• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN IKLIM KEHIDUPAN KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN IKLIM KEHIDUPAN KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

1. LEMBAR PENGESAHAN ………. i

2. PERNYATAAN ……… ii

3. ABSTRAK ………. iii

4. ABSTRACT ……….. iv

5. KATA PENGANTAR ………... v

6. UCAPAN TERIMA KASIH ………. vii

7. DAFTAR ISI ……… xi

8. DAFTAR TABEL ……… xv

9. DAFTAR GAMBAR ……… xvi

10.DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Rumusan Masalah ………... 12

C.Tujuan Penelitian ………. 12

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ………... 13

E.Asumsi ………. 14

F. Hipotesis ………. 15

G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……… 15

(2)

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ……… 19

1. Teori Kewarganegaraan ……… 19

2.Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan ……….. 25

3. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ……... 30

4. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ………… 36

B. Iklim Kehidupan Keluarga ……… 41

1. Pengertian Keluarga ………... 41

2.Iklim Keluarga ……… 43

3.Fungsi dan Peran keluarga ………... 46

C. Karakter Siswa ……….. 56

1. Hakekat Karakter ……….. 56

2. Cakupan Karakter ………... 64

D. Hasil-Hasil Terdahulu yang Relevan ……….. 68

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data …………. 69

1. Pendekatan ………... 69

2. Metode Penelitian ……… 70

3. Teknik Pengumpulan Data ……….. 71

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 72

1. Populasi ……….. 72

(3)

C. Prosedur Penelitian ……… 76

1. Persiapan ……… 76

2. Pelaksanaan Penelitian ………... 77

3. Pengolahan Data ……….… 77

D. Teknik Analisa Data ………. 77

1. Menguji dengan Analisis Regresi Sederhana dan Ganda….. 79

2. Kaidah Pengujian Signifikansi ……….. 82

E. Instrumen Penelitian …...………. 83

1. Penyusunan Instrumen ……….. 83

2. Uji Coba Instrumen ………... 84

2.1 Reliabilitas ……….. 85

2.2 Validitas ……….. 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum ………. 88

B.Deskripsi Hasil Penelitian ……… 91

1. Hasil Penelitian Deskriptif ……… 96

1.1 Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 98

(4)

1.3 Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Pembentukan

Karakter Siswa ……… 99 2. Pengujian Hipotesis ……… 101 2.1 Terdapat Pengaruh Positif Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap Pembentukan Karakter Siswa.. 102 2.2 Terdapat Pengaruh Positif Iklim Kehidupan Keluarga

terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 102 2.3 Terdapat Pengaruh Positif Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga

terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 102 C. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 103 1. Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 103 2. Pengaruh Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Siswa ………. 108

3. Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 113

(5)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Karakter merupakan watak/ciri seseorang yang dapat membedakan satu

dengan yang lainnya. Karakter dapat memberikan peran dan fungsi terhadap

tingkah laku seseorang. Pembentukan karakter merupakan proses tanpa henti yang

diperoleh dari pendidikan, pengalaman hidup dan lingkungannya. Kesuksesan

seseorang menurut Dewajani(2008) lebih dipengaruhi dari karakter yang dimiliki

dibandingkan dengan kecerdasannya. Berdasarkan hasil riset Mitshubisi Research

Institute (2000) menyatakan bahwa keberhasilan seseorang 40% bergantung pada

soft skills yang dimilikinya, 30% tergantung pada kemampuan networking dan

20% tergantung pada kecerdasannya, baru 10% diantaranya ditentukan dari uang

yang dimilikinya.

Menurut Branson (1999:51) karakter dapat dideskripsikan menjadi dua

yaitu karakter publik dan privat. Karakter dianggap penting sebab indepedensi

warga negara yang memiliki dimensi tanggung jawab dan harga diri serta

martabat akan membuat seseorang menjadi warga negara yang baik dan cerdas.

Salah satu upaya dalam pembentukan karakter warga negara adalah melalui

pengembangan pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun

masyarakat. Melalui pendidikan menurut Tirtarahardja (2005:1) bermaksud

membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi

kemanusiaannya, tujuan mendidik hanya dapat dilakukan dengan baik dan benar

(7)

Manusia memiliki ciri khas yang disebut hakikat manusia. Dengan pemahaman

akan hakikat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia

sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

Menurut Langeveld ( Rifai, 1984;110) tujuan pendidikan adalah

‘menjadikan anak didik yang belum dewasa menjadi seorang dewasa yang mampu

bertindak sebagai orang yang berkepribadian, yang sosial dan etis’. Pada bagian

lain Tirtarahardja ( 2005: 33-35) mengungkapkan bahwa ‘berdasarkan fungsinya

pendidikan dapat dilihat sebagai proses penyiapan warga negara yang diartikan

sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar

menjadi warga negara yang baik.’ Dalam Undang-undang No.20/2003 pasal 1 (1)

tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Selanjutnya dalam Undang-undang No. 20/2003 pasal 3 tentang sistem

pendidikan nasional dinyatakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Dari kedua isi pasal tersebut di atas, secara tersirat ada upaya

pengembangan karakter peserta didik yang dilakukan melalui pendidikan dan

diperlukan agar sumber daya manusia Indonesia memiliki kemampuan yang dapat

(8)

diharapkan dapat terus mempertahankan eksistensi bangsa ditengah lingkungan

pergaulan dunia. Pandangan di atas dipertegas oleh Cogan and Derricott

(1998:13) bahwa :

A citizen was defined as ‘a constituent member of society’. Citizenship, on the other hand, was said to be ‘a set of characteristics of being a citizen’. And finally, citizenship education, the underlying focal point of the study, was defined as ‘the contribution of education to development of those characteristics of being a citizen’.

Maknanya warga negara adalah anggota suatu masyarakat. Dengan kata lain untuk

menjadi warga negara yang berkarakter mesti dididik melalui pendidikan

kewarganegaraan. Kemudian enurut Alexis de Toqueville, seperti yang dikutip

Branson (1998:2) bahwa:

...each new generation is a new people that must acquire the knowledge, learn the skills, and development the disposition or trait of privat and public character that undergird a constitutional democracy. Those dispositions must be fostered and nurtured by word and study and by the power of example.

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa setiap generasi adalah merupakan

generasi baru yang harus memperoleh pengetahuan, mempelajari keahlian, dan

mengembangkan karakter atau watak publik maupun privat yang sejalan dengan

demokrasi konstitusional. Sikap mental ini harus dipelihara dan dipupuk melalui

perkataan dan pengajaran serta kekuatan keteladanan. Apalagi anak menurut

Djahiri (1985:21) secara sosiologis hidup dalam dunia nyata kehidupan

lingkungannya sehingga harus mampu hidup fungsional dan bermasyarakat

(sociatable).

Melihat betapa pentingnya karakter bagi setiap individu sehingga

(9)

tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan

martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Untuk Karakter publik tidak

kalah penting. Kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan

aturan main (rule of law), berfikir kritis dan kemauan untuk mendengar,

bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar

demokrasi berjalan dengan sukses.

