• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY

BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

OLEH:

Aep Suherlan

NIM : 1104014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

Aep Suherlan, SE

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Prof. H Mustofa Kamil, M. Pd.

NIP. 196111091987031001

Pembimbing II

Dr . Asep Saepudin, M. Pd.

NIP. 19700930200801104

Mengetahui :

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S, Ardiwinata, M. Pd.

NIP. 195908261986031003

(3)

Dengan ini menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengelolaan Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui Pendekatan Andargogy Bagi Masyarakat

Berprilaku Menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandunga”, beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau adanya klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

Bandung, Agustus 2015 Penulis,

(4)

ABSTRAK

Kehidupan masyarakat dewasa ini mengalami perubahan yang signifikan, tindakan masyarakat tidak selamanya sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat, agama dan Negara. Tindakan yang yang tidak sesuai dengan nilai, norma dan agama tersebut disebut dengan prilaku menyimpang. Penyimpangan ini ukurannya adalah moralistik, maka kemiskinan, kejahatan, pelacuran, alkoholisme, perjudian, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kehidupan Kondisi masyarakat seperti itu sebagai dampak dari tidak mendapatkan pendidikan atau penanaman nilai dan norma secara tepat, pendidikan mempuyai peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan luar sekolah adalah alternative pendidikan berbasis masyarakat, karena pendidikan dan pembinaan adalah tanggung jawab bersama anatara masyarakat dan pemerintah, dan masyarakat ikut bertanggung jawab dalam pendidikan, sebagai bentuk partisipasi masyarakat adalah lewat lembaga nonformal dan salah satunya adalah Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, yang telah melaksanakan kegiatan “Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui

Pendekatan Andargogy Bagi Masyarakat Berprilaku Menyimpang”. Berdasarkan

(5)

ABSTRACT

Public life today undergoing significant change, people do not always act in accordance with the values, norms and rules that apply in society, religion and the State. Actions that are inconsistent with the values, norms and religion are called deviant behavior. The size of this deviation is moralistic, then poverty, crime, prostitution, alcoholism, gambling, and behavior that is not in accordance with the rules of community life conditions such as the impact of not getting an education or cultivation of values and norms appropriately, education mempuyai role is very important in people's lives. School education is a community-based alternative education, because education and training is a shared responsibility anatara society and government, and society share responsibility in education, as a form of community participation is through non-formal institutions and one of them is the Foundation Kharisma Usada Mustika Bandung, which has conducting "Spiritual Mental Development Programs Through Community Approach Andargogy For Notwithstanding behave". Based on this, the researchers are interested to know more about: How does the management of mental and spiritual development program implemented? How andragogy approach held in the mental and spiritual formation program ?, How to change the attitudes and behavior of inmates after following the mental and spiritual formation program through andragogy approach ?, foundation of the theory are used as study material in this study is the concept of school education, the concept of learning, andragogi concept, the concept of learning behavior, the concept of behavior and deviant behavior. This study used a qualitative approach with descriptive methods, case studies. Subject of research is Yaskum institution of Bandung, researchers can study the subject in more depth research making it possible to have a thorough and complete information on each subject studied. Subjects were one sample as a builder, a sample as an instructor and three samples as a client steps taken is research data collection, data processing, data presentation, drawing conclusions, and verification of data. Triangulation is done between coaches, organizers and participants. Of the overall findings of this study concluded that the management of the activities carried out, both the organization, coaches and instructors has been carrying out its activities quite well, while in the case of andargogy quite successful this approach can be seen from the change in the attitude of inmates obtained from this coaching program in the form of a change personality and character, having confidence and being able to cope with life's problems.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang menjadi salah satu syarat dalam penyelesaian studi pada Program Magister Pendidikan Luar Sekolah Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Tesis ini berjudul “Pengelolaan Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui Pendekatan Andargogy Bagi Masyarakat Berprilaku Menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandunga” bertujuan untuk mengungkap pengelolaan,

proses pendekatan andragogy, dan perunahan sikap yang di peroleh terhadap warga binaan.

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab V Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dikatakan sempurna, masih banyak kekurangan baik materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan di masa mendatang. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan luar sekolah. Amien.

Bandung, Agustus 2015

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk, saran dan bantuan lainnya kepada penulis. Oleh karena itu dengan tulus hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, M. Pd. selaku Pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Dr . Asep Saepudin, M. Pd. selaku Pembimbing II, yang dengan ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan nasehatnya kepada penulis

3. Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang penuh perhatian mendorong dan terus mendukung penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Direktur Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia beserta Staf yang telah memberikan berbagai kemudahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Bapak H. Uu Radia, selaku Ketua Yayasan Kharisma Usada Mustika Jawa Barat memberikan ijin dan informasi yang dibutuhkan penulis untuk pengumpulan data dalam penulisan tesis ini.

(8)

8. Istri tercinta Leli Amalia, anak-anak terkasih Rizki Muhammad Adliansyah, Fauzan Muhammad Alfarizi dan Shafa Saffira Amalia serta keluarga besar lainnya yang selalu dengan ikhlas mendoakan dan memberi semangat serta bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Rekan-rekan S2 Angkatan 2012 Program Studi Pendidikan luar Sekolah yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 10.Rekan dan Sahabat di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, yang

selalu bersama-sama dalam suka dan duka selama penelitian. dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi/data yang penulis perlukan dalam rangka penulisan tesis ini.

Demikian penghargaan dan terima kasih dari penulis, semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan mendapat pahala dari Allah SWT. Amien.

