• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan kegiatan pengendalian dan evaluasi pelaksa 12180

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "laporan kegiatan pengendalian dan evaluasi pelaksa 12180"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

BAB I - PENDAHULUAN Latar Belakang ... 3

Tujuan Pelaksanaan Kegiatan ... 4

Peserta Kegiatan ... 4

Pelaksanaan Kegiatan ... 4

Metode Pelaksanaan Kegiatan ... 5

BAB II – PROFIL KANWIL DJKN Visi dan Misi DJKN ... 7

Tugas dan Fungsi DJKN ... 7

Indikator dan Target Kinerja Berdasarkan Renja ... 8

Layanan Unggulan ... 8

Wilayah Kerja Kanwil DJKN ... 9

BAB III – POKOK-POKOK PELAKSANAAN KEGIATAN Kondisi SDM, Realisasi Anggaran, Capaian Kinerja dan Layanan Unggulan ... 11

Permasalahan dan Tanggapan ... 29

BAB IV – KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan ... 34

(3)

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional, pada pasal 29 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga dan

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah harus melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana

pembangunan masing-masing pada periode sebelumnya. Hal ini berarti kegiatan pengendalian

dan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan perencanaan

pembangunan. Dengan melakukan kegiatan pengendalian dan evaluasi diharapkan akan

memberikan indikasi tingkat keberhasilan program pembangunan yang telah dan sedang

dilaksanakan dalam pencapaian tujuan.

Kegiatan pengendalian dan evaluasi yang dilakukan pada tahun 2013 diarahkan pada bidang

pengelolaan kekayaan negara, pengurusan piutang negara, dan pelayanan lelang. Institusi yang

bertanggung jawab dalam bidang tersebut adalah Direkorat Jenderal Kekayaan Negara. Fokus

yang dievaluasi saat ini adalah pelaksanaan 13 (tiga belas) layanan unggulan Ditjen Kekayaan

Negara, khususnya pada unit vertikal DJKN (Kanwil DJKN dan KPKNL). Secara umum maksud

dan tujuan kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan di bidang

pengelolaan kekayaan negara, pengurusan piutang negara, dan pelayanan lelang adalah untuk

mengevaluasi pelaksanaan RKP tahun 2012 dan perkembangan pelaksanaan kegiatan tahun

2013. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara utuh pelaksanaan

program yang terkait dengan tugas dan fungsi Ditjen Kekayaan Negara, indikasi tingkat

keberhasilan program-program yang sedang dilaksanakan, serta identifikasi

permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat proses pembangunan.

Kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan di Bidang Kekayaan

Negara dilaksanakan di 13 (tiga belas) lokasi yang dimulai dari bulan September 2013 s.d.

November 2013 dan menghadirkan stakeholders dari instansi pemerintah dan non-instansi

pemerintah. Kegiatan pengendalian dan evaluasi dilaksanakan untuk melihat kesesuaian antara

target kinerja yang direncanakan dan realisasi kinerja, kendala-kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaannya dan kemudian tindak lanjut apa yang akan diambil untuk mengatasi berbagai

kendala yang dihadapi tersebut. Dalam pelaksanaannya, data-data tersebut diperoleh dengan

menggunakan metode : 1) Penyampaian kuesioner kepada Kanwil DJKN, 2) Focus Group

Discussion (FGD) untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan mendalam dari

stakeholders, 3) Pengumpulan data sekunder untuk memperkaya informasi yang disajikan di

(4)

2

Beberapa kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dalam kegiatan ini diantaranya :

1. Secara umum, stakeholders Kanwil DJKN/KPKNL menilai bahwa pelayanan yang diberikan

oleh kanwil DJKN/KPKNL telah cukup baik/memuaskan.

2. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan meningkatkan keterbukaan informasi,

direkomendasikan kepada DJKN untuk dapat menyampaikan janji layanan yang meliputi

waktu penyelesaian layanan, dokumen yang dipersyaratkan, serta biaya yang harus

dikeluarkan stakeholders (bila ada) secara lebih terbuka kepada stakeholders, misalnya

dengan menyampaikan hal tersebut melalui standing banner, leaflet, maupun website

Kanwil/ KPKNL.

3. Perlunya penambahan SDM, khususnya untuk jabatan fungsional teknis serta peningkatan

kualitas SDM yang ada melalui kegiatan diklat yang berkelanjutan.

4. Perlunya perbaikan kualitas pelayanan dalam bidang pengelolaan BMN, misalnya dalam

rangka kegiatan rekonsilisasi BMN antara KPKNL dan satker, dipandang perlu untuk

menambah jumlah personil dari KPKNL mengingat jumlah satker mitra kerja KPKNL yang

cukup banyak dalam satu wilayah kerja KPKNL.

5. Perlunya sosialisasi PMK Nomor 168/PMK.06/2013 tentang Tata Cara Pengembalian

Pengurusan Piutang Yang Berasal Dari Penyerahan Badan Usaha Milik Negara/BUMD dan

Badan Usaha Yang Modalnya Sebagian Atau Seluruhnya Dimiliki Oleh BUMN/BUMD.

6. Perlunya perbaikan peraturan/SOP di bidang lelang, diantaranya jangka waktu dalam

penerbitan surat penetapan jadwal lelang selama 1 hari kerja agar ditinjau ulang. Hal

tersebut untuk mengakomodir waktu penyelesaian verifikasi dokumen persyaratan

(5)

3

BAB I

-- PENDAHULUAN --

LATAR BELAKANG

Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional, pada pasal 29 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga dan

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah harus melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana

pembangunan masing-masing pada periode sebelumnya. Hal ini berarti kegiatan pengendalian

dan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan perencanaan

pembangunan. Kegiatan pengendalian dan evaluasi merupakan upaya untuk mengumpulkan,

menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja

pembangunan. Dengan melakukan kegiatan pengendalian dan evaluasi diharapkan akan

memberikan indikasi tingkat keberhasilan program pembangunan yang telah dan sedang

dilaksanakan dalam pencapaian tujuan. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi masukan dalam

penyusunan rencana pembangunan nasional untuk periode berikutnya.

Guna mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang telah ditetapkan untuk jangka waktu

tertentu, perbaikan dan peningkatan kualitas dari program-program pembangunan perlu terus

menerus dilakukan. Masukan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas tersebut dapat

diperoleh dengan melakukan tinjauan atau evaluasi terhadap pelaksanaan program-program

pembangunan yang sudah dilakukan sebelumnya. Kegiatan tinjauan atau evaluasi ini merupakan

bagian dari upaya mewujudkan rencana pembangunan yang terukur, sekaligus merupakan

langkah awal dari penerapan penganggaran berbasis kinerja sebagaimana diamanatkan UU No.

17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Kegiatan pengendalian dan evaluasi yang dilakukan pada tahun 2013 diarahkan pada bidang

pengelolaan kekayaan negara, pengurusan piutang negara, dan pelayanan lelang. Institusi yang

bertanggung jawab dalam bidang tersebut adalah Direkorat Jenderal Kekayaan Negara. Fokus

yang dievaluasi saat ini adalah pelaksanaan 13 (tiga belas) layanan unggulan Ditjen Kekayaan

Negara, khususnya pada unit vertikal DJKN (Kanwil DJKN dan KPKNL). Adapun ke tiga belas

layanan unggulan Ditjen Kekayaan Negara adalah sebagai berikut: (i) Pelayanan Permohonan

Keringan Utang pada Kantor Wilayah DJKN, (ii) Pelayanan Permohonan Keringan Utang pada

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), (iii) Pelayanan Permohonan Penarikan

Pengurusan Piutang Negara, (iv) Pelayanan Pelaksanaan Lelang, (v) Penetapan Status

(6)

4

DJKN, (vi) Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau

Bangunan pada Kantor Wilayah DJKN, (vii) Penetapan Status Penggunaan BMN Berupa Tanah

dan/atau Bangunan pada KPKNL, (viii) Persetujuan/Penolakan Penjualan BMN Selain Tanah

dan/atau Bangunan pada Kantor Pusat DJKN, (ix) Persetujuan/Penolakan Penjualan BMN Selain

Tanah dan/atau Bangunan pada Kantor Wilayah DJKN, (x) Persetujuan/Penolakan Penjualan

BMN Selain Tanah dan/atau Bangunan pada KPKNL, (xi) Penerbitan Surat Pernyataan Piutang

Negara Lunas/Selesai, (xii) Penyetoran Hasil Bersih Lelang kepada Penjual melalui Bendahara

Penerimaan, dan (xiii) Pelayanan Permohonan Penebusan Barang Jaminan Senilai/Di atas Nilai

Pengikatan.

TUJUAN

PELAKSANAAN KEGIATAN

Secara umum maksud dan tujuan kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program

Pembangunan di bidang pengelolaan kekayaan negara, pengurusan piutang negara, dan

pelayanan lelang adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan RKP tahun 2012 dan perkembangan

pelaksanaan kegiatan tahun 2013.

Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara utuh pelaksanaan

program yang terkait dengan tugas dan fungsi Ditjen Kekayaan Negara, indikasi tingkat

keberhasilan program-program yang sedang dilaksanakan, serta identifikasi

permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat proses pembangunan. Hasil kegiatan ini pun dapat

dijadikan input dalam penyusunan kebijakan pembangunan di periode berikutnya, sehingga

program-program pembangunan khususnya di bidang pengelolaan kekayaan negara dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan arah kebijakan yang tercantum pada

dokumen perencanaan.

PESERTA KEGIATAN

Kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan di bidang pengelolaan

kekayaan negara, pengurusan piutang negara, dan pelayanan lelang merupakan kegiatan

Bappenas yang bekerjasama dengan Biro Perencanaan dan Keuangan dan Kantor Pusat DJKN,

serta melibatkan Kanwil DJKN, KPKNL setempat, serta stakeholders Kanwil DJKN dan KPKNL

yang terdiri dari instansi Pemerintah dan instansi non-Pemerintah.

PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan di Bidang Kekayaan

(7)

5

November 2013 dan menghadirkan stakeholders dari instansi pemerintah dan non-instansi

pemerintah. Adapun Kanwil-Kanwil yang dikunjungi dan waktu pelaksanaannya adalah sebagai

berikut :

No Kanwil Waktu Pelaksanaan No Kanwil Waktu Pelaksanaan

1. Kanwil DJKN Sulsel, Barat dan Tenggara

2 s.d. 4 Sept 2013 8. Kanwil DJKN Kalimantan Timur

21 s.d. 24 Okt 2013

2. Kanwil DJKN Jawa Tengah

9 s.d. 11 Sept 2013 9. Kanwil DJKN Jawa Timur 22 s.d. 24 Okt 2013

3 KanwilDJKN Banten

1 s.d. 3 Okt 2013 10. Kanwil DJKN Bandar Lampung dan Bengkulu

20 s.d. 22 Nov 2013

4 Kanwil DJKN Kalimantan Selatan dan Tengah

1 s.d. 3 Okt 2013 11. Kanwil DJKN Sulut, Tenggara, Gorontalo, dan Malut

20 s.d. 22 Nov 2013

5 Kanwil DJKN Kalimantan Barat

23 s.d. 25 Sept 2013 12. Kanwil DJKN Sumatera Utara

26 s.d. 28 Nov 2013

6 Kanwil DJKN Jawa Barat

16 s.d. 18 Okt 2013 13. Kanwil DJKN Aceh 26 s.d. 29 Nov 2013

7 Kanwil DJKKN Sumsel, Jambi ,dan Babel

16 s.d. 18 Okt 2013

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan pengendalian dan evaluasi dilaksanakan untuk melihat kesesuaian antara target kinerja

yang direncanakan dan realisasi kinerja, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya

dan kemudian tindak lanjut apa yang akan diambil untuk mengatasi berbagai kendala yang

dihadapi tersebut. Dalam pelaksanaannya, data-data tersebut diperoleh dengan menggunakan

metode :

1. Penyampaian kuesioner kepada Kanwil DJKN yang terdiri dari 3 (tiga) sub tema yakni

a) Kelompok Pendukung yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui kondisi

SDM, sarana dan prasarana maupun sistem dan prosedur kerja, b) Kelompok Perencanaan,

Koordinasi, dan Sinkronisasi Pelaksanaan Pelayanan yang berisi upaya-upaya pencapaian

target kinerja, khususnya yang berkaitan dengan layanan unggulan dan pengelolaan

anggaran yang mendukung pencapaian target kinerja, dan c) Kelompok Penyelenggaranan

Pertanggungjawaban yang berisi pertanyaan untuk menggali kendala-kendala yang ada

dalam pelaksanaan pelayanan baik dari internal (misal : peraturan) maupun eksternal

(misal : yang ditimbulkan oleh stakeholders) dan upaya yang dilaksanakan untuk

memecahkan permasalahan yang dihadapi tersebut serta upaya yang dilakukan untuk

(8)

6

2. Focus Group Discussion (FGD) untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan

mendalam dari stakeholders. FGD tersebut dilaksanakan dalam 2 (dua) sessi yakni sessi

pertama yang melibatkan stakeholders sebagai pengguna layanan dan sessi kedua yang

melibatkan Kanwil DJKN dan KPKNL sebagai penyedia layanan. Dalam FGD tersebut dapat

diketahui secara lebih jelas pendapat pengguna layanan terkait kualitas layanan yang

diberikan oleh DJKN serta masukan-masukan dalam rangka penyempurnaan layanan oleh

DJKN.

3. Pengumpulan data sekunder untuk memperkaya informasi yang disajikan di laporan ini yang

bersumber dari kantor Pusat DJKN, diantaranya terkait komposisi pegawai, maupun

(9)

7

BAB II

-- PROFIL KANWIL DJKN

VISI DAN MISI DJKN

Visi DJKN adalah Menjadi pengelola kekayaan negara yang profesional dan akuntabel untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat . Adapun misi DJKN adalah:

1. Mewujudkan optimalisasi penerimaan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas pengelolaan

kekayaan negara;

2. Mengamankan kekayaan negara secara fisik, administrasi, dan hukum;

3. Meningkatkan tata kelola dan nilai tambah pengelolaan investasi pemerintah;

4. Mewujudkan nilai kekayaan negara yang wajar dan dapat dijadikan acuan dalam berbagai

keperluan;

5. Melaksanakan pengurusan piutang negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel;

6. Mewujudkan lelang yang efisien, transparan, akuntabel, adil, dan kompetitif sebagai

instrumen jual beli yang mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat.

TUGAS DAN FUNGSI DJKN

Untuk mewujudkan visi dan mendukung misi DJKN, kanwil DJKN memiliki tugas melaksanakan

koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan pelaksanaan tugas di bidang kekayaan

negara, piutang negara, dan lelang. Adapun fungsi Kanwil DJKN adalah sebagai berikut :

1. Pemberian bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan di bidang kekayaan

negara;

2. Pemberian bimbingan teknis, supervisi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan di bidang

penilaian;

3. Pemberian bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

pengurusan piutang negara;

4. Pemberian bahan pertimbangan atas usul penghapusan, keringanan hutang, pencegahan,

paksa badan atau penyelesaian piutang negara;

5. Pemberian bimbingan teknis pengelolaan barang jaminan dan pemeriksaan harta kekayaan

atau barang jaminan yang tidak diketemukan milik penanggung hutang atau penjamin

hutang;

6. Pemberian bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan, evaluasi, dan verifikasi lelang

(10)

8

7. Pemberian pelayanan bantuan hukum di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara

dan lelang;

8. Pemberian bimbingan teknis pemantauan, evaluasi, dan pelaksanaan pelayanan informasi

serta pelaksanaan verifikasi pengurusan piutang negara dan lelang;

9. Pembinaan terhadap Penilai, Usaha Jasa Lelang, dan Profesi Pejabat Lelang;

10.Pelaksanaan dan pengawasan teknis pengelolaan kekayaan negara, penilaian, pengurusan

piutang negara dan lelang;

11.Pelaksanaan penilaian dan pengurusan piutang negara;

12.Pelaksanaan administrasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

INDIKATOR DAN TARGET KINERJA BERDASARKAN RENJA

Berdasarkan dokumen Renja 2012 dan Renja 2013, Kanwil DJKN memiliki kegiatan Pengelolaan

Kekayaan Negara, Penyelesaian Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang di Wilayah

Kerja Kanwil DJKN dengan indikator dan target kinerja pada tahun 2012 dan 2013 sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Target 2012 Target 2013

1. Nilai kekayaan negara yang diutilisasi 88,63 M 101,45 M

2. Persentase persetujuan/penolakan permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu

80% 85%

3. Persentase penyelesaian permohonan penilaian aset 100% 100%

4. Jumlah biaya administrasi pengurusan piutang negara dan bea lelang

a. Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara 44,65 M 58,5 M

b. Bea Lelang 51,37 M 55,99 M

5. Jumlah Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS) dan Pokok Lelang

a. PNDS 990 M 1300 M

b. Pokok Lelang 3,67 T 4 T

6. Jumlah PSBDT dalam satuan BKPN 25.000 BKPN 45.000 BKPN

LAYANAN UNGGULAN

Melalui KMK Nomor 187/KN/2007 tentang SOP Layanan Unggulan Kementerian Keuangan,

ditetapkan bahwa DJKN memiliki 13 layanan unggulan, yang didefinisikan sebagai layanan

yang terukur dan pasti dalam waktu penyelesaian, persyaratan administrasi yang harus

dipenuhi, dan biaya yang harus dikeluarkan. Adapun layanan unggulan di DJKN terdiri dari 2

(11)

9

dilaksanakan oleh Kanwil DJKN, dan 8 layanan unggulan yang dilaksanakan oleh KPKNL.

Berikut ini adalah jenis-jenis layanan unggulan di DJKN dan target waktu penyelesaiannya.

NO JENIS LAYANAN UNGGULAN STANDAR WAKTU

PENYELESAIAN

1 Layanan Unggulan yang dilaksanakan oleh Kantor Pusat DJKN

1) Penetapan status penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan; 7 hari kerja 2) Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan. 9 hari kerja

2 Layanan Unggulan yang dilaksanakan oleh Kanwil DJKN

1) Penetapan status penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan; 6 hari kerja 2) Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan; 8 hari kerja

3) Pelayanan permohonan keringanan utang. 25 hari kerja

3 Layanan Unggulan yang dilaksanakan oleh KPKNL

1) Penetapan status penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan; 5 hari kerja 2) Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan; 7 hari kerja

3) Pelayanan permohonan keringanan utang; 15 hari kerja

4) Pelayanan permohonan penarikan pengurusan piutang negara; 3 hari kerja 5) Penerbitan surat pernyataan piutang negara lunas/selesai; 1 hari kerja

6) Penyetoran hasil bersih kepada penjual; 3 hari kerja

7) Pelayanan permohonan penebusan barang jaminan senilai/di atas nilai pengikatan;

4 hari kerja

8) Pelayanan pelaksanaan lelang.

- Lelang eksekusi barang tidak bergerak atau barang bergerak yang dijual bersama-sama dengan barang tidak bergerak;

34 hari kerja

- Lelang eksekusi barang bergerak; 10 hari kerja

- Lelang non eksekusi barang tidak bergerak; 11 hari kerja

- Lelang non eksekusi barang bergerak. 9 hari kerja

WILAYAH KERJA KANWIL DJKN

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, diatur mengenai lokasi dan

wilayah kerja Kanwil DJKN, yakni sebagai berikut :

NO NAMA WILAYAH KERJA

1. Kanwil DJKN Aceh Prov. Aceh

2. Kanwil DJKN Sumatera Utara Prov. Sumatera utara

3. Kanwil DJKN Riau, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau 1. Prov. Riau

(12)

10 4. Kanwil DJKN Sumatera Selatan, Jambi, dan Bangka

Belitung

1. Prov. Sumatera Selatan 2. Prov. Jambi

3. Prov. Bangka Belitung

5. Kanwil DJKN Lampung dan Bengkulu 1. Prov. Lampung

2. Prov. Bengkulu

6. Kanwil DJKN Banten Prov. Banten

7. Kanwil DJKN Jawa Barat Prov. Jawa Barat

8. Kanwil DJKN DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta

9. Kanwil DJKN Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta 1. Prov. Jawa Tengah

2. Prov. D.I. Yogyakarta

10. Kanwil DJKN Jawa Timur Prov. Jawa Timur

11. Kanwil DJKN Kalimantan Barat Prov. Kalimantan Barat

12. Kanwil DJKN Kalimantan Selatan dan Tengah 1. Prov. Kalimantan Tengah

2. Prov. Kalimantan Selatan

13. Kanwil DJKN Kalimantan Timur Prov. Kalimantan Timur

14. Kanwil DJKN Bali dan Nusa Tenggara 1. Prov. Bali

2. Prov. NTB

3. Prov. NTT

15. Kanwil DJKN Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat 1. Prov. Sulawesi Selatan 2. Prov Sulawesi Tenggara 3. Prov Sulawesi Barat 16. Kanwil DJKN Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan

Maluku Utara

1. Prov. Sulawesi Utara 2. Prov. Sulawesi tengah 3. Prov. Gorontalo 4. Prov. Maluku Utara

17. Kanwil DJKN Papua dan Maluku 1. Prov. Maluku

2. Prov Papua

3. Prov. Papua Barat

(13)

11

BAB III

-- POKOK-POKOK PELAKSANAAN KEGIATAN --

KONDISI SDM, REALISASI ANGGARAN, CAPAIAN KINERJA DAN LAYANAN

UNGGULAN

1. KOMPOSISI SDM

Komposisi SDM, khususnya pada Kanwil DJKN dan KPKNL perlu dipetakan dengan jelas

karena kuantitas dan kualitas SDM yang baik akan menunjang pelayanan kepada pengguna

layanan selain kelengkapan sarana dan prasarana, IT, serta sistem dan prosedur. Pemetaan

SDM dilakukan dengan melihat komposisi SDM, khususnya terkait jenjang pendidikan,

jenjang golongan, dan penugasan masing-masing SDM. Berikut ini disajikan tabel data

pegawai terkait jenjang pendidikan dan golongan untuk Kanwil DJKN dan KPKNL yang

menjadi daerah tujuan pelaksanaan kegiatan ini :

NO KANWIL/KPKNL PENDIDIKAN GOLONGAN

SD SMP SMA D1 D3 D4/S1 S2 S3 I II III IV

2. Pematang Siantar 3. Kisaran

4.Padang Sidempuan 1

4.Pangkal Pinang

(14)
(15)

13 Gorontalo, dan Maluku Utara

Sumber : Bag. Kepegawaian DJKN

Pada Kanwil DJKN dan KPKNL terdapat jabatan fungsional teknis yang mencerminkan tugas

dan fungsi pada Kanwil DJKN dan KPKNL. Adapun jabatan fungsional teknis tersebut terdiri

dari Pejabat Lelang, Juru Sita, Penilai, dan Pemeriksa Piutang. Berikut ini disajikan tabel

komposisi jabatan fungsional teknis pada Kanwil DJKN dan KPKNL.

NO KANWIL JUMLAH

PEGAWAI

JABATAN FUNGSIONAL TEKNIS

Pejabat

Lelang

Juru Sita Penilai Pemeriksa

Piutang

2. Pematang Sianta 3. Kisaran

4. Padang Sidempuan

36

4. Pangkal Pinang

(16)

14 4. Kanwil DJKN Lampung dan

Bengkulu

44 7 6 13 2

(17)

15

11. Kanwil DJKN Kalimantan Timur 42 6 6 17 1

1. KPKNL Balikpapan 2. KPKNL Samarinda 3. KPKNL Tarakan 4. KPKNL Bontang

26

Gorontalo, dan Maluku Utara

45 4 5 15 3

Sumber : Bag. Kepegawaian, DJKN

Dari tabel di atas dan berdasarkan hasil FGD, diperoleh informasi bahwa terdapat Kanwil

DJKN dan KPKNL yang masih kekurangan SDM untuk melaksanakan tugas dan fungsi pada

Kanwil DJKN/KPKNL. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan beban kerja pada

Kanwil DJKN/KPKNL, antara lain pada kegiatan :

a) Penatausahaan dan pengelolaan BMN.

b) Penilaian BMN dalam rangka mendukung pengelolaan BMN dan penilaian BMN sebagai

dalam rangka tindak lanjut temuan BPK.

c) Persiapan pengembalian Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN) kepada BUMN sebagai

tindak lanjut dari putusan Mahkamah Konstitusi Nomor MK.77/PUU-IX/2012.

d) Penerapan security paper Risalah Lelang dan penyederhanaan pelaporan lelang.

e) Pengelolaan kinerja, pengelolaan manajemen risiko, penerapan pengendalian intern

dan program reformasi birokrasi;

f) Penanganan perkara, kegiatan kehumasan serta dukungan penggunaan informasi dan

teknologi.

Atas kondisi tersebut dan mempertimbangkan luasnya wilayah kerja pada masing-masing

Kanwil DJKN dan KPKNL, perlu dipertimbangkan untuk menambah jumlah pegawai pada

Kanwil DJKN maupun KPKNL yang masih terdapat kekurangan SDM.

Namun demikian, apabila melihat capaian kinerja pada masing-masing Kanwil yang

(18)

16

tidak berpengaruh signifikan pada capaian kinerja. Strategi yang dilakukan Kanwil DJKN/

KPKNL untuk menyiasati kekurangan SDM antara lain:

a. mengadakan kegiatan sharing knowledge yang disampaikan oleh pejabat/pegawai yang

telah mengikuti pelatihan/workshop untuk peningkatan kualitas semua pegawai

b. kekurangan pegawai pada suatu seksi dibantu oleh pegawai pada seksi lain melalui

perangkapan jabatan sebagai pejabat lelang, penilai, dan juru sita.

2. REALISASI ANGGARAN

Selain kondisi SDM, hal lain yang berpengaruh pada pencapaian kinerja adalah faktor

anggaran karena untuk mengimplementasikan rencana kerja yang telah disusun

membutuhkan dukungan anggaran yang dialokasikan dalam DIPA masing-masing satker.

Mengingat monev ini dilaksanakan pada periode akhir triwulan III 2013 dan untuk

memberikan data pembanding yang relevan, maka data yang disajikan adalah data terkait

realisasi anggaran untuk tahun 2012 dan 2013 sampai dengan akhir triwulan III. Berikut ini

ditampilkan tabel perbandingan pagu dan realisasi anggaran untuk tahun anggaran 2012

dan 2013 pada Kanwil DJKN.

