• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Publikasi Pendidikan Volume 12 Nomor 1, 2022 p-issn e-issn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Publikasi Pendidikan Volume 12 Nomor 1, 2022 p-issn e-issn"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

http://ojs.unm.ac.id/index.php/pubpend Volume 12 Nomor 1, 2022

p-ISSN 2088-2092 e-ISSN 2548-6721

75

Reviewed : 28/11/2021 Accepted : 20/02/2022 Published : 07/03/2022

Pendampingan Pemilihan Model Pembelajaran Ditinjau Dari Perkembangan Kognitif Siswa Sekolah Dasar

Pebria Dheni Purnasari1, Margaretha Lidya Sumarni2, Yosua Damas Sadewo3 Institut Shanti Bhuana, Bengkayang Kalimantan Barat

1[email protected]

2[email protected]

3[email protected]

ABSTRAK

Hasil observasi yang menunjukkan bahwa para guru di SD Negeri 2 Sungai Betung mengalami kesulitan dan kendala ketika diharuskan untuk melaksanakan pembelajaran secara daring, selain itu penggunaan model pembelajaran juga belum bervariatif. Hal ini terlihat pada strategi pembelajaran jarak jauh yang dilakukan yakni dengan membentuk kelompok belajar, dan memberikan pengajaran di rumah siswa. Selanjutnya metode mengajar yang digunakan adalah penugasan. Proses pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi dan penggunaan model pembelajaran belum dilakukan.

Pendampingan tersebut diilakukan dalam bentuk pengajaran dan pelatihan mengenai model pembelajaran dan manfaat teknologi sebagai media ajar serta mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran sehingga tercipta strategi ajar dengan memanfaatkan teknologi yang berintegrasi dengan model pembelajaran. Kegiatan pengabdian dilakukan melalui tahap diskusi, memberikan penjelasan mengenai jenis dan ragam model pembelajaran dengan memperhatikan perkembangan kognitif siswa dengan media pembelajaran daring, kemudian memberikan pelatihan pembuatan media pembelajaran daring. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama satu semester dan diakhiri dengan evaluasi.

Pendampingan pemanfaatan media teknologi berintegrasi model pembelajaran dilaksanakan dengan skema pengabdian kemitaan masyarakat.Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan selama 12 kali pertemuan. Capaian dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah adanya peningkatan kompetensi guru dalam hal pemahaman terhadap model pembelajaran, perkembangan kognitif siswa, dan pemilihan atau pembuatan media yang tepat sesuai dengan model yang dipilih.

Kata kunci: Model Pembelajaran, Media Pembelajaran, Perkembangan Kognitif, Sekolah Dasar, Kompetensi Guru

ABSTRACT

The results of observations show that teachers at SD Negeri 2 Sungai Betung experience difficulties and obstacles when they are required to carry out online learning, besides that the use of learning models is also not varied. This can be seen in the distance learning strategy carried out by forming study groups and providing teaching at students' homes. Furthermore, the teaching method used is assignment. The learning process shows that the use of technology and the use of learning models has not been carried out. The assistance is carried out in the form of teaching and training regarding learning models and the benefits of technology as a teaching medium and applying it in the learning process to create teaching strategies by utilizing technology that is integrated with learning models.

Service activities are carried out through the discussion stage, providing an explanation of the types and varieties of learning models by paying attention to the cognitive development of students with online learning media, then providing training on making online learning media. The activity is carried out for one semester and ends with an evaluation. Assistance in the use of technology media with integrated learning models is carried out with a community partnership service scheme. This community service activity was carried out for 12 meetings. The achievement of this community service activity is an increase in teacher competence in terms of understanding the learning model, students' cognitive development, and selecting or making the right media according to the chosen model.

