• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan : studi kasus pada guru SMA/MA di kecamatan Ngaglik, Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan : studi kasus pada guru SMA/MA di kecamatan Ngaglik, Sleman."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR

PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,

PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN

Studi Kasus Pada Guru SMA/MA di Kecamatan Ngaglik, Sleman

Yacinta Eka Febrianingsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan.

Penelitian ini dilaksanakan di tiga sekolah Kecamatan Ngaglik yaitu SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran pada bulan Maret 2010. Sampel penelitian ini sebanyak 64 orang. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dianalisis dengan uji Anova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja (sig. = 0,574 > α = 0,05); (2) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru (sig. = 0,413 > α = 0,05); (3) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan (sig. = 0,877 > α = 0,05).

(2)

ABSTRACT

LEVEL OF TEACHER’S UNDERSTANDING TOWARDS THE STANDARD OF EDUCATION ASSESSMENT PERCEIVED FROM THE DURATION OF

SERVICES, TEACHER’S PROFESIONALISM, AND THE LEVEL OF EDUCATION

A Case Study On Teachers of Senior High Schools and Islamic Senior High Schools in District Ngaglik, Sleman

Yacinta Eka Febrianingsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

The purpose of this research is to find out the different level of teacher’s perception towards the standard of education assessment perceived from the duration of services, professionalism of teachers, and education level.

The research was conducted in one and two Ngaglik State Senior High Schools, and Sunan Pandanaran Islamic Senior High Schools in March 2010. The samples of this research were 64 teachers. Data collected by questionnaire method and analyzed by ANOVA test.

The results shows that: (1) there isn’t any different level of teacher’s understanding towards the standard of education assessment perceived from duration of services (sig. = 0.574 > α = 0.05); (2) there isn’t any different level of teacher’s understanding towards the standard of teacher education assessment perceived from professionalism (sig. = 0.413 > α = 0.05); (3) there isn’t any different level of teacher’s understanding towards the standard of teacher education assessment perceived from education level (sig. = 0.877 > α = 0.05).

(3)

TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR

PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,

PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN

Studi Kasus Pada Guru SMA/MA di Kecamatan Ngaglik, Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Yacinta Eka Febrianingsih 051334012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

(4)
(5)
(6)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Ada tiga cara pintar untuk dilakukan:

1.

Melalui pemikiran, itu yang paling mulia

2.

Melalui contoh/meniru, itu yang paling mudah

3.

Melalui pengalaman, itu yang terpahit

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Esa,

Untuk orang tua yang selalu mendukungku,

Untuk pendamping hidupku, dan untuk adik-adikku

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR

PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,

PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN

Studi Kasus Pada Guru SMA/MA di Kecamatan Ngaglik, Sleman

Yacinta Eka Febrianingsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan.

Penelitian ini dilaksanakan di tiga sekolah Kecamatan Ngaglik yaitu SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran pada bulan Maret 2010. Sampel penelitian ini sebanyak 64 orang. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dianalisis dengan uji Anova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja (sig.

= 0,574 > α = 0,05); (2) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap

standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru (sig. = 0,413 > α =

0,05); (3) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian

pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan (sig. = 0,877 > α = 0,05).

(10)

ABSTRACT

LEVEL OF TEACHER’S UNDERSTANDING TOWARDS THE STANDARD OF EDUCATION ASSESSMENT PERCEIVED FROM THE DURATION OF

SERVICES, TEACHER’S PROFESIONALISM, AND THE LEVEL OF EDUCATION

A Case Study On Teachers of Senior High Schools and Islamic Senior High Schools in District Ngaglik, Sleman

Yacinta Eka Febrianingsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

The purpose of this research is to find out the different level of teacher’s perception towards the standard of education assessment perceived from the duration of services, professionalism of teachers, and education level.

The research was conducted in one and two Ngaglik State Senior High Schools, and Sunan Pandanaran Islamic Senior High Schools in March 2010. The samples of this research were 64 teachers. Data collected by questionnaire method and analyzed by ANOVA test.

The results shows that: (1) there isn’t any different level of teacher’s understanding towards the standard of education assessment perceived from duration

of services (sig. = 0.574 > α = 0.05); (2) there isn’t any different level of teacher’s

understanding towards the standard of teacher education assessment perceived from

professionalism (sig. = 0.413 > α = 0.05); (3) there isn’t any different level of

teacher’s understanding towards the standard of teacher education assessment

perceived from education level (sig. = 0.877 > α = 0.05).

(11)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR

PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN” Studi kasus pada guru SMA/MA di Kecamatan Ngaglik, Sleman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dorongan, bantuan,

dan masukan dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan masukan

selama penulis menyusun skrispsi ini.

4. Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku Dosen Penguji, terima kasih atas segala saran dan masukannya.

