HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kondisi Umum
Curah hujan selama penelitian dari bulan Oktober 2009 sampai Januari 2010 tergolong tinggi sampai sangat tinggi yaitu berkisar antara 242.1-415.8 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 20-29 hari. Temperatur rata-rata selama penelitian tersebut berkisar antara 25.3-26.3°C. Kondisi curah hujan tersebut sesuai untuk pertanaman padi sawah karena menurut klasifikasi Oldeman tanaman padi sawah membutuhkan curah hujan 200 mm/bulan (Handoko, 1995).
Bibit ditanam saat berumur 9 hari setelah semai dengan 1 bibit per lubang tanam. Kondisi awal penanaman hingga panen tanaman padi sawah tergolong normal karena intensitas serangan hama dan penyakit rendah. Pada saat tanaman berumur 0-3 MST, tanaman diserang oleh hama keong mas (Pomacea canaliculata). Serangan hama ini diatasi dengan pengendalian secara manual yaitu penyulaman. Hama-hama lain yang menyerang adalah belalang, walang sangit, dan burung. Hama-hama tersebut dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang besar. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 122 hari setelah tanam (HST).
Analisis Kandungan Hara Tanah
Analisis kandungan hara tanah dilakukan sebelum dan setelah panen.
Sebelum penelitian dilakuan analisis tanah awal dengan pengambilan contoh tanah secara komposit. Pada akhir penelitian sampel tanah diambil pada masing- masing petak perlakuan dan dilakukan komposit per ulangan sedangkan untuk perlakuan POC I yang diaplikasikan ke daun, sampel tanah diambil secara komposit. Analisis dilakukan terhadap pH tanah, kandungan C-Organik, C/N, N- Total, P, dan K. Hasil analisis kandungan hara tanah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Hara Tanah Sebelum dan Setelah Penelitian
Peubah Sebelum
Penelitian Setelah Penelitian
P1 P2-P6 P7 P8 P9 P10 P11
pH 6.0 5.80 5.80 5.70 5.70 5.90 5.90 6.00
C-Organik
(%) 2.35 1.25 1.30 1.04 1.13 1.30 1.54 1.64
C/N 13.10 12.5 10.83 10.4 10.30 10.00 10.30 9.60 N (%) 0.18 0.10 0.12 0.10 0.11 0.13 0.15 0.17 P (%) 9.60 9.90 9.40 9.40 9.90 10.30 10.80 11.60 K (%) 0.71 0.57 0.48 0.56 0.59 0.61 0.64 0.64 Sumber : Laboratorium Tanah, SEAMEO BIOTROP (2009-2010)
Hasil analisis tanah sebelum percobaan menunjukkan bahwa pH tanah tergolong agak masam, kandungan C-organik sedang, C/N rasio sedang, N rendah, P sangat rendah, dan K tergolong rendah menurut kriteria dari Hardjowigeno (2003). Secara umum, hasil analisis tanah setelah penelitian ini terjadi penurunan pada peubah pH, C-organik, C/N, N, dan K, namun terjadi peningkatan pada kandungan P tanah. Peningkatan unsur P tanah diduga karena ada penambahan unsur P dari pupuk dasar dan sifat unsur P yang tidak mobil di dalam tanah sedangkan penurunan N dan K diduga karena diambil oleh tanaman.
Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam
Hasil analisis uji F menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik dengan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap jumah anakan pada saat tanaman berumur 10 MST dan jumlah anakan produktif tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya. Secara rinci rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap beberapa peubah yang diamati disajikan pada Tabel 3 dan terlampir pada Lampiran 5-38.
