Laba
2. HO1 = Free cash flow tidak berpengaruh positif terhadap manajemen Laba HA1 = Free cash flow berpengaruh positif terhadap manajemen Laba
3. HO1 = Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan antara
HA1 = Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap hubungan antara
leverage dengan manajemen laba.
4. HO1 = Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan antara
free cash flow dengan manajemen laba
HA1 = Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap hubungan antara free
cash flow dengan manajemen laba.
5. HO1= Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap hubungan
leverage dengan manajemen laba.
HA1= Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap hubungan leverage dengan manajemen laba.
6. HO1 =Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap hubungan free
cash flow dengan manajemen laba.
HA1= Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap hubungan free cash flow dengan manajemen laba.
7. HO1= Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap hubungan antara leverage dengan manajemen laba.
HA1= Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap hubungan antara
leverage dengan manajemen laba.
8. HO1= Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap hubungan antara free cash flow dengan manajemen laba.
HA1= Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap hubungan antara
9. HO1= Komite audit tidak berpengaruh terhadap hubungan antara leverage dengan manajemen laba.
HA1= Komite audit berpengaruh terhadap hubungan antara leverage dengan manajemen laba.
10. HO1=Komite audit tidak berpengaruh terhadap hubungan antara free cash flow dengan manajemen laba.
HA1= Komite audit berpengaruh terhadap hubungan antara free cash flow dengan manajemen laba.
3.6 Metode Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah leverage, free cash flow berpengaruh terhadap manajemen laba yang dimoderasi oleh corporate
governance yang diantaranya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen, dan komite audit sebagai variabel moderasi. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian serta memperhatikan sifat-sifat data yang dikumpulkan, maka analisis data dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian ini.Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata, maksimal, minimal, dan standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memperoleh hasil yang akurat dalam sebuah penelitian. Setelah mendapatkan hasil yang akurat maka dapat dilanjutkan dengan melakukan pengujian dengan analisis regresi linier berganda. Dalam pengujian asumsi klasik terdapat beberapa jenis antara lain, uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokerelasi, uji heterosdekasdisitas, dan. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah dalam model penelitiannya, data yang dimiliki berdistribusi normal atau tidak, dan apakah dalam penelitian terjadi penyimpangan atau tidak (Agustia, 2013).
3.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan analisis penyebaran data pada grafik histogram dan normal probability plot. Pengujian normalitas juga dilakukan secara statistik untuk mendapatkan hasil yang lebih valid, yaitu dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan normal jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian statistik Kolmogorov Smir-nov, bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi kolmogorov-smirnov yang berada di atas 0.05 yaitu sebesar 0.205. Selanjutnya, untuk mendukung hasil uji statistik tersebut, dilakukan pula uji normalitas melalui analisis grafik histogram dan normal probability plot. Setelah dilakukannya casewise
diagnostics, model regresi telah terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan dari distribusi data yang membentuk seperti lonceng (Agustia, 2013).
3.6.2.2 Uji Multikolineritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). Menurut Agustia (2013) pengujian terhadap adanya mulkolinieritas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF) pada model regresi. Jika tolerance value lebih dari
0,10 dan VIF kurang dari 10, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolienaritas. Nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1.877. Hal ini berarti bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya autokorelasi karena nilai Durbin Watson (r) terletak pada batas antara du dan 4-du. Model regresi dalam penelitian ini bebas dari gejala heteroskedastisitas karena tidak ada pola tertentu pada grafik scatterplot tersebut. Titik-titik pada grafik relatif menyebar baik di atas sumbu Y maupun di bawah sumbu Y (tidak terdapat pola tertentu).
3.6.2.3 Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode „t” dengan kesalahan pengganggu pada periode “t-1” (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, digunakan uji Durbin-Watson. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari adanya autokorelasi. Alat bantu SPSS digunakan oleh peneliti untuk melakukan uji Durbin-Watson, dengan ketentuan bahwa sebuah model regresi telah terbebas dari autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson berada lebih dari nilai du dan lebih kecil dai nilai 4 - du (Du < Durbin-Watson < 4 - du) (Agustia, 2013).
3.6.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ada terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Teknik pengujian hetroskedastisitas dalam skirpisi ini menggunakan uji glejser yang dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel indipenden dengan nilai absolut residual lebih dari 5%. Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji glejser dapat dilihat pada tabel coefficient pada kolom sig (signifikansi). Apabila hasil pengujian menunjukan nilai signifikansi lebih dari α = 5% maka tidak ada heteroskedastisitas (Bansaleng, 2014).
3.6.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji sejauh mana dan bagaimana arah variabel-variabel indepeden mempengaruhi variabel dependen. Model persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut :
DA = α0 + α1 Lev + α2 FCF + α3 KM + α4 KepIns + α5 DKI + α6 KA + α7 Lev*KM + α8 Lev*KepIns + α9 Lev*DKI + α10Lev*KA+ α11 FCF*KM+ α12 FCF*KepIns + α13 FCF*DKI + α14 FCF*KA
Keterangan :
Lev = Tingkat hutang perusahaan
α0 = Konstanta
α1, α2, α3, α4, α5, α6, α7,
α8, α9, α10, α11, α12, α13, α14= Koefesien
DA = earnings management diproksi dengan discretionary accrual (DA) KepIns = kepemilikan institusional diukur dengan persentase kepemilikan
saham yang dimiliki oleh institusi
KM = kepemilikan manajerial diukur dengan presentase kepemilikan saham yang dimiliki manajerial
KA = komite audit diukur dari jumlah anggota komite audit yang ada dalam perusahaan
DKI = dewan komisaris independen diukur dengan persentase komisaris independen dibanding total dewan komisaris yang ada
3.7 Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel yang diteliti, dalam penelitian ini menggunakan statistik uji f dan uji t.
3.7.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik model dapat menjelaskan variasi dalam variabel dependen. Lebih baik menggunakan nilai Adjusted R2 daripada R2 karena jika ada variabel tambahan, nilai Adjusted R2 tidak akan berubah. Semakin besar nilai Adjusted R2 maka variabel independen mempunyai kemampuan tinggi untuk menjelaskan variasi dalam variabel dependen.
3.7.2 Uji F
Uji F digunakan untuk menilai kelayakan model. Uji F dilakukan dengan melihat dari nilai F dan signifikansi. Nilai tersebut menunjukkan tingkat kesalahan yang ditanggung jika model tersebut dikatakan bagus. Semakin rendah nilai signifikansi menunjukkan bahwa model yang dibangun memiliki kemampuan yang lebih tinggi.
3.7.3 Pengujian Hipotesis dengan Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1) Ho : bi = 0 : tidak ada pengaruh 2) H1 : bi ≠ 0 : ada pengaruh
Signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen diketahui dengan melihat nilai dari probabilitas (nilai Sig.) dari t rasio masing-masing variabel bebas pada taraf uji α = 5%. Kesimpulan diterima atau ditolaknya HO dan HA sebagai pembuktian adalah:
1) Jika probabilitas lebih kecil daripada α maka HO ditolak dan HA diterima, artinya bahwa variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2) Jika probabilitas lebih besar daripada α maka HO diterima dan HA ditolak, artinya bahwa variabel independen memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen.