• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) SEBELUM DAN SESUDAH TRANSFUSI PACKED RED CELL LEUCODEPLETED (LD) PADA PASIEN TALASEMIA DI RSUP FATMAWATI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) SEBELUM DAN SESUDAH TRANSFUSI PACKED RED CELL LEUCODEPLETED (LD) PADA PASIEN TALASEMIA DI RSUP FATMAWATI JAKARTA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) SEBELUM DAN SESUDAH TRANSFUSI PACKED RED CELL LEUCODEPLETED (LD) PADA PASIEN TALASEMIA DI RSUP

FATMAWATI JAKARTA Kustilinarsih

Unit Tranfusi Darah RS, RSUP Fatmawati

ABSTRAK

Talasemia merupakan gangguan sintesis hemoglobin (Hb), penyakit genetik ini memiliki jenis dan frekuensi terbanyak di dunia. Penderita ditandai oleh defisiensi produk rantai globulin pada hemoglobin. Penderita pada penyakit ini memerlukan transfusi komponen darah yang rutin.

Komponen darah yang digunakan yaitu washed Erythrocyte (WE), packed red cell (PRC), dan packed red cell leucodepleted (LD), Leukodeplesi merupakan suatu prosedur untuk menurunkan jumlah leukosit dalam darah atau komponen darah yang akan ditransfusikan sampai dengan minimal <1x106 leukosit/unit (standart eropa) atau menurunkan jumlah leukosit

>99 %. Tujuan dilakukan pemeriksaan hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi adalah untuk mengetahui kenaikan kadar hemoglobin atau tidak.

Didalam Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik yang dilakukan secara cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 pasien talasemia.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kadar Hb sebelum dan sesudah transfusi packed red cell leucodepleted (LD) pada pasien talasemia. Data yang diperoleh akan diolah dengan metode uji beda rata-rata untuk dua sampel berpasangan (paired sample t-test).

Dari hasil penelitian sebelum dilakukan transfusi kadar hemoglobin rata-rata dibawah 8,3320 g/dL, namun sesudah dilakukan transfusi dapat disimpulkan bahwa 100 % sampel yang ada mengalami kenaikan kadar hemoglobin. 9 sampel diantaranya mencapai angka 12 g/dL.

Transfusi Packed red cell (LD) dapat meningkatkan kadar hemoglobin sehingga penderita talasemia sangat dianjurkan untuk melakukan transfusi secara disiplin.

Kata kunci : Hemoglobin, , Packed red cell leucodepleted (LD) , Talasemia

A. Pendahuluan

Talasemia merupakan gangguan sintesis hemoglobin (Hb), khususnya rantai globin, yang diturunkan. Penyakit genetik ini memiliki jenis dan frekuensi terbanyak di dunia.

Manifestasi klinis yang ditimbulkan bervariasi mulai dari asimtomatik hingga gejala yang berat. Talasemia dikenal juga dengan anemia mediterania, namun istilah tersebut dinilai kurang tepat karena penyakit ini dapat ditemukan dimana saja di dunia khususnya di beberapa wilayah yang dikenal sebagai sabuk talasemia. Data dari World Bank menunjukan bahwa 7% dari populasi dunia merupakan pembawa sifat talasemia. Setiap tahun sekitar 300.000-500.000 bayi baru lahir disertai dengan kelainan hemoglobin berat,

dan 50.000 hingga 100.000 anak meninggal akibat talasemia β ; 80% dari jumlah tersebut berasal dari negara berkembang. Indonesia termasuk salah satu negara dalam sabuk talasemia dunia, yaitu negara dengan frekuensi gen (angka pembawa sifat) talasemia yang tinggi (Kemenkes, 2018).

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan - jaringan (Liswanti dan Fitriani, 2014).

Hemoglobin terdiri dari persenyawaan antara hem dan globin. Hem adalah suatu persenyawaan kompleks yang terdiri atas 4

(2)

2

buah gugusan pyrol dan Fe ditengahnya, sedangkan globin terdiri atas 2 pasang rantai polipeptida yang berbeda (Rosidah, 2016).

