• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. Tinjauan Pustaka"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

II. Tinjauan Pustaka

1 . Botani Gambir

Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) termasuk dalam suku kopi-kopian. Bentuk keseluruhan dari tanaman ini seperti pohon bougenvil, yaitu merambat dan berkayu. Ukuran lingkar batang, pohon yang sudah tua dapat mencapai 45 cm. daunnya oval sampai bulat dengan panjang 8-14 cm, lebar 4-6,5 cm. Diameter batang dapat mencapai 1,40 - 2,20 cm dengan ukuran buku 0,65-1,10 cm. Warna kulit batang gambir agak kelabu tua,sedangkan wana daun hijau tua serta warna daun pucuk hijau muda. bobot daun 1,5 - 3,10 gr/daun (Denian dan Fiani, 1994).

Jumlah daun/ranting 6-18 helai, jumlah ranting/buku 4-11 ranting, jumlah buku/batang 4-11 buku, jumlah daun/tanaman menghasilkan 4,2-7,2 kg tergantung rimbun tanamannya serta bobot kering /ha 550-1.200 kg ( Danian dkk, 2005).

Gambir dalam pertumbuhannya memerlukan cahaya penuh, dan tahan terhadap naungan pada waktu muda gambir mempunyai akar tunggal yang tumbuh cepat dan dengan akar-akar permukaan yang banyak. Bunga berbentuk corong kembang berwarna hijau putih muda dan setelah mekar menjadi putih dan buah yang sudah tua berbentuk bulat dan sangat kecil (Paradika, 2009).

(2)

Tanaman gambir dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Klas : Angiospermae Sub-klas : Monocotyledonae Ordo : Rubiales Famili : Rubiceae Genus : Uncaria

Species : Uncaria gambir Roxb 2. Syarat tumbuh

Menurut Nazir (2000) tanaman gambir ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan di Sumatera, Kalimantan dan di Semenanjung Malaya. Disamping itu, gambir juga ditanam di Jawa, Bali, dan Maluku.

Tanaman gambir dibudidayakan pada lahan ketinggian 200 - 800 m di atas permukaan laut mulai dari topograpi agak datar sampai di lereng bukit. Budidaya ini ditanam secara tradisional serta jarang diberi pemupukan, dengan topograpi bergelombang (40% s/d 80%). Tanah yang cocok untuk tanaman gambir adalah podsolik merah kuning dan latasol dengan ph tanah 5 - 6,5. Tanaman gambir tumbuh pada iklim dengan curah hujan 2000 s/d 3000 mm pertahun dengan paling lama kemarau selama 4 bulan. Biasanya ditanam sebagai tanaman perkebunan atau di pinggiran hutan.

(3)

3. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan stek batang

Sebagai salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif, stek menjadi alternatif yang banyak dipilih orang karena caranya sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Wudianto (1998) mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar, batang, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah stek akar, stek batang, stek daun, dan sebagainya.

Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat- sifat lainya. Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu mempunyai akar, batang, dan daun yang relatif singkat (Widianto, 1998).

Stek batang adalah stek yang umum dipakai dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Dalam perbanyakan vegetatif yang dimaksud dengan stek batang dan stek pucuk adalah yang menggunakan batang dan pucuk stek. Stek batang adalah pembiakan tanaman yang menggunakan bagian batang agak tua dengan memotong bagian pucuknya yang dipisahkan dari induknya. Stek batang ini diambil dari bagian tanaman yang ortotrop dan mengharapkan tumbuhnya tunas dari kuncup – kuncup tunas yang tumbuh di ketiak tanaman. Stek batang didefinisikan sebagai pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian batang sampai pucuk yang dipisahkan dari induknya, sehingga menghasilkan tanaman yang sempurna. Menurut Yasman dan Smits (1988), stek batang pucuk ini sebaiknya diambil dari bagian tanaman ortotrof sehingga diharapkan dapat membentuk suatu batang yang kokoh dan

(4)

lurus keatas.

Keuntungan dari perbanyakan ini adalah lebih efisien jika dibandingkan dengan cara lain karena cepat tumbuh dan penyediaan bibit dapat dilakukan dalam jumlah yang besar. Sedangkan kesulitan yang dihadapi adalah selang waktu penyimpanan relatif pendek antara pengambilan dan penanaman (Wudianto, 1988). Dengan demikian sumber bahan vegetatif haruslah dicari atau dipilih pohon-pohon unggul dengan produksi tinggi, tahan hama dan penyakit serta mudah penanamannya. Sedangkan yang berkaitan dengan persiapan bahan stek, Yasman dan Smits (1988) menerangkan bahwa pemotongan bagian pangkal stek sebaiknya 1 cm dibawah buku (node) karena sifat anatomis dan penimbunan karbohidrat yang banyak pada buku tersebut adalah lebih baik untuk perakaran stek.

1. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek

Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor lingkungan dan faktor dari dalam tanaman.

1.1. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya (Hartman, 1983). Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembapan yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari

(5)

patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah dan pasir.

Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21°C sampai dengan 27°C pada pagi dan siang hari dan 15°C pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi (Hartman, 1983).