Pengembangan karakter bagi para siswa dapat dilakukan baik

dilingkungan sekolah maupun dalam lingkungan keluarga (rumah tangga),

termasuk dalam lembaga-lembaga keagamaan serta organisasi kemasyarakatan

lainnya. Untuk dunia persekolahan pengembangan karakter siswa dapat

dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan, namun demikian menurut

Sapriya (2007:2) bahwa upaya pendidikan kewarganegaraan belumlah optimal

dan mencapai harapan. Bahkan hingga saat ini program pendidikan ini

dipertanyakan keberadaan dan kenyataannya. Pada bagian lain Winataputra

(2007:165) mengungkapkan bahwa dari analisis terhadap perkembangan

pendidikan kewarganegaraan di Indonesia sampai dengan saat ini, dapat dikatakan

bahwa baik dalam tataran konseptual maupun dalam tataran praksis terdapat

kelemahan paradigmatik yang sangat mendasar. Kelemahannya adalah dalam

konseptualisasi pendidikan kewarganegaraan, penekanan yang sangat berlebihan

terhadap proses pendidikan moral yang behavoristik, ketidakkonsistenan

penjabaran dimensi tujuan pendidikan nasional ke dalam kurikulum pendidikan

kewarganegaraan, dan keterisolasian proses pembelajaran nilai Pancasila dengan

(10)

dengan kenyataan bahwa pada dasa warsa (1962-1998) mata pelajaran yang

sekarang bernama PKn mengalami perkembangan secara fluktuatif, mulai dari

pelajaran civics atau PKN, PMP, PMPKN, PPKn dan sekarang menjadi PKn.

Namun adanya perubahan tersebut diharapkan mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan akan dirasakan sangat penting dalam proses pembentukan

karakter siswa sebagai warga negara yang merupakan isyarat dari civic education

yang bermutu. Dalam kaitan ini Cogan (1999:4) menegaskan bahwa:

Civic Education “…the foundation course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives”. Citizenship Education or Education for Citizenship “…both these in school experiencess as well as out of school or non formal/informal learning which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media, etc which help to shape the totality of the citizen”.

Maknanya adalah Civic Education merupakan suatu mata pelajaran dasar di

sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar kelak

setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat. Citizenship Education

atau Education for Citizenship digunakan sebagai istilah yang memiliki pengertian

yang lebih luas yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan luar sekolah

seperti rumah, organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, media massa

dan lain-lain yang berperan membantu proses pembentukan totalitas atau

keutuhan sebagai warganegara.

Dalam kurikulum saat ini mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

merupakan mata pelajaran wajib mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan

perguruan tinggi, sebab peranan dan tanggung jawab sekolah menurut Quigley

(11)

… to see the relevance of a civic dimension for their lives. Dalam hal ini

bermakna bahwa memperkuat kebajikan warga negara dan kesadaran sebagai

warga negara dan membantu siswa untuk melihat kesesuaiannya dari aspek

kewarganegaraan dalam kehidupannya.

Dalam Undang-undang No.20/2003 pasal 37 (1) tentang sistem

pendidikan nasional menyatakan bahwa dalam kurikulum pendidikan dasar dan

menengah wajib memuat beberapa mata pelajaran yaitu (a) pendidikan agama, (b)

pendidikan kewarganegaraan, (c) bahasa, (d) matematika, (e) ilmu pengetahuan

alam,(f) ilmu pengetahuan sosial,(g) seni dan budaya, (h) pendidikan jasmani dan

olah raga, (i) keterampilan/kejuruan, dan (j) muatan lokal. Kemudian dalam ayat

(3) dinyatakan untuk kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah (a)

pendidikan agama, (b) pendidikan kewarganegaraan dan (c) bahasa. Lebih khusus

lagi dalam kurikulum 2004 (Depdiknas,2003) menyatakan pendidikan

kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan

pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia

dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan

berkarakter yang diamatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya dalam

Rencana Program Pembelajaran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang

dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan dan Depdiknas (2006) jelas

dijabarkan tentang visi dan misi serta tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.

DimanaVisi pendidikan kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata

pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation dan

(12)

kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik, yakni

warganegara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun

PKn sebagai Civic Education bertujuan mengembangkan potensi agar siswa (1)

memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, kreatif, sehingga mampu

memahami berbagai wacana kewarganegaraan, (2) memiliki keterampilan

intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan

bertanggungjawab, (3) memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan

norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Salah satu upaya mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan

kewarganegaraan maka perlu mengembangkan tiga komponen utama yang

dipelajari dalam pendidikan kewarganegaraan. Merujuk pada pendapat Branson

seperti yang dikutip Budimansyah (2008:55) bahwa : ‘terdapat tiga komponen

utama yang perlu dipelajari dalam PKn yaitu civic knowledge, civic skill, civic

dispositions’. Dari ketiga komponen dasar tersebut yang mengisyaratkan pada

pengembangan karakter siswa adalah watak kewarganegaraan (civic

dispositions). Menurut Winataputra (2007:191): “Komponen dasar ketiga dari

civic education adalah watak kewarganegaraan (civic disposition) yang

mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi

pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional”. Sedangkan

menurut Quigley (Komalasari,2008:85) bahwa:

(13)

skepticism, recognition of ambiguity), compromise (conflict of principles, compassion, generosity, and loyality to the nation and its principles.

Maknanya adalah kesopanan yang mencakup penghormatan dan interaksi

manusiawi, tanggung jawab individual, disiplin diri, kepedulian terhadap

masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisisme,

pengenalan terhadap kemenduan, sikap kompromi yang mencakup

prinsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran

dan keajekan, kaharuan, kemurahan hati, dan kesetiaan terhadap bangsa dan

segala prinsipnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Komalasari (2008:87) tentang

pembelajaran kontekstual dalam pendidikan kewarganegaraan dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar siswa SMP di Jawa Barat memiliki aspek disposisi

kewarganegaraan tinggi. Dengan tingginya aspek disposisi kewarganegaraan

siswa SMP di Jawa Barat, merupakan suatu dorongan bagi pendidikan

kewarganegaraan untuk membentuk karakter siswa secara lebih baik yang

didukung pula oleh lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam kaitan ini

Robinson (Suriakusumah, 1992:33) menegaskan bahwa :

A proces comprising all the positive influence which are intended ti shape a citizens view og his in society... civic education is therefore, for more than a course of study. It comes partly from formal scholing, partly from parental influence, and partly from learning outside the classroom and the home. Through civic education our youth are helped to gain an understanding of our national ideals, the common good and then proceses of self government.