Keywords: Learning Model, Learning Media, Cognitive Development, Elementary School, Teacher Competence

(2)

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran merupakan bagian penting dalam pendidikan, di mana melalui proses pembelajaran menjadi jalan untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Dalam pendidikan, hasil yang baik menjadi tujuan utama, namun untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses yang dapat menunjang serta memenuhi kebutuhan peserta didik. Untuk mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien maka guru perlu memahami esesensi dari pembelajaran itu sendiri.

Hakikatnya, pembelajaran yang efektif akan memberikan dampak pada hasil belajar yang positif. Oleh karena itu perencanaan atau pengelolaan pembelajaran sangat diperlukan untuk mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Temuan riset sebelumnya menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran dapat dicapai dengan pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat.

Oleh karena itu, wawasan dan penguasan guru terhadap strategi mengajar sangat diperlukan.

Hal ini bukan menjadi kemampuan penunjang semata, melainkan kemampuan wajib yang harus dikuasi oleh guru mengingat penguasaan strategi mengajar serta penerapannya dalam proses pembelajaran tergolong dalam kompetensi pedagogik terkhusus pada jenjang sekolah dasar. Namun, pada kenyataannya tidak sedikit guru yang lebih memilih menggunakan metode yang dianggap praktis seperti ceramah, tanya jawab, maupun penugasan dan menerapkannya dalam proses pembelajaran.

Metode tersebut seharunya tidak menjadi inti dalam kegiatan pembelajaran, karena metode ceramah tidak mendorong keaktifan siswa dalam belajar. Keaktifan siswa terutama pada jenjang pendidikan dasar menjadi satu bagian dalam capaian hasil belajar. Siswa pada jenjang sekolah dasar memerlukan ruang untuk menunjukkan potensinya, di mana ruang ini dapat dimunculkan dalam proses pembelajaran melalui kesempatan siswa untuk aktif.

Mencermati hal ini, maka pembelajaran di sekolah dasar harus dirancang sesuai kebutuhan siswa dengan memperhatikan tingkat perkembangan siswa.

Piaget menggolongkan tingkat perkembangan anak pada rentang usia 7-11 tahun berada pada tahap menalar. Pada usia ini anak telah mampu melakukan penalaran menyerupai penalaran orang dewasa namun masih terbatas pada realitas kongkret.

Perkembangan pada tahap ini dikenal dengan tahap operasional kongkrit, untuk

mengembangkan kemampuan berpikir pada tahap ini maka diperlukan situasi lingkungan serta aktivitas yang tepat (Ormrod, 2008). Hal tersebut menunjukkan bahwa, proses pembelajaran seharusnya tidak sekedar mentrasfer ilmu pengetahuan semata melainkan mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa secara holistik (kognitif, afektif, psikomotorik). Selain itu perlu ditunjang juga dengan penggunaan media ajar sehingga dapat mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien.

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah cara yang memuat langkah- langkah pembelajaran dengan tujuan membuat pembelajaran terarah dan terlaksana sesuai dengan apa yang ditargetkan. Model pembelajaran juga menjadi unsur penting dalam proses pembelajaran yang memiliki pengaruh dalam pencapaian sasaran pembelajaran.

Kemampuan guru dalam memilah model pembelajaran menjadi salah satu kompetensi yang wajib dimiliki guru. Meninjau tahap perkembangan siswa usia SD, maka pembelajaran di jenjang SD perlu menyisipkan unsur-unsur permainan sehingga menunjang aktivitas siswa dalam belajar.

Pemilihan model pembelajaran yang memperhatikan perkembangan kognitif siswa akan mendorong keberhasilan dalam pembelajaran. Di era sekarang ini, di mana kemajuan teknologi semakin pesat menuntut para guru untuk mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif tentunya dengan diimbangi penggunaan media ajar yang tepat.