Berdasarkan data pemakaian darah WE (Washed Erythrocyte) dan packed red cell leucodepleted (LD) di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati pada pasien talasemia tahun 2017 sebanyak 45 pasien yang melakukan transfusi WE (Washed Erythrocyte) perbulan dan pada tahun 2018 sebanyak 32 pasien melakukan transfusi WE (Washed Erythrocyte) dan 30 pasien melakukan transfusi packed red cell leucodepleted (LD) pada pasien talasemia dewasa (RSUP Fatmawati, 2017 dan 2018).

Tujuan transfusi darah pada pasien talasemia adalah untuk menekan hematopoiesis ekstramoduler dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Keputusan untuk mulai transfusi darah sangat individual pada setiap pasien. Transfusi dilakukan apabila dari pemeriksaan laboratorium terbukti pasien menderita talasemia mayor, atau apabila Hb

< 7 g/dL setelah 2x pemeriksaan dengan selang waktu > 2 minggu, tanpa adanya tanda infeksi atau didapatkan nilai Hb > 7 g/dL dan dijumpai, gagal tumbuh, dan/atau defermitas tulang akibat talasemia.

(Kemenkes, 2018). Sel darah merah pekat cuci (WE = Washed Erythrocyte) adalah Sel darah merah pekat (PRC = Packed Red Cell) yang telah dicuci tiga kali dengan larutan garam fisiologis steril dengan menghilangkan 99% plasma protein, antibodi dan sebagian leukosit. Sel darah merah pekat cuci (WE = Washed Erythrocyte) ini pada umumnya digunakan pada pasien yang mengalami reaksi transfusi alergi, pasien yang bermasalah dengan plasma protein misalnya penyakit Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH) atau deficiency imunoglobulin A (Ig A) atau pada pasien yang mendapatkan transfusi berulang seperti pada penyakit talasemia. Hal ini diperlukan untuk mengurangi risiko terjadinya reaksi transfusi.

(UTD Pusat, 2007.)

Komponen darah Washed Erythrocyte (WE) antara lain menghilangkan leukosit 50 – 95%

dan eritrosit 15%. Komponen darah Washed Erythrocyte (WE) dapat mengurangi resiko terjadinya reaksi alergi, dan mencegah reaksi anafilaksis pada defesiensi IgA. Kerugiannya Washed Erythrocyte (WE) memiliki waktu

simpan yang pendek 4 – 6 jam dan memiliki bahaya kontaminasi. Produk ini tidak direkomendasikan pada talasemia. Pada tahun 1860 s.d. 1970 mulai dikembangkan produk packed red cell leucodepleted, yaitu berupa proses pemisahan buffy coat (BC) yang mengandung lekosit dan trombosit dari packed red cell dengan sedimentasi atau centrifugase sehingga leukosit menurun 60 – 80% dan eritrosit menurun 20 – 30%. Teknik ini terbukti dapat mencegah dan mengurangi dampak kontaminasi lekosit (Kemenkes, 2018). Komponen darah packed red cell leucodepleted juga ditunjukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi transfusi.

Leukodeplesi merupakan suatu prosedur untuk menurunkan jumlah leukosit dalam darah atau komponen darah yang akan ditranfusikan sampai dengan minimal <

1x106 leukosit/unit (standart eropa) atau menurunkan jumlah leukosit > 99%. Istilah leukodeplesi mengacu kepada tingkat tertinggi penghilangan sel darah puith secara teknologi. Menurut European Committee on Blood Banks, produk yang diberi label

“leucoredu ced” harus beriisi leukosit < 1x106 per unit. Produk packed red cell leucodepleted (LD) secara spesifik ditunjukan untuk mengurangi reaksi transfusi yang berhubungan dengan keberadaan leukosit dalam komponen darah, antara lain penularan agen infeksius yang berhubungan dengan sel darah; febrile non-hemolytik transfusion reaction (FNHTR), refraktori terhadap transfusi trombosit, transfusion- associated graft-versus-host disease (GVHD), imunosupresi generalisata, serta peningkatan reaksi penolakan pada transplantasi sumsum tulang atau ginjal (Akbar. et al., 2014).

