HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN NEGATIF ORANG TUA DENGAN
PERILAKU MEROKOK REMAJA DI DESA PURO KECAMATAN
KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Meraih Derajat Sarjana
Keperawatan
Oleh:
DIDIK NOTO SUSANTO
J 210.101.011
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Hubungan Antara Dukungan Negatif Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Remaja Di Desa Puro Kecamatan Karangmalang Sragen (Didik Noto Susanto)
1
PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN NEGATIF ORANG TUA DENGAN PERILAKU MEROKOK REMAJA DI DESA PURO KECAMATAN
KARANGMALANG SRAGEN
Didik Noto Susanto.* Bd. Sulastri, SKp.,M.Kes ** Dewi Listyorini, S.Kep., Ns ***
Abstrak
Prevalensi perokok di negara berkembang adalah 48% pria dan 7% wanita, sedangkan pada negara maju prevalensi pria sebanyak 42% dan wanita sebanyak 24%. Meningkatnya prevalensi merokok menyebabkan masalah rokok menjadi masalah yang sangat serius. Lingkungan keluarga memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian anak, karena dalam keluarga anak pertama kali mengenal dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok remaja di Desa Puro Karangmalang Sragen. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah 465 remaja laki-laki usia 15-20 tahun, sampel penelitian 82 remaja dengan teknik sampling adalah proportional random. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Penelitian ini menyimpulkan: (1) tingkat dukungan negatif keluarga pada remaja laki-laki adalah sedang, (2) perilaku merokok pada remaja laki-laki sebagian besar adalah merokok, (3) ada hubungan antara tingkat dukungan keluarga dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki di Desa Puro Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen.
Hubungan Antara Dukungan Negatif Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Remaja Di Desa Puro Kecamatan Karangmalang Sragen (Didik Noto Susanto)
2
RELATIONSHIP BETWEEN NEGATIVE PARENTS SUPPORT YOUTH SMOKING BEHAVIOR IN THE VILLAGE DISTRICT PURO
KARANGMALANG SRAGEN
Didik Noto Susanto.* Bd. Sulastri, SKp.,M.Kes ** Dewi Listyorini, S.Kep., Ns ***
ABSTRACT
The prevalence of smokers in developing countries was 48% male and 7% female, whereas in developed countries the prevalence of 42% men and 24% women. The increasing prevalence of cigarette smoking causes problems become a very serious problem. Family environment has a major role in shaping the personality of the child, because the child's family first came to know the world. This study aims to determine the relationship between parental supports to adolescent smoking behavior in the village of Puro Karangmalang Sragen. This research was quantitative research with cross sectional approach. The study population was 465 boys aged 15-20 years while the sample with as many as 82 teens are proportional random sampling technique. The research instrument was a questionnaire. The analysis using Chi Square test. The study concluded that: (1) the level of family support on adolescent boys was moderate, (2) smoking behavior in adolescent boys was permitted, (3) there relationship between the level of family support and smoking behavior in young men in the village of Puro Karangmalang Sragen district.
Keywords: parents support, smoking behavior, adolescents
Hubungan Antara Dukungan Negatif Orang tua Dengan Perilaku Merokok Remaja Di Desa Puro Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen (Didik Noto Susanto)
PENDAHULUAN
Remaja merupakan asset bangsa yang perlu diperhatikan,
sehingga perkembangan remaja
perlu dipantau terutama
hubungannya dengan pengaruh
lingkungan terhadap perkembangan kepribadian remaja. Masa remaja didominasi oleh keinginan untuk memperoleh kebebasan hidup, sehingga remaja cenderung memiliki sikap pemberontak dan menentak tatanan hidup di masyarakat.
Santrock (2003)
mengungkapkan bahwa masa
remaja merupakan masa yang
penuh gejolak emosi dan
ketidakseimbangan, dimana remaja
mengalami kesulitan dalam
menerima kekecewaan dan
penderitaan, terjadinya peningkatan konflik, pertengangan-pertentangan dan krisis terhadap penyesuaian hidup, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasingan dari
kehidupan dewasa dan norma
masyarakat. Ketidakseimbangan
emosi tersebut menyebabkan
remaja biasanya melakukan usaha-usaha untuk menyeimbangkannya,
misalnya dengan merokok,
mengkonsumsi minuman keras, atau bahkan bergaul bebas.
Penelitian yang dilakukan oleh
Indri (2007) tentang Perilaku
Merokok Pada Remaja,
menunjukkan perilaku merokok
umumnya dimulai pada usia 11-13 tahun, selanjutnya perilaku merokok tersebut diawali olah rasa ingin tahu dan pengaruh lingkungan social, dan
perilaku meniru orang lain
(modeling agent) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok.
Pada negara-negara
berpendapatan tinggi, terdapat
delapan dari sepuluh perokok
dimulai dari usia belasan tahun.
Pada beberapa negara
berpendapatan rendah dan
menengah, remaja mulai merokok pada awal usai duapuluhan tahun (Simamorang, 2010).
Badan kesehatan PBB (World Health Organization) memperkirakan bahwa sepertiga dari penduduk dewasa sedunia adalah perokok dimana prevalensi pria sebanyak 47% dan wanita 12%. Prevalensi perokok di negara berkembang adalah 48% pria dan 7% wanita,
sedangkan pada negara maju
prevalensi pria sebanyak 42% dan wanita sebanyak 24%.
Meningkatnya prevalensi
merokok menyebabkan masalah rokok menjadi masalah yang sangat serius. Peningkatan jumlah perokok khususnya di negara berkembang seperti Indonesia menjadi masalah
yang harus segera diatasi.
Prevalensi perokok di Indonesia pada tahun 2007 adalah 34,2 dan meningkat menjadi 34,7 pada tahun 2010. (Depkes RI, 2010).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk perokok tertinggi ketiga setelah China dan India. Jumlah perokok Indonesia
mencapai 65 juta penduduk,
sementara China mencapai 390 juga dan India 144 juta perokok. Perilaku merokok tersebut lebih diperparah dengan bahwa perilaku merokok tersebut juga merambah pada kaum remaja, dimana pada tahun 2009
mengemukakan beberapa faktor
yang mempengaruhi perilaku
merokok pada remaja antara lain
pengaruh orang tua, pengaruh
teman, faktor kepribadian dan
memiliki peran besar dalam
membentuk kepribadian anak,
karena dalam keluarga anak
pertama kali mengenal dunia. Anak mencontoh perilaku orang tua atau orang-orang dewasa di lingkungan keluarga. Pola asuh dan dukungan
keluarga dalam memberikan
pendidikan tentang nilai-nilai
kehidupan, baik kesehatan, sosial
dan agama yang diberikan
merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak untuk
menjadi pribadi dan anggota
masyarakat yang sehat.
Orang tua adalah contoh dan model bagi remaja, namun bagi orang tua yang kurang tahu tentang kesehatan secara tidak langsung mereka telah mengajarkan perilaku atau pola hidup yang kurang sehat. Banyaknya remaja yang merokok salah satu pendorongnya adalah dari pola asuh orang tua mereka yang kurang baik, contohnya saja perilaku orang tua yang merokok dan perilaku tersebut dicontoh oleh
anak- anaknya secara turun
kehidupan sehari-hari kita di rumah, dijalan-jalan, diangkutan umum atau pun di kantor, hampir setiap saat dijumpai dan disaksikan orang yang sedang merokok. Hal yang lebih memprihatinkan lagi adalah usia mulai merokok yang setiap tahun semakin muda.
Hasil observasi peneliti pada terhadap 20 remaja usia 15-20 tahun
di Desa Puro Kecamatan
Karangamalang Sragen diperoleh data bahwa 15 anak diantaranya
merokok dan 5 lainnya tidak
merokok. Pada anak yang merokok
diperoleh fakta bahwa mereka
merokok disebabkan oleh adanya keinginan untuk mencoba, meniru teman, diajak teman dan ingin menunjukkan bahwa mereka telah
dewasa. Selanjutnya ketika
ditanyakan apakah orang tua tidak
melarang, maka 10 orang
diantaranya menyatakan bahwa
orang tua tidak melarang perilaku merokok remaja, karena orang tua juga perokok.
Data observasi peneliti di
wilayah desa Puro Karangmalang
Sragen menunjukkan sebagian
besar orang tua khususnya laki-laki adalah perokok. Perilaku merokok
bagi masyarakat desa Puro
merupakan kebiasaan yang salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Desa Puro memiliki kondisi iklim yang relatif dingin dikarenakan letak geografis yang berdekatan dengan Gunung Lawu.
Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut, maka peneliti
tertarik untuk meneliti “Hubungan
antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok remaja di Desa
Puro Karangmalang Sragen”.
LANDASAN TEORI
Remaja
Masa remaja merupakan
salah satu periode dari
perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, psikologik, dan
perubahan sosial. Di sebagian
masyarakat dan budaya masa
remaja umumnya dimulai pada usia 10 – 13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo,
2007). Sedangkan Soetjiningsih
yaitu antara 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.
Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut (Soetjiningsih, 2004):
a. Masa Pra-Pubertas
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari
kanak-kanak menjadi remaja
(12-13 tahun). Pada anak
perempuan, masa ini lebih
singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini terjadi perubahan, yang besar pada remaja yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai
berkembangnya organ-organ
seksual serta organ-organ
reproduksi remaja. Disamping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat juga terjadi pada fase ini. Akibatnya remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering
diwujudkan dalam bentuk
pembangkangan ataupun
pembantahan terhadap orang
tua, mulai menyukai orang
dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaannya tersebut.
b. Masa Pubertas
Masa ini disebut juga sebagai masa remaja awal, dimana
perkembangan fisik mereka
begitu menonjol. Usianya
berkisar 14-16 tahun. Remaja
sangat cemas akan
perkembangan fisiknya,
sekaligus bangga bahwa hal ini menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi
sangat labil akibat dari
perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual yang menjadi kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini,
sehingga orang tua harus
mendampinginya serta
memberikan pengertian yang
baik dan benar tentang
seksualitas. Jika hal ini gagal
ditangani dengan baik,
perkembangan psikis mereka
khususnya dalam hal
pengenalan diri atau gender dan seksualitasnya akan terganggu. Disamping itu, remaja mulai
mengerti tentang gengsi,
penampilan dan gaya tarik
seksual. Karena kebingungan
mereka, ditambah labilnya
emosional akibat pengaruh
perkembangan seksualitasnya.
Perasaan sosial remaja dimasa ini semakin kuat dan mereka
bergabung dalam kelompok
yang disukainya dan membuat
peraturan-peraturan yang
dipikirkannya sendiri.
c. Masa akhir Pubertas
Pada masa ini (17-18 tahun), remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga
tubuh mereka dianggap
menentukan harga diri mereka, masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas
mereka sudah tercapai
kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
d. Periode Remaja Adoleneent
Pada periode ini umumnya
berumur 19-21 tahun dan
mereka sudah mencapai
kematangan yang sernpurna,
baik segi fisik, maupun
psikisnya. Mereka akan
mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai
memperjuangkan suatu
idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu
lebih mudah daripada
menjalaninya. Sikapnya
terhadap kehidupan mulai
terlihat jelas, seperti cita-citanya,
minatnya, bakatnya dan
sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
Karakteristik Remaja
Menurut Mu’tadin (2002),
berdasarkan ciri-ciri
perkembangannya, maka secara umum remaja memiliki karakter dan kebutuhan :
(a) Rasa ingin tahu yang benar
Rasa ingin tahu bisa jadi
membahayakan karena :
(1) Melibatkan hal
yang vital seperti :
keberadaan Tuhan,
bagaimana rasanya
melakukan hubungan seks dan sebagainya.
