• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM SEBAGAI AGAMA KASIH SAYANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ISLAM SEBAGAI AGAMA KASIH SAYANG"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi 1177

Tahun XXIV/2022 05 Shafar 1444 H / 02 September 2022 M

Diterbitkan oleh :

Bidang Penyelenggara Peribadatan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI)

ISLAM SEBAGAI

AGAMA KASIH SAYANG

(2)

Waktu Adzan : 12.00 WIB

Khatib : Dr. KH. Muammar Muhammad Bakry, Lc, M.Ag Imam I : H.M. Anshoruddin Ibrahim, M.Ag

Imam II : H. A. Rofi’uddin Mahfudz, SQ, M.Ag Muadzin I : H. Saiful Anwar, S.Pd.I

Muadzin II : H. Muhdori AR, M.Pd.I Qori : H. Muhdori AR, M.Pd.I

(Maqro : QS. Ali Imran ayat 15 - 17)

Agenda Shalat Jum’at Masjid Istiqlal

Tanggal 05 Shafar 1444 H / 02 September 2022 M

nPengantar Redaksi - 1 nKhutbah Jum’at - 2 nHikmah - 11 nGoresan Imam Besar - 13 nKajian Jum'at Pilihan - 15 nPelayanan Bimbingan Ikrar Syahadat - 20 nPelayanan Masjid Istiqlal - 21 nJadwal Narasumber Kajian Dialog Zhuhur - 22 nShalat Ghaib - 22 nJadwal Waktu Shalat - 24 nPelaksana Penerbitan Mimbar Jum’at - 24

Daftar Isi

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah bersabda : Artinya : “Apabila engkau berkata pada temanmu “diamlah”

sewaktu imam (khatib) berkhutbah, maka engkau telah lalai (telah sia-sialah pahala Jum’atnya)” (HR. Bukhari dan Muslim).

IBADAH SHALAT JUMAT TERBUKA UNTUK UMUM DENGAN MEMATUHI PROTOKOL KESEHATAN

Disiarkan Langsung :

TELEVISI REPUBLIK INDONESIA (TVRI) Nasional YOUTUBE MASJID ISTIQLAL TV

(3)

PENGANTAR REDAKSI

Segala puji bagi Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita, baginda Nabi Besar Muhammad SAW, seluruh keluarga, serta para sahabat-sahabatnya.

Pembaca Mimbar Jum’at yang dimuliakan Allah SWT. Hari ini adalah Jum’at pertama di bulan Safar 1444 H, semoga dihari yang mulia ini Allah SWT memberikan keberkahan, kesehatan, kekuatan dan kesabaran dalam beribadah, dan selamat dunia akhirat. Amiin.

Khutbah Jum’at pada edisi kali ini, mengangkat tema “Islam Sebagai Agama Kasih Sayang”, yang disampaikan oleh Dr. KH.

Muammar Muhammad Bakry, Lc, M.Ag, dalam khutbahnya beliau menyampaikan bahwa tak satupun perintah yang ada dalam Islam yang memberatkan manusia untuk dilakukan, bahkan dalam keadaan tertentu perintah dapat dikondisikan sebagai bentuk keringanan dalam mengamalkan agama seperti meng-qashar dan menjamak shalat ketika safar, berbuka puasa bagi orang yang uzur dan lain-lain.

Dalam kolom Hikmah Nurul Fajriyah menulis tema “Kejujuran, Bukti Keimanan dan Upaya Meraih Ketenangan Hati” beliau menulis bahwa salah satu tolok ukur identitas seorang mukmin terletak pada kejujurannya, baik dalam hal keimanan dan ketakwaannya kepada Allah subhanahu wata'ala, maupun kepada sesama makhluk-Nya.

Selanjutnya pada kolom Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA membahas tentang “Makna Atsar Al-Sujud” bahwa tidak satu pun ulama tafsir yang mengatakan bekas sujud itu harus dalam bentuk fisik di wajah. Akan tetapi, umumnya mereka berpendapat bekas sujud ialah seberapa banyak ia bisa memberi manfaat di dalam masyarakat sekitarnya. Jadi, tidak perlu berupaya menghitamkan dahi dengan berbagai cara karena bukan itu yang menjadi hakikat makna bekas sujud.

Pada kolom kajian Jum’at pilihan edisi kali ini Drs. KH.

Abdurahman Bustomi, MA membahas tentang makna filosofi ibadah haji dalam hadist Rasulullah SAW. Selamat Membaca. (JML)

Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdulillahi Rabbil ‘alamin was shalatu was salamu ‘ala asyrafil Anbiyai wal Mursalin.

Wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.

(4)

KHUTBAH JUM’AT

Khutbah Pertama

(Intisari Khutbah Jum’at, 05 Shafar 1444 H / 02 September 2022 M)

Islam Sebagai Agama Kasih Sayang

ا ل م د ح ر هلل ه ب لا ع لا ي هم لا . م د ح هلل هَلّا ك ي ب ت ل ع ن ف هس هه

َرلا ح ة لاو ، م د ح هلل هَلّا س ي ب ق ر ت ت ه ح غ ب ه ض و ، ح لا م د هلل

هَلّا و ي ع هس ر ت ت ه ح َ ك ش و ، ء أ ش ه د ن أ ل ا ل لل ا َل

و ح د ه ه َ ل ي ك و . ل أ ش ه د َن أ ح م َم د ع ا ب د و ر ه و س ل َلا . َم هل

ص و ه ل س ه ل و ب هر ع ك س ل ه ي هد م ن َم د ح و ع ل ههل أ و ص هب هه أ ج ي هع

أ َم ب ا ع د ُيّ أ لا ا س م هل م و ن لل او قَتا ف هلل دا بهع -

ى و قَتلا َق ح -

و ق لا ع ت َ نه ََّهل ا ُ ت ك َ س ف ء ش َ ك ت ع هس و هِ ح ر وو لا

نو نهم ؤ ي ا نهت يَ َهب هُ َ نه َلّا و ة كََزلا نو ت ؤ ي و نو قَت ي

Jamaah Jumat rahimakumullah.

Tak terhitung hikmah dan makna dari ayat-ayat yang menjelaskan tentang Islam sebagai agama rahmah. Allah menampakkan rahmatnya pada agama Islam yang sarat dengan kasih sayang. Tak satupun perintah yang ada dalam Islam yang memberatkan manusia untuk dilakukan, bahkan dalam keadaan tertentu perintah dapat dikondisikan sebagai bentuk keringanan

Oleh : Dr. KH. Muammar Muhammad Bakry, Lc., M.Ag

(5)

dalam mengamalkan agama seperti meng-qashar dan menjamak salat ketika safar, berbuka puasa bagi orang yang uzur dan lain- lain. Bahkan di awal-awal disyariatkannya agama Islam, umatnya dilarang banyak bertanya kepada Rasululullah agar tidak memberatkan dengan perintah baru seperti yang terjadi pada umat-umat masa lalu.

Islam berpesan kepada umatnya untuk saling mangasihi dan menyayangi.

Karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menasehati kita untuk menebarkan kasih sayang bukan hanya kepada manusia tapi kepada seluruh makhluk.

Untuk mewujudnyatakan tebaran kasih sayang, Islam memerintahkan kita untuk bersilaturahim. Kata yang indah didengar, pilihan dua kata “silatu“ dan “rahim“ dalam merangkai kata majemuk untuk sebuah makna yang sarat dengan hubungan kasih sayang. Betapa mulianya istilah itu, meminjam nama Tuhan yang indah “arrahim”.

اومنام آ انيِ َّلَّا انِم ان اكَ َّ مثُ

ِةا احَْرامْل ِبِ اْو اصااواتاو ِ ْبْ َّصل ِبِ اْو اصااواتاو

Artinya : “Kemudian dari orang yang beriman dan meraka saling menasehati kesabaran dan menasehati untuk berkasih sayang”.

رلا مِحا و ي ر ن مه مم م ح رلا ِا ، من ح ر م ح او أ ه لا ل مك ح ر ي ِض ر م ن َّلا ِف م ِءا

Artinya : “Orang yang menebar kasih sayang, akan disayangi oleh yang Maha Penyayang, sayangilah penduduk bumi maka penduduk langit akan menyayangiMu”.

ت ُالله لا ق ب ك را و ت ع لا َ : مْحَّرل ن خ ُن ر ُتمق قشو مِححَّرل ُتمق ل ه

ِل ا ممس منِن ا ِل ِمس

َي

من م ف و ل ص و ا ه ُهُتمل ص و من ن ع ط ق ُهُّت ت ب ا َ ه دولد وب َ هلور ( )

Artinya : “Allah berfirman “Saya adalah Arrahman, saya cipatakan Rahim dan kuambil dari pecahan nama-Ku, ....

(6)

Rahim di mana kita pernah berada di dalamnya selama 9 bulan adalah nama Tuhan untuk kita gunakan dalam bermuamalah di muka bumi ini. Sepertinya menitip pesan kepada kita bahwa apapun profesi, suku, bangsa, bahkan agama kita, kita tetap bersaudara. Kita tercipta dan terlahir dari rahim yang sama.

Segala sesuatunya hanya karena rahmat Allah. Kita hadir di muka bumi dijemput dengan rahmat Allah, kita hidup di bumi disertai rahmat Allah, semoga kita tinggalkan bumi ini dengan rahmat Allah, dan saatnya kita berharap semoga dengan rahmat Allah kita menikmati bahagia di akhirat kelak. Seluruh makhluk, hidup karena rahmat Allah subhanahu wata'ala.

Jamaah Jumat rahimakumullah.

Sesungguhnya berkasih sayang adalah naluri dan fitrah makhluk terutama manusia, mengasihi orang lain hakikatnya

.... siapa yang bersilaturahim Aku akan menjalin hubungan dengannya, siapa yang memutuskan silaturrahim Saya akan putuskan hubungan dengannya”.

ن ع ل م س نا ق لا ق : ر لا س و هالل ل ص الل ل ع ل ي هه و س َلّ

الل َن إ : خ ق ل - ي و

م إ ل م هءا َسلإ ي ب ا م قا هط ب ة ح ر ل ك ، ة ر ح ة هم ئ - ض ر أ لإ و هتإ وا م َسلإ ق خ ل أ لإ ر هض ف ، ج ع هم ل ن هف ا أ لإ ر ر هض ح ة ف ، هب ت ا ع ط لإ ف و هلإ ع ة و ل ه ل ه

َ،ا

و لإ و ح و ش َطلإ ب ع ي ه ض ع ا ب ع ل ض ف ، ا ذ ك إ ي و ن لإ م هق ي ما هة أأ ك ل هب ا َ ه هذ هه َرلإ ح هة

Artinya : “Dari Salman berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi dengan seratus rahmat, setiap rahmat meliputi antara langit dan bumi, 1 dari rahmat dititip di bumi, karena rahmat yang satu itulah sang ibu menyayangi anakanya, binatang hidup dengan sejenisnya dengan berkasih sayang. Nanti pada hari kiamat akan digenapakan kasih sayang itu”.

(7)

mengasihi diri sendiri. Dia adalah aku, dia adalah bagian dari hidupku, sedihnya adalah sedihku, dan bahagianya adalah bahagiaku. Begitulah makna sabda Nabi :

Karena itu, tak dikatakan muslim jika ia tak bisa berdamai dan menyejukkan lingkungan sekitarnya, tak dikatakan mukmin jika ia tak menjaga dan menentramkan selain dirinya, tak dikatakan muhsin jika tak mampu memperbaiki dan merawat alam sekitarnya.

Sumber dan pemilik rahmat adalah sang Maha Rahmat.

Huwarrahmanurrahim. Dua sifat yang mendominasi sifat- sifatnya. Dia ar-Rahman tak pilih kasih untuk seluruh makhluknya di bumi. Dia pula ar-Rahim yang tak terbatas kasihnya untuk hamba-Nya di akhirat.

Islam sebagai konsep yang ideal sebegai referensi agama kasih sayang tak diragukan lagi. Tak ada celah sedikit pun mengidentikkan Islam sebagai agama kekerasan. Masalahnya adalah, apakah kita bisa menjadi pengamal Islam yang rahmat?

Sebab faktanya orang luar kadang mengidentikkan Islam dengan penganutnya. Sikap kita selaku umat Islam adalah taruhannya.

Yang menggambar Islam dalam tontonan kehidupan adalah pengantunya. Jangan jangan kita sendiri yang cederai Islam yang rahmah terganti dengan Islam yang marah. Al-Islamu mahjubun bilmuslimin, demikian kehkawatiran Muhammad Abduh.

Itulah sebabnya kita selalu memohon bimbingan Allah subhanahu wata'ala minimal 17 kali untuk konsisten dalam sikap netral (shiratal mustaqim) bukan berada pada dua kutub ekstrim antara ketidakberdayaan (almagdhub) dan kekerasan (adhallin).

م ث لا ُل ؤُم م ن ي ف وا َ هِّ د و ت ر ه ُحُا م و َ ع ه ف ُطا م م ث لا ُل س ج ا د ذ

َا

شا ت ك ن ُه م ُع َ ٌو ض عا د ُ ل ى س لا ُر ئا س ب د سل

َ ه ر و مُح لا ى

Artinya : “Umpama orang mukmin dalam berkasih sayang seperti tubuh yang satu, jika satu sakit yang lain merasakan”.

(8)

Netralitas adalah satu makna wasathiyah, wasathiyah hanya dapat dilakoni oleh yang memiliki sifat kasih dan sayang yang terbangun dalam diri seseorang dan masyarakat.

Apakah salat yang minimalis yang kita lakukan, 17 Rakaat dan 5 kali salam, sudah mampu kita implementasikan dalam kehidupan kita sebagaimana pesan damai dan kasih sayang dalam salam akhir salat kita?

