• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Hubungan Antara Self Monitoring Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Hubungan Antara Self Monitoring Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat perilaku konsumtif juga banyak melanda kehidupan remaja kota-kota besar yang sebenarnnya.

(2)

Pelaku utama gaya hidup konsumtif adalah kelompok usia remaja. Hal tersebut terkait dengan karakteristik remaja yang mudah terbujuk dengan hal-hal yang menyenangkan, ikut–ikutan teman, dan cenderung boros dalam menggunakan uang. Sifat- sifat remaja ini yang dimanfaatkan oleh para produsen untuk memasarkan barang hasil produksinya sehingga mereka dapat dengan mudah menjual dan mendapatkan hasil dari barang produksinya. Hal tersebut diperkuat oleh survey pada bulan Agustus tahun 2005 yang menyebutkan bahwa 93% konsumen yaitu remaja menganggap belanja ke mal merupakan hiburan atau rekreasi (Tambunan, 2001).

Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup mahasiswa. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.

(3)

akan memandang orang tua mereka sebagai mesin uang yang akan memberi mereka uang setiap mereka minta.

Gejala ini menunjukkan adanya kebutuhan pada remaja untuk memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku dirinya terhadap kelompok dimana remaja berada, dengan menggunakan ragam strategi dan teknik, salah satunya adalah dengan teknik self-monitoring.

Setiap individu berbeda dalam memilih jenis informasi yang digunakan untuk konsep dirinya. Tiap‐tiap individu memiliki kesadaran berbeda‐beda tentang cara menampilkan perilaku pada orang lain yang disebut sebagai Self Monitoring (Penrod, 1986). Self Monitoring adalah kemampuan individu untuk menangkap petunjuk yang ada di sekitarnya, baik personal maupun situasional yang spesifik untuk mengubah penampilannya, dengan tujuan menciptakan kesan positif yang meliputi kemampuan individu untuk memantau perilakunya dan juga sensitivitas individu untuk melakukan pemantauan terhadap dirinya (Hiskawati, 2004).

(4)

mempresentasikan diri, menyadari tentang bagaimana menampilkan dirinya pada orang lain (Penrod, 1986).

Hal lain yang menunjukkan pola hidup konsumtif adalah pada saat ini, semua kemajuan berpusat pada dunia barat, mulai dari teknologi, mode pakaian, permainan (Timezone), sampai tempat makan (Pizza Hut, KFC,AW, Mc Donald, Es Teler 77, dll). Sehingga tercipta sebuah trend dan gaya hidup perkotaan. Iklan-iklan makanan dan minuman, pakaian, teknologi sampai pada pilihan gaya hidup yang ber-merk asing setiap hari ditayangkan di media, menggambarkan pola-pola gaya hidup dunia barat yang merasuki remaja-remaja Indonesia khususnya di kota-kota besar. Gaya hidup konsumtif tersebut dapat terus mengakar dalam gaya hidup remaja, dimana dalam perkembangannya mereka dapat menjadi dewasa dengan gaya hidup konsumtif baik secara sadar atau pun tidak. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Pada akhirnya perilaku seperti ini tidak hanya memiliki dampak ekonomi, tetapi juga dampak psikologis maupun sosial (Arsy, 2006).

(5)

Mahasiwa dipandang oleh masyarakat sebagai individu yang terpelajar, mengalami pematangan dalam berfikir, berpenampilan menarik, rapi dan sopan santun. Pandangan inilah yang akhirnya membuat mahasiswa untuk mengondisikan diri selalu tampil menarik, elegan dan rapi (Purnomo, 2011). Hal ini sering diartikan oleh mahasiswa bahwa untuk tampil menarik harus memakai pakaian yang baru dan ber- merk, membeli produk untuk menjaga gengsi, membeli barang-barang mahal agar telihat tampil menarik, membeli produk agar dipandang hebat, dan membeli barang mahal agar terlihat lebih hebat. Hal inilah yang akhirnya membuat mahasiswa memiliki gaya hidup konsumtif untuk memenuhi tuntutan gaya hidupnya. Mahasiswa akan lebih percaya diri terhadap penampilannya ketika mahasiswa sudah dapat tampil layak sesuai dengan standar penampilan yang telah dibuatnya (Rujtee, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Enrico, dkk (Amalia, 2016) pada 270 responden di Jakarta terdapat 4 faktor dominan yang berpengaruh terhadap perilaku konsumtif mereka, yaitu penggunaan produk dan daya beli, status sosial, kepuasan, dan prestis. Menurut Kim dan Kang (Amalia, 2016) penelitian juga menunjukkan bahwa keputusan pembelian, tindakan perilaku fisik pembelian, langsung terkait dengan pengaruh pribadi (misalnya, nilai- nilai, sikap, latar belakang, keyakinan, dll), kelompok rujukan, atau media.

(6)

dinilai kurang untuk memenuhi kebutuhan setiap bulanya, 27 diantaranya selalu meminta uang tambahan di pertengahan bulan kepada orang tua mereka sedangkan 8 diantaranya mengaku mengambil uang di tabungan untuk memenuhi kebutuhanya 8 diantara mereka mengaku bahwa uang yang diberikan orang tua sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan perbulanya sedangkan sisanya, 7 orang mengaku bahwa uang yang diberikan orang tua setiap bulanya masih bisa sisa untuk ditabung. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 16.38 WIB dengan salah satu responden Mahasiswi berinisial AR, mengatakan bahwa setiap melihat ada barang yang menarik selalu ingin di beli. Bahkan AR mengatakan pernah membeli barang yang sama namun dengan warna yang berbeda, ketertarikannya pada barang tersebut dikarenakan model yang bagus sehingga ia ingin memiliki dua atau tiga barang yang sama namun dengan warna yang berbeda. Salah satu alasan AR membeli barang adalah tuntutan lingkungan dan pergaulan dengan teman-teman dekat AR yang selalu berpenampilan fashionable hal ini menuntut AR untuk tampil berbeda setiap harinya untuk bisa diterima dikomunitasnya hal ini menunjukan bahwa AR berusaha untuk menunjukan apa yang terbaik melalui petunjuk-petunjuk yang ada disekitarnya. Hal inilah yang disebut sebagai self monitoring yang tinggi sehingga AR menjadi konsumtif.