(2) Berkaitan dengan
karakteristik remaja lain yaitu
kebanggaan akan
kemandirian yang
mendorong ke arah tindakan
untuk membuktikan rasa
ingin tahu.
(b) Rasa ingin tahu dan kebutuhan
akan kemandirian akan
mendorong kematangan.
Menurut Schineider, kebutuhan
khas yang dimiliki remaja sesuai dengan perkembangannya.
Merokok
Menarut Lventhal & Clearly dalam Komalasari & Helmi (2006) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok :
a.
Tahap preparatorySeseorang mendapat
gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari
hasil bacaan. Hal-hal ini
menimbulkan minat untuk
merokok.
b.
Tahap initiationTahap initiation atau
penitisan merokok yaitu tahap
apakah seseorang akan
meneruskan ataukah tidak
terhadap perilaku merokok.
c.
Tahap becoming a smokerApabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang setiap hari maka
mempunyai kecendungan
menjadi perokok.
d.
Tahap maintenance of smokingTahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari
cara pengaturan diri (self
regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
Remaja merokok dipengaruhi oleh (Subanda, 2004)
a. Pengaruh orang tua
Dalam sebuah penelitian, remaja merokok berasal dari keluarga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya
dan memberikan hukuman fisik
yang keras sehingga lebih
dari keluarga konservatif yang menekankan nilia-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan dalam.jangka panjang lebih suli, untuk telibat dalam urusan rokok atau obat-obatan. Hal ini berbeda dengan keluarga
yang permisif dengan
penekanan pada falsafah
”kerjakan urusanmu sendiri
-sendiri". Dan kejadian yang lebih berat sendiri yaitu jika orang tua sendiri menjadi contoh sebagai
perokok berat sehingga
kemungkinan besar anaknya
akan menjadi perokok. Perilaku merokok didapati pula pada mereka yang tinggal dengan
satu orang (single parent),
remaja aka merokok jika ibu mereka merokok. Ini terjadi pada remaja putri.
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta
membuktikan jika semakin
banyak remaja merokok maka semakin besar Kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan begitu juga sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yaitu remaja tadi
terpengaruh oleh
teman-temannya atau bahkan teman--temannya dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.
Diantara remaja perokok
terdapat 87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat perokok dan juga remaja yang tidak merokok. c. Faktor kepribadian
Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa
sakit fisik Mau jiwa,
membebaskan diri dari
kebosanan. Satu sifat
kepribadian bersifat prediktif
pada penguna obat-obatan
(termasuk rokok) adalah
konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada suatu tes konformitas sosial lebih
mudah menjadi pengguna
dibanding dengan mereka yarg memiliki skor rendah.
d. Pengaruh iklan
Melihat iklan dimedia
masa maupun elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang
kejantanan atau glamour,
membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.
Dukungan Orang Tua
Dukungan orangtua
merupakan sistem dukungan sosial yang terpenting di masa remaja.
Dibandingkan dengan sistem
dukungan sosial lainnya, dukungan
orangtua berhubungan dengan
kesuksesan akademis remaja,
gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri, motivasi dan
kesehatan mental. Keterlibatan
orangtua dihubungkan dengan
prestasi sekolah dan emosional serta penyesuaian selama sekolah pada remaja (Yusuf, 2008).
Dukungan orang tua dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu dukungan yang bersifat positif dan dukungan yang bersifat negatif. Dukungan positif adalah perilaku
positif yang ditunjukkan oleh
orangtua. Sedangkan dukungan
yang bersifat negatif adalah perilaku yang dinilai negatif yang dapat mengarahkan pada perilaku negatif anak. Dukungan keluarga bersifat optimal ketika dukungan tersebut sesuai dengan harapan umur anak sehingga anak dapat mencapai kemandirian.
Hasbullah (2004),
bentuk-bentuk dukungan orang tua kepada remaja, antara lain:
a. Dukungan Moral
Dukungan moral dari orang tua kepada anak meliputi kasih
sayang, keteladanan,
bimbingan dan pengarahan, dorongan, menanamkan rasa percaya diri.
b. Dukungan Material
Dukungan material berupa pemenuhan kebutuhan fisik yaitu biaya pendidikan, fasilitas belajar, alat dan keperluan belajar, dan biaya hidup yang
dibutuhkan oleh remaja.
