PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA
BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING
PENDIDIKAN INKLUSIF
DI SMA YPI 45”
KOTA BEKASI
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh :
SUMARTONO HADI,S.Pd NIM : 100506
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCA SARJANA
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF
DI SMA YPI 45” KOTA BEKASI
TESIS
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing
Dr. Djadja Rahardja, M.Ed NIP 195904141985031005
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Sekolah Pascasarjana UPI Bandung
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengembangan
Model Pembelajaran IPA Bagi Siswa Tunanetra Dalam Seting Pendidikan
Inklusif Di SMA YPI 45 Kota Bekasi” ini beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau adak laim dari pihak lain,
terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Maret2014 Yang Membuat Pernyataan,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Fokus Dan PertanyaanPenelitian ………. 7
C. Tujuan Penelitian ………... 8
D. Manfaat Penelitian ……… 9
E. DefinisiKonsep ………. 1. Pengembangan Model ………... 2. Pembelajaran……… F. MetodologiPenelitian………... 12
Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. PrinsifPembelajaranuntuktunanetra ………...
2. Model Pembelajaran Tunanetra ………...
3. PendekatanPembelajaranTunanetra ………...
37
46
60
C. PendidikanInklusif ……… 64
BAB III METODE PENELITIAN
A. PendekatanPenelitian ……… 69
B. LokasidanSubyek Penelitian
1. LokasiPenelitian ……….
2. SubyekPenelitian ………
69
70
C. TeknikPengumpulan Data danPengembanganInstrumenPenelitian
………..
1. TeknikPengumpulan Data ………
2. PengembanganInstrumenPenelitian ………
70
70
73
D. Analisis Data ………
1. Reduksi Data ………..
2. Penyajian Data ………
3. Conclusion Drawing/verivication………
77
77
77
77
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ………
1. Perpanjangan keikutsertaan ………..
2. Ketekunan pengamatan ……….
3. Triangulasi ……….
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………..
1. Kondisi Objektif Pembelajaran IPA bagi Siswa Tunanetra…….
2. HambatandalamPelaksanaan Pembelajaran IPA ………...
3. KebutuhanPembelajaran ……….
4. Upaya-upaya yang dilakukan Guru ……….
85
85
97
102
106
B. HasilWawancaraSiswa ……… 108
C. Pembahasan ………
1. Guru ……….
102
a. Kondisi Objektif Pembelajaran IPA bagi Siswa Tunanetra...
b. Hambatan dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPA………...
c. Kebutuhan Pembelajaran..……….
d. Upaya-upaya yang dilakukan Guru..……….
2. Siswa ………
D. Draft penggembangan Model pembelajaran ……….
1. IdentifikasiKebutuhanPembelajaran ………..
BAB V KESIMPULANDAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ………
1. KondisiObyektifPembelajaran IPA ………..
2. Hambatan-hambatanPelaksanaan Pembelajaran IPA ……. …...
3. KebutuhanPembelajaran IPA ……….
4. Upaya-upaya yang Dilakukan Guru ……….
5. Pengembangan Model Pembelajaran IPA ………...
167
3. DinasPendidikan ………...
4. BagiPenelitiSelanjutnya ……….
1. Display DataHasil WawancaraGuru ………
2. Display DataHasil WawancaraSiswa………..
3. Display DataHasil Observasi……….
4. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian ………
5. Pedomanwawancara, observasidanstudidokumentasi………
6. Hasil WawancaraTerhadap Guru………...
Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tunanetra adalah orang yang mengalami kerusakan pada mata, baik
itu secara total maupun sebagian (low vision). Tunanetra berhak untuk
hidup di lingkungan masyarakat secara layak dan harus dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Agar dapat bersosialisasi dan
hidup dengan layak serta dapat hidup mandiri maka setiap tunanetra harus
mendapatkan pendidikan yang layak seperti orang normal.
Pendidikan bagi tunanetra awalnya dilaksanakan di Sekolah Luar
Biasa atau yang lebih dikenal dengan sebutan segregasi. Seiring dengan
berjalannya waktu, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya
bagi tunanetra dari waktu ke waktu terus mengalami evolusi. Perubahan
tersebut terjadi dengan terus berkembanganya pendidikan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pendidikan. Seperti yang
dikemukakan oleh Skjorten (2003), bahwa “terjadi gradasi pemikiran yang
berhubungan dengan perkembangan pendidikan kebutuhan khusus. Adapun
gradasi perkembangan pemikiran terhadap pendidikan kebutuhan khusus
adalah: pemikiran segregratif, pemikiran integratif, pemikiran inklusif”.
Konsep dari pemikiran segregratif ditandai dengan pemisahan
layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus dengan anak pada
2 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING
PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahwa anak berkebutuhan khusus dapat belajar bersama anak pada
umumnya dengan suatu penekanan bahwa anak berkebutuhan khusus
tersebut telah dipersiapkan terlebih dahulu dalam sekolah khusus dan
ditempatkan sesuai dengan pengetahuannya bukan pada usianya.
Pendidikan inklusif merupakan suatu falsafah pendidikan, dimana
semua siswa dengan kebutuhan khusus diterima di sekolah reguler yang
berlokasi di daerah tempat tinggal mereka dan mendapatkan berbagai
pelayanan pendukung pendidikan sesuai dengan kebutuhanya. Sekolah
yang menyelengarakan pendidikan inklusif didasarkan pada prinsip bahwa
semua anak usia sekolah harus belajar bersama, tanpa memandang
perbedaan fisik, intelektual, sosial, bahasa atau kondisi lainnya seperti anak
jalanan, anak pekerja atau pengembara, anak dari kelompok linguistik,
etnik ataupun kebudayaan minoritas.
Pendidikan inklusif didasarkan pada persamaan hak untuk
mendapatkan pendidikan tanpa diskriminasi. setiap anak memperoleh
kesempatan yang sama untuk belajar bersama-sama di sekolah umum,
begitu juga anak berkebutuhan khusus tidak mendapat perlakuan khusus
ataupun hak-hak istimewa melainkan persamaan hak dan kewajiban dengan
peserta didik lainnya.
