• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL CETAK BAHAN AJAR PENGANTAR KODEFIKASI SISTEM PENCERNAAN DAN SISTEM ENDOKRIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODUL CETAK BAHAN AJAR PENGANTAR KODEFIKASI SISTEM PENCERNAAN DAN SISTEM ENDOKRIN"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL CETAK BAHAN AJAR

PENGANTAR KODEFIKASI SISTEM PENCERNAAN DAN SISTEM ENDOKRIN

Tim Penyusun:

1. Ali Sabela,S.Kep,Ns,M.Kep 2. dr. Yanda Ardanta, M.Kes 3. Mey Lisa, Amd.RM, SKM

PROGRAM STUDI D-III PEREKAM DAN INFOKES UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

TAHUN 2021

Program studi D-III PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA

(2)

VISI DAN MISI

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

VISI

Menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan karakter kewirausahaan sehingga mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di Tingkat Nasional pada tahun 2024.

MISI

1. Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif sesuai Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) dan KKNI, terintegrasi dengan hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat terkini untuk menghasilkan lulusan sesuai profil yang diharapkan

2. Melaksanakan penelitian ilmiah dan dipublikasikan secara nasional dan internasional.

3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang terstruktur dan mengacu pada hasil penelitian.

4. Membangun kerjasama produktif dengan berbagai institusi pendidikan dan industri di Kota Medan, Sumatera Utara dan provinsi lainnya dalam pelaksanaan praktek, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat.

(3)

TUJUAN:

1. Melaksanakan pengelolaan tridarma perguruan tinggi dengan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan profesional dalam bidangnya serta keunggulan dalam soft skill kewirausahaan.

2. Menciptakan kualitas pembelajaran dengan program bermuatan soft skill pengembangan karakter kewirausahaan dalam rangka menciptakan lulusan profesional dan inovatif yang memiliki kompetensi akademik dan daya saing.

3. Menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang bermutu sesuai dengan standar kebutuhan dan perkembangan IPTEK

4. Menyelenggarakan pelaksanaan penelitian dosen dan mahasiswa guna menghasilkan karya-karya inovatif yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan solusi permasalahan stakeholder.

5. Menyelenggarakan pelaksanaan pengabdian masyarakat oleh dosen dan mahasiswa yang bermanfaat secara nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa.

6. Menyelenggarakan proses penjaminan mutu sesuai dengan standar internal dan eksternal.

7. Menyelenggarakan layanan IT untuk mendorong inovasi program dan layanan.

8. Menyelenggarakan pengembangan institusi dan penambahan program studi baru sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan stakeholder.

9. Menyelenggarakan kerjasama dan perluasan networking tingkat nasional.

(4)

SASARAN

1. Terciptanya SDM yang berkualitas dan handal dalam mengelola tridharma perguruan tinggi dan melaksanakan tugas dan fungsi di UIM.

2. Terciptanya kualitas pembelajaran dengan program bermuatan soft skill dan pengembangan karakter kewirausahaan dalam rangka menciptakan lulusan profesional dan inovatif yang memiliki kompetensi akademik dan daya saing.

3. Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana yang bermutu sesuai dengan standar kebutuhan dan perkembangan IPTEK.

4. Terselenggaranya pelaksanaan penelitian dosen dan mahasiswa guna menghasilkan karya-karya inovatif yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan solusi permasalahan stakeholder.

5. Terselenggaranya pelaksanaan pengabdian masyarakat oleh dosen dan mahasiswa yang bermanfaat secara nyata, dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa.

6. Terselenggaranya proses penjaminan mutu sesuai dengan standar internal dan eksternal.

7. Terselenggaranya layanan IT untuk mendorong inovasi program dan layanan.

8. Terselenggaranya pengembangan institusi dan penambahan program studi baru sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan stakeholder.

9. Terselenggaranya kerjasama dan perluasan networking tingkat nasional.

(5)

VISI DAN MISI

D3 PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

VISI

Menjadi prodi yang unggul dalam bidang manajemen rekam medis dan informasi kesehatan (RMIK) berbasis teknologi infomasi yang mengedepankan karakter kewirausahaan sehingga mampu bersaing di tingkat nasional pada tahun 2024

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan RMIK berbasis teknologi informasi sesuai dengan standar nasional dan kompentensi yang dikeluarkan oleh organisasi profesi.

2. Mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi RMIK melalui penelitian ilmiah yang dapat memberikan solusi dalam pelayanan rekam medik di insitusi pelayanan kesehatan.

3. Memanfaatkan ilmu RMIK melalui pelaksanaan pengabdian masyarakat untuk menjawab tantangan persoalan di berbagai insitusi pelayanan kesehatan.

4. Memperkuat peran sebagai penyelenggara pendidikan tinggi RMIK melalui kerja sama dengan asosiasi profesi, lembaga pendidikan dan institusi lainnya di dalam negeri.

(6)

TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan RMIK yang memiliki kompetensi ilmu RMIK berbasis Teknologi Informasi sesuai dengan standar nasional dan kompetensi yang dikeluarkan oleh organisasi profesi, dan dengan sistem pembelajaran yang terintegrasi dengan hasil penelitian dan pengabdian masyarakat

2. Menghasilkan penelitian ilmiah di bidang RMIK yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen, pengelolaan data dan penyajian informasi kesehatan

3. Menghasilkan kegiatan pengabdian masyarakat yang mampu mendorong terlaksananya sistem informasi kesehatan nasional di berbagai institusi pelayanan kesehatan

4. Menghasilkan kerjasama dengan asosiasi profesi, lembaga pendidikan dan institusi lainnya di dalam negeri dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi

SASARAN 1. Pengembangan Sumber Daya Manusia 2. Pemantapan Proses Belajar

3. Penyediaan Fasilitas Sarana Prasarana 4. Pemantapan Penelitian

5. Pemantapan Pengabdian Kepada Masyarakat 6. Pemantapan Penjaminan Mutu

7. Pengembangan IT

8. Pengembangan Kerja Sama

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dan tim dapat menyelesaikan penyusunan Modul Cetak Bahan Ajar Pengantar Kodefikasi Terkait sistem Pencernaan dan Sistem Endokrin dengan baik. Modul ini disusun sebagai salah satu bahan ajar yang diperuntukkan kepada mahasiswa program studi DIII Perekam dan Infokes UIM khususnya pada semester II. Dengan adanya modul ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari dan memahami materi-materi Pengantar Kodefikasi Terkait sistem Pencernaan dan Sistem Endokrin.

Modul Bahan Ajar Pengantar Kodefikasi Terkait sistem Pencernaan dan Sistem Endokrin ini disusun oleh tim Dosen Universitas Imelda Medan (UIM) berdasarkan pada Kurikulum DIII Perekam dan Infokes, dengan memperhatikan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) program studi dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK). Melalui pembelajaran pada modul ini diharapkan mahasiswa dapat mencapai CPMK yang telah ditentukan. Materi di dalam buku ini berisi bahan kajian yang dibutuhkan sesuai CPMK dan kompetensi yang diajarkan kepada mahasiswa sebagai salah satu referensi Pengantar Kodefikasi Terkait sistem Pencernaan dan Sistem Endokrin bagi Mahasiswa Rekam Medis terutama dalam memberikan Kodefikasi Terkait sistem Pencernaan dan Sistem Endokrin Selain itu, modul ini juga memuat latihan atau tugas mahasiswa yaitu tugas terstruktur dan kegiatan mandiri dengan petunjuk yang spesifik sehingga memudahkan mahasiswa belajar dengan metode Mini Lecture

Penulis dan tim telah berusaha dalam menyusun modul ini sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan mahasiswa dengan sebaik mungkin. Namun, penulis dan tim menyadari bahwa modul ini mungkin masih memiliki kekurangan. Sehingga penulis dan tim mengharapkan adanya saran atau masukan positif agar menjadi bahan pertimbangan untuk menyempurnakan modul bahan ajar ini. Akhirnya, penulis dan tim berharap modul ini dapat digunakan oleh mahasiswa dengan baik dan aktif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam memberikan Kodefikasi Terkait sistem Pencernaan dan Sistem Endokrin yang bermutu kepada klien.