1.1.1. Media tumbuh

a. Media perakaran untuk stek

Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek.

Beberapa media perakaran stek yang dilakukan adalah tanah subsoil, tanah topsoil, pupuk kandang, dan kompos. Pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman didalam pembibitan. Peranan dari pupuk kandang ini dapat mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur, dan kalium, dan meningkatkan kapasitas tahan kation tanah. Disamping itu pupuk kandang dapat melepaskan unsur P dari oksida Fe dan Al, dan dapat memperbaiki sifat - fisik dan struktur tanah, serta dapat membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro dan mikro sehingga dapat mengurangi proses pencucian unsur.

b. Tanah

(6)

berpasir. Fraksi lempung tanah ini umumnya didominasi oleh mineral silikat tipe 1:1 serta oksidan dan hidroksida Fe dan Al, sehingga fraksi lempung tergolong beraktivitas rendah dan daya memegang lengas juga rendah. Karena umumnya memiliki kandungan bahan organik rendah dan fraksi lempungnya beraktivitas rendah maka kapasitas tukar kation tanah (KTK) tanah Potsolik juga rendah, sehingga relatif kuat memegang hara tanaman dan unsur hara mudah tercuci.

Tanah podsolik merah kuning atau Ultisol termasuk tanah bermuatan terubahkan (Variable charge), sehingga nilai KTK dapat berubah bergantung nilai pH nya. Peningkatan pH akan diikuti oleh peningkatan KTK, lebih mampu mengikat hara K dan tidak mudah tercuci.

Hasil penelitian Sukarji dan Hasril, (1994) menunjukkan pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning, penggunaan tanah lapisan bawah (30-60 cm) dengan kadar 67% (67% subsoil + 33% topsoil) dan 100% subsoil menghasilkan pertumbuhan bibit yang kurang baik, sedangkan pada kadar 33% (33 % subsoil + 67 % topsoil) memberikan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (100 % topsoil).

c. Pupuk Organik

Suwardjono, (2003) mengatakan bahwa pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehinga, dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman. Peranan dari pupuk kandang antara lain (1) mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur, dan kalium, (2) meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, (3) melepaskan unsur P dari oksida Fe dan Al, (4) memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, dan (5) membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro dan mikro sehingga dapat

(7)

mengurangi proses pencucian unsur.

Pemberian bahan organik pada tanah masam dapat meningkatkan serapan P karena setelah bahan organik terdekomposisi akan menghasilkan beberapa unsur hara seperti N, P dan K serta menghasilkan asam humat dan fulvat yang memegang peranan penting dalam pengikatan Fe dan Al yang larut dalam tanah sehingga ketersediaan P akan meningkat (Hasanudin, 2003).

Menurut Soetedjo, (2004) bahwa pupuk organik kirinyu (Chromolaena odorata) adalah kaya nitrogen. Dalam penelitian di laboratorium kandungan hara kirinyu (Chromolaena odorata) dalam daun adalah : N 5,2% , P 0,8%, K 2,89% , Ca 3,19%, Mg 0,71% Na 0,01% (Soetedjo, 2004). Dari data tersebut bahwa Kirinyu (Chromolaena odorata) dapat digunakan dengan baik sebagai pupuk organik baik di lahan pertanian maupun di pembibitan.Tingginya kandungan N tersebut adalah dapat memacu peretumbuhan.

4.1.2. Cahaya

Dalam siklus hidupnya setiap tanaman memerlukan cahaya matahari yang berperan dalam fotosintesis. Peranan utama cahaya matahari dalam fotosintesis antara lain sebagai sumber energi, sebagai pengangkut elektron untuk membentuk reduktan dalam bentuk NADPH, dan berperan dalam reduksi CO2 menjadi C6H12O6 (Ariffin, 1989).

Menurut Fitter dan Hay (1992), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis, serta secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keduanya sebagai akibat respon metabolik yang langsung dan lebih kompleks oleh pengendalian morfogenesis.

(8)

Cahaya yang berperan dalam fotosintesis jika dilihat dari sifat gelombangnya adalah cahaya yang masuk dalam ukuran PAR (Photocintetic Active Radiation) atau yang biasanya dikenal dengan cahaya tampak (vicible light). PAR ini hanya menduduki 45 persen dari total radiasi matahari dan hanya radiasi dengan panjang 0,4 – 0,7 mikron yang aktif digunakan dalam proses Fotosintesis (Sugito, 1994)

Intensitas cahaya pada siang hari di dataran tinggi di Indonesia (1000 m dpl) adalah sebesar 50.000 lux. Oleh karena itu untuk memperoleh intensitas cahaya yang sesuai bagi tanaman gambir pada pembibitan diperlukan naungan misalnya dengan paranet. Menurut Schmidt, (2002) , paranet berfungsi sebagai pelindung bibit dari intensitas cahaya matahari, paranet berfungsi juga untuk melindungi bibit dari curah hujan yang tinggi, angin, suhu yang fluktuatif (Schmidt, 2002).