Selain itu, pada era saat ini guru juga dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran. Di sisi lain guru juga harus mampu memberikan contoh positif pada siswa terkait penggunaan teknologi yang semakin maju (Ahmad, 2017). Perkembangan teknologi juga tengah memberikan pengaruh yang signifikan di dunia pendidikan, teknologi dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai media ajar. Hal ini menjadi tantangan bagi guru sebagaimana diungkapkan oleh (Ridha, 2018) bahwa tantangan guru di era digital adalah memahami keunikan karakteristik dari siswa sebagai generasi digital. Lebih lanjut (Sunanjar, 2016) menjelaskan penggunaan teknologi dalam pembelajaran khususnya di jenjang sekolah dasar memiliki banyak manfaat salah satunya adalah mempermudah penyampaian materi pembelajaran sehingga berimbas pada peningkatan kualitas pembelajaran.

(3)

Perpaduan penggunaan model pembelajaran berbasis teknologi dengan memperhatikan perkembangan kognitif siswa masih jarang untuk ditelaah dan diimplementasikan. Selain itu, pemilihan model ajar yang didasarkan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa sering diabaikan.

Tidak sedikit guru yang masih terus berfokus pada sistem pembelajaran yang konvensional.

Guru cenderung menggunakan metode-metode praktis namun kurang efektif dalam peningkatan kemampuan berpikir, bahkan penerapan teknologi juga masih menjadi hal yang kurang familiar. Sibuea, Sembiring, dan Agus (Sibuea, Sembiring, & Agus, 2020) mengatakan bahwa pada kenyataannya banyak guru yang belum siap dalam menghadapi perkembangan era digital, guru kesulitan menerapkan pembelajaran berbasis daring karena rendahnya kemampuan penguasaan teknologi. Perubahahan tersebut memberikan tantangan baru bagi guru mengingat penggunaan teknologi dalam pembelajaran masih memerlukan perhatian khusus.

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa baik pembelajaran jarak jauh dan penggunaan teknologi terkhusus di jenjang sekolah dasar belum disambut baik oleh para guru di Indonesia. (Haryanto, 2020) dalam kepridays.co.id memaparkan bahwa banyak persoalan baru muncul dari adanya pembelajaran daring, salah satunya adalah beban tugas peserta didik dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi yang meningkat.

Permasalahan tersebut semakin terlihat di wilayah perbatasan Indonesia, diantaranya adalah wilayah Bengkayang. Bengkayang merupakan salah satu wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia dengan kondisi wilayah yang masih berkembang bahkan beberapa daerah di Bengkayang masih berada pada kategori tertinggal dengan kondisi belum ada listrik, belum ada sinyal atau jaringan internet serta beberapa daerah tergolong susah akses.

Keadaan tersebut menjadi tantangan bahkan hambatan bagi guru dalam melaksakan pembelajaran berbasis teknologi. SD Negeri 2 Sungai Betung merupakan salah satu sekolah di Bengkayang juga belum menujukkan pemilihan model pembelajaran yang memperhatikan perkembangan kognitif siswa, serta penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga masih sangat jarang.

Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan masih cenderung konvensional. Di masa pandemi Covid-19 di mana pemerintah mengarahkan pembelajaran

dengan sistem daring, memberikan persoalan baru bagi SD Negeri 2 Sungai Betung. Kondisi sekolah yang jauh dari kota serta sebaran lokasi tempat tinggal peserta didik yang tidak semuanya mempunyai sinyal dan jaringan internet membuat pembelajaran tidak bisa dilakukan secara daring. Namun, bukan berarti pembelajaran tidak dilakukan. Para guru di SD Negeri 2 Sungai Betung berupaya untuk tetap melakukan pembelajaran dengan sistem luring yakni dengan membuat kelompok belajar berdasarkan jenjang kelas dan lokasi tempat tinggal peserta didik. Ini tentunya membuat pekerjaan guru semakin berat karena dalam 1 kelas dapat terdiri dari 3 sampai 4 kelompok belajar, sehingga guru harus mendatangi kelompok tersebut untuk memberikan pengajaran.

