• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas PembangunanNasional “VETERAN” JawaTimur).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas PembangunanNasional “VETERAN” JawaTimur)."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

TITIS ARI ASMORO 0913010097/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J ur usan Akuntansi

Diajukan oleh :

TITIS ARI ASMORO 0913010097

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(3)

PERILAKU BELAJ AR TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi Univer sitas PembangunanNasional

“VETERAN” J awaTimur)

yang diajukan

TITIS ARI ASMORO 0913010097

telah diseminar kan dan disetujui untuk menyusun skripsi

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Sar i Andayani, M.Aks Tanggal :………….. NIP. 1966006141988031001

Mengetahui Kapr ogdi Akuntansi,

(4)

(Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi Univer sitas PembangunanNasional “VETERAN” J awaTimur)

yang diajukan

TITIS ARI ASMORO 0913010097

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Sar i Andayani, M.Aks Tanggal :………….. NIP. 1966006141988031001

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

(5)

Disusun Oleh : TITIS ARI ASMORO

0913010097/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur pada tanggal 31 Mei 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

Dra. Ec. Sar i Andayani, M.Aks Dra. Tituk Diah Widajantie,M.Aks

NIP. 1966006141988031001 NIP. 196701231993032001

Sekr etaris

Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks NIP. 1966006141988031001 Anggota

Dra. Er ry Andaniwati, M.Aks NIP. 195912231992032001 Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(6)

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “pengaruh kecerdasan emosional,

kecerdasan spiritual dan perilaku belajar terhadap stress kuliah pada mahasiswa akuntansi

(Studi kasus pada mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur) ”, guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana

ekonomi jurusan akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung baik

dalam bentuk dukungan, doa, maupun bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus

penulis dengan rasa hormat mengucapkan terima kasih kepada: .

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, Ak selaku ketua program studi akuntansi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks. Selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan mengarahkan penulis sehingga terselesaikannya

(7)

mahasiswa.

6. Kedua orang tua (bapak dan ibu) dan keluarga besar Asmoro tercinta, yang

senantiasa mendukung, memeotivasi dan mendoakan penulis sampai saat ini.

7. Leonardus Satria P yang telah mendukung, memotivasi dan membantu

memperlancar penyelesaian skripsi ini.

8. Mbak debby, Suci, mas slamet, kartiko, irma dan teman-teman di Akuntansi

serta di HMAK yang telah mendukung dan membantu memperlancar

penyelesaian skripsi ini.

Penulis sadar bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

kami harapkan demi perbaikan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga hasil

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, mei 2013

(8)

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

Abstraksi ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1Penelitian Terdahulu ... 11

2.2Landasan Teori……….. 13

2.2.1Akuntansi Keperilakuan ... 13

2.2.1.1Pengertian Akuntansi Keperilakuan ... 14

2.2.1.2Persamaan dan perbedaan ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan……… 17

2.2.1.3Tujuan dan Manfaat Akuntansi Keperilakuan…… 18

2.2.1.4Dimensi Akuntansi Keperilakuan……….. . 19

2.2.1.5Hubungan Akuntansi Keperilakuan dengan Stres Kuliah………. . 20

(9)

2.2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional………… ... 21

2.2.2.2 Komponen Kecerdaan Emosional……… 23

2.2.3Kecerdasan Spiritual... 25

2.2.3.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual……….. . 25

2.2.3.2 Komponen Kecerdasan Spiritual……….. 26

2.2.3.3 Teori yang Bekaitan dengan Keerdasan Spiritual 27 2.2.4Perilaku Belajar ... 27

2.2.4.1 Pengertian Perilaku Belajar……….. 27

2.2.4.2 kebiasaan belajar……… ... 29

2.2.4.3 Teori Belajar……… ... 31

2.2.4.4 Aspek Belajar……… ... 35

2.2.5Stres Kuliah... 38

2.2.5.1 Pengertian Stres Kuliah……… 38

2.2.5.2 Penyebab Stres Kuliah………. . 39

2.2.5.3 Dampak Stres……… 41

2.2.5.4 Mengelola Stres……… 42

2.2.6Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Kuliah 47 2.2.7Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Stres Kuliah.... 49

2.2.8Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Stres Kuliah ... 50

2.3 Kerangka Pemikiran... 52

2.4 Hipotesis ... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 54

3.1.1 Definisi Operasional Variabel……….. 54

3.1.2 Pengukuran Variabel……… ... 55

3.2Teknik Penentuan Sampel ... 59

3.2.1Populasi ... 59

(10)

3.3.1Jenis Data ... 61

3.3.2Sumber Data ... 60

3.3.3Teknik Pengumpulan Data ... 61

3.4Uji Kualitas Data ... 62

3.4.1Uji Validitas ... 62

3.4.2Uji Reliabilitas ... 63

3.4.3Uji Normalitas ... 63

3.5Uji Asumsi Klasik ... 64

3.5.1Uji Autokorelasi ... 64

3.5.2Uji Multikolenaritas ... 64

3.5.3Uji Heterokedastisitas ... 65

3.6Teknik analisis ... 66

3.7 Uji hipotesisis ... 67

3.7.1Uji Kesesuaian Model F ... 67

3.7.2Uji t ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Deskripsi Obyek Penelitian ... 68

4.1.1 Sejarah Singkat Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur ... 68

4.1.2 Tempat Kedudukan ... 71

4.1.3 Falsafah, Visi, Misi dan Tujuan ... 71

4.1.3.1 Falsafah ... 71

4.1.3.2 Visi ... 71

4.1.3.3 Misi ... 71

4.1.3.4 Tujuan ... 72

4.1.4 Deskripssi Fakultas Ekonomi ... 73

4.1.5 Riwayat Progdi Akuntansi ... 73

4.1.5.1 Visi Progdi Akuntansi ... 74

(11)

4.1.5.3 Tujuan Progdi Akuntansi ... 75

4.2Deskripsi Hasil Penelitian ... 75

4.2.1 Rekapitulasi Jawaban Variabel Keerdasan Emosional (X1) ... 76

4.2.2 Rekapitulasi Jawaban Variabel Kecerdasan Spiritual (X2) ... 77

4.2.3 Rekapitulasi Jawaban Variabel Perilaku Belajar (X3)... 79

4.2.4 Rekapitulasi Jawaban Variabel Stres Kuliah (Y)... 81

4.3Uji Kualitas Data ... 82

4.3.1 Uji Validitas ... 82

4.3.1.1Kecerdasan Emosional (X1) ... 82

4.3.1.2Kecerdasan Spiritual (X2) ... 85

4.3.1.3Perilaku Belajar (X3) ... 86

4.3.1.4Stres Kuliah (Y) ... 87

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 87

4.3.3 Uji Normalitas ... 88

4.4Uji Asumsi Klasik ... 89

4.4.1 Uji Multikoleneritas ... 89

4.4.2 Uji Heterokedastisitas ... 90

4.5Analisis Regresi Linier ... 92

4.5.1 Persamaan regresi ... 92

4.5.2 Koefisien Regresi ... 93

4.6Uji Hipotesis ... 94

4.6.1 Uji Kesesuaian Model F ... 94

4.6.2 Uji t ... 95

4.7Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

4.8Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat ... 100

4.9Perbedaan Penelitian denga Penelitian Terdahulu... 101

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 daftar nilai IPK mahasiswa akuntansi UPN ”Veteran” Jawa

timur angkatan 2009 ... 7

Tabel 2.1 Kerangka Kerja Kecakapan Emosi ... 24

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Untuk Variabel Kecerdasan Emosional (X1) ... 77

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Untuk Variabel Kecerdasan Spiritual (X2) ... 78

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Untuk Variabel Perilaku Belajar (X3) ... 80

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Untuk Variabel Stres Kuliah (Y) ... 81

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Kecerdasan Emosional (X1) ... 83

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Kecerdasn Spiritual (X2) ... 85

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Perilaku belajar (X3) ... 86

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Stres Kuliah (Y) ... 87

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas... 88

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas ... 89

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolenaritas ... 90

(14)

Tabel 4.14 Pengaruh Variabel ... 94

Tabel 4.15 Hasil Uji F pada Variabel Terikat ... 95

Tabel 4.16 Hasil Uji t pada Variabel Terikat dan Variabel Bebas ... 96

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1 : Kuesioner

2 : Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Emosional

3 : Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Spiritual 4 : Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variabel Perilaku Belajar 5 : Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variabel Stres Kuliah 6 : Uji Normalitas

7: Uji Multikolenaritas dan Uji Heterokedastisitas 8: Hasil Uji Regresi Linier Berganda

9: Tabulasi Variabel Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar dan Stres Kuliah

(17)

“VETERAN” J awa Timur )

Oleh

Titis Ar i Asmoro

Abstr aks

Kecerdasan emosional mampu melatih kemampuan mahasiswa dalam mengelola perasaan, memotivasi diri, tegar dalam menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan dan menunda kepuasaan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif dan merupakan kecerdasan tertnggi yang dimiliki oleh manusia. Hal ini berarti orang yang memiliki Kecerdasan Spiritual akan mewujudkan dalam perilaku yang luhur. Perilaku belajr didefinisikan sebagai kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar yang jelek disebabkan oleh kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna belajar di perguruan tinggi, sehingga mahasiwa tersebut merasa frustasi dalam menjalankan proses belajar.

Penelitian ini dilakukan pada 59 mahasiswa akuntansi Universitas Pmbangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur pada angkatan 2009 dengan data primer berupa kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah regresi. Hasil analisis kemudian di analisis dengan uji asumsi klasik serta uji F dan uji t statistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual tidak bepengaruh signifikan terhadap stres kuliah dan perilaku belajar mahasiswa berpengaruh signifikan terhadap stres kuliah. Variabel kecerdasan emosional, keerdasan spiritual dan perilaku belajar mempunyai pengaruh positif terhadap stress kuliah yang artinya menunjukkan perubahan yang searah dari setiap variabel dan setiap perubahan variabel sebesar satu satuan akan meningkatkan variabel stres kuliah. Dengan asumsi pengaruh tiap variabel adalah konstan/tidak berubah.

(18)

Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang memadai akan dapat membuat manusia mempunyai kesempatan memperbaiki kehidupannya dan lebih terbuka menerima berbagai inovasi, memperluas cakrawala dan mempertajam berbagai fenomena.

Perguruan tinggi merupakan jenjang terakhir pengelolaan manusia dalam pendidikan formal. Dalam proses, terutama setelah pengolahan ini, individu diharapkan harus sudah memiliki keterampilan dan pengetahuan memadai sebagai bekal hidup dalam masyarakat, memiliki sikap positif bagi pengembangan diri lebih lanjut dan sikap menghargai kepentingan masyarakat dan negaranya. Tujuan perguruan tinggi yang mengandung unsur–unsur tersebut di atas, merupakan tugas yang cukup berat bagi individu yang belajar di dalamnya. Hal lain yang kompleks adalah struktur dan sistem perguruan tinggi serta pendekatan dan metode belajar mengajar yang kompleks dan berbeda dibanding pendidikan sebelumnya. (Mudjijanti, 2006 : 80)

Ada dua tujuan yang terlibat dan saling menunjang dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi (El – Qusdy, 2008 : 1):

1. Tujuan lembaga pendidikan dalam menyediakan sumber pengetahuan dan pengalaman belajar ( knowledge and learning experiences).

(19)

Akuntansi keperilakuan dalam hal ini sangat berperan penting dalam hal dorongan untuk membiasakan belajar dengan baik khususnya bagi mahasiswa akuntansi. Selain itu, akuntansi keperilakuan juga dapat merancang sistem informasi untuk mempengaruhi motivasi, moral, dan produktivitas mahasiswa akuntansi. Perilaku belajar mahasiswa akuntansi dapat dilihat dari kebiasaan mahasiswa akuntansi dalam mengikuti dan memantapkan pelajaran, kebiasaan membaca buku teks, kunjungan ke perpustakaan, serta kebiasaan menghadapi ujian. (Ningtyas: 2012)

Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang berpendidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ) saja, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi, yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. Saat ini begitu banyak orang berpendidikan dan tampak begitu menjanjikan, namun karirnya terhambat atau lebih buruk lagi, tersingkir, akibat rendahnya kecerdasan emosional mereka. (Melandy dan Azizah, 2006 : 2)

(20)

dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati serta bekerja sama dengan orang lain. Kemampuan–kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita–citanya.

Rachmi (2010) menyatakan bahwa pelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa menyeimbangkan sisi spiritual akan menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi, suka tawuran bahkan menggunakan obat-obatan trelarang, sehingga banyak mahasiswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang mahasiswa yaitu tugas belajar. Kurangnya kecedasan spiritual dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga mahasiswa akan sulit untuk memahami mata kuliah. Sementara itu, mereka yang hanya mengejar prestasi berupa nilai yang bagus, mereka cenderung untuk bersikap tidak jujur seperti mencontek pada saat ujian. Oleh karena itu,kecerdasan spiritual mampu mendorong mahasiswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena kecerdasan spiritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).

(21)

belajar di rumah, berkelompok ataupun untuk mengikuti ujian. Perilaku belajar yang baik dapat terwujud apabila mahasiswa sadar akan tangungjawab mereka sebagai mahasiswa, sehinga mreka dapat membagi waktu mereka dengan baik antara belajar dan kegiatan diluar jam belajar, motivasi dan disiplin diri sangat penting dalam hal ini karena motivasi merupakan perasaan taat dan patuh pada nilai-nilai yang diyakini dan melakukan pekerjaan dengan tepat jika dirasa itu adalah sebuah tanggungjawab.

Sebagai mahasiswa, individu diharapkan mempunyai semangat hidup tinggi, rasa optimis yang besar, dan motif berprestasi yang tinggi. Dengan adanya motif berprestasi yang tinggi yang mempunyai sifat–sifat, seperti selalu berusaha mencapai prestasi optimal, selalu memandang masa depannya yang optimis, diharapkan mahasiswa dapat sukses dalam menjalani kehidupan di perguruan tinggi, dan mempunyai prestasi yang optimal. Namun demikian, kenyataan yang dihadapi mahasiswa tidak seperti yang diharapkan. Berbagai masalah dialami mahasiswa dan tidak sedikit mahasiswa yang mengalami gangguan mental. Cobaan yang bertubi–tubi seperti ada satu mata kuliah yang diulang beberapa kali tetapi masih juga belum lulus dapat menyebabkan mahasiswa pesimis terhadap masa depannya, keinginan untuk semakin surut, yang akhirnya dapat memepengaruhi motif berprestasi, sehingga dapat menyebabkan stres kuliah. (Prabandari, 1989 : 19)

(22)

sangat menentukan sikap dan pandangan belajar di perguruan tinggi. Keadaan mahasiswa yang merasa bosan dan tertekan ini dapat menyebabkan mahasiswa mengalami stress. (Marita, dkk., 2008: 1)

Stres yang dialami mahasiswa selama studi sangat mungkin terjadi mengingat tingginya kompleksitas masalah yang mungkin dihadapi yang dapat berakibat pola piker seseorang menjadi kacau.(Setyawardani, 2009)

Penyebab lain dari stress yang dialami oleh mahasiswa khususnya mahasiswa akuntasi adalah ketidaksamaan kurikulum yang diajarkan oleh perguruan tinggi dan materi yang disampaikan oleh dosen dengan kebutuhan perusahaan. Sebagai contoh perubahan standart laporan keuangan perusahaan yang ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntansi Inonesia) sering berubah-ubah dan semakin banyak sedangkan di bangku perkuliahan materi yang diajarkan kurang membahas secara mendalam hal tersebut. Hal ini membuat mahasiswa binggung dan menjadi beban karena harus mempelajari hal itu di luar kelas demi menjadi SDM yang dibutuhkan bagi perusahaan.

Masih teringat kejadian beberapa tahun lalu, berita mengenai kasus bunuh diri yang dilakukan mahasiswa Indonesia pada waktu dan tempat yang berlainan. Bahkan salah satunya adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Penyebab dari kasus bunuh diri tersebut adalah bahwa mahasiswa tersebut mengalami stres kuliah.

(23)

Univeritas Atmajaya, Jakarta. Diduga Hendrawan bunuh diri karena stress kuliah.Hedrawan depresi karena kuliahnya tak kunjung selesai padahal Hendrawan telah menempuh kuliah selama 8 tahun. (www.detiknews.com)

Kasus serupa juga dialami oleh David Hartanto Wijaya, mahasiswa tingkat akhir asal Indonesia yang kuliah di Fakultas Teknik Elektro dan Elektronika, Nanyang Technological University (NTU) Singapura. David bunuh diri setelah menikam dosen pembimbingnya, Profesor Chan Kap Lup (45Tahun), pada tanggal 2 Maret 2009. David mengalami stres karena beasiswa yang diterimanya telah dicabut akhir bulan lalu. Padahal skripsi yang dikerjakannya cukup sulit dan butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya. (http://www.detiknews.com).

Fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tingkat akhir cenderung mengalami stres kuliah, bahkan sampai bunuh diri. Mahasiswa tingkat lanjut yang diharapkan sudah beradaptasi dengan kehidupan di perguruan tinggi, pada kenyataannya tidak demikian. Banyak mahasiswa yang lari ke biro–biro konsultasi dengan berbagai masalah. (Prabandari, 1989: 19)

Stres merupakan respon terhadap tekanan yang dirasakan seseorang dalam berbagai situasi sehingga dapat menyebabkan gangguan psikologis pada diri seseorang. Gangguan psikologis dapat disebabkan oleh tekanan–tekanan atau beban yang berlebihan dapat pula terjadi dalam lingkungan perkuliahan di suatu perguruan tinggi. (Marita, dkk., 2008)

(24)

mahasiswa tersebut memiliki perilaku belajar yang cukup baik yang artinya hal tersebut menunjukan bahwa tingkat stres kuliah mahasiswa cenderung rendah. Akan tetapi jika nilai IPK mahasiswa kurang baik, hal ini menunjukkan bahwa perilaku belajar mahasiswa tersebut kurang baik juga. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat stres mahasiswa cukup tinggi. Berikut ini adalah daftar nilai IPK mahasiswa akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur angkatan 2009.

Tabel 1.1 daftar nilai IPK mahasiswa akuntansi UPN “Veteran” J awa Timur angkatan 2009

IPK JUM LAH 0,00-1,00 0 1,01-2,00 1 2,01-3,00 59 3,01-3,50 73 3.,51-4,00 13 TOTAL 146 Sumber : Lampiran 10

Dari tabel 1.1 menunjukkan bahwa nilai IPK mahasiswa akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur angkatan 2009 cukup baik karena rata-rata mahasiswa memiliki nilai IPK yang berkisar antara 3,01 – 3,50 sebanyak 73 mahasiswa. Akan tetapi sebanyak 59 mahasiswa memiliki IPK yang tidak cukup baik yaitu berkisar antara 2,01 -3,00. Yang artinya tidak semua mahasiswa akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur angkatan 2009 memiliki prestasi yang baik yang menunjukkan perilaku belajar yang baik dan tingkat stress kuliah yang rendah.

(25)

mahasiswa yang dipegaruhi oleh kecerdaan emosional, kecerdasan spiritual dan perilaku belajar. Peneliti berasumsi bahwa kecerdasan spiritual mampu mendorong mahasiswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena kecerdasan spiritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) serta perilaku belajar yang mempengaruhi prestasi mahasiswa sehingga hasilnya penelitian mengenai kecerdasan emosional dan perilaku belajar terhadap stress kuliah mahasiswa akuntansi akan berbeda dengan kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan perilaku belajar terhadap stress kuliah mahasiswa akuntansi.

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KECERDASAN

EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL DAN PERILAKU

BELAJ AR TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (STUDI KASUS PADA MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR)“ .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

(26)

2. Apakah ada pengaruh kecerdasan spiritual terhadap stress kuliah mahasiswa akuntansi UPN “VETERAN” JAWA TIMUR.

3. Apakah ada pengaruh perilaku belajar terhadap stress kuliah mahasiswa akuntansi UPN “VETERAN” JAWA TIMUR.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris apakah ada pengaruh antara kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan perilaku belajar mahasiswa akuntansi terhadap stress kuliah.

1.4 ManfaatPenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak–pihak yang berkepentingan, antara lain:

a. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan yang bermanfaat dalam mengenali mahasiswanya sesuai kematangan mereka untuk menciptakan suasana kelas yang tidak menimbulkan stress kuliah.

b. Bagi Mahasiswa

(27)

spiritual dengan baik dan menggunakan perilaku belajar yang baik dalam menghadapi stress kuliah.

a. Bagi Pihak Lain

(28)

2.1 Penelitian Terdahulu

Menurut Marita, dkk (2008) yang berjudul“Kajian Empiris atas Perilaku Belajar dan Kecerdasan Emosional Dalam Mempengaruhi Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi”.Dengan hasil penelitiannya adalahPersamaan regresi linear berganda menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa jurusan akuntansi, keduanya memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap stres kuliah responden.Hasil uji F variabel kecerdasan emosional dan perilaku belajar, menunjukkan variabel kecerdasan emosional dan perilaku belajar secara bersama–sama berpengaruh positif terhadap stres kuliah.Hasil uji t variabel kecerdasan emosional dan perilaku belajar, menunjukkan kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa jurusan akuntansi secara parsial berpengaruh negatif terhadap stres kuliah.

(29)

sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga pengaruh dari kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) terhadap pemahaman akuntansi, tidak teruji kebenarannya.Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga kecerdasan intelektual (IQ) mempunyai pengaruh yang dominana terhadap pemahaman akuntansi, tidak teruji kebenarannya.