Bandung, Agustus 2015

(9)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Kehidupan masyarakat dewasa ini mengalami perubahan yang signifikan, tindakan masyarakat tidak selamanya sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat, agama dan Negara. Tindakan yang yang tidak sesuai dengan nilai, norma dan agama tersebut disebut dengan prilaku menyimpang. Penyimpangan ini ukurannya adalah moralistik, maka kemiskinan, kejahatan, pelacuran, alkoholisme, perjudian, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kehidupan Kondisi masyarakat seperti itu sebagai dampak dari tidak mendapatkan pendidikan atau penanaman nilai dan norma secara tepat, pendidikan mempuyai peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan luar sekolah adalah alternative pendidikan berbasis masyarakat, karena pendidikan dan pembinaan adalah tanggung jawab bersama anatara masyarakat dan pemerintah, dan masyarakat ikut bertanggung jawab dalam pendidikan, sebagai bentuk partisipasi masyarakat adalah lewat lembaga nonformal dan salah satunya adalah Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, yang telah melaksanakan kegiatan “Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui

(10)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

(11)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(12)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Peneltian ... 11

E. Manfaat Peneltian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 13

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ... 13

2. Tujuan, Fungsi dan Sasaran Pendidikan Luar Sekolah ... 14

3. Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah ... 16

4. Komponen-komponen Pendidikan Luar Sekolah ... 17

B. Konsep Andragogy... 24

C. Konsep Belajar Behavior ... 38

(13)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Konsep Tingkah Laku Menyimpang ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

A. Lokasi Penelitian dan Objek Peneltian ... 52

1. Lokasi Penelitian ... 52

2. Objek Penelitian ... 53

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 53

C. Teknik dan Istrumen Pengumpula Data ... 56

1. Wawancara ... 56

2. Observasi dengan keterlibatan peneliti ... 56

3. Studi dokumentasi ... 57

D. Subjek Penelitian ... 57

E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ... 59

1. Tahap Pra Lapangan ... 59

2. Tahap Lapangan ... 60

3. Tahap Pelaporan ... 61

F. Pengolahan dan Analisisis Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Peneltian ... 65

1. Deskripsi Umum Yayasan Kharisma Usada Mustika ... 65

2. Pengelolaan Program Pembinaan Mental spiritual ... 67

a. Perencanaan ... 67

b. Pengorganisasian ... 71

c. Penggerakan ... 75

d. Pembinaan ... 77

e. Penilaian ... 81

(14)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui Pendekatan

Andragogy ... 86

a. Karakteristik Andragogy ... 86

b. Pendidikan Andragogy ... 90

4. Hasil Program Pembinaan Mental Spiritual Bagi Warga Binaan .. 91

a. Hasil Terhadap Intelektual ... 92

b. Hasil Terhadap Perwujudan Diri ... 94

c. Hasil Terhdap Pribadi dan Masyarakat ... 97

d. Hasil Terhadap Perubahan Sosial ... 98

B. Pembahasan Penelitian ... 99

1. Pengelolaan Program Pembinaan Mental Spiritual... 99

2. Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui Pendektan Andragogy ... 104

3. Hasil Program Pembinaan Mental Spiritual Bagi Warga Binaan .. 107

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Implikasi ... 114

C. Rekomendasi ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(15)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

4.1. Data Klien Berdasarkan Umur ... 86

4.2. Data Klien Berdasarkan Pendidikan ... 87

(16)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

2.1. Hubungan Fungsional Antara PLS ... 18

2.2. Rangkaian Fungsi-Fungsi Manajemen Program ... 21

2.3. Skematis Prosedur Identifikasi Kompenen Sampai Indikator ... 24

(17)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 ... 120

- Kisi – Kisi ... 120

- Pedomana Studi Dokumentasi ... 121

- Pedomana Wawancara P1 dan P2 ... 122

- Pedomana Wawancara P3 ... 126

Lampiran 2 ... 129

- Data Hasil Wawancara P1(Pembina) ... 129

- Data Hasil Wawancara P2(Fasilitator) ... 137

- Data Hasil Wawancara P3(Warga Belajar1) ... 142

- Data Hasil Wawancara P3(Warga Belajar2) ... 145

- Data Hasil Wawancara P3(Warga Belajar3) ... 149

Lampiran 3 : SK Pembimbing, SK Izin Penelitian, SK Telah Melaksanakan Penelitian ... 152

(18)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

(19)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peran pendidikan luar sekolah didalam usahanya membantu pendidikan sekolah guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia diwujudkan melalui proses kegiatan belajar mengajar yang mengarah pada upaya menumbuhkan suasana kehidupan yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan, yang berbudaya, peningkatan tarap hidup peserta didik dan masyarakat serta mengubah dan mengembangkan perilaku peserta didik yang lebih baik. Kualitas kehidupan tersebut diatas dapat tercapai apabila pembelajaran dilaksanakan secara demokratis. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa apabila pendidikan tidak dilaksanakan secara demokratis dan tidak ditujukan untuk menumbuhkan kehidupan yang demokratis maka pendidikan kurang berpengaruh positif terhadap peningkatan tarap hidup dan kehidupan yang wajar serta berkualitas.

(20)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

konsep dasar Andragogi, asumsi dasar, prinsip-prinsip, karakteristik dan suasana belajar serta implikasinya dalam penyelenggaraan pembinaan.

Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, di tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles (24 April 1913 -- 27 November 1997). Andragogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Andre yang berarti “orang dewasa” dan “agagos” yang berarti membimbing. Jadi Andragogi adalah ilmu atau seni dalam membantu orang dewasa belajar, yang berarti mengarahkan orang dewasa. pembelajaran orang dewasa, kiranya diperlukan suatu kesamaan persepsi tentang defenisi orang dewasa, yaitu dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut:

1. Defenisi Biologis. Seseorang menjadi dewasa secara biologis jika orang tersebut telah mencapai usia dimana ia dapat melakukan reproduksi, pada umumnya terjadi pada awal masa remaja.

2. Defenisi Hukum. Seseorang menjadi dewasa secara hukum jika orang tersebut telah mencapai usia dimana undang-undang menyatakan ia dapat memiliki hak suara dalam Pemilu.

3. Defenisi Sosial. Seseorang menjadi dewasa secara sosial jika orang tersebut telah mulai melaksanakan peran-peran orang dewasa, seperti peran kerja, peran pasangan suami isteri, peran orang tua, peran sebagai warga negara dll.

4. Defenisi Psikologi. Seseorang menjadi dewasa secara prikologi jika orang tersebut telah memiliki konsep diri yang bertanggungjawab terhadap kehidupannya, yaitu konsep untuk mengatur dirinya sendiri (self directing), seperti mengambil keputusan sendiri.

(21)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

adalah moralistik, maka kemiskinan, kejahatan, pelacuran, alkoholisme, kecanduan, perjudian, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kehidupan. Masyarakat prilaku menyimpang mengalami disorganisasi ditandai dengan cirri-ciri : perubahan-perubahan yang serba cepat, tidak stabil, tidak ada kesinambungan pengalaman dari satu kelompok dengan kelompok-kelompok lainnya, tidak ada intimidasi organik dalam relasi sosial, dan kurang atau tidak adanya persesuain diantara para anggota masyarakat. Dr, Kartini Kartono (2013:1) ,menjelaskan bahwa prilaku menyimpang yaitu:

1. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat-istiadat masyarakat (dan adat-istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama).

2. Situasi sosial yang dianggap sebagaian besar masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan merugikan orang lain. Perilaku menyimpang, sadar atau tidak sadar pernah kita alami atau kita lakukan. Penyimpangan tersebut dapat terjadi dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat. Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma social yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan (deviation) adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri (conformity) terhadap kehendak masyarakat. Perilaku menyimpang muncul sebagai akibat melemahnya pengertian dan kewaspadaan terhadap kebutuhan dan permasalahan masyarakat itu sendiri. Sifat-sifat sulit diatur, berontak, merajuk, narkoba, suka meniru budaya luar, hura-hura dan sebagainya, adalah rangkaian pola perilaku yang selalu muncul membayangi sisi kehidupan masyarakat.

(22)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

mengunakan metode dan teknik-teknik yang berguna dan bernilai, disebut bernilai karena pendidikan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan semua usaha untuk memenuhi serta memuaskan kebutuhan masyarakat yang universal, baik yang individual maupun sosial dan diarahkan mencapai tujuan yang bernilai. Dengan pendidikan masyarakat akan mendapatkan peningkatan baik dari wawasan, ilmu, maupun perubahan prilaku. Pendidikan menurut Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 yaitu:

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(23)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

sumber-sumber belajar yang ada dilingkungan setempat, program dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik serta kegiatan belajar berhubungan langsung dengan kegiatan warga belajar dalam kehidupannya. Ini berarti program-program yang dilaksanakan oleh pendidikan luar sekolah berpusat pada peserta didik, fleksibel, lebih efisiensi dan efektif. Tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaan program tersebut menurut Djudju Sudjana (2001 : 142) adalah agar warga belajar dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang kehidupannya; memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah. Dengan demikian pendidikan luar sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam upanyanya mengatasi permasalahan pendidikan nasional.

Pembelajaran yang demokratis dapat berlangsung apabila di dalam masyarakat terdapat fasilitas-fasilitas belajar yang memungkinkan masyarakat dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Masyarakat diharapkan meyadari pentingnya belajar sehingga dapat tumbuh suasana belajar masyarakat (learning society) yang ditandai selalu mencari dan menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat untuk peningkatan kemampuan dan pengembangan diri melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan masyarakat diharapkan tidak sebatas hanya mengetahui (learning how to know) dan bagaimana belajar (learning how to learn), tidak pula belajar hanya sekedar memecahkan masalah kehidupan (learning how to solve problem). Kegiatan belajar yang mereka lakukan diharapkan terarah untuk kepentingan kemajuan hidupnya (learning how to be atau learning to life).

(24)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

bahwa agar hidup dapat dipertahankan dan dikembangkan dalam era global diperlukan empat kompetensi yaitu:

(1) Plurality Competence yaitu kecakapan untuk mengidentifikasi aspek produktif dari adanya keragaman, toleransi dan menggunakan secara efektif. (2) Socio communicative competence yaitu kecakapan untuk berinisiatif, megembangkan, mendukung , mengelola dan menyimpulkan secara tepat proses-proses sosial. (3) Transation competence yaitu kecakapan untuk beradaptasi dengan proses transisi dalam kehidupan, (4) Equlibrium competence yaitu kecakapan menjaga keseimbangan dalam kondisi ketidakpastian.

Pendidikan luar sekolah dapat dikatakan sebagai pelengkap, penambah, serta pengganti jalur pendidikan formal. Pendidikan nonformal merupakan bagian dari sistem pendidikan pendidikan nonformal yang juga disebut dengan pendidikan luar sekolah merupakan suatu lingkup pendidikan yang kepemilikannya terfokus pada masyarakat, menyangkut kemandirian, pendanaan, pengelolaanm dan aspek-aspek lainnya, yang kegiatannya dari, oelh dan untuk masyarakat. Pendidikan Non Formal menurut Sudjana (2004:22) yang juga mengacu pada pendapat Coombs, sebagai berikut:

Pendidikan nonformal merupakan setiap kegiatan yang terorganisasi dan sistematis di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya.