Berdasarkan pendapat Robinson tersebut terlihat bahwa pelajaran pendidikan

kewarganegaraan tidak hanya mencakup program sekolah tetapi berasal dari

(14)

sehingga pendidikan kewarganegaraan dapat membantu siswa dalam memahami,

menghayati dan melaksanakan cita-cita nasional serta mampu menyusun suatu

keputusan yang tepat dalam menghadapi berbagai macam permasalahan. Apalagi

melihat situasi saat ini banyak terjadi berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh

para siswa, mulai dari pembentukan gank perempuan, gank motor, pesta miras,

perayaan kelulusan yang dilakukan dengan mencoret pakaian seragam sekolah

sampai dengan konvoi kendaraan bermotor yang mengganggu kelancaran lalu

lintas. Bahkan belakangan ini sering terdengar tawuran mahasiswa antar

perguruan tinggi yang dulu tidak pernah terjadi ditambah lagi banyak para pelajar

yang terlibat narkoba,pornografi, banyak anak yang tidak lagi menghargai orang

tuanya, banyak siswa yang kurang menghormati gurunya. Jika dilihat dari segi

kehidupan berbangsa menurut Azra (2006:149-150) bahwa :

Sejak awal masa reformasi melanda bangsa Indonesia maka terjadi berbagai krisis seperti krisis moneter, ekonomi, dan politik yang mengakibatkan terjadinya krisis sosial-kultural di dalam kehidupan bangsa dan negara. Hal ini mempelihatkan bagaimana pembangunan karakter bangsa ini menjadi permasalahan serius dan selalu aktual.

Krisis sosial yang terjadi saat ini seperti tidak adanya kepercayaan kepada

penguasa, banyak warga yang melanggar norma-norma atau aturan yang telah

ditetapkan, terjadinya dekadensi moral, adanya perbedaan upah antara pekerja

asing dan lokal sehingga berakibat kecemburuan sosial dan terjadilah kerusuhan

dan pembakaran pabrik oleh para buruh. Semua kenyataan tersebut merupakan

suatu tantangan yang harus dibenahi secara bersama agar tercipta warganegara

yang berkarakter baik. Penciptaan warga negara yang baik bukan merupakan

(15)

komprehensif dari semua pihak mulai dari lingkungan keluarga, sekolah maupun

masyarakat.

Usaha sekolah dalam pembentukan karakter siswa yang salah satunya

melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan tidak dapat terpisahkan dari

lingkungan keluarga dan keduanya memerlukan hubungan yang sinergi. Hal ini

sesuai pendapat Winataputra ( 2007:59) bahwa komponen lain yang juga

dianggap penting dalam pembentukan karakter adalah peranan keluarga karena

diyakini merupakan komponen kunci dalam program civic education seperti yang

dikemukakan Quigley (Winataputra, 2007:59) bahwa ‘…family involvement

should be considered a key component of any fully developed civic education

program’, artinya keterlibatan keluarga seyogyanya dianggap sebagai komponen

kunci berkembangnya program “civic education”.

Dalam Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Sekolah dan Lingkungan

Sekitar, yang dikeluarkan oleh Depdiknas (2007:8) diyatakan bahwa :

Paradigma baru hubungan keluarga, sekolah dan masyarakat, semua pihak (orang tua dalam keluarga, sekolah dan masyarakat ) secara bersama-sama bertanya “apa yang dapat kita kerjakan bersama untuk mendidik anak dengan baik” atau “What can all of us together do to educate all children well.”

Hal tersebut dapat dimaknai bahwa perhatian pendidikan untuk anak atau peserta

didik bukan hanya tanggung jawab sekolah semata tetapi merupakan kerjasama

yang baik antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam kaitan ini An-Nahlawi

(1996:227) menegaskan bahwa sekolah harus berupaya berfungsi sebagai

pelengkap pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan anak dimulai di dalam

(16)

yaitu keluarga dan sekolah perlu dibangun suatu kerjasama yang jelas. Dalam hal

ini keterlibatan lingkungan keluarga (rumah tangga) yang merupakan lingkungan

utama dan pertama dalam mendidik anak memang sangat penting sebab menurut

Sumantri (2003:1.7) bahwa “pendidikan dalam keluarga mengenal adanya the

golden rules”. Selanjutnya L. Kohlberg (Sumantri,2003:1.7) mengungkapkan

bahwa ‘keluarga merupakan pusat pendidikan pertama yang di kenal oleh anak, di

mana keluarga ini mempunyai peran mensosialisasikan adat istiadat, kebiasaan,

peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan’. Pada bagian lain keluarga

menurut Hafidh (2006:9) adalah:

Benteng pertahanan aqidah. Maka, benteng itu harus kokoh dari dalam. Setiap individu berjaga-jaga pada posisinya masing-masing. Jika tidak, benteng itu akan mudah bobol. Oleh karena itu, setiap mukmin wajib mengamankan bentengnya masing-masing dari dalam.

Salah satu upaya agar benteng pertahanan aqidah tetap kokoh, maka orang tua

sebagai penentu pembentukan karakter anak di rumah maupun guru yang ada di

sekolah terlebih lagi guru pendidikan kewarganegaraan harus paham betul

kebutuhan peserta didiknya baik dalam bentuk pemberian kasih sayang,

pemberian penghargaan dan pengakuan atas keberadaan sang anak serta

memberikan motivasi untuk menjadi lebih baik. Hal tersebut ditegaskan oleh

Partoyo (2008:28) bahwa:

Kebutuhan yang terpenting di dalam diri sang anak adalah kebutuhan akan kasih sayang, kedamaian dan ketenangan, kebebasan, pengaruh yang mengendalikan dan mengarahkan, penghormatan dan penghargaan, dorongan dalam mencapai keberhasilan, permainan (petualangan dan spekulasi).

Dengan pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan peserta didik dalam

(17)

kehidupan keluarga yaitu dari segi pemberian ketenangan, penghormatan dan

penghargaan terhadap hak dan kewajiban serta penghargaan akan harkat, derajat

dan martabat terhadap dirinya maka diharapkan dapat menumbuhkembangkan

karakter siswa dalam mengantisipasi situasi dan kondisi saat ini.

.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan maka peneliti

akan memfokuskan pada permasalahan bagaimana pengaruh pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga terhadap

pembentukan karakter siswa . Penelitian ini akan dilakukan kepada para siswa

SMP di kabupaten Sumedang.

Mengingat rumusan masalah tersebut di atas begitu luas maka secara

khusus peneliti ingin mengungkapkan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap

pembentukan karakter siswa ?

2. Bagaimana pengaruh iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter

siswa ?

3. Bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim

kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendapatkan gambaran

(18)

a. Pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembentukan

karakter siswa .

b. Pengaruh iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.

c. Pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan

keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Secara teoritik penelitian ini akan mengungkap dan mengkaji tentang

bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim

kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa. Sedangkan secara

khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

1. Pengembangan keilmuwan pendidikan kewarganegaraan agar visi, misi dan

tujuan pendidikan kewarganegaraan tercapai.

2. Pengembangan keilmuwan pendidikan kewarganegaraan terhadap komponen

dasar dari civic education yaitu civic skill, civic knowledge dan terutama

watak kewarganegaraan (civic disposition) yang mengisyaratkan pada

karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan

pengembangan demokrasi konstitusional.

3. Para pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan atau pemerintah sebagai

masukan tentang pentingnya pendidikan kewarganegaraan terhadap

(19)

4. Para akademisi atau komunitas akademik, khususnya bidang studi pendidikan

kewarganegaraan sebagai bahan kontribusi kearah pengembangan ilmu

pendidikan kewarganegaraan.

5. Para praktisi tenaga kependidikan sebagai masukan dalam pengembangan

ilmu pendidikan kewarganegaraan.