Medan, Februari 2020

Tim pengajar

(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL

VISI DAN MISI UIM ... i

VISI DAN MISI PRODI D3 RMIK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

GLOSARIUM ... ix

BAB I : STRUKTUR DAN ANATOMI SISTEM PENCERNAAN PENDAHULUAN ……….. 1

A. Penghantar Pendahuluan ……….. 1

B. Prasyarat ……….. 1

C. Deskripsi Materi ……….. 2

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 2

Struktur dan Anatomi sistem pencernaan ……… 3

Rangkuman ……….. 14

Tugas ………. 14

1. Tugas Terstruktur ……….. 15

2. Tugas Mandiri ………. 16

Daftar Pustaka BAB II: GANGGUAN FUNGSI DARI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG TERKAIT MELIPUTI SISTEM FUNGSI DASAR TUBUH, SISTEM PENCERNAAN ……… PENDAHULUAN ……… A. Penghantar Pendahuluan ……….. 26

B. Prasyarat ……….. 26

C. Deskripsi Materi ……….. 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28 Gangguan fungsi dari berbagai penyakit pada sistem tubuh

(9)

manusia beserta istilah medis Dan tindakan yang terkait meliputi sistem Fungsi dasar tubuh, sistem pencernaan Rangkuman ...

Tugas ...

1. Tugas Terstruktur ………

2. Kegiatan Mandiri ………

BAB III: TERMINOLOGI MEDIS; KONSEP DASAR PEMBENTUKAN ISTILAH MEDIS PADA SISTEM PENCERNAAN ……

PENDAHULUAN ………..

A. Penghantar Pendahuluan ……….. 26

B. Prasyarat ……….. 26

C. Deskripsi Materi ……….. 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28

Terminologi medis; konsep dasar Pembentukan istilah medis pada system pencernaan Rangkuman ... Tugas ... 1. Tugas Terstruktur ………. 2. Kegiatan Mandiri ……….. BAB IV: ATURAN DAN TATACARA KODIFIKASI PENYAKIT DAN TINDAKAN PADA SISTEM PENCERNAAN … PENDAHULUAN ……….. A. Penghantar Pendahuluan ……….. 26

B. Prasyarat ……….. 26

C. Deskripsi Materi ……….. 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28 Aturan Dan Tatacara Kodifikasi Penyakit Dan Tindakan

Pada Sistem Pencernaan

Rangkuman ... ..

Tugas ... ..

1. Tugas Terstruktur ……….

(10)

2. Kegiatan Mandiri ……….

BAB V: STRUKTUR DAN SISTEM ENDOKRIN … PENDAHULUAN ………

1. Penghantar Pendahuluan ……… 26

2. Prasyarat ……….. 26

3. Deskripsi Materi ……….. 28

4. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28

Struktur dan sistem Endokrin Rangkuman ... Tugas ... 1. Tugas Terstruktur ………... 2. Kegiatan Mandiri ………. Daftar Pustaka BAB VI : GANGGUAN FUNGSI DARI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG TERKAIT MELIPUTI SISTEM FUNGSI DASAR TUBUH, SISTEM ENDOKRIN ……….. PENDAHULUAN ……… A. Penghantar Pendahuluan ……….. 26

B. Prasyarat ……….. 26

C. Deskripsi Materi ……….. 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28 Gangguan fungsi dari berbagai penyakit pada sistem tubuh

manusia beserta istilah medis dan tindakan yang terkait meliputi sistem fungsi dasar tubuh, sistem Endokrin

Rangkuman ...

Tugas ...

1. Tugas Terstruktur ………...

2. Kegiatan Mandiri ……….

Daftar Pustaka

BAB VII: TERMINOLOGI MEDIS; KONSEP DASAR PEMBENTUKAN ISTILAH MEDIS PADA SISTEM ENDOKRIN

(11)

PENDAHULUAN ………..

A. Penghantar Pendahuluan ……….. 26

B. Prasyarat ……….. 26

C. Deskripsi Materi ……….. 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28

Terminology Medis Konsep Dasar Pembentukan Istilah Medis Pada System Endokrin Rangkuman ... Tugas ... 1. Tugas Terstruktur ………... 2. Kegiatan Mandiri ………. Daftar Pustaka BAB VIII: ATURAN DAN TATACARA KODIFIKASI PENYAKIT DAN TINDAKAN PADA SISTEM ENDOKRIN PENDAHULUAN ……….. A. Penghantar Pendahuluan ……….. 26

B. Prasyarat ……….. 26

C. Deskripsi Materi ……….. 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28

Aturan dan tatacara kodifikasi penyakit dan tindakan pada sistem Endokrin

Rangkuman ...

Tugas ...

1. Tugas Terstruktur ………...

2. Kegiatan Mandiri ……….

Daftar Pustaka

(12)

GLOSARIUM

Stomatitis : Radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan.

Gastritis : penyakit pada lambung yang terjadi akibat peradangan dinding lambung.

Apendisitis Akut : Penyakit pada lambung yang terjadi akibat peradangan dinding lambung.

Inspeksi : Pengamatan

palpasi : Meraba

Perkusi : Mengetuk

Auskultasi : Mendengarkan

Colitis : Peradangan pada usus besar (kolon) dan bagian akhir usus besar yang tersambung ke anus (rektum). Kondisi ini sering kali ditandai dengan diare yang terus menerus, disertai darah atau nanah pada tinja.

Peritonitis : Peradangan pada lapisan tipis dinding dalam perut (peritoneum), yang berfungsi melindungi organ di dalam rongga perut.

GERD : GERD (gastroesophageal reflux disease) atau penyakit asam lambung disebabkan oleh melemahnya katup atau sfingter yang terletak di kerongkongan bagian bawah.

Ulkus Peptikum : Luka atau peradangan yang disebabkan oleh terkikisnya lapisan dinding lambung.

Malabsorbsi Intestinal : kumpulan gejala yang disebabkan oleh gangguan penyerapan salah satu atau beberapa zat nutrisi di usus halus

Tirotoksikosis : Peningkatan kadar hormon tiroid di dalam darah yang menimbulkan sejumlah gejala mulai dari tremor, peningkatan denyut jantung,

(13)

sampai penurunan berat badan.

DM : Penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa tingginya kadar gula (glukosa) darah.

Obesitas : Kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh yang sangat tinggi.