(25)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

peraturan pemerintah No. 73 Tahun 1991 disebutkan bahwa pendidikan luar sekolah bertujuan :

1. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya;

2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan/atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan

3. Memenuhui kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.

Ungkapan tersebut merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kemampuan warga belajar agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi kehidupannya secara nyata dan maju yang dapat membawanya menjadi warga belajar yang berkualitas. Dengan Pendidikan Luar Sekolah diharapkan perilaku menyimpang dapat ditanggulangi sebaik-baiknya. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang, diantaranya adalah longgarnya pegangan terhadap agama. Agama menjadi tiang utama dalam perkembangan akhlak manusia. Dalam Islam, perilaku yang menyimpang seperti nepotisme, korupsi, mabuk, narkoba, judi, zina atau yang disebut kezaliman termasuk dalam katagori akhlak yang jelek. Masyarakat yang melakukan kezaliman akan mendapat azab dari Allah, S.W.T. Seperti yang ditulis dalam Al-Qur'an surat Al-Qasas ayat 59 berbunyi :

ام ناك بر ْ م ٰىر ْلا ٰىتحثعْبييفا مأ اً سر ْتي ْ ْي عانتايآ ۚام انكيك ْ م ٰىر ْلا اَإ لاظ ا لْهأ

“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman”.

(26)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

perkembangan zaman. Sudah menjadi tragedy dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada tuhan tinggal symbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada di dalam dirinya. Ada bidang moral memperlihatkan kondisi mental, karakter, budi pekerti dan akhlak bangsa yang sangat memperhatinkan seperti perilaku menyimpang, perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti luhur, dan perilaku yang seolah-olah tidak ada tatanan hokum positif. Menurut Soekanto (1993 : 26) situasi ini seperti yang “anomie, yaitu memudarnya nilai-nilai yang berlaku dan tidak adaanya norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dan tidak adanya norma-norma atau nilai-nilai bersama.”

Pendidikan dan pembinaan tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Pendidikan dan penbinaan bukan hanya didapat melalui pendidikan formal, tapi juga bisa didapat melalui pendidikan non formal yang menjadi pengganti pendidikan sekolah dalam melayani kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 4 satuan pendidikan non formal adalah lembaga kursus, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Majelis ta’lim, dan satuan pendidikan sejenis.

(27)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

diatas bergerak dalam : 1) bidang sosial kemasyarakatan yang melakukan kerjasama dengan lembaga baik negeri atau swasta; 2) Bidang pengobatan alternatif yang meliputi fisik maupun mental spiritual. Secara umum lembaga tersebut bertujuan membentuk segenap anggotanya menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dengan cara sebagai berikut :

1. Meningkatkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

2. Membentuk pribadi-pribadi atau individu-individu yang bertanggung jawab, berakhlak mulia, dan berjiwa sosial,

3. Menanamkan budi pekerti yang baik agar senantiasa mau dan mampu berbuat yang dapat mendatangkan manfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, serta masyarakatnya,

4. Menggali atau menumbuhkembangkan potensi dan bakat pribadi masing-masing individu untuk dapat mewujudkan dan mengembangkan cita rasa dan karyanya demi kemajuan pribadi, keluarga, dan masyarakat lingkungannya, 5. Mengarahkan, menumbuhkembangkan, dan mendukung pribadi-pribadi serta

individu-individu yang mandiri dan merdeka demi terwujudnya pribadi-pribadi dan individu-individu yang bermartabat dan mempunyai eksistensi, dedikasi yang baik dimata keluarga dan masyarakat lingkungannya.

Hal ini sesuai dengan visi dari Yayasan Kharisma Usada Mustika yaitu “mewujudkan masyarakat Indonesia bahkan dunia yang memiliki kepribadian yang berkarakter, memiliki kepercayaan diri, mandiri, tolong menolong dan mampu mengatasi problema-problema profesi, ekonomi dan kemasyarakatan, sehingga baik secara pribadi maupun bersama-sama secara aktif memberikan kontribusi bagi perbaikan masyarakat global menuju tatanan dunia baru yang dilandasi oleh keadilan, keberadaban, kesinambungan, keseimbangan, kepedulian, dan kesejahteraan diatas keyakinan dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa”.

(28)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

secara keilmuan di bidang pendidikan yaitu “Program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan sementara penulis ketika melakukan observasi melalui studi pendahuluan, penulis tertarik untuk melakukan kajian tentang pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang, dan lembaga tersebut patut dihargai keikutsertaannya dalam membina masyarakat, peneliti mengidentifikasi bahwa :

1. Berdasarkan hasil observasi dan data diketahui adanya masyarakat berprilaku menyimpang yang sedang mengikuti program pembinaan mental spiritual di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

2. Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung telah melaksanakan pengelolaan berupa program pembinaan mental spiritual bagi masyarakat berprilaku menyimpang.

3. Dalam penyelenggaraan programnya Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung menggunakan pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andargogy bagi warga binaaan.

4. Adanya perubahan prilaku dari warga binaan setelah mengikuti program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang.

C. Rumusan Masalah

(29)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

1. Bagaimana pengelolaan program pembinaan mental spiritual dilaksanakan di Yayasan Kharisma Usada Bandung?

2. Bagaimana penerapan program melalui pendekatan andragogy diselenggarakan di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung dalam pembinaan mental spiritual?

3. Bagaimana perubahan prilaku warga binaan setelah mengikuti program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy yang dilaksanakan di Yayasan Kharisma Usada Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi pemikiran ilmiah yang berhubungan dengan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang sebagai basis dari bentuk pendidikan luar sekolah. Dan berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bermaksud :

1. Mendidkripsikan pengelolaan program pembinaan mental spiritual dilaksanakan di Yayasan Kharisma Usada Bandung?

2. Mendiskripsikan penerapan program melalui pendekatan andragogy yang diselenggarakan di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung dalam pembinaan mental spiritual?