(30)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Akuntansi Keperilakuan

(31)

Perkembangan yang pesat dari akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu sosial secara menyeluruh.Mengenai bagaimana perilaku manusia memengaruhi data akuntansi dan keputusan bisnis, serta bagaimana akuntansi mempengaruhi keputusan bisnis dan perilaku manusia selalu dicari jawabannya. Pada gilirannya, akuntansi keperilakuan diyakini dapat menjadi suatu terobosan yang baik dalam pengukuran bisnis dan informasi, yang memungkinkan para direktur eksekutif (CEO), direktur keuangan (CFO), dan pembuat rencana strategis lainnya untuk mengoptimalkan keputusan yang diambil, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. (Iksan dan Ishak, 2005: 4)

2.2.1.1Pengertian Akuntansi Keperilakuan

(32)

statis, tetapi akan selalu berkembang sepanjang waktu seiring dengan perkembangan lingkungan akuntansi, agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya. (Iksan dan Ishak, 2005: 1).

Menurut Iksan dan Ishak (2005: 10) riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan dan perilaku dari nonakuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntansi dan laporan. Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan:

a. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor. b. Pengaruh dari fungsi akuntansi, seperti partisipasi dalam penyusunan

anggaran, karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku, baik karyawan, manajer, investor, maupun wajib pajak. c. Pengaruh hasil dari fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan

penggunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.

(33)

sampai pada generalisasi yang ditetepkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh bukti empiris yang dikumpulkan secara impersonal melalui produser yang terbuka untuk peninjauan maupun replikasi dan dapat diversifikasi oleh ilmuwan lainnya yang tertarik.Dengan demikian, ilmu keperilakuan mencerminkan observasi sistematis atas perilaku manusia dengan tujuan untuk menginformasikan hipotesis tertentu secara eksperimental melalui referensi terhadap perubahan perilaku yang dapat diobservasi. (Iksan dan Ishak, 2005: 25).

Akuntansi keperilakuan percaya bahwa tujuan utama laporan akuntansi adalah untuk memengaruhi perilaku dalam rangka memotivasi tindakan yang diinginkan.Pengenalan hubungan timbal balik antara alat akuntansi dan perilaku telah memunculkan modifikasi atas definisi akuntansi konvensional.Definisi akuntansi terbaru dalam lingkaran professional akademis menyiratkan komunikasi dan pengukuran data ekonomi untuk berbagai pengambilan keputusan serta hasil keprilakuan lainnya. (Iksan dan Ishak, 2005: 27)

2.2.1.2Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keprilakuan dan Akuntansi Keperilakuan

(34)

perubahan perubahan atas cara akuntansi dilakasanakan dan bagaimana prosedur laporan akuntansi dapat difunakan lebih efektif untuk memebantu individu dan organisasi dalam mencapai tujuannya. (Iksan dan Ishak, 2005: 27).

Sementara ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial, akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan.Oleh karena itu, ilmuawan keperilakuan terlibat dalam riset terhadap aspek–aspek teori motivasi, kepuasan sosial, maupun bentuk sikap.Sementara para akuntan keperilakuan menerapkan unsur – unsur khusus dari riset atau teori tersebut untuk menghasilkan hubungan dengan situasi akuntansi yang ada. (Iksan dan Ishak, 2005:28)

(35)

keahlian, dan fungsi masing–masing.Akuntansi adalah suatu profesi, dan adalah sangat diinginkan agar para akuntan menjadi terlatih untuk memikirkan tindakan secara professional.Pelatihan ini berbeda dari pengalaman yang dilihat oleh para ilmuwan (Iksan dan Ishak, 2005: 28).

2.2.1.3Tujuan dan Manfaat Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi keperilakuan tidak sama dengan akuntansi tradisional yang hanya melaporkan data keuangan. Akuntansi keperilakuan menggunakan metodologi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Manfaat utama dari akuntansi keperilakuan ini adalah menyediakan informasi bisnis yang memungkinkan para direktur eksekutif, direktur keuangan, dan perencana strategis lainnya untuk mengukur dan memengaruhi variabel–variabel secara konvensional tidak dapat diukur tetapi sangat menentukan bisnis mereka, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan mereka (Iksan dan Ishak, 2005: 4)

2.2.1.4Dimensi Akuntansi Keprilakuan

(36)

informasi yang efisien.Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi (Iksan dan Ishak, 2005: 23).

Secara umum, akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar (Iksan dan Ishak, 2005: 24):

1. Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi, dan penggunaan sistem akuntansi. Bidang ini berkaitan dengan sikap dan filosofi manajemen yang mempengaruhi sifat dasar pengendalian akuntansi yang berfungsi dalam organisasi.

2. Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang ini berkenaan dengan bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi motivasi, produktifitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja, serta kerja sama.

3. Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia. Bidang ini berhubungan dengan cara sistem akuntansi digunakan sehingga mempengaruhi perilaku.

2.2.1.5Hubungan Akuntansi Keperilakuan Dengan Stres Kuliah

(37)

akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan (Iksan dan Ishak, 2005: 40).

Psikologi, sosiologi dan psikologi sosial menjadi kontributor pertama dari ilmu keperilakuan.Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki perspektif yang berbeda mengenai kondisi manusia. Psikologi terutama merasa tertarik dengan bagaimana cara seorang individu bertindak. Di pihak lain, sosiologi dan psikologi sosial, memusatkan perhatian pada perilaku kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara orang–orang dan bukan pada rangsangan fisik.Perilaku diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial, dan ilmu dinamika kelompok (Iksan dan Ishak, 2005: 29).

Ada banyak faktor kompleks yang terkait dengan perilaku manusia. Faktor-faktor ini dikelompokkan dalam tiga kategori utama, yaitu (Iksan dan Ishak, 2005: 29):

1. Struktur Karakter

Mengacu pada ciri kepribadian, kebiasaan, dan perilaku individu.Psikolog biasanya menghubungkan dengan studi karakter khusus struktur.

(38)

Menunjukkan beberapa huungan diantara orang–orang yang mencakup ekonomi, politik, militer, dan kerangka kerja religious yang menggambarkan perilaku yang bisa diterima.

3. Dinamika Kelompok

Dapat dipandang sebagai suatu sintesa atau kombinasi struktur karakter dan struktur sosial, yang mengacu pada pengembangan interaksi pola manusia, proses dari interaksi sosial, dan hasil yang berhubungan dengan interaksi tersebut. Keterlibatan psikologi sosial dalam studi ilmu dinamika kelompok sangatlah dirasakan.

2.2.2 Kecerdasan Emosional

2.2.2.1Pengertian Kecerdasan Emosional

Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis.Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya ini saja. Pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain di luar kecerdasan intelektual (IQ), sepertin bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan emosional, dan lain – lain yang harus juga dikembangkan (Melandy dan Azizah, 2006: 5).

(39)

untuk berpikir rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungannya secara efektif.Temuan Wechsler ini mengidentifikasikan, selain aspek kognisi, aspek non-kognisi juga berpengaruh dalam mencapai keberhasilan hidup.Kematangan dan kedewasaan menunjukkan kecerdasan dalam hal emosi. Mayer, dalam Goleman (2000), menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman dari kanak– kanak hingga dewasa, lebih penting lagi bahwa kecerdasan emosional dapat dipelajari (Ningtyas: 2012).

Menurut Wibowo (2002) kecerdasan emosional adalah untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi, sehingga memberikan dampak yang positif (Melandy dan Azizah, 2006: 5).

(40)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan–kemampuan untuk mengendalikan diri, mengelola emosi diri, kemampuan untuk mengatasi masalah, dan kemampuan untuk memotivasi diri. Menurut Mu’tadin (2002) terdapat tiga unsur penting kecerdasan emosional yang terdiri dari kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan); dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain) (Melandy dan Azizah, 2006: 5).

2.2.2.2Komponen Kecerdasan Emosional

(41)

Tabel 2.1. Kerangka Kerja Kecakapan Emosi

Kecakapan Pr ibadi

Menentukan bagaimana kita mengolah diri sendiri.

Kecer dasan Sosial

Menentukan bagaimana kita menangani suatu hubungan.

Kesadar an Dir i

Mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya dan intuisi.

• Kesadaran emosi: mengenali emosi diri sendiri dan efeknya.

• Penilaian diri secara efektif: mengetahui kekuatan dan batas – batas diri sendiri.

• Percaya diri: keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.

Kendali Dir i

Mengelola kondisi, implus, dan sumber daya diri sendiri.

• Kontrol diri: mengelola emosi dan desakan hati yang merusak.

• Dapat dipercaya: memelihara norma kejujuran dan integritas.

• Berhati-hati: bertanggungjawab atas kinerja pribadi.

• Adaptabilitas: keluwesan dalam menghadapi perubahan.

• Inovasi: mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi baru.

Motivasi

Kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan peraihan sasaran

• Dorongan berprestasi: dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.

• Komitmen: menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau perusahaan.

• Inisiatif: kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.

• Optimisme: kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.

Empati

Kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain.

• Memahami orang lain: mengindra perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka.

• Orientasi pelayanan: mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan.

• Mengembangkan orang lain: merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka.

• Mengatasi keseragaman:

menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam – macam orang.

• Kesadaran politik: mampu membaca arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.

Keter ampilan Sosial

Kepintaran dalam mengguagah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.

• Pengaruh: memiliki taktik untuk melakukan persuasi.

• Komunikasi: mengirimkan pesan yang jelas dan menyakinkan.

• Kepemimpinan: membangkitkat inspirasi dan memandu kelompok orang lain.

• Katalasator perubahan: memulai dan mengelola perubahan.

• Manajemen konflik: negoisasi pemecahan silang pendapat.

• Membangun ikatan: menumbuhkan hubungan sebagai alat.

• Kolaborasi dan kooperasi: kerja sama dengan orang lain demi tujuan bersama.

• Kemampuan tim: menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama

(42)

2.2.3 Kecerdasan Spir itual (SQ)

2.2.3.1Pengertian Kecerdasan Spir itual (SQ)

Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya., serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. (Tikollah, dkk: 2006). Kecerdasan spiritual melampaui kekinian dan pengalaman manusia, serta merupakan bagian terdalam dan terpenting dari manusia.(Melandy dan Azizah, 2006).

Kecerdasan spiritual mendahului seluruh nilai spesifik dan budaya manapun, serta mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang pernah ada. Namun bagi sebagaian orang mungkin menemukan cara pengungkapan kecerdasan spiritual melalui agama formal sehingga membuat agama menjadi perlu. (Tikollah, dkk: 2006).

Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat interpersonal dan intrapersonal, serta menjembatani diri dan orang lain.

Menurut Ummah dkk, (2003: 43)dalam Melandry dan Azizah (2006) wujud dari kecerdasan spiritual adalah sikap moral yang dipandang luhur oleh pelaku.

(43)

dan Marshall, 2002: 4).Sedangkan dalam emotioanal spiritual quontient (ESQ) kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan kecerdaan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara komprehensif.

Kecerdasan spiritual tidak selalu berhubungan dengan agama, spiritual terjadi sebagai produk dari kecerdasan intelektual manusia yang tinggi.Semakin banyak oarng cerdas, semakin banyak pula kesulitan dan masalah yang timbul, karena tidak dibarengi dengan kebijaksanaan sejati, kecerdasan spirituallah yang mengintegrasikan semua keerdasan manusia.Kecerdasan spiritual menjadikan manusia benar-benar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual.

2.2.3.2Komponen Keerdasan Spir itual (SQ)

Indikasi kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik mencakup:

1) Kemampuan untuk fleksibel.

2) Adanya tingkat kesadaran diri yang tinggi.

3) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui perasaan sakit. 4) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

5) Kecenderungan untuk berpandangan holistic.

(44)

7) Kecerdasan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dan berupaya untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.

8) Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan berbagai kondisi. Sumber : Zohar dan Marshall (2002) dalam Tikollah dkk (2006).

2.2.3.3Teori yang Berkaitan dengan Keerdasan Spir itual (SQ)

Teori kebudayaan yang dikembangkan oleh Spranger, menurut Spranger dalam hidup ini terdapat enam macam nilai kebudayaan yaitu pengetahuan kemasyarakatan, ekonomi, agama, keindahan dan kesusilaan.Atas dasar peikiran itu dikemukanan macam-macam tipe manusia diantaranya tipe religius, oramg yang religius hidup dibawah dominai nilai-nilai keagamaan, kecenderungan orang saleh selalu mewarnai sepak terjangnya.(Mahmud, 1990: 108).Demikian dalam belajar yang dilandasi dengan nilai-nilai keagamaan sehingga mereka mempunyai keyakinan untuk berhasil dengan selalu berusaha memahami suatu ilmu yang dipelajarinya.

2.2.4 Perilaku Belajar

2.2.4.1Pengertian Perilaku Belajar

(45)

Belajar merupakan salah satu konsep menarik dalam teori – teori psikologi dan pendidikan, sehingga para ahli memberi bermacam – macam pengertian mengenai belajar.Belajar merupakan kegiatan individual, kegiatan yang dipilih secara sadar karena seseorang mempunyai tujuan individual tertentu (Suwardjono, 1991). Belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan (Hanifah dan Syukriy, 2001) dan merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Hanifah dan Syukriy, 2001). Hanifah dan Syukriy (2001) lebih jauh menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri manusia, sehingga apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan padanya telah berlangsung proses belajar (Marita, dkk., 2008: 4). Sedangkan pengertian perilaku adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.(Ningtyas, 2012).

Menurut Purwanto (2006: 84-85), beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:

(46)

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan–perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan–perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap,

harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengesampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kpribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

2.2.4.2Kebiasaan Belajar

(47)

bermacam–macam faktor. Adapun faktor–faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu (Purwanto, 2006: 102):

1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

2. Faktor yang ada di luar individu yang disebut dengan faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat– alat yang digunakan dalam belajar–mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

Menurut Hanifah dan Syukriy (2001) kebiasaan belajar dapat berlangsung melalui tiga cara yaitu memperoleh reinforcement, Classical conditioning, belajar modern, apabila model ini mendapat reinforcement

terhadap tindakannya, maka akan menjadi kebiasaan. Surachmad dalam Hanifah dan Syukriy (2001) mengemukakan lima hal yang berhubungan dengan perilaku belajar yang baik, yaitu kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian (Marita, dkk, 2008: 4).