5. Ag. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Penguji, terima kasih atas segala saran dan masukannya.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

(14)

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penilaian ... 7

B. Guru ... 9

C. Masa Kerja ... 33

D. Profesionalisme Guru ... 34

E. Tingkat Pendidikan ... 35

F. Kerangka Berpikir ... 36

G. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

D. Populasi Penelitian ... 40

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum SMA N 1 Ngaglik ... 55

B. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum SMA N 2 Ngaglik ... 56

C. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum MA Sunan Pandanaran ... 58

B V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BA

(15)

A. Deskripsi Data ... 61

B. Analisis Data ... 66

C. Pembahasan ... 74

LA BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Keterbatasan Penelitian ... 78

C. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

MPIRAN... .... 81

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Operasionalisasi variabel ... 41

Tabel III.2 Skoring Skala Likert ... 46

Tabel III.3 Pengukuran Variabel Masa Kerja ... 47

Tabel III.4 Pengukuran Variabel Profesionalisme ... 47

Tabel III.5 Pengukuran Variabel Tingkat Pendidikan ... 48

Tabel III.6 Uji Bartlett ... 52

Tabel III.7 Rumus Unsur Persiapan Anova ... 53

Tabel V.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 61

Tabel V.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Profesionalisme ... 62

Tabel V.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 63 Tabel V.4 Deskripsi Pemahaman Guru ... 64

Tabel V.5 Pengujian Normalitas Masa Kerja ... 67

Tabel V.6 Pengujian Normalitas Profesionalisme Guru ... 68

Tabel V.7 Pengujian Normalitas Tingkat Pendidikan ... 69

Tabel V.8 Hasil Pengujian Homogenitas ... 70

Tabel V.9 Uji Anova Masa Kerja ... 71

(17)

xv

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian ... 102

Lampiran 5 Data Penelitian ... 104

Tabel V.10 Uji Anova Profesionalisme ... 72

Tabel V.11 Uji Anova Tingkat Pendidikan ... 73

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner ... 83

Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 89

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen diamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,

guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil

pembelajaran. Penilaian yang dilakukan guru merupakan kegiatan yang

dimaksudkan untuk mengetahui sebaik apa hasil atau prestasi belajar

seorang peserta didik. Agar penilaian mampu mencerminkan prestasi

peserta didik yang sesungguhnya, maka dalam melaksanakan aktivitas

penilaian komunitas guru dan calon guru hendaknya memahami isi

pedoman standar penilaian.

Penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan

pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta

didik. Dalam penilaian, standar penilaian pendidikan menjadi hal penting

bagi kalangan guru maupun calon guru karena di dalamnya termuat tujuan,

prinsip, teknik dan instrumen, mekanisme dan prosedur pendidikan,

penilaian oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah, serta

penentuan kelulusan siswa oleh satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar

oleh pendidik perlu dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau

proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ujian

 

(19)

tengah semester, ujian akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

Penilaian ini digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta

didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki

proses pembelajaran. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru maupun

calon guru untuk memahami standar penilaian pendidikan dalam rangka

mengendalikan standar mutu pendidikan.

Pada kenyataannya, penilaian yang dilakukan oleh guru kadang

tidak mencerminkan prestasi peserta didik yang sesungguhnya. Ada guru

yang hanya memandang peserta didik dari satu segi saja. Misalnya, ada

peserta didik yang dalam kesehariannya mempunyai perilaku kurang rajin

maka nilai yang telah diperolehnya pada suatu mata pelajaran tertentu

dikurangi dengan alasan karena peserta didik yang bersangkutan tidak

rajin. Dari contoh kasus ini apakah pantas dan adil bila peserta didik

tersebut mendapat perlakuan yang semacam itu? Apakah penilaian yang

tercermin dalam rapor dapat menggambarkan kompetensi peserta didik

yang sesungguhnya? Apabila kasus semacam itu terus berkembang di

kalangan guru maka rapor yang bertujuan untuk melaporkan hasil belajar

peserta didik kepada wali murid tersebut akan menjadi kabur. Dalam hal

lain peserta didik akan merasa bahwa dirinya kurang mendapat apresiasi

dalam belajar.

Pemahaman para guru terhadap standar penilaian pendidikan

diduga berbeda dari latar belakang guru, seperti dalam hal masa kerja,

(20)

mempengaruhi guru dalam memberikan penilaian. Semakin lama guru

bekerja, guru akan mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang

standar penilaian pendidikan. Pengetahuan tentang penilaian tersebut dapat

diperoleh guru melalui seminar atau sosialisasi penilaian yang diikuti.

