DAFTAR ISI
1. LEMBAR PENGESAHAN ………. i
2. PERNYATAAN ……… ii
3. ABSTRAK ………. iii
4. ABSTRACT ……….. iv
5. KATA PENGANTAR ………... v
6. UCAPAN TERIMA KASIH ………. vii
7. DAFTAR ISI ……… xi
8. DAFTAR TABEL ……… xv
9. DAFTAR GAMBAR ……… xvi
10.DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ………... 1
B. Rumusan Masalah ………... 12
C.Tujuan Penelitian ………. 12
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ………... 13
E.Asumsi ………. 14
F. Hipotesis ………. 15
G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……… 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ……… 19
1. Teori Kewarganegaraan ……… 19
2.Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan ……….. 25
3. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ……... 30
4. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ………… 36
B. Iklim Kehidupan Keluarga ……… 41
1. Pengertian Keluarga ………... 41
2.Iklim Keluarga ……… 43
3.Fungsi dan Peran keluarga ………... 46
C. Karakter Siswa ……….. 56
1. Hakekat Karakter ……….. 56
2. Cakupan Karakter ………... 64
D. Hasil-Hasil Terdahulu yang Relevan ……….. 68
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data …………. 69
1. Pendekatan ………... 69
2. Metode Penelitian ……… 70
3. Teknik Pengumpulan Data ……….. 71
B. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 72
1. Populasi ……….. 72
C. Prosedur Penelitian ……… 76
1. Persiapan ……… 76
2. Pelaksanaan Penelitian ………... 77
3. Pengolahan Data ……….… 77
D. Teknik Analisa Data ………. 77
1. Menguji dengan Analisis Regresi Sederhana dan Ganda….. 79
2. Kaidah Pengujian Signifikansi ……….. 82
E. Instrumen Penelitian …...………. 83
1. Penyusunan Instrumen ……….. 83
2. Uji Coba Instrumen ………... 84
2.1 Reliabilitas ……….. 85
2.2 Validitas ……….. 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum ………. 88
B.Deskripsi Hasil Penelitian ……… 91
1. Hasil Penelitian Deskriptif ……… 96
1.1 Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 98
1.3 Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Pembentukan
Karakter Siswa ……… 99 2. Pengujian Hipotesis ……… 101 2.1 Terdapat Pengaruh Positif Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan terhadap Pembentukan Karakter Siswa.. 102 2.2 Terdapat Pengaruh Positif Iklim Kehidupan Keluarga
terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 102 2.3 Terdapat Pengaruh Positif Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga
terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 102 C. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 103 1. Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 103 2. Pengaruh Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Siswa ………. 108
3. Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 113
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Karakter merupakan watak/ciri seseorang yang dapat membedakan satu
dengan yang lainnya. Karakter dapat memberikan peran dan fungsi terhadap
tingkah laku seseorang. Pembentukan karakter merupakan proses tanpa henti yang
diperoleh dari pendidikan, pengalaman hidup dan lingkungannya. Kesuksesan
seseorang menurut Dewajani(2008) lebih dipengaruhi dari karakter yang dimiliki
dibandingkan dengan kecerdasannya. Berdasarkan hasil riset Mitshubisi Research
Institute (2000) menyatakan bahwa keberhasilan seseorang 40% bergantung pada
soft skills yang dimilikinya, 30% tergantung pada kemampuan networking dan
20% tergantung pada kecerdasannya, baru 10% diantaranya ditentukan dari uang
yang dimilikinya.
Menurut Branson (1999:51) karakter dapat dideskripsikan menjadi dua
yaitu karakter publik dan privat. Karakter dianggap penting sebab indepedensi
warga negara yang memiliki dimensi tanggung jawab dan harga diri serta
martabat akan membuat seseorang menjadi warga negara yang baik dan cerdas.
Salah satu upaya dalam pembentukan karakter warga negara adalah melalui
pengembangan pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat. Melalui pendidikan menurut Tirtarahardja (2005:1) bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi
kemanusiaannya, tujuan mendidik hanya dapat dilakukan dengan baik dan benar
Manusia memiliki ciri khas yang disebut hakikat manusia. Dengan pemahaman
akan hakikat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Menurut Langeveld ( Rifai, 1984;110) tujuan pendidikan adalah
‘menjadikan anak didik yang belum dewasa menjadi seorang dewasa yang mampu
bertindak sebagai orang yang berkepribadian, yang sosial dan etis’. Pada bagian
lain Tirtarahardja ( 2005: 33-35) mengungkapkan bahwa ‘berdasarkan fungsinya
pendidikan dapat dilihat sebagai proses penyiapan warga negara yang diartikan
sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar
menjadi warga negara yang baik.’ Dalam Undang-undang No.20/2003 pasal 1 (1)
tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Selanjutnya dalam Undang-undang No. 20/2003 pasal 3 tentang sistem
pendidikan nasional dinyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Dari kedua isi pasal tersebut di atas, secara tersirat ada upaya
pengembangan karakter peserta didik yang dilakukan melalui pendidikan dan
diperlukan agar sumber daya manusia Indonesia memiliki kemampuan yang dapat
diharapkan dapat terus mempertahankan eksistensi bangsa ditengah lingkungan
pergaulan dunia. Pandangan di atas dipertegas oleh Cogan and Derricott
(1998:13) bahwa :
A citizen was defined as ‘a constituent member of society’. Citizenship, on the other hand, was said to be ‘a set of characteristics of being a citizen’. And finally, citizenship education, the underlying focal point of the study, was defined as ‘the contribution of education to development of those characteristics of being a citizen’.
Maknanya warga negara adalah anggota suatu masyarakat. Dengan kata lain untuk
menjadi warga negara yang berkarakter mesti dididik melalui pendidikan
kewarganegaraan. Kemudian enurut Alexis de Toqueville, seperti yang dikutip
Branson (1998:2) bahwa:
...each new generation is a new people that must acquire the knowledge, learn the skills, and development the disposition or trait of privat and public character that undergird a constitutional democracy. Those dispositions must be fostered and nurtured by word and study and by the power of example.
Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa setiap generasi adalah merupakan
generasi baru yang harus memperoleh pengetahuan, mempelajari keahlian, dan
mengembangkan karakter atau watak publik maupun privat yang sejalan dengan
demokrasi konstitusional. Sikap mental ini harus dipelihara dan dipupuk melalui
perkataan dan pengajaran serta kekuatan keteladanan. Apalagi anak menurut
Djahiri (1985:21) secara sosiologis hidup dalam dunia nyata kehidupan
lingkungannya sehingga harus mampu hidup fungsional dan bermasyarakat
(sociatable).
Melihat betapa pentingnya karakter bagi setiap individu sehingga
tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan
martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Untuk Karakter publik tidak
kalah penting. Kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan
aturan main (rule of law), berfikir kritis dan kemauan untuk mendengar,
bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar
demokrasi berjalan dengan sukses.