(48)

kejadian atau kepandaian seseorang dalam proses pertumbuhan tahap demi tahap. Hasil belajar diwujudkan dalam lima kemampuan yakni keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Dalam hal ini terdapat tiga dimensi belajar yaitu dimensi kognitif, dimensi afektif, dan dimensi psikomotorik (Usman (2000).Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berfikir mengetahui dan memecahkan masalah.Selanjutnya dimensi ini dibagi menjadi pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintetis, analisis, dan pengetahuan evaluatif.Dimensi afekstif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, apresiasi.Dimensi psikomotorik adalah kemampuan yang berhubungan dengan motorik.Atas dasar itu hakikatnya hasil belajar adalah memperoleh kemampuan kognitif (Marita, dkk, 2008: 5).

2.2.4.3Teori Belajar

Beberapa teori belajar yang terkenal antara lain (Purwanto, 2006: 89): 1. Teori Conditioning

Teori ini dibagi menjadi:

a. Teori Classical Conditioning (Pavlo dan Watson)

(49)

tertentu.Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan–latihan yang kontinyu.Yang diutamakan dalam teori ini ialah hal belajar yang terjadi secara otomatis.

Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yakni hasil daripada latihan–latihan atau kebiasaan–kebiasaan mereaksi terhadap syarat–syarat/perangsang–perangsang tertentu yang dialaminya didalam kehidupannya.

b. Teori Conditioning dari Guthrie

Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan–deretan tingkah laku yang terdiri dari unit–unit.Unit–unit tingkah laku ini merupakan reaksi/respon dari perangsang/stimulus sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi pula stimulus yang kemudian menimbulkan response bagi unit tingkah laku yang berikutnya.Demikianlah seterusnya sehingga merupakan deretan – deretan unit tingkah laku yang terus–menerus. Jadi pada proses conditioning ini pada umumnya terjadi proses asosiasi antara unit – unit tingkah laku satu sama lain yang berurutan.

(50)

i. Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method).

Manusia itu adalah suatu organism yang selalu mereaksi kepada perangsang–perangsang tertentu. Jika suatu reaksi terhadap perangsang-perangsang telah menjadi suatu kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya ialah dengan jalan menghubungkan perangsang (Stimulus) dengan reaksi (response) yang berlawanan dengan reaksi buruk yang hendak dihilangkannya.

ii. Metode Membosankan (Exchaustion Method).

Hubungan antara asosiasi antara perangsang dan reaksi (S-R) pada tingkah laku yang buruk itu dibiarkan saja sampai lama mengalami keburukan itu sendiri sehingga menjadi bosan.

iii. Metode Mengubah Lingkungan (Change of Environment Method).

(51)

c. Teori Operant Conditioning (Skinner)

Seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respon.Hanya perbedaannya, Skinner membuat perincian lebih jauh. Skinner membedakan adanya dua macam respon, yaitu:

i. Respondent respons (reflexive respons): respon yang ditimbulkan oleh perangsang – perangsang tertentu.

ii. Operant response (instrumental response): yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang– perangsang tertentu.

d. Teori Systematic Behavior (Hull)

Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu kebutuhan atau “keadaan terdorong” (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu.

Jadi prinsip yang utama adalah suatu kebutuhan atau motif harus ada pada seseorang sebelum belajar itu terjadi; dan bahwa apa yang dipelajari itu harus diamati oleh orang yang belajar sebagai sesuatu yang dapat mengurangi kekuatan kebutuhannya atau memuaskan kebutuhannya.

2. Teori Connectionism (Thorndike)

(52)

a. Trial an error (mencoba – coba dan mengalami kegagalan), dan b. Law or effect yang berarti bahwa segala tingkah laku yang

berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik– baiknya.

Sedangkan segala tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan akan dihilangkan dan dilupakannya.

3. Teori menurut Psikologi Gestalt

Belajar menurut Psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai berikut: a. Dalam belajar, faktor pemahaman atau pengertian (insight)

merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat memahami / mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman.

b. Dalam belajar, pribadi atau organism memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif– mekanistis belaka, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif, dan bertujuan.

2.2.4.4Aspek Belajar

(53)

mahasiswa dalam menjalani proses belajar, antara lain (Suwardjono: 2004):

1. Makna kuliah

Dosen dan kuliah bukan merupakan sumber pengetahuan utama dan oleh karena itu perlu diredifinisi pengertian kuliah sejak dini. Kuliah merupakan ajang untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses belajar mandiri.

2. Fungsi temu kelas

Sebagai medium penguatan pemahaman dan bukan sebagai sumber pengetahuan.Untuk itu diharapkan mahasiswa menyiapkan diri sebelumnya agar mahasiswa tersebut memiliki pengetahuan yang memadai.

3. Pengalaman belajar atau nilai

Pengendalian proses belajar lebih penting daripada hasil atau nilai ujian. Kalau proses belajar dijalankan dengan baik, nilai merupakan konsekuensi logis proses tersebut. Kalau proses belajar tidak dikendalikan dengan baik, nilai tidak mencerminkan adanya perubahan perilaku walaupun nilai tersebut menambah atribut seseorang.

4. Konsepsi tentang dosen

(54)

Dalam teknologi pendidikan, dikatakan bahwa dosen bertindak sebagai

director, facilitator, motivator dan evaluator proses belajar. 5. Kemandirian dalam belajar

Kemandirian merupakan sikap yang terbentuk akibat rancangan proses belajar yang cermat. Sikap/perilaku mandiri merupakan sikap yang sengaja dibentuk dan bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya. Kemandirian belajar adalah hasil suatu proses dan pengalaman belajar itu sendiri. Kalau proses belajar tidak member pengalaman bahwa belajar merupakan suatu kegiatan individual maka perilaku mandiri dalam belajar akan tetap merupakan impian. Kemadirian belajar harus dimulai sejak pertama kali mahasiswa memasuki perguruan tinggi. 6. Konsep memiliki buku

Buku merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari belajar.Buku merupakan sumber pengetahuan. Memiliki buku tidak sama dengan memiliki kertas bergambar huruf dan garis. Buku hendaknya diperlakukan sebagai teman atau kekasih sejati; buku harus diajak berdialog.Kurangnya minat untuk memiliki buku mungkin timbul karena anggapan bahwa dosen dan kuliah merupakan sumber pengetahuan utama.

7. Kemampuan berbahasa

(55)

bahasa ilmiah. Penguasaan bahasa yang memadai (baik strusktur maupun kosakata)juga dapat membantu seseorang untuk mengekspresi gagasan dan perasaan atau mendeskripsi masalah secara cermat dan efektif.

2.2.5 Stres Kuliah 2.2.5.1Pengertian Stres

Pengertian umum mengenai konsep stres banyak digunakan untuk menjelaskan tentang sikap atau tindakan yang dilakukannya apabila ia menghadapi suatu tantangan dalam hidupnya dan dia gagal memperoleh respon dalam menghadapi tantangan itu. Terjadinya proses stres didahului oleh adanya sumber stres (stressor) yaitu setiap keadaan yang dirasakan orang mengancam dan membahayakan dirinya. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan atau kondisi seseorang dalam menghadapi lingkungan (Marita dkk., 2008).

Pengertian stres yang dikemukakan oleh Robbins (2006:793) adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang, kendala (constraints), atau tuntutan (demands) yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.

(56)

individu dari berbagai lingkungan terhadap situasi atau tuntutan yang dirasakan oleh seseorang tersebut.