4. Menganalisis perubahan prilaku warga binaan setelah mengikuti program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy yang dilaksanakan di Yayasan Kharisma Usada Bandung?

E. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

(30)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12

berprilaku menyimpang. Kelebihan dan kekurangan dari program pembinaan mental spiritual ini dapat menjadi kontribusi bagi perkembangan dalam proses pendidikan bagi masyarakat khususnya masyarakta berperilaku menyimpang baik secara teoritis maupun secara teknis. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan diskusi konseptual bagi para akademis untuk memperkaya perkembangan pendidikan khususnya Pendidikan Luar Sekolah.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah maupun praktisi pemberdayaan pendidikan non formal dalam mendampingi masyarakat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas yaitu sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, merupakan uraian tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori, yang merupakan landasan teori adalah : Konsep Pendidikan Luar Sekolah, Konsep Andragogi, Konsep Belajar Behavior, konsep Prilaku dan Konsep Tingkah Laku Menyimpang. BAB III Metode Penelitian, yang berisi tentang lokasi penelitian dan objek

penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik dan instrument pengumpulan data, subyek / partisipan dalam penelitian, langkah-langkah pengumpulan data dan pengolahan serta analisis data.

(31)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13

(32)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Objek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung Jl. Sukagalih II No. 132 Cipedes Sukajadi Kota Bandung, dengan Akta Yayasan Kharisma Usada Mustika Nomor 1 tertanggal 27 September 2007 yang dibuat dihadapan Notaris Andi Ismawati Achmad, SH., Notaris di Kota Depok. Akta tersebut telah disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : C-3511.HT.01.02.TH.2007 tertanggal 12 Oktober 2007.

visi :

Mewujudkan masyarakat Indonesia bahkan dunia yang memiliki kepribadian yang berkarakter, memiliki kepercayaan diri, mandiri, tolong menolong dan mampu mengatasi problema-problema profesi, ekonomi dan kemasyarakatan, sehingga baik secara pribadi maupun bersama-sama secara aktif memberikan kontribusi bagi perbaikan masyarakat global menuju tatanan dunia baru yang dilandasi oleh keadilan, keberadaban, kesinambungan, keseimbangan, kepedulian, dan kesejahteraan diatas keyakinan dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Misi :

1. Melakukan pembinaan dan pelayanan secara berkesinambungan terhadap anggota-anggota masyarakat yang membutuhkan tanpa membedakan latar belakang ras, agama, suku bangsa, golongan /aliran melalui pola pembinaan mental maupun spiritual dengan tujuan tiap-tiap individu tersebut dapat terselesaikan problema profesi, ekonomi dan kemasyarakatannya.

2. Memberikan perlindungan, pelayanan dan kenyamanan kepada setiap anggota masyarakat yang membutuhkan dengan tujuan agar Yaskum menjadi lembaga yang dapat dipercaya untuk menjalankan fungsi intermediasi, stabilisasi dan dinamisasi untuk mengatasi dan menjembatani problema maupun konflik sosial, ekonomi dan kemasyarakatan antar golongan masyarakat maupun individu.

(33)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

baik kalangan Professional, akademisi, ahli, penemu, lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan, pers, cedekiawan dan lain sebagainya.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini lebih difokuskan kepada beberapa bagian yaitu :

1. Sebagai sumber informasi. Sumber infomasi lebih difokuskan kepada pembina dengan pengkodean (P) berjumlah satu orang yang merupakan key person dalam keberhasilan kegiatan tersebut.

2. Informasi Data. Fasilitator (F) akan memberi informasi data berjumlah satu orang, yang dibutuhkan dalam penelitian yang berhubungan dengan implementasi kegiatan.

3. Sebagai informan. Informan dalam penelitian ini adalah Warga Binaan dengan pengkodean (WB) berjumlah tiga orang, merupakan masyarakat yang ikut program pembinaan dengan pendektan andragogy di Yayasan, dari pembina dan fasilitator diharapkan mendapatkan informasi dan data tentang pengelolaan program pembinaan dan pengaruh perubahan pada warga binaan. Sedangkan dari Warga Binaan diharapkan mendapatkan informasi tentang kegiatan pembinaan dan pengaruh perubahan terhadap sikap dan prilaku setelah mengikuti program pembinaan tersebut.

Dalam penelitian ini peran peneliti juga terlibat secara langsung dalam kegitan tersebut selain sebagai observer yang akan mengamati dan mendeskripsikan proses pelaksanaan kegiatan yang menggunakan penerapan teknik behavior meditasi. Diharapkan dari deskripsi ini akan dapat mengungkapkan secara detail proses pengelolaan program pembinaan melalui pendekatan andragogy di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

(34)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54

Saifuddin Azwar (1997: 5-6) mengemukan bahwa “Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati,

dengan menggunakan logika ilmiah”.

Menurut Moleong (1991: 5) bahwa “Pendekatan kualitatif dianggap sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dengan pertimbangan, yaitu: 1) lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan, 2) menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dan responden, 3) lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap

pola-pola nilai yang dihadapi”.

Argumen yang sama dikemukakan oleh Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 196) bahwa ada beberapa alasan yang sering diajukan mengapa penelitian kualitatif dilakukan adalah:

1. Penelitian kualitatif yang menggunakan pengukuran enumirasi empiris sering merupakan indeks-indeks kasar, padahal justru inti yang sebenarnya berada dalam konsep-konsep yang timbul dari data.

2. Penggunaan statistik seperti digunakan dalam penelitian kuantitatif, banyak informasi yang hilang sehingga intisari konsep yang ada dalam data tidak diungkapkan.