Pengembangan karakter bagi para siswa dapat dilakukan baik
dilingkungan sekolah maupun dalam lingkungan keluarga (rumah tangga),
termasuk dalam lembaga-lembaga keagamaan serta organisasi kemasyarakatan
lainnya. Untuk dunia persekolahan pengembangan karakter siswa dapat
dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan, namun demikian menurut
Sapriya (2007:2) bahwa upaya pendidikan kewarganegaraan belumlah optimal
dan mencapai harapan. Bahkan hingga saat ini program pendidikan ini
dipertanyakan keberadaan dan kenyataannya. Pada bagian lain Winataputra
(2007:165) mengungkapkan bahwa dari analisis terhadap perkembangan
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia sampai dengan saat ini, dapat dikatakan
bahwa baik dalam tataran konseptual maupun dalam tataran praksis terdapat
kelemahan paradigmatik yang sangat mendasar. Kelemahannya adalah dalam
konseptualisasi pendidikan kewarganegaraan, penekanan yang sangat berlebihan
terhadap proses pendidikan moral yang behavoristik, ketidakkonsistenan
penjabaran dimensi tujuan pendidikan nasional ke dalam kurikulum pendidikan
kewarganegaraan, dan keterisolasian proses pembelajaran nilai Pancasila dengan
dengan kenyataan bahwa pada dasa warsa (1962-1998) mata pelajaran yang
sekarang bernama PKn mengalami perkembangan secara fluktuatif, mulai dari
pelajaran civics atau PKN, PMP, PMPKN, PPKn dan sekarang menjadi PKn.
Namun adanya perubahan tersebut diharapkan mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan akan dirasakan sangat penting dalam proses pembentukan
karakter siswa sebagai warga negara yang merupakan isyarat dari civic education
yang bermutu. Dalam kaitan ini Cogan (1999:4) menegaskan bahwa:
Civic Education “…the foundation course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives”. Citizenship Education or Education for Citizenship “…both these in school experiencess as well as out of school or non formal/informal learning which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media, etc which help to shape the totality of the citizen”.
Maknanya adalah Civic Education merupakan suatu mata pelajaran dasar di
sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar kelak
setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat. Citizenship Education
atau Education for Citizenship digunakan sebagai istilah yang memiliki pengertian
yang lebih luas yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan luar sekolah
seperti rumah, organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, media massa
dan lain-lain yang berperan membantu proses pembentukan totalitas atau
keutuhan sebagai warganegara.
Dalam kurikulum saat ini mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran wajib mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi, sebab peranan dan tanggung jawab sekolah menurut Quigley
… to see the relevance of a civic dimension for their lives. Dalam hal ini
bermakna bahwa memperkuat kebajikan warga negara dan kesadaran sebagai
warga negara dan membantu siswa untuk melihat kesesuaiannya dari aspek
kewarganegaraan dalam kehidupannya.
Dalam Undang-undang No.20/2003 pasal 37 (1) tentang sistem
pendidikan nasional menyatakan bahwa dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat beberapa mata pelajaran yaitu (a) pendidikan agama, (b)
pendidikan kewarganegaraan, (c) bahasa, (d) matematika, (e) ilmu pengetahuan
alam,(f) ilmu pengetahuan sosial,(g) seni dan budaya, (h) pendidikan jasmani dan
olah raga, (i) keterampilan/kejuruan, dan (j) muatan lokal. Kemudian dalam ayat
(3) dinyatakan untuk kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah (a)
pendidikan agama, (b) pendidikan kewarganegaraan dan (c) bahasa. Lebih khusus
lagi dalam kurikulum 2004 (Depdiknas,2003) menyatakan pendidikan
kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia
dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan
berkarakter yang diamatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya dalam
Rencana Program Pembelajaran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang
dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan dan Depdiknas (2006) jelas
dijabarkan tentang visi dan misi serta tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.
DimanaVisi pendidikan kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata
pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation dan
kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik, yakni
warganegara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun
PKn sebagai Civic Education bertujuan mengembangkan potensi agar siswa (1)
memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, kreatif, sehingga mampu
memahami berbagai wacana kewarganegaraan, (2) memiliki keterampilan
intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan
bertanggungjawab, (3) memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Salah satu upaya mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan
kewarganegaraan maka perlu mengembangkan tiga komponen utama yang
dipelajari dalam pendidikan kewarganegaraan. Merujuk pada pendapat Branson
seperti yang dikutip Budimansyah (2008:55) bahwa : ‘terdapat tiga komponen
utama yang perlu dipelajari dalam PKn yaitu civic knowledge, civic skill, civic
dispositions’. Dari ketiga komponen dasar tersebut yang mengisyaratkan pada
pengembangan karakter siswa adalah watak kewarganegaraan (civic
dispositions). Menurut Winataputra (2007:191): “Komponen dasar ketiga dari
civic education adalah watak kewarganegaraan (civic disposition) yang
mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi
pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional”. Sedangkan
menurut Quigley (Komalasari,2008:85) bahwa:
skepticism, recognition of ambiguity), compromise (conflict of principles, compassion, generosity, and loyality to the nation and its principles.
Maknanya adalah kesopanan yang mencakup penghormatan dan interaksi
manusiawi, tanggung jawab individual, disiplin diri, kepedulian terhadap
masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisisme,
pengenalan terhadap kemenduan, sikap kompromi yang mencakup
prinsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran
dan keajekan, kaharuan, kemurahan hati, dan kesetiaan terhadap bangsa dan
segala prinsipnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Komalasari (2008:87) tentang
pembelajaran kontekstual dalam pendidikan kewarganegaraan dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa SMP di Jawa Barat memiliki aspek disposisi
kewarganegaraan tinggi. Dengan tingginya aspek disposisi kewarganegaraan
siswa SMP di Jawa Barat, merupakan suatu dorongan bagi pendidikan
kewarganegaraan untuk membentuk karakter siswa secara lebih baik yang
didukung pula oleh lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam kaitan ini
Robinson (Suriakusumah, 1992:33) menegaskan bahwa :
A proces comprising all the positive influence which are intended ti shape a citizens view og his in society... civic education is therefore, for more than a course of study. It comes partly from formal scholing, partly from parental influence, and partly from learning outside the classroom and the home. Through civic education our youth are helped to gain an understanding of our national ideals, the common good and then proceses of self government.