Pada aspek profesionalisme guru, secara umum guru yang lulus

dalam uji sertifikasi dianggap dan diyakini telah mampu melaksanakan

tugas mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan menilai hasil belajar

peserta didik. Dengan demikian guru yang sudah lulus uji sertifikasi

diduga mempunyai tingkat pemahaman dan profesionalisme yang lebih

tinggi dibandingkan dengan guru yang belum lulus uji sertifikasi tentang

standar penilaian pendidikan. Pada aspek tingkat pendidikan, tingkat

pendidikan guru akan menunjukkan pengetahuan yang telah diperoleh.

Guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi diduga akan

memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi tentang standar penilaian

pendidikan dibandingkan dengan guru yang mempunyai tingkat

pendidikan rendah atau dibawahnya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk

menyelidiki tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian

pendidikan. Secara spesifik penelitian ini mengambil judul penelitian

“Pemahaman Guru terhadap Standar Penilaian Pendidikan ditinjau dari

Masa Kerja, Profesionalisme Guru, dan Tingkat Pendidikan”. Penelitian

ini merupakan studi kasus pada guru SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2

(21)

B. Batasan Masalah

Dari permasalahan yang ada yaitu tentang penilaian yang

dilakukan guru maka hendaknya guru benar-benar memahami standar

penilaian pendidikan, sehingga penilaian yang dilakukan mampu

memenuhi tata cara atau prosedur penilaian, dengan demikian penilaian

mampu digunakan untuk mengukur kompetensi peserta didik dan mampu

memberi gambaran tentang prestasi peserta didik itu sendiri. Secara

umum, tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Namun dalam penelitian ini, penulis

hanya mengambil masa kerja guru, profesionalisme guru, dan tingkat

pendidikan yang telah ditempuh guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas maka rumusan

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian

pendidikan?

2. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar

penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja guru?

3. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar

penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru?

4. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar

(22)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pemahaman guru terhadap

standar penilaian pendidikan.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru

terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja guru.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru

terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme

guru.

4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru

terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan

guru.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru untuk

melakukan penilaian yang sesuai dengan standar penilaian pendidikan.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan tentang

(23)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu literatur atau

referensi penelitian sejenis. Di samping itu dapat menjadi referensi

ilmiah sebagai hasil kajian empiris tentang pemahaman mahasiswa

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENILAIAN

1. Pengertian Penilaian

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan

penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi

tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian

kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik, penilaian

menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar

seorang peserta didik (Departemen Pendidikan Nasional, 2003).

Penilaian merupakan istilah umum yang mencakup semua

metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu

peserta didik atau kelompok. Proses penilaian mencakup

pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar peserta

didik (Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, 2004).

Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah

fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Tim

Pengembang Pedoman Umum Pengembangan Penilaian menyadur

pendapat Griffin & Nix, 1991).

a. Penilaian merupakan kegiatan menafsir data hasil pengukuran.

b. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,

(25)

berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

c. Penilaian proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

d. Penilaian adalah proses pengumpulan informasi oleh guru

tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai tehnik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, maupun menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

e. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan

pengolahan (menganalisis dan menafsirkan) data tentang proses dan hasil belajar peserta didik, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam menentukan tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik.

Jadi penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan data

dengan menggunakan beragam alat penilaian untuk mengetahui

ketercapaian hasil belajar dan perkembangan belajar.

2. Tujuan dan Fungsi Penilaian

Tujuan penilaian hasil belajar

(www.bpgdisdik-jabar.net/materi/4_SD_1.PDF)

a. Tujuan umum:

1) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik

2) Memperbaiki proses pembelajaran

3) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa

4) Menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai

dengan rencana

5) Mengecek kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik

dalam proses pembelajaran

6) Untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan

terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran

7) Menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi

(26)

b. Tujuan Khusus:

1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa

2) Mendiagnosis kesulitan belajar

3) Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar

4) Penentuan kenaikan kelas

5) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami

diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.

Sedangkan, fungsi Penilaian (www.bpgdisdik-jabar.net/materi/4_SD_1.PDF)

a. Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas

b. Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar

c. Meningkatkan motivasi belajar siswa

d. Evaluasi

B. GURU

1. Pengertian Guru

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksud dengan guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Istilah profesional dalam

pengertian tersebut adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi

standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Pihak-pihak penyelenggara pendidikan adalah pemerintah,