American Academy of Blood Banks (AABB) mendefinisikan packed red cell leucodepleted (LD) sebagai komponen darah PRC yang memiliki jumlah leukosit <5 x 106 per unit kantong darah. Leukosit dapat dipisahkan berdasarkan ukuran, sifat dielektrik, dengan pemisahan afinitas, freezethawing, dan sentrifugasi tetapi semua metode ini memakan waktu dan mahal. Filtrasi adalah metode lain untuk pemisahan leukosit yang relative lebih murah dan lebih efisien karena memberikan pemisahan leukosit darah lebih dari 90% dengan kehilangan sel yang minimal. Namun, prosedur filtrasi saat ini juga

(3)

3

memiliki beberapa keterbatasan karena cara kerja mereka dengan komponen darah namun tidak dengan whole blood dan menunjukkan adhesi non-spesifik dari sejumlah besar trombosit dan sel darah merah dengan leukosit (Kamilah dan Widyaningrum, 2019).

Tidak semua pasien di RSUP Fatmawati bersedia ditransfusi dengan komponen packed red cell leucodepleted (LD).

Berdasarkan informed concent yang dilakukan pada pasien sebagain besar kurang suka ditransfusi dengan packed red cell leucodepleted (LD) karena pasien merasa kurang nyaman dan setelah ditransfusi pasien mengalami reaksi transfusi seperti lemas dan gatal dan mereka tidak tahu berapa kadar Hb mereka setelah ditransfusi.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti “Perbandingan Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Transfusi Packed Red Cell Leucodepleted (LD) pada Pasien Talasemia di RSUP Fatmawati” pada usia dewasa. Pada umumnya psikolog membagi masa dewasa tiga periode, seperti yang dijelaskan oleh Feidman (dalam Santrock, tahun 2007:6), yaitu early adulthood (masa dewasa awal) sekitar usia 20 tahun dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45 tahun; middle edulhood (pertengahan masa dewasa) usia sekitar 40- 45 sampai sekitar 65 tahun; old age (masa dewasa lanjut atau masa tua ) sekitar usia 65 tahun sampai meninggal (Yendi. et.al., 2013,p 109-114).

B.Tujuan

Mengetahui kadar Hb sebelum dan sesudah transfusi packed red cell leucodepleted (LD) pada pasien talasemia

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik yang dilakukan secara cross sectional.

Penelitian perkembangan berpusat mengenai variabel-variabel dan perubahan dalam periode bulan dan tahun. Penelitian ini melibatkan lebih banyak subjek akan tetapi

banyaknya faktor yang mempengaruhi dan dapat dianalis menjadi lebih terbatas (Azwar, 1998).

Penelitian ini membandingkan hasil pemeriksaan peningkatan atau selisih kadar Hb sebelum dan sesudah transfusi komponen darah packed red cell leucodepleted (LD) pada Pasien Thalasemia yang menerima tranfusi di RSUP Fatmawati pada Bulan Maret – Agustus tahun 2020.

Subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien talasemia remaja dan dewasa usia 19-65 tahun. Melakukan transfusi packed red cell leucodepleted ( LD), dan Bersedia menjadi pasien penelitian dengan menandatangani informed consent.

D. Hasil

1. Analisa Univariat a. Distribusi Frekuensi

Data bertujuan untuk mengetahui jumlah frekuensi dan persentase pasien berdasarkan jenis kelamin. Variabel data dari jenis kelamin sangat di butuhkan dalam proses transfusi darah terkait dengan tingkat kenormalan, tingkat kenormalan hemoglobin untuk laki-laki adalah 13-17 g/dL sedangkan tingkat kenormalan hemoglobin perempuan adalah 12-16 g/dL (Viveronika, 2017).

Berikut disajikan pada. Gambar 4. grafik nilai total rata-rata hemoglobin pasien talasemia sebelum dan sesudah transfusi komponen darah packed red cell leucodepleted (LD) bulan April tahun 2020.

Grafik 1 Data Nilai Total Rata – rata Hemoglobin Pasien Talasemia di RSUP Fatmawati

(4)

4

Dari data di atas peneliti melakukan pengukuran nilai hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi sebanyak 3 kali pengukuran untuk masing-masing pasien dengan jeda waktu 4 detik dan jumlah pasien yaitu sejumlah 25 pasien.