Berdasarkan pendapat Robinson tersebut terlihat bahwa pelajaran pendidikan
kewarganegaraan tidak hanya mencakup program sekolah tetapi berasal dari
sehingga pendidikan kewarganegaraan dapat membantu siswa dalam memahami,
menghayati dan melaksanakan cita-cita nasional serta mampu menyusun suatu
keputusan yang tepat dalam menghadapi berbagai macam permasalahan. Apalagi
melihat situasi saat ini banyak terjadi berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh
para siswa, mulai dari pembentukan gank perempuan, gank motor, pesta miras,
perayaan kelulusan yang dilakukan dengan mencoret pakaian seragam sekolah
sampai dengan konvoi kendaraan bermotor yang mengganggu kelancaran lalu
lintas. Bahkan belakangan ini sering terdengar tawuran mahasiswa antar
perguruan tinggi yang dulu tidak pernah terjadi ditambah lagi banyak para pelajar
yang terlibat narkoba,pornografi, banyak anak yang tidak lagi menghargai orang
tuanya, banyak siswa yang kurang menghormati gurunya. Jika dilihat dari segi
kehidupan berbangsa menurut Azra (2006:149-150) bahwa :
Sejak awal masa reformasi melanda bangsa Indonesia maka terjadi berbagai krisis seperti krisis moneter, ekonomi, dan politik yang mengakibatkan terjadinya krisis sosial-kultural di dalam kehidupan bangsa dan negara. Hal ini mempelihatkan bagaimana pembangunan karakter bangsa ini menjadi permasalahan serius dan selalu aktual.
Krisis sosial yang terjadi saat ini seperti tidak adanya kepercayaan kepada
penguasa, banyak warga yang melanggar norma-norma atau aturan yang telah
ditetapkan, terjadinya dekadensi moral, adanya perbedaan upah antara pekerja
asing dan lokal sehingga berakibat kecemburuan sosial dan terjadilah kerusuhan
dan pembakaran pabrik oleh para buruh. Semua kenyataan tersebut merupakan
suatu tantangan yang harus dibenahi secara bersama agar tercipta warganegara
yang berkarakter baik. Penciptaan warga negara yang baik bukan merupakan
komprehensif dari semua pihak mulai dari lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Usaha sekolah dalam pembentukan karakter siswa yang salah satunya
melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan tidak dapat terpisahkan dari
lingkungan keluarga dan keduanya memerlukan hubungan yang sinergi. Hal ini
sesuai pendapat Winataputra ( 2007:59) bahwa komponen lain yang juga
dianggap penting dalam pembentukan karakter adalah peranan keluarga karena
diyakini merupakan komponen kunci dalam program civic education seperti yang
dikemukakan Quigley (Winataputra, 2007:59) bahwa ‘…family involvement
should be considered a key component of any fully developed civic education
program’, artinya keterlibatan keluarga seyogyanya dianggap sebagai komponen
kunci berkembangnya program “civic education”.
Dalam Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Sekolah dan Lingkungan
Sekitar, yang dikeluarkan oleh Depdiknas (2007:8) diyatakan bahwa :
Paradigma baru hubungan keluarga, sekolah dan masyarakat, semua pihak (orang tua dalam keluarga, sekolah dan masyarakat ) secara bersama-sama bertanya “apa yang dapat kita kerjakan bersama untuk mendidik anak dengan baik” atau “What can all of us together do to educate all children well.”
Hal tersebut dapat dimaknai bahwa perhatian pendidikan untuk anak atau peserta
didik bukan hanya tanggung jawab sekolah semata tetapi merupakan kerjasama
yang baik antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam kaitan ini An-Nahlawi
(1996:227) menegaskan bahwa sekolah harus berupaya berfungsi sebagai
pelengkap pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan anak dimulai di dalam
yaitu keluarga dan sekolah perlu dibangun suatu kerjasama yang jelas. Dalam hal
ini keterlibatan lingkungan keluarga (rumah tangga) yang merupakan lingkungan
utama dan pertama dalam mendidik anak memang sangat penting sebab menurut
Sumantri (2003:1.7) bahwa “pendidikan dalam keluarga mengenal adanya the
golden rules”. Selanjutnya L. Kohlberg (Sumantri,2003:1.7) mengungkapkan
bahwa ‘keluarga merupakan pusat pendidikan pertama yang di kenal oleh anak, di
mana keluarga ini mempunyai peran mensosialisasikan adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan’. Pada bagian lain keluarga
menurut Hafidh (2006:9) adalah:
Benteng pertahanan aqidah. Maka, benteng itu harus kokoh dari dalam. Setiap individu berjaga-jaga pada posisinya masing-masing. Jika tidak, benteng itu akan mudah bobol. Oleh karena itu, setiap mukmin wajib mengamankan bentengnya masing-masing dari dalam.
Salah satu upaya agar benteng pertahanan aqidah tetap kokoh, maka orang tua
sebagai penentu pembentukan karakter anak di rumah maupun guru yang ada di
sekolah terlebih lagi guru pendidikan kewarganegaraan harus paham betul
kebutuhan peserta didiknya baik dalam bentuk pemberian kasih sayang,
pemberian penghargaan dan pengakuan atas keberadaan sang anak serta
memberikan motivasi untuk menjadi lebih baik. Hal tersebut ditegaskan oleh
Partoyo (2008:28) bahwa:
Kebutuhan yang terpenting di dalam diri sang anak adalah kebutuhan akan kasih sayang, kedamaian dan ketenangan, kebebasan, pengaruh yang mengendalikan dan mengarahkan, penghormatan dan penghargaan, dorongan dalam mencapai keberhasilan, permainan (petualangan dan spekulasi).
Dengan pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan peserta didik dalam
kehidupan keluarga yaitu dari segi pemberian ketenangan, penghormatan dan
penghargaan terhadap hak dan kewajiban serta penghargaan akan harkat, derajat
dan martabat terhadap dirinya maka diharapkan dapat menumbuhkembangkan
karakter siswa dalam mengantisipasi situasi dan kondisi saat ini.
.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan maka peneliti
akan memfokuskan pada permasalahan bagaimana pengaruh pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga terhadap
pembentukan karakter siswa . Penelitian ini akan dilakukan kepada para siswa
SMP di kabupaten Sumedang.
Mengingat rumusan masalah tersebut di atas begitu luas maka secara
khusus peneliti ingin mengungkapkan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap
pembentukan karakter siswa ?
2. Bagaimana pengaruh iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter
siswa ?
3. Bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim
kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendapatkan gambaran
a. Pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembentukan
karakter siswa .
b. Pengaruh iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.
c. Pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan
keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian
Secara teoritik penelitian ini akan mengungkap dan mengkaji tentang
bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim
kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa. Sedangkan secara
khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Pengembangan keilmuwan pendidikan kewarganegaraan agar visi, misi dan
tujuan pendidikan kewarganegaraan tercapai.
2. Pengembangan keilmuwan pendidikan kewarganegaraan terhadap komponen
dasar dari civic education yaitu civic skill, civic knowledge dan terutama
watak kewarganegaraan (civic disposition) yang mengisyaratkan pada
karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan
pengembangan demokrasi konstitusional.