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Aplikasi Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah
Peubah Pengaruh Perlakuan Koefisien Keragaman (%) Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman
3 MST tn 16.56
4 MST tn 7.86
5 MST tn 8.70
6 MST tn 8.11
7 MST tn 8.04
8 MST tn 7.23
9 MST tn 8.41
10 MST tn 8.54
Jumlah Anakan
3 MST tn 29.69
4 MST tn 30.31
5 MST tn 31.41
6 MST tn 26.62
7 MST tn 22.73
8 MST tn 29.75
9 MST tn 15.24
10 MST tn 13.05
Bagan Warna Daun
3 MST tn 4.40
4 MST tn 0.84
5 MST tn 4.16
6 MST tn 3.96
7 MST tn 6.02
8 MST tn 7.98
9 MST tn 21.22
10 MST tn 13.34
Bobot Kering Tajuk tn 37.61
Bobot Kering Akar tn 53.84
Volume Akar tn 41.59
Hasil dan Komponen Hasil
Jumlah Anakan Produktif tn 11.95
Jumlah Gabah per Malai tn 15.96
Panjang Malai tn 4.97
Bobot 1000 Butir tn 6.36
Bobot Basah Contoh tn 27.44
Bobot Kering Contoh tn 28.43
Peubah Pengaruh Perlakuan Koefisien Keragaman (%)
Gabah Kering Panen tn 25.37
Gabah Kering Giling tn 27.48
Persentase Gabah Hampa tn 18.91
Keterangan * : nyata pada taraf 5%
tn : tidak nyata
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman
Perlakuan pupuk organik cair I dan II tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman padi sawah dari awal (3 minggu setelah tanam/MST) hingga akhir pengamatan (10 minggu setelah tanam/MST) jika dibandingkan perlakuan kontrol (100 % NPK). Secara rinci pengaruh aplikasi pupuk organik cair I dan II terhadap tinggi tanaman padi sawah disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Tinggi Tanaman Padi Sawah
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm) 3
MST 4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST 100 % dosis NPK (P1) 25.73 29.14 38.40 44.52 54.40 62.12 67.45 70.58 100 % dosis NPK + 50 % dosis
POC I (P2) 25.36 31.60 40.66 48.38 56.33 63.06 66.36 66.76 100 % dosis NPK + 75 % dosis
POC I (P3) 21.56 31.03 41.11 49.65 56.86 64.90 66.84 72.34 100 % dosis NPK + 100 %
dosis POC I (P4) 28.56 32.92 43.91 52.15 60.73 68.06 72.98 73.44 75 % dosis NPK + 100 % dosis
POC I (P5) 18.83 27.61 38.10 45.33 53.18 63.95 68.52 71.25 50 % dosis NPK + 1 dosis POC
I (P6) 23.73 29.92 40.24 46.82 55.40 60.10 63.74 66.26 100 % dosis NPK + 50 % dosis
POC II (P7) 23.06 28.80 40.68 47.06 55.82 62.46 65.54 65.52 100 % dosis NPK + 75 % dosis
POC II (P8) 26.16 32.34 41.34 50.90 58.86 67.63 71.63 73.59 100 % dosis POC II + 100 %
dosis NPK (P9) 25.80 32.12 40.80 49.36 57.13 63.28 66.23 67.75 75 % dosis NPK + 100 % dosis
POC II (P10) 24.80 31.24 38.70 46.66 53.70 59.30 61.96 62.85 50 % dosis NPK + 100 % dosis
POC II (P11) 21.43 32.30 42.12 49.40 56.86 62.26 67.86 70.70
Aplikasi pupuk organik cair I maupun II tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi sawah. Aplikasi kedua jenis pupuk organik tersebut ditambah NPK penuh ataupun 50 % dan 75 % dosis NPK menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (100 % NPK). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi hara tanaman pada berbagai perlakuan tersebut cenderung tidak berbeda. Tinggi tanaman padi saat tanaman berumur 10 MST berkisar antara 62- 72 cm.
Jumlah Anakan
Hasil analisis uji F, menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan padi sawah pada saat tanaman berumur 10 MST, tetapi uji lanjut menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.
Seperti disajikan pada Tabel 5, dari umur 3 MST hingga 10 MST tidak terdapat perbedaan jumlah anakan antara perlakuan. Jumlah anakan pada saat tanaman berumur 10 MST rata-rata berkisar antara 13-21 anakan/rumpun. Walaupun tidak terdapat perbedaan jumlah anakan dengan perlakuan aplikasi pupuk organik cair, tetapi juga tidak terdapat penurunan yang nyata pada perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50 %.