Potensi perkembangan anak dapat terlaksana dengan baik
jika orang tua mampu
memberikan dukungan material
yang mampu menopang
kegiatan remaja.
Kerangka Konsep
V. Bebas V. Terikat
Gambar 1 Kerangka Konsep
Hipotesis
Ho : tidak terdapat hubungan antara dukungan negatif orang tua terhadap merokok pada remaja di Desa Puro Kecamatan Karangmalang Sragen
Ha : terdapat hubungan antara
dukungan negatif orang tua terhadap merokok pada remaja di Desa Puro Kecamatan Karangmalang Sragen
METODELOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yaitu nilai-nilai yang dapat dinyatakan dalam angka-angka. Pendekatan penelian adalah cross sectional yaitu menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008). Rancangan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan orang tua terhadap perilaku merokok pada remaja di Desa Puro Kecamatan Karangamalang Sragen.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 465 remaja laki-laki usia 15-20 tahun di Desa Puro Kecamatan Karangamalang Sragen.
Sampel penelitian adalah 82 remaja laki-laki usia 15-20 tahun di
Desa Puro Kecamatan
Karangamalang Sragen, dengan
penentuan sampel menggunakan teknik proportional random sampling.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner.
Analisis Data
Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik Chi Square pada tingkat signifikansi 5%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Deskripsi Dukungan negatif Orang Tua
Tabel 1 Deskripsi Dukungan negative orang tua pada Remaja laki-laki di Desa Puro Kecamatan
Karangmalang Sragen Bulan Februari 2013
No Dokungan
menunjukkan bahwa tingkat
dukungan responden sebagian
besar adalah sedang yaitu sebanyak 45 responden (55%) dan sisanya berpengetahuan kurang sebanyak 37 responden.
Deskripsi Perilaku Merokok Pada Remaja laki-laki
Tabel 2 Deskripsi Perilaku Merokok pada Remaja laki-laki di Desa Puro Kecamatan Karangmalang Sragen Bulan Februari 2013
No Perilaku Merokok Frek %
1 2
Merokok Tidak merokok
46 sebagian besar responden adalah
merokok yaitu sebanyak 46
responden (56%) dan sisanya 36 responden (44%) tidak merokok.
Analisis Bivariat
Hubungan antara dukungan negatif orang tua dengan perilaku
merokok pada remaja laki-laki dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 3. Hubungan Dukungan
negative Orang Tua Dengan Perilaku Merokok pada Remaja laki-laki di Desa Puro Kecamatan Karangmalang Sragen Bulan Februari 2013 Dukungan
negative orang tua
Perilaku
Total Merokok Tidak
merokok
menunjukkan pada responden
dengan dukungan negative keluarga
kurang sebagian besar tidak
merokok yaitu sebanyak 21
responden (57%), sedangkan pada dukungan keluarga sedang sebagian besar merokok yaitu sebanyak 30
responden (67%), sehingga
berdasarkan tabulasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat
kecenderungan semakin besar
dukungan negative orang tua
terhadap perilaku merokok remaja, maka remaja cenderung merokok.
Hasil analisis dengan
program SPSS 15.00 for Windows
nilai statistik yang ditampilkan yaitu nilai 2 sebesar 4,523 dengan nilai probabilitas (p) 0,033. Karena probabilitas hitung kurang dari 0,05
atau 0,00 = 0,05, maka H0
penelitian ditolak, sehingga
diputuskan terdapat hubungan
PEMBAHASAN
Dukungan negative orang tua
Distribusi dukungan negative orang tua menunjukkan sebagian besar memiliki dukungan keluarga kategori sedang yaitu sebanyak 45
responden (55%) dan sisanya
berpengetahuan kurang sebanyak 37 responden. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa tingkat dukungan keluarga terhadap perilaku merokok responden adalah sedang, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan
budaya masyarakat.
