Membangun Pendidikan Tinggi Berbasis Budaya:
Refleksi dan Praktik di FIB UGM
Dr. Setiadi, M.Si.
Departemen Antropologi dan WD AKSDM FIB
Disampaikan pada FGD Ekspose Hasil Kajian Penguatan Budaya Lokal DIY di Perguruan Tinggi
Selasa, 14 Juli 2020
Konsep pendidikan berbasis budaya
Menempatkan nilai-nilai luhur budaya dalam pendidikan pada tiga hal, yaitu: 1) Nilai luhur budaya ditempatkan sebagai aspek penting dalam tujuan pendidikan, 2) Nilai luhur
budaya ditempatkan sebagai pendekatan (dipraktikkan) dalam penyelenggaraan
pendidikan, baik dalam pembelajaran maupun dalam manajemen pendidikan, 3) Nilai luhur budaya ditempatkan sebagai isi/muatan
penting dalam pendidikan.
TOR: alasan Kegiatan Dilaksanakan
• Dinamika budaya yang tumbuh dan berkembang di perguruan tinggi belum sesuai dengan kondisi ideal yang diharapkan.
• Penerapan Nilai – nilai budaya yang berkembang di perguruan tinggi semakin jauh dari budaya Jogja
• Pembangunan kampus yang semakin menjauh dari nuansa budaya selaras juga dengan pemenuhan sarana prasarana budaya yang masih minim.
• Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Budaya, belum menjadi bagian penting dari strategi kampus mengembangkan manusia seutuhnya, lahir dan batin.
• belum adanya pedoman pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan tinggi berbasis budaya, sebagai upaya untuk mempermudah implementasi pengelolaan dan penyelenggaraan kampus berbasis budaya bagi
masyarakat kampus.
• Program pendidikan formal belum menempatkan bidang kebudayaan dalam bangun (konstruksi) kurikulum, baik yang bersifat sentralistik maupun desentralistik.
Pemajuan Kebudayaan DIY yakni
• (i). Penguatan Hak-hak Berkebudayaan DIY, (ii). Penguatan Jatidiri, Karakter, dan
Multikultur, (iii). Pelestarian Nilai Sejarah dan Warisan Budaya, (iv). Pengembangan Kesenian dan Industri Budaya, (v). Penguatan Diplomasi Budaya, (vi). Pengembangan Pranata dan SDM Kebudayaan, (vii). Pengembangan Sarana-
Prasarana Budaya.
Isi Paparan :
Strategi Pengembangan Kajian Nilai Budaya di PT
• Penerapan Nilai – nilai budaya: Aspek ideologis, perilaku dan fisik
• Pembangunan kampus bernuansa budaya
• Nilai luhur budaya ditempatkan sebagai pendekatan (dipraktikkan): Konsep
kebudayaan FIB UGM
• Nilai luhur budaya ditempatkan sebagai isi/muatan penting dalam pendidikan:
Renstra/Renop/Kurikulum
Dinamika budaya yang tumbuh dan berkembang di Perguruan Tinggi: UGM
UGM sebagai pusat pengembangan
Kebudayaan: Majelis Wali Amanat (MWA) UGM mengeluarkan keputusan No.
19/SK/MWA/2006 yang berbunyi UGM juga
sebagai Universitas Pusat Kebudayaan, yaitu
universitas yang menjadi tempat pelestarian
dan pengembangan kebudayaan Indonesia,
agar warga masyarakat Indonesia menjadi
insan yang berbudi luhur dan berwawasan
nasional.
FIB sebagai Bagian Pilar Pendukung
PKKH
• apresiasi terhadap komunitas-komunitas budaya untuk merunut sejarah dan aktor budaya di lingkungan
kreativitasnya, untuk meyakinkan daya kreatifnya, kebebasannya berkreasi dan tugas kesejarahannya di sebuah dunia yang mulai kehilangan akar kulturalnya.