2.2.5.2Penyebab Stres

Penyebab stres (Stressors) itu bertumpuk–tumpuk fakta yang cenderung diabaikan ketika penyebab stres ditinjau secara individual adalah bahwa stres merupakan fenomena yang bertumpuk–tumpuk.Stres itu senantiasa bertumpuk–tumpuk.Tiap penyebab stres yang baru dan bertahan menambah ke tingkat stres individu.Penyebab stres tunggal mungkin relatif tidak penting, tetapi jika ditambahkan ke tingkat stres yang sudah tinggi, dapat ibarat sehelai jerami yang mematahkan punggung unta. Jika kita ingin menilai banyaknya stres total yang merundung individu, kita harus menjumlahkan stres kesempatan, stres kendala, stres tuntutannya (Robbins, 2006: 798).

(57)

dalam kuliah yang sudah begitu melelahkan.Masalah diluar perkuliahan mau tak mau harus diakui turut mempengaruhi, baik dari segi mood, konsentrasi, maupun prestasi akademik. Apalagi grafik usia yang menunjukkan bahwa para mahasiswa umumnya berada dalam tahap remaja (adolescence) hingga dewasa muda (early adulthood). Seseorang pada rentan usia ini masih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman. Masalah–masalah tersebut, baik dalam hal perkuliahan maupun di kehidupan di luar kampus, dapat menjadi distress yang mengancam. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika ada stressor yang datang, maka tubuh akan meresponnya. Supaya kita tidak salah mengerti respon ini, maka pertama–tama kita perlu memahami dulu stressor–stressor apa saja yang mungkin muncul dalam kehidupan mahasiswa (Ningtyas, 2012).

Menurut Hall dalam Ningtyas (2012), penyebab stress antara lain: 1 Keadaan atau rangsang yang menekan, seperti misalnya kematian

orang yang dicintai, tugas yang berat, keadaan jalan macet, kemarahan bos, ditekan waktu dalam bekerja, problem yang sulit dipecahkan, tujuan yang sulit dicapai, dan sebagainya.

(58)

3 Sebab yang ketiga adalah apa yang disebut dengan frustasi yaitu keadaan tegang akibat dari tidak tercapainya tujuan. Sebagai contoh, ingin lulus ujian tetapi tidak lulus, ingin naik pangkat atau jabatan tetapi tidak dapat naik, melamar gadis ditolak oleh gadis, dan sebagainya. Situasi semacam ini dapat menimbulkan apa yang disebut frustasi, sebagai gilirannya mengakibatkan stres.

2.2.5.3Dampak Str es

Orang yang mengalami stres dapat mengalaminya hanya untuk sementara waktu saja atau dapat untuk waktu yang lama. Pada tahap akhir, stres psikologik akan menampakkan diri dalam bentuk sakit fisik atau sakit psikis antara lain kesehatan jiwa terganggu, orang dapat menjadi agresif, dapat menjadi depresi, dapat menderita neurosis cemas, dapat menderita gangguan psikomotorik, dan dapat tidak sehat badan atau menderita penyakit fisik yaitu tekanan darah tinggi, sakit jantung, sesak nafas (Asthma Bronkhial), radang usus, tukak lambung atau usus, sakit kepala (Tension Headache), sakit eksim kulit (Neurodermatitis), Konstipasi, Arthritis, Kanker, dll (Ningtyas, 2012).

(59)

sampai yang bersangkutan mengalami depresi. Padahal peristiwa tersebut bagi orang lain tidak sampai menimbulkan depresi (rasa tertekan yang sangat dalam), walaupun memang menimbulkan kekecewaan tetapi segera hilang dan segera belajar lagi untuk ujian ulangan yang akan datang (Ningtyas: 2012).

2.2.5.4Mengelola Str es

Stres telah menjadi mimpi buruk bagi banyak mahasiswa dari tahun ke tahun, bahkan tidak jarang stres berkembang menjadi “mesin penghancur” hidup para mahasiswa.Namun, “tamu tak diundang” ini sebenarnya dapat kita siasati. Memahami stres dan mengenali gangguan stres yang seringkali muncul pada mahasiswa, akan membantu kita dalam menemukan “jurus” yang ampuh untuk menyiasatinya. Stres yang muncul pada anak akan membuat anak melakukan suatu coping.

Coping adalah suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu.Coping yang dilakukan ini berbeda dengan perilaku adaptif otomatis, karena copingmembutuhkan suatu usaha, yang mana hal tersebut akan menjadi perilaku otomatis lewat proses belajar. Coping

(60)

tidak semua situasi tersebut dapat benar-benar dikuasai.Maka, coping yang efektif untuk dilakukan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (Lazarus & Folkman, 1984) (Ningtyas, 2012).

Menurut Lazarus & Folkman (1984), dalam melakukan coping, ada dua strategi yang dibedakan menjadi (Ningtyas, 2012):

1. Problem-focused coping

Problem-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan.

2. Emotion-focused coping

Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan.

(61)

strategi coping pasti digunakan oleh individu (Taylor, 1991) (Ningtyas, 2012).

Beberapa strategi coping untuk menangani stressor–stressor yang muncul dalam kehidupan perkuliahan, antara lain (Ningtyas, 2012):

a. Buka diri anda terhadap lingkungan sosial

Jangan pernah merasa minder, rendah diri, atau diasingkan.Yakinlah, bahwa tiap pribadi begitu unik.Termasuk juga anda.Jadi, semangatlah menghadapi hari–hari dalam kuliah sebagai mahasiswa. Sapa tiap orang yang anda kenal jika bertemu dengan mereka, mulai dari teman sekelas, dosen, sahabat lain dalam satu fakultas yang sama juga fakultas lain, hingga petugas parkir atau kebersihan di kampus. Libatkan diri anda dalam obrolan kecil bersama teman–teman. Sehingga, anda akan diingat oleh orang–orang sekitar anda, dan tentunya image positif pun terpancar dengan baik.

b. Lakukan berbagai aktivitas yang member pengaruh positif

Melibatkan diri dalam kesibukan di luar kuliah akan menjadi obat ampuh untuk memanage distress menjadi eustress. Bergabung dalam klub–klub kegiatan yang ada di kampus memberi banyak keuntungan.Bakat semakin terasah, dan pikiran pun tidak lagi disibukkan oleh berbagai kekhawatiran. Dan yang pasti, relasi sosial akan semakin berkembang.