(dalam ribuan rupiah)

NO KANWIL 2012 2013

PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %

1. Aceh 4.779.077 3.297.700 68.99 5.266.536 3.381.933 64.2

2. Sumatera Utara 7.047.738 4.169.732 59.16 7.605.120 4.718.095 62.0

3. Sumsel, Jambi, Babel 5.449.787 3.675.906 67.45 8.219.894 4.654.748 56.6 4. Lampung dan Bengkulu 5.734.757 5.644.700 62.12 8.333.532 4.077.435 48.9

5. Banten 7.202.924 4.424.727 61.43 7.155.537 4.375.789 61.2

6. Jawa Barat 7.102.086 4.663.813 65.67 7.610.997 4.831.485 63.5

7. Jateng dan DIY 6.695.827 4.708.926 70.33 7.558.202 4.705.360 62.3

8. Jawa Timur 7.440.287 5.296.489 71.19 8.987.876 4.868.504 54.2

9. Kalimantan Barat 5.088.652 3.352.731 65.89 5.172.882 3.735.414 72.2 10. Kalimantan Tengah 4.427.338 2.808.448 63.43 4.878.871 3.082.546 63.2 11. Kalimantan Timur 12.408.648 4.173.489 33.63 23.908.431 6.890.384 28.8 12. Sulsel, Tenggara dan

Barat

6.295.039 4.247.934 67.87 7.693.985 5.583.230 72.9

13. Sulut, Tengah, Gorontalo, dan Malut

5.362.584 3.810.726 71.06 6.567.477 4.019.627 61.2

sumber : Bag. Aklap, Biro Perencanaan dan Keuangan

Berdasarkan hasil diskusi yang dilaksanakan dengan Kanwil DJKN, terdapat

kendala/permasalahan perencanaan dan penyerapan anggaran antara lain:

1) pengalokasian anggaran yang terkadang belum sesuai dengan kebutuhan satker

(19)

17

adanya kegiatan baru pada tahun berjalan yang belum dianggarkan atau terdapat

pembatalan kegiatan yang telah dianggarkan.

2) Adanya penentuan kode akun mengakibatkan satker tidak bisa segera mengeksekusi

anggaran yang ada.

3) Pelaksanaan belanja modal pada Kementerian/Lembaga untuk kegiatan

pembangunan/perawatan gedung prosesnya harus mendapatkan pengesahan dari

Kementerian Pekerjaan Umum. Untuk mendapatkan pengesahan tersebut memerlukan

waktu yang lama.

4) Terdapat kegiatan pengadaan yang dilaksanakan dengan cara lelang harus dilakukan

lelang ulang karena adanya beberapa kendala dalam proses lelang.

5) Ada beberapa kegiatan yang pelaksanaannya tidak sesuai dengan perencanaan di awal

sehingga berpengaruh pada penyerapan anggaran maupun kegiatan pengadaan yang

baru dapat dilaksanakan setelah suatu kegiatan.

6) Terdapat Kanwil dan KPKNL yang masih kekurangan atau tidak memiliki pegawai yang

bersertifikat untuk ditetapkan sebagai pejabat pengadaan dan pejabat pembuat

komitmen.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk perbaikan, secara umum hampir sama pada setiap

Kanwil/KPKNL, diantaranya perbaikan kualitas perencanaan dan penganggaran,

peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan keuangan, pelaksanaan kegiatan sesuai

jadwal yang direncanakan, revisi anggaran sesuai kebutuhan dan kondisi yang dihadapi, dan

meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Kanwil DJPB, KPPN, maupun

Kantor Pusat DJKN dan Biro Perencanaan dan Keuangan.

3. REALISASI KINERJA

Berdasarkan hasil evaluasi atas indikator kinerja Renja 2012 dan Renja 2013 pada kegiatan

Kanwil DJKN dan KPKNL, secara umum dapat disampaikan bahwa indikator kinerja Renja

tahun 2012 sama dengan indikator kinerja Renja tahun 2013. Perbedaannya terdapat pada

penetapan target yang meningkat sehingga dapat mendorong peningkatan kualitas kinerja

dari Kanwil DJKN. Target yang ditetapkan mengacu pada target dan realisasi kinerja periode

sebelumnya serta potensi periode selanjutnya Adapun perbandingan indikator dan target

(20)

18

No Indikator Kinerja Target 2012 Target 2013

1. Nilai kekayaan negara yang diutilisasi 88,63 M 101,45 M

2. Persentase persetujuan/penolakan permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu

80% 85%

3. Persentase penyelesaian permohonan penilaian aset 100% 100%

4. Jumlah biaya administrasi pengurusan piutang negara dan bea lelang

c. Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara 44,65 M 58,5 M

d. Bea Lelang 51,37 M 55,99 M

5. Jumlah Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS) dan Pokok Lelang

c. PNDS 990 M 1300 M

d. Pokok Lelang 3,67 T 4 T

6. Jumlah PSBDT dalam satuan BKPN 25.000 BKPN 45.000 BKPN

Selanjutnya, dapat disampaikan bahwa dalam laporan ini perbandingan kinerja pada Kanwil

yang menjadi tujuan kegiatan monev diambil dari nilai persentase realisasi terhadap target

yang telah ditetapkan pada tiap-tiap satker.

a. Nilai Kekayaan Yang Diutilisasi

Utilisasi kekayaan negara merupakan optimalisasi pendayagunaan kekayaan negara

melalui pemanfaatan, penetapan status penggunaan, tukar-menukar, penyertaan modal

pemerintah, hibah, dan penyampaian daftar nominasi aset dalam rangka penerbitan

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Tujuan dari utilisasi kekayaan negara adalah (i)

meningkatkan pembiayaan dalam negeri, (ii) meningkatkan penerimaan melalui hasil

pengelolaan aset; (iii) upaya penghematan Belanja Modal dan Belanja Barang

(Pemeliharaan) BMN. Grafik III.1 menyajikan data perbandingan nilai kekayaan negara

yang diutilisasi untuk tahun 2012 dan 2013 pada Kanwil DJKN. Pada tahun 2012, seluruh

Kanwil dapat melampaui target yang ditetapkan, bahkan pada beberapa Kanwil

capaiannya melebihi 500%, misalnya Kanwil Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan

Maluku Utara (3256,45%), Kanwil Kalimantan Barat (995%), Kanwil Jawa Barat

(982,36%), dan kanwil Sumatera Utara (678,72%). Kondisi tersebut terjadi karena (1)

indikator tersebut baru mulai pada tahun 2011 sehingga belum dapat dipetakan

potensinya (2) adanya peningkatan permohonan pengelolaan BMN dari satker.

Berkenaan dengan kondisi tersebut, pada tahun 2013, target nilai utilisasi kekayaan

negara pada seluruh Kanwil DJKN dinaikkan dengan mengacu pada realisasi kinerja

tahun 2012 dan estimasi nilai utilisasi kekayaan negara tahun 2013. Peningkatan target

(21)

19

masing-masing Kanwil DJKN apabila dibandingkan dengan target tahun 2012. Namun

demikian hampir seluruh Kanwil DJKN telah mampu memenuhi target 2013 yang

ditetapkan (persentase melebihi 100%).

Dalam pencapaian target indikator utilisasi kekayaan negara, terdapat kendala yang

secara umum dapat dijumpai pada beberapa Kanwil DJKN, diantaranya tingkat

pemahaman satker dalam proses penatausahaah dan pengelolaan BMN yang belum

merata, berkas permohonan pengelolaan kekayaan negara kurang lengkap pada saat

berkas disampaikan pertama kali ke Pengelola B arang dan masih terdapat BMN yang

belum bersertifikat sehingga menghambat proses Penetapan Status Penggunaan (PSP).

Hambatan lain yakni belum semua K/L memiliki SK Pelimpahan Wewenang kepada unit

vertikal dibawahnya dalam proses pengajuan permohonan pengelolaan BMN sehingga

proses penetapan status BMN memakan waktu yang cukup lama . Untuk menghadapi

kendala tersebut telah dilakukan beberapa upaya antara lain sosialisasi dan bimbingan

teknis mengenai penatausahaan dan pengelolaan BMN sesuai ketentuan yang berlaku,

koordinasi kepada satker agar segera mengajukan permohonan pengelolaan penetapan

status BMN serta melakukan penggalian potensi untuk mengidentifikasi BMN yang

(22)

20

b. Persetujuan/Penolakan Permohonan Pengelolaan Kekayaan Negara Tepat Waktu

Berdasarkan Grafik III.2 di atas, terlihat bahwa pada tahun 2012 seluruh Kanwil DJKN

telah melampaui target yang ditetapkan. Rata-rata realisasi target sebesar 100 – 120 persen. Adapun Kanwil DJKN yang mencapai target tertinggi sebesar 120 persen adalah

Kanwil DJKN Sulawesi Selatan Tenggara Barat; Kanwil DJKN Sumatera Selatan, Jambi,

Bangka Belitung; Kanwil DJKN Jawa Timur. Sedangkan untuk Tahun 2013, realisasi

target tertinggi dicapai oleh Kanwil DJKN Bandar Lampung dan Bengkulu sebesar 188,33

persen. Meningkatnya realisasi yang cukup tajam pada tahun 2013 dibandingkan pada

tahun 2012 pada Kanwil Bandar Lampung dan Bengkulu dipacu oleh banyaknya jumlah

permohonan dari satker-satker di tahun 2013.

Tercapainya target yang ditetapkan di seluruh Kanwil DJKN selama dua tahun

berturut-turut menunjukkan kemampuan satker dalam melaksanakan pengelolaan BMN sesuai

dengan SOP yang terdapat pada KMK Nomor 187/KMK.01/2010 tentang Standar

Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan Kementerian

Keuangan. Dalam melaksanakan proses layanan ini, Kanwil DJKN seringkali juga

mengalami hambatan diantaranya adalah pengajuan permohonan yang tidak disertai

dokumen pendukung yang lengkap yang mengakibatkan usulan tersebut tidak dapat

segera diproses. Untuk mengatasi hal tersebut, upaya yang dilakukan oleh Kanwil DJKN

dan adalah dengan melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis secara aktif

(23)

21

c. Persentase penyelesaian permohonan penilaian aset

Indikator Kinerja ketiga adalah Persentase penyelesaian permohonanPenilaian Aset.

