• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KARAKTER PENDUGA HASIL PADA POPULASI GENOTIP F3 PERSILANGAN SILUGONGGO X MILKY RICE BERDASARKAN SIDIK LINTAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KARAKTER PENDUGA HASIL PADA POPULASI GENOTIP F3 PERSILANGAN SILUGONGGO X MILKY RICE BERDASARKAN SIDIK LINTAS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KARAKTER PENDUGA HASIL PADA POPULASI GENOTIP F3 PERSILANGAN SILUGONGGO X MILKY RICE BERDASARKAN SIDIK LINTAS

Oleh:

Dyah Susanti, Suwarto dan Totok Agung Dwi Haryanto

Peneliti Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

ABSTRAK

Perakitan varietas unggul padi berdaya hasil tinggi, umur genjah, dan kualitas hasil tinggi dapat dilakukan melalui persilangan. Seleksi daya hasil terhadap genotip-genotip hasil persilangan dapat dilakukan melalui seleksi tak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan dan pengaruh langsung dan tak langsung antara komponen-komponen hasil dengan hasil pada populasi F3 hasil persilangan Silugonggo dan Milky Rice, guna mendapatkan karakter penduga yang dapat digunakan dalam seleksi tak langsung terhadap hasil.Penelitian dilaksanakan di Desa Sokawera, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah pada bulan September 2010 sampai dengan Januari 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Perbesaran. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, umur panen, jumlah anakan produktif, jumlah anakan total, panjang malai, jumlah gabah isi per rumpun, bobot 1000 biji, persentase gabah isi per rumpun, dan bobot gabah per rumpun. Data pengamatan dianalisiskorelasi sederhana dan dilanjutkan dengan analisis koefisien lintas.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada komponen hasil yang berhubungan erat dengan hasil. Terdapat dua karakter yang memiliki pengaruh langsung yang lebih besar dibandingkan dengan koefisien korelasinya, yaitu karakter jumlah anakan produktif dan jumlah gabah isi per rumpun, sehingga karakter-karakter tersebut dapat dijadikan sebagai indeks kriteria seleksi efektif untuk menduga hasil.

Kata kunci: padi, sidik lintas, seleksi tak langsung, hasil, komponen hasil ABSTRACT

Rice cultivar improvement in high yielding, short harvesting age and high rice quality could be done through hybridization. Genotypes yield screening in F3 population produced from hybridization, could be selected by indirect selection. This research aimed to study correlation direct and indirect influence between yield components with yield in F3 population of Silugonggo x Milky Rice, in order to gain some secondary characters used in indirect selection for yield of rice. This research was carried out at Sokawera Village, Baturaden Sub-District, Banyumas District, Central Java Province at September 2010 until January 2011.The experimental design used was Augmented Design. The characters observed were plant height, harvesting age, productive tiller number, tiller number, panicle length, number of filled grains per hill, weight of 1000 seeds, filled grain percentage per hill, and grain weight per hill. Data were analyzed by simple correlation analysis and followed by path analysis. There was not any yield component character related to yield. Based on the path analysis, there were two characters which have a greater direct influence than its correlation coefficient, they were productive tiller number and filled grain percentage per hill. It means that the two characters could beused as effective selection criterias for yield prediction.

Key words: rice, path analysis, indirect selection, yield, yield component PENDAHULUAN

Peningkatan produksi padi gogo di lahan kering dapat diupayakan dengan cara meningkatkan daya hasil varietas yang ditanam, maupun dengan memperpendek umur panennya. Umur genjah padi gogo akan berdampak pada peningkatan frekuensi panen dalam satu musim.

Apabila tersedia padi gogo berdaya hasil tinggi dan umur genjah, maka petani lahan kering dapat menanam lebih dari satu kali dalam satu tahun pada musim hujan.

Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman telah

(2)

menginisiasi program perakitan padi yang berumur genjah, memiliki daya hasil dan kualitas hasil tinggi melalui persilangan antara varietas Silugonggo yang berumur sangat genjah dengan galur maupun varietas dengan daya hasil dan kualitas hasil tinggi. Tiga populasi famili F3 yang diperoleh, berpotensi untuk menghasilkan padi gogo berdaya hasil tinggi dan umur genjah, yaitu hasil kombinasi persilangan Silugonggo x G 39, Silugonggo x Menthik Wangi, serta Silugonggo x Milky Rice. Silugonggo merupakan padi genjah yang telah adaptif dan disukai petani karena umurnya yang pendek dan relatif stabil produksinya. G 39 merupakan galur harapan padi gogo yang memiliki daya hasil tinggi, aromatik dan rasa nasi pulen. Sedangkan Menthik Wangi dan Milky Rice merupakan padi sawah sebagai donor sifat daya hasil dan kualitas hasil yang tinggi. Hasil persilangan varietas-varietas ini dengan Silugonggo diharapkan mampu memperbaiki daya hasil, umur panen dan kualitas hasil padi gogo yang telah yang akan dihasilkan. Seleksi terhadap famili F3 ini masih dilanjutkan hingga diperoleh galur-galur harapan dengan karakter yang diharapkan. Mempertimbangkan kendala-kendala yang dapat terjadi selama pengujian, seperti kendala iklim dan organisme pengganggu tanaman, serta untuk meningkatkan daya guna dan hasil

dilakukan seleksi tak langsung. Karakter penduga hasil diperlukan untuk melakukan seleksi tak langsung. Upaya mendapatkan indikator seleksi tak langsung untuk meningkatkan efektivitas seleksi dalam perakitan varietas padi gogo genjah dan berdaya hasil tinggi ini dilakukan melalui analisis korelasi dan sidik jalin.

Korelasi merupakan suatu

keterkaitan atau hubungan antara dua variabel (Susanto et al., 2003). Salah satu

karakter yang ada pada tanaman

merupakan hasil dari pengaruh antar karakter yang satu dengan karakter yang lainnya. Nilai korelasi yang tinggi dan signifikan menunjukkan bahwa kedua sifat tersebut akan selalu bersama-sama. Hubungan antara dua karakter dapat dilihat dari nilai koefisien korelasinya, nilai koefisien ini berada antara -1 sampai dengan +1, dengan nilai ekstrim menunjukkan hubungan linier yang sempurna (Gomez dan Gomez, 1984). Nilai koefisien korelasi negatif (-) menunjukkan hubungan linier yang berlawanan sedangkan nilai koefisien korelasi positif (+) menunjukkan adanya hubungan linier yang searah. Nilai koefisien nol (0) menunjukkan bahwa kedua karakter tersebut tidak terdapat hubungan.

Pola hubungan antara hasil dan komponen hasil dapat diketahui melalui

(3)

(Budiarti et al., 2004). Analisis ini mengukur derajat hubungan antara dua karakter atau lebih, baik dari segi genetik maupun non genetik (Soemartono, 1988). Kelemahan dari analisis korelasi ini adalah tidak terjabarkannya pola hubungan antar karakter, sehingga tidak dapat diketahui pengaruh langsung maupun pengaruh tak langsung dari setiap karakter yang dikorelasikan dengan hasil. Pengaruh langsung dan tak langsung hanya dapat diketahui melalui sidik jalin, dengan adanya koefisien lintas.