NIlai total rata-rata hemoglobin sebelum transfusi yang terukur 8,2 g/dL. Jumlah nilai total rata-rata hemoglobin sesudah transfusi yang terukur adalah 11,5 g/dL. Dari data tersebut maka didapat selisih kenaikan nilai total rata – rata hemoglobin adalah 3,3 g/dL b. Distribusi Frekuensi Data Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Variabel data dari jenis kelamin sangat dibutuhkan dalam proses transfusi darah terkait dengan tingkat kenormalan, tingkat kenormalan hemoglobin untuk laki-laki adalah 13 - 17 g/dL sedangkan tingkat kenormalan hemoglobin perempuan adalah 12 - 16 g/dL (Viveronika,2017).

Grafik 2 Data Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar di atas menunjukan data pasien berdasarkan jenis kelamin. Dari data tersebut untuk pasien jenis kelamin perempuan diperoleh nilai total rata – rata hemoglobin sebelum transfusi adalah 8,4 g/dL dan nilai total rata – rata hemoglobin sesudah transfusi adalah 11,5 g/dl. Pasien jenis kelamin laki – laki nilai total rata – rata hemoglobin sebelum transfusi adalah 7,9 g/dL. Sedangkan nilai total rata – rata hemoglobin sesudah transfusi adalah 11,5 g/dl.

Grafik 3 Data Persebaran Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari grafik 3 data pasien berdasarkan jenis kelamin laki-laki diperoleh 44% dari jumlah total pasien. Pasien berdasarkan jenis kelamin perempuan diperoleh 56% dari jumlah total pasien. Hal ini sejalan dengan Dwi Sarwani Sri Rejeki tahun 2014 tentang

“Model Prediksi Kebutuhan Darah untuk Penderita Talasemia Mayor di Universitas Jendral Soedirman” pasien berjenis kelamin perempuan 62%.

c. Distribusi Frekuensi Data Pasien Berdasarkan Usia.

Variabel usia dalam proses transfusi darah sangat penting karena semakin tambah usia, kondisi penderita talasemia semakin memburuk sehingga frekuensi transfusi darah yang diterima setiap bulannya akan bertambah. Pasien talasemia yang melakukan transfusi darah di RSUP Fatmawati pada bulan April 2020 sebanyak 25 orang yang didominasi oleh usia dewasa yaitu usia 20 sampai 64 tahun. Karakteristik pasien berdasarkan usia menunjukkan rerata usia pasien adalah 27,5 tahun. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian di RSUP H. Adam Malik tahun 2006 - 2008 yang menyatakan bahwa usia terbanyak ada pada usia 6 - 15 tahun (65,8%). Penderita talasemia paling banyak ditemukan pada usia tersebut disebabkan penderita umumnya baru datang berobat pada usia 4 - 6 tahun karena klinis yang semakin pucat, walaupun manifestasi klinis sudah bisa diperiksa saat pasien berusia 1 - 2 tahun. Anak-anak dengan Talasemia mayor tampak normal saat lahir, tetapi akan mengalami anemia pada usia 3 –

(5)

5

18 bulan. Pada talasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah terlihat sejak anak berusia dibawah 1 tahun.

Sedangkan pada talasemia minor yang gejalanya ringan, biasanya datang berobat pada usia 4 – 6 tahun. Usia sangat berpengaruh pada kebutuhan darah transfusi pada penderita talasemia di mana setiap kenaikan usia 1 tahun di butuhkan penambahan darah sekitar 0,816 mililiter (Jurnal Averrous Vol.4 No.2 2018 ).

Makin bertambah usia, frekuensi transfusi darah yang diterima setiap bulan juga meningkat karena makin bertambah usia, kondisi penyakit makin memburuk sehingga kebutuhan transfusi darah makin meningkat.

Kebutuhan darah yang diperlukan pada setiap transfusi berikutnya berangsur meningkat. Jumlah darah yang diberikan setiap transfusi meningkat dengan peningkatan usia dan dengan pertumbuhan anak. Jika penderita mempunyai limpa yang besar yang penghancuran darah terlalu cepat, mereka membutuhkan darah lebih banyak, tetapi jika limpa sudah diangkat, kebutuhan darah mereka sedikit berkurang.