3. Adanya hipotesis yang telah disusun sebelumnya berdasarkan berpikir deduktif, cenderung menggali data empiris, dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis. Metode statistik akhirnya diupayakan sedemikian rupa untuk mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif, semata-mata untuk menguji hipotesis.

4. Variabel yang diungkap dalam penelitian kuantitatif dibatasi sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah disusun sebelumnya, padahal permasalahan dan variabel dalam ilmu-ilmu sosial tidak terlepas dari konteks lingkungannya secara keseluruhan.

Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan pendekatan-pendekatan lainnya. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 197), ciri-ciri pokok dari pendekatan kualitatif, yaitu:

(35)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

2. Peristiwa yang terjadi baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, sebagaimana adanya (alami) tanpa dilakukan perubahan dan intervensi oleh peneliti, merupakan objek bagi penelitian kualitatif.

3. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik

4. Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, cuplikan tertulis dari dokumen, catatan lapangan, disusun penelitian di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan bilangan statistik. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, melalui komparasi, sepanjang tidak menghilangkan data aslinya. 5. Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil.

6. Penelitian kualitatif sifanya induktif.

7. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan, yakni fakta empiris atau induktif.

8. Penelitian kualitatif mengutamakan makna.

9. Penelitian kualitatif mengutamakan kepada bagaimana orang mengartikan hidupnya, dalam pengertian participant perspective. Makna yang diungkap berkisar pada asumsi-asumsi apa yang dimiliki orang mengenai hidupnya.

Nasution (1988: 9-12) secara rinci menjabarkan karakteristik pendekatan kualitatif sebagai berikut:

1. Sumber datanya merupakan situasi yang wajar atau natural setting. 2. Peneliti sebagai instrumen utama.

3. Sangat deskriptif.

4. Mementingkan proses maupun produk serta memperhatikan bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu.

5. Mencari makna di belakang kelakukan atau perbuatan, sehingga dapat memahami masalah atau situasi.

6. Mengutamakan data langsung atau first hand.

7. Triangulasi data atau informasi dari satu pihak harus dichek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain.

8. Menonjolkan rincian konsteksional.

9. Subjek yang diteliti dipandang kedudukannya sama dengan peneliti.

10. Mengutamakan perspective emic, artinya dengan mementingkan pandangan responden, yaitu tentang bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya.

11. Verifikasi, antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif. 12. Sampling yang pusposive.

13. Menggunakan audit trial, yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui apakah laporan peneliti sesuai dengan data yang dikumpulkan. 14. Partisipasi tanpa mengganggu.

(36)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

Berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik tersebut di atas, peneliti dapat berkomunikasi secara langsung dengan subjek yang diteliti serta dapat mengamati mereka sejak awal sampai akhir proses penelitian. Fakta dan data itulah yang nantinya diberi makna sesuai dengan teori-teori yang terkait dengan fokus masalah yang diteliti.

Penggunaan pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat menghasilkan suatu gambaran mengenai permasalahan yang sedang diteliti sedalam-dalamnya secara utuh. Adapun alasan lain penggunaan metoda ini adalah: 1) peneliti mampu mengumpulkan data atau informasi mengenai pengelolaan program pembinaan melalui pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, 2) peneliti dapat mempelajari subjek penelitian secara lebih mendalam sehingga memungkinkan untuk mendapati informasi secara menyeluruh dan lengkap dari masing-masing subjek yang diteliti.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk selanjutnya dianalisis guna mendapatkan suatu kesimpulan. Untuk itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang relevan, dalam penelitian ini digunakan wawancara, observasi dan Studi Dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan kegiatan, harapan dan keinginan, dari individu atau reponden. Caranya melalui pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan kepada responden oleh peneliti. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin atau tertutup. Menurut Riduwan (2004 : 102) bahwa

“Dalam wawancara ini, pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang

sudah disusun”. Wawancara dilakukan secara langsung dengan pengelola atau

pembina, satu orang fasilitator, dan tiga orang warga binaan.

(37)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

Peneliti terlibat secar langsung dalam kegiatan sehari-hari dilapangan peneltian, bersama – sama dengan sample yang sedang diamati atau yang digunakan sebagi sumber data penelitian. Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku responden ataupun proses terjadi suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan andragogy di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung. Observasi yang digunakan adalah observasi partipasi, yaitu dengan maksud untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan rinci. Untuk menjadi partisipan dan sekaligus pengamat, peneliti turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan dari subjek yang diteliti. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu objek yang berhubungan dengan kegiatan pengelolaan, pendekatan andargogy dan perubahan sikap prialku terhdapa warga binaan dari program pembinaan tersebut.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi data/informasi yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Studi dokumentasi ini khusus ditujukan kepada pengelola/penyelenggara untuk memperoleh data mengenai penguasaan awal/pengetahuan awal yang dimiliki oleh warga binaan sebelum mengikuti program pembinaan dengan pendekatan andragogy.

D. Subjek Penelitian

Sehubungan dengan metode kualitatif yang digunakan, maka ditetapkan subjek penelitian yaitu orang-orang dan pihak-pihak yang diplih sebagai manusia sumber (human resources), serta informan. Menurut Suharsimi (1989: 211)

(38)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

memberikan data utama tentang dirinya sendiri. Sedangkan informan adalah subjek yang memberikan data pelengkap tentang sumber informasi yang menyangkut data penelitian.

Berdasarkan batasan di atas, maka yang menjadi subjek penelitian disini adalah: 1. Pengelola/Pembina, pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan

andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung sebanyak 1 (satu) orang.