(27)

pendidikan pada jalur pendidikan formal. Penyelenggaraan pendidikan

pada jalur formal dalam setiap jenjang dan jenis pendidikan

dilaksanakan pada satuan pendidikan. Dalam penyelenggaraan

pendidikan terdapat perjanjian kerja atau kesepakatan kerja yang berupa

perjanjian tertulis antara guru dan dosen dengan penyelenggara

pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja

serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan

kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam

pelaksanaan pendidikan terdapat adanya pemutusan hubungan kerja

atau pemberhentian kerja yaitu pengakhiran perjanjian kerja atau

kesepakatan kerja bersama guru dan dosen karena sesuatu hal yang

mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara guru dan dosen

dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Kualifikasi akademik

ditentukan dari ijazah jenjang pendidikan yang harus dimiliki oleh guru

atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal

di tempat penugasan. Selain kualifikasi akademik, guru juga harus

memiliki kompetensi, yang dimaksud dengan kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan. Pengukuran keprofesionalan guru

dapat dilihat dari lulus atau tidaknya dalam proses sertifikasi. Yang

(28)

guru dan dosen yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah

ditentukan. Proses sertifikasi ini dilaksanakan oleh suatu organisasi

profesi guru yaitu perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan

dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru.

Dalam proses sertifikasi terdapat lembaga pendidikan tenaga

kependidikan, lembaga ini merupakan perguruan tinggi yang diberi

kepercayaan tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program

pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk

menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan

nonkependidikan.

Pihak-pihak yang berhubungan dan bertanggung jawab dengan

pendidikan yaitu masyarakat, yang dimaksud dengan masyarakat dalam

hal ini adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang

mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

Pemerintah, yang dimaksud dengan pemerintah yaitu pemerintah pusat.

Mencakup pula pemerintah daerah yaitu pemerintah provinsi,

pemerintah kabupaten, atau pemerintah kota, dan menteri yaitu menteri

yang menangani urusan pemerintahan dalam bidang pendidikan

(29)

2. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, kedudukan, fungsi dan tujuan guru adalah

sebagai berikut:

a. Kedudukan Guru

Sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

b. Fungsi Guru

Untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen

pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan

nasional.

c. Tujuan Guru

Bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang

(30)

3. Prinsip Profesionalitas Guru (Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2005)

a. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus

yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,

keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan

sesuai dengan bidang tugas;

4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang

tugas;

5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas

keprofesionalan;

6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan

prestasi kerja;

7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan

secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan; dan

9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan

(31)

b. Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen

diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara

demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,

nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

c. Kualifikasi

1) Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2) Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi

program sarjana atau program diploma empat.

d. Kompetensi

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi:

a. Kompetensi pedagogik

b. Kompetensi kepribadian

c. Kompetensi sosial

d. Kompetensi profesional

e. Sertifikasi

1) Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah

memenuhi persyaratan.

2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi

yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang

(32)

3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan,

dan akuntabel.

Setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik

memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru

pada satuan pendidikan tertentu. Pemerintah dan pemerintah

daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan

kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam

jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat.

f. Hak dan Kewajiban

1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:

a) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum

dan jaminan kesejahteraan sosial;

b) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas

dan prestasi kerja;

c) memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan

hak atas kekayaan intelektual;

d) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

e) memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana

pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas

(33)

f) memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut

menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi

kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode

etik guru, dan peraturan perundang-undangan;

g) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam

melaksanakan tugas;

h) memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi

profesi;

i) memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan

kebijakan pendidikan

j) memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi;

dan/atau

k) memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam

bidangnya.

2) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan

mengevaluasi hasil pembelajaran;

b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik

dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan

(34)

c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar

pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi

fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial

ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum,

dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan

e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa cakupan penilaian

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pada

jenjang perguruan tinggi adalah sebagai berikut :

1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah terdiri atas:

a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik

b) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

c) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah

2) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas:

a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik

b) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi diatur oleh

masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang

(35)

Selain menjelaskan tentang cakupan penilaian pada jenjang

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dijelaskan

pula tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik. Penilaian hasil belajar

oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau

proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,

ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan

kelas. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik digunakan untuk menilai

pencapaian kompetensi peserta didik, sebagai bahan penyusunan laporan

kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Untuk

penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

dilakukan melalui dua cara yaitu, melakukan pengamatan terhadap

perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan

kepribadian peserta didik serta melakukan ujian, ulangan, dan/atau

penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Untuk penilaian

hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai

dengan karakteristik materi yang dinilai. Penilaian hasil belajar kelompok

mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan

perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi

psikomotorik peserta didik. Penilaian hasil belajar kelompok mata

pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan dilakukan melalui dua cara

(36)

sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik

dan ulangan dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta

didik, sama halnya dengan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

mulia. Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah BSNP menerbitkan

panduan penilaian untuk:

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

d. Kelompok mata pelajaran estetika

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk

menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata

pelajaran, semua mata pelajaran yang dimaksud mencakup kelompok mata

pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran

kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan

kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan yang

merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari

satuan pendidikan. Penilaian akhir yang dilakukan juga

mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh pendidik. Untuk

penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu

pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah

guna menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Untuk

(37)

nilai yang sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang

dirumuskan oleh BSNP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,

kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani,

olah raga, dan kesehatan. Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian

sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri

berdasarkan usulan BSNP.

Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai

pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran

tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Ujian nasional dilakukan

secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel. Ujian nasional diadakan

sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam

satu tahun pelajaran. Untuk pelaksanaan ujian nasional pemerintah

menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan ujian nasional yang diikuti

peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar

dan menengah dan jalur nonformal kesetaraan. Dalam penyelenggaraan

ujian nasional BSNP bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan satuan

pendidikan. Ketentuan mengenai ujian nasional diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Menteri. Fungsi dari hasil ujian nasional antara lain untuk

pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, sebagai dasar seleksi

(38)

didik dari program dan/atau satuan pendidikan, dan sebagai pembinaan

serta pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Setiap peserta didik jalur formal

pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan jalur nonformal

kesetaraan berhak mengikuti ujian nasional dan berhak mengulanginya

sepanjang belum dinyatakan lulus dari satuan pendidikan. Untuk setiap

peserta didik wajib mengikuti satu kali ujian nasional tanpa dipungut

biaya. Peserta didik pendidikan formal dapat mengikuti ujian nasional

setelah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BSNP. Setelah itu peserta

ujian nasional memperoleh surat keterangan hasil ujian nasional yang

diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional. Pada

jenjang SD/MI/SDLB, atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional

mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). Untuk program paket A, Ujian Nasional

mencakup mata pelajaran sama halnya pada jenjang SD/MI/SDLB

ditambah dengan Ilmu Pengtahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan

Kewarganegaraan. Lalu untuk jenjang SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk

lain sederajat, Ujian Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada

program paket B untuk mata pelajaran yang diujikan sama halnya pada

jenjang SMP/MTs/SMPLB ditambah dengan mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan Kewarganegaraan. Pada

(39)

mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,

dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan. Pada

program paket C, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi

ciri khas program pendidikan. Untuk jenjang SMK/MAK atau bentuk lain

yang sederajat, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran kejuruan yang

menjadi ciri khas program pendidikan.

Untuk kelulusan, peserta didik dinyatakan lulus dari satuan

pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah menyelesaikan

seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik pada

penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran

agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata

pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan, lulus ujian sekolah/madrasah

untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lulus

ujian nasional. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan

oleh satuan pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang

dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar

Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa standar penilaian pendidikan

adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,

(40)

dimaksud dengan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan

pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta

didik. Penilaian pendidikan mencakup ulangan, ulangan harian, ulangan

tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian

sekolah/madrasah, dan ujian nasional/UN. Yang dimaksud dengan ulangan

adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk

memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan

menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan harian adalah

kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar

(KD) atau lebih. Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah

melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan

tengah semester ini meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan

seluruh KD pada periode tersebut. Ulangan akhir semester adalah kegiatan

yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi

peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan akhir semester ini

meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan semua KD pada

semester tersebut. Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan

oleh pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian

(41)

yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan ini meliputi seluruh

indikator yang mempresentasikan KD pada semester tersebut.

Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian

kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk

memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu

persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang

diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan

dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif

dan/atau aspek psikomotorik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

yang akan diatur dalam POS Ujian Sekolah/Madrasah. Sedangkan yang

dimaksud dengan ujian nasional/UN adalah kegiatan pengukuran

pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran

tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan. Dalam

peraturan menteri tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan adanya

kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar yang

ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan

pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan

teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.

Dalam Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar

(42)

hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur.

2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang

jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta

didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang

agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu

komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang

berkepentingan.

6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik

mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai

teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan

kemampuan peserta didik.

7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap

dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran

(43)

9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari

segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Selain dijelaskan mengenai prinsip-prinsip penilaian, dalam

Peraturan Menteri Nomor 20 tahun 2007 dijabarkan pula tentang teknik

dan instrumen penilaian sebagai berikut, penilaian hasil belajar oleh

pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi,

penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai

dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.

Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran

berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. Teknik penugasan

baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah

dan/atau proyek. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan

pendidik memenuhi persyaratan antara lain substansi adalah

merepresentasikan kompetensi yang dinilai, konstruksi adalah memenuhi

persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan

bahasa adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif

sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. Instrumen yang

digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian sekolah/madrasah

memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki

bukti validitas empirik. Instrumen penilaian yang digunakan oleh

(44)

bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang

dapat diperbandingkan antar sekolah, antar daerah, dan antar tahun.

Mekanisme dan prosedur penilaian menurut Peraturan Menteri

Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan adalah

sebagai berikut, penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah.

Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat

penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Ulangan tengah semester, ulangan akhir

semester, dan ulangan kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik di bawah

koordinasi satuan pendidikan. Untuk Penilaian hasil belajar peserta didik

pada mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan

dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/atau

aspek psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian sekolah/madrasah untuk

memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu

persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian akhir hasil belajar

oleh satuan pendidikan untuk mata pelajaran kelompok mata pelajaran

estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan ditentukan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil

penilaian oleh pendidik. Sedangkan untuk penilaian akhir hasil belajar

(45)

kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan

oleh satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil

penilaian oleh pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian

sekolah/madrasah.

Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut, yang pertama menyusun kisi-kisi ujian,

mengembangkan instrumen, melaksanakan ujian, mengolah dan

menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah, yang

terakhir melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian. Pada penilaian

akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran

agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman

dan bertakwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru agama dengan

memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain

yang relevan. Untuk penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan

kesadaran dan tanggung jawab sebagai masyarakat dan warga negara yang

baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam

kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian dari penilaian

kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian oleh guru

mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. Penilaian mata pelajaran

muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata pelajaran yang relevan.

Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan

dengan surat keterangan yang ditandatangani oleh Pembina kegiatan dan

(46)

peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik

yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remidi. Hasil

penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk

satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi

kemajuan belajar. Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui

UN dengan langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar

(POS) UN. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP) yang bekerjasama dengan instansi terkait. Hasil UN disampaikan

kepada satuan pendidikan untuk dijadikan salah satu syarat kelulusan

peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam

seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya. Lalu hasil analisis data

UN tersebut disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk

pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan serta pembinaan dan

pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan

mutu pendidikan.

Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan

secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan

kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas

kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai

berikut, menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya

memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester,

mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian

(47)

instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik

penilaian yang dipilih, melaksanakan tes, pengamatan, penugasan,

dan/atau bentuk lain yang diperlukan, mengolah hasil penilaian untuk

mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik,

mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai

balikan/komentar yang mendidik, memanfaatkan hasil penilaian untuk

perbaikan pembelajaran, melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada

setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk

satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai

cerminan kompetensi utuh, dan melaporkan hasil penilaian akhlak kepada

guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai

akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori

sangat baik, baik, atau kurang baik.

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk

menilai pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran.

Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut, menentukan KKM

setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,

karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat

dewan pendidik; mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan

akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas; menentukan kriteria kenaikan

kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui

(48)

satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat

dewan pendidik; menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika

dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan

melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian

oleh pendidik; menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama

dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan

mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian

sekolah/madrasah; menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan

menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai

dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan

penyelenggara UN; melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk

semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang

tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan serta

melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada

dinas pendidikan kabupaten/kota.

Pihak satuan pendidikan juga menentukan kelulusan peserta didik

dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai kriteria

berikut: telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh

nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran

kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran

(49)

lulus ujian sekolah/madrasah, dan lulus UN. Satuan pendidikan

menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap

peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan

penyelenggara UN. Serta menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang

lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.

Penilaian hasil belajar oleh pemerintah menurut Peraturan Menteri

Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, dilakukan

dalam bentuk UN yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi

lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata

pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. UN yang dilaksanakan

didukung oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal

serta pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil. Dalam rangka penggunaan

hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan,

pemerintah menganalisis dan membuat peta daya serap berdasarkan hasil

UN dan menyampaikan ke pihak yang berkepentingan. Hasil UN menjadi

salah satu pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada

satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu,

hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan

kelulusan peserta didik pada seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya

dan hasil UN digunakan sebagai penentu kelulusannya ditetapkan setiap

(50)

C. MASA KERJA

Menurut Sondang (2000:60), masa kerja merupakan keseluruhan

pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui

dalam perjalanan hidupnya. Sedangkan, Susilo Martoyo (2000:34)

berpendapat bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah mereka yang

dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang

nantinya akan diberikan di samping kemampuan intelegensinya yang juga

menjadi dasar pertimbangan selanjutnya. Berdasarkan kedua pendapat

tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa masa kerja atau pengalaman

kerja adalah ukuran lamanya seseorang yang telah menekuni atau

menjalani profesi tertentu.

Dalam penelitian ini penggolongan masa kerja atau klasifikasi

masa kerja mengacu pada pedoman penilaian sertifikasi guru (Sertifikasi

Guru Dalam Jabatan, 2009:51):

Masa Kerja (Tahun)

> 31 tahun 29 -31 tahun 26 – 28 tahun 23 – 25 tahun 20 – 22 tahun 17 – 19 tahun 14 – 16 tahun 11 – 13 tahun 8 – 10 tahun

(51)

D. PROFESIONALISME GURU

Istilah profesionalisme berasal dari kata profession. Dalam Kamus

Inggris Indonesia berarti pekerjaan (Hasan Shadily, 2003:449). Profesi

juga diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan

pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan

akademis yang insentif. Pengertian profesionalisme adalah pandangan

bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang

mana keahlian itu hanya diperoleh melalui keahlian khusus. Jadi

profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas

suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran

yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

pencaharian.