(14)

BAB I

STRUKTUR DAN SISTEM PENCERNAAN (Ali Sabela, S.Kep., Ns., M.Kep)

PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Bab 1 ini berjudul Struktur anatomi dan fisiologi sistem pencernaan merupakan bagian yang harus Anda kuasai dalam mata kuliah Sistem pencernaan. Salah satu capaian pembelajaran pada program studi D-III Perekam dan Informasi kesehatan adalah mewujudkan kompetensi sebagai Coder yaitu kemampuan menentukan kode penyakit terkait diagnosa dan tindakan berdasarkan kode etik, mampu beradaptasi dengan berbagai situasi dan mendokumnetasikannya secara tepat. Setelah mempelajar bab ini Anda diharapkan mampu menjelaskan struktur, anatomi dan fisiologi sistem pencernaan. Untuk mencapai kompetensi tersebut pokok-pokok materi yang harus anda pelajari meliputi : 1. Struktur dan Fungsi Anatomi pencernaan.

B. Deskripsi Materi

Bab I ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa D3 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan semester II dalam memahami materi kuliah kodefikasi terkait sistem pencernaan dengan beban 1 sks teori, dan 2 sks praktik laboratorium (praktik laboratoium akan dibahas khusus di dalam modul praktikum).

Sebagai bab awal di dalam modul ini, membahas tentang struktur dan fungsi anatomi sistem pencernaan dimulai dari mulut sampai dengan anus. Pada bab I ada 1 topik yang akan dibahas dimana nantinya akan menguraikan pokok bahasan atau topik yang saling berkaitan dengan bab selanjutnya.

C. Kemampuan/tujuan akhir yang diharapkan

Pembelajaran pada bab ini membantu mahasiswa untuk mencapai kemampuan akhir yaitu mampu menjelaskan struktur, anatomi dan fisiologi sistem pencernaan (C2).

Baiklah, pembelajaran pertama pada kodefikasi terkait sistem pencernaan baru saja

(15)

akan dimulai. Berikut beberapa tips bagi mahasiswa agar dapat memahami Struktur dan fungsi Anatomi sistem pencernaan antara lain:

1. Awali proses belajar dengan berdo’a dan tanamkan tekad/motivasi untuk mengetahui segala hal terkait Struktur dan fungsi Anatomi sistem pencernaan.

2. Baca dan pahami setiap materi, serta cari kata kunci atau catatan penting dari materi. Bila perlu buat resume berisi catatan penting tersebut.

3. Setelah dipahami, usahakan menghafal beberapa kosakata atau rumus penting terkait materi

4. Kerjakan latihan soal terutama soal kasus agar lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis sebagai tenaga rekam medis

5. Bila ada yang tidak dipahami, segera tanyakan pada dosen pengampu mata kuliah di setiap topik

6. Akhiri proses belajar dengan berdo’a

7. Tetap semangat, selamat belajar dan semoga sukses!

D. Uraian Materi

I. Pengertian Sistem pencernaan

II. struktur dan fungsi sistem pencernaan

(16)

I. Pengertian Sistem perkemihan

Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang susunan atau potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh itu bekerja. Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang susunan atau Hal ini sesuai dengan pendapat Sloane E. (2004: 1) yang mendifinisikan Anatomi berasal dari bahasa yunani “ana” dan “tome” yang berarti memotong atau memisahkan. Evelyn C. Pearce. (2004:1) yang mengatakan Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan tubuh yang berhubungan satu sama lain potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh itu bekerja.

II. Struktur dan Fungsi Sistem Perkemihan Sistem pencernaan terdiri dari :

fungsi saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terusmenerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi, sehingga siap diabsorbsi. Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi at-zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan teradi karena kerja berbagai enzim yang terkandung dalam berbagai cairan pencernaan. Setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya. (Setiadi, 2007:62).

Struktur anatomi dan fisiologi masing-masing sistem organ pencernaan secara lebih mendetail.

(17)

1. Oris (rongga mulut)

Rongga mulut atau nama lainnya rongga bukal atau oral mempunyai beberapa fungsi diantaranya dapat menganalisis material makanan sebelum menelan, proses mekanis dari ( gigi, lidah, dan permukaan palatum ), lubrikasi oleh sekresi saliva serta digesti pada beberapa material karbohidrat dan lemak.

Rongga mulut ini dibatasi oleh mukosa mulut yang memiliki Stratified Squamus Epithelium. Bagian atap dari rongga mulut adalah palatum, sedangkan bagian dasar adalah lidah.Bagian posterior rongga mulut terdapat uvula yang bergantung pada palatum. ( muttaqin, 2011 ).

Bagian pada oris terdiri dari;

1. Pipi dan bibir

Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan bicara, disebelah luar pipi dan bibir diselimuti oleh kulit dan disebelah dalam diselimuti oleh selaput lendir (mukosa).

2. Gigi

Terdapat 2 kelompok yaitu gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh pada umur 6-7 bulan dan lengkap pada umur 2 ½ tahun jumlahnya 20 buah dan gigi tetap (permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah

(18)

Fungsi gigi:

1. gigi seri untuk memotong makanan,

2. gigi taring untuk memutuskan makanan yang keras dan liat dan 3. gigi geraham untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong- Potong

3. Lidah Fungsi Lidah:

a. Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi b. Mencampur makanan dengan ludah

c. Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang d. Untuk berbicara

e. Untuk mengecap manis, asin dan pahit f. Untuk merasakan dingin dan panas.

4. Kelenjar ludah

1. Kelenjar parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara otot pengunyah dengan kulit pipi. Saliva yang disekresikan sebanyak 25-35 %.

2. Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju lantai rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %.

3. Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan kesamping dari kelenjar sublinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut belakang gigi seri pertama. Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70 %.Kelenjar ludah menghasilkan enzim ptyalin atau amilase.

Fungsi saliva

Melarutkan makanan secara kimia, Melembabkan dan melumasi makanan, Mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltose, Zat buangan, Zat anti bakteri dan anti bodi.

2. Faring

Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.

(19)

3.Esophagus

Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan rongga mulut denganlambung, panjangnya kurang lebi 25 CM, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak diba6ah lambung. 9erletak dibelakang trachea dan di depan tulang punggung, setelah melalui thoraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung

Fungsi dari esofagus adalah menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung dan tiap2 ujung esofagus dilindungi oleh suatu spinter yang berperan sebagai barier terhadap refleks isi lambung kedalam esophagus

4.Gaster

Merupakan organ otot berongga yang besar yang letaknya di rongga perut atas sebelah kiri dan berfungsi Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan oleh peristaltik lambung dan getah lambung. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung yaitu otot memanjang, otot melingkar, dan otot menyerong. Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan limiawi dengan hasil penggerusan makanan di lambung secara mekanik dan kimiawi akan menjadikan makanan menjadi bubur yang disebut bubur kim. bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung.

Berikut ini adalah senyawa yang dihasilkan

(20)

Senyawa Kimia Fungsi

Asam HCl Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretind an kolesistokinin pada usus halus

Lipase Renin

Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit.

Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu(ASI). Hanya dimiliki oleh bayi

Mukus Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCL

Fungsi Gaster

Penyimpanan makanan Memproduksi kimus Digesti protein Memproduksi mucus Memproduksi glikoprotein penyerapan

5.Intestinum Minor

Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 m, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus halus terdiri dari tiga bagian

a. Usus dua belas jari (duodenum), b. Usus kosong (jejunum), dan

(21)

c. Usus penyerapan (ileum)

Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui Vena porta.Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yangmembantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).

Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

Lapisan usus halus

lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( 2 sirkuler ),

lapisan otot memanjang ( 2 Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

b. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner

c. Usus Penyerapan (illeum)

(22)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

6.INTESTINUM MAYOR

Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri ini juga penting untuk fungsi normal dari usus.

Fungsi usus besar, terdiri dari : 1. Menyerap air dari makanan 2. Tempat tinggal bakteri E.Coli 3. Tempat feses

Usus besar terdiri dari Seikum

Usus buntu atau sekum (bahasa latin* caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.

Kolon asendens

Panjang 13 cm, terletak di abdomen bawah sebelah kanan membujur ke atas.

Kolon transversum

Panjangnya ±38 cm, Membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens

Kolon desendens

Panjangnya ±25 cm, Terletak di abdomen bawah bagian kiri membujur dari atas ke bawah

Kolon sigmoid

Lanjutan dari kolon desendens terletak miring, Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri, Bentuknya menyerupai huruf S, Ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

REKTUM

(23)

Rektum (bahasa latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feces

Anus

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.

7.HATI

Merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma,dan penetralan obat.

Hati juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulaid alam hepat- atau hepatik dari kata Hunani untuk hati, hepar.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah kedalam Vena yang bergabung dengan !ena yang lebih besar dan pada akhirnyamasuk ke dalam hati sebagai Vena porta. Jena porta terbagi menjadi pembuluh- pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.

8. KANDUNG EMPEDU

Kandung empedu (bahasa inggris “gallbladder”) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 8% ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap. bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. 0rgan ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu;

membantu pencernaan dan penyerapan lemak

(24)

Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol

9. PANKREAS

Pankreas adalah organ aksesoris pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama: menghasilkan enzim pencernaan atau fungsi eksokrin serta menghasilkan beberapa hormon atau fungsi endokrin. Pankreas terletak pada kuadran kiri atas abdomen atau perut dan bagian kaput/kepalanya menempel pada organ duodenum. Produk enzim akan disalurkan dari pankreas ke duodenum melalui saluran pankreas utama.

fungsi dari pankreas adalah:

Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glukagon, yang menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat pelepasan dari hati.

Meregulasi gula darah

Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin yang mana mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot. Insulin juga merangsang hati untuk mengubah glukosa menjadi glikogen dan menyimpannya di dalam sel-selnya.

Rangkuman

Sistem Pencernaan (digestion) adalah proses perubahan bahan makanan yang komplek menjadi senyawa-senyawa sederahana oleh enzim dalam tubuh”( Kusuma 2006:367). Dengan demikian pencernaan merupakan proses penghancuran atau perubahan suatu zat makanan dari yang kompleks menjadi sederhana akibat adanyagerakan atau di bantu oleh enzim, agar lebih mudah di serap oleh tubuh.

Sedangkan fungsi saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terusmenerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi, sehingga siap diabsorbsi. Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi at-zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh sel jaringan tubuh. Dalam sistem pencernaan ada 2 istilah yang terjadi yaitu sistem pencernaan dengan mekanik dan sistem pencernaan dengan kimiawi.

(25)

Tugas:

1. Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Baca dan cermati tugas dibawah ini, kemudian kerjakan secara berkelompok

• Dikumpulkan palinglama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan

• Sampaikan hasil tugas secara berurutan kepada dosen dan kelompok lain

• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 8-9 mahasiswa, yang mana masing-masing kelompok mencari gambar dengan rapi dan tuliskan nama-nama struktur anatomi sesuai topik yang diberikan.

Kelompok 1: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan Kelompok 2: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan Kelompok 3: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan Kelompok 4: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan

• Laporan tugas dituangkan kedalam file word dan dengan kertas A4 times new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.

• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut : SAMPUL DEPAN (COVER)

DAFTAR ISI BAB 1

TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 2. Tujuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA BAB III

PROBLEM/ANALISIS MASALAH BAB IV

PEMBAHASAN BAB V

KESIMPULAN DAN PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

(26)

2. Kegiatan Mandiri Petunjuk :

a. Buatlah resume hasil diskusi seluruh kelompok .

b. Resume diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12, jenis tulisan Times New Roman, spasi 1,5

c. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo

(27)

DAFTAR PUSTAKA

1. Syaifuddin, 2014. Panduan Praktik Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Trans Info media, Jakarta.

2. Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta 3. Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC

4. Hall, J. E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall, edisi 11.

Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

(28)

BAB II

GANGGUAN FUNGSI DARI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG

TERKAIT MELIPUTI SISTEM FUNGSI DASAR TUBUH, SISTEM PENCERNAAN

(dr. Yanda Ardanta, M.Kes)

PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Pada Bab sebelumnya dalam mata kuliah Klasifikasi, Kodifikasi Penyakit, dan Masalah Penyakit Tekait II, Saudara telah mempelajari anatomi fisiologi sistem pencernaan. Saudara telah mempelajari bagaimana bentuk dan susunan organ-organ sistem pencernaan secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya serta hubungan organ-organ yang satu satu dengan yang lain serta bagaimana organ-organ tersebut bekerja secara normal.

Pada Bab ini, mahasiswa akan mempelajari gangguan fungsi dan penyakit pada sistem pencernaan tubuh manusia sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

Dalam mempelajari bab ini sebaiknya Anda pelajari secara bertahap, mulai dari rangkuman materi pembelajaran yang disajikan pada Bab Topik dan mengerjakan soal-soal latihan serta apabila telah yakin memahaminya, barulah Anda diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari materi pembalajaran topik berikutnya.

Satu hal yang penting adalah membuat catatan tentang materi pembalajaran yang sulit Anda pahami. Cobalah terlebih dahulu mendiskusikan materi pembelajaran yang sulit dengan sesama mahasiswa atau teman sejawat. Apabila masih dibutuhkan, Anda dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan narasumber pada kegiatan pembelajaran tatap muka.

Di dalam bab ini juga tersedia tugas terstruktur berupa tes formatif dan tugas mandiri. Hendaknya semua tugas ini Anda kerjakan dengan tuntas. Dengan mengerjakan semua tugas yang ada, Anda akan dapat menilai sendiri tingkat penguasaan atau pemahaman terhadap materi pembelajaran yang disajikan. Dan

(29)

membantu Andamengetahui bagian-bagian mana dari materi pembalajaran yang disajikan di dalam bab, masih belum sepenuhnya dipahami.

Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bab ini adalah sekitar 2 x 100 menit. Oleh karena itu, Anda dapat membuat catatan mengenai hal-hal yang perlu didiskusikan pada waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran terstruktur (secara daring atau tatap muka).

Keberhasilan Anda mempelajari bab ini tentunya sangat tergantung pada keseriusan Anda. Hendaknya Anda tidak segan-segan untuk bertanya tentang materi pembalajaran yang belum Anda pahami kepada nara sumber pada saat dilaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka, atau berdiskusi dengan rekan Anda. Di samping itu, Anda juga harus berusaha dengan sunggug-sungguh untuk menyelesaikan semua tugas yang ada di dalam bab ini. Yakinlah bahwa Anda akan berhasil dengan baik apabila memiliki semangat belajar yang tinggi. Jangan lupa berdoa kepada Tuhan YME agar senantiasi diberikan kemudahan belajar.