Koefisien lintas dapat dihitung melalui persamaan regresi berganda atau dari persamaan simultan dari variabel korelasi antara variabel bebas (Cohen et al., 2005). Korelasi antara variabel bebas dapat berupa korelasi fenotipik, korelasi genotipik maupun korelasi lingkungan. Pengaruh langsung dan tidak langsung dalam sidik lintas merupakan hasil pecahan masing-masing karakter yang dikorelasikan dengan hasil gabah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara komponen pertumbuhan dan komponen hasil dengan hasil, serta mengetahui pengaruh langsung dan tak langsung antara komponen pertumbuhan dan komponen hasil dengan hasil pada populasi F3 hasil persilangan Silugonggo dan Milky Rice, guna mendapatkan

karakter penduga yang dapat digunakan dalam seleksi tak langsung terhadap hasil. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan mulai September 2010 sampai dengan Januari 2011, di Desa Sokawera,

Kecamatan Baturaden, Kabupaten

Banyumas. Materi yang digunakan adalah genotip-genotip populasi F3 hasil persilangan varietas Silugonggo dan varietas Milky Rice, yaitu populasi G52, G53, G54 dan G55. Materi penelitian disusun berdasarkan Augmented Design dengan menggunakan dua varietas pembanding, yaitu varietas Silugonggo dan Milky Rice.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Korelasi Karakter Pertumbuhan dan Komponen Hasil dengan Hasil

Nilai korelasi yang diperoleh untuk karakter pertumbuhan dan komponen hasil (tinggi tanaman, umur panen, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang malai, bobot 1000 biji, jumlah gabah isi per rumpun dan persentase gabah isi per rumpun terhadap bobot gabah per rumpun) bervariasi dari -0,008 sampai dengan 0,756 (Tabel 1). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Gomez dan Gomez (1984) bahwa nilai koefisien berada antara -1 sampai dengan +1.

(4)

Tabel 1. Korelasi komponen pertumbuhan dan komponen hasil dengan hasil genotip F3 Silugonggo x Milky Rice

Karakter Nilai korelasi

Tinggi tanaman 0,079 tn

Anakan total -0,059 tn

Anakan produktif -0,044 tn

Umur Panen -0,051 tn

Panjang malai -0,008 tn

Jumlah gabah isi 0,043 tn

Persentase gabah isi 0,025 tn

Bobot 1000 biji 0,013 tn

Keterangan: tn = tidak nyata.

Pengetahuan tentang adanya korelasi antar sifat-sifat tanaman merupakan hal yang sangat berharga dan dapat digunakan sebagai dasar program seleksi agar lebih efisien (Chozinet al., 1993). Seleksi dapat berjalan secara efektif jika diketahui keeratan hubungan atau korelasi antara karakter yang dituju dengan karakter lain sebagai penduga (Welsh, 1991).

Tidak terdapatnya karakter yang berkorelasi dengan hasil, menunjukkan bahwa semakin tinggi atau semakin rendahnya karakter-karakter tersebut, tidak akan mempengaruhi tinggi rendahnya hasil.Tidak berkorelasinya karakter-karakter komponen hasil dengan hasil pada penelitian ini dikarenakan populasi F3 hasil persilangan Silugonggo dan Milky Rice merupakan populasi yang masih memiliki tingkat segregasi yang tinggi,

sehingga karakter-karakter yang

dihasilkan beragam, maka dari itu akan sulit untuk didapatkan nilai korelasi antar dua sifat tanaman. Beberapa penelitian,

seperti yang dilakukan oleh Watto et al.(2010) juga tidak memperoleh korelasi pada karakter jumlah anakan produktif, jumlah gabah total permalai, bobot 1000 biji, panjang malai dan persentase gabah isi dengan hasil.

Penentuan Karakter Penduga Hasil Berdasarkan Sidik Lintas

Sidik lintas dapat membagi koefisien korelasi antara hasil dengan karakter lain yang mempengaruhi hasil menjadi pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Sidik lintas dapat digunakan untuk mempelajari jalur-jalur hubungan antar karakter, seperti komponen

pertumbuhandan hasildengan hasil

tanaman, baik yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung dengan hasil. Pemilihan sifat yang berkaitan dengan hasil menjadi efektif. Tingginya pengaruh langsung dari suatu sifat menunjukkan seleksi langsung berdasarkan sifat tersebut, dimana pada kondisi lain tetap, akan memberikan kontribusi peningkatan hasil yang besar. Kontribusi

(5)

koefisien lintas terhadap nilai korelasi beberapa karakter kuantitatif dengan hasil gabah padi populasi F3 hasil persilangan Silugonggo dan Milky Rice tersaji pada Tabel 2.