Dari Tabel 5 juga terlihat bahwa penambahan pupuk organik cair I + 100 % dosis NPK menghasilkan jumlah anakan pada 10 MST sekitar 21 anakan/rumpun, apabila hanya NPK saja (100 % dosis) tanpa pupuk organik cair I jumlah anakan yang dihasilkan sekitar 19 anakan/rumpun sama dengan aplikasi 75 % NPK + pupuk organik cair I. Pengurangan dosis NPK hingga 50 % dengan penambahan pupuk organik cair I menghasilkan jumlah anakan sekitar 17 anakan/rumpun. Dari hasil tersebut terlihat bahwa penambahan pupuk organik cair I dapat sedikit meningkatkan jumlah anakan atau dengan aplikasi pupuk organik cair I dan pengurangan dosis pupuk NPK sebesar 25 % dapat menghasilkan jumlah anakan/rumpun yang sama dengan aplikasi 100 % dosis NPK. Aplikasi pupuk organik cair II yang dikombinasikan dengan 50 % NPK cenderung nyata menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan kontrol (100 % dosis NPK). Aplikasi pupuk organik cair II tidak konsisten dalam meningkatkan jumlah anakan padi sawah. Hal tersebut terlihat dari perlakuan p10
(100 % POC II + 75 % NPK) dan p11 (100 % POC II + 50 % NPK). Perlakuan p11 dengan pengurangan dosis NPK sebanyak 50 % justru menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan p10 (pengurangan 25 % dosis NPK). Secara rinci pengaruh pupuk organik cair I dan II terhadap jumlah anakan padi sawah disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Jumlah Anakan Padi Sawah
Perlakuan
Jumlah Anakan (anakan/rumpun) 3
MST 4 MST 5
MST 6 MST 7
MST 8 MST 9
MST 10 MST 100 % dosis NPK (P1) 5.13 8.53 12.20 18.86 21.86 27.93 22.53 18.00 100 % dosis NPK + 50 %
dosis POC I (P2) 6.93 11.60 15.73 23.20 25.93 28.33 23.60 18.66 100 % dosis NPK + 75 %
dosis POC I (P3) 6.26 10.06 14.53 22.73 27.40 30.53 24.8 21.26 100 % dosis NPK + 100 %
dosis POC I (P4) 6.40 11.73 17.73 24.66 28.93 37.00 27.06 21.93 75 % dosis NPK + 100 %
dosis POC I (P5) 5.06 7.40 11.33 17.20 21.13 26.22 21.26 19.26 50 % dosis NPK + 100 %
dosis POC I (P6) 7.46 10.60 14.20 19.60 23.13 26.40 19.40 16.66 100 % dosis NPK + 50 %
dosis POC II (P7) 6.06 7.86 14.60 18.46 20.26 27.06 20.66 16.26 100 % dosis NPK + 75 %
dosis POC II (P8) 7.80 11.64 15.86 23.46 28.40 29.73 22.00 18.53 100 % dosis NPK + 100 %
dosis POC II (P9) 6.20 10.37 18.80 23.93 26.93 32.93 23.40 18.93 75 % dosis NPK + 100 %
dosis POC II (P10) 6.13 8.86 14.00 17.53 18.86 36.23 16.93 13.66 50 % dosis NPK + 100 %
dosis POC II (P11) 7.00 10.73 18.06 24.80 27.53 32.33 24.60 21.73
Bagan Warna Daun
Bagan warna daun merupakan alat untuk mengukur kandungan N daun dengan melihat derajat warna hijau daun. Nilai ukuran tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan kebutuhan dosis pupuk N dan ukuran kecukupan unsur N bagi tanaman. Untuk bagan warna daun padi indica ditentukan kekurangan unsur hara N apabila pembacaan BWD < 4. Rata-rata hasil pengamatan warna daun setiap perlakuan disajikan pada Tabel 6.
Analisis Ragam uji F menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara perlakuan. Dari nilai hasil pembacaan skala BWD dari 3-10 MST rata-rata
berkisar 2-3. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar N daun padi berada pada status kurang. Kondisi tersebut diduga menjadi salah satu penyebab tidak berpengaruhnya pupuk organik cair yang diaplikasikan atau dosis pupuk organik cair diduga masih kurang tinggi. Aplikasi POC I dan POC II yang dikombinasikan dengan dosis NPK tidak mampu meningkatkan nilai bagan warna daun padi sawah.
Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Bagan Warna Daun Padi Sawah
Perlakuan BWD
3 MST 4
MST 5 MST 6
MST 7 MST 8
MST 9
MST 10 MST 100 % dosis NPK (P1) 2.96 3.00 3.06 3.00 3.40 3.20 3.36 3.00 100 % dosis NPK + 50 % dosis
POC I (P2) 2.86 2.96 3.06 3.06 3.56 3.16 3.23 2.96
100 % dosis NPK + 75 % dosis
POC I (P3) 2.83 3.00 3.06 3.06 3.60 3.30 3.36 2.63
100 % dosis NPK + 100 %
dosis POC I (P4) 2.90 3.00 3.06 3.10 3.60 3.53 3.23 2.73 75 % dosis NPK + 100 % dosis
POC I (P5) 2.80 3.00 3.13 3.00 3.50 3.43 3.43 2.83
50 % dosis NPK + 100 % dosis
POC I (P6) 2.90 3.00 3.00 3.06 3.16 3.00 3.00 2.50
100 % dosis NPK + 50 %
dosis POC II (P7) 2.83 3.00 3.06 3.00 3.50 3.00 3.00 2.50 100 % dosis NPK + 75 % dosis
POC II (P8) 2.83 3.00 3.06 3.20 3.56 3.39 3.00 2.83
100 % dosis NPK + 100 %
dosis POC II (P9) 2.90 3.00 3.06 3.06 3.63 3.13 3.06 2.50 75 % dosis NPK + 100 % dosis
POC II (P10) 2.90 2.96 3.00 2.96 3.26 3.03 2.86 2.50
50 % dosis NPK + 100 % dosis
POC II (P11) 2.73 3.00 3.00 3.16 3.16 3.10 3.13 2.66
Bobot Kering Tajuk dan Akar serta Volume Akar
Bobot kering tajuk dan akar serta volume akar tanaman merupakan peubah yang sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman karena mudah diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman. Peubah biomassa yang diamati pada tanaman padi sawah meliputi bobot kering akar, bobot kering tajuk/rumpun, dan volume akar. Secara rinci pengaruh POC I dan II yang dikombinasikan dengan dosis pupuk NPK terhadap biomassa tanaman disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan Nilai Bobot Kering Tajuk dan Akar serta Volume Akar Tanaman Padi Sawah pada Perlakuan Pupuk Organik Cair I dan II
Perlakuan
Bobot Kering Tajuk (g)
Bobot Kering Akar
(g)
Volume Akar
(ml) Kering Kering
100 % dosis NPK (P1) 19.00 6.00 23.33
100 % dosis NPK + 50 % dosis POC I (P2) 36.66 4.83 19.16
100 % dosis NPK + 75 % dosis POC I (P3) 37.66 10.66 17.50 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P4) 28.16 6.66 21.66
75 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P5) 22.50 5.66 14.16
50 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P6) 8.50 5.00 13.33
100 % dosis NPK + 50 % dosis POC II (P7) 40.33 7.16 26.66 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC II (P8) 39.66 11.66 25.83 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P9) 32.83 12.33 23.33 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P10) 31.00 10.33 23.33 50 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P11) 15.66 4.33 9.167
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa aplikasi POC I dan II menghasilkan bobot kering tajuk dan akar maupun volume akar yang tidak berbeda dibandingkan dengan aplikasi NPK saja. Penambahan pupuk organik cair merk II cenderung menghasilkan bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan volume akar yang lebih besar dari perlakuan 100 % dosis NPK hingga pengurangan 25 % dosis NPK. Pengurangan 50 % dosis NPK sangat menurunkan biomassa tanaman walaupun diaplikasikan pupuk organik cair dibandingkan dengan aplikasi 100 % dosis NPK. Aplikasi pupuk organik cair merk I terlihat terjadi penurunan bobot kering tajuk dan volume akar yang cukup besar apabila dosis pupuk NPK dikurangi 25-50% (Tabel 7). Dengan demikian walaupun tidak berbeda secara statistik, pupuk organik cair merk II lebih potensial untuk mengganti sebagian dosis pupuk NPK anorganik.