2. Fasilitator pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung sebanyak 1 (satu) orang.

3. Warga binaan atau peserta pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung sejumlah 3 (tiga) orang.

Kriteria yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan subjek penelitian, yaitu: 1. Mereka yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pengelolaan program

pembinaan dengan pendektan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

2. Mereka yang telah mendapatkan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang yang dilaksanakan oleh Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti telah menentukan sebanyak lima orang sebagai subjek penelitian. Penentuan jumlah subjek dalam penelitian ini didasari oleh beberapa alasan, yaitu:

1. Efesiensi sumber daya. Pertimbangan ini digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah subjek penelitian. Hal ini juga sejalan dengan pendapat

Saifuddin Azwar (1997: 78) bahwa “Pada dasarnya penggunaan subjek dalam

penelitian didasari oleh pertimbangan efesiensi sumber daya. Sumber daya

penelitian adalah waktu, tenaga, dan dana”. Peneliti tidak memilih seluruh

(39)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59

pengambilan data, membutuhkan tenaga peneliti dan tenaga lapangan yang banyak sekali dan mungkin tidak tersedia, serta menghabiskan dana yang sangat besar.

2. Ketersediaan sumber daya manusia. Pertimbangan ini digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah instruktur dan pembina yang dipilih sebagai subjek penelitian. Dalam penelitian pembina, fasilitator yang dijadikan sebagai subjek berjumlah 2 orang pada penngelolaan program pembinaan dengan pendektan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

3. Kemudahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Patton (1980), Lincoln dan Guba

(1985) dalam A. Chaedar Alwasilah (2002: 73) bahwa “Pemilihan subjek penelitian dilakukan karena alasan kemudahan”. Peneliti memilih subjek

tersebut karena mudah dihubungi, mudah untuk diwawancara atau dimintai informasinya, dan mudah untuk ditemuinya.

4. Mewakili karakteristik yang akan diteliti. Pertimbangan ini digunakan untuk menentukan jumlah peserta yang dipilih sebagai subjek penelitian. Peneliti memilih 3 (tiga) orang warga binaan karena mereka sudah dapat mewakili karakteristik yang akan diteliti dalam pengelolaan program pembinaan dengan pendektan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

.

E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

1. Tahap Pra Lapamgan

(40)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60

penelitian, maupun yang menyangkut persoalan teknis penelitian itu sendiri. Persoalan administrasi yang dimaksud adalah meliputi pengurusan perizinan, persiapan alat/instrumen pengumpulan data, dan sebagainya. Untuk memperoleh gambaran awal tentang lokasi dan objek penelitian, peneliti mengadakan kunjungan tidak resmi kepada lembaga tempat penelitian guna memperoleh informasi awal yang berkaitan dengan desain yang disusun.

Pada tahap ini, peneliti telah berhasil menyusun desain yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian. Desain penelitian yang digunakan merupakan hasil rancangan peneliti yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Peneliti juga telah berhasil menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian yang akan digunakan. Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang pelaksanaan penerapan teknik behavior meditasi adalah wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan merupakan hasil rancangan peneliti yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, peneliti juga telah memperoleh surat izin penelitian dari Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Tahap Lapangan

(41)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

61

Peneliti menulis secara singkat hal-hal yang dianggap perlu dari hasil wawancara dengan responden yang diperlukan. Selanjutnya setelah kembali dari lokasi yang ditemui setelah tercatat secara singkat, peneliti kemudian mencatat kembali secara baik dan teratur. Kegiatan selanjutnya adalah mengadakan observasi atau pengamatan langsung terhadap aktivitas responden dalam proses pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung. Kegiatan ini dilakukan untuk melengkapi data yang telah diperoleh. Untuk memperkuat hasil observasi, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa responden.

Pada tahap lapangan ini juga dilakukan analisis terhadap data dengan cara menelaah informasi, menyeleksi catatan lapangan dan merangkum hal-hal yang penting secara sistematis untuk mempermudah peneliti dan mempertajam arah dan fokus penelitian. Hal ini sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, yang menekankan bahwa analisis data dapat dilakukan sejak kegiatan pengumpulan data. Untuk memperoleh data yang valid, maka setelah selesai melakukan observasi dan wawancara, peneliti melakukan pemeriksaan terhadap catatan lapangan (member chek). Setelah kegiatan tersebut dilakukan maka data yang diperoleh dikonfirmasikan kembali kepada responden (sumber informasi) untuk didiskusikan, karena mungkin saja dari hasil diskusi tersebut akan diperoleh informasi yang lebih akurat lagi. Untuk lebih meyakinkan lagi terhadap keakuratan data yang telah diperoleh, maka peneliti melakukan triangulasi yaitu dengan mencari sumber lain atau pihak lain yang berkompeten terhadap permasalahan (objek) penelitian.

3. Tahap Pelaporan

(42)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

62

a. Reduksi data

Langkah awal dalam menganalisis data adalah melakukan reduksi data, hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti memahami dan menelaah data yang telah dikumpulkan. Reduksi data dilakukan dengan cara merangkum aspek-aspek dan permasalahan yang diteliti, sehingga memudahkan peneliti untuk menganalisis, dalam hal ini menganalisis pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung. Dalam mereduksi data tersebut, peneliti menyusun dan merangkum secara sistematis permasalahan pokok yang berkaitan dengan fokus penelitian sehingga akan jelas polanya. Untuk itu dalam penyajian data hasil penelitian, peneliti menyajikan berdasarkan aspek-aspek yang akan ditelaah.

b. Penyajian data

Untuk memudahkan pemahaman terhadap aspek-aspek yang telah direduksi, maka aspek-aspek tersebut harus disajikan secara singkat dan jelas, baik bagian demi bagian maupun keseluruhannya. Penyajian ini akan dijadikan sebagai dasar untuk menafsirkan dan mengambil kesimpulan hasil penelitian.

c. Verifikasi dan pengambilan keputusan

Verifikasi adalah kegiatan mempelajari data yang telah direduksi dan disajikan pada langkah-langkah sebelumnya, dan dengan pertimbangan yang terus menerus sesuai dengan perkembangan data dan fenomena yang ada di lapangan, yang pada akhirnya menghasilkan kesimpulan untuk mengambil sesuatu keputusan.