Karena itu, Allah subhanahu wata'ala menantang kita, apakah kita mampu menjadi role model dengan sikap netral sebagaimana ajaran agama Islam yang wasathiyah? Tantangan itu kita bisa lihat dalam pertengahan Surah al-Baqarah yang jumlahnya 286. Persis pada ayat 143 Allah menantang kita :

Jamaah Jumat rahimakumullah.

Hanya dengan contoh, Nabi menjadi referensi kehidupan yang amat kaya dengan hikmah dan pelajaran. Salah satu saksi yang menjadi bukti sejarah tentang kasih sayang Nabi kepada siapa saja. Suatu ketika, Khalifah Abu Bakar putrinya Aisyah yang juga merupakan istri Nabi. “Wahai anakku, apa kira-kira amal yang pernah dilakukan oleh Rasulullah ketika masih hidup tapi belum aku kerjakan?” Aisyah menjawab, “Rasulullah selalu memberi makan kepada seorang Yahudi buta di pojok sudut pasar.”

Abu Bakar kemudian menemui perempuan tersebut. Sambil menyiapkan makanan, Abu Bakar mendekati perempuan Yahudi yang buta itu. Ternyata sang perempuan Yahudi itu menghina Rasulullah dan menyuruh orang-orang di pasar untuk tidak

Artinya : “Demikian kami jadikan kalian sebagai umat yang netral agar kalian menjadi saksi (roule model) untuk manusia sebagaimana Rasul bagi kalian sebagai saksi (contoh baik).

َءۤاَدَه مش اْومنْومكَتِّكل اًط َسَّو ًةَّمما ْ مكُٰنْلَعَج َ كلِٰذَكَو َن ْومكَيَو كساَّنلا َلََع اًدْيكه َش ْ مكُْيَلَع ملْو مسَّرلا

َءۤاَدَه مش اْومنْومكَتِّكل اًط َسَّو ًةَّمما ْ مكُٰنْلَعَج َ كلِٰذَكَو

َن ْومكَيَو كساَّنلا َلََع

اًدْيكه َش ْ مكُْيَلَع ملْو مسَّرلا

(9)

mengikuti ajakan Muhammad yang pendusta dan penyihir.

Dalam pikiran Abu Bakar “betapa luar biasa dan besarnya hati Rasulullah”. Kalau bukan karena berusaha mengikuti jejak Rasulullah pastilah Abu Bakar tidak menyuapinya. Akhirnya suapan pertama pun telah masuk. Tapi Abu Bakar sangat kaget.

Sambil memuntahkan makanannya, perempuan buta ini berkata ketus, “Siapa kamu, kamu bukan orang yang biasa memberi aku makan.” Abu Bakar berkata, “Dari mana engkau tahu bahwa aku bukanlah orang yang biasa memberimu makan?” Perempuan itu menjawab, “Makanan yang engkau beri tidak kau haluskan lebih dulu. Orang yang biasa memberiku makan selalu menghaluskan makanan lebih dulu karena ia tahu gigiku sudah tak sanggup lagi mengunyah makanan.” Abu Bakar sambil terisak berujar,

“Ketahuilah, orang yang biasa memberimu makan sudah wafat, dan aku adalah sahabatnya. Orang yang biasa memberimu makan adalah Muhammad, lelaki yang tiap hari selalu bersabar meski kau hina dan caci”. Perempuan Yahudi yang buta itu seketika tersentak, kemudian tangisannya pun pecah. Ia menyesal belum sempat meminta maaf kepada orang yang sangat peduli dengannya. Padahal, tak satupun keluarganya yang peduli dengan keadaannya. Akhirnya di hadapan Abu Bakar menyatakan keislamannya.

`Dalam kasus lain, Gubernur Amru bin Ash bermaksud membangun masjid, namun di atasnya berdiri sebuah gubuk reyot milik seorang kakek Yahudi. Sang kakek Yahudi keberatan, sekalipun gubuk reyotnya akan diganti dengan tempat tinggal yang jauh lebih baik. Karena desakan gubernur membuatnya tak berdaya untuk bertahan. Sang kakek akhirnya meninggalkan gubuk itu dengan rasa kesal dan marah. Meski demikian, ia tak putus asa. Ia bersikukuh bertemu langsung khalifah Umar ibnul Khaththab. Walhasil sang kakek berhasil menemui sang Khalifah, setelah beliau mendengar secara seksama, beliau mengambil sepotong tulang yang digoreskan dengan pedangnya untuk dikirimkan kepada Gubernur Amru bin Ash.

(10)

Ketika kiriman itu sampai di hadapan gubernur, sekonyong- konyong gubernur yang berwibawa menjadi pucat pasi, gemetar, dan menangis terisak-isak. Sang kakek bertanya kondisi jiwa sang gubernur, Amru bin Ash menjawab, “ sebagai gubernur saya tidak mampu berlaku adil. Aku tidak berbuat lurus dalam perkara penggusuran rumahmu. Bagaimana aku dapat memper- tanggungjawabkan ketidakadilanku itu dihadapan Tuhanku kelak. Nanti ketika aku telah berubah menjadi tulang belulang tak ada dayaku lagi untuk memperbaiki diri. Maka jadilah aku makhluk yang merugi, ketika aku melihat tulang bergores ini, sadarlah aku akan kepemimpinanku. Sepertinya kini aku telah menjadi tulang-belulang. Semakin aku menyadari ini, semakin takutlah aku. Baruntung khalifah Umar mengingatkanku,” kata gubernur sambil mengusap air matanya. Sang kakek Yahudi sungguh terkejut dengan penjelasan itu. Tak disangka hati sang gubernur demikian halus. Sangat memperhatikan umatnya dan sangat takut akan ketidakadilan yang dilakukannya. Sang kakek juga sadar, “memang sepantasnya gubukku yang reyot dipindah dan digantikan dengan rumah yang lebih layak, akulah yang justru egois dalam masalah ini.

Marilah kita menggores sebanyak mungkin contoh-contoh kerahmatan dan kasih sayang dalam kehidupan kita, agar kita dapat menjadi cermin kepada yang lain.

ايَّآلا انيم يهْييف ااميب ْ ُكُ ايَّ

ِ ااو ْ ينِاعافاناو ,ي ْيْيظاعْلا ينآآْرُقْلا يفِ ْ ُكُالاو ْ يلِ ُالله اكار ابَ

يرْكِّيلااو يت

يْيْيكاحْلا ااذاه ْ يلِ ْواق ُلْوُقَآ .ُ ْيْيلاعْلا ُعْييم اسلا اوُه ُهانِا ُهاتاوالايت ُْكُْنيماو ِّْينِيم الاباقاتاو ,

ُْيْيحارلا ُرْوُفاغْلا اوُه ُهانِا ،ُهْوُريفْغات ْ سااف ُْكُالاو ْ يلِ اْيْيظاعْلا االله ُريفْغات ْ سااو ن ع ِب أ ر ي ر ُ ة : ِّلا ي ي ن ر س و ل ِّلا بِلاغ ي ن ي أ ن ح ا رد َلّ

ل ب ه َ

Artinya : “Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu, kecuali akan menghiasinya. Dan tidaklah kelembutan itu hilang dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya”.