Dengan demikian strategi UGM, bahwa melalui Pusat Kebudayaan adalah mengumpulkan atau membangun suatu warisan budaya yang meliputi budaya intelektual, bahasa, kesenian, dan sebuah komunitas peneliti yang memungkinkan kebudayan itu lestari, sekaligus
memfasilitasi solusi-solusi ketika terjadi perubahan-
perubahan kritis yang setiap saat akan melanda bangsa
Fakultas Ilmu Budaya UGM memosisikan kebudayaan sebagai:
“Serangkaian praktik diskursif (fisikal maupun simbolik ideologis, individual maupun sosial) dalam rangka pertarungan maupun negosiasi
kekuasaan antarindividu maupun antarkelompok sosial yang terlibat di dalamnya, yang
berlangsung secara terus menerus, baik dalam batas lokal, nasional, maupun global, dengan
relasi-relasi yang bervariasi sesuai dengan variasi
konteks historis yang di dalamnya praktik-praktik
itu berlangsung”.
Merujuk pada dokumen Konsep Kebudayaan
• satu perspektif penting yang perlu dimunculkan adalah mengenai cara pandang terhadap kebudayaan itu sendiri yang bersifat
dinamis. Cara pandang mengenai Kebudayaan yang bersifat dinamis ini menjadi salah satu faktor untuk mengembangkan kurikulum
Fakultas Ilmu Budaya.
• Dalam Konsep Kebudayaan Fakultas Ilmu Budaya UGM tersebut, kebudayaan tidak dilihat sebagai produk yang statis tetapi sebagai sebagai sebuah proses yang berlangsung secara terus-menerus.
Relasi antara tiga elemen kebudayaan, yakni gagasan, perilaku, dan benda bersifat dinamis dan berhubungan dengan konteks historis masyarakatnya. Dengan merujuk pada konsep kebudayaan yang bersifat dinamis dan dialektis tersebut, batas-batas antara gagasan, perilaku, dan benda semakin mengabur dalam satu konsep yang disebut dengan wacana. Ada keterkaitan antara yang fisik, yang sosial, dan yang simbolis yang ketiganya berhubungan satu sama lain dalam praktik diskursif.
Konsep Kebudayaan Fakultas Ilmu Budaya UGM (2015)
di dalam konsep tersebut, praktik diskursif berhubungan erat dengan praktik kekuasaan yang dengan sadar
memperhatikan bahwa di dalam setiap relasi sosial selalu ada relasi kuasa yang saling bersaing dan melakukan tawar menawar. Tujuannya adalah untuk mengurangi tawar
menawar dalam distribusi kekusasaan tersebut dalam
rangka mengurangi ketimpangan di antara pihak-pihak yang berada di dalam arena kekuasaan tersebut. Pihak-pihak
yang berada di dalam arena kekuasaan tersebut semuanya memiliki kekuatan-kekuatan diskursif yang tersebar. Tidak hanya kelompok tertentu yang memiliki kekuasaan, tetapi, setiap kelas sosial, bangsa, ras, etnik, gender, dan
sebagainya yang berada di dalam arena kekuasaan tersebut.
Posisi Konsep Kebudayaan Bagi Fakultas Ilmu Budaya
Paradigma yang ditawarkan dalam konsep kebudayaan mampu mengintegrasikan berbagai disiplin seperti
antropologi, arkeologi, pariwisata, sejarah, bahasa, sastra, dan relasi antarbudaya. Walaupun secara konvensional
mempelajari bidang kajian yang spesifik, setiap disiplin tersebut tetap menempatkan bidang-bidang yang spesifik itu dalam perspektif kebudayaan sebagai praktik fisikal, sosial, dan ideologis dalam suatu proses yang kompleks.
Secara lebih kongkret, hal tersebut berarti bahwa setiap disiplin harus memasukkan perspektif tersebut ke dalam program pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat. Untuk mengimplementasikan konsep ilmu budaya itu perlu disusun capaian pembelajaran lulusan Fakultas Ilmu Budaya.