Target yang harus dicapai pada tahun 2012 dan tahun 2013 adalah 100 persen. Grafik III.3

menggambarkan persentase capaian kinerja persentase persetujuan/penolakan

penilaian aset. Pada tahun 2012, terlihat bahwa seluruh kanwil DJKN mampu mencapai

terget yang ditetapkan. Adapun capaian realisasi target tertinggi ada pada Kanwil DJKN

Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara; Kanwil DJKN Sumsel, Jambi, dan Babel; Kanwil

DJKN Jawa Timur; dan Kanwil DJKN Kalimantan Barat dengan capaian masing-masing

sebesar 120%.

Pada tahun 2013, sampai dengan triwulan III, dapat dilihat bahwa capaian pada seluruh

Kanwil DJKN telah melampaui 100%. Adapun Kanwil DJKN yang memiliki capaian

tertinggi adalah Kanwil DJKN Sumsel, Jambi dan Babel (120%) dan terendah adalah

Kanwil DJKN Kalimantan Barat (100%). Sehubungan dengan hal tersebut untuk

tahun-tahun yang akan datang diharapkan seluruh satker mampu untuk meningkatkan capaian

yang telah diperoleh pelaksanaan penilaian dan penyusunan laporan sesuai standar

penilaian dan melakukan quality assurance atas hasil penilaian.

Secara umum kendala yang dihadapi dalam pencapaian kinerja adalah tidak lengkapnya

dokumen saat mengajukan permohonan penilaian, kemampuan penilai yang kurang

memadai dalam rangka melakukan penilaian terhadap objek BMN atau keterbatasan

(24)

22

d. Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara (Biad PPN)

Indikator Kinerja keempat adalah Biad PPN. Adapun pencapaian realisasi Biad PPN

berasal dari angsuran dan pelunasan hutang, penebusan dan pencairan barang jaminan,

serta restrukturisasi hutang melalui penarikan Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN).

Secara nasional, terget Biad PPN pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan

target pada tahun 2012. Penurunan ini dipicu terbitnyaPutusan Mahkamah Konstitusi

(MK) Nomor MK.77/PUU-IX/2012 yang berdampak langsung terhadap proses

pengurusan piutang negara yang dilakukan oleh DJKN/PUPN. Berdasarkan putusan

tersebut PUPN tidak lagi berhak untuk mengurus piutang yang berasal dari

BUMN/BUMD.

Berdasarkan Grafik III.4, pada tahun 2012 satker yang mencapai realisasi target paling

rendah sesuai dengan target yang telah ditetapkan adalah Kanwil DJKN Kalimantan

Timur sebesar 33,45. Untuk Kanwil DJKN yang mencapai target tertinggi dicapai oleh

Kanwil DJKN Banten dengan capaian kinerja sebesar 279,27 persen.

Pada Tahun 2013 realisasi target tertinggi dicapai oleh Kanwil DJKN Banten dengan

capaian kinerja sebesar 161,63 persen. Adapun satker yang masih berada dibawah target

yang ditetapkan adalah Kanwil DJKN Sumatera Utara dan Kanwil DJKN Aceh.

(25)

23

e. Bea Lelang

Indikator kelima adalah Bea lelang yang pada umumnya diperoleh dari pelaksanaan

lelang eksekusi maupun non eksekusi yang dilaksanakan Pejabat Lelang I dan Pejabat

Lelang II. Berdasarkan grafik III.5, dapat dilihat pada tahun 2012 seluruh Kanwil DJKN

dapat melampaui terget yag ditetapkan dengan capaian tertinggi pada Kanwil DJKN

Kalimantan Barat (1169,4%). Tingginya capaian kinerja tersebut salah satunya

disebabkan karena adanya booming lelang pada beberapa wilayah, melonjaknya

frekuensi lelang, maupun optimalisasi penawaran lelang sehingga menghasilkan nilai

jual objek lelang yang optimal.

Sehubungan dengan kondisi tersebut, pada tahun 2013, secara umum target bea lelang

pada seluruh Kanwil DJKN dinaikkan. Pada grafik III.5 dapat dilihat bahwa secara umum

persentase capaian kinerja dari masing-masing Kanwil untuk tahun 2013 lebih rendah

dari capaian tahun 2012, namun apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan,

dapat dilihat juga bahwa capaian kinerja pada sebagian besar Kanwil DJKN telah

terpenuhi dengan capaian kinerja tertinggi pada Kanwil DJKN Bandar Lampung dan

Bengkulu (160,98%), adapun yang terendah adalah Kanwil DJKN Sulawesi Utara,

Tenggara, Gorontalo, dan Maluku Utara (53,09%). Kondisi tersebut diantaranya

disebabkan karena menurunnya frekuensi lelang khususnya pada lelang non eksekusi

sukarela, yang berpengaruh pada pencapaian bea lelang.

Untuk meningkatkan penerimaan dari bea lelang, strategi yang dilakukan oleh Kanwil

DJKN adalah melakukan penggalian potensi lelang kepada Pemerintah Daerah terutama

(26)

24

stakeholders, dan meningkatkan koordinasi dengan aparat hukum (KPK, Kejaksaan, dan

Kepolisian) untuk mengoptimalkan pendapatan lelang atas barang sitaan.

f. Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS)

Grafik III.6 menggambarkan Indikator kinerja Persentase Piutang Negara Yang Dapat

Diselesaikan. PNDS diperoleh dari pelaksanaan eksekusi pengurusan piutang negara

(penjualan barang jaminan) maupun pelaksanaan non eksekusi pengurusan piutang

negara (angsuran/pelunasan hutang, restrukturisasi hutang, penebusan maupun

pencairan barang jaminan). Pada Tahun 2012, satker yang mencapai target paling

rendah sesuai dengan target yang telah ditetapkan adalah Kanwil DJKN Kalimantan

Timur sebesar 34,87 persen dan yang tertinggi adalah Kanwil DJKN Sulsel, Tenggara,

dan Barat sebesar 184.47 persen. Beberapa satker lainnya seperti Kanwil DJKN

Kalimantan barat dan Kanwil DJKN Jawa Barat tidak mencapai target 100 persen. Tidak

tercapainya target PNDS akibat terbitnya Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor

MK.77/PUU-IX/2012 dimana putusan tersebut berdampak langsung terhadap proses

pengurusan piutang negara yang dilakukan oleh DJKN/PUPN.

Sehubungan dengan kondisi tersebut target untuk tahun 2013 diturunkan mengingat

potensi PNDS hanya bersumber dari outstanding Instansi Pemerintah saja. Adapun

sampai dengan bulan Oktober 2013, sebagian besar Kanwil DJKN telah mencapai target

100 persen. Berdasarkan grafik III.6, Kanwil DJKN Kalimantan Barat memiliki capaian

kinerja tertinggi (169,03) persen dan Kanwil DJKN yang menduduki peringkat terendah

(27)

25

g. Pokok Lelang

Indikator selanjutnya adalah Pokok Lelang. Pokok lelang adalah harga lelang yang

belum termasuk Bea Lelang Pembeli dalam lelang yang diselenggarakan dengan

penawaran harga secara eksklusif atau harga lelang dikurangi Bea Lelang Pembeli dalam

lelang yang diselenggarakan dengan penawaran harga secara inklusif. Dari grafik III.7

dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, seluruh Kanwil telah dapat mencapai target,

dimana capaian tertinggi dicapai oleh Kanwil DJKN Sumsel, Jambi dan Babel dan Kanwil

Kalimantan Barat dengan capaian lebih dari 400%. Tingginya capaian kinerja tersebut

diantaranya karena adanya booming lelang pada beberapa wilayah, melonjaknya

frekuensi lelang, maupun maupun optimalisasi penawaran lelang sehingga

menghasilkan nilai jual objek lelang yang tinggi.