Prastowo dan Roshetko, (2006) menyatakan bahwa fungsi naungan pada bibit sewaktu kecil adalah mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan, menciptakan iklim mikro yang ideal bagi pertumbuhan awal bibit, menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun – daun muda serta menurunkan suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya curahan air hujan dan menghemat penyiraman air.

Pengaruh intensitas cahaya terhadap bibit.

Hasil penelitian pada tanaman anggrek menunjukkan, tanaman yang mendapat intensitas cahaya 55%, menghasilkan daun terlebar, dan pembentukan tunas terbaik dibandingkan tanaman yang mendapat perlakuan intensitas cahaya 65% dan 75% (Widiastoety dan Bahar, 1995). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Widiastoety, dkk (2000), yang menunjukkan tanaman yang dihadapkan

(9)

pada intensitas cahaya 55% memberikan produksi bunga dan lebar daun tertinggi serta pembentukan tunas terbaik, sedangkan naungan 75% menyebabkan tanaman menghasilkan panjang tangkai bunga tertinggi.

Pada penelitian yang menggunakan bibit kayu bawang naungan yang terbaik adalah pada kerapatan 55% memberikan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibanding dengan perlakuan tanpa paranet ,khususnya pada paranet tinggi dengan diameter tanaman 30,05 cm dan 4,85 cm pada umur 3 bulan di persemaian (Siahaan dkk , 2007).

Pemberian naungan pada berbagai stadia pertumbuhan pada berbagai macam varietas tanaman kedelai berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, berat 100 biji, dan produksi biji kering. Pemberian naungan 20% memberikan hasil yang lebih baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian polong dibandingkan dengan awal tanam atau awal berbunga (Herawati dan Saaludin, 1995).

Figa, ( 2007 ) menunjukkan bahwa tanaman pada bibit beringin yang hidup tanpa naungan tanaman jauh lebih tinggi dari pada tanpa naungan serta pertumbuhan yang relatif lambat. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit beringin sangat dipengaruhi oleh cahaya.

Firman dan Ruskandi, (1995) menyatakan pengaruh naungan pada penyambungan tanaman jambu mete menunjukkan bahwa tanaman yang disambung di bawah paranet menghasilkan persentase tingkat keberhasilan paling tinggi pada umur 4 bulan setelah penyambungan. Hal ini kemungkinan disebabkan iklim mikro pada tempat tersebut berada dalam kondisi yang stabil, tidak berfluktuasi tajam sehingga mendukung proses perlautan batang bawah dan

(10)

batang atas.

Hasil penelitian Mansur, ( 2009 ) pengaruh pertumbuhan dan pembuahan tanaman Vamili terhadap naungan menunjukkan bahwa naungan dengan kerapatan (65-75) kurang baik untuk semua parameter pertumbuhan vegetatif.Tingkat naungan terbaik adalah (35-5%) untuk klon 1 maupun klon 2. 4.2. Faktor bahan stek

Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh (Kramer dan Kozlowzky, 1960)

a. Umur bahan stek

Menurut Hartman (1983), stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek.

b. Jenis tanaman

Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif (Kramer, 1960).

(11)

c. Adanya tunas dan daun pada stek

Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin (Hartman, 1983).

d. Persediaan bahan makanan

Menurut Haber (1957) persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.

e. Zat pengatur tumbuh

Menurut Heddy (1991) hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon pada tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli kimia (Kusumo, 1984). Hormon tanaman (fitohormon) adalah “regulators” yang dihasilkan oleh tanaman sendiri dan pada kadar rendah mengatur proses fisiologis tanaman. Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat dihasilkannya ke tempat keaktifannya (Kusumo, 1984). Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Thimann (1973) dalam Kusumo (1984) berpendapat bahwa hubungan antara pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah,

(12)

sebaliknya menghambat pertumbuhan pada kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk pertumbuhan akar jauh lebih rendah kira-kira 1.100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan batang (Kusumo, 1984).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks demikian, manajemen produktivitas adalah bagai- mana cara mengelola suatu usaha supaya lebih efisien dalam penggunaan input untuk memak- simalkan

- Form Ubah akan tampil, isikan perubahan data pada Form tersebut lalu klik simpan atau tekan tombol ENTER pada Keyboard untuk berpindah field dan

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bangka Nomor 2 Tahun 1980 tentang Retribusi Pembuangan Sampah Dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Bangka

Dari hasil penelitian pengaruh jenis bahan dan jumlah sudu didapatkan hasil bahwa kincir berbahan fiber dan alumunium merupakan kincir yang memiliki prospek untuk dikembangkan

Berdasarkan hal tersebut penulis membuat laporan akhir ini dengan judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Pintu Rumah Untuk Penetapan Harga Jual Pada CV Sinar

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Desa Banjarsari tergolong tinggi karena sebagian besar

Oleh karena studi ini memfokuskan pada kajian kebutuhan pelayanan kawasan industri mebel Kalijambe berdasarkan preferensi pengusaha kecil (perajin) dan menengah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepedulian sosial siswa SD di Kecamatan Kalideres paling banyak berada pada