Sebagian besar pasien yang berusia 0 - 5 tahun menerima transfusi darah satu kali setiap bulan sedangkan pasien yang berusia 11 - 20 sebagian besar menerima transfusi darah dua kali dalam sebulan. Pada penderita talasemia mayor program transfusi darah secara teratur akan menjamin pertumbuhan dan perkembangan di masa anak-anak.

Penderita talasemia pada anak yang berusia 3 - 4 tahun hanya membutuhkan 1 unit kantong darah, tetapi seiring dengan peningkatan usia sekitar 10 tahun, kebutuhan darah meningkat menjadi dua unit kantong darah, bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal yang penting dalam perawatan anak talasemia adalah menjaga level Hb rata-rata tetap sama.

Grafik 4 Grafik Data Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Usia

Grafik 4 disajikan data distribusi frekuensi pasien berdasarkan golongan usia. Penulis melakukan pembagian range / interval dari usia satu ke usia lainnya sebanyak 5 tahun atau interval 5 tahun.

Dari penyajian data diatas disajikan penulis tidak menemukan pasien dengan interval usia 44 tahun - 48 tahun, usia 49 tahun – 53 tahun, usia 54 tahun – 58 tahun, usia 59 tahun - 63 tahun, dengan 0 (nol) pasien.

Nilai rata – rata hemoglobin tertinggi sebelum transfusi pada pasien interval usia 64 tahun – 68 tahun adalah 8,7 g/dL. Nilai rata – rata hemoglobin terrendah sebelum transfusi pada pasien interval usia 39 tahun – 43 tahun dengan nilai hemoglobin 7,6 g/dL.

Sedangkan nIlai rata

– rata hemoglobin sesudah transfusi nilai terendah pada interval usia 39 tahun – 43 tahun dengan nilai rata – rata hemoglobin 10,5 g/dL. tertinggi sesudah transfusi pada pasien interval usia 29 tahun - 33 tahun yaitu nilai rata – rata hemoglobin sesudah transfusi adalah 11,8 g/dL.

Pada data pasien berdasarkan usia diperoleh nilai total rata – rata hemoglobin sebelum transfusi adalah 8,2 g/dL. Nilai total rata – rata hemoglobin sesudah transfusi adalah 11,5 g/dL. Maka didapat selisih perbandingan antar nilai total rata – rata sebelum dan sesudah transfusi dari ke 25 pasien adalah 3,3 g/dl.

(6)

6

d. Distribusi Frekuensi Data Pasien Berdasarkan BeratBadan

Grafik 5 Data Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Berat Badan

Data distribusi frekuensi pasien berdasarkan berat badan. Penulis melakukan pembagian interval dari berat badan antar pasien ke pasien lainnya sebanyak 5 kg atau interval 5 kg.

Nilai rata – rata hemoglobin tertinggi sebelum transfusi pada pasien interval berat badan 35 kg – 39 kg dan interval 40 kg – 44 kg dengan nilai rata – rata hemoglobin 8,4 g/dL.. Nilai rata – rata hemoglobin terrendah sebelum transfusi pada pasien interval berat badan 30 kg – 34 kg dan interval 50 kg – 54 kg dengan nilai rata-rata hemoglobin 7,8 g/dL.

Nilai rata-rata hemoglobin tertinggi sesudah transfusi pada pasien interval berat badan 25 kg – 29 kg dan interval 30 kg – 34 kg yaitu nilai rata – rata hemoglobin sesudah transfusi adalah 11,8 g/dL. Nilai rata – rata hemoglobin terrendah sesudah transfusi pada pasien interval berat badan 45 kg – 49 kg dengan nilai rata-rata hemoglobin 11,3 g/dL

Pada data pasien berdasarkan berat badan diperoleh nilai total rata – rata hemoglobin sebelum transfusi adalah 8,2 g/dL. Nilai total rata – rata hemoglobin sesudah transfusi adalah 11,5 g/dL. Maka didapat selisih perbandingan antar nilai total rata – rata sebelum dan sesudah transfusi adalah 3,3 g/dL.