Para guru di SD Negeri 2 Sungai Betung mengungkapkan bahwa pelaksanaan pembelajaran masih kurang bervariatif, pemilihan model pembelajaran masih terbatas hal ini dikarenakan wawasan akan model pembelajaran juga tergolong masih kurang, serta pemanfaatan teknologi sebagai media ajar belum pernah dilakukan. Guru belum pernah mengikuti pelatihan dalam pemanfaatan teknologi dan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Namun, guru sebagai pendidik diwajibkan mampu untuk merancang pembelajaran, melaksanaan pembelajaran dan melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran, selain itu guru juga harus mampu memilih media ajar, serta memilih model maupun metode yang tepat (Purnasari &

Sadewo, 2020). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam merancang pembelajaran di mana kompetensi tersebut tergolong dalam kompetensi pedagogik perlu ditingkatkan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan (Suryana, 2013) yang menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik meliputi “pemahanan tentang wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum, silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”. Oleh sebab itu, dengan mencermati permasalahan dan kondisi yang dialami oleh para guru di SD Negeri 2 Sungai Betung maka perlu dilakukan pendampingan dalam penggunaan model pembelajaran serta penggunan media ajar yan dibuat dengan

(4)

memperhatikan perkembangan kognitif siswa.

Dengan demikian tercipta pembalajaran berbasis teknologi dan berintegrasi dengan model pembelajaran yang tepat.

METODE KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan Program Pengabdian Masyarakat (PPM) ini dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tutorial, dan diskusi yang dilakukan di SD Negeri 2 Sungai Betung. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan PPM ini adalah sebagai berikut:

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah pemberian materi dengan metode metode diskusi. Peserta diberikan wawasan mengenai manfaat penggunaan media ajar serta pentingnya penggunaan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan tingkat perkembangan kognitif siswa. Proses pemberian materi dilakukan untuk membekali guru di SD Negeri 2 Sungai Betung sebagai tempat mitra pengabdian untuk menambah wawasan guru terkait media dan model pembelajaran. Pada tahap ini juga diberikan pelatihan pada guru untuk membuat media dengan memanfaatkan teknologi. Setelah diberikan penjelasan mengenai media dan model pembelajaran maka dilanjutkan pada tahap perencanaan pembelajaran. Dalam membuat perencanaan pembelajaran guru diarahkan untuk memilih model pembelajaran serta media yang diajarkan.

2) Tahap Pelaksanaan

Tahap ini dilaksanakan dengan menggunakan metode tutorial, yakni dengan mempraktikan langsung rencana pembelajaran yang telah disiapkan pada Tahap Perencanaan. Pada tahap ini juga dilakukan observasi atau pengamatan mengenai pelaksanaan pembelajaran untuk melihat kesesuaian proses pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

3) Tahap Evaluasi

Pada Tahap Evaluasi metode yang dilakukan adalah diskusi. Tahap ini dilakukan sebagai bentuk evaluasi bersama terkait kegiatan yang dilakukan. Pada guru di SD Negeri 2 Sungai Betung diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kendala apa saja yang dialami selama proses pembelajaran berlangsung. Proses evaluasi dilakukan untuk melihat seberapa besar tingkat keberhasilan guru di SD Negeri 2 Sungai

Betung sebagai mitra pengabdian dalam melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi yang diintegrasikan dengan model pembelajaran.

Pada tahap ini, juga dibagikan lembar evaluasi untuk meninjau keterlaksanaan program pengabdian yang telah dilaksankaan.

HASIL & PEMBAHASAN

Solusi yang ditawarkan terhadap permasalahan yang dialami mitra adalah dengan memberikan pendampingan sebagai program pengabdian pada masyarakat. Program pendampingan dilakukan terhadap permasalahan yang dihadapi yakni pemilihan model pembelajaran berdasarkan tingkat kognitif sehingga dapat dirancang proses pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkatan perkembangan siswa. Selain itu, juga diberikan wawasan menganai penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran sebagai media. Program pendampingan ini dilakukan dengan 3 tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan selama 12 kali pertemuan.