(7)

untuk membeli barang tersebut. Pembelian barang terkadang dilakukan FR berdasarkan media cetak yaitu melalui katalog, hal ini dilakukan karena banyaknya pilihan serta bermacam-macam model dari barang tersebut. Hal ini menunjukan sikap impulsive buying karena penangaruh lingkungan . hal ini berarti FR menangkap informasi-informasi di sekitarnya untuk dijadikan bahan evaluasi diri yang menandakan bahwa FR memiliki self monitoring yang tinggi yang memicu perilaku konsumtif pada dirinya. Sikap membeli suatu barang sering tidak didasari pada kebutuhan yang sebenarnya dikarenakan perilaku yang dilakukan semata-mata demi kesenangan, sehingga menyebabkan seseorang cenderung lebih konsumtif dalam membeli barang.

Penelitian sebelumnya oleh Anin A.F dkk (2011). Self monitoring mempunyai pengaruh terhadap impulsive buying terutama terhadap produk

fashion pada remaja. Sumbangan efektif self monitoring terhadap impulsive

buying terhadap produk fashion pada remaja sebesar 16,2 %. Angka tersebut

menunjukkan proporsi pengaruh self monitoring yang cukup besar terhadap

impulsive buying pada produk fashion mengingat banyaknya faktor‐faktor lain

yang mempengaruhi impulsive buying. Dibuktikan dalam penelitian Astuti pada

tahun 2005 yang membuktikan bahwa program pemberian hadiah dan potongan harga mempengaruhi besarnya impul‐ sive buying yang dilakukan seseorang. Dari penelitian ini diketahui bahwa self monitoring mengiringi impulsive buying yang

dilakukan remaja pada produk fashion. Selain faktor tersebut, masih terdapat

(8)

remaja, jumlah uang saku, dan faktor‐faktor lain yang mempenga‐ ruhi impulsive

buying remaja terhadap produk fashion.

Mahasiswi mempresentasikan diri melalui penampilan oleh karena itu produk fashion adalah hal penting untuk mereka. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya (Anin dkk, 2008) bahwa remaja mengkonsumsi produk fashion berdasarkan perasaan dan emosi ingin diterima kelompok melalui penampilan. Produk fashion merupakan mode pakaian, termasuk semua aksesori seperti ikat pinggang, sepatu, topi, tas, kaus kaki dan pakaian dalam. Arloji dan handphone juga dapat menjadi produk yang memiliki modenya sendiri sehingga sebagian masyarakat menganggap keduanya sebagai produk fashion

Hasil Penelitian sebelumnya mengenai makna dari perilaku konsumtif, termanifestasi dalam bentuk kegemaranya berbelanja, berbelanja bukan hanya sekedar membeli barang, memakai atau menghabiskan barang tersebut. Namun lebih dari itu semua belanja adalah cara untuk dapat dihargai dan diakui keberadaanya di lingkungan sosial. Selain itu Belanja sudah menjadi identitas ( Umami & Nurcahyati, 2013 )

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalahnya adalah “Apakah ada hubungan antara Self Monitoring dengan kecenderungan perilaku konsumtif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta?” dari

rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dengan mengadakan penelitian dengan judul : “ Hubungan Antara Self Monitoring

(9)

B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui hubungan antara Self Monitoring dengan Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta

2. Mengetahui tingkat Self Monitoring pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta

3. Mengetahui tingkat Kecenderungan Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta

4. Mengetahui Sumbangan efektif Self Monitoring terhadap Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta

C.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari sisi : 1. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi tempat penelitian untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

2. Bagi Mahasiswa

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan antara Self Monitoring dengan kecenderungan perilaku konsumtif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

Jika diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, noda adalah bercak sehingga menjadikan adanya noda. Noda tersebut dapat mengotori, mencemarkan; menjelekan;merusak. 11

Usahatani budidaya padi sawah di daerah penelitian yaitu Gampong Blang Mee, Pasie Aceh, Aron Tunong dan Gempa Raya terdapat keuntungan yang bervariasi setelah dikurangi

Bagi mengesan perubahan tren guna tanah, jangka masa perubahan 20 tahun dianalisis melibatkan tahun 1992, 2002 dan 2012 berdasarkan peta digital guna tanah Parit Raja yang

Dengan menggunakan tingkat signifikansi ( α ) sebesar 10% maka dapat disimpulkan bahwa variabel prediktor global secara serentak berpengaruh terhadap pemodelan angka

Berkaitan dengan uraian di atas maka tidak berlebihan jika penulis akan mencoba untuk meneliti tentang permainan futsal ini, yaitu tentang kekuatan otot

Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena

enam puluh ribu rupiah). Demikian Harap

Hal ini dimaksudkan pula untuk mencari kelengkapan data yang terkait “Implementasi Budaya Religius dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Peserta Didik (Studi Multi