Tingkat pendidikan
masyarakat di desa Puro rata-rata relatif rendah, dimana sebagian besar warga dengan usia 30 tahun keatas berpendidikan SMP dan SD. Feuer Stein, et al dalam Niven, (2002) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional. Tingkat pendidikan keluarga yang rendah menyebabkan pemahaman mereka terhadap bahaya merokok juga rendah, sehingga mereka cenderung permisif atau membiarkan perilaku merokok anak-anak mereka. Faktor
lain adalah budaya dimana
masyarakat desa Puro sebagian besar menganggap bahwa merokok merupakan perilaku yang lumrah
dan biasa dilakukan oleh
masyarakat, khususnya bagi laki-laki. Adanya kebiasaan tersebut menyebabkan remaja menganggap bahwa perilaku merokok adalah hal yang wajar dan boleh mereka lakukan.
Perilaku Merokok
Distribusi perilaku merokok
menunjukkan sebagian besar
responden merokok yaitu sebanyak 46 responden (56%) dan sisanya 36 responden (44%) tidak merokok. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulya perilaku merokok pada lelaki di desa Puro Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen antara faktor lingkungan pergaulan dan budaya merokok yang tinggi pada masyarakat setempat.
Pada umumnya lelaki remaja laki-laki di Desa Puro, melakukan perilaku merokok awalnya dari coba-coba dan diajak teman. Ketika
mereka mulai menikmati dan
merasakan enak, maka mereka akan terus melanjutkan perilaku merokok tersebut. Disisi lain, ketika mereka mendapati bahwa perilaku merokok yang mereka lakukan tidak ditentang oleh orang tua karena faktor kebiasaan, maka mereka merasa bahwa perilaku merokok adalah hal yang boleh mereka lakukan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Bandura (yang dikutip dalam Santrock, 2004) yang
menyatakan bahwa perilaku
merokok dewasa awal dapat terjadi secara biologis yang merupakan
naluri pembawaan dan dapat
dipelajari melalui observasi dan
peniruan. Semakin sering
mendapatkan penguatan misalnya dari contoh-contoh di sekitar dewasa
awal, maka semakin besar
terjadinya perilaku merokok.
Perilaku merokok dapat
dipelajari melakui observasi dan peniruan (imitasi), semakin sering mendapatkan penguatan semakin besar terjadinya perilaku merokok.
Orang yang frustasi karena
tujuannya terhambat oleh peristiwa yang menimbulkan stress, akan
mengalami keterbangkitan
menyenangkan. Pengalaman tidak
menyenangkan menimbulkan
gangguan emosi yang cenderung meningkatkan perilaku merokok.
Perilaku merokok pada
dewasa awal mudah sekali
ditularkan kepada temannya, salah satunya teman ditempat kerja. Hal
tersebut sebagaimana pendapat
Mu’tadin (2002), yang menyatakan
bahwa salah satu faktor yang sangat
kuat mempengaruhi perilaku
merokok dewasa awal adalah
pengaruh teman. Perilaku dewasa awal dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka bergaul, mereka
mempunyai hasrat mengikuti
kelompok untuk sama dengannya dan ingin mencoba sesuatu yang dianggap menyenangkan. Menurut Komalasari & Helmi (2006), alasan mengapa seseorang merokok salah satunya karena faktor individu. Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan.
Perilaku merokok tidak akan pernah surut dan tampaknya masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini tampak kehidupan sehari-hari kita di rumah, dijalan-jalan, diangkutan umum atau pun dikantor, hampir setiap saat dijumpai dan disaksikan
orang yang sedang merokok.
Meskipun informasi dan
pengetahuan tentang bahaya
merokok dan akibat negatif merokok
bagi perokok maupun bagi
lingkungan sekitarnya banyak
dikumandangkan, namun tingkah
laku merokok ini tetap saja
dilakukan. Hal tersebut merupakan
suatu realitas yang ada di
masyarakat (Christanto, 2004).