1) Tahap Perencanaan

Kegiatan pada tahap ini meliputi identifikasi masalah mitra serta mendiskusikan solusi-solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tahap ini juga dilakukan pengkajian terhadap kebutuhan mitra dalam pembelajaran sehingga solusi yang disusun selain dapat memecahkan masalah juga dapat sekaligus memberi konstribusi dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan diskusi maka diperoleh satu kebutuhan mendasar yakni pemilihan model pembelajaran yang dapat dilakukan dengan memperhatikan alokasi pembelajaran di masa pandemi, mengingat pertemuan siswa dan guru masih dibatasi. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka materi kegiatan pengabdian pada masyarakat difokuskan pada hakikat model pembelajaran, kedudukannya dalam proses pembelajaran, perkembangan kognitif siswa, media ajar dan perkembangan teknologi dalam proses pembelajaran serta bagaimana penerapannya di kelas. Selanjutnya disusun jadwal kegiatan pengabdian pada masyarakat sehingga kegiatan dapat terlaksana secara terjadwal dan efektif.

Tahap perencanaan juga terdiri dari kegiatan sharing dan penjelasan mengenai manfaat serta pentingnya model pembelajaran, hakikat model pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa berdasarkan teori

(5)

Piaget, ragam model pembelajaran yang dapat diimplementasikan di jenjang sekolah dasar dengan memperhatikan tingkat perkembangan siswa, serta contoh media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan wawasan guru mengenai pentingnya menggunakan model pembelajaran serta memilih model pembelajaran yang tepat.

Pada tahap ini juga dilakukan penjelasan mengenai unsur-unsur yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu model salah satu diantaranya adalah perkembangan kognitif siswa. Kegiatan berikutnya adalah

menunjukkan berbagai model pembelajaran beserta penjelasan dan sintaksnya. Guru dapat memilih satu model yang dianggap tepat dengan memperhatikan kondisi siswa di kelas tersebut serta kedalaman materi ajar. Selain itu guru juga diberi penjelasan tentang pemilihan media ajar yang sesuai dengan materi ajar.

Media ajar dapat dibuat ataupun dapat memanfaatkan benda-benda disekitar. Berikut gambaran mengenai kegiatan pada tahap perencanaan yang dilakukan bersama guru SDN 2 Sungai Betung.

Gambar 1. Tahap Perencanaan Gambar 1 merupakan gambaran dari

kegiatan pada tahap perencanaan. Pada tahap ini juga dilakukan diskusi bersama guru untuk membahas mengenai model-model pembelajaran yang pernah dipilih dan kesulitan dalam implementasi model tersebut, sehingga dapat didiskusikan bersama terkait solusi dari permasalahan tersebut. Pada tahap ini juga guru diminta untuk memilih satu model yang sesuai dengan memperhatikan tingkat perkembangan kognitif siswa, serta menentukan media yang akan digunakan dalam mengajar. Setelah guru memilih salah satu model pembelajaran serta rencana media yang akan dibuat, maka dilanjutkan pada tahap penyusunan perencanaan pembelajaran yang dalam hal ini berbentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Guru diberi kebebasan dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan template yang ada di sekolah namun isi dari RPP dibuat sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih.

Setelah RPP selesai dibuat, masing-masing guru mempresentasikan RPP tersebut, tujuannya adalah untuk meninjau apakah langkah-langkah pembelajaran yang telah disusuk guru sesuai dengan sintaks dari model pembelajaran yang dipilih, selain itu dapat

dilakukan peer review dan rekan-rekan guru yang lain dapat saling memberikan masukan.

Setelah itu, dilakukan pendampingan pada guru dalam membuat media pembelajaran, hal ini dilakukan untuk meminimalkan proses ceramah. Setelah RPP dan media siap maka kegiatan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya yakni implementasi.