(11)

Khutbah Kedua

ْمَحْلا ،ّهّناَنّتْمّاَو ّهّمَعّن ّم َظّع َلََع ُ َلَ ُرْك ُّشلاَو ،ّهّنا َسْحِا َلََع ّ ه ّلِلَ ُد ،ّهّنْأ َشّل اًيم ّظْعَت ،ُ َلَ َكيشر َلَ ُهَدْحَو ،ُالله هلَِا ََلَِا َلَ هنَأ ُدَه ْشَأَو

َلَع ُالله هلَ َص ،ُ َلَيّلَخَو ،ُ ُلَو ُس َرَو ُهَدْبَع ًاَدهمَحُم هنَأ ُدَه َشَأَو ّهْي

َهلَّ َسَو ، ّنيِّّلا ّمْوَي َلَِا ٍنا َسْحِّبِ ْمُهَعّبَت ْنَمَو ،ّهّبْ َصََو ّ ّلَ أ َلََعَو - ّالله َداَبّع - َالله اوُقهتّاَف : ُدْعَب اهم أ .ًاَيرّثَك ًاَيمّل ْسَت ،ىَوْقهتلا هقَح

،ىَقْثُوْلا ّة َو ْرُعْل ّبِ ّم َلَ ْس ِ ْلَا َنّم اوُك ّسْمَت ْ سّاَو َداَبّع

،ّالله َلَ

ْوَأ ًةَ ْحَْر َبُجْ َيَ ْنَأ ٍِّناَج ْوَأ ٍسْنِا ْنّم َنَكَ ْنَم اًنّئَكَ ُعيّطَت ْ سَي ْ﴿ : َلَاَعَت َلاَق ،ّالله ّقْلَخ ْنَع اَهَعَنْمَي ْنّم ّساهنلّل ُ هلِلَا ّحَتْفَي اَم

ّدْعَب ْنّم ُ َلَ َل ّسْرُم َلََف ْك ّسْمُي اَمَو اَهَل َك ّسْمُم َلََف ٍةَ ْحَْر ّه

ُيمّكَحْلا ُزيّزَعْلا َوُهَو

ْ﴾

}

ْ:رطاف { 2

ْ ُكَُرَمَأ َالله هنَأ اْوُمَلْعاَو ،ّهّتاَقُت هقَح َالله اوُقهتّا ، ُساهنلا اَ ُّيَُّأ اَيَف هن ا َلَاَعَت َلاَقَو ،ّه ّس ْدُقّب ّهّتَكّئ لَمّب هنَّـَثَو ّه ّسْفَنّب ّهْيّف َأَدَب ٍرْمَأّب ِ

ُهَتَكّئ لَمَو َالله ّهْيَلَع اْوُّل َص اْوُنَم أ َنْيّ هلَّا اَ ُّيَُّأ أَي ِّّ ّبهنلا َلََع َن ْوُّل َصُي

َكّئ أَيّبْنَأ َلََعَو ٍدهمَحُم َنَّدِّّي َ س َلََع ِّّل َص همُههللا .اًمْيّل ْسَت اْوُمِّّل َسَو

ّءاَفَلُخْلا ّنَع همُههللا َضْراَو ،َ ْيّْبهرَقُمْلا َكّتَكّئ لَمَو َ ّلِ ُس ُرَو

هرلا

ّةَباَح هصلا ّةهيّقَب ْنَعَو ٍِّ ّلَعَو َناَمْثُعَو َرَ ُعَُو ٍرْكَب ْ ّبَِأ َنْيّد ّشا

(12)

َضْراَو ، ّنْيِّّلا ّمْوَي َلَِا ٍنا َسْحِّبِ ْمُهَل َ ْيّْعّباهتلا يّعّب َتََو َ ْيّْعّباهتلاَو ْرّفْغا همُههللا . َ ْيّْ ّحْاهرلا َمَحْرَأ َيَ َكّتَ ْحَْرّب ْمُهَعَم اهنَع َ ْيّْنّمْؤُمْلّل

، ّتاَوْمَلأاَو ْمُ ْنّْم ّء أَيْحَلأا ّتاَمّل ْسُمْلاَو َ ْيّْمّل ْسُمْلاَو ّتاَنّمْؤُمْلاَو ّتاَوَعهلا ُبْيّجَم ٌبْيّرَق ٌعْيّ َسَ َكهنِا َمَلَ ْس لَا هزّعَأ همُههللا ِ .

اَبّع ْ ُصُْناَو َ ْيّْكّ ْشُِمْلاَو َكْ ِّّشِلا هلّذَأَو َ ْيّْمّل ْسُمْلاَو َكَد

ْرِّّمَدو َ ْيّْمّل ْسُمْلا َلَذَخ ْنَم ْلُذْخاَو َ ْيْ ّصّلْخُمْلا َنْيّدِّّحَوُمْلا ْعَفْدا همُههللا . ّنْيِّّلا ّمْوَي َلَِا َكّتاَمَّكَ ّلْعَأو ّنْيِّّلا َء أَدْعَأَو اَنَئ أَدْعَأ ْتّفْلا َءْو ُسَو َنَحّمْلاَو َلّزَلَ هزلاَو َء َبِ َوْلاَو َءَلََبْلا اهنَع اَ ْنّْم َرَه َظ اَم ّةَن

ّنا َ ْلَُبْلا ّرّئا َس ْنَعَو ًة هص أَخ اَي ّ سْيّنْو ُدْنِا نَّ َلََب ْنَع َنَطَب اَمَو ّفِ َو ًةَن َ سَح اَيْنُّلا ّفِ اَنّت أ اَنهبَر . َ ْيّْمَلاَعْلا هبَر َيَ ًةهم أَع َ ْيّْمّل ْسُمْلا َداَبّع .ّراهنلا َباَذَع اَنّقَو ًةَن َ سَح ّةَرّخ لأا ُرُمْأَي َالله هنِا !ّالله

ّء أ َشْحَفْلا ّنَع ىىَ ْنَْيَو َبَ ْرُقْلا يّذ ّء أَتْي

ِ اَو ّنا َسْح ِ لَاَو ّل ْدَعْل ّبِ

َ ْيم ّظَعْلا َالله او ُرُكْذاَو ، َن ْو ُرهكَذَت ْ ُكُهلَعَل ْ ُكُ ُظّعَي ّيْغَبْلاَو ّرَكْنُمْلاَو ُْكُْدّزَي ّهّمَعّن َلََع ُه ْو ُرُك ْشاَو ْ ُكُْرُكْذَي ،كُ ّطْعُي ّ ّلَ ْضَف ْنّم ُهْوُلَئ ْ ساَو

َُبْكَأ ّالله ُركّ َلَّ َو

(13)

Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam al-Qur'an surat al-Ahzab ayat 70 :

Firman-Nya di atas, membawa kita pada sebuah perenungan mengenai kejujuran yang pada dasarnya merupakan bagian dari diri seorang mukmin. Ia merupakan 'buah' yang bersumber dari kebersihan dan keikhlasan hati, yang merekah karena rasa 'takut' serta kokohnya keimanan diri kepada Allahu Rabbul 'Alamin.

Dalam keterangan lain, Shafwan bin Salim juga meriwayatkan, ada seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu

‘alaihi wasallam, "Apakah mungkin seorang mukmin itu kikir?".

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Mungkin saja." Sahabat bertanya lagi, "Apakah mungkin seorang mukmin bersifat pengecut?". Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Mungkin saja." Sahabat bertanya lagi, "Apakah mungkin seorang mukmin berdusta?" Rasulullah shallallahu

‘alaihi wasallam menjawab, "Tidak" (HR. Ahmad, At-turmudzi dan Imam Malik).

Ketegasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya tersebut, setelahnya dapat menjadi pengetahuan bagi kita bahwa ternyata salah satu tolok ukur identitas seorang

HIKMAH

Kejujuran, Bukti Keimanan dan Upaya Meraih Ketenangan Hati

Oleh : Nurul Fajriyah

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”

(QS. al-Ahzab/33: 70).



















(14)

mukmin terletak pada kejujurannya, baik dalam hal keimanan dan ketakwaannya kepada Allah subhanahu wata'ala, maupun kepada sesama makhluk-Nya.

Dalam mengarungi langkah kehidupan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengingatkan kita agar terus berpegang teguh pada kejujuran. Hal ini diperlukan supaya kita dapat meraih keselamatan dan ketenangan jiwa.

Dari Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

Mengingat berlimpahnya kebaikan ketika seorang insan menanam dan merawat kejujuran, maka patutlah kita termotivasi untuk menjadi hamba-Nya yang senantiasa jujur dalam bertindak dan bertutur, dalam menjaga kemurnian niat dan beribadah, maupun dalam bertindak dan bersosialisasi.

Hal di atas disebutkan, karena kemurnian niat beribadah tanpa mengharap pujian dan ketakziman dari sesama makhluk, merupakan bentuk kejujuran dalam beriman kepada-Nya. Begitu pula pada setiap tutur kata serta tindakan yang diiringi kejujuran dengan penuh kesungguhan, kepatutan dan ketulusan hati, juga dapat menjadi ikhtiar kita dalam menjaga nilai kemuliaan sebagai seorang insan. Wallahu a'lam bish-shawab. r

Saksikan siaran langsung shalat lima waktu di AJWA TV dan Kajian Ba’da Dzuhur / Jum’at di

Youtube : Masjid Istiqlal TV.

Kegiatan kajian atau program yang terlewatkan dapat pula disaksikan melalui kanal Youtube diatas.

(Dukung layanan media Masjid Istiqlal silahkan subscribe, comment, like and share)

(15)

B

eragam pendapat tentang makna atsar sujud sebagaimana diungkapkan dalam ayat, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.

Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. al-Fath/48 :29).

Ada ulama yang mengartikan secara fisik ada bekas di dahi, di samping tentunya bekas-bekas spiritual di dalam batin. “Bekas sujud” (atsar al-sujud) berupa bercak hitam di wajah atau dahi semakin sering terlihat di kalangan ahli ibadah, khususnya ibadah shalat.

Kalangan ulama tasawuf memahami, ada semacam cahaya yang bersinar dari orang-orang yang sering sujud. Di dalam hadis memang ditemukan bahwa anggota badan yang sering dibasuh dengan air wudhu akan memancarkan cahaya di dalam perjalanan menuju Padang Mahsyar di akhirat kelak. Ulama lain memaknainya secara sosiologis bahwa yang dimaksud bekas sujud di dalam ayat di atas ialah resonansi sosial yang dimiliki para ahli sujud.

GORESAN IMAM BESAR

Makna Atsar Al-Sujud

Oleh : Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA

(16)

Tidak satu pun ulama tafsir yang mengatakan bekas sujud itu harus dalam bentuk fisik di wajah. Akan tetapi, umumnya mereka berpendapat bekas sujud di dalam ayat di atas ialah pengaruh ahli sujud di dalam komunitas masyarakatnya. Seberapa banyak ia bisa memberi manfaat di dalam masyarakat sekitarnya.

Jadi, tidak perlu berupaya menghitamkan dahi dengan berbagai cara karena bukan itu yang menjadi hakikat makna bekas sujud.

Selama ini masih ada kelompok masyarakat yang berusaha dengan berbagai cara menghitamkan dahinya sebagai tanda sujud. Upaya seperti itu tidak perlu, bahkan hal itu bisa dikategorikan merusak keindahan yang Allah anugerahkan kepadanya.

Pendapat terakhir ini sejalan dengan semangat yang disampaikan di dalam surah al-Ma’un, “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat ria. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna” (QS. al-Ma’un/107: 4 - 7).

Ayat ini dengan tegas menolak makna kesalehan formalisme.

Untuk apa mengejar kuantitas dan formalisme keagamaan tetapi tidak membawa dampak pada kemaslahatan diri, keluarga, dan masyarakat? Untuk apa memiliki tanda hitam di dahi jika kita tidak respek dan tidak concern terhadap problem sosial di lingkungan kita? Ayat-ayat tersebut tadi menunjukkan bahwa kesalehan individual tidak ada artinya tanpa didukung kesalehan sosial sebagaimana digambarkan dalam ayat di atas.

Dilihat dari maksud dan tujuan kita diciptakan di muka bumi ini ialah untuk sukses menjadi hamba (‘abid) dan sebagai khalifah.

Kesuksesan kita sebagai hamba diukur melalui intensitas hubungan vertikal dengan Sang Khalik dan kesuksesan kita sebagai khalifah diukur melalui efektivitas hubungan horizontal kita dengan sesama manusia, bahkan dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan yang lain, seperti alam raya, termasuk di dalamnya lingkungan hidup, seperti fauna dan flora serta ekosistem lainnya. Manusia menjadi khalifah bukan hanya untuk kalangan manusia, melainkan juga alam semesta. ra(DN)

(17)

KAJIAN JUM'AT PILIHAN

Makna Filosofi Ibadah Haji dalam Hadist Rasulullah SAW

Oleh : Drs. KH. Abdurahman Bustomi, MA Filosofi Wukuf di Arafah

Saat-saat ini kita diberikan sebuah pemandangan oleh Allah berupa benarnya janji Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim.

Beberapa kafilah sudah diberangkatkan oleh pemerintah kita dan itu adalah merupakan mujizat Nabi Ibrahim. Dimana betapa benarnya janji Allah ketika memerintahkan kepada Nabi Ibrahim

“wa azzin finnas” ya Ibrahim permaklumkanlah serulah manusia untuk melaksanakan haji. Kata Nabi Ibrahim “wahai tuhan Allah, bagaimana bisa, suaraku tidak bisa menggapai seluruh manusia?”

Allah SWT berfirman : “Undanglah manusia niscaya aku akan menyampaikannya ke Mekkah almukarramah”. Dalam beberapa kitab dijelaskan ternyata Nabi Ibrahim naik ke Jabal Gubais dan sebagian riwayat menjelaskan di makam Nabi Ibrahim menyerukan Ayyuhannas (wahai manusia), inn qad farada alaikumul hajj.