Hasil dan Komponen Hasil
Peubah komponen hasil tanaman padi sawah yang diamati dalam percobaan ini adalah jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, bobot 1000 butir gabah, dan persentase gabah hampa. Berdasarkan uji F, aplikasi pupuk organik cair terlihat berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif. Namun
demikian uji lanjut menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif yang dihasilkan setiap perlakuan tidak berbeda. Aplikasi 100 % NPK penuh menghasilkan jumlah anakan produktif yang tidak berbeda dengan perlakuan 50 % - 75 % NPK ditambah POC I. Kondisi tersebut menjelaskan bahwa POC I mampu mengurangi penggunaan 25 % - 50 % NPK dalam meningkatkan jumlah anakan produktif.
Jumlah anakan produktif yang dihasilkan pada aplikasi 100 % POC I + 75 % NPK menghasilkan jumlah anakan produktif sebanyak 16-17.2 anakan produktif/rumpun, rata-rata lebih banyak dari pada perlakuan kontrol (15.86 anakan produktif/rumpun). Secara rinci pengaruh pupuk organik cair I dan II terhadap hasil dan komponen hasil padi sawah disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Komponen Hasil Tanaman Padi Sawah
Perlakuan Jumlah
Anakan Produktif
Bobot 1000 Butir
Panjang Malai
Jumlah Gabah/
Malai
Gabah Hampa (%) 100 % dosis NPK (P1) 15.86 28.00 24.12 108.47 12.00 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC I
(P2) 17.00 27.66 23.60 94.33 14.33 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC I
(P3) 19.46 29.00 23.98 110.67 16.33 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC
I (P4) 19.80 27.33 24.16 119.27 12.00 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC I
(P5) 16.00 29.00 24.38 103.53 13.33 50 % dosis NPK + 100 % dosis POC I
(P6) 17.20 28.33 23.38 98.07 14.00 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC
II (P7) 17.20 28.33 22.14 90.73 14.66 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC II
(P8) 14.93 28.66 23.70 104.53 12.33 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC
II (P9) 19.86 30.33 23.83 105.67 15.33 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC II
(P10) 15.53 27.33 22.69 87.13 10.00 50 % dosis NPK + 100 % dosis POC II
(P11) 19.66 31.00 23.97 102.33 15.00
Hal yang sama juga terjadi pada peubah bobot 1000 butir. Pengurangan 25 % - 50 % dosis NPK + 100 % POC I juga menghasilkan bobot 1000 butir yang tidak berbeda dengan perlakuan 100 % dosis pupuk NPK. Namun pada aplikasi POC II tidak menghasilkan data yang konsisten hal tersebut terlihat dari perlakuan 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P10) dan 100 % dosis POC II + 100 %
dosis NPK (P9). Pengurangan dosis NPK hingga 50 % menghasilkan bobot 1000 butir sebesar 31 gram, namun pengurangan 25 % NPK menghasilkan bobot 1000 butir sebesar 27.33 gram, sedangkan perlakuan 100 % NPK hanya 28 gram.
Aplikasi pupuk POC I + 75 % NPK (pengurangan 25 % NPK) menghasilkan panjang malai yang tidak berbeda dengan perlakuan 100 % dosis NPK. Aplikasi POC dengan pengurangan dosis NPK tidak menghasilkan jumlah gabah/malai yang nyata lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Tidak berbedanya hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan penambahan POC I mampu mengurangi penggunaan dosis NPK hingga 25 %. Aplikasi POC II + 75
% NPK mampu menurunkan persentase gabah hampa lebih rendah 2 % dibandingkan perlakuan 100 % dosis NPK.