Pelaksanaan pendidikan inklusif dalam seting pembelajaran
dilaksanakan secara kooperatif dangan kurikulum yang fleksibel serta
memperhatikan kebutuhan masing-masing anak sebagai peserta didik.
lebih bersemangat. Selain itu pembelajaran diberikan dengan menggunakan
berbagai bahan yang bervariasi untuk semua mata pelajaran, penggunaan
model pembelajaran dilakukan secara bervariasi bertujuan agar anak
merasa termotivasi untuk belajar. Materi disampaikan dengan cara yang
lebih menarik dan menyenangkan sehingga anak dapat menyerap materi
pelajaran yang diberikan, dan evaluasi dilakukan secara berbeda sesuai
dengan perkembangan kemampuan masing-masing anak sebagai peserta
didik.
Terlaksananya proses pembelajaran yang ramah bagi anak
berkebutuhan khusus akan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada
diri anak. Berkembangnya potensi yang dimilikinya, maka anak akan dapat
hidup layak di masyarakat dan ikut berperan serta dalam kehidupan
masyarakat. Namun kenyataan pada saat ini pelaksanaan pendidikan
inklusif masih belum optimal.
Berdasarakan studi pendahuluan yang penulis lakukan di SMA YPI
45”. Sekolah ini telah melaksanakan pendidikan inklusf semenjak tahun
2005. Jumlah siswa berkebutuhan khusus pada saat ini yaitu sebanyak lima
orang dengan spesifikasi tunanetra. Pada saat proses pembelajaran, guru
reguler belum sepenuhnya mengakomodasi kebutuhan siswa tunanetra
untuk belajar di dalam kelas.
Kurikulum yang dipakai antara siswa tunanetra dengan siswa
reguler pun sama. Begitupun pendekatan yang dipergunakan dalam
4 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING
PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belum menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif, mereka masih
melaksanakan tugasnya sekedar mengajar secara rutin dan monoton, siswa
masih dianggap sebagai objek belajar, bukan subyek belajar. Dalam
pembelajaran IPA di kelas guru masih kurang mempergunakan metode
yang bervariasi.
Metode yang sering digunakan yaitu metode ceramah dan metode
pemberian tugas. Selain itu penggunaan media pembelajaran dalam belajar
IPA masih belum maksimal. Dalam pembelajaran IPA harus
mengembangkan aspek-aspek yang dapat digunakan untuk menanamkan
konsep-konsep IPA, konsep-konsep tersebut dapat dikembangkan melalui
kesan visual, auditif, kinestetis dan taktil siswa. Begitupula didalam kelas
setting pendidikan inklusif yang didalamnya diikuti oleh anak
berkebutuhan khusus harus melalui pengembangan konsep melalui kesan
kesan tersebut.
Pembelajaran IPA di kelas masih belum kooperatif. Antara anak
tunanetra dan anak normal dalam kelas belum ada saling kerja sama.
Dalam pembelajaran peranan tutor sebaya tidak terlihat. Selama proses
belajar mengajar IPA guru kurang memberikan motivasi baik kepada anak
tunanetra maupun kepada anak normal lainya.
Sudah waktunya para guru menerapkan pembelajaran secara
profesional, dengan memahami dan menerapkan berbagai macam model
pembelajaran, dapat membelajarkan siswa secara aktif dan membantu
pembelajaran diharapkan guru akan termotifasi untuk mempelajarinya
secara lebih intensif
Hal ini dirasakan juga dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Adanya keterbatasan penglihatan pada tunanetra, hal ini tentunya
akan menimbulkan permasalahan bagi tunanetra itu sendiri, karena dalam
mempelajari IPA penglihatan merupakan aspek penting untuk memberikan
pemahaman konkrit dari apa yang dipelajari. Permasalahan pada tunanetra
dalam mempelajari IPA ini lebih disebabkan oleh:
1) Masih banyaknya materi IPA yang bersifat abstrak yang belum mampu
6 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING
PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Alat peraga yang digunakan guru untuk menguasai atau memahami
materi IPA belum sesuai dengan kebutuhan tunanetra itu sendiri.
3) Model pembelajaran yang di terapkan masih mengutamakan
penghapalan konsep dari pada pemaknaan konsep, sehingga tunantera
lebih memahami atau menguasai konsep dari pada makna dari sebuah
konsep.
4) Kurang dalam memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengekplorasi pengetahuannya, siswa lebih banyak duduk, diam,
mendengarkan dan mencatat.
Pembelajaran IPA menuntut pelakunya berperan aktif, memiliki
kemampuan mobilitas, dengan begitu siswa akan mampu
mengeksplorasi pengetahuan tentang IPA mulai dari mempelajari diri
sendiri, alam sekitar maupun peluang pengembangan lebih lanjut yang
diterapkan dalam kehidupan. Bardasarkan hal tersebut, maka permasalahan
atau hambatan dalam mempelajari IPA pada tunanetra harus segera
dicarikan jalan keluarnya, karena jika tetap dibiarkan kemampuan tunanetra
dalam pelajaran IPA atau pelajaran lainnya akan semakin tertinggal dengan
anak pada umumnya.
Dengan kata lain peran aktif dari semua pihak, mulai dari orang tua,
guru dan orang disekitarnya akan menentukan upaya mengoptimalkan
Berdasarkan fenomena hal tersebut, maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang “Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi Siswa
Tunanetra Dalam Seting Pendidikan Inklusif”.
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan studi pendahuluan masalah di atas, maka yang menjadi
fokus dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengembangan Model
Pembelajaran IPA Bagi Siswa Tunanetra Dalam Seting Pendidikan Inklusif
di SMA YPI 45” Kota Bekasi?”.
Berdasarkan fokus penelitian tersebut, kemudian dijabarkan dalam
pertanyaan penelitian berikut ini:
1. Bagaimanakah kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPA bagi
siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota
Bekasi?
2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif
di SMA YPI 45” Kota Bekasi?
3. Kebutuhan-kebutuhan apa yang diperlukan oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran IPA dengan Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45”
Kota Bekasi?
4. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan
yang dihadapi dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam
8 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING
PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Bagaimanakah pengembangan model pembelajaran IPA bagi siswa
tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota
Bekasi?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Kondisi objektif pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting
Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi.
2. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan
Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi.
3. Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran IPA dengan Seting Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45”
Kota Bekasi.
4. Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan yang
dihadapi dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting
Pendidikan Inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi
5. Pengembangan model pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam
D. Manfaat Penelitian
Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
dalam memberi masukan atau sumbangan berupa kajian konseptual tentang
unsur-unsur utama yang berkaitan tentang pengembangan model
pembelajaran IPA dalam seting pendidikan inklusiff bagi siswa tunanetra
sehingga turut memperkaya dan mempertajam kajian tentang pembangunan
pendidikan di Indonesia.
Secara praktis, diharapkan dapat memberikan kajian empiris
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Hasil penelitian ini secara praktis juga dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam penyusunan pengembangan model pembelajaran bagi
anak berkebutuhan khusus dalam seting pendidikan inklusif. Manfaat lain
dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Sebagai bahan referensi bagi guru kelas yang langsung berhubungan
dengan peserta didik dalam pengembangan model pembelajaran IPA
bagi siswa tunanetra dalam seting pendidikan inklusif yang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan tunanetra.
2. Sebagai bahan masukan bagi Kepala sekolah dalam mempersiapkan
sekolah yang ramah dan nyaman bagi anak tunanetra.
3. Dinas Pendidikan Tingkat Provinsi, kota/kabupaten dalam rangka
10 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING
PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Definisi Konsep
1. Pengembangan Model
Pengembangan model dapat diartikan sebagai proses disain
konseptual dalam upaya peningkatan fungsi dari model yang telah ada
sebelumnya, melalui penambahan komponen pembelajaran yang
dianggap dapat meningkatkan kualitas pencapaian tujuan
Pengembangan model dapat diartikan sebagai upaya
memperluas untuk membawa suatu keadaan atau situasi secara
berjenjang kepada situasi yang lebih sempurna atau lebih lengkap
maupun keadaan yang lebih baik.
Model merupakan deskripsi atas benda, prosedur, situasi atau
pikiran untuk merancang suatu program pembelajaran. Model
maksudnya suatu pola yang dapat dijadikan contoh atau rujukan untuk
diterapkan di lapangan.
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas
untuk membantu para siswa mencapai berbagai tujuan.
Pembelajaran akan bermakna bila guru mampu mengembangkan
proses pembelajaran sesuai dengan perbedaan kebutuhan individu serta
keberagaman dan kebutuhan kebutuhan siswa termasuk bila didalam
kelas tersebut terdapat anak berkebutuhan khusus.
3. Tunanetra
Dari sudut pandang pendidikan, definisi yang paling populer
diberikan oleh Barraga sebagai berikut. Tunanetra adalah sekelompok
anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus karena ada masalah
pada penglihatannya.
Menurut Garaldine T. Scholl (1986: 26) dalam IG.A.K.
Wardani,dkk (2011:4.4) mengemukakan bahwa orang yang memiliki
kebutaan menurut hukum (legal blindness) apabila ketajaman
penglihatan sentralnya 20/200 feet atau kurang pada penglihatan
terbaiknya setelah dikoreksi dengan kacamata atau ketajaman
penglihatan sentralnya lebih dari 20/200 feet, tetapi ada kerusakan pada
lantang pandangnya sedemikian luas sehingga diameter terluas dari
lantang pandangnya membentuk sudut yang tidak lebih besar dari 20
derajat pada mata terbaiknya.
4. Inklusi
Pengertian pendidikan inklusif adalah pendidikan yang bertujuan
memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak tanpa
membedakan latar belakang anak, memberikan kesempatan bagi peserta
12 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING
PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama-sama dengan peserta
didik pada satuan pendidikan umum atau satuan pendidikan kejuruan
dengan menggunakan kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan
dan kebutuhan khusus peserta didik berkelainan dan peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Jadi Pendidikan Inklusif adalah layanan pendidikan yang
semaksimal mungkin mengakomodasi semua anak didik termasuk anak
yang berkebutuhan khusus disekolah atau lembaga pendidikan atau
tempat lain (diutamakan yang terdekat dengan tempat tinggal anak
didik) bersama teman-teman sebayanya dengan memperhatikan
perbedaannya.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Deskriftif dengan
pendekatan kualitatif, untuk mengumpulkan data teknik yag digunakan:
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Instrumen yang diggunakan
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan hasil penelitian sesuai dengan fokus masalah dan
tujuan penelitian, peneliti menyusun sistematika dan langkah-langkah yang
jelas. Untuk itu pemilihanan metode penelitian yang tepat penting dilakukan.
Melalui metode penelitian akan tergambarkan langkah dan prosedur yang harus
ditempuh dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif.
Sesuai dengan pengertian tentang metode deskriptif yang diungkapkan
oleh Ali (1990) sebagai berikut:
“Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa sekarang dan dapat dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data, analisis/laporan dengan tujuan
utama membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam
suatu deskripsi situasi”.
Dalam metode penelitian ini akan dibahas tentang pendekatan
penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan
pengembangan instrumen, teknik analisis data, teknik pemeriksaan dan
69
Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING
PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Denzin dan
Lincoln dalam Moleong (2005:5), menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada.Dengan demikian dapat dipahami bahwa
penelitian kualitatif lebih mengutamakan kemampuan-kemampuan peneliti
untuk mengakrabkan diri dengan fokus permasalahan yang diteliti.