2. Analisa Bivariat No Nama Test

Uji Statistik

Hasil

Parameter Kesimpulan

1 Uji

Kolmogorov Smirnov

Hb Sebelum transfusi =

0,923 Data berdistribusi normal

Hb Sesudah transfusi=

0,070

2

Paired sample statistik

Mean Hb sebelum Tranfusi = 8,2 g/dL

Terdapat kenaikan hemoglobin sebesar 3,4 g/dL sesudah transfusi packed red cell leucodepleted Mean Hb

sesudah Tranfusi = 11,6 g/dL

3

Uji Paired Sample T Test

Sig (2-tailed)

= 0,000

Terdapat perbedaan signifikan nilai hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi packed red cell leucodepleted Tabel 1. Uji Statistik

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui sebuah data tersebut berdidtribusi normal atau tidak. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan one- sample Kolmogorov smirnov test.

Berdasarkan tabel 1 hasil uji normalitas data sebelum dan sesudah dilakukan transfusi dihasilkan nilai Asymp.sig (2-tailed) 0,070 dan 0,923. Nilai Asymp.sig 0,070 dan 0,923 >

0,05 maka dapat disimpulkan data nilai kadar hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi berdistribusi normal. Dari uji normalitas data nilai hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi keduanya berdistribusi normal sehingga uji perbedaan untuk dua kelompok yang berpasangan menggunakan uji Paired Sample Test.

Berdasarkan tabel 1 diperoleh perbandingan rata-rata nilai kadar hemoglobin dari 25 pasien, nilai hemoglobin rata-rata sebelum transfusi 8,2 g/dl dan setelah dilakukan transfusi menjadi 11,6 g/dl.

Berdasarkan tabel 1 dari uji Paired Sample T- Tes didapat bahwa nilai Sig.(2-tailed) 0,000.

Nilai Sig.(2-tailed) 0,000 < 0,05 maka Ha

(7)

7

diterima, berarti ada perbedaan nilai hemoglobin sebelum dan sesudah dilakukan transfusi komponen packed red cell leucodepleted (LD) pada pasien talasemia di RSUP Fatmawati. Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh pemberian transfusi komponen packed red cell leucodepleted (LD) terhadap peningkatan nilai hemoglobin pada pasien talasemia di RSUP Fatmawati.

Uji statistik pada selisih kadar Hb sebelum dan sesudah transfusi komponen darah PRC dan WE menunjukan nilai hitung t -0,89 dengan taraf signifikansi sebesar 0,374. Nilai signifikasnsi >0,05 maka tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih kadar Hb sebelum dan sesudah transfusi komponen darah PRC dan WE.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitan Yulia Triana., 2017, dalam penelitiannya yang juga menunjukan hasil yang sama yaitu terjadi peningkatan kadar hemoglobin sesudah dilakukan transfusi komponen packed red cel leucodepleted (LD) . Hal ini menunjukan bahwa dengan penambahan darah dalam bentuk komponen packed red cell leucodepleted (LD) pada pasien talasemia mampu menaikan kadar hemoglobin (Hb). Teknik pengambilan data yang dilakukan teknik purpose sampling dengan metode pengambilan data sekunder, populasi yang digunakan adalah pasien yang menjalani tindakan transfusi komponen darah whole blood (WB) dan packed red cell (PRC).

Sedangkan penelitian saya lakukan dengan teknik sampling dengan pengambilan data primer atau diambil secara langsung ke pasien talasemia yang menggunakan komponen darah packed red cell leucodepleted (LD) di ruang talasemia RSUP Fatmawati bulan April 2020. Dengan jumlah sampling sebanyak 25 pasien talasemia.

E. Kesimpulan

Setelah melakukan pengamatan terhadap hasil penelitian pengukuran nilai hemoglobin pada pasien talasemia dengan transfusi packed red cell leucodepleted (LD) yang dilakukan pada saat sebelum dan sesudah

transfusi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai hemoglobin pada saat pasien sebelum dilakukan transfusi nilainya rata- rata 8,2 g/dL, setelah dilakukan transfusi nilai kadar hemoglobin rata-ratanya 11,5 g/dL dan mengalami kenaikan kadar hemoglobin 3,3 g/dL dengan 9 orang yang berhasil memenuhi standar minimal yaitu kadar hemoglobin 12 g/dL.

2. Ada perbedaan nilai kadar hemoglobin sebelum dan sesudah dilakukan transfusi komponen packed red cell leucodepleted (LD) dengan Nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000.

F. Saran

Untuk menjaga efektifitas kenaikan Hb maka komponen darah packed red cell leucodepleted (LD) yang di berikan harus berkualitas dan memenuhi standar agar dapat menjaga nilai Hb normal pada pasien talasemia. Umur darah kurang dari lima hari dari tanggal pengambilan.

G. Daftar Pustaka

Akbar. T.I.S., 2014.”Potensi Hemolisis dan Keungglan Penggunaan Komponen Darah PRC Washed Erythrocyte dan Leucodepleted PRC (In-Line) Dalam Transfusi Klinis”, Fakultas Kedokteran Program Studi Magister Ilmu Biomedik Kekhususan Sains Transfusi, UI, Jakarta.

Akbar. T.I.S., Sofro.A.S.M., dan Gantini.R.S.E., 2014. “Kualitas dan Potensi Hemolisis Packed Red Cell (PRC) Washed Erythrocyte dan Leucodepleted (In-Line) dalam Transfusi Klinis”.dalam J. Indon Med.

Assoc

Brecher, ME., 2005,Technical manual.

editor Pretransfusion testing : Res Cell Antigen-antibody

(8)

8

Reaction and their Detection . 15th ed; United States : (AABB)

Brecher ME, Unit Transfusi Darah., 2005.

Edisi ketiga. 200, AABB. Technical manual. editor Pretransfusion testing : Res Cell Antigen-antibody Reaction and their Detection . 15th ed; United States : (AABB).

Bruil. A,, Beugeling. T., Feijen. J., 1995. The Mechanisms of Leukocyte Removal by Filtration. Transfusion Medicine Reviews.IX(2): (145 166).

Chu RW., 1999. Leukocytes in Blood Transfusion: Adverse Effects and their Prevention. Clinical Haematology Medicine.5:280-4.

Diyanti, L.P.S., Siany H., Sutirta Yasa,I.W.P., 2017. Perbedaan Kadar Glukosa Konsentrat Trombosit pada Penyimpanan hari I, III, V di Unit Donor Darah Pmi Provinsi Bali / RSUP Sanglah Denpasar, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.Vol.6

European Committe (Partial Agreement) on Blood Transfusion (CD-PTS)., 2010. In : EDQM Allee Kastner editor. Guide to Preparation, Use and Quality Assurance of Blood Components. 16 th ed. Council of Europe.249-262.

Fuaada.R., Sulung.N., Juwita.f.n., 2016.”

Perbedaan Reaksi Transfusi Darah Whole Blood (WB ) dan Packed Red Cell pada Pasien Section Caesar. Penelitian dengan Menggunakan Penelitian Praeksperimen, dengan Rancangan Perbandingan Kelompok Statis (Statis Grup Comparision) Penelitian dilakukan dibulan Maret–April 2016 di RSUD Dr. Acmad Darwis Kabupaten Lima Puluh Kota. 3.

Harmening DM. 1999. Modern Blood Banking and Transfusion Practice.

4th ed.

University Maryland, Baltimore.

http://avstatistik .blok spot.com/2012/09/

.html Statistika. Pdf-Adobe Reader.

http://www.sridianti.com. On Line 23 Februari 2020

Gambar

Berikut disajikan pada. Gambar 4. grafik nilai  total  rata-rata  hemoglobin  pasien  talasemia  sebelum  dan  sesudah  transfusi  komponen  darah  packed  red  cell  leucodepleted  (LD)  bulan April tahun 2020
Grafik  2  Data  Distribusi  Frekuensi  Pasien  Berdasarkan Jenis Kelamin
Grafik 4 Grafik Data Distribusi Frekuensi  Pasien Berdasarkan Usia
Grafik  5  Data  Distribusi  Frekuensi  Pasien  Berdasarkan Berat Badan

Referensi

Dokumen terkait