(43)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

63

Penarikan kesimpulan tersebut hendaknya dilakukan secara bertingkat dan bertahap-tahap.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca (readable) dan ditafsirkan (interpretable) serta dapat menjawab pertanyaan penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 126) bahwa: “Data yang diperoleh dari sampel melalui instrumen yang dipilih akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Oleh sebab itu data perlu diolah dan dianalisis

agar mempunyai makna guna pemecahan masalah”.

Pada dasarnya kegiatan pengolahan data dan analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak pengumpulan data dilakukan, namun analisis tersebut bersifat parsial, sedangkan analisis yang diharapkan adalah analisis yang bersifat konstektual. Untuk memperoleh analisis yang bersifat konstektual, maka harus dianalisis setelah semua data terkumpul secara utuh. Sehubungan dengan hal tersebut, maka langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, serta triangulasi.

2. Mengumpulkan data yang sejenis.

3. Menyusun data sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. 4. Menganalisis hubungan data yang satu dengan yang lain.

5. Memberikan komentar berupa tanggapan, dan tafsiran terhadap data secara konstektual.

6. Mendeskripsikan data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan umum, sekaligus menyusun temuan-temuan penelitian, baik yang berhubungan dengan permasalahan penelitian maupun tidak.

7. Menyusun temuan yang berupa gagasan yang bersifat inovasi. 8. Menyimpulkan laporan penelitian secara umum.

(44)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

64

(1992) yang dikutip Abdul Kodir (2003: 89) harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Kredibilitas

Kredibilitas adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan. Dalam penelitian kualitatif kredibilitas ini disebut juga validitas internal. Kredibilitas dalam suatu penelitian adalah keadaan dimana terjadi kecocokan antara konsep peneliti dengan konsep yang terdapat dalam responden. Untuk memenuhi hal tersebut peneliti mengadakan triangulasi terhadap data yang diperoleh dari responden. Dengan kondisi yang demikian akan memungkinkan terjadi hubungan keterkaitan antara satu dengan yang lain baik secara paralel (horizontal) maupun secara vertikal. Biasanya hal demikian dapat dinyatakan bahwa setiap data atau informasi yang diberikan oleh responden secara otomatis dapat dibandingkan dengan sumber lain, sekaligus dilakukan pengecekan terhadap kebenaran data yang ada.

2. Depentabilitas

Depentabilitas adalah nilai konsistensi dari hasil penelitian, bahwa apakah hasil peneltian tersebut bila dilakukan lagi apakah hasilnya tetap sama. Jadi depentabilitas adalah merupakan tingkat konsistensi darii fenomena atau kenyataan sosial besifat unik dan tidak stabil sehingga sulit untuk direkonstruksi kembali seperti semula. Namun untuk mengantisipasi hal tersebut, serta untuk meyakinkan keabsahan hasil penelitian, maka peneliti melakukan pemerikasaan untuk meyakinkan bahwa apa yang dianalisis dan dilaporkan dalam laporan penelitian ini memang demikian adanya. Untuk mempertahankan kebenaran dan objektifitas hasil penelitian, maka pengolahan dilakukan dengan delapan langkah di atas.

3. Transferbilitas

Transferbilitas adalah tingkat keterpakaian hasil penelitian oleh orang atau pihak lain yang ingin mengembangkan program kegiatan yang sejenis. Atau juga yang popular digunakan dalam penelitian kuantitatif dengan istilah validitas eksternal. Transferbilitas ini sangat bergantung pada pemakai (user) dalam hal ini menyangkut situasi dan kondisi tertentu.

4. Konfirmabilitas

(45)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(46)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

111

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A.

Kesimpulan

1. Pengelolaan program pembinaan mental spiritual

Hasil dari penelitian dalam kegiatan pengelolaan pembinaan mental spiritual yang dilaksanakan oleh Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung sesuai dengan harapan peneliti bahwa dalam pengelolaanya yayasan tersebut telah melaksanakannya secara maksimal, pengelolaan program tersebut dapat diaplikasikan dan dilaksanakan oleh para pengelola, pembina dan fasilitaor di yayasan tersebut.

Gambar

Tabel      4.1.  Data Klien Berdasarkan Umur ................................................................
Gambar      2.1.  Hubungan Fungsional Antara PLS .........................................................

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan studi pendahuluan menunjukkan bahwa kasus anemia gizi besi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tabunganen sebesar 71,2% dengan menduduki peringkat

Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu (1) perilaku terminal, (2) kondisi-kondisi dan (3) standar ukuran. Uno,

a) Poros harus sejajar untuk menyamakan teganagan tali. b) Puli tidak harus saling berdekatan didalam kontak dengan puli yang lebih kecil atau mungkin yang besarnya sama.

Apabila dilihat dari makna hikou dari koujien dapat dipastikan bahwa kanji hi pada kata hikou memiliki makna untuk menyatakan perbuatan yang tidak baik, terbukti

[r]

a.Bunga terdiri dari bunga pita saja, memiliki putik dan benang sari, tabung ramping dan panjang….…..……… Cichorieae b.. Daftar Jenis dan Lokasi Ditemukan Tumbuhan

Menerima dan mencatat pelaporan yang disampaikan oleh pemilik MP, menginput pelaporan serta menyiapkan Surat Perintah (SP) Pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata untuk karakter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang primer, bobot brangkasan segar, jumlah polong isi