Pendekatan kualitatif digunakan dengan maksud untuk menjelaskan
dan mengungkap fakta di lapangan tentang kondisi obyektif pelaksanaan
pembelajaran IPA dalam seting pendidikan inklusif bagi anak tunanetra di
SMA YPI 45” Kota Bekasi.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMA YPI 45 Kota Bekasi. Alasan
peneliti memilih lokasi ini adalah; 1) SMA YPI 45 merupakan salahsatu
Sekolah Menengah Atas yang menyelenggarakan pendidikan inklusi di
Kota Bekasi, 2) Terdapat siswa tunanetra di Sekolah ini, 3) Masih
minimnya penelitian tentang pelaksanaan pendidikan inklusi di sekolah
pembelajaran khususnya pembelajaran IPA bagi siswa tunantera di
sekolah ini.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah kepala guru bidang studi IPA
di SMA YPI 45” Kota Bekasi Gambaran subjek dalam penelitian ini
dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Subyek Penelitian
NO NAMA USIA L/P JABATAN PENDIDIK
AN
1 2 3 4 5 6
1 AF 45 Th L Guru di SMA YPI 45”
YPI 45” Kota Bekasi S1
2 ES 42 Th P Guru di SMA YPI 45”
Kota Bekasi S1
C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik
observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Menurut Lofland
dalam Moleong (2005:157), sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya merupakan data
tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya. Dengan kata lain kata-kata
71
Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING
PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berupa dokumen tidak dapat diabaikan begitu saja. Secara lebih jelas,
teknik dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dapat
dijelaskan di bawah ini.
a. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
mendapatkan data yang tidak di dapat melalui hasil pengamatan
yang diperoleh melalui metode observasi atau mencocokkan data
yang didapat dari sumber data lain seperti observasi atau
dokumentasi. Dalam melakukan wawancara, agar tidak terjadi bias
serta dapat mengarah pada fokus kajian penelitian, maka peneliti
menggunakan panduan wawancara
. Panduan wawancara dibuat sebagai acuan yang berisi
pokok-pokok yang mengarahkan pada fokus kajian dilakukan secara
langsung terhadap responden dalam suasana yang alami,
kekeluargaan dan dalam waktu yang fleksibel.
Peneliti melakukan wawancara kepada guru, dengan teknik
wawancara ini diharapkan dapat menggali data dari subjek
penelitian tentang: kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPA
bagi siswa tunanetra, hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi
guru dalam pembelajaran IPA, kebutuhan-kebutuhan apa saja yang
apa yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan yang
dihadapi dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra.
b. Teknik Observasi
Teknik observasi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti
dengan jalan mengamati secara langsung bagaimana pelaksanaan
pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra yang dilakukan guru mata
pelajaran IPA. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, kondisi
atau suasana objektif kegiatan belajar mengajar IPA, hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan Guba dan Lincoln dalam
Moleong (2005), dalam penelitian kualitatif secara metodologis
penggunaan observasi dapat mengoptimalkan peneliti dari segi
motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan
sebagainya.
c. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang
tertulis dari suatu keadaan dan kegiatan subyek penelitian. Teknik
dokumentasi ini diperlukan sebagai pelengkap yang dapat
menguatkan atau sebagai pengayaan data penelitian yang memiliki
hubungan dengan tujuan penelitian, dan interpretasi sekunder
terhadap kejadian-kejadian. Data-data yang dikumpulkan adalah
73
Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING
PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengharapkan diperolehnya data perencanaan pembelajaran,
dokumen evaluai pembelajaran dan dokumen hasil evaluasi
pembelajaran.
2. Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa
pedoman wawancara, pedoman observasi, Studi dokumentasi Pedoman
ini didasarkan kepada pertayaan penelitian yang selajutnya peneliti buat
dalam bentuk kisi-kisi instrumen penelitian. Berdasarkan alat
pengumpul data yang peneliti siapkan, data yang diperoleh berbentuk
data kualitatif, sehingga peneliti menggunakan pendekatan naturalistik
kualitatif, dimana salah satu cirinya adalah peneliti berperan sebagai
instrument.
Dalam pelaksanaannya, peneliti sekaligus berfungsi sebagai alat
peneliti yang tentunya tidak melepaskan diri sepenuhnya dari unsur
subyektivitas. Berdasarkan pandangan di atas, maka peneliti berperan
sebagai instrumen terjun langsung kelapangan, menjaring data melalui
teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah teknik
pengumpulan data ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat
pengembangan instrumen. Penyusunan instrumen ini merupakan
langkah penting untuk mengungkap berbagai data yang diperlukan
dalam sebuah penelitian. Pengembangan instrumen dapat dilihat dalam
Tabel 3.2
KISI – KISI INSTRUMEN PENELITIAN
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI 45 KOTA BEKASI
NO PERTANYAAN
PENELITIAN
ASPEK YANG
DIUNGKAP INDIKATOR
TEKNIK PENGUMPULAN
DATA
SUMBERDATA
1 2 3 4 5 6
1 Bagaimanakah kondisi objektif pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusifdi SMA YPI 45”
a.Perencanaan pembelajaran b.Pelaksanaan proses belajar
mengajar
c.Evaluasi pembelajaran
-Wawancara -Observasi
-Studi dokumentasi
- Guru
2 Kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh guru dan siswa tunanetra dalam
pembelajaran IPA dengan Seting Pendidikan
Inklusifdi SMA YPI 45” Kota Bekasi
Kebutuhan – kebutuhan yang diperlukan oleh guru dan siswa tunanetra dalam pembelajaran IPA
a. Ketersediaan kurikulum yang digunakan
b.Ketersedian buku sumber c. Ketersediaan bahan ajar d.Ketersediaan alat peraga e. Ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung lainnya
-Wawancara -Observasi
-Studi dokumentasi
75
Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 2 3 4 5 6
3 Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh guru dan siswa tunanetra dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusifdi SMA YPI 45” Kota Bekasi?
a.Pengetahuan guru tentang anak tunanetra
b.Keterbatasan kurikulum yang ada
c.Keterbatasan Buku sumber d.keterbatasan Alat peraga e.keterbatasan Sarana dan
prasarana pendukung lainnya
- Wawancara
4 Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh guru dan siswa tunanetra untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam
pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusifdi SMA YPI 45” Kota Bekasi?
Upaya upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang ada
5 Bagaimanakah
pengembangan model pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam
Pengembangan model
pembelajaran IPA
1 2 3 4 5 6 Seting Pendidikan
Inklusifdi SMA YPI 45” Kota Bekasi?
- Dua orang guru IPA. - Pengawas PLB Prov.
77
Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN
INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Analisis Data
Analisis data dilakukan selama pengumpulan data berlangsung, dan
mengorganisasikan data yang sudah didapat setelah penelitian dilaksanakan.