Fahajju ilaiha. “Sesungguhnya Allah mewajibkan kamu sekalian untuk berhaji ke rumah ini. Maka berhajilah kamu sekalian”. Dan mukjizat Nabi Ibrahium, Ibnu Abbas menerangkan dalam Ibnu Katsir pun menceritakan bahwa itu suara Nabi Ibrahim dapat didengar oleh seluruh langit dan bumi bahkan bayi yang berada dijanin perut ibunya mengatakan “labbaik Allahumma labbaik”

aku penuhi seruanmu ya Allah. Maka ada beberapa kali jamaah mungkin 3 kali ada yang 4 kali maka dijawablah labbaik allahumma labbaik (aku penuhi seruanmu ya Allah).

Pada hari ini kita lihat betapa benarnya orang-orang berbondong-bondong ke Mekkah disampaikan oleh Allah. Kata Allah “Sampaikan saja” “Ya’tuuka rijaalan wa alaa kulli doomir”,

(18)

Niscaaya mereka akan datang kepadamu Ibrahim ke tempat ini (Mekkah) dengan berjalan kaki dan dengan mengendrarai unta yg kurus” (QS. al-Hajj ayat 27). Ya’tiina min kulli fajrin aamiiq “niscaya mereka akan datang kepadamu dari lembah yang jauh”

Maka dr berbagai penjuru dunia kita bisa saksikan betapa benar janji Allah yang akan menyampaikan manusia ke Mekkah dengan seruan Ibrahim alaihis salam. Dan indahnya, bagi kita kaum mukminin yang beriman kepada hal yang gaib bahwa janji Allah ini mengarah kepada janji berikutnya ketika kita akan dikumpulkan di alam mahsyar nanti. Maka “addunya miratul aakhirah” dunia adalah cerminan akhirat. Dimana cerminanya? Nanti manusia berkumpul di arafah dan itu adalah cerminan di alam mahsyar. Yauma tad’u kullu naasin bi imaamihim (QS. al-Isra ayat 71).

Al-Quran mengatakan bahwa suatu hari ketika manusia ini dipanggil oleh imam-imam mereka. Ada yang mengatakan para Anbiya’ mursalin, siddiqin, salihiin. Mana imam-imam yang masing-masing menuju Allah. Dan begitulah suasana di Arafah dengan ribuan bendera dari seluruh dunia jamaah masing-masing mengikuti imamnya. Dari situlah al-Quran mengatakan “wa tarannaasa sukaara” (QS. al-Hajj ayat 2), kelak di akhriat di alam mashyar dan engkau akan melihat manusia dalam keadaan mabuk saking kacaunya hari itu. Kata Allah “wa maamhum bisukaaro, walaakinna….” (QS. al-Hajj ayat 2) maka sekali-kali tidaklah mereka mabuk di alam mahsyar itu akan tetapi siska amat pedih pada hari itu.















































Artinya : “(Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (goncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan ...

(19)

Apa sesungguhnya filosofi yg terkandung dalam hadis Nabi tentang ibadah haji ini? Nanti ketika jamaah berniat bapak mengatakan setelah mandi di bir ali dari Madinah atau Dzul hulaifah atau dimanapun tempat miqat dengan dua helai kain ihram yang tidak memakai apapun lagi. Semua sama, tidak ada kopral, tidak aada jendral, tidak ada rakyat, tidak ada pejabat, tidak ada miskin ataupun kaya, semuanya sama. Menandakan semua manusia dihadapan Allah sama. Mengatakan “labbaik allhumma hajjan”, aku penuhi seruanmu ya Allah untuk melaksanakan haji itu. Lantas di berkata “labbaik Allahumma labbaik, labbaikalaa syarikala…”. Ketika kita ucapkan itu dalam kitab Ihya Ulumuddin menerangkan “aku penuhi seruanmu ya Allah, segala puji bagi engkau, kerajaan engkau”. Lantas, Malaikat menyahut kepada kita “labbaik wa saadaik”, Malaikat mendoakan kita ketika kita mengatakan labbaik itu. Kata malaikat, “seruan Tuhan untukmu wahai pulan dan kebahagiaan untukmu”. Seraya, kita mengatakan labbaik itu dosa-dosa kita berguguran seluruhnya. Kata malaikat

“seruan tuhan untukmu dan kebahagiaan untukmu”. Tapi ada orang yang berangkat haji dengan harta yang tidak suci dengan harta yang ada haramnya, Maka disyaratkan bagi jamaah haji hartanya harus betul-betul halal, murni tidak terkontaminasi oleh harta yang haram karena Allah maha suci dan tidak akan menerima kecuali dari barang yang suci.

Labbaik Allahumma labbaik, kata malaikat kalau hartanya tidak suci “laa labbaik wa sa’daik” malaikat membentak mereka

“tidak ada seruan Tuhan untukmu dan tidak ada kebahagiaan untukmu”.

Lalu selanjutnya masuk tanah haram kita mengucapkan “ji’tuka yaa Rabb min bilaadin baiidatin bizunuuubin kasiiratin wa a’maalin sayyiaat”, wahai tuhanku aku penuhi seruanmu ini aku datang dari ... keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras”.

(20)

negeri yang jauh dengan dosa yang penuh. Aku mohon kepadamu dengan permohonan orang yang sangat darurat sekali untuk aku dijaga daripada diriku dari siksa api neraka”. Tidak ada jamaah haji yang tidak nangis ketika masuk ke tanah haram. Ketika mengatakan labbaik saja sudah dibuat menangis atau terharu. Masuk ke tanah haram kemudian melaksnakan tawaf. Mari kita lihat filosofi tawaf seperti apa.

Filosofi Tawaf

Dalam kitab Bidayah wa Nihayah Ibnu Katsir, Nabi shallallahu

‘alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat “atadrunna maa baitul makmur?” (wahai sahabat taukah kamu sekalian apa itu baitul makmur?). Sahabat juga tidak tahu “engkau ya Rasul dan Allah yang lebih mengetahui dan apa itu baitul makmur?” Nabi menjawab, baitul makmur adalah Ka’bah yg berada di langit ketujuh. Bahkan dalam kitab Fadhilul Makkah diterangkan setiap langit itu ada Ka'bahnya tempat tawaf malaikat. Baitul makmur adalah Ka’bah yang ada di langit ketujuh “Yathufuuna fiiha sab’uunna alaafin minal malaaikat” bertawaf dilangit ketujuh di baitul makmur itu 70 ribu malaikat setiap hari dan tidak pernah kembali lagi kesitu.

Lantas sahabat mengatakan “ya Rasul kalau begitu malaikat ada banyak sekali?, betul kata Nabi. Maka Nabi membaca ayat al-Quran (QS. al-Mudatsir/74: 31) :

Lantas, kalau di langit ketujuh (Baitul Ma’mur) tawaf malaikat yang mulia yang suci yang tidak pernah bermaksiat “subhanallah walhamulilah walaailaaha illah Allah akbar” Kata Nabi “law kharra ay idzaa saqata la saqata alaiha”.