3. Para pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan atau pemerintah sebagai
masukan tentang pentingnya pendidikan kewarganegaraan terhadap
4. Para akademisi atau komunitas akademik, khususnya bidang studi pendidikan
kewarganegaraan sebagai bahan kontribusi kearah pengembangan ilmu
pendidikan kewarganegaraan.
5. Para praktisi tenaga kependidikan sebagai masukan dalam pengembangan
ilmu pendidikan kewarganegaraan.
6. Para praktisi pendidikan khususnya bidang studi pendidikan
kewarganegaraan, sebagai masukan bahwa dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan agar selalu meningkatkan kuantitas dan kualitas
pendidikan dalam membentuk karakter siswa.
7. Masyarakat umum sebagai masukan akan pentingnya iklim kehidupan
keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.
E. Asumsi
Dalam penelitian ini penulis memiliki asumsi bahwa
1. Pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembentukan
karakter siswa sangat komplek dan memerlukan pendekatan yang
komprehensif serta melibatkan seluruh lingkungan kehidupan manusia, mulai
dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
2. Tanggungjawab utama dalam membentuk dan menanamkan prilaku etis serta
mengembangkan karakter privat termasuk karakter moral berada dipundak
keluarga, lembaga-lembaga keagamaan, tempat kerja serta bagian lain dari
3. Sekolah harus memainkan peranan utama dan menyeluruh dalam
mengembangkan karakter siswa. Program-program civic education hendaknya
secara efektif memberikan peluang bagi para siswa untuk mengembangkan
karakter publik dan privat yang diinginkan. (Branson ,1999:55-56)
4. Iklim kehidupan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam
membentuk watak atau karakter anak, sebab keluarga merupakan sekolah anak
untuk mulai belajar kesetiaan, kasih sayang, saling menghormati dan sifat-sifat
mulia lainnya.
F. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap
pembentukan karakter siswa.
2. Terdapat pengaruh positif iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan
karakter siswa.
3. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan
iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.
G.Variabel Penelitian dan Definisi operasional
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (X1) dan Iklim Kehidupan Keluarga (X2) sebagai variabel bebas
serta Karakter Siswa (Y) sebagai variabel terikat. Untuk memperoleh ketajaman
1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam penelitian ini mencakup
pengembangan yang terdiri dari strategi atau metode, media, keterampilan
membuka dan menutup pelajaran serta keterampilan bertanya.
2. Iklim kehidupan keluarga
Iklim kehidupan keluarga dalam penelitian ini meliputi penataan sosial yang
terdiri dari komunikasi antar anggota keluarga serta kekompakan antar anggota
keluarga. Kemudian penataan psikologis yang terdiri dari penataan emosional dan
suasana kejiwaan.
3. Karakter Siswa
Karakter siswa yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu mencakup
karakter publik yang terdiri dari sopan santun, ketaatan pada hukum, kepekaan
pada urusan publik, mau bekerjasama dengan orang lain, menghargai hak-hak dan
kepentingan orang lain, diskusi yang santun dan serius. Kemudian karakter privat
terdiri dari bertanggung jawab sesuai ketentuan, memelihara/menjaga diri,
disiplin diri dan berfikir kritis.
Untuk memudahkan pemahaman hubungan variabel bebas dan variabel
terikat, maka peneliti menyusunnya dalam hubungan variabel sebagai berikut:
X1
Y
X2
Rincian indikator setiap dimensi/variabel dapat dilihat pada tabel 1.1.
sebagai berikut:
Tabel 1.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian
NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR ALAT UKUR
J. Kerangka Pemikiran
Iklim kehiiupan
keluarga
Siswa Kebijakan
pemerintah Ekstra
kurikuler OSIS Guru
disekolah
Pembelaja ran PKn
Karakter siswa
Proses interaksi,
pembelajaran siswa
Kelompok belajar, agama, seni, O.R Kelompok
69 BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Hal tersebut dilakukan karena peneliti ingin mendapatkan
data secara akurat agar dapat menganalisis data secara memuaskan, selain itu
untuk memudahkan mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi sesuai
dengan kebutuhan serta mendapatkan gambaran antara penyimpangan dengan
yang seharusnya. Kemudian Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mencari
hubungan antar variabel, menguji hipotesis, serta menjawab pertanyaan –
pertanyaan sesuai fenomena yang ada sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut
Creswell (2008:46) bahwa Quantitatif research is a type of educational research
in which the researcher decides what to study; asks specific, narrow questions;
collects quantifiable data from participants, analyzes these number using statistic;
and conducts the inquiry in an unbiased, objective manner. Maknanya adalah
penelitian kuantitatif merupakan penelitian pendidikan dimana peneliti
menentukan apa yang akan dipelajari; menanyakan hal yang spesifik, pertanyaan
yang terbatas; mengumpulkan data yang dapat diukur dari partisipan;
menganalisis data dengan menggunakan statistik; dan menyelidiki prilaku tanpa
memihak, sikap objektif. Sedangkan menurut pendapat Harahap (1992) bahwa
penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum
kuantitatif (Quantitatif Research), digolongkan ke dalam penelitian tradisional
atau konvensional, positivistic, eksperimental, empirik, pengukuran dan analisis
data yang dikuantifikasi, serta menggunakan model matematik.
2. Metode Penelitian
Metode merupakan suatu cara atau alat untuk mencapai sesuatu. Menurut
Danial (2007:50) metode pada dasarnya merupakan alat yang digunakan untuk
mencapai sesuatu. Begitu juga dalam penelitian namun tidak sesederhana itu,
artinya memiliki karakteristik yang komplek, tidak sekedar alat belaka tetapi ada
tujuan tertentu dalam menggunakannya. Ada berbagai macam metode yang
diungkapkan para ahli metodologi dalam melaksanakan penelitian. Jika
diidentifikasi menurut Isaac dan Michael ( Danial, 2007:51) ada Sembilan
kategori dengan ciri dan tujuannya masing-masing yaitu : (1) metode historis
(historical), (2) metode deskriptif (descriptive), (3) metode perkembangan
(developmental), (4) metode kasus atau lapangan (case or field). (5) metode
korelasi (correlation) (6) metode komparatif (causal-comparative), (7) metode
eksperimen ( true eksperimental), (8) metode kuasi ekperimen
(quasi-experimental) dan (9) metode tindakan (action). Untuk penelitian ini metode yang
digunakan adalah metode deskriptif- analitik. Metode ini digunakan karena untuk
menganalisis dan mengungkap secara akurat serta memberikan gambaran secara
sistematik terhadap fenomena yang ada. Selain itu metode deskriptif menurut
Nawawi (2006:67) adalah sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah
lembaga, masyarakat, pabrik dan lain-lain) sebagaimana adanya berdasarkan
fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang diambil adalah sumber primer dimana data diperoleh
langsung dari responden. Mengingat jumlah responden cukup besar dan tersebar
di wilayah yang cukup luas maka teknik pengumpulan data yang dilakukan dan
dianggap efektif adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner, sebab ingin
mengumpulkan informasi terhadap variabel yang menjadi perhatian peneliti.