(62)

Selalu sisihkan uang anda secara teratur dan bijaksana.Selain terhindar dari pemborosan yang tak perlu, menabung berarti terhindar dari menciptakan masalah sendiri.Anda tak perlu stres ketika ada kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi, sebab ada tabungan yang dapat digunakan di saat–saat genting. Menurut Jack Ferner (1980),

time management berarti menggunakan sumber daya, termasuk waktu, secara efisien, sehingga kita dapat mencapai tujuan pribadi kita sendiri. Perlakuan waktu seperti layaknya harta langka, gunakan sebijak mungkin,. Membuat jadwal harian akan membuat hidup lebih teratur. Dan yang pasti, stress akibat terlambat datang ke kampus, bangun kesiangan, atau tidak punya waktu istirahat akan terhindarkan. Lebih baik lagi kita bisa membuat rencana jangka panjang.Misalnya, untuk waktu kuliah yang diperlukan.Planning seperti ini akan membuat hidup lebih terarah dan terencana. Sehingga, kita kan siap menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi nantinya.

d. Berlatih dan belajar

(63)

e. Kendalikan emosi

Dalam dunia psikologi, dikenal dengan adanya istilah kepribadian tipe A. orang dengan jenis kepribadian ini cenderung agresif, kompetitif, tegang, ceroboh, dan merasa “dikejar – kejar” waktu (Rice, 1999).Jika anda memiliki karakter–karakter demikian, mulailah untuk hidup tenang.Aturlah hidup anda sedemikian rupa sehingga emosi anda menjadi lebih stabil.Jangan anggap kuliah sebagai beban, tetapi jadikan sebagai pengalaman hidup berharga yang menyenangkan bagi anda.

f. Jangan ragu minta tolong

Manusia adalah makhluk sosial.Kita tidak dilahirkan untuk menangani segala hal dalam hidup kita sendirian.Jadi, ketika segala masalah sudah begitu menumpuk, tak perlu malu untuk meminta bantuan pada orang– orang terdekat.Mintalah saran dan pertolongan dari teman untuk memecahkan masalah kuliah anda.Jangan pendam sendiri segala keluh kesah yang menghampiri anda.Bercerita tentang kesulitan–kesulitan yang sedang dialami seringkali menjadi alternatif yang baik untuk membuat perasaan menjadi lebih nyaman dan beban pikiran berkurang. g. Alihkan pandangan dari rutinitas

Erik Erikson, seorang tokoh psikologi, mengenalkan istilah

(64)

dalam (Ningtyas, 2012).Seperti beristirahat, berlibur, atau sekedar jalan–jalan santai.

Jika segala coping stres telah dicoba namun hasilnya tak kunjung datang, mungkin masalahnya bukan pada coping, tapi diri anda yang lelah (exhausted) dan jenuh menghadapi segala rutinitas, masalah, dan tekanan dalam kuliah yang datang bertubi–tubi.Jadi, mulailah mencari penyegaran, agar diri anda lebih fresh dan siap menghadapi aktivitas kuliah dengan maksimal (Ningtyas, 2012).

2.1.6 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi

Kamus Bahasa Indonesia kontemporer mendefinisikan emosi sebagai keadaan yang keras yang timbul dari hati, perasaan jiwa yang kuat seperti sedih, luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang cepat. Emosional adalah hal – hal yang berhubungan dengan emosi (Suryaningsum, dkk., 2004: 352).

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik di dalam diri kita. Kemampuan ini saling berbeda melengkapi dengan kemampuan akademik murni yang diukur dengan kecerdasan intelegensi (IQ).

(65)

memepengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan, sehingga seseorang tersebut dapat mengatasi stres yang akan datang (Arbadiati dan Kurnia, 2007).

Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan yang tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasaan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kemampuan–kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita–citanya (Melandy dan Azizah, 2006: 3).

Adanya kecerdasan emosional yang ditandai oleh kemampuan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan kemampuan sosial akan mempengaruhi perilaku belajar mahasiswa yang nantinya juga mempengaruhi seberapa besar tingkat stres yang dialami mahasiswa. Seorang mahasiswa yang kecerdasan emosionalnya tinggi akan berdampak positif pada perilaku belajar mahasiswa tersebut sehingga memiliki peranan penting untuk mengahadapi stres yang akan datang (Marita, dkk., 2008: 8).

(66)

semakin menurun, begitu pula sebaliknya jika pada kecerdasan emosional semakin menurun maka stres kuliah akan semakin meningkat.

2.1.7 Pengaruh Kecerdasan Spir itual Ter hadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi

Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya., serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. (Zohar da Marshall, 2002:4).

Kecerdasan spiritual melampaui kekinian dan pengalaman manusia, serta merupakan bagian terdalam dan terpenting dari manusia.(Melandy dan Azizah, 2006).

Kecerdasan Spiritualadalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif.Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi kita (Zohar dan Marshall, 2002:4).Wujud dari Kecerdasan Spiritual sikap moral yang dipandang luhur oleh pelaku (Ummah dll, 2003 dalam Tikollah dkk, 2006). Hal ini berarti orang yang memiliki Kecerdasan Spiritual (SQ) akan mewujudkan dalam perilaku yang luhur.

(67)

masalah, bahkan penderitaan yangdialaminya.Dengan memberi makna yang positif itu, maka seseorang mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Dengan demikian jika seseorang memiliki kecerdasan spiritual yang baik maka dia dapat lebih menggunakan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektuanya secara efektif untuk mendorong keberhasilan dalam belajar dan memahmi makna belajar yang sesunguhnya sebagai mahasiswa di perguruan tinggi serta terhindar dari rasa kebosanan dan tertekan dalam kuliah yang menyebabkan stress kuliah.

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan jika kecerdasan spiritual semakin meningkat mengakibatkan stres kuliah semakin menurun, begitu pula sebaliknya jika pada kecerdasan spiritual semakin menurun maka stres kuliah akan semakin meningkat.

2.1.8 Pengaruh Perilaku Belajar Ter hadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi

(68)

yang dilakukan individu secara berulang–ulang sehingga menjadi otomatis dan spontan.

Suwardjono (2004:10) menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan strategik dalam mencapai tujuan individual seseorang. Semangat, cara belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan adanya tujuan individual dan tujuan lembaga pendidikan yang jelas.

Surachmad (2001) mengemukakan lima hal yang berhubungan dengan perilaku belajar yang baik, yaitu kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian. Calhoun dan Acocella (1995) menyatakan bahwa dampak kebiasaan belajar yang jelek bertambah berat ketika kebiasaan itu membiarkan mahasiswa dapat lolos tanpa gagal (Marita, dkk., 2008: 4).

Mahasiswa terkadang merasa bosan dan tertekan dengan kuliahnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna belajar di perguruan tinggi yang akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar di perguruan tinggi yang pada akhirnya akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar di perguruan tinggi.

(69)

Gambar

Tabel 1.1 daftar nilai IPK mahasiswa akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur angkatan 2009
Tabel 2.1. Kerangka Kerja Kecakapan Emosi
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Nilai Rata-Rata Jawaban Responden untuk Variabel Kecerdasan Spiritual (X2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pulau Pramuka saat ini memiliki potensi sebagai tujuan wisata, selain sebagai ibu kota kabupaten, Pulau Pramuka memiliki banyak tempat kegiatan yang dapat dikembangkan

“Fasilitias yang diberikan WM untuk dosen sudah baik ada wifi yang bisa diakses untuk dosen dan ruang untuk setiap dosen tetapi yang menurut saya masih kurang adalah

Tujuan penelitian adalah mendapatkan bukti empirik dan menemukan kejelasan fenomena, serta kesimpulan tentang Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa, Kualitas Pelayanan

An.. Pada perhitungan rugr-rug minor atiran diperoleh harga sebesar 2,876 m yaitu dengan menjumlahkan rugr-rug kecil pada pipa I dengan pipa II. Dengan

[r]

4.1 Menyusun teks interaksi transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana yang melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait jati diri, dengan

c) Memastikan papan putih, whiteboard marker, meja ketua pengawas, almari UPSR, jam dinding, kapur tulis disediakan dalam dewan/bilik UPSR.. TAKLIMAT UPSR DAN

perairan Rawapening, dengan langkah-langkah sebagai berikut. 2) Pengukuran suhu air dilakukan secara langsung dengan thermometer, sedangkan pengukuran kualitas air