Kondisi ini perlu diwaspadai karena perilaku merokok merupakan pintu gerbang utama menjadi pecandu
narkoba (Adiningsih, 2003).
Keputusan seseorang untuk
menentukan merokok atau tidak merokok sangat tergantung pada
pengetahuan ilmiah tentang
merokok dan kaidah moral dari merokok yang dimiliki setiap orang. Miskinnya pengetahuan atau untuk membangun suatu sikap atau akan memiliki sikap yang cenderung lemah, pada akhirnya, sikap yang
lemah ini dikhawatirkan dapat
menyebabkan individu berperilaku yang tidak semestinya (Christanto, 2004).
Hubungan Dukungan Negatif
orang tua dengan Perilaku Merokok
Hasil analisis Chi Square diperoleh nilai 2 sebesar 4,523 dengan nilai probabilitas (p) 0,033. Karena probabilitas hitung kurang dari 0,05 atau 0,00 = 0,05, maka H0
penelitian ditolak, sehingga
diputuskan terdapat hubungan
antara dukungan negatif orang tua dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki di Desa Puro
Kecamatan Karangmalang
Kabupaten Sragen, dimana semakin tinggi dukungan negatif orangtua terhadap perilaku merokok remaja, maka perilaku merokok remaja semakin tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi dukungan negative orang tua yang diterima responden maka perilaku merokoknya semakin meningkat, namun dalam tabulasi silang hubungan dukungan keluarga dengan perilaku merokok ditemukan
16 responden yang memiliki
dukungan keluarga kurang namun merokok, sebaliknya terdapat 15
responden dengan dukungan
keluarga sedang namun tidak
merokok. Hal ini disebabkan adanya
faktor-faktor lain yang
mempengaruhi perilaku merokok
seseorang selain faktor
penguatan dan kondisi psikologis.
Pelaku perokok mungkin saja
memiliki dukungan keluarga yang kurang, dimana dukungan yang
kurang tersebut seharusnya
membuat perilaku merokoknya juga rendah, namun ketika adanya faktor
penguat misalnya lingkungan
pergaulan, imitasi dan kondisi
psikologis misalnya dalam kondisi tertekan, mana faktor-faktor tersebut akan saling tarik menarik dengan dukungan keluarga yang dimiliki untuk menentukan perilaku mana yang akan dipilih oleh pelaku perokok tersebut.
Perilaku merokok remaja dapat terjadi secara biologis yang merupakan naluri pembawaan dan dapat dipelajari melalui observasi dan peniruan (imitasi). Semakin
sering mendapatkan penguatan
misalnya dari contoh-contoh di sekitar remaja, maka semakin besar terjadinya perilaku merokok. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan
oleh Bandura (dalam
komalasari&Helmi, 2006),
berpendapat bahwa munculnya
suatu perilaku dihasilkan dua
mekanisme utama yaitu dari
penguatan (reinforcement) dan
peniruan (modeling). Jika individu
melakukan perilaku merokok
kemudian tidak diberi sanksi atau hukuman maka individu tersebut akan mengulangi lagi. Perilaku merokok dapat dipelajari melakui observasi dan peniruan (imitasi),
semakin sering mendapatkan
penguatan semakin besar terjadinya perilaku merokok . Orang yang frustasi karena tujuannya terhambat oleh peristiwa yang menimbulkan
stress, akan mengalami
keterbangkitan emosional yang tidak menyenangkan. Pengalaman tidak
menyenangkan menimbulkan
gangguan emosi yang cenderung meningkatkan perilaku merokok.
Hasil penelitian ini ternyata sesuai dengan penelitian Amin dan Nanad (2010) tentang hubungan
dukungan keluarga terhadap
perilaku miras remaja Desa
Sambirejo Kecamatan Plupuh
Sragen. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku miras remaja, dimana semakin tinggi dukungan keluarga maka perilaku miras remaja semakin tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat dukungan negative keluarga pada remaja laki-laki
di Desa Puro Kecamatan
Karangmalang Kabupaten
Sragen adalah sedang.