Angket/kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan menyerahkan
atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Menurut
Nasution (Danial, 2007:62) kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan informasi
berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada
responden sesuai dengan masalah penelitian.Sedangkan responden merupakan
orang yang memberikan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner
tertutup dimana menurut Arikunto (1998:151) kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih
pada kolom yang sudah disediakan dengan memberi tanda contreng (V). Pendapat
lain yang sejalan dengan pengertian tersebut adalah pendapat yang dikemukakan
Danial (2007:63) bahwa angket tertutup adalah angket dengan pertanyaan yang
diajukan kepada responden telah disediakan jawabannya oleh peneliti. Responden
tidak diberikan kesempatan memberikan jawaban yang lain. Sebelum angket
digunakan maka terlebih dahulu diadakan uji coba untuk mengukur reliabilitas
dan validitas angket sehingga angket yang digunakan berikutnya untuk
pengumpulan data yang sebenarnya memiliki tingkat reliabilitas dan validitas
tinggi. Cara yang digunakan dalam pengumpulan data dari responden adalah
dengan menyebarkan angket, menganalisis hasil angket dan membuat kesimpulan
dari angket tersebut.
Kemudian skala yang digunakan agar pengukuran menghasilkan data
kuantitatif maka dilakukan dengan skala Likert yang memiliki lima alternatif
jawaban. Namun untuk kepentingan penelitian ini jawaban yang digunakan
sebanyak empat alternatif yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.
Sedangkan jawaban ragu-ragu tidak digunakan untuk menghindari keraguan dan
ketidakpastian jawaban dari siswa.
B.Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi berkenaan dengan ketertarikan peneliti terhadap sesuatu yang di
observer baik objek/subjek.yang memiliki karakteristik tertentu dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi menurut Sugiyono (2009:61) adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Wahyudin (2007:1) suatu populasi
diambil kesimpulannya.Suatu populasi lebih berkenaan dengan
observasi-observasi daripada dengan orang-orang. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengungkap dan mendapat gambaran pengaruh pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter
siswa, maka anggota populasi penelitian ini adalah siswa SMP se-kabupaten
Sumedang yang menurut data dari dinas pendidikan kabupaten Sumedang tahun
2010 terdapat 145 sekolah, dimana jumlah SMP negeri sebanyak 70 sekolah
sedangkan SMP swasta sebanyak 75 sekolah. Dari jumlah SMP negeri dan swasta
tersebut dapat diketahui jumlah siswa sebanyak 53.555 siswa yang tersebar pada
SMP negeri sebanyak 38.651 siswa dan SMP swasta sebanyak 14.904 siswa.
Untuk kepentingan penelitian ini maka populasi yang diambil adalah siswa kelas
VIII yang berjumlah 17.980 siswa yang terdiri dari SMP negeri berjumlah
12.914 siswa dan SMP swasta berjumlah 5.066 siswa. Hal ini dilakukan karena
siswa kelas VIII merupakan usia bagi siswa untuk menemukan jati dirinya serta
merupakan masa transisi yang rentan terhadap pengaruh lingkungan. Kemudian
usia sekolah lanjutan merupakan saat yang krusial dalam pengembangan peran
dan tanggung jawab warganegara. Pada usia inilah siswa menemukan identitas
dirinya dan perannya dalam masyarakat sekitarnya dan masyarakat dalam arti
keseluruhan.
2. Sampel Penelitian
Melihat begitu besarnya populasi yang ada, maka dalam penelitian ini
digunakan sampel atau satuan terbatas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
Kerlinger (2006:188) sampel merupakan sesuatu bagian dari populasi atau
semesta sebagai wakil (representasi) populasi atau semesta itu.
Mengingat wilayah yang begitu luas, sehingga teknik penarikan sampel
secara acak sederhana, sistematis dan stratifikasi tidak bisa digunakan secara
langsung maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
sampel acak bertingkat (Multistage Random Sampling), dimana menurut Eriyanto
(2007:139-141) bahwa pada acak bertingkat, gugus atau klaster sangat besar.
Karena besar, gugus itu dipecah lagi ke dalam beberapa gugus, baru individu
diambil. Dengan demikian ada beberapa tahap dalam proses penarikan sampel.
Sampel acak bertingkat dilakukan pertama kali menentukan unit atau satuan
pertama kali dengan sampel diambil. Unit ini disebut sebagai Primary Sampling
Unit (PSU). PSU adalah satuan atau unit di mana individu menjadi bagian atau
anggota dari unit tersebut. Setelah PSU diambil, dilakukan proses random lagi
atas PSU itu ke dalam unit yang lebih kecil lagi. Dan begitu seterusnya sampai
unit yang paling kecil di mana responden diambil. Untuk kepentingan penelitian
ini, klaster yang digunakan adalah klaster wilayah yang terdiri dari wilayah kota,
kota sedang dan pinggiran.
Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak tujuh sekolah dan
setelah diambil secara acak ternyata yang terambil adalah SMP Negeri. Sampel
tersebut dianggap dapat mewakili populasi yang ada pada tiap-tiap klaster
(wilayah). Sekolah tersebut terbagi menjadi 2 SMP di wilayah kota, 3 SMP di
wilayah kategori kota sedang dan 2 SMP di wilayah pinggiran. Masing-masing
sebanyak 140 siswa. Hal ini berdasarkan pada pendapat Roscoe (Sugiyono
2009:74) bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30
sampai dengan 500. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik stratifikasi
tidak proporsional. Jumlah sampel pada masing-masing strata tidak diambil secara
proporsional artinya ada strata yang mendapat jumlah sampel lebih besar dari
proporsi sebenarnya dan ada strata yang mendapat jumlah sampel lebih kecil dari
proporsi yang seharusnya. Dari hasil pengambilan secara acak sekolah yang akan
dijadikan sampel pada tiap klaster serta penyebaran populasi dan sampel dari
sekolah yang diteliti maka hasilnya dapat terlihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Gambaran Populasi dan Sampel Penelitian
Nama Sekolah Populasi
Sampel Acak
Stratifikasi Tidak
Proporsional
Jumlah Prosen Jumlah Prosen
SMP Negeri 2 Sumedang 250 16,3 21 15
SMP Negeri 5 Sumedang 336 21,9 28 20
SMP Negeri 1 Pamulihan 251 16,4 21 15
SMP Negeri 1 Ganeas 107 7,0 15 10,7
SMP Negeri 2 Cimalaka 244 15,9 20 14,3
SMP Negeri 1 Tanjungkerta 206 13,4 18 12,9
SMP Negeri 1 Tanjungmedar 139 9,1 17 12,1
Dari masing-masing jumlah sampel setiap sekolah peneliti menentukan jumlah
siswa yang dibutuhkan berdasarkan kriteria siswa berprestasi tinggi, sedang,
rendah, lalu siswa yang ekonomi tinggi, sedang, rendah. Hal ini bukan berarti
hasil penelitian nantinya membahas berdasarkan kriteria tersebut diatas tapi
semata-semata untuk melihat pendapat dari responden dari berbagai latar
belakang siswa, sehingga data yang diperoleh diharapkan bervariasi dan lebih
objektif karena dianggap sampel siswa yang diambil tersebut mewakili siswa lain
dengan kriteria tadi.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama 3 bulan. Adapun tahapan penelitian
terdiri dari :
1. Persiapan
Pada tahap persiapan yang dilakukan peneliti adalah (1) melakukan
perumusan masalah (2) studi literatur untuk mencari teori-teori yang mendukung
pelaksanaan penelitian,(3) membuat surat perizinan dan mencari data sekolah serta
jumlah sekolah yang ada di kabupaten Sumedang kemudian menentukan sampel
sekolah dan siswa yang akan dijadikan subjek peneltian, (4) pembuatan angket atau
penyusunan instrumen penelitian sesuai dengan variabel yang telah ditetapkan, (5)
uji coba angket pada siswa di sekolah yang bukan termasuk dalam subjek
penelitian kemudian menganalisisnya untuk mengetahui reliabilitas dan validitas
soal yang dibuat. (6) survei awal dan permohonan izin dan bantuan terhadap
2. Pelaksanaan Penelitian
Setelah melakukan tahap persiapan selanjutnya melaksanakan penelitian
dengan mengunjungi sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Dengan bantuan
guru pendidikan kewarganegaraan dan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum
para siswa yang dijadikan sampel penelitian dikumpulkan dalam suatu ruangan
kelas kemudian instrumen penelitian atau angket dibagikan secara langsung oleh
peneliti dan diawasi sendiri oleh peneliti. Sebelum siswa menjawab pertanyaan
yang sudah tertera dalam angket terlebih dahulu peneliti menyuruh siswa membaca
seluruh petunjuk yang ada dan kemudian memperjelas kembali tujuan pengisian
angket serta tata cara pengisian angket yang benar. Setelah siswa selesai menjawab
maka angket tersebut diserahkan kembali kepada peneliti.
3.Pengolahan Data
Setelah semua angket dan data terkumpul, maka peneliti melakukan
verifikasi, pengolahan data secara statistik, menganalisis dan
menginterpretasikan hasil penelitian serta perumusan temuan penelitian dan
menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
D. Teknik Analisis Data
Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data
lebih lanjut yaitu dengan menentukan kriteria yang telah ditetapkan dari jawaban
yang telah diberikan oleh responden. (2) Menentukan bobot nilai untuk setiap
kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan
skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya. (3)
Memasukan data/jawaban responden ke dalam tabel berdasarkan variabel
masing-masing dan dilakukan konfirmasi pencapaian untuk masing-masing-masing-masing variabel. (4)
Melakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data. Dari
analisis ini dapat diketahui rata-rata, median, standar deviasi dan varians data dari
masing-masing variabel. Tabel berikut ini dapat menjelaskan interpretasi
pencapaian variabel penelitian.
Tabel 3.2
Interpretasi Pencapaian Variabel Penelitian
Interval Pencapaian Variabel X1,X2 dan Y Kategori 80 – 100
(5) Melakukan uji korelasi, regresi Menguji dengan Analisis Korelasi Sederhana
dan Ganda
Untuk mencari hubungan antara variabel X1 dengan Y dan X2 dengan Y
serta X1 dan X2 terhadap Y maka dengan menggunakan teknik korelasi.
Analisis korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment (PPM)
rxy = n ∑ x1y1 – (∑ x1) (∑ y1)
√{n.∑X2 – (∑X)2}.{n.∑Y2 – (∑Y)2 }
Korelasi PPM dilambangkan rho (р) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga ( -1≤ r ≤ + 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatitif sempurna, r
= 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Untuk
menentukan nilai r maka berpedoman pada tabel interpretasi koefisien nilai r
berikut ini :
Tabel 3.3
Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r
Interval Koefisien Tingkat hubungan
0,80 - 1,00
0,60 - 0,799
0,40 - 0,599
0,20 - 0,399
0,00 – 0,199
Sangat kuat
kuat
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Sumber : Sugiyono ( 2009:231 )
1. Menguji dengan Analisis Regresi Sederhana dan ganda
Regresi sederhana di dasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal
antar satu variabel independen dan satu variabel dependen. Dalam uji ini
digunakan regresi Linier dan regresi ganda dengan rumus sebagai berikut :
Persamaan regresi dirumuskan sebagai berikut :
Dengan ketentuan sebagai berikut :
Ŷ = (dibaca Ŷ topi). Subjek variabel terikat yang diproyeksikan.
a = Nilai Y ketika harga X = 0 ( konstan )
b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan atau
penurunan variable dependen yang didasarkan pada perubahan variabel
independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.
X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Untuk mencari harga a digunakan rumus sebagai berikut : ∑Y – b. ∑X
a = --- n
Untuk mencari harga b maka digunakan rumus sebagai berikut : n. ∑XY - ∑X . ∑Y
b = --- n. ∑ X2 – (∑ X )2
Untuk persamaan regresi ganda dirumuskan sebagai berikut : Ŷ = a + b1X1 + b2X2
Adapun hubungan kausal variabel bebas dan terikat dapat dilihat seperti gambar
€
1rx1,y Py€1
r12 rx1,x2,y
rx2,y
Gambar 3.1
Struktur Hubungan Kausal Variabel Bebas dan Terikat
Struktur hubungan kausal X1 dan X2 terhadap Y, langkah-langkah menguji path
analisis sebagai berikut :
a.Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural.
Struktur Y = p yx1 X1 + p yx2 X2
b.Menghitung koefisien yang didasarkan pada koefisien regresi sebagai berikut :
1. Menggambar diagram jalur lengkap, menentukan sub-sub strukturalnya dan
rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai dengan hipotesis yang
diajukan. Hipotesis naik turun variabel endogen (Y) dipengaruhi secara
signifikan oleh variabel eksogen ( X1 dan X2 )
2. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan.
Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan.
Persamaan regresi ganda :
Y = a + b1X1 + b1X2 X1
X2
Keterangan :
Pada dasarnya koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi yang
distandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset
dalam angka- angka baku atau Z-score ( data yang diset dengan nilai rata-rata = 0
dan standar deviasi = 1 ). Koefisien jalur yang distandarkan ( Standardized path
coefficient ) ini digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh ( bukan
memprediksi ) variabel bebas (eksogen) terhadap variabel lain yang diberlakukan
sebagai variabel terikat (endogen). Dengan program SPSS.16 menu analisis
regresi, koefisien path ditunjukan oleh output yang dinamakan coefficient yang
dinyatakan sebagai standardized coefficient atau dikenal dengan nilai Beta.