6. Para praktisi pendidikan khususnya bidang studi pendidikan

kewarganegaraan, sebagai masukan bahwa dalam pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan agar selalu meningkatkan kuantitas dan kualitas

pendidikan dalam membentuk karakter siswa.

7. Masyarakat umum sebagai masukan akan pentingnya iklim kehidupan

keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.

E. Asumsi

Dalam penelitian ini penulis memiliki asumsi bahwa

1. Pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembentukan

karakter siswa sangat komplek dan memerlukan pendekatan yang

komprehensif serta melibatkan seluruh lingkungan kehidupan manusia, mulai

dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

2. Tanggungjawab utama dalam membentuk dan menanamkan prilaku etis serta

mengembangkan karakter privat termasuk karakter moral berada dipundak

keluarga, lembaga-lembaga keagamaan, tempat kerja serta bagian lain dari

(20)

3. Sekolah harus memainkan peranan utama dan menyeluruh dalam

mengembangkan karakter siswa. Program-program civic education hendaknya

secara efektif memberikan peluang bagi para siswa untuk mengembangkan

karakter publik dan privat yang diinginkan. (Branson ,1999:55-56)

4. Iklim kehidupan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam

membentuk watak atau karakter anak, sebab keluarga merupakan sekolah anak

untuk mulai belajar kesetiaan, kasih sayang, saling menghormati dan sifat-sifat

mulia lainnya.

F. Hipotesis

1. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap

pembentukan karakter siswa.

2. Terdapat pengaruh positif iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan

karakter siswa.

3. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan

iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.

G.Variabel Penelitian dan Definisi operasional

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (X1) dan Iklim Kehidupan Keluarga (X2) sebagai variabel bebas

serta Karakter Siswa (Y) sebagai variabel terikat. Untuk memperoleh ketajaman

(21)

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam penelitian ini mencakup

pengembangan yang terdiri dari strategi atau metode, media, keterampilan

membuka dan menutup pelajaran serta keterampilan bertanya.

2. Iklim kehidupan keluarga

Iklim kehidupan keluarga dalam penelitian ini meliputi penataan sosial yang

terdiri dari komunikasi antar anggota keluarga serta kekompakan antar anggota

keluarga. Kemudian penataan psikologis yang terdiri dari penataan emosional dan

suasana kejiwaan.

3. Karakter Siswa

Karakter siswa yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu mencakup

karakter publik yang terdiri dari sopan santun, ketaatan pada hukum, kepekaan

pada urusan publik, mau bekerjasama dengan orang lain, menghargai hak-hak dan

kepentingan orang lain, diskusi yang santun dan serius. Kemudian karakter privat

terdiri dari bertanggung jawab sesuai ketentuan, memelihara/menjaga diri,

disiplin diri dan berfikir kritis.

Untuk memudahkan pemahaman hubungan variabel bebas dan variabel

terikat, maka peneliti menyusunnya dalam hubungan variabel sebagai berikut:

X1

Y

X2

(22)

Rincian indikator setiap dimensi/variabel dapat dilihat pada tabel 1.1.

sebagai berikut:

Tabel 1.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian

NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR ALAT UKUR

(23)

J. Kerangka Pemikiran

Iklim kehiiupan

keluarga

Siswa Kebijakan

pemerintah Ekstra

kurikuler OSIS Guru

disekolah

Pembelaja ran PKn

Karakter siswa

Proses interaksi,

pembelajaran siswa

Kelompok belajar, agama, seni, O.R Kelompok

(24)

69 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif. Hal tersebut dilakukan karena peneliti ingin mendapatkan

data secara akurat agar dapat menganalisis data secara memuaskan, selain itu

untuk memudahkan mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi sesuai

dengan kebutuhan serta mendapatkan gambaran antara penyimpangan dengan

yang seharusnya. Kemudian Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mencari

hubungan antar variabel, menguji hipotesis, serta menjawab pertanyaan –

pertanyaan sesuai fenomena yang ada sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut

Creswell (2008:46) bahwa Quantitatif research is a type of educational research

in which the researcher decides what to study; asks specific, narrow questions;

collects quantifiable data from participants, analyzes these number using statistic;

and conducts the inquiry in an unbiased, objective manner. Maknanya adalah

penelitian kuantitatif merupakan penelitian pendidikan dimana peneliti

menentukan apa yang akan dipelajari; menanyakan hal yang spesifik, pertanyaan

yang terbatas; mengumpulkan data yang dapat diukur dari partisipan;

menganalisis data dengan menggunakan statistik; dan menyelidiki prilaku tanpa

memihak, sikap objektif. Sedangkan menurut pendapat Harahap (1992) bahwa

penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum

(25)

kuantitatif (Quantitatif Research), digolongkan ke dalam penelitian tradisional

atau konvensional, positivistic, eksperimental, empirik, pengukuran dan analisis

data yang dikuantifikasi, serta menggunakan model matematik.

2. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu cara atau alat untuk mencapai sesuatu. Menurut

Danial (2007:50) metode pada dasarnya merupakan alat yang digunakan untuk

mencapai sesuatu. Begitu juga dalam penelitian namun tidak sesederhana itu,

artinya memiliki karakteristik yang komplek, tidak sekedar alat belaka tetapi ada

tujuan tertentu dalam menggunakannya. Ada berbagai macam metode yang

diungkapkan para ahli metodologi dalam melaksanakan penelitian. Jika

diidentifikasi menurut Isaac dan Michael ( Danial, 2007:51) ada Sembilan

kategori dengan ciri dan tujuannya masing-masing yaitu : (1) metode historis

(historical), (2) metode deskriptif (descriptive), (3) metode perkembangan

(developmental), (4) metode kasus atau lapangan (case or field). (5) metode

korelasi (correlation) (6) metode komparatif (causal-comparative), (7) metode

eksperimen ( true eksperimental), (8) metode kuasi ekperimen

(quasi-experimental) dan (9) metode tindakan (action). Untuk penelitian ini metode yang

digunakan adalah metode deskriptif- analitik. Metode ini digunakan karena untuk

menganalisis dan mengungkap secara akurat serta memberikan gambaran secara

sistematik terhadap fenomena yang ada. Selain itu metode deskriptif menurut

Nawawi (2006:67) adalah sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah

(26)

lembaga, masyarakat, pabrik dan lain-lain) sebagaimana adanya berdasarkan

fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang diambil adalah sumber primer dimana data diperoleh

langsung dari responden. Mengingat jumlah responden cukup besar dan tersebar

di wilayah yang cukup luas maka teknik pengumpulan data yang dilakukan dan

dianggap efektif adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner, sebab ingin

mengumpulkan informasi terhadap variabel yang menjadi perhatian peneliti.