Selamat Belajar dan Semoga Sukses ! B. Deskripsi Materi

Bab ini akan membahas gangguan fungsi dan penyakit pada sistem pencernaan tubuh manusia, mulai dari Rongga Mulut, Esofagus, Lambung, Usus Halus dan Usus Besar serta Hati, sesuai dengan klasifikasi penyakit berdasarkan ICD 10, meliputi :

a) Penyakit Infeksi Saluran Cerna b) Penyakit Tumor Saluran Cerna c) Penyakit Trauma Saluran Cerna d) Penyakit Inflamasi Saluran Cerna

C. Kemampuan/ Tujuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan gangguan fungsi dan penyakit pada sistem pencernaan tubuh manusia sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan.beserta istilah medis dan tindakan yang terkait (C2).

D. Uraian Materi

I. Patofisiologi Penyakit System pencernaan

II. Penyakit dan istilah medis Pada Sistem pencernaan

(30)

1.Patofisiologi Penyakit Infeksi pada Sistem Pencernaan

Gangguan pencernaan adalah masalah yang terjadi pada salah satu organ sistem pencernaan, atau lebih dari satu organ pencernaan secara bersamaan.

Sistem pencernaan terdiri dari sejumlah organ, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Organ hati, pankreas, dan kantung empedu juga berperan dalam mencerna makan, namun tidak dilewati oleh makanan atau terletak di luar saluran pencernaan.

Sistem pencernaan berfungsi menerima dan mencerna makanan menjadi nutrisi yang dapat diserap. Nutrisi tersebut kemudian disalurkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Sistem pencernaan juga berfungsi memisahkan dan membuang bagian makanan yang tidak bisa dicerna oleh tubuh. Ketika tubuh tidak dapat mencerna makanan dengan baik, kondisi tersebut dapat menyebababkan intoleransi makanan.

II.Penyakit dan istilah medis Pada Sistem pencernaan 1. Penyakit Infeksi Rongga Mulut

a. Karies Dentis

No. ICD-10 : K02 Dental Caries Masalah Kesehatan

Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasiyang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasaldari makanan yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit yangpaling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakitperiodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut.

Akibat yang ditimbulkan oleh karies gigi inibermacam-macam mulai dari yang ringan sampai yang berat, oleh karena salahsatu penyebab dari karies gigi adalah adanya aktifitas bakteri.Bakteri yangbersarang pada karies gigi itu bisa menembus ke pembuluh darah dan akhirnyamengumpul di jantung.

(31)

Manifestasi Klinik

Hasil Anamnesis (Keluhan)

Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam.Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut.

Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudahmencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.

Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi.

Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host (gigi dan saliva), substrat (makanan), mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antar keempat faktor tersebut.

Faktor resiko:

a) Laki-laki b) Usia anak-anak c) Kebiasaan makan

d) Tingkat sosial –ekonomi

Menurut American Academy of Pediatric Dentistry, penilaian risiko karies pada anak berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies yaitu: kondisi klinik, karakteristik lingkungan, dan kondisi kesehatan umum.

(32)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter gigi adalah pemeriksaan klinis, disertai pemeriksaan radiografik bila dibutuhkan, tes sensitivitas pada gigi yang dicurigai sudah mengalami nekrosis, dan tes perkusi untuk melihat apakah infeksi sudah mencapai jaringan penyangga gigi.

Jenis karies gigi berdasarkan tempat terjadinya : a) Karies Insipiens

Merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email.

b) Karies Superfisialis

Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadang terasa sakit.

c) Karies Media

Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.

d) Karies Profunda

Merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa.Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya.

Penegakan Diagnosis dan Pemeriksaan penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Pemeriksaan radiografis (rontgen organ panoramik (QPG)) untuk penentuan gigi desidui maupun permanen atau kasus yang lain menghadapikeragu- raguan atau sesuatu yang tidak pasti.

(33)

Komplikasi

• Terbentuknya abses pada gigi atau sekitar gigi.

• Sinusitis maksilaris odontogen

Penatalaksanaan

Biasanya perawatan yang diberikan adalah pembersihan jaringan gigi yangterkena karies dan penambalan (restorasi). Bahan tambal yang digunakan dapat bermacam-macam, misalnya resin komposit (penambalan dengan sinar danbahannya sewarna gigi), glass ionomer cement,kompomer, atau amalgam (sudahmulai jarang digunakan).

Pada lubang gigi yang besar dibutuhkan restorasi yang lebih kuat, biasanyadigunakan inlay atau onlay, bahkan mungkin mahkota tiruan.

Pada karies yangsudah mengenai jaringan pulpa, perlu dilakukan perawatan saluran syaraf. Bila kerusakan sudah terlalu luas dan gigi tidak dapat diperbaiki lagi, maka harusdilakukan pencabutan (ekstraksi).

b. Stomatitis (Ulkus Mulut Aftosa, Herpes) No. ICD-10 : K12 Stomatitis and related lesions

Masalah Kesehatan

Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)

Stomatitis aftosa rekurens (SAR) merupakan penyakit mukosa mulut tersering dan memiliki prevalensi sekitar 10 – 25% pada populasi.Sebagian besar kasus bersifat ringan, self-limiting, dan seringkali diabaikan oleh pasien. Namun, SAR juga dapat merupakan gejala dari penyakit-penyakit sistemik, seperti penyakit Crohn, penyakit Coeliac, malabsorbsi, anemia defisiensi besi atau asam folat, defisiensi vitamin B12, atau HIV. Oleh karenanya, peran dokter di pelayanan kesehatan primer dalam mendiagnosis dan menatalaksana SAR sangat penting.

(34)

Stomatitis Herpes

Stomatitis herpes merupakan inflamasi pada mukosa mulut akibat infeksi virus Herpes simpleks tipe 1 (HSV 1).Penyakit ini cukup sering ditemukan pada praktik layanan primer sehari-hari.Beberapa diantaranya merupakan manifestasi dari kelainan imunodefisiensi yang berat, misalnya HIV.Amat penting bagi para dokter di pelayanan kesehatan primer untuk dapat mendiagnosis dan memberikan tatalaksana yang tepat dalam kasus stomatitis herpes.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)

a. Luka yang terasa nyeri pada mukosa bukal, bibir bagian dalam, atau sisi lateral dan anterior lidah.

b. Onset penyakit biasanya dimulai pada usia kanak-kanak, paling sering pada usia remaja atau dewasa muda, dan jarang pada usia lanjut.

c. Frekuensi rekurensi bervariasi, namun seringkali dalam interval yang cenderung reguler.

d. Episode SAR yang sebelumnya biasanya bersifat self-limiting.

e. Pasien biasanya bukan perokok atau tidak pernah merokok.

f. Biasanya terdapat riwayat penyakit yang sama di dalam keluarga.

g. Biasanya sehat. Namun, dapat pula ditemukan gejala-gejala seperti diare, konstipasi, tinja berdarah, sakit perut berulang, lemas, atau pucat, yang berkaitan dengan penyakit yang mendasari.

h. Pada wanita, dapat timbul saat menstruasi.

Stomatitis Herpes

a. Luka pada bibir, lidah, gusi, langit-langit, atau bukal, yang terasa nyeri.

b. Kadang timbul bau mulut.

c. Dapat disertai rasa lemas (malaise), demam, dan benjolan pada kelenjar limfe leher.

d. Sering terjadi pada usia remaja atau dewasa.

e. Terdapat dua jenis stomatitis herpes, yaitu:

(35)

i. Stomatitis herpes primer (episode tunggal) ii. Stomatitis herpes rekurens (berulang)

f. Rekurensi dipicu oleh beberapa faktor : demam, paparan sinar matahari, trauma, dan kondisi imunosupresi seperti HIV, penggunaan kortikosteroid sistemik, dan keganasan.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Aftosa/Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)

Terdapat 3 tipe SAR, yaitu: minor, mayor, dan herpetiform.