Baitul Ma’mur (tempat para malaikat bertawaf) kalau itu menetes, atau menempelnya secara vertikal dan tepat lurus

…













…



Artinya : “Dan tiada yang mengetahui jumlah tentara tuhanmu kecuali ia Allah subhanahu wata'ala”.

(21)

bilamana terjatuh yang ada tentu dia akan jatuh ke Ka'bah yang ada sekarang ini di Mekkah al-Mukaramah. Oh berarti titiknya itu pas, maksudnya apa? menceritakan ini maksudnya adalah ketika malaikat tawaf di Baitul Ma’mur dan kita manusia hamba Allah, umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tawaf mengelilingi ka’bah yang ada di Mekkah, dalam posisi orang yang tawaf itu maka “man tasyabbaha biqaumin fa huwa waminhum” siapa orang yang menyerupai suatu kaum maka sama lah dia dengan kaum itu, maknanya adalah bahwasanya ketika kita tawaf di Ka'bah di bumi, malaikat tawaf di langit ketujuh maka kita sama kedudukannya sebagaimana malaikat-malaikat yang suci, maka dari itu tawaf adalah amalan yang paling dicintai oleh Rasulullah dan paling disukai oleh Allah, bahkan ada yang bertanya wahai Tuan mulia tawaf kah di Masjidil Haram atau mulia shalat sunnah?

Jamaah yang dimuliakan Allah. Jawabannya adalah tawaf lebih mulia daripada shalat sunnah, kenapa? karena tawaf sama saja seperti shalat tapi dalam tawaf boleh berkata-kata dan logikanya kalau shalat kita bisa di Amerika, kita bisa di Australia kita bisa di dunia manapun, tapi tawaf hanya bisa di Masjidil Haram saja. Nabi itu seseorang yang sangat cerdas, Nabi mengatakan : Siapa orang yang shalat di Masjidil Haram maka 1 rakaat dibalas oleh Allah menjadi 100.000 rakaat.

Bapak dan Ibu yang mulia, kalau shalat 100.000 rakaat memerlukan waktu 66 tahun lebih baru kita dapat 100.000 rakaat, tapi dengan hebatnya seperti Masjidil Haram dengan keutamannya Masjidil Haram, 1 rakaat saja bisa mencapai 100 ribu, maksudnya adalah Nabi mengundang umatnya untuk masuk Masjidil Haram, setelah masuk banyak hal yang luar biasa, disana ada Hijir Ismail yaitu tumpukan batu yang setengah melingkar di sisi Ka’bah, dan Siti Aisyah saat suatu saat ingin shalat di dalam Hijir Ismail itu, Nabi yang mulia berkata shalatlah kamu wahai Aisyah, karena sesungguhnya ini adalah masih dalam cakupan bangunan Ka'bah, shalat ditempat ini sama halnya dengan shalat di dalam Ka'bah.

(Bersambung). r

(22)

Nama Agama Semula No.

1 2 3 4

Kristen Kristen Katholik Budha William Indrawijaya

Septi Candra Fransiscus Vijay William Tanadi

PELAYANAN BIMBINGAN IKRAR SYAHADAT

Pelayanan Ikrar Syahadat / Pembinaan Muallaf / Kajian dan Kegiatan Remaja Masjid Istiqlal dengan Narahubung :

Ustadz Djamalullail (081314124444) dan

Ustadz Subhan (08128829 7714) 1. Mengisi form data via online https://muallafcenter.istiqlal.

or.id/daftar.php

2. Pas foto ukuran 3 x 2 cm : 3 (tiga) lembar (warna) 3. Surat Pengantar dari RT bagi WNI

4. Foto copy KTP

5. Foto Copy Kartu Keluarga 6. Materai 10.000 : 2 (dua) lembar 7. Menyerahkan Surat Baptis

(Asli)

8. Surat Pengantar Kedutaan bagi WNA

9. Foto copy pasport bagi WNA 10. Saksi 2 (dua) orang

Persyaratan Pelayanan Bimbingan Ikrar Syahadat :

Telah terlaksana Ikrar Syadahat di Masjid Istiqlal pada periode tanggal 24 - 30 Agustus 2022 :

Unit Pengumpul Zakat (UPZ) BAZNAS Masjid Istiqlal

Menerima dan menyalurkan zakat, infaq, shadaqah Bank Mega Syari’ah (BMS) No. rekening 1000212008

(a/n. UPZ Masjid Istiqlal).

Narahubung : Bapak H. Budi Firmansyah, MM.

No HP/WA : 0856 9233 3688

(23)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Majelis Ta’lim Kaum Ibu Pengajian Remaja Istiqlal (ARMI) Marching Band Istiqlal Seni Budaya Remaja Pagar Nusa Istiqlal Tapak Suci Istiqlal Konsultasi Agama

Hari Rabu &

Ahad Setiap Ahad

Setiap Ahad Setiap Ahad Setiap Ahad Setiap Ahad Senin s/d Jum’at

Pukul 08.00 - 11.00 11.00 - 12.00

09.00 - 15.00 09.00 - 11.00 07.00 - 11.30 15.30 - 20.00 10.30 - 15.00

Materi Al-Qur’an, Aqidah, Akhlak, Hadits, Fiqh Tahsinul Qur’an, Kajian Kitab Minhajul Abidin, Majelis Taklim Pemuda

Perkusi, Horn line, Pit, dll

Hadrah, Marawis dan Band

Seni Beladiri Seni Beladiri Pelayanan

Permasalahan Agama Kegiatan

Bagi jama’ah dan kaum Muslimin yang ingin meningkatkan wawasan ke-Islaman dapat mengikuti kegiatan kajian dan ta’lim yang dibimbing oleh para Ustadz / Guru yang berpengalaman sebagaimana jadwal dibawah ini :

PELAYANAN MASJID ISTIQLAL

(24)

No 1

2

3

4

5 6

Hari Sabtu

Ahad

Senin

Selasa

Rabu Kamis

Tgl/Bln 03 Sept

04 Sept

05 Sept

06 Sept

07 Sept 08 Sept

Narasumber Dr. Budi Utomo, Lc, MA

Drs. H. Hasanuddin Sinaga, MA H.M. Farid F.

Saenong, MA, Ph.D Dr. H. Syamsul Ma’arif, MA

H.M. Mahdi, M.Ag KH. Misbah Munir, Lc, MA

Bahasan/ Materi Tafsir Ibnu Katsir

Tafsir Al-Maraghi

Kaasyifatus Sajaa Fi Syarhi Safinatun-Naja Rowaiul Bayan Fi Tafsiri Ayati Ahkamil Qur’an

La Tahzan Syarah Shahih Muslim JADWAL NARASUMBER KAJIAN DIALOG ZHUHUR

Niat Shalat Ghaib :

Shalat Ghaib berjama’ah yang telah dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 26 Agustus 2022, adalah untuk :

1. Almarhum Dr. Ir. Achmad Hermanto Dardak bin KH.

Mochammad Dardak, usia 65 tahun. Wafat, 20 Agustus 2022 di Batang, Pekalongan.

ا ىلَع ِىّلَصُا ا ِتاَو م َل

ِبِئاَغ ل َن ي تاَر يِب كَت َعَب رَا ىلاَعَ ت ِهَّلِل ِةَياَفِك لا َض رَ ف

SHALAT GHAIB

(25)

2. Almarhum Eril Arioristanto Dardak bin Dr. Ir. H. Achmad Hermanto Dardak, usia 21 tahun. Wafat di Bandung.

3. Almarhum H.M. Ali Hasyim bin H. Hasyim, usia 65 tahun.

Wafat di Muara Rupit Muratara, Sumatera Selatan.

4. Almarhumah Hj. Siti Rokiah binti H.Yakkob, usia 63 tahun.

Wafat di Muara Rupit Muratara, Sumatera Selatan

5. Almarhum Drs. H. Guntur Alham bin H. M. Ali Hasyim, usia 68 tahun. Wafat di Bengkulu.

6. Almarhum Momo Suntana, usia 78 tahun. Wafat, 24 Agustus 2022 di Jakarta

7. Almahum Junaidi bin Sulung, usia 84 tahun. Wafat, 23 Agustus 2022 di Riau

8. Almarhum Huzaimah bin Klifah Bahar, usia 64 tahun. Wafat, 22 Agustus 2022 di Riau

9. Almarhum Asun Suntama bin Sumarta, usia 75 tahun Wafat, 20 Agustus 2022 di Sukabumi

10. Almarhum H. Muhsin bin H. Mawi, usia 81 tahun. Wafat, 14 Agustus 2022 di Ciputat

8. Almarhum Mustamin bin H.M. Thaher, usia 65 tahun. Wafat, 15 Agustus 2022 di Bima

10. Almarhum H. Andi Rivai bin Ahmad Arsyad, usia 61 tahun.

Wafat, 09 Agustus 2022 di Jakarta

11. Almarhum Syamsurizal Bachtiar bin Siddi Bachtiar Ismail, usia 70 tahun. Wafat, 22 Agustus 2022 di Citayam

12. Almarhum Ahmad Yasi Santoso bin Sibun, usia 38 tahun. Wafat, 22 Agustus 2022 di Depok

14. Almarhumah Hj. Siti Rochana binti H. Kurmen, usia 76 tahun Wafat, 25 Agustus 2022 di Magetan

15. Almarhumah Hermin binti H. Ibrahim, usia 63 tahun. Wafat, 18 Agustus di Bantaeng

17. Almarhumah Hj. Sumarni Bingo Tondo Hadi Sumarto, usia 70 tahun. Wafat, 21 Agustus 2022

18. Almarhumah Sugiarti binti Hardjosuwito, usia 66 tahun. Wafat, 20 Agustus 2022 di Banyuwangi

19. Almarhumah Puang Canggong binti Kute binti Kalenna, usia 85 tahun. Wafat, 03 Agustus 2022 di Barantil.

(26)

Shubuh Zhuhur Ashar Maghrib ‘Isya Tanggal

02 Sept 04 : 43 12 : 00 15 : 21 17 : 53 19 : 07 03 Sept 04 : 43 12 : 00 15 : 22 17 : 53 19 : 07 04 Sept 04 : 43 12 : 01 15 : 22 17 : 54 19 : 07 05 Sept 04 : 43 12 : 01 15 : 22 17 : 54 19 : 08 05 Sept 04 : 43 12:01 15 : 22 17 : 54 19 : 08 06 Sept 04 : 44 12 : 01 15 : 22 17 : 54 19 : 08 07 Sept 04 : 43 12 : 00 15 : 21 17 : 53 19 : 07 02 Sept 04:43 12:00 15:21 17:53 19:07

03 Sept 04:43 12:00 15:22 17:53 19:07 04 Sept 04:43 12:01 15:22 17:54 19:07 05 Sept 04:43 12:01 15:22 17:54 19:08 05 Sept 04:43 12:01 15:22 17:54 19:08 06 Sept 04:44 12:01 15:22 17:54 19:08 07 Sept 04:43 12:00 15:21 17:53 19:07

Untuk Jakarta dan sekitarnya berlaku September 2022JADWAL WAKTU SHALAT

Jadwal shalat berdasarkan kalender Masjid Istiqlal Jakarta

Pelaksana Penerbitan Mimbar Jum’at

Penasehat: Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA Penanggung Jawab: Kepala Bidang Penyelenggara Peribadatan, KH. Bukhori Sail Attahiri, Lc, MA Pimpinan Redaksi: H. Abu Hurairah Abd. Salam, Lc, MA Wakil Pim.

Redaksi: H. Djamalullail, M.Pd.I Sekretaris Redaksi: H. Ahmad Mulyadi, SE.I Wakil Sekretaris: Hendra Sofiyansyah, S.Sos Dewan Redaksi: H. Saparwadi, SE.I; Drs. H.A. Dzulfatah Yasin, M.Ag; Abdul Rasyid Teguhdin Hamid, M.Pd; Budi Utomo, Lc, MA; Ibrahim Atho, S.Ag; Minhajul Afkar, SH.I; Nurul Fajriyah Bendahara: Endang Suherna, SE Wakil Bendahara: Subhan, S.Pd.I TU dan Sirkulasi: H. Aminuddin; Rullyansyah; Didiet Nanditio, SE; Joni Sagara; Suharti; Aril Muhrizadipura; Sumedi.

(27)

Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI) bekerjasama dengan Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, menyelenggarakan kegiatan Seminar Internasional dan Multaqa bersama Habib Ali Zainal Abidin Al-Juffry, diselenggarakan di Ruang VIP Masjid Istiqlal, kegiatan ini turut dihadiri Syaikh Prof Dr. Idris Al-Fasi Al-Fihri, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, Prof. Dr. AG. KH. Muhammad Quraish Shihab, Lc, M.A, Habib Jindan bin

(28)

JADWAL KAJIAN DI MASJID ISTIQLAL

@masjidistiqlalofficial Masjid Istiqlal TV 1. Tasawuf, Membedah Kitab Ihya Ulumiddin

Setiap Sabtu (Pukul 05.15 - 07.00)

Nara Sumber : Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA 2. Tematik Tafsir Al-Qur’anul Karim

Jum’at Pertama (Pukul 10.30 - 11.30) Nara Sumber : Dr. KH. Muchlis M. Hanafi 3. Tasawuf, Membedah Kitab Al-Hikam Jum’at Kedua (Pukul 10.30 - 11.30)

Nara Sumber : Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA 4. Tematik Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Jum’at Ketiga (Pukul 10.30 - 11.30)

Nara Sumber : Prof. Dr. KH. Ahmad Thib Raya, MA 5. Fiqih, Membedah Kitab Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu Jum’at Keempat (Pukul 10.30 - 11.30)

Nara Sumber : Dr. H. Syaifuddin Zuhri, MA

6. Dialog Zhuhur (Mengkaji Kitab-kitab Klasik/Turats) Senin s.d. Ahad (Usai Shalat Zhuhur)

Narasumber : Para Asatidz Pilihan

Referensi

Dokumen terkait