2) Implementasi

Tahap implementasi dilakukan setelah perencanaan pembelajaran dibuat yang dalam hal ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun sebelum itu dilakukan pengecekan terhadap RPP dan kesiapan media ajar yang akan digunakan oleh guru. Kegiatan implementasi RPP dilakukan oleh guru kelas 1 hingga kelas 6 SD. Model pembelajaran yang dipilih berupa Discovery Learning, Cooperative Learning, Problem Based Learning, dan Problem Solving. Secara garis besar, proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru telah terlaksana dengan baik. Berikut gambaran proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru.

(6)

Gambar 2. Tahap Implementasi Untuk dapat mengukur ketercapaian

pelaksanaan pembelajaran dilakukan observasi di kelas masing-masing ketika guru melakukan pembelajaran. Observasi ini juga berfungsi untuk melihat apakah langkah-langkah pembelajaran yang dipilih dapat diterapkan dengan baik oleh guru, dan dapat diikuti oleh

siswa, serta melihat kendala-kendala yang dialami oleh guru selama menerapkan rancangan pembelajaran dengan fokus salah satu model yang telah dipilih. Berikut ditunjukkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran.

Gambar 3. Ketercapaian Impementasi Pembelajaran Gambar 3 menunjukkan bahwa secara

keseluruhan, proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Rata-rata skor yang diperoleh adalah 82%, nilai ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan guru telah dapat memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan RPP. Meskipun ada 1 guru yang memperoleh nilai cukup baik yakni 75%, namun kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut dapat selesai tepat waktu.

Penggunaan media pembelajaran telah dilakukan dengan maksimal, sehingga menunjang kegiatan pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran juga memudahkan guru dalam menyampaikan materi sehingga mengurangi kegiatan ceramah oleh guru. Melalui hasil observasi menunjukkan bahwa penggunaan media ajar dapat lebih

menarik perhatian siswa dan membuat siswa lebih fokus ketika belajar.

3) Tahap Evaluasi

Tahap yang terakhir adalah evaluasi, kegiatan ini dilakukan bersama dengan guru setelah 2 tahap sebelumnya yakni perencanaan dan pelaksanaan telah selesai dilakukan. Pada tahap ini dilakukan refleksi dan evaluasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran serta meninjau kendala-kendala apa saja yang dialami selama proses pembelajaran. Adapun beberapa kendala yang dialami oleh guru adalah guru belum begitu familier dengan model pembelajaran yang dipilih sehingga ada beberapa langkah yang terlewat, hal ini terlihat pada kegiatan model Discovery Learning Ketercapaian dan Problem Based Learning.

75%

90%

85%

80%

80%

80%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

1 2 3 4 5 6

Ketercapaian

(7)

Namun, meskipun demikian guru tetap mengupayakan agar pembelajaran dapat tetap berjalan secara natural. Upaya yang dilakukan guru telah baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan. Kendala lain yang dihadapi guru adalah pada alokasi tahap pemberian tugas pada siswa. Ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu lebih dalam menyelesaikan soal, sehingga ada beberap soal yang pada akhirnya tidak sempat untuk dibahas. Terhadap kendala tersebut, guru mengatasinya dengan mengalihkan tugas tersebut menjadi sebuah project yang dapat siswa kerjakan di rumah, mengingat jumlah waktu tatap muka masih dibatasi. Permasalahan lainnya yang diungkapkan oleh guru adalah tidak meratanya kemampuan siswa, karena selama masa pandemi proses pembelajaran lebih banyak dilakukan di rumah sehingga guru tidak dapat memantau dan memberikan bimbingan secara langsung. Dalam hal ini dapat di atasi dengan pemberian tugas yang mendorong keterampilan siswa, guru dapat mengganti jenis-jenis tugas yang sifatnya teks book dengan tugas yang lebih ke arah eksplorasi sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilannya tanpa terpaku dengan buku.

Hal ini dapat meminimalkan cara belajar siswa yang hanya bersifat hafalan.

Kegiatan pengabdian ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2020 di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa SD Negeri 2 Sungai Betung sebagai salah satu lokasi yang diteliti menunjukkan bahwa literasi teknologi yang dimiliki oleh para guru tergolong rendah serta pemilihan model pembelajaran kurang bervariatif, Berdasarkan hasil riset sebelumnya didapati bahwa rata-rata kemampuan guru dalam memahami model pembelajaran berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 60%. Melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilakukan, menunjukkan adanya peningkatan wawasan guru terhadap model pembelajaran serta guru dapat memilih salah satu model pembelajaran berdasarkan tingkat perkembangan kognitif siswa, selain itu guru juga dapat menyiapkan media ajar yang sejalan dengan model pembelajaran yang dipilih dan pada akhirnya guru dapat mengimplementasikannya ke dalam proses pembelajaran. Rata-rata capaian pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan guru adalah sebesar 81.67%. Capaian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian ini berdampak baik bagi guru. Para guru mengungkapkan bahwa

kegiatan ini sangat membantu guru khususnya dalam persiapan proses pembelajaran di mana proses pembelajaran dapat dipersiapkan dengan matang serta ada arahan dalam mengembangkan media ajar yang sesuai.

Peningkatan ini menunjukkan bahwa kegiatan pendampingan sangat bermanfaat bagi guru dan memiliki dampak positif. Hasil tersebut sejalan dengan capaian kegiatan yang dilakukan oleh (Sa’diyah et al., 2021) bahwa kegiatan pelatihan terhadap guru memiliki dampak yang positif khususnya dalam meningkatkan kemampuan guru. Hal serupa juga diungkapkan oleh (Turmuzi et al., 2021) bahwa kegiatan pelatihan yang diberikan pada guru menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru khususnya dalam membuat media pembelajaran. Capaian kegiatan tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan kompetensi guru yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan, pendampingan maupun bimbingan dapat berdampak positif pada proses pembelajaran.

KESIMPULAN & SARAN

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan selama 12 kali pertemuan.

Kegiatan ini berfokus pada pendampingan guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa serta penggunaan media yang sesuai.

Capaian dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah adanya peningkatan kompetensi guru dalam hal pemahaman terhadap model pembelajaran, perkembangan kognitif siswa, dan pemilihan atau pembuatan media yang tepat sesuai dengan model yang dipilih. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dalam 3 tahapan, yakni perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Tahap perencanaan merupakan tahap yang menyiapkan guru untuk dapat merancang RPP dengan memanfaatkan media yang ada atau mengembangkan media berdasarkan kebutuhan. Selanjutnya setelah RPP telah dibuat, guru didampingi dalam hal implementasinya. Dalam memilih model pembelajaran guru perlu memperhatikan karakteristik siswa, kedalaman materi ajar, serta kondisi lingkungan. Pada tahap implementasi juga dilakukan observasi untuk meninjau dan mencatat keberhasilan serta kendala apa saja yang dialami guru ketika mengajar. Pada tahap terakhir yakni evaluasi, kegiatan dilakukan dengan bentuk diskusi untuk merefleksikan dan membahas kendala-kendala apa saja yang dialami serta solusi apa saja yang dapat diberikan.

(8)

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang beragam disertai dengan penggunaan media ajar yang sesuai. Oleh karena itu, guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran lainnya yang sesuai dengan karaktersitik siswa, kedalaman materi ajar, dan kondisi lingkungan. Selain itu, untuk menunjang keberhasilan pembelajaran, guru juga perlu memperhatikan penggunaan media ajar. Media ajar dapat dibuat sendiri atau dapat memanfaatkan benda-benda di sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, F. (2017). Guru SD di Era Digital.

Semarang: CV Pilar Nusantara.

Haryanto, U. F. (2020, 4 25). Menegosiasikan Pembelajaran di Tengah Wabah Covid- 19. Tanjungpinang: kepridays.co.id.