Ciri Lulusan FIB UGM
• keseluruhan Fakultas Ilmu Budaya bertujuan
menghasilkan lulusan yang memiliki ciri kepribadian kesarjanaan. Ciri-ciri “kepribadian kesarjanaan” itu
adalah (a) mampu menguasai disiplin Ilmu-Ilmu Budaya secara kuat, (b) mampu menunjukkan penalaran dan argumentasi yang baik, (c) mampu berkomunikasi
secara lisan maupun tulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, (d) santun secara proporsional dalam situasi dan konteks pergaulan sosial yang beragam, dan (e) arif dalam sikap sebagai seorang insan yang
terpelajar (learned), cerdas (smart), kaya inisiatif,
kreativitas, dan inspirasi (insight), hati-hati (prudent),
dan tekun/tahan banting (preservant).
CAPAIAN PEMBELAJARAN
a) mampu memahami dan peka terhadap fenomena Kebudayaan,
b) mampu berpikir secara deskriptif-analitis: mengidentifikasi, menganalisis persoalan dasar Ilmu Budaya,
c) mampu menerapkan kompetensi a dan b di atas dalam penelitian dan praktik kebudayaan,
d) mampu menyampaikan hasil analisis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang baik dan benar secara lisan dan tulis, e) memiliki softskill dalam manajemen, kepemimpinan,
dan/atau kewirausahaan.
“Kebudayaan” dalam disain Kurikulum
Pengantar Ilmu Budaya, Pengantar Multikulturalisme, Pancasila dan
Kewarganegaraan,Soft Skill Ekstrakurikuler (membatik, gamelan, Tari, kegiatan-kegiatan BSO), Praktik Kebudayaan Indonesia (kuliah apresiasi seni kriya, film, kuliner), Bahasa Indonesia (Penulisan Kreatif), Bahasa
Indonesia (Komposisi), Agama Kontekstual,
English Language Skills dan Academic English
Writing
Landasan Pengembangan Kurikulum
• Perpres Nomor 12 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
• Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
• Peraturan pemerintah Nomor 67 tahun 2013 tentang Statuta Universitas Gadjah Mada
• Peraturan Majelis Wali Amanah No 4 tahun 2015 tentang Kebijakan Umum Universitas Gadjah Mada
• Peraturan Rektor UGM Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kerangka Dasar Kurikulum UGM
• Peraturan Rektor UGM No 15 Tahun 2017 Tentang Standar Akademik UGM
• Konsep Kebudayaan Fakultas Ilmu Budaya tahun 2015
• Dokumen evaluasi terhadap Kurikulum 2011
• Dokumen perkembangan UGM sebagai universitas riset bertaraf internasional,
• Dokumen temu alumni pada Dies FIB tahun 2015
ekstrakurikular dan organisasi kemahasiswaan
lima Mahasiswa UGM melalui hibah Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada
Masyarakat (PKM-M) Ristekdikti tahun 2019
berupaya membantu masyarakat Desa Sambirejo dalam mengkreasikan dan menginovasikan Batik Jumputan Tebing Breksi. Tim yang terdiri dari
Habil Abdillah (FT), M. Nashirul Haq (FT), Nadia Ayu Setiyaningbudi (FIB), Bagaskara Wahyu
Purnomo P (FT), dan Robby Rizal (FIB) ini
berusaha mengkreasikan produk itu melalui
kegiatan workshop produksi dan manajemen.
Kegiatan Apresiasi Budaya
• Laboratorium Antropologi Untuk Riset dan Aksi (LAURA), Departemen Antropologi
Fakultas Ilmu Budaya UGM akan
menyelenggarakan Festival Sumba tahun
2018. Festival yang akan berlangsung 23 – 31 Oktober 2018 ini akan diisi dua kegiatan
utama, yaitu Simposium dan Pergelaran
Budaya yang bertema “Menyapa Indonesia, Merengkuh Tepi Bangsa: Resiliensi Wajah
Sumba dalam Pusaran Zaman”.