Angket/kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan menyerahkan

atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Menurut

Nasution (Danial, 2007:62) kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan informasi

berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada

responden sesuai dengan masalah penelitian.Sedangkan responden merupakan

orang yang memberikan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner

tertutup dimana menurut Arikunto (1998:151) kuesioner tertutup adalah

kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih

pada kolom yang sudah disediakan dengan memberi tanda contreng (V). Pendapat

lain yang sejalan dengan pengertian tersebut adalah pendapat yang dikemukakan

Danial (2007:63) bahwa angket tertutup adalah angket dengan pertanyaan yang

diajukan kepada responden telah disediakan jawabannya oleh peneliti. Responden

(27)

tidak diberikan kesempatan memberikan jawaban yang lain. Sebelum angket

digunakan maka terlebih dahulu diadakan uji coba untuk mengukur reliabilitas

dan validitas angket sehingga angket yang digunakan berikutnya untuk

pengumpulan data yang sebenarnya memiliki tingkat reliabilitas dan validitas

tinggi. Cara yang digunakan dalam pengumpulan data dari responden adalah

dengan menyebarkan angket, menganalisis hasil angket dan membuat kesimpulan

dari angket tersebut.

Kemudian skala yang digunakan agar pengukuran menghasilkan data

kuantitatif maka dilakukan dengan skala Likert yang memiliki lima alternatif

jawaban. Namun untuk kepentingan penelitian ini jawaban yang digunakan

sebanyak empat alternatif yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.

Sedangkan jawaban ragu-ragu tidak digunakan untuk menghindari keraguan dan

ketidakpastian jawaban dari siswa.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi berkenaan dengan ketertarikan peneliti terhadap sesuatu yang di

observer baik objek/subjek.yang memiliki karakteristik tertentu dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi menurut Sugiyono (2009:61) adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Wahyudin (2007:1) suatu populasi

(28)

diambil kesimpulannya.Suatu populasi lebih berkenaan dengan

observasi-observasi daripada dengan orang-orang. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu

untuk mengungkap dan mendapat gambaran pengaruh pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter

siswa, maka anggota populasi penelitian ini adalah siswa SMP se-kabupaten

Sumedang yang menurut data dari dinas pendidikan kabupaten Sumedang tahun

2010 terdapat 145 sekolah, dimana jumlah SMP negeri sebanyak 70 sekolah

sedangkan SMP swasta sebanyak 75 sekolah. Dari jumlah SMP negeri dan swasta

tersebut dapat diketahui jumlah siswa sebanyak 53.555 siswa yang tersebar pada

SMP negeri sebanyak 38.651 siswa dan SMP swasta sebanyak 14.904 siswa.

Untuk kepentingan penelitian ini maka populasi yang diambil adalah siswa kelas

VIII yang berjumlah 17.980 siswa yang terdiri dari SMP negeri berjumlah

12.914 siswa dan SMP swasta berjumlah 5.066 siswa. Hal ini dilakukan karena

siswa kelas VIII merupakan usia bagi siswa untuk menemukan jati dirinya serta

merupakan masa transisi yang rentan terhadap pengaruh lingkungan. Kemudian

usia sekolah lanjutan merupakan saat yang krusial dalam pengembangan peran

dan tanggung jawab warganegara. Pada usia inilah siswa menemukan identitas

dirinya dan perannya dalam masyarakat sekitarnya dan masyarakat dalam arti

keseluruhan.

2. Sampel Penelitian

Melihat begitu besarnya populasi yang ada, maka dalam penelitian ini

digunakan sampel atau satuan terbatas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri

(29)

Kerlinger (2006:188) sampel merupakan sesuatu bagian dari populasi atau

semesta sebagai wakil (representasi) populasi atau semesta itu.

Mengingat wilayah yang begitu luas, sehingga teknik penarikan sampel

secara acak sederhana, sistematis dan stratifikasi tidak bisa digunakan secara

langsung maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

sampel acak bertingkat (Multistage Random Sampling), dimana menurut Eriyanto

(2007:139-141) bahwa pada acak bertingkat, gugus atau klaster sangat besar.

Karena besar, gugus itu dipecah lagi ke dalam beberapa gugus, baru individu

diambil. Dengan demikian ada beberapa tahap dalam proses penarikan sampel.

Sampel acak bertingkat dilakukan pertama kali menentukan unit atau satuan

pertama kali dengan sampel diambil. Unit ini disebut sebagai Primary Sampling

Unit (PSU). PSU adalah satuan atau unit di mana individu menjadi bagian atau

anggota dari unit tersebut. Setelah PSU diambil, dilakukan proses random lagi

atas PSU itu ke dalam unit yang lebih kecil lagi. Dan begitu seterusnya sampai

unit yang paling kecil di mana responden diambil. Untuk kepentingan penelitian

ini, klaster yang digunakan adalah klaster wilayah yang terdiri dari wilayah kota,

kota sedang dan pinggiran.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak tujuh sekolah dan

setelah diambil secara acak ternyata yang terambil adalah SMP Negeri. Sampel

tersebut dianggap dapat mewakili populasi yang ada pada tiap-tiap klaster

(wilayah). Sekolah tersebut terbagi menjadi 2 SMP di wilayah kota, 3 SMP di

wilayah kategori kota sedang dan 2 SMP di wilayah pinggiran. Masing-masing

(30)

sebanyak 140 siswa. Hal ini berdasarkan pada pendapat Roscoe (Sugiyono

2009:74) bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30

sampai dengan 500. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik stratifikasi

tidak proporsional. Jumlah sampel pada masing-masing strata tidak diambil secara

proporsional artinya ada strata yang mendapat jumlah sampel lebih besar dari

proporsi sebenarnya dan ada strata yang mendapat jumlah sampel lebih kecil dari

proporsi yang seharusnya. Dari hasil pengambilan secara acak sekolah yang akan

dijadikan sampel pada tiap klaster serta penyebaran populasi dan sampel dari

sekolah yang diteliti maka hasilnya dapat terlihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Gambaran Populasi dan Sampel Penelitian

Nama Sekolah Populasi

Sampel Acak

Stratifikasi Tidak

Proporsional

Jumlah Prosen Jumlah Prosen

SMP Negeri 2 Sumedang 250 16,3 21 15

SMP Negeri 5 Sumedang 336 21,9 28 20

SMP Negeri 1 Pamulihan 251 16,4 21 15

SMP Negeri 1 Ganeas 107 7,0 15 10,7

SMP Negeri 2 Cimalaka 244 15,9 20 14,3

SMP Negeri 1 Tanjungkerta 206 13,4 18 12,9

SMP Negeri 1 Tanjungmedar 139 9,1 17 12,1

(31)

Dari masing-masing jumlah sampel setiap sekolah peneliti menentukan jumlah

siswa yang dibutuhkan berdasarkan kriteria siswa berprestasi tinggi, sedang,

rendah, lalu siswa yang ekonomi tinggi, sedang, rendah. Hal ini bukan berarti

hasil penelitian nantinya membahas berdasarkan kriteria tersebut diatas tapi

semata-semata untuk melihat pendapat dari responden dari berbagai latar

belakang siswa, sehingga data yang diperoleh diharapkan bervariasi dan lebih

objektif karena dianggap sampel siswa yang diambil tersebut mewakili siswa lain

dengan kriteria tadi.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama 3 bulan. Adapun tahapan penelitian

terdiri dari :