2. Sebagian besar remaja laki-laki
di Desa Puro Kecamatan
Karangmalang Kabupaten
Sragen adalah Perokok.
3. Ada hubungan antara tingkat dukungan negative orang tua dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki di Desa Puro
Kecamatan Karangmalang
Kabupaten Sragen, dimana
semakin tinggi dukungan
keluarga terhadap perilaku
merokok remaja, maka perilaku merokok remaja semakin tinggi.
Saran
1. Instansi Dinas Kesehatan
Sragen
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Dinas Kesehatan
dalam upaya menurunkan
perilaku merokok masyarakat,
yaitu dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat
kesehatan setempat hendaknya
aktif melakukan
penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan instansi pemerintah daerah, khususnya
tentang penyakit yang
ditimbulkan oleh perilaku
merokok, sehingga dengan
meningkatnya pengetahuan
masyarakat tentang perilaku
merokok, diharapkan
menurunkan perilaku merokok masyarakat.
2. Bagi Perokok
Perokok hendaknya lebih
meningkatkan pengetahuan
mereka tentang penyakit akibat perilaku merokok. Semakin baik
pengetahuan mereka, maka
perokok dapat
mempertimbangkan bahaya
resiko yang ditimbulkan oleh perilaku merokok mereka, dan
akhirnya akan menurunkan
minat mereka untuk merokok. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian yang ingin meneliti
dengan objek sejenis,
diharapkan untuk memperluas cakupan wilayah penelitian dan
variabel yang berhubungan
dengan perilaku merokok seperti pengetahuan, budaya, tingkat sosial ekonomi, dan pendidikan, sehingga dapat diketahui
faktor-faktor apakah yang paling
dominan berhubungan dengan perilaku merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, N.U. 2003. Renungan
Peringatan Hari
Perempuan Internasional.
Diperoleh dari
http://www.pelita.or.id/baca.
php?id= 23845 (Diakses
pada tanggal 24 Desember 2012).
Amin S, Nanad TP. 2010. Dukungan Keluarga terhadap Perilaku
Miras Remaja Desa
Sambirejo, Kecamatan
Plupuh, Sragen. Jurnal
Penelitian.. Fikkes, Vol 3 No. 2, September 2010.
Christanto, A. 2004. Merokok :
Antara Ya dan Tidak (Suatu Kajian Filsafat Ilmu).
http://www.mail-archive.com/dokter@yahoo groups.com/msg00486.htm l (Diakses pada tanggal 25 Desember 2012).
Departemen Kesehatan. 2010. Riset
Kesehatan Nasional
(Rikesnas) Riset Kesehatan Tahun 2010.
Hasbullah. 2004. Ayah Matikan
Rokok. www. Muallaf. Com.
Diakses tanggal 13
November 2012.
Indri, K.N. 2007. Perilaku Merokok Remaja. Publikasi Penelitian. Medan: Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Komalasari, D dan Helmi, F. A.
2006. Faktor-faktor
Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Yogyakarta: UGM Press
Lidia, A. 2003. Hubungan Stres dan
Perilaku Merokok pada
Remaja. Jurnal Penelitian. Malang: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.
Mu'tadin, Zainun. 2002. Remaja dan Rokok. http://www.e-psikologi.com/remaja.
Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain Edisi 2. Alih
Bahasa: Agung Waluyo.
Editor Monica Ester. Jakarta; EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.
Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta PT. Rineka Cipta.
Nursalam, 2008. Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Dan Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Santrock, John W. 2003.
Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Simamorang, Johan. 2010. Anda Stres? Obatnya Jangan Merokok. Diaskes tanggal 25 September 2012, dari
http://health.indexarticles.c om.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: EGC
Subanda, I. B. 2004. Tumbuh
Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Yusuf, S. 2008. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
*Didik Noto Susanto: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura
** Bd. Sulastri, SKp.,M.Kes: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura.
*** Dewi Listyorini, S.Kep., Ns: