425
PROTOTIPE ALAT PENGUBAH UDARA MENJADI AIR BERSIH MENGGUNAKAN THERMOELECTRIC
COOLER DENGAN HEATSINK SISI DINGIN 7 SIRIP
Bayu Prasetio
1*, Tatun Hayatun Nufus
1, dan Isnanda Nuriskasari
11Program Studi Teknik Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Jakarta, Jl. Prof. G. A. Siwabessy, Kampus UI, Depok, 16425
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengubah udara menjadi air. Udara didinginkan sampai suhunya di bawah titik saturasi sehingga terjadi proses kondensasi. Pendinginan suhu udara menggunakan bantuan thermoelectric cooler. Thermoelectric cooler (TEC) adalah komponen yang menghasilkan perbedaan suhu pada kedua sisinya ketika dialirkan arus listrik. Pada sisi dingin TEC ditempelkan heatsink tipe D dengan jumlah sirip 7 dan luas sirip 0,055 m2. Heatsink ini berfungsi sebagai komponen untuk membantu proses pendinginan udara.
Penelitian ini dilakukan dalam waktu 5 hari dengan pengoperasian prototipe selama 4 jam. Variasi pengoperasian posisi prototipe yang dilakukan yaitu secara horizontal dan miring 15Β°. Rata-rata volume air yang dihasilkan pada posisi horizontal adalah 10,2 ml/4 jam sedangkan pada posisi miring 15Β° adalah 11,8 ml/4 jam. Kualitas air yang dihasilkan jernih, tidak berbau, tidak berasa dan pHnya mencapai 6,5. Rata-rata energi kalor yang digunakan untuk mengubah udara menjadi air pada posisi horizontal adalah 161,349 W sedangkan posisi miring 230,525 W.
Kata-kata kunci: Air, Udara, Thermoelectric Cooler, Heatsink Abstract
This research was conducted to convert air into water. The air is cooled until its temperature is below the saturation point so that the condensation process occurs. Cooling the air temperature using the help of a thermoelectric cooler. Thermoelectric cooler (TEC) is a component that produces a temperature difference on both sides when an electric current is applied. On the cold side of the TEC, a type D heatsink is attached with a total of 7 fins and a fin area of 0.055 m2. This heatsink functions as a component to help the air cooling process. This research was conducted within 5 days with the operation of the prototype for 4 hours. Variations in the operation of the prototype position are carried out horizontally and tilted 15Β°. The average volume of water produced in the horizontal position is 10.2 ml/4 hours while at the 15Β° tilt position is 11.8 ml/4 hours.
The quality of the water produced is clear, odorless, tasteless and has a pH of 6.5. The average heat energy used to convert air into water in a horizontal position is 161.349 W while the inclined position is 230.525 W.
Keywords: Water, Air, Thermoelectric Cooler, Heatsink
* Corresponding author E-mail address: [email protected]
426
1. PENDAHULUAN
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memprediksi bahwa semua wilayah di Pantai Utara Jawa, mulai dari Banten sampai Surabaya, akan menjadi wilayah urban yang berpotensi mengalami defisit ketersediaan air pada tahun 2040 [1], sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius. Salah satu solusi untuk mengatasi krisis air bersih adalah mengubah udara menjadi air. Pertimbangan pemilihan udara sebagai bahan baku yaitu karena udara merupakan sumber yang tidak terbatas. Pada udara terdapat kandungan air yang dapat dikumpulkan menjadi sumber air bersih. Cara untuk mengubah udara menjadi air dapat dilakukan dengan menurunkan suhu udara sampai berada di bawah titik saturasinya. Pendinginan udara dapat menggunakan thermoelectric cooler karena komponen ini menciptakan efek panas dan dingin pada sisi yang berbeda ketika dilewati oleh arus listrik.
Dalam penelitian ini akan dirancang prototipe alat pengubah udara menjadi air bersih menggunakan thermoelectric cooler. Permasalahan dari penelitian ini adalah berapa banyak air yang dapat dihasilkan oleh prototipe dengan lama pengoperasian selama 4 jam dengan variasi posisi pada prototipe. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui volume air yang dapat dihasilkan oleh prototipe dan mengetahui energi kalor yang digunakan untuk mengubah udara menjadi air. Dari penelitian ini diharapkan prototipe dapat dikembangkan menjadi alat yang lebih besar untuk menghasilkan air bersih yang lebih banyak dari udara.
2. KAJIAN TEORI
2.1 Thermoelectric Cooler (TEC)
Thermoelectric cooler atau biasa disingkat TEC adalah salah satu alat pendingin yang tidak menggunakan refrigeran melainkan mengubah energi elektrik menjadi energi termal [2]. Prinsip kerja dari thermoelectric cooler yaitu ketika arus DC dialirkan maka satu sisi elemen peltier menjadi dingin (kalor diserap) dan sisi lainnya menjadi panas (kalor dilepaskan) [3].
2.2 Diagram Psikometrik
Diagram psikometrik merupakan ilmu yang mengkaji tentang sifat-sifat pada uap air dan campuran udara.
Diagram psikometrik dibatasi oleh dua sumbu yang tegak lurus dan satu garis melengkung.
Gambar 2.1. Diagram Psikometrik Sumber: [4]
Pada diagram psikometrik terdapat beberapa istilah yang digunakan, yaitu:
1. Temperatur bola kering (ΒΊC) (dry-bulb temperatur)
Temperatur bola kering adalah temperatur yang ditampilkan pada termometer dalam kondisi di udara yang terbuka dan sensor pada termometer dalam keadaan kering.
2. Temperatur bola basah (ΒΊC) (wet-bulb temperatur)
Temperatur bola basah adalah temperatur yang ditampilkan pada termometer dalam kondisi di udara yang terbuka dan sensor pada termometer dilapisi kain yang basah.
427 3. Temperatur titik embun (ΒΊC) (dew point)
Temperatur pada kondisi di mana uap air yang ada di campuran udara akan mengalami proses pengembunan karena terjadi pendinginan udara.
4. Kelembaban relatif (RH%) (relative humidity)
Perbedaan pada tekanan uap air yang ada di udara terhadap tekanan uap air jenuh dengan kondisi temperatur bola keringnya sama.
5. Rasio kelembaban (humidity ratio)
Rasio kelembaban atau bisa juga disebut specific humidity atau moisture content adalah perbandingan massa uap air yang terkandung per satuan massa udara kering.
6. Entalpi udara (heat content)
Kandungan kalor pada udara yang terdiri dari kalor sensibel dan kalor laten. Kalor sensibel adalah kondisi perubahan temperatur bola kering tetapi tidak sampai merubah kandungan uap air yang ada di udara.
Sedangkan kalor laten adalah kalor yang dibutuhkan untuk menguapkan kandungan uap air yang ada di udara.
7. Volume spesifik (m3/kg) (specific volume)
Volume spesifik adalah volume udara (campuran uap air dan udara kering) per 1 kg massa udara kering.
2.3 Proses Perpindahan Panas
Perpindahan panas secara konveksi biasanya terjadi dari benda padat ke fluida atau sebaliknya. Peristiwa terjadi karena adanya perbedaan kecepatan fluida bila temperaturnya berbeda [5]. Besarnya laju aliran panas konveksi dapat dihitung dengan persamaan 2.1.
πΜ = h A (T2β T1) (2.1)
Dari persamaan 2.1 untuk mengetahui luas penampang perpindahan panas maka digunakan persamaan 2.2.
A = 2 n p l (2.2)
Keterangan:
πΜ = Laju aliran panas (Watt)
h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/mK) A = Luas penampang perpindahan panas (m2) T2 = Suhu Udara (K).
T1 = Suhu heatsink dingin (K)
n = Banyaknya jumlah sirip heatsink sisi dingin p = Panjang sirip heatsink sisi dingin (m) l = Lebar sirip heatsink sisi dingin (m)
2.4 Energi Kalor
Kalor atau heat (Q) adalah bentuk energi yang mengalir karena perubahan temperatur. Kalor mengalir dari suhu tinggi ke suhu yang rendah. Pada prototipe ini untuk mengetahui energi kalor yang dibutuhkan untuk mengubah udara menjadi air dapat digunakan persamaan 2.3.
πΜ = ππ’Μ Γ (h1β h2) (2.3)
Untuk mengetahui laju aliran massa dapat dihitung dengan persamaan 2.4.
ππ’Μ = π£ π΄ ο² (2.4)
Keterangan:
πΜ = Laju aliran energi (kJ/s) ππ’Μ = Laju aliran massa fluida (kg/s) π£ = Kecepatan aliran udara (m/s)
h1 = Entalpi udara sebelum kandungan uap air diserap (kJ/kgK) h2 = Entalpi udara setelah kandungan uap air diserap (kJ/kgK)
428 Untuk mendapatkan nilai entalpi maka digunakan diagram psikometrik, untuk mengetahui kecepatan aliran udara yang mengalir pada akrilik digunakan persamaan 2.5.
A1Γ π£1= A2Γ π£2 (2.5)
Keterangan:
A1 = Luas lubang udara masuk pada akrilik (m2) π£1 = Kecepatan udara masuk lubang pada akrilik (m/s) A2 = Luas celah pada heatsink sisi dingin (m2)
π£2 = Kecepatan udara masuk celah heatsink sisi dingin (m/s)
3. METODE PENELITIAN
Pada tahap awal dilakukan pencarian dan pengumpulan berbagai referensi untuk menunjang penyelesaian penelitian ini. Referensi didapatkan dari buku, jurnal ilmiah, artikel ilmiah, dan internet. Setelah itu dilakukan pembuatan desain prototipe lalu prototipe dirancang menggunakan berbagai komponen. Komponen utama pada prototipe ini yaitu thermoelectric cooler, heatsink untuk sisi dingin berbentuk persegi dengan jumlah sirip 7 (tujuh) dan luas keseluruhan sirip adalah 0,055 m2 dan heatsink untuk sisi panas yang di atasnya dipasang kipas untuk membantu pembuangan suhu panas ke lingkungan. Alat ukur yang digunakan yaitu higrometer digital, termometer digital, anemometer, dan pH meter.
3.1 Desain Prototipe
Berikut adalah desain prototipe yang ditunjukkan oleh Gambar 3.1. Desain prototipe ini dibuat menggunakan software SolidWorks.
Gambar 3.1. Desain Prototipe Pandangan Atas dan Depan
3.2 Perancangan Prototipe
Tahapan rancang bangun antara lain:
1. Persiapkan perkakas, alat serta bahan yang sudah dikalibrasi.
2. Memotong cover akrilik sesuai ukuran.
3. Menempatkan fan penyedot di posisi yang direncanakan.
4. Memasang heatsink pada tempat yang direncanakan.
5. Letakkan tempat penampungan air tepat berada di bawah heatsink.
6. Mengoles thermoelectric cooler dengan thermal paste pada sisi dingin dan panas.
7. Tempelkan sisi dingin thermoelectric cooler pada permukaan heatsink.
8. Kalibrasi sensor LM35 dengan termometer digital.
9. Tempatkan sensor LM35 di heatsink fan.
10. Letakkan heatsink fan di atas sisi panas thermoelectric cooler.
11. Instalasi kabel-kabel dan saklar pada PSU.
429 3.3 Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan mengubah variabel posisi prototipe untuk mengetahui pengaruh pada volume air yang dihasilkan. Pada posisi horizontal data diambil pada pukul 08.00 β 12.00 WIB. Setelah selesai pengambilan data dengan posisi horizontal, maka dilakukan pengambilan data dengan posisi miring 15Β° pada pukul 14.00-18.00 WIB. Pengambilan data dilakukan dalam 5 hari. Data yang dicatat adalah temperatur udara, temperatur heatsink sisi dingin, temperatur heatsink sisi panas, kelembaban udara dan volume air.
3.4 Pengujian Kualitas Air
Pengujian kualitas air yang dihasilkan adalah dengan menguji pH air menggunakan pH meter dan diamati sifat fisikanya menggunakan mata secara langsung.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perancangan Prototipe
Gambar 4.1. Hasil Perancangan Prototipe
Hasil perancangan prototipe dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada prototipe yang ukuran totalnya 40x52x10 cm ini dibagi beberapa ruangan untuk tiap heatsink dengan ukuran 20x13x10 mm. Pada prototipe, heatsink fan berada di atas berfungsi untuk membuang panas dari thermoelectric cooler. Fan yang menyala berada di depan prototipe berfungsi untuk menghisap udara dari lingkungan agar masuk ke tiap ruangan dari heatsink. Gambar 4.1 (a) adalah prototipe yang dioperasikan dengan posisi horizontal, sedangkan Gambar 4.1 (b) adalah prototipe yang dioperasikan dengan posisi miring 15Β°.
Berikut adalah skema kerja dari prototipe dalam mengubah udara menjadi air yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2. Skema kerja dari prototipe ini adalah awalnya udara dihisap menggunakan fan ke dalam cover yang sudah terpasang heatsink dan thermoelectric cooler. Udara yang berada di dalam cover mengalami proses pendinginan atau kondensasi menggunakan thermoelectric cooler sisi dingin yang ditempel dengan heatsink sisi dingin.
Heatsink fan sisi panas berfungsi untuk membuang panas dari sisi panas thermoelectric cooler. Udara yang didinginkan akan mencapai titik saturasi yang kemudian akan berubah fasa menjadi cair. Saat berubah fasa itulah air yang dihasilkan akan dikumpulkan ke wadah penampungan.
Gambar 4.2. Skema Kerja Pendinginan Udara Menjadi Air
430 4.2 Kinerja Prototipe
Gambar 4.3. Grafik Waktu Terhadap Suhu Udara Posisi Horizontal
Gambar 4.4. Grafik Waktu Terhadap Suhu Udara Posisi Miring 15Β°
Berdasarkan data hasil pengukuran, hubungan antara waktu pengoperasian dengan suhu udara dapat dilihat pada Gambar 4.2 untuk posisi horizontal dan Gambar 4.3 untuk posisi miring 15Β°. Rata-rata dari kelima hari pengambilan data, suhu udara mengalami penurunan yang signifikan pada menit ke 10 sampai menit ke 40 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2 (a) dan Gambar 4.3 (a). Setelah itu penurunan temperaturnya cenderung mendekati konstan. Grafik tersebut menunjukan suhu udara akan turun hingga mencapai titik saturasi dari menit ke 10 sampai ke 40 kemudian suhu udara akan konstan dari menit ke 50 karena terjadi proses kondensasi pada udara.
4.3 Volume Air yang Dihasilkan
Gambar 4.5. Volume Air yang Dihasilkan
Berdasarkan Gambar 4.4, pada hari pertama posisi horizontal, volume yang dihasilkan adalah 10 ml, pada hari kedua mengalami penurunan menjadi 9 ml, pada hari ketiga dan keempat volume air yang dihasilkan naik menjadi 12 ml, lalu di hari kelima air yang dihasilkan kembali mengalami penurunan menjadi 8 ml. Pada hari pertama
1 2 3 4 5
8 9 10 11 12 13
Volume Air (ml)
Hari Ke-
Posisi Horizontal Posisi Miring 15Β°
0 50 100 150 200 250
290 292 294 296 298 300 302 304
Suhu Udara (K)
Waktu (menit)
Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga Hari Keempat Hari Kelima
0 50 100 150 200 250
291.0 291.5 292.0 292.5 293.0 293.5 294.0
Suhu Udara (K)
Waktu (menit)
Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga Hari Keempat Hari Kelima
0 50 100 150 200 250
280 285 290 295 300 305
Suhu Udara (K)
Waktu (menit)
Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga Hari Keempat Hari Kelima
0 50 100 150 200 250
281.5 282.0 282.5 283.0 283.5 284.0 284.5 285.0
Suhu Udara (K)
Waktu (menit)
Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga Hari Keempat Hari Kelima
(a)
(a)
(b)
(b)
431 posisi miring 15Β°, volume yang dihasilkan adalah 11 ml, pada hari kedua mengalami kenaikan menjadi 12 ml, pada hari ketiga dan keempat volume air yang dihasilkan mengalami kenaikan lagi menjadi 13 ml, lalu di hari kelima air yang dihasilkan mengalami penurunan menjadi 10 ml.
4.4 Kualitas Air yang Dihasilkan
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan indra penglihatan, penciuman dan perasa, kualitas air yang dihasilkan jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Kemudian dilakukan pengujian pH air di Laboratorium Energi Politeknik Negeri Jakarta menggunakan pH meter. Hasil yang didapatkan yaitu pH airnya 6,5 seperti yang terlihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.6. Pengujian pH Air Menggunakan pH Meter
4.5 Perhitungan Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perhitungan rata-rata laju perpindahan panas secara konveksi dicontohkan dari data hari pertama posisi horizontal. Diketahui bahwa:
Rata-rata suhu udara (T2) = 292.946 K
Rata-rata suhu heatsink dingin (T1) = 290.208 K Koefisien konveksi (h) = 28.747 Watt/m2 K Luas sirip heatsink = 0.055 m
Maka, Laju perpindahan konveksinya adalah:
πΜ = h Γ A (T2β T1)
πΜ = 28.747 Γ 0.055 (292.946 β 290.208) πΜ = 4.329 Watt
Berikut adalah data hasil perhitungan laju perpindahan panas secara konveksi posisi horizontal dan miring yang ditunjukkan oleh Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1. Laju Perpindahan Panas Konveksi Posisi Horizontal Hari
ke-
Rata-rata suhu udara (K)
Rata-rata suhu heatsink dingin (K)
Laju perpindahan panas secara konveksi (Watt)
1 292.946 290.208 4.329
2 292.979 289.842 4.960
3 293.242 290.129 4.922
4 293.500 290.054 5.448
5 293.513 289.871 5.758
Rata-rata 5.084
432 Tabel 4.2. Laju Perpindahan Panas Konveksi Posisi Miring 15Β°
Hari ke-
Rata-rata suhu udara (K)
Rata-rata suhu heatsink dingin (K)
Laju perpindahan panas secara konveksi (Watt)
1 284.900 284.017 1.419
2 284.833 283.229 2.578
3 284.413 283.792 0.998
4 285.213 284.213 1.607
5 284.296 283.667 1.011
Rata-rata 1.522
4.6 Perhitungan Energi Kalor yang Digunakan
Perhitungan energi yang digunakan untuk mengubah udara menjadi air dapat menggunakan persamaan 4.1.
πΜ = ππ’Μ Γ (h1β h2) (4.1)
Perhitungan kecepatan udara
Sebelum dilakukan pengoperasian prototipe, kecepatan aliran udara yang masuk pada lubang akrilik akan diukur menggunakan anemometer, setelah mengukur sebanyak 6 kali, didapatkan rata-rata kecepatan udara yang masuk adalah 4,4 m/s.
Diketahui:
Jari-jari lubang pada akrilik = 0.015 m Panjang wadah akrilik = 0.2 m Lebar wadah akrilik = 0.13 m
Maka, kecepatan aliran udara pada wadah akrilik persegi panjang adalah:
A1Γ π£1= A2Γ π£2 Ο r2Γ π£1= p Γ l Γ π£2 Ο (0.015)2Γ 4.4 = 0.2 Γ 0.13 Γ π£2 π£2=Ο Γ (0.015)2Γ 4.4
0.2 Γ 0.13 = 0.11 m/s Perhitungan laju aliran massa udara
Laju aliran massa udara dapat dihitung menggunakan persamaan 4.2
ππ’Μ = π£π΄ο² (4.2)
Dengan diketahui :
Kecepatan aliran udara pada wadah akrilik = 0.11 m/s Massa jenis udara pada suhu 19Β°C = 1.208 kg/m3 Luas wadah akrilik = 0.026 m2ππ’Μ = π£π΄ο²
ππ’Μ = 0.11 π π β Γ 0.026 π2Γ 1.208 kg/π3 ππ’Μ = 3.455 Γ 10β3 kg/s
Penentuan enthalpy udara sebelum dan sesudah pengoperasian
Penentuan entalpi udara sebelum dan sesudah prototipe dioperasikan dapat menggunakan diagram psikometrik. Pada diagram psikometrik, entalpi didapatkan dengan menggunakan dua variable yang diketahui.
Pada prototipe ini maka yang menjadi acuan untuk mendapatkan nilai entalpi adalah suhu udara dan kelembaban.
Berdasarkan data pada hari pertama posisi horizontal didapatkan variabel yang dapat membantu penentuan titik entalpi:
Suhu udara awal = 301.8 K = 28.8Β°C Kelembaban udara awal = 82%
Suhu udara akhir = 291.3 K = 18.3Β°C Kelembaban udara akhir = 50%
433 h1 = Entalpi awal = 82 kJ/kg
h2 = Entalpi akhir = 35 kJ/kg
Energi kalor yang digunakan untuk mengubah udara menjadi air berdasarkan data pada hari pertama posisi horizontal adalah sebagai berikut.
πΜ = πΜ Γ (hπ’ 1β h2)
πΜ = 3.455 Γ 10β3 kg/s Γ (82 kJ/kg β 35 kJ/kg) πΜ = 0.162385 kW = 162.385 Watt
Tabel 4.3. Energi Kalor yang Digunakan Pada Posisi Horizontal Hari
Ke-`
Suhu Udara Awal (K)
Suhu Udara Akhir (K)
RH Awal (%)
RH Akhir (%)
h1 (kj/kg)
h2 (kj/kg)
Energi yang digunakan (Watt)
1 301.8 291.3 82 50 82 35 162.385
2 301.8 291.1 81 53 81.25 35.5 158.066
3 301.7 291.3 83 50 82.25 35 163.249
4 302 291.7 83 53 83.5 36.25 163.249
5 302.2 291.5 80 52 82.25 36 159.794
Rata-rata 161.349
Tabel 4.4. Energi Kalor yang Digunakan Pada Posisi Miring 15Β°
Hari Ke-
Suhu Udara Awal (K)
Suhu Udara Akhir (K)
RH Awal (%)
RH Akhir (%)
h1 (kj/kg)
h2 (kj/kg)
Energi yang digunakan (Watt)
1 302.2 282.3 80 50 82.25 18.25 227.328
2 302.2 282 81 52 82.75 18.25 229.104
3 302.1 281.5 82 50 82.5 17 232.656
4 302.4 282.1 81 50 83.25 17.75 232.656
5 302.3 281.7 80 52 82.5 17.5 230.880
Rata-rata 230.525
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Rata- rata volume air yang dihasilkan dalam 5 hari dengan posisi horizontal dan lama pengoperasian selama 4 jam yaitu 10.2 ml. Sedangkan pada posisi miring 15Β° yaitu 11.8 ml. Kualitas air yang dihasilkan sudah dapat dikategorikan sebagai air bersih karena hasil airnya jernih, tidak berbau,, tidak berasa dan pHnya 6.5.
2. Rata-rata energi kalor yang digunakan pada posisi horizontal dalam 5 hari adalah 161.349 Watt.
Sedangkan pada posisi miring adalah 230.525 Watt.
5.2 Saran
1. Pada penelitian ini thermoelectric cooler yang digunakan hanya satu tipe yaitu 12706, sehingga pada penelitian lain dapat dilakukan dengan tipe lain yang lebih baik kualitasnya yaitu 12712, karena proses pendinginannya lebih cepat sehingga untuk mencapai titik saturasinya juga lebih cepat.
2. Pada penelitian ini volume air yang dihasilkan masih sedikit, sehingga perlu dilakukan penelitian lain untuk menambah volume air yang dihasilkan yaitu dengan mengubah sudut kemiringannya menjadi lebih besar tetapi tetap menjaga agar heatsink fan nya tidak merosot dan jatuh serta menambah luas ruangan agar udara yang masuk bisa lebih banyak yang dapat diubah menjadi air.
3. Tambahkan saklar pada thermoelectric coolernya agar dapat dimatikan lebih dulu sebelum heatsink fan untuk mencegah kerusakan pada thermoelectric cooler.
434
REFERENSI
1. M. A. Iswara, βKrisis Air Bersih Yang Kian Memburuk Saat Pandemi Menerjang,β 2021.
2. A. H. Tambunan and K. Abdullah, Teknik Refrigasi Kajian Siklus dan Aplikasi pada Pendinginan dan Pembekuan Hasil Pertanian. 2017.
3. L. Nulhakim, βUji Unjuk Kerja Pendingin Ruangan Berbasis Thermoelectric Cooling,β Simetris J. Tek.
Mesin, Elektro dan Ilmu Komput., vol. 8, no. 1, pp. 85β90, 2017, doi: 10.24176/simet.v8i1.829.
4. βPsychrometric Chart,β p. 11, 2005, doi: 10.1002/0471743984.vse5829.
5. M. Dr. Drs. Jamaluddin P, Perpindahan panas dan massa pada penyangraian dan penggorengan bahan pangan. 2018.