Terdapat dua karakter yang memiliki nilai pengaruh langsung yang lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien korelasinya, yaitu jumlah anakan produktif (0,07041) dan jumlah gabah isi per rumpun (0,10572) dengan nilai koefisien korelasi masing-masing (-0.044) dan (0,043). Iskandar dan Oliem (2002) melaporkan adanya pengaruh langsung yang besar terhadap hasil yaitu pada karakter jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah total per malai, jumlah gabah isi per malai dan bobot 1000 biji. Demikian pula Sutaryoet al. (2003) dan Surek and Beser (2003) menyatakan bahwa jumlah anakan produktif, persentase gabah isi dan panjang malai memiliki nilai koefisien lintas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan koefisien

korelasinya. Semakin besar nilai koefisien lintas maka secara relatif makin besar pengaruh yang diberikan variabel (Sitepu, 1994). Berdasarkan nilai tersebut, kedua karakter dapat dijadikan sebagai kriteria yang efektif untuk menduga hasil.

Gambar 1 menunjukkan bahwa karakter jumlah anakan total, panjang malai dan persentase gabah isi memiliki nilai koefisien lintas yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai koefisien korelasinya.Keadaan ini disebabkan karena adanya pengaruh tidak langsung yang cukup besar melalui karakter jumlah anakan produktif pada setiap karakter-karakter tersebut (Gambar 1), sehingga menyebabkan nilai koefisien lintasnya menjadi kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah anakan produktif maka karakter jumlah anakan total, panjang malai dan persentase gabah isi juga akan semakin meningkat,namun belum tentu diikuti dengan naiknya bobot gabah per rumpun.

Tabel 2. Koefisien jalur lintasan komponen hasil terhadap hasil

X X1 X2 X3 X4 X5 r X1 0,00390 0,01253 0,00005 -0,01317 0,00035 -0,0590 X2 0,01253 0,07041 0,00010 -0,07307 0,00173 -0,0440 X3 0,00005 0,00010 0,00002 -0,00012 -0,00002 -0,0080 X4 -0,01317 -0,07307 -0,00012 0,10572 -0,00532 0,0430 X5 0,00035 0,00173 -0,00002 -0,00532 0,00211 0,0250

Keterangan: X1= anakan total, X2= anakan produktif, X3 = panjang malai, X4= jumlah gabah isi/rumpun, X5= persentase gabah isi per rumpun dan r = koefisien korelasi

(6)

Gambar 1. Diagram lintasan komponen-komponen hasil dengan hasil genotip-genotip F3 populasi hasil persilangan Silugonggo x Milky Rice.

Hal tersebut diduga disebabkan oleh adanya faktor lingkungan seperti masa vegetatif yang terlalu lama menyebabkan meluasnya indeks luas daun sehingga ruang untuk perluasan daun terbatas hal ini menjadikan derajat penyerapan cahaya akan menurun, selain itu selama proses pertumbuhan tanaman akan menyerap banyak zat hara yang ada dalam tanah sehingga persediaan hara dalam tanah akan menurun pada fase-fase berikutnya. Kedua faktor lingkungan tersebut dapat menurunkan laju fotosintesis dan asimilat yang dihasilkan menjadi sedikit hal tersebut menyebabkan tingkat kehampaan padi menjadi tinggi atau berkurangnya

pengisian gabah dan akumulasi karbohidrat (Soemedi, 1977).