Analisis path tidak terpenuhi karena variabel relatif sedikit sehingga
koefisien jalur yang diperoleh sama dengan koefisien korelasi regresi sehingga
menggunakan regresi.
2.Kaidah Pengujian Signifikansi
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau ( 0,05 ≤ sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau ( 0,05 ≥ sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Hipotesis
penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai berikut : (1) Ho : ρ = 0 tidak ada pengaruh
E. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam peneltian
ini menggunakan angket yang bersifat tertutup. Penyusunan instrumen
berdasarkan pada indikator masing-masing variabel dengan mengacu pada
tata cara penyusunan angket yang baik. Untuk memberikan gambaran
tentang isi pertanyaan dalam angket yang akan disampaikan dapat dilihat
pada kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Nomor item
2. Penataan
Sebelum instrumen disampaikan pada responden yang termasuk dalam
sampel penelitian, maka instrumen diuji coba terlebih dahulu, ( angket uji coba
siswa/responden yaitu siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Tanjungkerta. Uji coba
instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang
akan digunakan untuk mengumpulkan data dari masing-masing variabel
penelitian. Dari hasil uji coba yang dilakukan diperoleh data seperti dapat dilihat
dalam lampiran 3.2
2.1Reliabilitas
Tabel 3.5
Rekapitulasi Reliabilitas Instrument Penelitian
Tahap
ujicoba Variabel
Koef Alpha
Cronbach Kategori Reliabilitas
I
Pembelajaran Pkn 0,924 Sangat tinggi
Iklim kehidupan keluarga 0,868 Sangat tinggi
Karakter siswa 0,908 Sangat tinggi
Dari rekapitulasi tabel di atas terlihat bahwa hasil uji coba yang telah dilaksanakan
dan dilakukan perhitungan reliabilitas maka untuk variabel pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan (X1) diperoleh hasil 0,924 dengan demikian berarti
reliabilitas soal tersebut sangat tinggi. Untuk variabel iklim kehidupan keluarga
(X2) setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,868
sehingga soal tersebut termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dan untuk karakter
siswa (Y) diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,908 sehingga soal tersebut
termasuk kategori reliabilitas sangat tinggi. Reliabilitas instrumen ini diperlukan
diharapkan hasil penelitian akan reliabel.Untuk lebih jelasnya daftar reliabilitas
soal dapat dilihat pada lampiran 3.3.
2.2Validitas
Instrumen soal yang valid merupakan syarat agar dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur serta diharapkan hasil penelitian akan
menjadi valid. Untuk menentukan valid tidaknya item butir uji coba, di
konsultasikan pada kriteria validitas dengan menggunakan daftar koefisien korelasi
pada tingkat kepercayaan 5%, dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40
orang, sehingga didapat harga rkritis = 0,320 artinya nilai koefisien korelasi Alpha
Cronbach’s untuk validitas butir soal tersebut termasuk pada kategori valid,
bilamana perolehan minimal koefisien korelasinya mencapai 0,32. Untuk
rekapitulasi secara keseluruhan dari validitas soal dapat dilihat pada tabel di
lampiran 3.3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa variabel pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan (X1) dengan jumlah item soal sebanyak 20 semuanya valid.
Kemudian untuk varabel iklim kehidupan keluarga (X2) dengan jumlah soal 20
terdapat 6 soal yang tidak valid yaitu soal nomor 5,8,9, 15, 16 dan 18. Sedangkan
untuk variabel karakter siswa (Y) dari 20 item soal yang tersedia terdapat 3 soal
yang tidak valid yaitu soal nomor 8,9 dan 15.
Untuk butir soal yang tidak valid perbaikan dilakukan secara bertahap,
yakni dengan melihat apabila indikator untuk sub.variabel tersebut dapat tertutupi
dengan item soal lainnya maka dilakukan pembuangan terhadap soal yang tidak
terwakili oleh butir item lainnya maka dilakukan revisi terhadap soal tersebut.
Untuk item soal yang disampaikan dalam penelitian ini dilakukan revisi terhadap
soal-soal yang tidak valid karena setelah dicek item untuk indikator tersebut sangat
126 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang
dapat diambil adalah :
a. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
terhadap pembentukan karakter siswa terutama pada dimensi
pengembangan materi pembelajaran.
b. Terdapat pengaruh positif iklim kehidupan keluarga terhadap
pembentukan karakter siswa terutama pada dimensi keutuhan keluarga.
c. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan
iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter disebabkan oleh
adanya hubungan yang sinergi antara keduanya.
d. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi pembentukan karakter siswa
selain pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan
keluarga.
2. REKOMENDASI
Kesimpulan hasil penelitian yang telah dirumuskan diatas memberikan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
a. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan baik dari segi materi,
media, metode harus terus ditingkatkan, dievaluasi dan diinovasi,
siswa tetapi belum mencapai maksimal Hal ini terbukti ternyata
pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan lebih kecil
dibandingkan dengan iklim kehidupan keluarga dalam membentuk
karakter siswa.
b. Iklim kehidupan keluarga berpengaruh positif terhadap pembentukan
karakter siswa, oleh karena itu fungsi dan peran keluarga harus terus
dipertahankan dan dditingkatkan agar mencapai hasil yang maksimal.
c. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan
keluarga berpengaruh positif tehadap pembentukan karakter siswa,
namum butuh kerjasama yang lebih sinergi agar mencapai hasil yang
maksimal.
d. Banyak hal yang belum tersentuh dalam penelitian ini, sebab ternyata
siswa telah memiliki karakter tersendiri tanpa pengaruh pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga. Oleh
karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor lain
128
DAFTAR PUSTAKA
Al Shabbagh.M. (1994). Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya.
An-Nahlawi.A. (1996). Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan Masyarakat. Bandung: CV.Diponegoro.
Azra, A. (2006). Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Depok:FISIP Universitas Indonesia.
Branson, Margaret S. (1998). The Role of Civic Education: A Forthcoming Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network. Washington, DC: Center for Civic Education.
Branson, Margaret S. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta : LKIS dan TAF
Budimansyah,D dan Suryadi,K (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural .Bandung: Spsarjana.
Cholisin, dkk. (2007). Ilmu Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Cogan, J.J. (1999).Developing the Civic Society:The Role of Civic Education. Bandung:CICED
Cogan, John J. and Ray Derricott. (1998). Citizenship Education For the 21st Century: Setting the Context. London: Kogan Page
Creswell,J.W. (2008). Educational Research:Planning, conducting, and evaluating Quantitative and Qualitative Research, third edition. New Jersey:Pearson Education.