1. Persiapan

Pada tahap persiapan yang dilakukan peneliti adalah (1) melakukan

perumusan masalah (2) studi literatur untuk mencari teori-teori yang mendukung

pelaksanaan penelitian,(3) membuat surat perizinan dan mencari data sekolah serta

jumlah sekolah yang ada di kabupaten Sumedang kemudian menentukan sampel

sekolah dan siswa yang akan dijadikan subjek peneltian, (4) pembuatan angket atau

penyusunan instrumen penelitian sesuai dengan variabel yang telah ditetapkan, (5)

uji coba angket pada siswa di sekolah yang bukan termasuk dalam subjek

penelitian kemudian menganalisisnya untuk mengetahui reliabilitas dan validitas

soal yang dibuat. (6) survei awal dan permohonan izin dan bantuan terhadap

(32)

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan tahap persiapan selanjutnya melaksanakan penelitian

dengan mengunjungi sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Dengan bantuan

guru pendidikan kewarganegaraan dan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum

para siswa yang dijadikan sampel penelitian dikumpulkan dalam suatu ruangan

kelas kemudian instrumen penelitian atau angket dibagikan secara langsung oleh

peneliti dan diawasi sendiri oleh peneliti. Sebelum siswa menjawab pertanyaan

yang sudah tertera dalam angket terlebih dahulu peneliti menyuruh siswa membaca

seluruh petunjuk yang ada dan kemudian memperjelas kembali tujuan pengisian

angket serta tata cara pengisian angket yang benar. Setelah siswa selesai menjawab

maka angket tersebut diserahkan kembali kepada peneliti.

3.Pengolahan Data

Setelah semua angket dan data terkumpul, maka peneliti melakukan

verifikasi, pengolahan data secara statistik, menganalisis dan

menginterpretasikan hasil penelitian serta perumusan temuan penelitian dan

menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

D. Teknik Analisis Data

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data

(33)

lebih lanjut yaitu dengan menentukan kriteria yang telah ditetapkan dari jawaban

yang telah diberikan oleh responden. (2) Menentukan bobot nilai untuk setiap

kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan

skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya. (3)

Memasukan data/jawaban responden ke dalam tabel berdasarkan variabel

masing-masing dan dilakukan konfirmasi pencapaian untuk masing-masing-masing-masing variabel. (4)

Melakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data. Dari

analisis ini dapat diketahui rata-rata, median, standar deviasi dan varians data dari

masing-masing variabel. Tabel berikut ini dapat menjelaskan interpretasi

pencapaian variabel penelitian.

Tabel 3.2

Interpretasi Pencapaian Variabel Penelitian

Interval Pencapaian Variabel X1,X2 dan Y Kategori 80 – 100

(5) Melakukan uji korelasi, regresi Menguji dengan Analisis Korelasi Sederhana

dan Ganda

Untuk mencari hubungan antara variabel X1 dengan Y dan X2 dengan Y

serta X1 dan X2 terhadap Y maka dengan menggunakan teknik korelasi.

Analisis korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment (PPM)

(34)

rxy = n ∑ x1y1 – (∑ x1) (∑ y1)

√{n.∑X2 – (∑X)2}.{n.∑Y2 – (∑Y)2 }

Korelasi PPM dilambangkan rho (р) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari

harga ( -1≤ r ≤ + 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatitif sempurna, r

= 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Untuk

menentukan nilai r maka berpedoman pada tabel interpretasi koefisien nilai r

berikut ini :

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r

Interval Koefisien Tingkat hubungan

0,80 - 1,00

0,60 - 0,799

0,40 - 0,599

0,20 - 0,399

0,00 – 0,199

Sangat kuat

kuat

Sedang

Rendah

Sangat rendah

Sumber : Sugiyono ( 2009:231 )

1. Menguji dengan Analisis Regresi Sederhana dan ganda

Regresi sederhana di dasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal

antar satu variabel independen dan satu variabel dependen. Dalam uji ini

digunakan regresi Linier dan regresi ganda dengan rumus sebagai berikut :

Persamaan regresi dirumuskan sebagai berikut :

(35)

Dengan ketentuan sebagai berikut :

Ŷ = (dibaca Ŷ topi). Subjek variabel terikat yang diproyeksikan.

a = Nilai Y ketika harga X = 0 ( konstan )

b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan atau

penurunan variable dependen yang didasarkan pada perubahan variabel

independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Untuk mencari harga a digunakan rumus sebagai berikut : ∑Y – b. ∑X

a = --- n

Untuk mencari harga b maka digunakan rumus sebagai berikut : n. ∑XY - ∑X . ∑Y

b = --- n. ∑ X2 – (∑ X )2

Untuk persamaan regresi ganda dirumuskan sebagai berikut : Ŷ = a + b1X1 + b2X2

Adapun hubungan kausal variabel bebas dan terikat dapat dilihat seperti gambar

(36)

1

rx1,y Py€1

r12 rx1,x2,y

rx2,y

Gambar 3.1

Struktur Hubungan Kausal Variabel Bebas dan Terikat

Struktur hubungan kausal X1 dan X2 terhadap Y, langkah-langkah menguji path

analisis sebagai berikut :

a.Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural.

Struktur Y = p yx1 X1 + p yx2 X2

b.Menghitung koefisien yang didasarkan pada koefisien regresi sebagai berikut :

1. Menggambar diagram jalur lengkap, menentukan sub-sub strukturalnya dan

rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai dengan hipotesis yang

diajukan. Hipotesis naik turun variabel endogen (Y) dipengaruhi secara

signifikan oleh variabel eksogen ( X1 dan X2 )

2. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan.

Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan.

Persamaan regresi ganda :

Y = a + b1X1 + b1X2 X1

X2

(37)

Keterangan :

Pada dasarnya koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi yang

distandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset

dalam angka- angka baku atau Z-score ( data yang diset dengan nilai rata-rata = 0

dan standar deviasi = 1 ). Koefisien jalur yang distandarkan ( Standardized path

coefficient ) ini digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh ( bukan

memprediksi ) variabel bebas (eksogen) terhadap variabel lain yang diberlakukan

sebagai variabel terikat (endogen). Dengan program SPSS.16 menu analisis

regresi, koefisien path ditunjukan oleh output yang dinamakan coefficient yang

dinyatakan sebagai standardized coefficient atau dikenal dengan nilai Beta.

Analisis path tidak terpenuhi karena variabel relatif sedikit sehingga

koefisien jalur yang diperoleh sama dengan koefisien korelasi regresi sehingga

menggunakan regresi.