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang

dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan

kata lain maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru yang profesional

adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam

bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya

sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah

guru yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman

yang kaya dibidangnya.

Dari pernyataan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

(52)

mempunyai keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dibuktikan telah

lulus dalam uji sertifikasi guru.

E. TINGKAT PENDIDIKAN

Andrew E Sikula dalam Mangkunegara (2003:50) menyatakan

bahwa tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang

menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga

kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk

tujuan-tujuan umum. Sedangkan Hariandja (2002:169) menyatakan

tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing

perusahaan dan memperbaiki produktivitas perusahaan.

Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah proses

jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir

yang bertujuan untuk menambah pengetahuan serta mengembangkan

kompetensi.

Dalam penelitian ini penggolongan tingkat pendidikan mengacu

pada pedoman penilaian sertifikasi guru (Sertifikasi Guru Dalam Jabatan,

2009:49):

Tingkat Pendidikan SLTA

D – I D – II

D – III/Sarjana Muda S – 1 /D – IV

(53)

F. KERANGKA BERPIKIR

1. Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan

ditinjau dari masa kerja.

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil

belajar peserta didik. Standar penilaian pendidikan layak untuk

dipahami guru dan dilaksanakan dalam kegiatan penilaian di sekolah.

Mengingat setiap guru memiliki masa kerja yang berbeda, penulis

menduga bahwa guru dengan masa kerja yang lebih lama maka akan

memiliki tingkat pemahaman terhadap standar penilaian pendidikan

yang lebih baik dibandingkan dengan guru yang belum lama

mengajar. Hal ini disebabkan guru dengan masa kerja yang lama,

maka guru akan mempunyai pengalaman yang lebih banyak dalam

melakukan penilaian sehingga mereka dapat melaksanakan penilaian

berdasarkan prinsip-prinsip penilaian.

2. Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan

ditinjau dari profesionalisme guru.

Profesionalisme guru adalah sikap guru yang berkompeten dan

mempunyai keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dibuktikan

telah lulus dalam uji sertifikasi guru. Penulis menduga bahwa, guru

yang memiliki profesionalisme tinggi maka akan mempunyai tingkat

pemahaman yang tinggi pula terhadap standar penilaian pendidikan.

(54)

mempunyai pemahaman yang kurang terhadap standar penilaian

pendidikan. Hal tersebut dikarenakan guru yang lebih

profesionalisme memiliki sikap kepribadian yang matang dan

berkembang, mempunyai penguasaan ilmu pengetahuan yang kuat,

mempunyai ketrampilan yang mampu mengembangkan intelektual

peserta didik, dan mempunyai pengembangan terhadap kemampuan

profesional.

3. Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan

ditinjau dari tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan adalah proses jangka panjang yang menggunakan

prosedur sistematis dan terorganisir yang bertujuan untuk menambah

pengetahuan serta mengembangkan kompetensi. Peneliti menduga

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan guru maka akan semakin

memperkuat pemahaman terhadap standar penilaian pendidikan.

Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan guru maka

akan memperlemah pemahaman guru terhadap standar penilaian

pendidikan. Hal tersebut dikarenakan guru yang mempunyai tingkat

pendidikan yang lebih tinggi mempunyai kematangan secara

intelektual malalui berbagai pengalaman yang telah diperolehnya.

G. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kajian hasil penelitian yang relevan dan kerangka

(55)

1. Terdapat perbedaan pemahaman guru tentang standar penilaian

pendidikan ditinjau dari masa kerja.

2. Terdapat perbedaan pemahaman guru tentang standar penilaian

pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru.

3. Terdapat perbedaan pemahaman guru tentang standar penilaian

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi Kasus adalah

penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial. Studi

kasus dapat dilakukan terhadap seorang individu atau sekelompok

individu. Penelitian ini dilakukan pada guru-guru SMA Kecamatan

Ngaglik yaitu SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah

Sunan Pandanaran.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan pada tiga sekolah yaitu SMA N 1

Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru-guru di SMA N 1 Ngaglik, SMA N

(57)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pemahaman guru terhadap standar

penilaian pendidikan, masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat

pendidikan.

D. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).

Populasi penelitian ini adalah guru-guru di sekolah Kecamatan Ngaglik.

Jumlah populasinya 110 guru, dengan rincian populasi SMA N 1 Ngaglik

berjumlah 40 guru, SMA N 2 Ngaglik berjumlah 40 guru, dan Madrasah

Aliyah Sunan Pandanaran berjumlah 30 guru.