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010:337), mengemukakan bahwa
aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusiondrawing/verification.
1. Reduksi data
Data yang dari lapangan dicatat secara teliti dan rinci yang kemudian
dianalisis melalui reduksi data. Mereduksi data berarti memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temannya
dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas.
2. Penyajian data
Setelah mereduksi data, hal yang kemudian dilakukan adalah
menyajikan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian yang bersifat
naratif.
3. Conclusion Drawing/verivication
Langkah berikutnya yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik yang digunakan untuk pemeriksaan atau pengecekan keabsahan
data adalah:
1. Perpanjangan keikutsertaan
Peneliti memperpanjang waktu penelitian ketika masih ada data yang
dirasakan kurang. Kegiatan ini dilakukan sehingga memungkinkan adanya
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, mengingat dengan
perpanjangaan keikutsertaan peneliti memperoleh banyak kesempatan untuk
mempelajari latar penelitian dan dapat menghindari distorsi baik yang berasal
dari peneliti maupun responden, serta membangun kepercayaan subjek
terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. Data yang
dikumpulkan pada pengamatan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran
IPA bagi siswa tunanetra di SMA YPA 45 Kota Bekasi.
2. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan ini betujuan untuk menemukan ciri-ciri dan
79
Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN
INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian dan kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut secara rinci.
Mengingat keterbatasan yang ada pada diri peneliti, maka agar dapat
mengamati secara detail apa yang terjadi di lapangan, selain berperan serta
dengan menulis hal-hal yang dianggap penting sebagai bahan untuk membuat
deskripsi lapangan secara menyeluruh, juga dibantu oleh media antara lain
kamera, tape recorder, dan sebagainya. Dengan demikian penggunaan media
ini akan membantu memberikan informasi yang menyeluruh mengenai proses
pembelajaran IPA pada siswa tunanetra.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Denzin seperti yang dikutip
oleh Moleong (2008:330), “membedakan empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori”.
Triangulasi dengan sumber berarti membadingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1)
membadingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2)
membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang
waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Menurut Patton seperti yang dikutip oleh Moleong (2008:331), pada
triangulasi dengan metode terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data
dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama. Teknik triangulasi jenis ketiga ialah dengan cara memanfaatkan
peneliti atau pengemat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi
kemencengan dalam pengumpulan data.
Pada dasarnya penggunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan
dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan
seorang analisis dengan analis lainnya. Triangulasi tengan teori, menurut
Lincoln dan Guba seperti yang dikutip oleh Moleong (2008:334), berdasarkan
aggapan bahwa “fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya
dengan satu atau lebih teori”.
Dalam penelitian ini triangulasi yang dilakukan adalah dengan teknik
81
Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN
INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membandingkan sumber data yang diperoleh. Data yang dianalisis dalam
penelitian ini bukan hanya data yang diperoleh dari catatan lapangan, namun
data diperkuat dengan membandingkan data dari catatan lapangan dengan
hasil wawancara dan dokumentasi berupa foto kegiatan.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam peneilitian ini terdiri dari d tiga tahap yaitu:
Tahap 1 Studi Pendahuluan
1. Memotret kondisi obyektif pelaksanaan pembelajaran IPA bagi tuanetra dalam
seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45 Bekasi.
Untuk mendapatkan data tentang kondisi objektif pembelajaran IPA
bagi tunanetra digunakan pedoman observasi dan wawancara pada guru kelas
dan guru pendamping khusus pada saat proses pembelajaran IPA berlangsung.
2. Memotret kendala-kendala yang dihadapi sekolah dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA bagi tunanetra dalam seting pendidikan inklusif.
Untuk mendapatkan data tentang kendala-kendala, peneliti melakukan
observasi dan wawancara. Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat proses
pembelajaran IPA bagi tunanetra dan wawancara dilakukan kepada kepala
sekolah, guru kelas dan guru pendamping khusus untuk mengetahui secara
mendalam masalah-masalah yang dihadapi oleh pihak sekolah dalam
Tahap 2: Analisis data
Setelah diperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran IPA bagi
tunanetra dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45 melalui observasi,
wawancara dan studi dokemtasi, selanjutnya dilakukan analisis data.
Langkah-langkah dalam melakukan menganalisis data tersebut dengan mereduksi data,
display data dan penarikan kesimpulan.
Tahap 3: Merumuskan Pengembangan model pembelajaran IPA bagi tunanetra
dalam seting pendidikan inklusif.
Untuk merumuskan konsep pengembangan model pembelajaran IPA
bagi tunanetra dalam Seting Pendidikan Inklusif perlu dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Merumusan draf pengembangan model pembelajaran IPA bagi tunanetra
dalam seting pendidikan inklusiff.
Dalam merumuskan draf pengembangan model pembelajaran IPA bagi
tunanetra yang berkualitas, peneliti menelaah hasil analisis data dan telaah
teori yang berkaitan dengan pembelajaran IPA.
b. Validasi.
Validasi dalam penelitian ini menggunakan metode FGD (Focus Group
Discussion) yang dilakukan kepada validasi ahli dan praktisi. Validasi ahli
dilakukan oleh satu orang Widyaiswara BPPTK PLB Disdik Prov. Jabar.
83
Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN
INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
oleh kepala sekolah dan guru yang bekerja di lokasi penelitian. Validator
diminta tanggapannya tentang program yang telah dibuat untuk direvisi.
Setelah rancangan program di revisi kemudian disusunlah rancangan program
akhir yang masih bersifat hipotetik.
c. Revisi draf pengembangan model pembelajaran IPA bagi tunanetra dalam
seting pendidikan inklusif.
Berdasarkan hasil validasi, maka selanjutnya draf tersebut akan
direvisi oleh peneliti berdasarkan kritik dan saran oleh para validator,Setelah
rancangan program di revisi kemudian disusunlah rancangan program akhir
yang masih bersifat hipotetik.
Untuk lebih jelasnya tahapan penelitian dapat dilihat dalam bagan di
bawah ini :
Tahap I Studi Pendahuluan
Tahap II Pelaksanaan Penelitian 1. Reduksi Data 2. Display Data 3. Kesimpulan 1. Memotret kondisi
objektif pelaksanaan pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra.
2. Hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA. 3. Upaya yang dilakukan oleh guru dan siswa ununtuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA.
4.
Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan bagi guru dan siswa tunanetra dalam pembelajaran IPA.
Tahap III
Penyusunan
Pengembangan model Pembelajaran IPA bagi anak tunanetra dalam seting inklusif
Bagan I. Tahapan Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi siswa Tunanetra Dalam Seting pendidikan inklusiff di SMA YPI 45” Bekasi
Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi siswa tunanetra dalam seting
167 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN
INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian dan
pembahasan berdasarkan pertanyaan penelitian.
1. Kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra
dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi.
a. Persiapan yang diakukan guru dalam pembelajaran IPA
Dari data yang diperoleh peneliti terhadap Guru ES dan Guru AF
sebelum melaksanakan pembelajaran IPA sama- sama mempersiapkan
perangkat pembelajaran berupa program tahunan, program semester,
silabus pengajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran dan alat evaluasi
yang mengacu sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
dibuat di SMA YPI 45” ,serta mengacu kepada kurikulum umum.
b. Pelaksanaan Pembelajaran IPA
Dalam proses kegiatan pembelajaran hal yang dilakukan oleh guru
ES dan AF dimulai dengan membuka pelajaran, kegiatan inti dan penutup
serta metode yang digunakan cenderung masih kurang variatif dan
pendekatan yang dilakukan masih bersifat klasikal belum begitu terlihat
c. Pelaksanaan Evaluasi
Dalam proses evaluasi pembelajaran hal yang dilakukan oleh guru
ES dan AF meliputi nilai afektif, kognitif dan psikomotor. Nilai afektif
diambil dari setiap kali tatap muka dengan siswa, sikap, serta tugas -
tugas, nilai kognitif diambil dari ulangan harian, UTS, UAS, UKK, nilai
psikomotor diambil dari praktikan, mengerjakan di depan kelas. guru
belum terlihat melaksanan penilaian hasil belajar yang sesuai dengan
seting pendidikan inklusif, hal ini berimplikasi pada pelaksanaan
penilaian hasil belajar siswa dalam seting pendidikan inklusif.
Pelaksanaan penilaian hasil belajar belum sesuai dengan konsep penilaian
hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif yang diharapkan.
2. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran IPA
bagi siswa tunanetra dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45”
Kota Bekasi
Dari data yang ada hasil observasi, studi dokumentasi dan wawancara
yang dilakukan penulis terhadap guru ES dan AF diketahui bahwa Hambatan
yang dirasakan adalah tidak mengerti cara menerapkan kurikulum kepada
anak tunanetra, buku buku pelajaran dalam bentuk Buku Braille, alat peraga
169 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN
INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Kebutuhan yang diperlukan oleh guru dan siswa tunanetra dalam
pembelajaran IPA dalam seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45” ”
Kota Bekasi”
Sekolah SMA YPI 45” sangat membutuhkan adanya ketersediaan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk anak tunanetra karena
selama ini KTSP yang digunakan adalah KTSP umum, minimnya buku atau
bahan ajar yang khusus untuk tunanetra dalam pembelajaran IPA, kurang
tersediannya alat peraga yang dapat mengakomodasi kebutuhan anak
tunanetra dalam menguasai materi pembelajaran serta sarana dan prasarana
belum sepenuhnya memadai untuk menunjang pembelajaran peserta didik
tunanetra.
4. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yang dihadapi
dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting pendidikan
inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi.
Upaya yang dilakukan guru ES dan AF dengan melakukan
modivikasi dengan cara mencari kreasi guru sendiri dan siswa untuk
mengatsi masalah yang ada, melalui lembaga sekolah telah beberapa kali
terkait baik dari pemerintah maupun swasta yang memiliki perhatian kepada
anak berkebutuhan khusus.
5. Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi Siswa Tunanetra Dalam
Seting pendidikan inklusif Di SMA YPI 45”Kota Bekasi
Penelitian ini menghasilkan desain hipotetik berupa pengembangan
model pembelajaran IPA bagi guru yang mengajar peserta didik tunanetra di
sekolah inklusi. Berdasarkan hasil penelitian Pengembangan Model
Pembelajaran IPA Bagi Siswa Tunanetra Dalam Seting pendidikan inklusif
Di SMA YPI 45”Kota Bekasi menghasilkan model pengembangan
pembelajaran IPA yang memuat pengertian anak tunanetra, karakteristik anak
tunanetra, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tunanetra, model
pembelajaran di mulai dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran
B. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan dan temuan lapangan maka peneliti
merekomendasikan hal sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Berdasarkan data yang didapat mengenai pemahaman guru tetang
171 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN
INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disarankan agar guru dapat lebih memahami kembali berbagai macam model
model pembelajaran yang ada.
Pemahaman tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca buku
referensi yang berhubungan dengan model model pembelajaran dalam seting
pendidikan inklusif, berdiskusi dengan teman guru di sekolah, konsultasi ke
Guru Pembimbing Khusus, dan mengikuti berbagai macam pendidikan dan
pelatihan, sosialisasi, workhsop atau mengikuti kegiatan lainnya baik yang
diselenggarakan oleh organisasi pemerintah maupun lembaga swasta.
Selanjutnya sebagai bahan referensi bagi guru Bidang Studi yang
langsung berhubungan dengan peserta didik dalam pengembangan model
pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting pendidikan inklusif yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan tunanetra.
2. Bagi Kepala Sekolah
Agar kepala sekolah dapat memberi kesempatan yang luas, memotivasi
dan melakukan pembinaan kepada guru untuk meningkatkan pemahaman
tentang model model pembelajaran yang telah ada. Kegiatannya dapat
dilakukan dengan berdiskusi, bedah buku, in house training, workhsop dan
mendatangkan nara sumber yang relefan.
Dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman guru tentang model
pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa agar dapat memberikan
pelayanan yang semaksimal mugkin.
3. Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan kota / kabupaten dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat untuk terus mengadakan pembinaan terhadap sekolah – sekolah
Inklusif secara terarah, terencana, dan sistematis. Melakukan kerja sama
dengan berbagai macam stek holder yang ada di lingkungannya agar dapat
mengembangkan implementasi pendidikan inklusif dengan sebaik baiknya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Panduan pembelajaran IPA yang disusun penulis masih dalam bentuk
hipotetik, sehingga direkomendasikan adanya penelitian lanjutan untuk
173 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN
INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Daftar Pustaka
Ahmad Nawawi:…….. Metodik Khusus Tunanetra, UPI Bandung
Ali, M. (1990) Penelitian Kependidikan. Bandung: Angkasa
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Didi Tarsidi: 2007 Buku Materi Pokok Mata Kuliah Braille, UPI Bandung
Direktorat PLB, UNESCO, UNICEF ( 2004 ), Mengelola Kelas Inklusif Dengan Pembelajaran Yang Ramah, Jakarta, Direktorat PLB
Direktorat PLB (2004). Pedoman Penyelenggaraan PendidikanTerpadu/Inklusi. Jakarta: Depdiknas.
Djadja Rahardja : (2008) Konsep Dasar Orientasi dan Mobilitas, dj_rahardja.blogspot.com/2008/4
Irham Hosni (2007) Layanan Terpadu Low Vision dalam Mendukung Inklusi, Pusat Layanan Terpadu Low Vision YPWG, Bandung
Kirk, S.A, & Gallagher, J.J. (1986). Educating Exceptional Children. USA: Houghton Mifflin Company.
Mason H & Mc Call, (1997), Visual Impairment Acces to Education for Children and Young people, London: David Fultron Publishers
Moleong. L.J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi dalam Pendidikan Kebutuhan Khusus, Konferensi Dunia tentang Pendidikan Kebutuhan Khusus: Akses dan Mutu, 7-10 Juni 1994.Salamanca, Spanyol:UNESCO dan Ministry of Education and Science, Spain.
Rahardja : (2006) Introduction to Special Education: University of Tsukuba
2 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING
PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skjorten M. (2003). Menuju Inklusi dan Pengayaan, Artikel dalam Johnsen BH. dan Skjorten MD., Menuju Inklusi, Pendidikan Kebutuhan Khusus sebuah Pengantar. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.
Stubbs, S (2002) Inclusive Education Where There Are Few Resources. UK: The Atlas Alliance (Pendidikan Inklusif ketika hanya ada sedikit sumber) alih bahasa Susi Septaviana R. Diedit oleh Didi Tarsidi, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, UPI.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta: Bandung
Sunardi. (2002). Kecenderungan Dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Dikti.
Sunanto Dj. et all. (2004). Pendidikan yang Terbuka bagi Semua. Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan UNESCO Jakarta Office.
DISPLAY DATA
HASIL WAWANCARA GURU
SMA “YPI” 45
Kota Bekasi
NO
VARIABEL / PERTANYAAN
PENELITIAN
PERTANYAAN RESPON GURU TAFSIRAN TAFSIRAN
GURU ES GURU FA
1 2 3 4 5 6
1 Bagaimanakah kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting
pendidikan inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi
1. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam mendeskripsikan kompetensi dan tujuan pembelajaran ? diharapkan dan sesuai dengan KD. proses KBM guru sudah membuat
- Analisis SKKD - Silabus yang dibuat khusus 2. Bagaimanakah cara
bapak dan ibu dalam memilih dan menentukan materi ?
2. Sesuai dengan indicator
pencapaian kompetensi.
2. Sesuai dengan indicator yang telah dibuat.
3. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam mangorganisasi materi ?
3. Materi harus memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan dan sesuai dengan indicator
3. Materi sesuai dengan
2 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang
1 2 3 4 5 6
4. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menentukan strategi
dan metode
pembelajaran ?
4. Disesuaikan dengan materi pembelajaran dan dipusatkan pada peserta didik, disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik anak Tunanetra dan masih bersifat klasikal belum individual sesuai dengan kebutuhan siswa.
5. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menentukan sumber belajar dan media
pembelajaran dan indicator.
5. Sumber dan media
pembelajaran disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
6. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menyusun perangkat penilaian ?
6. Dilakukan secara berkesinambungan untuk melihat proses kemajuan dan perbaikan dalam bentuk ulangan harian, UTS, ulangan semester dan ulangan kenaikan
kelas, penugasan dan lain-lain sesuai dengan
karakteristik materi yang di nilai.
1 2 3 4 5 6
7. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menentukan teknik penilaian ?
7. Disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan peserta didik, dapat berupa tes tulis, lisan dan tes praktek,
penugasan dan lain-lain
8. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam mengalokasikan waktu ?
8. Disesuaikan dengan
pencapaian KD dan beban belajar dan sudah dirancang di prota dan promes
8. Dilihat dari bobot materi yang akan disampaikan
9. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam membuka pelajaran ?
4 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertanyaan
sebagai motivasi yang berkaitan dengan materi ajar.
sesuai dengan materi yang akan
disampaikan.
1 2 3 4 5 6
10. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menyajikan materi ?
10. Disesuaikan dengan KD, melalui tatap muka di kelas, dan dengan praktikum di laboratorium
10. Sesuai dengan yang tercantum di dalam RPP.
11. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menggunakan metode ?
11. Disesuaikan dengan
KD Tujuan
pembelajaran dan materi ajar bisa dengan ceramah, diskusi, tanya jawab, tugas bahkan praktikum
11. Disesaikan dengan materi pelajaran.
12. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menggunakan media / alat peraga ?
12. Disesuaikan dengan materi ajar Contoh : Materi tentang struktur atom dan
system periodic,
13. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menggunakan bahasa yang komunikatif ?
13. Kita pakai bahasa Indonesia yang baik dan diselingi dengan bahasa gaul siswa, sehingga mudah diserap siswa
13. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.
14. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memotivasi siswa ?
14. Pelajaran kimia kita kaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari dengan lingkungan sekitar, sehingga siswa merasa belajar kimia sangat penting untuk mereka
14. Menjelaskan pentingnya materi pelajaran yang akan disampaikan.
15. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam mengorganisasi
15. Disesuaikan dengan kalender pendidikan.
15. sesuai dengan kalender
6 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan ?
16. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam berinteraksi secara komunikatif dengan siswa ?
16. Dalam PBM pusatnya adalah peserta didik jadi lebih banyak Tanya jawab, kemudian menuntun/menggirin memahami, diskusi kelompok dan lain-lain saling menghargai terbuka dan akrab sehingga siswa merasa nyaman belajar
17.Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menyimpulkan
pembelajaran ?
17. Pembelajaran
dianggap tuntas jika diakhir pelajaran delapan puluh persen siswa sudah bias menjawab pertanyaan dan menyimpulkan pembelajaran disaat itu dan ulangan hariannya mencapai KKM.
17. Menyimpulkan secara bersama sama dengan siswa.
18.Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam
18. Memberikan
pertanyaan pada siswa
memberikan umpan balik ?
baik secara individu atau kelompok, kemudian bersama siswa menarik suatu kesimpulan.
siswa baik secara individu atau kelompok.
1 2 3 4 5 6
19.Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam melaksanaan penilaian
?
19.Nilai Afektif setiap tatap muka dengan siswa, dari sikapnya, tugas-tugasnya, Nilai kognitif ulangan harian, UTS, UAS,
UKK, Nilai
psikomotor praktikum
mengerjakan ke depan kelas dan lain-lain
19. Penilaian
dilakukan secara
berkesinambungan .
20.Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menggunakan waktu ?
20.Sepuluh menit pertama pendahuluan (apesepsi, motivasi), enam puluh menit kegiatan inti, sepuluh menit terakhir
8 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penutup (kesimpulan, penugasan).
21. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran ? indikator yang ingin dicapai.
1 2 3 4 5 6
22. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memilih soal berdasarkan tingkat pembeda ?
22. Berdasarkan SK dan KD (indicator) 20% sukar, 30% mudah, 50% sedang
22. Dilakukan
dengan membuat standar soal mudah, sedang, sukar.
23. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memilih soal berdasarkan tingkat pembeda ?
23. Berdasarkan SK dan KD (indicator) 20% sukar, 30% mudah, 50% sedang
23. Dilakukan
dengan membuat standar soal mudah, sedang, sukar.
24. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memperbaiki soal yang tidak valid ?
24. Setiap ulangan hasilnya dianalisis sehingga akan ketahuan soal yan tidak valid, maka
soal itu harus diperbaiki sesuai dengan indikatornya
25. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memeriksa jawaban
25. Jawaban diperiksa secara manual oleh guru
25. diperiksa secara manual.
1 2 3 4 5 6
26.Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam
mengklasifikasikan hasil penilaian ?
26. Lebih atau sama dengan nilai KKM dikatakan tuntas dan Kurang dari
nilai KKM
dikatakan belum tuntas dan harus
27. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam mengolah hasil penilaian ?
27.Nilai raport = 50%
28. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam menganalisis hasil penilaian ?
28. Dianalisis sesuai dengan aturan
28. Dianalisis satu satu per soal.
10 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bapak dan ibu dalam
menyimpulkan hasil penilaian secara logis ?
mendapatkan nilai ulangan harian dan tugas tugas sudah mencapai KKM, dianggap sudah tuntas, tapi jika
didapat dari hasil ulangan
ditambah nilai tugas sudah mencapai KKM
1 2 3 4 5 6
30. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memberikan tugas rumah ?
30. Setelah PBM berakhir dan siswa sudah memahami materi ajar dengan contoh-contohnya
maka soal
berikutnya
dikerjakan di rumah sebagai PR.
30. Membuat PR bagi siswa dan tugas secara terstruktur
31. Bagaimanakah cara bapak dan ibu dalam memberikan informasi materi yang akan dipelajari berikutnya ?
31. Pada akhir pelajaran, siswa kita beritahu bahwa pertemuan berikutnya materi
yang akan
dipelajari adalah materi selanjutnya
mohon untuk dipelajari terlebih dahulu dirumah 2.
Kebutuhan-kebutuhan apa yang diperlukan oleh guru dan siswa tunanetra
dalam pembelajaran IPA dengan seting pendidikan inklusif di SMA YPI 45”
32.kurikulum apakah yang digunakan oleh bapak dan ibu guru disekolah ?
32. KTSP 32.KTSP Kebutuhan yang
sangat mendesak saat ini adalah kurikulum khusus untuk anak tunanetra, buku buku pelajaran dalam bentuk Buku Braille, alat peraga minimal tiga dimensi, dan
1 2 3 4 5 6
sarana prasarana penunjang bagi anak tunanetra 33. Apakah kurikulum
yang ada sudah mencukupi ?
33. Mencukupi tapi kami ingin mengetahui juga kurikulum khusus untuk tunanetra.
33.Kalau kurikulum umum
mencukupi.
34.Buku sumber apakah yang digunakan oleh bapak dan ibu guru
12 Sumartono Hadi, 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI SISWA TUNANETRA DALAM SETING PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMA YPI” 45 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sumber yang ada sudah mencukupi ?
Karena selain buku yang tersedia di sekolah, masih ditambah oleh buku milik pribadi
tapi untuk siswa tunanetra tidak ada. sesuai ngan KTSP
36. Bahan ajar yang hambatan yang dihadapi oleh guru dan siswa tunanetra dalam pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra dalam seting
pendidikan inklusif di SMA YPI 45” Kota Bekasi?
38.Hambatan apakah yang dihadapi oleh bapak dan ibu tentang anak tunanetra ?
38. Tidak adanya buku sumber yang ditulis dengan hurup Braille, kecuali Al Qur’an Braille yang kita miliki sumbangan dari orang tua dalam bentuk Buku Braille, alat peraga minimal tiga dimensi, dan sarana prasarana penunjang bagi anak tunanetra 39.Hambatan apakah
yang dihadapi oleh bapak dan ibu guru tentang kurikulum yang digunakan untuk anak tunanetra
39. Kita belum punya kurikulum khusus untuk anak tunanetra sehingga kita membimbing mereka seperti