Hasil/Rumpun dan Dugaan Hasil/ha
Seperti halnya pengaruh pupuk organik cair dengan pupuk NPK pada peubah komponen hasil tanaman padi sawah, pada hasil tanaman baik basah maupun kering serta hasil/ha tidak terlihat pengaruh yang nyata. Secara rinci pengaruh pupuk organik cair I dan II terhadap hasil gabah (basah dan kering) per tanaman di sajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Hasil/Tanaman Padi Sawah
Perlakuan Hasil/Tanaman (gram)
Basah Kering
100 % dosis NPK (P1) 33.71 23.86
100 % dosis NPK + 50 % dosis POC I (P2) 33.51 23.66 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC I (P3) 38.06 27.53 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P4) 40.10 29.53 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P5) 38.16 26.66 50 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P6) 31.23 22.60 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC II (P7) 28.96 21.26 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC II (P8) 41.74 30.93 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P9) 40.52 31.93 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P10) 21.11 15.20 50 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P11) 35.01 27.13
a m d d
h p r p
p g p p a s s
Pada p apabila pup menghasilka dibandingka diturunkan 2 100 % dosis hasilnya aka pada pupuk rinci pengar pada Gamba
Gam
Dari pupuk NPK gabah basah pupuk NPK perlakuan 1 aplikasi pup sekitar 4.7-5 sawah walau
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
10 do NP (P
peubah hasil puk organik an hasil ga an dengan
25 % ditam s NPK, seda an lebih ren organik ca ruh aplikasi ar 1.
mbar 1. Pen terh
Gambar 1 d K (p2, p3, da h maupun ga K saja wal 00 % dosis puk organik
5.2 ton/ha. P upun demiki
0%
osis PK P1)
100%
dosis NPK +
50%
dosis POC I
(P2) 100%
dosis NPK +
75%
dosis POC (P3)
l/tanaman m k cair diapl abah/tanama aplikasi 100 mbah aplikas
angkan apab ndah dibandi air walaupun pupuk org
ngaruh Kom hadap Dugaa
diperoleh bah an p4) dan p abah kering/h aupun tidak s pupuk NP
cair + 75 Produktivita ian, selisih p
% s + s
I 100%
dosis POC I + 100%
dosis NPK (P4)
75%
dosis NPK +
100%
dosis POC I (P5)
d N 1 d P
maupun hasil likasikan de an dan has 0 % dosis si pupuk or
ila dosis pup ing 100 % d n secara stat ganik cair te
mbinasi Pupu an Hasil/ha P
hwa aplikasi pengurangan ha yang lebih k berbeda
K menghas
% - 100 % as tersebut t produktivitas
50%
dosis NPK +
100%
dosis POC I (P6)
100%
dosis NPK +
50%
dosis POC II
(P7) 100 dos NPK
75%
dos POC (P8
l/ha terlihat engan 100 sil gabah/h
NPK saja.
rganik cair h puk NPK di dosis NPK s tistik tidak erhadap dug
uk Organik Padi Sawah
i pupuk orga n 25 % dosis h tinggi diba secara stati ilkan sekitar
% dosis pupu ergolong m s antara perla
0%
sis K +
% sis C II
8) 100%
dosis POC II
+ 100%
dosis NPK (P9)
75%
dosis NPK + 100%
dosis POC II (P10)
kecenderun
% dosis N ha yang leb
. Apabila d hasilnya sam iturunkan hin saja. Hal ini
berbeda nya gaan hasil/ha
Cair dan
anik cair + 1 s NPK (p5) andingkan 1
istik sebaga r 4 ton/ha, uk NPK me
asih rendah akuan p5 (1
+
I 50%
dosis NPK +
100%
dosis POC II
(P11)
D H ( G D H ( G
gan bahwa NPK akan
bih tinggi dosis NPK ma dengan ngga 50 % i konsisten ata. Secara a disajikan
Anorganik
00 % dosis dihasilkan 00 % dosis ai kontrol,
sedangkan enghasilkan pada padi 00 % dosis Dugaan Hasil/ha (kg/ha) GKP Dugaan Hasil/ha (kg/ha) GKG
P p m g
m m p d t
d a m o
POC I + 75 perlakuan k mengindikas gabah kering
Dari meningkatka maupun 75 % pupuk NPK diaplikasikan tidak konsis 100 % dosis dengan 75 aplikasi pup meningkatka organik cair
Gam -40 -20 0 20 40
% dosis NPK kontrol (10 sikan bahwa g panen dan
Gambar 2 an hasil pad
% dosis pup diturunkan n POC I. Pe sten. Pening s NPK penuh
% dosis N puk POC II an hasil ant terhadap pe
mbar 2. Pen Kom
P1 P2
0
38.36 1
K) dan p6 (1 00 % dosi a dengan apl
gabah kerin
Peni diperoleh b di sawah. A puk NPK me
hingga 50 % engaruh aplik gkatan hasil h dan 50 % d NPK terjadi I diaplikasik tara 8.22 hin eningkatan h
ningkatan H mbinasi Pup
P3 P4
13.70 21.92 3 Penin
100 % dosis is NPK) s likasi pupuk ng giling.