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Variabel Tingkat Pemahaman Guru terhadap Standar Penilaian

Pendidikan.

Pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan adalah

standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,

prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Berikut

ini disajikan tabel operasionalisasi variabel tingkat pemahaman guru

(58)
[image:58.595.82.518.171.748.2]

Tabel III.1

Operasionalisasi Variabel Tingkat Pemahaman Guru terhadap Standar Penilaian Pendidikan

Dimensi Indikator Prinsip Penilaian Teknik dan Instrumen Penilaian

1. Penilaian berdasarkan pada data yang

mencerminkan kemampuan yang diukur.

2. Penilaian berdasarkan pada prosedur dan kriteria

yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3. Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan

peserta didik.

4. Penilaian yang merupakan komponen yang tidak

terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Prosedur dan kriteria penilaian, serta dasar

pengambilan keputusan diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6. Penilaian mencakup semua aspek kompetensi

dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai.

7. Penilaian dilakukan secara berencana dan

bertahap.

8. Penilaian berdasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan.

9. Penilaian dapat dipertanggungjawabkan.

1. Penilaian hasil belajar menggunakan berbagai

teknik penilaian yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

2. Instrumen penilaian hasil belajar yang

digunakan pendidik memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa.

3. Instrumen penilaian hasil belajar yang

digunakan satuan pendidikan memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki validitas empirik.

4. Instrumen penilaian hasil belajar yang

(59)

Mekanisme dan Prosedur Penilaian

1. Penilaian hasil belajar dilaksanakan oleh

pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah.

2. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik

dilakukan pada saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3. Ujian sekolah dilakukan oleh pendidik di bawah

koordinasi satuan pendidikan.

4. Penilaian hasil belajar peserta didik berupa UN

dan ujian sekolah/madrasah dilakukan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.

5. Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan

pendidikan untuk mata pelajaran estetika, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik.

6. Penilaian akhir hasil belajar peserta didik mata

pelajaran agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah/madrasah.

7. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan

dengan langkah-langkah: a) menyusun kisi-kisi ujian, b) mengembangkan instrumen, c) melaksanakan ujian, d) mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah, dan e) melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.

8. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek

afektif dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.

9. Penilaian kepribadian dilakukan oleh guru

pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber yang relevan.

10.Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti

penilaian kelompok mata pelajaran yang relevan.

11.Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan

(60)

Penilaian oleh Pendidik

kepala sekolah/madrasah.

12.Hasil ulangan harian diinformasikan kepada

peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya sehingga peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remidi.

13.Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan

pendidikan disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan belajar.

14.Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan

melalui UN dengan langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS)

15.UN diselenggarakan oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama dengan instansi terkait.

16.Hasil UN disampaikan kepada satuan

pendidikan untuk dijadikan salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.

17.Hasil analisis data UN disampaikan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan

secara berkesinambungan.

2. Bertujuan memantau proses, kemajuan, dan

perbaikan hasil.

3. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang

di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester.

4. Mengembangkan indikator pencapaian KD dan

memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.

5. Mengembangkan instrumen dan pedoman

penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih.

6. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan,

dan/atau bentuk lain yang diperlukan.

7. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui

(61)

Penilaian oleh satuan pendidikan

8. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan

peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik.

9. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan

pembelajaran. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.

10.Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru

Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang baik.

1. Menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan

memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik.

2. Mengkoordinasikan ulangan tengah semester,

ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

3. Menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan

pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan pendidik.

4. Menentukan kriteria program pembelajaran bagi

satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik.

5. Menentukan nilai akhir kelompok mata

pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik.

6. Men

Gambar

Tabel V.11 Uji Anova Tingkat Pendidikan ....................................  73
Tabel III.1
tabel skoring berdasarkan skala Likert yang digunakan dalam
Tabel III.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil karakterisasi XRD memperlihatkan bahwa struktur yang dihasilkan dari powder TiO 2 -M adalah anatase dengan ukuran kristalin berkisar antara 9 sampai 16

Bahwa rapat Panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Jalur Intake DIII universitas Anda-las tanggal 12 Juni 2017,

Dengan pengembangan model yang dilakukan yaitu koordinasi rantai pasok desentralisasi untuk lead time yang terkontrol dengan menggunakan mekanisme revenue sharing akan

lmEbjiE yse ncniih rhgk kFLio ysg sLesb hhrr af'

[r]

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

 Pada menu daftar artikel terdapat List artikel yang nantinya bisa dipilih per kategori atau dicari,  List artikel hanya menampilkan Judul artikel, jumlah view, jumlah

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ethical leadership berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi di panti asuhan yang berada di bawah Dinas Sosial