Pemeriksaan fisik

1. Tanda anemia (warna kulit, mukosa konjungtiva)

2. Pemeriksaan abdomen (distensi, hipertimpani, nyeri tekan) 3. Tanda dehidrasi akibat diare berulang

Pemeriksaanlab :

(36)

1. Darah perifer lengkap 2. MCV, MCH, dan MCHC

Stomatitis Herpes

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:

a. Lesi berupa vesikel, berbentuk seperti kubah, berbatas tegas, berukuran 2 – 3 mm, biasanya multipel, dan beberapa lesi dapat bergabung satu sama lain.

b. Lokasi lesi dapat di bibir (herpes labialis) sisi luar dan dalam, lidah, gingiva, palatum, atau bukal.

c. Mukosa sekitar lesi edematosa dan hiperemis.

d. Demam

e. Pembesaran kelenjar limfe servikal

f. Tanda-tanda penyakit imunodefisiensi yang mendasari Pemeriksaan penunjang

Tidak mutlak dan tidak rutin dilakukan.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)

Diagnosis SAR dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis.Dokter perlu mempertimbangkan kemungkinan adanya penyakit sistemik yang mendasari.

Stomatitis Herpes

Diagnosis stomatitis herpes dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)

Pengobatan yang dapat diberikan untuk mengatasi SAR adalah:

a) Larutan kumur chlorhexidine 0,2% untuk membersihkan rongga mulut.

Penggunaan sebanyak 3 kali setelah makan, masing-masing selama 1 menit.

(37)

b) Kortikosteroid topikal, seperti krim triamcinolone acetonide 0,1% in ora base sebanyak 2 kali sehari setelah makan dan membersihkan rongga mulut.

Konseling dan Edukasi

Pasien perlu menghindari trauma pada mukosa mulut dan makanan atau zat dalam makanan yang berpotensi menimbulkan SAR, misalnya: kripik, susu sapi, gluten, asam benzoat, dan cuka.

Stomatitis Herpes

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan :

a. Untuk mengurangi rasa nyeri, dapat diberikan analgetik seperti Parasetamol atau Ibuprofen. Larutan kumur chlorhexidine 0,2% juga memberi efek anestetik sehingga dapat membantu.

b. Pilihan antivirus yang dapat diberikan :Acyclovir, Valacyclovir, Famcyclovir (belum ada data keamanan pada anak), diberikan per oral.

Konseling dan Edukasi

Pencegahan rekurensi dimulai dengan mengidentifikasi faktor-faktor pencetus dan selanjutnya melakukan penghindaran. Faktor-faktor yang biasanya memicu stomatitis herpes rekurens, antara lain trauma dan paparan sinar matahari.

2. Penyakit Infeksi Lambung dan Usus a. Gastritis and Duodenitis

No. ICD-10 : K29 Gastritis and Duodenitis Masalah Kesehatan

Gastritis merupakan proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung.

Duodenitis adalah inflamasi pada mukosa dan submucosa duodenum (usus 12 jari).Merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada praktek sehari-hari karena diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik, bukan pemeriksaan histopatologi.

Penyebab utama adalah infeksi kuman Helicobacter pylori, dengan prevalensi mendekati 90% pada orang dewasa.Selain itu, ada juga beberapa vitus dapat menginfeksi mukosa lambung, misalnya enteric rota virus dan calicivirus,

(38)

cytomegalovirus.Jamur Candida sp, Histoplasma capsulatum dan Mukonaceae juga dapat menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien dengan imunokompromise.

Manifestasi Klinik

Keluhan dan gejala berkorelasi positif dengan komplikasi gastritis. Secara garis besar, menurut Update Sydney System, gastritis dibagi menjadi 3 tipe, yaitu : 1.

Monahopik, 2. Atopik, dan, 3. Bentuk Khusus. Dan ada lagi bentuk lainnya, Gastropati, karena tidak ditemukan adanya radang.

Kebanyakan pasien gastritis tanpa gejala, biasanya keluhan yang tidak khas. Kelhan yang sering : nyeri panas dan pedih di ulu hati disertai mual dan kadang muntah.

Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ditegakkan juga berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan histopatologi.

Penatalaksanaan

Bertujuan untuk melakukan eradikasi kuman Helicobacter pylori, dengan kombinasi berbagai antibiotic dan proton pump inhibitor.

Antibiotika pilihan : Klaritromisin, Amoksisilin, Metronidazol dan tetrasiklin.

b. Appendisitis Akut

No. ICD-10 : K35 Acute Appaendicitis Masalah Kesehatan

(39)

Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara mendadak pada apendik, merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui, dan jika tidak ditangani segera dapat menyebabkan perforasi.

Penyebab:

o Obstruksi lumen merupakan faktor penyebab dominan apendisitis akut

o Erosi mukosa usus karena parasit Entamoeba hystolitica dan benda asing lainnya

Manifestasi Klinik

Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah epigastrium kemudian menjalar ke Mc Burney.Apa bila telah terjadi inflamasi (>6 jam) penderita dapat menunjukkan letak nyeri karena bersifat somatik.

Gejala Klinis : a. Muntah

b. Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam sesudah nyeri c. Disuria

d. Obstipasi

e. Gejala lainnya :demam tidak terlalu tinggi (37,50C - 38,50C) tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.

f. Variasi lokasi anatomi apendiks mempengaruhi keluhan nyeri somatik

Pemeriksaan Fisik Inspeksi

o Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit o Kembung bila terjadi perforasi

o Penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler abses.

Palpasi

o Terdapat nyeri tekan Mc Burney

o Adanya rebound tenderness (nyeri lepas tekan) o Adanya defans muscular

o Rovsing sign positif o Psoas sign positif

(40)

o Obturator Sign positif

Perkusi

Nyeri ketok (+) dinding perut

Auskultasi

Peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.

Colok dubur

Nyeri tekan pada jam 9-12

Tanda Peritonitis umum (perforasi) : 1. Nyeri seluruh abdomen 2. Pekak hati hilang 3. Bising usus hilang

Apendiks gangren atau perforasi

lebih sering terjadi dengan gejala, sebagai berikut:

a. Gejala progresif dengan durasi lebih dari 36 jam b. Demam tinggi lebih dari 38,5oC

c. Lekositosis (AL lebih dari 14.000) d. Dehidrasi dan asidosis

e. Distensi

f. Menghilangnya bising usus g. Nyeri tekan kuadran kanan bawah h. Rebound tenderness sign

i. Rovsing sign

j. Nyeri tekan seluruh lapangan abdominal

Diagnosis Klinis

(41)

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik masih merupakan dasar diagnosis apendisitis akut.

Pemeriksaan Penunjang

o Laboratorium darah perifer lengkap :

Jumlah leukosit dan neutrofil akan meningkat. Jika jumlah lekosit >18.000/mm3 Perforasi dan Peritonitis.