Pada tahun 2013, target penerimaan dari pokok lelang untuk seluruh Kanwil DJKN

disesuaikan. Sampai dengan triwulan III tahun 2013, baru sebagian Kanwil yang telah

mencapai target diantaranya Kanwil Sulsel, Barat dan Tenggara dan Kanwil Kalimantan

Barat. Adapun beberapa Kanwil DJKN yang masih belum mencapai target adalah kanwil

DJKN Sulut, Tenggara, Gorontalo, dan Maluku Utara serta Kanwil DJKN Kalimantan

Timur. Adapun kendala yang dihadapi diantaranya adalah pelaksanaan lelang sering

Tidak Ada Peminat (TAP) oleh karena harganya yang terlalu tinggi atau obyek lelang

kurang marketable, banyaknya peserta lelang yang menyetorkan uang jaminan lelang

dan tidak melakukan penawaran, dan adanya pelaksanaan lelang dimohon untuk

dibatalkan oleh pemohon lelang oleh karena debitur telah melakukan upaya-upaya

(28)

26

Atas kendala-kendala tersebut, telah dilakukan beberapa langkah perbaikan diantaranya

mengusulkan kepada pemohon lelang agar lebih meningkatkan pemasaran terhadap

jaminan-jaminan yang belum laku terjual, memaksimalkan pemungutan bea lelang

batal kepada pemohon lelang, meningkatkan penggalian potensi, dan meningkatkan

sosialisasi pada stakeholders.

h. Jumlah Piutang Sementara tidak Dapat Ditagih (PSBDT) Dalam Satuan Berkas

Kasus Piutang Negara (BKPN)

Indikator Kinerja ketujuh adalah Jumlah PSBDT dalam satuan BKPN. Pada grafik III.8

dapat dilihat bahwa capaian kinerja ini cukup fluktuatif dimana pada tahun 2012 masih

terdapat Kanwil yang capaian kinerjanya tidak mencapai 100% seperti Kanwil DJKN

Banten dan Kanwil DJKN Jawa Timur, namun pada tahun 2013, satker-satker tersebut

sampai dengan akhir triwulan III telah dapat mencapai target yang dicanangkan. Berikut

ini disajikan grafik yang berisi perbandingan capaian indikator Jumlah PSBDT dalam

satuan BKPN untuk tahun 2012 dan 2013.

4. PELAKSANAAN LAYANAN UNGGULAN PADA KANWIL DJKN

Dalam KMK Nomor 187/KN/2007 tentang SOP Layanan Unggulan Kementerian Keuangan,

ditetapkan bahwa DJKN memiliki 13 layanan unggulan, yang didefinisikan sebagai layanan

yang terukur dan pasti dalam waktu penyelesaian, persyaratan administrasi yang harus

dipenuhi, dan biaya yang harus dikeluarkan. Adapun pada Kanwil DJKN, ditetapkan 3

(29)

27

a) Penetapan status penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan dengan standar

waktu penyelesaian 6 hari kerja;

b) Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan standar

waktu penyelesaian 8 hari kerja; dan

c) Pelayanan permohonan keringanan utang dengan standar waktu penyelesaian 25 hari

kerja.

Berikut ini disajikan grafik capaian dari masing-masing layanan unggulan Kanwil DJKN untuk

Kanwil-Kanwil yang dikunjungi dalam kegiatan monev.

a) Penetapan status penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan

Layanan ini merupakan tata cara penetapan status penggunaan barang milik negara

berupa tanah dan/atau bangunan yang dimulai dengan pengguna barang mengajukan

usulan kepada Kepala Kanwil dan diakhiri dengan penerbitan Surat Keputusan

Penetapan Status BMN. Dalam melaksanakan layanan ini, K/L selaku penerima manfaat

dari layanan ini harus memenuhi persyaratan administrasi berupa surat permohonan

penetapan status, asli dokumen kepemilikan, dan surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 dan 2013 (s.d. bulan

September) seluruh Kanwil telah dapat memenuhi target waktu yang ditetapkan, yakni

menyelesaikan Penetapan Status Penggunaan BMN Berupa tanah dan/atau Bangunan

dalam waktu kurang dari 6 hari kerja. Pada tahun 2012 sebagian Kanwil dapat

menyelesaikan layanan unggulan ini dalam 5 hari kerja, bahkan Kanwil DJKN Lampung

dan Bengkulu dapat menyelesaikannya dalam waktu 3 hari kerja. Pada tahun 2013

(30)

28

layanan unggulan ini dimana Kanwil DJKN dapat menyelesaikan layanan ini dalam

waktu yang lebih cepat. Selanjutnya, dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan

akuntabiltas produk hukum yang dihasilkan, perlu dipertimbangkan untuk dilakukan

pemantauan internal (quality assurance) dengan memanfaatkan unit kepatuhan internal.

b) Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan standar

waktu penyelesaian 8 hari kerja

Layanan ini merupakan tata cara persetujuan/penolakan penjualan selain tanah

dan/atau bangunan yang diawali dengan pengajuan permohonan oleh Pengguna

Barang/Kuasa Pengguna Barang kepada Kepala Kanwil. Prosesnya dilakukan dengan

cara melakukan penelitian kelayakan alasan dan pertimbangan permohonan penjualan,

dan melakukan penelitian data administratif serta diakhiri dengan dikeluarkannya Surat

Persetujuan/penolakan Penjualan BMN Selain Tanah dan/atau Bangunan.

Berdasarkan grafik III.10, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 dan 2013 (s.d. bulan

September) seluruh Kanwil telah dapat memenuhi target waktu yang ditetapkan, yakni

menyelesaikan Persetujuan/Penolakan Penjualan BMN Selain Tanah dan/atau

Bangunan dalam waktu kurang dari 8 hari kerja. Pada Kanwil DJKN Aceh tidak terdapat

permohonan persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan

sehingga tidak dapat diukur kinerjanya atas layanan unggulan ini. Selanjutnya, dalam

rangka peningkatan kualitas pelayanan dan akuntabiltas produk hukum yang

dihasilkan, perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pemantauan internal (quality

(31)

29

c) Permohonan Keringan Piutang dengan target waktu penyelesaian 25 hari kerja

Layanan tersebut merupakan tata cara dalam pengajuan permohonan keringanan utang

dengan pokok kredit/hutang lebih dari Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), atau

pokok kredit/hutang dalam satuan mata uang asing yang setara. Penerima manfaat dari

layanan ini adalah debitur/penanggung hutang dan output dari layanan ini adalah surat

pemberiatahuan eprsetujuan/penolakan keringanan utang.

Berdasarkan grafik III.11, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 dan 2013 (s.d. bulan

September) permohonan keringanan piutang pada Kanwil DJKN sangat sedikit, bahkan

pada sebagian besar Kanwil DJKN tidak terdapat permohonan keringanan utang yang

diajukan. Pada tahun 2012 permohonan keringanan utang hanya diajukan di Kanwil

DJKN Jawa Tengah dan Kanwil DJKN Aceh, sedangkan pada tahun 2013 sampai dengan

bulan September belum ada kasus pengajuan keringanan utang yang diajukan. Atas

permohonan keringanan utang yang diajukan dapat dilihat bahwa Kanwil DJKN telah

dapat menyelesaikan layanan tersebut lebih cepat daripada target yang ditetapkan.

PERMASALAHAN DAN TANGGAPAN

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, dalam kegiatan ini dilaksanakan FGD dengan

mengundang stakeholders dari Kanwil DJKN maupun KPKNL termasuk para pengguna layanan

yang terdiri dari instansi Pemerintah dan instansi non-Pemerintah. Dalam FGD tersebut

pengguna layanan DJKN menyampaikan pendapat atas kualitas layanan yang diberikan oleh

DJKN dan permasalahan yang dihadapi maupun masukan-masukan dalam rangka peningkatan

kualitas layanan. Secara umum dapat disampaikan bahwa tingkat kepuasan pengguna layanan

(32)

30

demikian terdapat beberapa persoalan yang disampaikan oleh pengguna layanan terkait

pelayanan di bidang pengelolaan BMN, pelayanan lelang, maupun pengurusan piutang negara,

diantaranya sebagai berikut :

1. PERMASALAHAN DI BIDANG PENGELOLAAN BMN

a) Banyaknya BMN pada satker (misal : kendaraan bermotor dan tanah) yang tidak disertai

bukti kepemilikan yang lengkap, sehingga satker mengalami kesulitan dalam proses

pengelolaan, penetapan status, serta penghapusannya.

Penjelasan DJKN : Berdasarkan PP 6/2006 sebagaimana terakhir telah diubah dengan

PP 38/2012 serta peraturan turunannya, keberadaan bukti kepemilikan BMN pada satker

mutlak dalam hal satker akan mengurus penetapan status maupun penghapusan.

Mengingat kondisi tersebut dialami oleh banyak satker termasuk satker di lingkungan

Kementerian Keuangan, perlu dipikirkan suatu terobosan untuk menyelesaikan hal

tersebut, diantaranya satker yang mengajukan penetapan status/penghapusan

membuat surat pernyataan bahwa BMN milik satker yang berstatus free and clear dan

satker sedang mengurus surat bukti kepemilikan. Atas dasar pernyataan tersebut,

Kanwil DJKN/ KPKNL memproses penetapan status maupun penghapusannya. Hal lain

yang perlu dipertimbangkan adalah menyusun suatu peraturan teknis yang memberikan

dispensasi atas kondisi tersebut.

b) Proses penghapusan BMN memerlukan waktu yang cukup lama mengingat tahap-tahap

penghapusan dilaksanakan secara berjenjang dan satker mengalami kesulitan dalam

memantau perkembangannya.