Menurut Singh dan Chaudhary (1979), jika koefisien lintas dan koefisien korelasinya besar dan bertanda positif maka korelasi tersebut menjelaskan adanya hubungan yang sebenarnya antara dua sifat tersebut, sedangkan jika koefisien korelasinya bernilai besar positif namun koefisien lintasnya bernilai kecil negatif berarti korelasi yang ada merupakan sebagai akibat dari adanya pengaruh tidak langsung.

Berdasarkan pembahasan yang mengacu pada pedoman dasar umum Singh dan Chaudhary (1979) diatas,

(7)

persilangan Silugonggo dan Milky Rice, terdapat dua karakter yang memiliki nilai koefisien lintas yang besar, yaitu jumlah anakan produktif dan jumlah gabah isi per rumpun sehingga kedua karakter tersebut dapat dijadikan sebagai kriteria yang efektif untuk menduga hasil.

KESIMPULAN

1. Tidak terdapat karakter komponen hasil yang dapat digunakan sebagai karakter penduga hasil pada populasi F3 hasil persilangan Silugonggo dan Milky Rice, karena tidak terdapat korelasi.

2. Jumlah anakan produktif dan jumlah gabah isi per rumpun dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi yang efektif untuk menduga hasil, karena memiliki nilai pengaruh langsung lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien korelasinya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami sampaikan kepada DP2M Dikti yang telah memfasilitasi pelaksanaan rangkaian penelitian ini, serta berbagai pihak yang telah memberikan dukungan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardimar, A.A. Syarif dan Z.

Hamzah.1995. Potensi Hasil Dan Kontribusi Karakter Agronomis Terhadap Hasil Galur Padi

Gogo.Risalah seminar, hasil-hasil penelitian balitan sukarami. Balai penelitian tanaman pangan sukarami.

Badan Pusat Statistik. 2011. Konsumsi Beras

Indonesia.http://www.bps.go.id/tnmn _pgn.php. diakses 08 November 2011

Borojevic, S. 1990. Priciples and Medhods of Plants Breedings, Elsevier Sciense, New York.368 p.

Budiarti, S. G., Y. R. Rizki, dan YW.C. Kusumo. 2004. Analisis Koefisien lintas Beberapa sifat pada Plasma Nutfah Gandum (Triticum aestivum L.) Koleksi Balitbiogen, Zuriat 15(1):31-40.

Chozin, M. D. Suryati, M. Taufik, D.W. Ganefianti dan Suprapto. 1993. Variabilitas genetic tanaman kedelai. Kumpulan Makalah Hasil Penelitian Staf Pengajar Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Cohen, P.R., A. Carlson, L. Ballesteros, and R. St. Amant. 2005. Automating path analysis for building causal models from data. Computer Science

Technology Report 93−98.

Experimental Knowledge System

Laboratory.Departement of

Computer Science University of Massahusetts. Amherst, MA 01003.

Desta W, Widodo I, Sobir,

Trikoesoemaningtyas, Sopandie S. 2006. Pemilihan karakter agronomi untuk menyusun indeks seleksi pada 11 populasi kedelai generasi F6. Bul.Agron.(34)(1) 19-24.

Falconer DS, Mackay TFC. 1996. Introduction to Quantitative Genetics. Fourth Edition.Longman. Essex. 356 hal.

Genefianti, D.W, Yulian, dan A.N. Suprapti. 2006. Korelasi dan sidik

lintas antara pertumbuhan,

(8)

gugur buah pada tanaman cabai.Jurnal Akta Agrosia Vol.9 (1). Gomez KA, Gomez AA. 1984. Prosedur

Statistik untuk Penelitian

Pertanian.Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal.

Iskandar dan T. M. H. Oliem. 2002. Potensi hasil dan kontribusi terhadap hasil padi gogo. Jurnal penelitian pertanianvol21(1): 11-18. Jennings, P. R., W. R. Coffaman and H. E.