From

https://kepridays.co.id/2020/04/25/me negosiasikan-pembelajaran-di-tengah- wabah-covid-19/

Kemendikbud.go.id. (2020, 3 24). SE Mendikbud: Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Jakarta:

kemendikbud.go.id. From https://www.kemdikbud.go.id/main/bl og/2020/03/se-mendikbud-

pelaksanaan-kebijakan-pendidikan- dalam-masa-darurat-penyebaran- covid19

Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga.

Purnasari, P. D., & Sadewo, Y. D. (2019).

Penerapan Model Pembelajaran PBL Dalam Meningkatkan Aktivitas, Minat, dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Bengkayang). Sebatik, 23(2), 489-497.

Purnasari, P. D., & Sadewo, Y. D. (2020).

Perbaikan Kualitas Pembelajaran Melalui Pelatihan Pemilihan Model Pembelajaran dan Pemanfaatan Media Ajar di Sekolah Dasar Wilayah Perbatasan. Jurnal Publikasi Pendidikan, 10(2), 125-132.

Ridha, M. (2018, 1 29). Menjadi Guru di Era Digital. Jakarta. From https://geotimes.co.id/opini/menjadi- guru-di-era-digital-2/

Sa’diyah, I., Savitri, A., Widjaya, S. F. gading, Wicaksono, F., & Wibisono, A. D. R.

(2021). Peningkatan Keterampilan Mengajar Guru SD / MI melalui Pelatihan Media Pembelajaran Edugames Berbasis

Sibuea, M. F., Sembiring, M. A., & Agus, R. T.

(2020). Efektivitas Pembelajaran Daring Berbasis Media Sosial Facebook dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Journal of Science and Sosial Research, 3(1), 73-77.

Sunanjar, F. (2016). Pemanfaatan TIK untuk Pembelajaran. Jakarta: Kompasiana.

From

https://www.kompasiana.com/mbie/58 249571ee9273a5078b4568/pemanfaat an-tik-untuk-pembelajaran-sd

Suryana, D. (2013). Pengetahuan Tentang Strategi Pembelajaran dan Motivasi Guru. Jurnal Ilmu Pendidikan, 19(2), 196-201.

Turmuzi, M., Kurniati, N., & Hikmah, N.

(2021). Pelatihan Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Matematika SD di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Publikasi Pendidikan, 11(3), 213–220.

Gambar

Gambar 1. Tahap Perencanaan  Gambar  1  merupakan  gambaran  dari
Gambar 2. Tahap Implementasi   Untuk  dapat  mengukur  ketercapaian

Referensi

Dokumen terkait

Pos Properti Indonesia berupa blueprint perencanaan enterprise architecture yang dituangkan pada tahap future state architecture yakni berhasil mendefinisikan 3 proses bisnis

Pada kegiatan tindakan ini siswa sedikit kesulitan menangkap materi dengan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ), Karena kurang terbiasa dan ini

Berdasarkan hasil validasi ahli seperti yang ditunjukkan pada tabel 2, 3 dan 4, maka disimpulkan bahwa produk eMIGG yang dikembangkan dinyatakan valid untuk digunakan

Berdasarkan pada hasil mengamati proses serta aktivitas kehidupan masyarakat disertai dengan tata cara mengolah lingkungan alam, penggunaan film dokumenter dapat

Kedua, perkembangan sosial- emosional peserta didik di luar pembelajaran yang telah tercapai yaitu memiliki rasa empati, peserta didik mempunyai inisiatif dalam

Dengan hasil yang dicapai pada siklus I dan siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian umpan balik soal-soal latihan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika

Perencanaan pembelajaran adalah proses penyesuaian materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu alokasi

Selanjutnya pengembang memberikan desain pengembangan model TAI (Team Assited Individualization) untuk diberikan masukan oleh TIM validasi model , ada beberapa yang