Penjelasan DJKN : Berdasarkan PP 6/2006 sttdd PP 38/2012 serta peraturan turunannya,

proses penghapusan BMN diajukan oleh Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang

(apabila telah dimandatkan) kepada Pengelola Barang. Kondisi yang banyak terjadi

adalah Pengguna Barang pada masing-masing K/L belum menyusun pelimpahan

wewenang kepada Kuasa Pengguna Barang sehingga proses di internal masing-masing

K/L memerlukan waktu lama. Untuk mengatasi hal ini, DJKN menyarankan agar

masing-masing K/L, terutama untuk K/L yang memiliki jumlah satker yang banyak,

menyusun mekanisme pelimpahan wewenang kepada Kuasa Pengguna Barang untuk

mempercepat proses penetapan status atau penghapusan BMN pada satker.

c) Adanya kasus dimana terdapat BMN berupa gedung yang dimiliki oleh satker sementara

tanahnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang menyulitkan proses penetapan status

(33)

31

Penjelasan DJKN : Atas kondisi tersebut, disarankan agar satker dapat berkoordinasi

dengan Pemda agar Pemda dapat menyerahkan tanah tersebut kepada satker

pengguna sesuai dengan mekanisme yang berlaku berdasarkan PMK 96/2007.

d) Terdapat kendala dalam proses sertifikasi BMN sebagai bukti kepemilikan BMN pada

satker dimana dalam pengurusannya membutuhkan biaya, sedangkan biaya yang

dibutuhkan tersebut tidak teralokasikan dalam DIPA satker.

Penjelasan DJKN : Seharusnya sertifikasi BMN tidak lagi membutuhkan biaya karena

biayanya sudah disediakan dalam DIPA BPN. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh

DJKN dalam program sertifikasi BMN adalah penandatanganan MoU antara BPN

dengan Kementerian Keuangan di tingkat pusat, kanwil, dan kantor pelayanan dalam

rangka percepatan pelaksanaan sertifikasi BMN, penyampaian daftar BMN yang siap

untuk disertifikatkan kepada BPN dan pelaksanaan identifikasi BMN yang sudah dan

belum bersertifikat.

e) Dalam hal pemanfaatan aset secara sewa, timbul permasalahan dimana penetapan

harga sewa oleh KPKNL seringkali jauh lebih tinggi daripada kemampuan pemohon

sewa sehingga ada beberapa aset yang sebenarnya idle, namun tidak dapat disewakan

mengingat tingginya harga sewa yang ditetapkan

Penjelasan DJKN : Penetapan harga sewa dilaksanakan mengacu pada PMK 133/2012

dimana harga sewa ditetapkan dengan mengacu BMN sejenis yang ada di wilayah yang

sama (benchmarking) dan mengacu jenis usaha, periode dan bentuk kelembagaan status

calon mitra sewa. Dalam hal BMN yang akan disewakan tersebut tidak sepenuhnya

mempunyai unsur komersial (misal : kantin yang disewa oleh pihak luar namun

digunakan oleh pegawai), maka seharusnya harga sewanya berbeda dengan BMN yang

bersifat komersial (misal : auditorium yang disewa oleh non-pegawai).

f) Satker mengalami kesulitan dalam rangka penghapusan BMN karena adanya kewajiban

menyampaikan laporan pelaksanaan penghapusan 1 (satu) bulan sejak serah terima

dimana didalamnya termasuk risalah lelang.

Penjelasan DJKN : Pada PMK 96/2007 disebutkan bahwa Pengguna Barang wajib

menyampaikan laporan pelaksanaan penghapusan kepada Pengelola Barang dengan

dilampiri keputusan penghapusan, berita acara penghapusan, dan/atau bukti setor,

risalah lelang, dan dokumen lainnya, paling lambat 1 (satu) bulan setelah serah terima.

DJKN telah menyadari bahwa klausul tersebut menimbulkan kesulitan khususnya bagi

satker-satker yang letaknya jauh dari KPKNL mengingat proses lelang memakan waktu

(34)

32

perlu dikaji kemungkinan untuk menambah waktu penyampaian laporan pelaksanaan

penghapusan atau merubah syaratnya sehingga tidak diperlukan penyampaian risalah

lelang kepada Pengelola Barang.

2) PERMASALAHAN DI BIDANG PIUTANG NEGARA

a) Putusan MK Nomor 77/PUU-IX/2011 belum dapat ditindaklanjuti dengan peraturan

teknis terkait langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengembalian, dan

dokumen-dokumen yang diperlukan dalam proses pengembalian pengurusan piutang

BUMN/BUMD sehingga kanwil DJKN/KPKNL mengalami kesulitan dalam mengurus

piutang negara, khususnya yang berasal dari BUMN/BUMD.

Penjelasan DJKN : Saat ini DJKN sedang menyusun PMK terkait tata cara pengembalian

piutang negara dari BUMN/BUMD yang ditargetkan dapat diselesaikan pada akhir tahun

2013 sebagai respon atas Putusan MK Nomor 77/PUU-IX/2011.

3) PERMASALAHAN DI BIDANG LELANG

a) Dalam PMK 93/PMK.06/201o sttdd PMK 106/PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas PMK

93/PMK.06/201o Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang disebutkan bahwa tempat

pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja KPKNL. Hal tersebut dikhawatirkan dapat

menurunkan minat para peserta lelang dan pada prakteknya menyulitkan pemohon

lelang, terutama yang letaknya jauh dari lokasi KPKNL.

Penjelasan DJKN : Kewajiban pelaksanaan lelang dalam wilayah kerja KPKNL adalah

suatu bentuk standardisasi proses lelang dan untuk menjamin tertib administrasi proses

lelang mengingat dalam hal proses lelang dilaksanakan di luar wilayah KPKNL hal

tersebut akan menyulitkan proses lelang diantaranya cek fisik maupun proses

penyampaian penawaran. Kekhawatiran bahwa hal tersebut akan menurunkan minat

peserta lelang tidak terlalu reevan mengingat saat ini proses lelang dapat dilakukan

secara online (lelang melalui internet).

b) Adanya kendala yang dialami oleh peserta lelang dalam melaksanakan cek fisik objek

lelang dimana peserta lelang dapat melakukan cek fisik setelah terdaftar sebagai

peserta lelang. Dalam hal nilai limit lebih besar daripada nilai taksiran peserta lelang

maka peserta lelang harus mengajukan penawaran minimal sebesar nilai limit dan

apabila tidak dilakukan maka peserta lelang tersebut dapat dikenai blacklist.

Penjelasan DJKN : Dalam PMK 106/PMK.06/2013 diatur bahwa calon peserta lelang

yang tidak mengajukan penawaran setelah mendaftar akan dikenai blacklist tidak dapat

(35)

33

diberlakukan untuk lelang yang konvensional, sedangkan untuk lelang online kewajiban

calon peserta lelang untuk mengajukan penawaran sebesar nilai limit tidak berlaku. Hal

tersebut dilakukan bukan untuk membatasi peserta lelang, namun untuk menghindari

pihak-pihak tertentu yang ingin menguasai objek lelang dengan cara mengatur

pelaksanaan lelang.

c) Dalam pasal 36 PMK Nomor 106/PMK.06/2013 disebutkan bahwa penetapan nilai limit

pada lelang eksekusi berdasarkan pasal 6 UUHT yang nilai objek lelangnya di atas

Rp.300juta harus melampirkan hasil penilaian oleh penilai independen. Selain itu,

adanya ketentuan masa berlaku hasil penilaian oleh penilai selama enam bulan cukup

menyulitkan pemohon lelang karena belum tentu lelang tersebut dapat dilaksanakan

dalam 1 (satu) frekuensi atau dalam waktu 6 (enam) bulan.

Penjelasan DJKN : Munculnya klausul tersebut bertujuan untuk memberikan

perlindungan hukum dan kepastian kepada DJKN maupun pemenang lelang karena

sering terjadi pemilik barang menggugat DJKN terkait besaran nilai barang yang

akan/telah dilelang. Dengan menggunakan penilai independen maka kemungkinan

terjadinya gugatan tersebut akan dapat diminimalisir dan pada akhirnya memberikan

kepastian kepada pihak-pihak yang terlibat dalam lelang.

d) Dalam hal pelaksanaan lelang eksekusi, terdapat permasalahan dimana terkadang

pemenang lelang mengalami kesulitan untuk menguasai objek lelang karena objek

lelang tersebut masih dalam penguasaan pihak lain (tergugat lelang).

Penjelasan DJKN : Berdasarkan pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan, sebenarnya

sudah jelas bahwa dalam hal debitor cidera janji, hak tanggungan dapat dijual untuk

kemudian kreditur mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan ha tanggungan

tersebut. Yang menjadi permasalahan adalah terkadang hak tanggungan yang dilelang

masih dikuasai tergugat lelang sehingga pemenang lelang tidak bisa menguasai hak

tanggungan tersebut. Pengosongan hak tanggungan tersebut seharusnya menjadi

kewajiban Pengadilan Negeri namun hal tersebut belum dapat diimplementasikan

karena adanya ketentuan dari Mahkamah Agung bahwa pengosongan hak tanggungan

harus melalui putusan pengadilan, bukan secara otomatis dapat dilakukan setelah

selesainya proses lelang. Sehubungan dengan hal tersebut, kiranya perlu dilakukan

harmonisasi peraturan antara Kemenerian Keuangan c.q. DJKN dan Mahkamah Agung

(36)

34

BAB IV

-- KESIMPULAN DAN REKOMENDASI --

KESIMPULAN

Maksud dan tujuan utama dari Kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program

Pembangunan di Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara, Pengurusan Piutang Negara, dan

Pelayanan Lelang adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan RKP tahun 2012 dan

perkembangan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 khususnya pelaksanaan pelayanan atas

SOP Layanan Unggulan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Adapun

Layanan Unggulan pada Kanwil DJKN adalah 1) Penetapan status penggunaan BMN berupa

tanah dan/atau bangunan dengan target waktu penyelesaian 6 hari kerja; 2)

Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan target

waktu penyelesaian 8 hari kerja; dan 3) Pelayanan permohonan keringanan utang dengan

target waktu penyelesaian 25 hari kerja.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan unggulan pada Kanwil DJKN

dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini terbukti dengan pernyataan dari para stakeholders

dimana para stakeholders tersebut menyatakan kepuasan atas pelayanan yang diberikan

dan realisasi waktu pelayanan yang diberikan oleh masing-masing Kanwil DJKN yang tidak

melebihi target yang ditetapkan walaupun terdapat kendala-kendala di lapangan seperti

keterbatasan SDM. Mengingat target layanan unggulan pada Kanwil DJKN telah tercapai

pada sebagian besar Kanwil DJKN, perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas

layanan unggulan yang diberikan sebagai bentuk perbaikan yang berkelanjutan (continous

improvement), misalnya dengan optimalisasi unit kepatuhan internal pada Kanwil untuk

melakukan pemantauan dalam rangka penjaminan pelaksanaan proses bisnis dan

akuntabiltas atas produk hukum yang dihasilkan.

Berkaitan dengan pelaksanaan layanan unggulan, Kanwil DJKN maupun KPKNL juga

senantiasa melakukan edukasi/komunikasi kepada stakeholders, meliputi :

1. Pelaksanaan evaluasi pencapaian kinerja secara rutin;

2. Memberikan sosialisasi, bimbingan teknis, dan konsultasi di bidang pengelolaan

kekayaan negara, piutang negara, dan lelang;

3. Pelaksanaan edukasi, komunikasi dan kehumasan untuk menginformasikan tugas dan

fungsi DJKN dan perubahan kebijakan maupun peraturan-peraturan baru;

Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan meningkatkan keterbukaan informasi,

direkomendasikan kepada DJKN untk dapat menyampaikan janji layanan yang meliputi

(37)

35

dikeluarkan stakeholders (bila ada) secara lebih terbuka kepada stakeholders, misalnya

dengan menyampaikan hal tersebut melalui standing banner, leaflet, maupun website

Kanwil/ KPKNL.

Dari sisi SDM, dapat disimpulkan bahwa dengan mempertimbangkan tugas dan wilayah

kerja Kanwil DJKN dan KPKNL, jumlah SDM yang ada saat ini dirasakan oleh sebagian

Kanwil/KPKNL belum sesuai kebutuhan sehingga perlu ditambah, khususnya untuk tenaga

fungsional teknis. Namun demikian, upaya untuk meningkatkan kualitas SDM yang ada

melalui kegiatan-kegiatan workshop tetap perlu ditingkatkan. Dari sisi peningkatan kualitas

pelayanan yang diberikan, Kanwil/KPKNL juga terus berupaya untuk mengurangi terjadinya

KKN diantaranya dengan cara menanamkan dan menerapkan nilai-nilai Kementerian

Keuangan kepada seluruh pegawai dan penandatanganan Pakta Integritas oleh setiap

pegawai, serta optimalisasi unit kepatuhan internal.

Dalam hal pengalokasian dan pelaksanaan anggaran, permasalahan yang ditemukan relatif

sama dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi secara umum di lingkungan

Kementerian Keuangan, baik pada saat pengalokasian anggaran maupun pelaksanaan

anggaran. Langkah-langkah yang dilakukan untuk perbaikan diantaranya perbaikan kualitas

perencanaan dan penganggaran, peningkatan kualitas SDM pengelola keuangan,

pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal yang direncanakan, revisi anggaran sesuai kebutuhan

dan kondisi yang dihadapi, dan meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti

Kanwil DJPB, KPPN, maupun Kantor Pusat DJKN dan Biro Perencanaan dan Keuangan

REKOMENDASI

1) MASUKAN DALAM HAL PENGELOLAAN BMN

a) Dalam rangka kegiatan rekonsilisasi BMN antara KPKNL dan satker, dipandang perlu untuk

menambah jumlah pegawai dari KPKNL mengingat jumlah satker mitra kerja KPKNL yang

cukup banyak dalam satu wilayah kerja KPKNL.

b) Dalam rangka memudahkan proses rekonsiliasi keuangan dan aset dari satker-satker mitra

kerja DJKN dan DJPB, kegiatan rekon bersama antara DJKN dan DJPB yang sudah

dilaksanakan di beberapa wilayah perlu diintensifkan sehingga waktu yang dibutuhkan

dalam rangka pelaksanaan rekon dapat lebih cepat.

c) DJKN perlu menginisiasi penggunaan teknologi informasi dalam kegiatan rekonsiliasi BMN,

misalnya proses rekonsiliasi yang dapat dilakukan melalui penggunaan suatu aplikasi

(38)

36

kualitas IT pada Kementerian Keuangan maupun mitra kerja DJKN dan peningkatan

pemahaman mitra kerja KPKNL terkait proses dan ketentuan terkait rekonsiliasi BMN.

d) Dalam rangka pengurusan sertifikasi tanah milik satker ke BPN, diharapkan DJKN dapat

melakukan pendampingan mengingat penyelesaian sertifikasi tanah oleh BPN seringkali

memakan waktu yang cukup lama dan dilaksanakan tidak sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

e) Perlu pengkajian terhadap ketentuan yang berlaku, terutama PMK 96/PMK.06/2007 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan

Barang Milik Negara. Pengkajian tersebut diperlukan mengingat isi dari PMK tersebut

bersifat umum dan atas beberapa kondisi yang sering ditemui di lapangan belum dapat

diakomodasi dalam PMK tersebut.

2) MASUKAN DALAM HAL PIUTANG NEGARA

Sebagai respon atas terbitnya Putusan MK Nomor 77/PUU-IX/2011 yang substansinya kewajiban

bagi DJKN untuk mengembalikan pengurusan piutang negara yang berasal dari BUMN/BUMD

kepada penyerah piutang, DJKN telah menerbitkan PMK Nomor 168/PMK.06/2013 tentang Tata

Cara Pengembalian Pengurusan Piutang Yang Berasal Dari Penyerahan Badan Usaha Milik

Negara/BUMD dan Badan Usaha Yang Modalnya Sebagian Atau Seluruhnya Dimiliki Oleh

BUMN/BUMD. Selanjutnya DJKN perlu mensosialisasikan peraturan tersebut sehingga dapat

segera diimplementasikan secara penuh oleh Kanwil/KPKNL.

3) MASUKAN DALAM HAL LELANG

a) Mengingat wilayah kerja KPKNL yang cukup luas, dipandang perlu melaksanakan inovasi

untuk meningkatkan minat masyarakat mengikuti lelang diantaranya memasang iklan

lelang melalui media massa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan

lelang

b) Optimalisasi pelaksanaan lelang online/lelang tanpa kehadiran peserta dengan penawaran

melalui email yang diimbangi dengan dukungan IT, peraturan teknis dan SDM.

c) Jangka waktu dalam penerbitan surat penetapan jadwal lelang selama 1 hari kerja agar

ditinjau ulang. Hal tersebut untuk mengakomodir waktu penyelesaian verifikasi dokumen

persyaratan khususnya untuk permohonan lelang dengan dokumen yang sangat banyak

(39)

37

d) SOP pelaksanaan pelayanan lelang agar dapat dipecah-pecah per tahapan sehingga

pengguna jasa dapat merasakan penyelesaian output dari setiap tahapan pelayanan lelang

Gambar

Grafik III.6 menggambarkan Indikator kinerja Persentase Piutang Negara Yang Dapat

Referensi

Dokumen terkait

Luasnya penggunaan teknologi ini disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan mempergunakan teknik penyambungan ini menjadi lebih ringan dan proses pembuatannya juga

Miniature scoring box digunakan untuk mempermudah petugas pencatat nilai, Untuk mengaktifkannya, alat diberikan tegangan sebesar 5 volt, kemudian tegangan tersebut

negatif, maka kepemilikan saham terbesar mempunyai hubungan negatif dengan pemilihan auditor eksternal. Nilai signifikan yang berada dibawah 0,05 dan nilai wald test

Setelah mendapatkan pendugaan awal model ARIMA pada data jumlah pelanggan untuk sektor rumah tangga, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan penaksiran parameter dan

Dalam membangun kerjasama kelompok diperlukan, rasa saling percaya, keterbukaan atau transparansi, realisasi atau perwujudan diri dan saling ketergantungan.. Kata

La narración anónima de los dichos y la vida de Abol Hasan, Nur al-′olum, destaca que cuando Abu Sa′id estaba visitándole, la esposa importunaba constantemente a su

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi massa karbon sekam padi pada perlakuan blender, sonifikasi, dan blender+sonifikasi menggunakan blender

Kegiatan yang bisa dilakukan oleh perusahaan agar produk yang dihasilkan sukses dan diterima oleh konsumen antara lain dengan melakukan perencanaan penetapan harga