Mengapresiasi Budaya Nusantara
Festival ini akan diisi dengan berbagai macam kegiatan
menarik seperti, pergelaran Seni dan Budaya Sumba (25-26 Okt), Pemutaran Film di Ruang A201 FIB UGM (25/10), Lokakarya dan Diskusi Jamu Tradisional, Uji cita rasa kopi (27/10), Produksi musik tradisi baru (25/10), Workshop pewarna alami bersama Dedi Purwadi (26/10),Simposium Resiliensi Wajah Sumba dalam Pusaran Zaman (27-28) dan
Pameran foto bertemakan Sumba di BBY.
Paksi Raras Alit: Pada 2016, Paksi mulai melahirkan berbagai karya yang berhubungan dengan Sastra Jawa.
• Ketua FKY 2019
• Juru Bicara Keluarga Alumni Sastra Jawa Universitas Gadjah Mada (UGM), Paksi Raras Alit mengatakan setelah dirinya menulis postingan berjudul Koreksi Penulisan Aksara Jawa di Facebook, Selasa
(10/10/2017), pihak-pihak terkait langsung memberikan respon untuk
memperbaikinya.(https://ww w.solopos.com/alumni-sastra- jawa-ugm-bantu-koreksi-
tulisan-jawa-pada-papan- nama-jalan-di-jogja-859202)
Anang Batas
Aspek Lingkungan Fisik
• Ragam kekayaan budaya nusantara tampak jelas dalam fasad bangunan setinggi 7 lantai ini. Dekorasi bangunan menggunakan konsep relief kerawangan yang diambil dari ragam etnis nusantara mulai dari batik Yogyakarta, pasurak Toraja, dan sebagainya.
Sementara itu, pola lanskap mengadopsi pola tapak candi-candi di kawasan Prambanan yang dipertegas melalui pembatas berupa
pagar pendek dari batu bata seperti yang dijumpai pada lingkungan kuno di kompleks Mataram Kotagede.
• memiliki keselarasan dengan bangunan-bangunan di sekitarnya serta menampilkan ciri khas bangunan tropis dan menggunakan material alam gunung Merapi. Selain itu, bangunan juga memiliki lanskap dengan prinsip zero water run off dan innovative outdoor space sebagai tempat beraktivitas bagi sivitas akademika serta memiliki akses difabel.
FIB UGM: Identitas Budaya Nusantara
Sebuah Mimpi:
Pengembangan Fisik Berbasis Budaya
Kesimpulan
• Berangkat dari pengalaman di UGM dan khususnya di FIB, dinamika budaya yang tumbuh dan berkembang di
perguruan tinggi menuju kondisi-kondisi ideal yang
diharapkan. Sudah ada penerapan Nilai – nilai budaya jawa dalam koridor multikulturalism. Pembangunan kampus
telah berkembang dan bernuansa budaya.
• Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Budaya, sudah menjadi bagian penting dari strategi kampus mengembangkan manusia seutuhnya, lahir dan batin.
• Konsep kebudayaan telah menjadi payung dan salah satu pedoman pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan tinggi berbasis budaya, dan telah terwujudkan dalam
pelaksanaan pendidikan dengan menempatkan bidang kebudayaan dalam bangun (konstruksi) kurikulum.
• Strategi pengembangan kebudayaan justru tidak boleh bergantung pada perhatian dari pemerintah (secara
formal). Kebudayaan adalah sesuatu yang hidup. Karena itu, biarkan dia hidup sesuai dengan daya hidup dari para pendukung kebudayaan, dalam hal ini masyarakat kampus.
• Kampus bisa dan harus bisa menjadi motor penggerak serta pencipta insan-insan kreatif penjaga marwah budaya Jawa dalam keanekaragaman kultur nusantara.
• Penting bagi tim penyusun Naskah Akademik “Kajian Nilai Budaya Yogyakarta di Perguruan Tinggi” untuk menyapa dan mencermati praktik-praktik yang sudah ada
diberbagai institusi pendidikan.