Urinalisis : konfirmasi kelainan urologi

Pengukuran HCG bila dicurigai kehamilan ektopik

o Foto polos abdomen :Tidak banyak membantu, kecuali adanya tanda perforasi.

Komplikasi :

1. Perforasi apendiks 2. Peritonitis umum 3. Sepsis

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Pasien yang telah terdiagnosis apendisitis akut harus segera dirujuk ke layanan sekunder untuk dilakukan operasi cito.

Penatalaksanaan di pelayanan kesehatan primer sebelum dirujuk:

o Bed rest total posisi fowler (anti Trandelenburg)

o Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui mulut.

o Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika ada dehidrasi.

o Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung agar mengurangi distensi abdomen dan mencegah muntah.

3. Penyakit Infeksi Usus Besar a. Colitis

(42)

No. ICD-10 : K51 Ulcerative Colitis Masalah Kesehatan

Inflammatory Bowel Disesase adalah penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna dengan penyebab pasti yang saat ini masih belum jelas. Secara garis besar,Inflammatory Bowel Disease, terdiri dari : Kolitis Ulseratif, Penyakit Chron, dan Indeterminate Colitis (bila campuran). Sampai saat ini belum diketahui etiologi IBD yang pasti dan maupun penjelasannya yang memadai mengenai pola distribusi.

Proses terjadi IBD secara umum diawali adanya infeksi, toksin, produk bakteri atau diet intralumen, yang terjadi pada individu yang rentan dan dipengaruhi oleh faktor genetika, defek imun, lingkungan sehingga terjadi kaskade proses inflamasi pada dinding usus.

Manifestasi Klinik

Diare kronik yang disertai atau tanpa darah dan nyeri perut merupakan manifestasi klinik kolitis yang paling umum.Beberapa manifestasi ekstra intestinal, seperti artritis, uvitis, pyoderma, eritema nodosum dan kolangitis.

Selain itu ada juga gangguan nutrisi. Gambaran klinik kolitis ulseratif, relatif lebih menunjukkan adanya serangan daripada penyakit Chron.

Hal ini disebabkan karena distribusi inflamasi anatomi saluran cerna pada Kolitis Ulseratif adalah pada kolon, sedangkan penyakit Chron lebih bervariasi, mulai dari rongga mulut sampai anorectal.

(43)

Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Adanya gambaran klinik yang bervariasi ini, memerlukan pengetahuan yang cukup memadai untuk membedakanya dengan penyakit lain. Gambaran klinik, bahkan endoskopi dan radiologi, sulit membedakan penyakit Chron dengan tuberculosis usus.Pemeriksaan histopatologi juga sulit membedakan penyakit inflamaasi kronik usus lainnya.

Tidak ada parameter lab spesifik untuk penyakit inflamasi usus ini.

(44)

Secara paktis, diagnosis penyakit kolitis ini didasarkan pada :

• Anamnesis akurat tentang perjalanan penyakit

• Gambaran klinik

• Data laboratorium menyingkirkan penyakit inflamasi lain (misal TB Usus)

• Temuan endoskopik yang diikuti konfirmasi histopatologi

• Temuan gambaran radiologic khas

• Pemantauan perjalanan penyakit akut-remisi-eksaserbasi kronik.

Penatalaksanaan

Mengingat etiologi dan pathogenesis IBD yang belum jelas, maka pengobatan lebih ditekankan pada penghambatan proses inflamasi yang terjadi.

Eliminasi berbagai faktor pemicu inflamasi, termasuk penggunaan obat metronidazole pada penyakit Chron. Penggunaan kortikosteroid juga merupakan obat pilihan pada penyakit kolitis ulseratif (derajat sedang dan berat) dan penyakit Chron (semua derajat), yaitu prednisone, metil prednisolone.Dan dalam keadaan berat diberikan kortikosteroid parenteral.

Selain itu, dapat juga digunakan obat golongan asam amino salisilat (misalnya preparat sulfasalazine) dan golongan imunosupresif (misalnya 5-ASA atau metotreksat, siklosporin, azatioprin.

4. Lainnya a. Peritonitis

No. ICD-10 : K65 Peritonitis

Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum.Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan penyulitnya misalnya perforasi apendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus abdominalis.Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena perforasi organ berongga karena trauma abdomen.

Manifestasi Klinik

Hasil Anamnesis (Subjective)

a. Nyeri hebat pada abdomen yang dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat ataupun

(45)

tersebar di seluruh abdomen. Intensitas nyeri semakin kuat saat penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan.

b. Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok.

c. Mual dan muntah timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera atau akibat iritasiperitoneum.

d. Kesulitan bernafas disebabkan oleh adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma.

Pemeriksaan Fisik

a) Pasien tampak letargik dan kesakitan b) Dapat ditemukan demam

c) Distensi abdomen disertai nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen d) Defans muskular

e) Hipertimpani pada perkusi abdomen

f) Pekak hati dapat menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma

g) Bising usus menurun atau menghilang

h) Rigiditas abdomen atau sering disebut perut papan

i) Pada colok dubur akan terasa nyeri di semua arah, dengan tonus muskulus sfingter ani menurun dan ampula rekti berisi udara.

Diagnosis Klinis dan Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik dari tanda-tanda khas yang ditemukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan di layanan primer untuk menghindari keterlambatan dalam melakukan rujukan.

Komplikasi 1. Septikemia 2. Syok

(46)

Penatalaksanaan

Pasien segera dirujuk setelah penegakan diagnosis dan penatalaksanaan awal, seperti berikut:

a. Memperbaiki keadaan umum pasien b. Pasien puasa

c. Dekompresi saluran cerna dengan pipa nasogastrik atau intestinal d. Penggantian cairan dan elektrolit dilakukan secara intravena e. Pemberian antibiotik spektrum luas intravena.

f. Tindakan-tindakan menghilangkan nyeri dihindari untuk tidak menyamarkan gejala

b. Hepatitis Virus

No. ICD-10 : K75 Other Inflammatory liver disease Masalah Kesehatan

Hepatitis virus akut merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang hati yang disebabkan oleh virus hepatitis. Hampir semua hepatitis virus disebabkan oleh 1 (satu) dari 5 jenis virus, yaitu virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis b (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis E (HEV). Semua virus hepatitis yang menyerang manusia adalah jenis virus RNA, kecuali virus Hepatitis B (Virus DNA).

Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai peynyakit hati di seluruh dunia. Di Indonesia, HAV merupakan hepatitis virus yang paling banyak dirawat.

Manifestasi Klinik

Gambaran klinik hepatitis virus bervariasi mulai dari infeksi asimtomatik tanpa kuning sampai dengan yang sangat berat, yaitu hepatitis fulminant, yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari.

Gejala hepatitis virus akut terbagi dalam 4 tahap, yaitu : a) Fase Inkubasi

Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus.Fase berbeda untuk tiap jenis virus.

(47)

b) Fase Prodromal (PraIkterik)

Fase antara timbulnya keluhan pertama dengan timbulnya gejala icterus.Awitan dapat singkat ditandai dengan malaise umum, myalgia, atralgia, mudah lelah, gejala saluran nafas atas dan anoreksia.Mual muntah berhubungan dengan gangguan penghidu dan pengecap.Demam derajat rendah pada HAV.

c) Fase Ikterus

Ikterus muncul setelah 5 – 10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan munculnya gejala.Diikuti fase perbaikan klinik yang nyata.

d) Fase Konvalesen

Diawali dengan menghilangnya icterus atau keluhan lain, tetapi hepatomegali atau abnormlitas fungsi hati tetap ada.

Keadaan akut biasanya membaik dalam 2-3 minggu. Pada HAV, perbaikan klinik dan lab lengkap terjadi dalam 9 minggu dan 16 minggu untuk HBV.

Agen Penyebab Hepatitis Virus

• Hepatitis Virus A (HAV)

Digolongkan picornavirus, replikasi nyata di sel hepatosit, tidak bereplikasi di usus.Menyebar pada primate non manusia dan galur sel manusia.Menular melalui enterik (usus).Masa inkubasi 15 – 50 hari (rerata 30 hari).

• Hepatitis Virus B (HBV)

Digolongkan Hepadnaviridae, DNA hepatotropik, bereplikasi utama di sel hepatosit dan sel tubuh lainnya. Menular melalui darah.Inti virus HBV, terdiri dari antigen hepatitis B core (HBcAg) dan antigen hepatitis B envelope (HBeAg).Masa inkubasi 15 – 180 hari (rerata 60-90 hari). Cara penularan : melalui darah, transmisi seksual, penetrasi jaringan (misal tertusuk jarum), transmisi maternal-neonatal, tidak ada bukti fekal-oral.

(48)

• Hepatitis Virus A (HCV)

Termasuk golongan Falviviridae, genus hpacivirus.Hanya ada 1 serotipe yang dapat diidentifikasi.Masa inkubasi 15 – 169 hari (puncak 50 hari). Cara penularan : Darah, transmisi seksual, maternal-neonatal, tidak terdapat bukti transmisi fekal-oral.

Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ditambah dengan diagnosis serologis :

• HAV : IgM HAV (fase akut infeksi)

• HBV : IgM anti Hbc dan HbsAg dimana Hbc Ag mendahului HbcAg (fase akut), antiHBs (penyembuhan atau reinfeksi)

• HCV : AntiHCV (fase akut)

Penatalaksanaan

Infeksi Sembuh Spontan :

• Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia

• Mempertahannkan asupan kalori dan cairan yang cukup (makan pagi dengan porsi besar paling ditoleransi)

• Aktivitas fisik tidak berlebihan

• Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitia A.

• Pemberian interferon untuk HCV menurunkan resiko infeksi HCV kronik.

• Peran Lamivudin dan Adefovir pada hepatitis B akut belum jelas.

• Kortikosteroid tidak bermanfaat.

• Pencegahan dengan imunoprofilaksis (Vaksin)

c. Kolesistitis

No. ICD-10 : K81 Cholesystitis Masalah Kesehatan

(49)

Radang kandung empedu (kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam.Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu.

Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di ductus sistikus sehingga terjadi stasis cairan empedu, dan sebagian kecil tanpa adanya batu empedu.

Manifestasi Klinik

Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah kanan atas epigastrium, nyeri tekan dan kenaikan suhu tubuh.Kadang kala rasa sakit menyebar ke pundah atau scapula kanan dan dapat berlangsung selama 60 menit tanpa reda. Berat ringannya gejala sangat bervariasi dan tergantung kelainan inflamasi yang ringan sampai gangrene/ perforasi kandung empedu.

Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis akut.

Pemeriksaan USG sebaiknya dilakukan secara rutin untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran empedu ekstra hepatic.

Pemeriksaan Ct Scan abdomen kurang sensitive dan mahal tapi mampu untuk memperlihatkan adanya anses perikolesistik yang masih kecil, tapi tidak terlihat pada pemeriksaaan USG.

Penatalaksanaan

Pengobatan umum termasuk istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan, obat penghilang nyeri dan antispasmodic.

Pemberian antibiotic pada fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis dan septikemi.

Kolesistektomi pada kolesistitis akut masih diperdebatkan.

(50)

1. Tumor Lambung

No. ICD-10 :K031 Other Diseases of stomach and duodenum

Masalah Kesehatan

Tumor gaster terdiri ataas tumor jinak dan tumor ganas.Tumor jinak lebih jarang daripada tumor ganas. Jenis tumor ganas yang terbanyak adalah adenokarsinoma, menempati urutan ke3 setelah tumor kolon dan pankreas. Faktor resiko kanker lambung adalah infeksi Helicobacter pylori,diet tinggi nitrat (nitrosamin), makanan diasapkan dan diasinkan, rokok dan atrofi lambung.

Klasifikasi Tumor Ganas Lambung :

• Tipe I (Protruded type) : tumor invasi hanya pada mukosa dan submukosa berbentuk polypoid, bentuk irregular , permukaan tidak rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.

• Tipe II (Superficial type) : o Elevated type : o Flat type o Depressed type

• Tipe III (Excavated type)

Manifestasi Klinik

Keluhan utama tumor ganas lambung adalah berat badan menurun(82%), nyeri epigastrium (63%), muntah (41%), keluhan pencernaan lain (40%), anoreksia (28%),

(51)

keluhan umum (25%), disfagis (18%), nausea (18%), kelemahan (17%), sendawa (10%), hematemesis (7%), regurgitasi (7%) dan lekas kenyang (5%).

Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

• Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Selain anamnesis, dari pemeriksaan fisik jua dapat membantu yaitu berat badan menurun dan anemia. Kadang teraba massa di daerah epigastrium.

• Pemeriksaan Radiologi yang penting pemeriksaan kontras ganda.

• Gastroskopi dan biopsy.

• Endoskopi Ultrasound

• Pemeriksaan darah pada tinja

• Pemeriksaan sitologi dari cairan lambung

Penatalaksanaan

• Pembedahan (tujuan kuratif dan paliatif)

• Kemoterapi (tunggal dan kombinasi), misalnya 5 FU, epirubusun, karnisetin.

• Radiasi :

o Resektabel dapat diberikan 40-50 gy o Kasus lanjut paliatif : < 40 gy

1. Tumor Kolorektal

No. ICD-10 :K062 – 63 Other Diseases of colon, anus and rectum

Masalah Kesehatan

Tumor kolorektal dapat dibagi menjadi polip kolon dan kanker kolon. Klasifikasi polip kolon, ada 3 tipe yaitu neoplasma epitelium, non neoplasma, submuksoa.

Secara epidemiologi, kanker kolorektal menduduki urutan ke-4 di dunia, dengan jumlah pasien perempuan lebih sedikit daripada laki-laki.

Gambar

Gambar Skema Umum Triase Penanganan Trauma

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan segala Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Pengaruh

Mengetahui pengaruh arus kas bebas terhadap dividend payout ratio pada.

(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kecenderungan anak menjadi pelaku dan korban bullying ditinjau dari kualitas kelekatan dengan ibu yang bekerja.Subjek penelitian adalah

Siswa menulis teks laporan eksplanasi tentang konversi energi listrik berdasarkan literatur yang mereka baca (buku perpustakaan, eksiklopedia, dan berbagai sumber dari

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan total aset bank syariah di Indonesia, penulis menggunakan konsep kuantitatif, dimana Total Aset (TA)

Peneliti menemukan kemudahan bagi siswa dalam mengingat dan mengucapkan nama-nama negara, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyampaian kurikulum baru dengan metode

Karena indikasi-indikasi pada layar osiloskop mengukur waktu antara pantulan pulsadari permukaan depan dan belakang, maka  jarak indikasi adalah merupakan ketebalan