Danial Endang dan Wasriah,N. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah.Bandung:Lab.PKn-FPIPS-UPI
Djahiri, A.K. (2006). “Esensi Pendidikan Nilai Moral dan PKn di Era Globalisasi”, dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI
Djahiri,A.K (1985 ). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung:Lab PMPKN-FPIPS-IKIP
Eriyanto. (2007). Teknik Sampling, Analisis Opini Publik. Yogyakarta : LKIS
Hakim.AM.(2008). Mendidik Anak Secara Bijak. Bandung:Marja
Hafidh.M.I.A.(2006). Cara Nabi Mendidik Anak. Jakarta:Al-I’tishom
Ismaun (2006) “ Penataan Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi Menuju Masyarakat Madani”. Dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan (Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri).. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI
Kerlinger,F.N (2006). Asas-Asas Penelitian Behavior. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press
Koentjaraningrat (2002). Pengantar Antropologi, Pokok-Pokok Etnografi. Jakarta:Rineka Cipta
Latif.Y. (2009). Menyemai Karakter Bangsa; Budaya Kebangkitan Berbasis Kesastraan. Jakarta: Kompas
Langgulung,H. (1986). Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna Zikra.
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York, NY: Bantam Books
Megawangi, R (2005). Yang Terbaik untuk Buah Hatiku.Bandung:MQS Publishing
Mulyasana,D (2006). “Manusia dan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Persfektif Perubahan”. Dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan (Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri).. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI
Munir.A. (2010). Pendidikan Karakter; Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta: Pedagogia
Nawawi.H dan Hadari.M.M (2006). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:Gadjah Mada University Pres.
Noor, Farid,M (1983). Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia.Bandung:Al-Ma’arif
Nurdin, M. Dkk.(1993). Moral dan Kognisi Islam. Bandung: Alfabeta
Patrick, J.J. (2002). Improving Civic Education In School. New York: ERIC Digest.
Poedjawijatna (1981). Manusia dan Alamnya: Filsafat Manusia. Jakarta: Bina Aksara
Print, Murray et al. (1999). Civic Education for Civil Society. London: Asian Academic Press.
Quigley, C.N. Buchanan Jr. J.H. & Bahmueller, C.F. eds. (1991).Civitas: A Framework for Civic Education.Center for Civic Education: Calabasas.
Q-Anees. B. dan Hambali.A. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Rahmat.et al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab. PKn-FPIPS-UPI
Rahmat.J (1993). Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern. Bandung: Remaja Rosda Karya
Ranjabar,J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengantar. Bogor:Ghalia Indonesia.
Russen.P. (1982). Pendidikan Keluarga dan Masalah Kewibawaan. Bandung:Jemmars
Sapriya dan Winataputra, U.S (2004). Pendidikan Kewarganegaraan, Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran (Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri).. Bandung:Lab.PKn-FPIPS-UPI
Sapriya (2006) “ Warga Negara dan Teori Kewarganegaraan”. Dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI
Soedarsono,S. (2002). Character Building, Membentuk Watak. Jakarta : Elex Media Komputindo
Soelaeman.M.I. (1994).Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung:Alfabeta
Somantri.M.N (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sumantri.E. (2003). Pendidikan Politik, buku ke satu, Buku Materi Pokok PPKn. Jakarta:UT
Sumantri.E.(2008). An Outline of Citizenship and Moral Education in Major Countries of SouthEast Asia. Bandung : Bintang WarliArtika.
Suriakusumah (1992). Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan dan Masalah Warganegara. Jurusan PPKN IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
Winarno (2009). Kewarganegaraan Indonesia dari Sosiologis Menuju Yuridis. Bandung:Alfabeta
Winataputra,U.S dan Budimansyah,D (2007). Civic Education. Bandung:SPSarjana UPI
Zuchdi,D (2008). Humanisasi Pendidikan, Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Bandung:Bumi Aksara.
Publikasi Departemen :
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Sekolah dan Masyarakat Sekitar, Jakarta, Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Silabus RPP PKn SMP/MTs. Jakarta, Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta:Diknas
Departemen Pendidikan Nasional (2003). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:Citra Umbara.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung:UPI
Jurnal :
Budimansyah (2008) “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 1,(2),179-198
Harahap, Nasruddin, Penelitian Sosial : Latar Belakang, Proses : Persiapan Pelaksanaannya, dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus 1992. Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga
Hartono (2008) “Mengembangkan Karakter Diri Adab Karsa Tinggi”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.1,(2),167-178
Komalasari.K (2008) “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan siswa SMP”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 1(2),76-97
Sapriya (2008) “Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.1,(2),199-214
Disertasi :
Winataputra,U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Suatu Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. (Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi Doktor pada PPS-UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sapriya.(2007).Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembangunan Karakter Bangsa (Kajian Konseptual-Filosofis Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi Doktor Pada PPS-UPI. Bandung;tidak diterbitkan.
Tesis :
Isbandiah.T.(2008). Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Sikap Sopan Santun Siswa. ( Studi Deskriptif di SMP Kota Bandung ). Tesis Master Pendidikan Pada PPS-UPI. Bandung:tidak diterbitkan.
Internet :
Abidin.M.Z. (2009). Peranan Keluarga dalam Menentukan Tingkat Disiplin Anak. (Online). Tersedia: http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/peranan-keluarga-dalam-menentukan-tingkat-disiplin-anak/. 11 Juli 2010
Dewajani.S. (2008). Pengembangan Jiwa Entrepreneurship Bagi Anak,(Online). Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010
Dewajani.S. (2008). Pengembangan Jiwa Entrepreneurship Bagi Anak,(Online). Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010
Dewajani.S.(2009).PendidikanBerbasisKarakter,(Online).Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010
Lembaga pengkajian dan pengembangan kehidupan bernegara.(2008).Karakter Bangsa, (Online). Tersedia:
http://lppkb.wordpress.com/2008/06/09/karakter-bangsa-2/11 Juli 2010 Noto.K (2001). Pendidikan dalam Keluarga, ( Online). Tersedia:
http://notok2001.blogspot.com/2007/07/pendidikan-dalam-keluarga.html. 3 Agustus 2009
Qauliyah.A (2006). Konsep Keluarga, Dinamika dan Fungsinya, ( Online). Tersedia : http://astaqauliyah.com/2006/12/26/konsep-keluarga-dinamika-dan-fungsinya. 15 Nopember 2009.
Soedarsono.S. (2010). Arti dan Peran Penting Karakter Hasrat untuk Berubah [Opini], (Online). Tersedia: http://www.pelita.or.id/baca.php?id=40111. 11 juli 2010
Suparlan. (2010). Pendidikan Karakter dan Kecerdasan, (Online). Tersedia:
http://www.suparlan.com/pages/posts/pendidikan-karakter-dan-kecerdasan-288.php. 11 Juli 2010
Wapannuri. (2010). Memahami Kelebihan dan kekurangan Karakter Manusia, (Online). Tersedia: http://www.wapannuri.com/a.karakter/memahami-kelebihan-dan-kekurangan-karakter-manusia.html. 11 Juli 2010