Kauffman. 1979. Rice improvement. IIRI. Los Banos. Phillipines.186 p. Kaher, A. 1983. Perbaikan varietas padi

gogo pada lahan marginal.Dalam Syam,, M., Hermanto, A. Musaddad dan Sunihardi (Eds). Kinerja

Singh, R.K. and B.D. Chaudhary. 1979. Biometrical Method in quantitative Genetic Analysis. Kalyani Publisher. New Delhi.

Sitepu, N. S. K. 1994. Analisis Jalur (Path Analysis). Unit Pelayanan Statistika

Jurusan Statistika FMIPA

Universitas Padjajaran, Bandung. Soemedi. 1982. Bercocok tanam padi.

Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.108 hal.

Suhartini, Darajat, Warsono, Sudarmo dan Ardjasa. 1999. Kolerasi dan koefisien lintasan pada padi sawah keracunan Fe. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (18) (2).

______, A. A. Drajat, Adijono P. A., dan Warsono. 1999. Penelitian perbaikan toleransi padi sawah terhadap keracunan Fe. Laporan Penelitian Proyek PAATP, Balai Penelitian Padi. Badan Litbang Pertanian. Suprapto. 1995. Sidik lintas pada tanaman

kedelai untuk efisiensi dalam

perakitan varietas unggul.

J.Penelitian Universitas Bengkulu. 3:16-22.

Surek, H., and N. Beser. 2003. Correlation and Path analysis for some yield-related traits in rice (Oryza sativa L.,) under thrace conditions. Truk j Agric. Vol. 27: 77-83.

Totowarsa. 1982. Analisis jalinan hubungan antar peubah penelitian. Bahan seminar dalam forum seminar berkala. Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran, Bandung Usman. 1999. Penggunaan analisis

lintas dan analisis diskriminan pada komponen hasil dan hasil tanaman padi.(Skripsi). Jurusan Statistika. FMIPA.Institut Pertanian Bogor. Watto, J.I., A. S. Khan, Z. ali, M. Babar,

M. Naeem, m. Amanullah and N. Hussain. 2010. Study of correlation among yield related traits and path coefficient analysis in rice (Oryza sativa L.,). African Jurnal of Biotechnology. Vol 9 (46): 7853-7856.

Gambar

Tabel  1.  Korelasi  komponen  pertumbuhan  dan  komponen  hasil  dengan  hasil  genotip  F3 Silugonggo x Milky Rice
Gambar 1 menunjukkan  bahwa karakter  jumlah  anakan  total,  panjang malai  dan  persentase  gabah  isi  memiliki nilai  koefisien  lintas  yang  lebih  kecil  jika dibandingkan  dengan  nilai  koefisien korelasinya.Keadaan ini disebabkan karena adanya  p
Gambar  1.  Diagram  lintasan  komponen-komponen hasil dengan  hasil  genotip-genotip  F3 populasi hasil persilangan Silugonggo x Milky Rice.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil menunjukkan bahwa beberapa karakter morfologi yaitu jumlah anakan produktif, sudut daun bendera, kerontokan, jumlah gabah hampa, warna telinga daun, warna leher

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan keragaan fenotipe F1 dan heterosis karakter bobot gabah per rumpun, hasil, bobot 1,000 butir gabah, jumlah gabah isi per malai,

Berdasarkan hasil pengamatan karakter fenotipe kuantitatif (vigor, umur bunga 50%, umur panen, tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, gabah isi, gabah hampa, bobot

Seleksi untuk mendapatkan padi beras hitam yang berpotensi hasil tinggi dengan cara memilih genotipe yang memiliki anakan produktif tinggi, malai panjang, dan jumlah gabah isi per

Berdasarkan hasil analisis sidik lintas tujuh genotip Padi Hibrida Japonica, sebagian besar karakter agronomis umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah

8 HASIL DAN DISKUSI Berdasarkan hasil sidik ragam terhadap karakter yang diamati menunjukkan tinggi tanaman saat panen, jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif, jumlah gabah