2.Kaidah Pengujian Signifikansi

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau ( 0,05 ≤ sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau ( 0,05 ≥ sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Hipotesis

penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai berikut : (1) Ho : ρ = 0 tidak ada pengaruh

(38)

E. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam peneltian

ini menggunakan angket yang bersifat tertutup. Penyusunan instrumen

berdasarkan pada indikator masing-masing variabel dengan mengacu pada

tata cara penyusunan angket yang baik. Untuk memberikan gambaran

tentang isi pertanyaan dalam angket yang akan disampaikan dapat dilihat

pada kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Nomor item

(39)

2. Penataan

Sebelum instrumen disampaikan pada responden yang termasuk dalam

sampel penelitian, maka instrumen diuji coba terlebih dahulu, ( angket uji coba

(40)

siswa/responden yaitu siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Tanjungkerta. Uji coba

instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang

akan digunakan untuk mengumpulkan data dari masing-masing variabel

penelitian. Dari hasil uji coba yang dilakukan diperoleh data seperti dapat dilihat

dalam lampiran 3.2

2.1Reliabilitas

Tabel 3.5

Rekapitulasi Reliabilitas Instrument Penelitian

Tahap

ujicoba Variabel

Koef Alpha

Cronbach Kategori Reliabilitas

I

Pembelajaran Pkn 0,924 Sangat tinggi

Iklim kehidupan keluarga 0,868 Sangat tinggi

Karakter siswa 0,908 Sangat tinggi

Dari rekapitulasi tabel di atas terlihat bahwa hasil uji coba yang telah dilaksanakan

dan dilakukan perhitungan reliabilitas maka untuk variabel pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan (X1) diperoleh hasil 0,924 dengan demikian berarti

reliabilitas soal tersebut sangat tinggi. Untuk variabel iklim kehidupan keluarga

(X2) setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,868

sehingga soal tersebut termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dan untuk karakter

siswa (Y) diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,908 sehingga soal tersebut

termasuk kategori reliabilitas sangat tinggi. Reliabilitas instrumen ini diperlukan

(41)

diharapkan hasil penelitian akan reliabel.Untuk lebih jelasnya daftar reliabilitas

soal dapat dilihat pada lampiran 3.3.

2.2Validitas

Instrumen soal yang valid merupakan syarat agar dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur serta diharapkan hasil penelitian akan

menjadi valid. Untuk menentukan valid tidaknya item butir uji coba, di

konsultasikan pada kriteria validitas dengan menggunakan daftar koefisien korelasi

pada tingkat kepercayaan 5%, dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40

orang, sehingga didapat harga rkritis = 0,320 artinya nilai koefisien korelasi Alpha

Cronbach’s untuk validitas butir soal tersebut termasuk pada kategori valid,

bilamana perolehan minimal koefisien korelasinya mencapai 0,32. Untuk

rekapitulasi secara keseluruhan dari validitas soal dapat dilihat pada tabel di

lampiran 3.3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa variabel pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan (X1) dengan jumlah item soal sebanyak 20 semuanya valid.

Kemudian untuk varabel iklim kehidupan keluarga (X2) dengan jumlah soal 20

terdapat 6 soal yang tidak valid yaitu soal nomor 5,8,9, 15, 16 dan 18. Sedangkan

untuk variabel karakter siswa (Y) dari 20 item soal yang tersedia terdapat 3 soal

yang tidak valid yaitu soal nomor 8,9 dan 15.

Untuk butir soal yang tidak valid perbaikan dilakukan secara bertahap,

yakni dengan melihat apabila indikator untuk sub.variabel tersebut dapat tertutupi

dengan item soal lainnya maka dilakukan pembuangan terhadap soal yang tidak

(42)

terwakili oleh butir item lainnya maka dilakukan revisi terhadap soal tersebut.

Untuk item soal yang disampaikan dalam penelitian ini dilakukan revisi terhadap

soal-soal yang tidak valid karena setelah dicek item untuk indikator tersebut sangat

(43)
(44)

126 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang

dapat diambil adalah :

a. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

terhadap pembentukan karakter siswa terutama pada dimensi

pengembangan materi pembelajaran.

b. Terdapat pengaruh positif iklim kehidupan keluarga terhadap

pembentukan karakter siswa terutama pada dimensi keutuhan keluarga.

c. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan

iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter disebabkan oleh

adanya hubungan yang sinergi antara keduanya.

d. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi pembentukan karakter siswa

selain pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan

keluarga.

2. REKOMENDASI

Kesimpulan hasil penelitian yang telah dirumuskan diatas memberikan

beberapa rekomendasi sebagai berikut:

a. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan baik dari segi materi,

media, metode harus terus ditingkatkan, dievaluasi dan diinovasi,

(45)

siswa tetapi belum mencapai maksimal Hal ini terbukti ternyata

pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan lebih kecil

dibandingkan dengan iklim kehidupan keluarga dalam membentuk

karakter siswa.

b. Iklim kehidupan keluarga berpengaruh positif terhadap pembentukan

karakter siswa, oleh karena itu fungsi dan peran keluarga harus terus

dipertahankan dan dditingkatkan agar mencapai hasil yang maksimal.

c. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan

keluarga berpengaruh positif tehadap pembentukan karakter siswa,

namum butuh kerjasama yang lebih sinergi agar mencapai hasil yang

maksimal.

d. Banyak hal yang belum tersentuh dalam penelitian ini, sebab ternyata

siswa telah memiliki karakter tersendiri tanpa pengaruh pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga. Oleh

karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor lain

(46)

128

DAFTAR PUSTAKA

Al Shabbagh.M. (1994). Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya.

An-Nahlawi.A. (1996). Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan Masyarakat. Bandung: CV.Diponegoro.

Azra, A. (2006). Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Depok:FISIP Universitas Indonesia.

Branson, Margaret S. (1998). The Role of Civic Education: A Forthcoming Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network. Washington, DC: Center for Civic Education.

Branson, Margaret S. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta : LKIS dan TAF

Budimansyah,D dan Suryadi,K (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural .Bandung: Spsarjana.

Cholisin, dkk. (2007). Ilmu Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Cogan, J.J. (1999).Developing the Civic Society:The Role of Civic Education. Bandung:CICED

Cogan, John J. and Ray Derricott. (1998). Citizenship Education For the 21st Century: Setting the Context. London: Kogan Page

Creswell,J.W. (2008). Educational Research:Planning, conducting, and evaluating Quantitative and Qualitative Research, third edition. New Jersey:Pearson Education.

Danial Endang dan Wasriah,N. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah.Bandung:Lab.PKn-FPIPS-UPI

Djahiri, A.K. (2006). “Esensi Pendidikan Nilai Moral dan PKn di Era Globalisasi”, dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI

Djahiri,A.K (1985 ). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung:Lab PMPKN-FPIPS-IKIP

(47)

Eriyanto. (2007). Teknik Sampling, Analisis Opini Publik. Yogyakarta : LKIS

Hakim.AM.(2008). Mendidik Anak Secara Bijak. Bandung:Marja

Hafidh.M.I.A.(2006). Cara Nabi Mendidik Anak. Jakarta:Al-I’tishom

Ismaun (2006) “ Penataan Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi Menuju Masyarakat Madani”. Dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan (Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri).. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI

Kerlinger,F.N (2006). Asas-Asas Penelitian Behavior. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press

Koentjaraningrat (2002). Pengantar Antropologi, Pokok-Pokok Etnografi. Jakarta:Rineka Cipta

Latif.Y. (2009). Menyemai Karakter Bangsa; Budaya Kebangkitan Berbasis Kesastraan. Jakarta: Kompas

Langgulung,H. (1986). Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna Zikra.

Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York, NY: Bantam Books

Megawangi, R (2005). Yang Terbaik untuk Buah Hatiku.Bandung:MQS Publishing

Mulyasana,D (2006). “Manusia dan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Persfektif Perubahan”. Dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan (Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri).. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI

Munir.A. (2010). Pendidikan Karakter; Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta: Pedagogia

Nawawi.H dan Hadari.M.M (2006). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:Gadjah Mada University Pres.

Noor, Farid,M (1983). Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia.Bandung:Al-Ma’arif

Nurdin, M. Dkk.(1993). Moral dan Kognisi Islam. Bandung: Alfabeta

(48)

Patrick, J.J. (2002). Improving Civic Education In School. New York: ERIC Digest.

Poedjawijatna (1981). Manusia dan Alamnya: Filsafat Manusia. Jakarta: Bina Aksara

Print, Murray et al. (1999). Civic Education for Civil Society. London: Asian Academic Press.

Quigley, C.N. Buchanan Jr. J.H. & Bahmueller, C.F. eds. (1991).Civitas: A Framework for Civic Education.Center for Civic Education: Calabasas.

Q-Anees. B. dan Hambali.A. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Rahmat.et al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab. PKn-FPIPS-UPI

Rahmat.J (1993). Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern. Bandung: Remaja Rosda Karya

Ranjabar,J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengantar. Bogor:Ghalia Indonesia.

Russen.P. (1982). Pendidikan Keluarga dan Masalah Kewibawaan. Bandung:Jemmars

Sapriya dan Winataputra, U.S (2004). Pendidikan Kewarganegaraan, Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran (Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri).. Bandung:Lab.PKn-FPIPS-UPI

Sapriya (2006) “ Warga Negara dan Teori Kewarganegaraan”. Dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI

Soedarsono,S. (2002). Character Building, Membentuk Watak. Jakarta : Elex Media Komputindo

Soelaeman.M.I. (1994).Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung:Alfabeta

Somantri.M.N (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya

(49)

Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sumantri.E. (2003). Pendidikan Politik, buku ke satu, Buku Materi Pokok PPKn. Jakarta:UT

Sumantri.E.(2008). An Outline of Citizenship and Moral Education in Major Countries of SouthEast Asia. Bandung : Bintang WarliArtika.

Suriakusumah (1992). Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan dan Masalah Warganegara. Jurusan PPKN IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Winarno (2009). Kewarganegaraan Indonesia dari Sosiologis Menuju Yuridis. Bandung:Alfabeta

Winataputra,U.S dan Budimansyah,D (2007). Civic Education. Bandung:SPSarjana UPI

Zuchdi,D (2008). Humanisasi Pendidikan, Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Bandung:Bumi Aksara.

Publikasi Departemen :

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Sekolah dan Masyarakat Sekitar, Jakarta, Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Silabus RPP PKn SMP/MTs. Jakarta, Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta:Diknas

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:Citra Umbara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung:UPI

Jurnal :

(50)

Budimansyah (2008) “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 1,(2),179-198

Harahap, Nasruddin, Penelitian Sosial : Latar Belakang, Proses : Persiapan Pelaksanaannya, dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus 1992. Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga

Hartono (2008) “Mengembangkan Karakter Diri Adab Karsa Tinggi”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.1,(2),167-178

Komalasari.K (2008) “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan siswa SMP”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 1(2),76-97

Sapriya (2008) “Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.1,(2),199-214

Disertasi :

Winataputra,U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Suatu Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. (Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi Doktor pada PPS-UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sapriya.(2007).Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembangunan Karakter Bangsa (Kajian Konseptual-Filosofis Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi Doktor Pada PPS-UPI. Bandung;tidak diterbitkan.

Tesis :

Isbandiah.T.(2008). Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Sikap Sopan Santun Siswa. ( Studi Deskriptif di SMP Kota Bandung ). Tesis Master Pendidikan Pada PPS-UPI. Bandung:tidak diterbitkan.

(51)

Internet :

Abidin.M.Z. (2009). Peranan Keluarga dalam Menentukan Tingkat Disiplin Anak. (Online). Tersedia: http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/peranan-keluarga-dalam-menentukan-tingkat-disiplin-anak/. 11 Juli 2010

Dewajani.S. (2008). Pengembangan Jiwa Entrepreneurship Bagi Anak,(Online). Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010

Dewajani.S. (2008). Pengembangan Jiwa Entrepreneurship Bagi Anak,(Online). Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010

Dewajani.S.(2009).PendidikanBerbasisKarakter,(Online).Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010

Lembaga pengkajian dan pengembangan kehidupan bernegara.(2008).Karakter Bangsa, (Online). Tersedia:

http://lppkb.wordpress.com/2008/06/09/karakter-bangsa-2/11 Juli 2010 Noto.K (2001). Pendidikan dalam Keluarga, ( Online). Tersedia:

http://notok2001.blogspot.com/2007/07/pendidikan-dalam-keluarga.html. 3 Agustus 2009

Qauliyah.A (2006). Konsep Keluarga, Dinamika dan Fungsinya, ( Online). Tersedia : http://astaqauliyah.com/2006/12/26/konsep-keluarga-dinamika-dan-fungsinya. 15 Nopember 2009.

Soedarsono.S. (2010). Arti dan Peran Penting Karakter Hasrat untuk Berubah [Opini], (Online). Tersedia: http://www.pelita.or.id/baca.php?id=40111. 11 juli 2010

Suparlan. (2010). Pendidikan Karakter dan Kecerdasan, (Online). Tersedia:

http://www.suparlan.com/pages/posts/pendidikan-karakter-dan-kecerdasan-288.php. 11 Juli 2010

Wapannuri. (2010). Memahami Kelebihan dan kekurangan Karakter Manusia, (Online). Tersedia: http://www.wapannuri.com/a.karakter/memahami-kelebihan-dan-kekurangan-karakter-manusia.html. 11 Juli 2010

Gambar

Gambar 1.1, Keterikatan variabel bebas dan  terikat
Tabel 1.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Gambaran  Populasi dan Sampel Penelitian
Tabel 3.2 Interpretasi Pencapaian Variabel Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang penelitian yaitu pendidikan karakter peduli sosial dapat diperoleh melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan menggunakan

Latar belakang penelitian yaitu karakter cinta tanah air dapat diperoleh melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan menggunakan media seperti film,

Latar belakang penelitian yaitu karakter cinta tanah air dapat diperoleh melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan menggunakan media seperti film,

Implikasi Pola Pendidikan di Pondok Pesantren Al- Ma’un Sroyo Terhadap Pembentukan Karakter Kewarganegaraan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI dalam Meningkatkan Karakter Siswa Berbasis Tradisi Pesantren..

Tujuan penelitian untuk mengetahui peran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina karakter privat siswa, peran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Dari hasil penelitian terlihat bahwa iklim Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri Banjarmasin yang terdiri dari a Pengakuan terhadap tujuan Pendidikan Kewarganegaraan; b Kebermaknaan

Jurnal Pendidikan Tambusai 1921 Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Pembentukan Karakter Siswa MTsN 2 Bekasi Bilal Al Hadiyan Haq1, Bambang Ismaya2, Setio Nugroho3