ingkatan Ha bahwa aplik Aplikasi PO eningkatkan
% hasil akan kasi POC II terjadi apab dosis NPK, t
penurunan kan dengan
ngga 20.55 hasil padi saw
Hasil Aplika puk NPK
P5 P6
34.25
-2.74 ngkatan Has
POC I + 50 sebesar 0.7- k organik ca
asil
kasi pupuk C I + 100 hasil padi 1 menurun se terhadap pen bila POC II tetapi apabil hasil. Wala
100 % do
%. Secara wah disajikan
asi Pupuk
P7 P8
1.37 20.55 sil (%)
% dosis NP -1.2 ton/ha air dapat men
organik cair
% dosis pu 3.70-38.36 % ekitar 2.74 %
ningkatan ha I diaplikasik
a diaplikasik aupun tidak
sis NPK m rinci penga n pada Gam
Organik Ca P9 P10 8.22
-23.29
PK) dengan a. Hal ini
ningkatkan
r I terlihat upuk NPK
%. Apabila
% walaupun asil terlihat kan dengan
kan POC II k konsisten masih dapat aruh pupuk mbar 2.
air dengan P11
13.70
Analisis Usahatani
Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa aplikasi dosis pupuk organik cair I dengan 75 % hingga 100 % dosis NPK dapat meningkatkan keuntungan usahatani dibandingkan perlakuan 100 % dosis pupuk NPK saja. Peningkatan terbesar diperoleh apabila 100 % dosis POC diaplikasikan 75 % dosis NPK.
Dengan mengaplikasikan pupuk organik cair I keuntungan akan meningkat sekitar 54-162 %. Peningkatan keuntungan pada pupuk organik cair II terjadi apabila diaplikasikan dengan 100 % dosis NPK yaitu sekitar 77-99 %.
Apabila dilihat dari R/C rasio, seluruh perlakuan POC I maupun POC II dengan kombinasi 50 % - 100 % dosis NPK menguntungkan secara usahatani, tetapi perlakuan POC I yang diaplikasikan dengan 75 % - 100 % dosis NPK terlihat lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan aplikasi pupuk NPK saja. Hasil analisis usaha tani secara rinci disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisis Usahatani Pupuk Organik Cair
Perlakuan Biaya
(Rp) Penerimaan
(Rp) Keuntungan (Rp) R/C 100 % dosis NPK (P1) 7 312 500 9 733 250 2 420 750 1.33 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC I (P2) 7 650 000 13 466 750 5 816 750 1.76 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC I (P3) 7 335 000 11 066 750 3 731 750 1.51 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P4) 7 342 500 11 866 750 4 524 250 1.62 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P5) 7 342 500 13 066 750 6 349 250 1.78 50 % dosis NPK + 1 dosis POC I (P6) 6 792 500 9 466 750 2 674 250 1.39 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC II (P7) 7 402 500 9 866 750 2 464 250 1.33 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC II (P8) 7 447 500 11 733 250 4 285 750 1.58 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P9) 7 492 500 10 533 250 3 040 750 1.41 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P10) 6 867 500 7 466 750 599 250 1.09 50 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P11) 6 242 500 11 066 750 4 824 250 1.77
Pembahasan
Hasil penelitian menyatakan bahwa perlakuan pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah, walaupun demikian terdapat kecenderungan peningkatan hasil gabah dan keuntungan usaha tani. Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu curah hujan yang sangat tinggi, kesuburan tanah yang sangat rendah, atau dosis aplikasi yang masih
rendah. Curah hujan selama penelitian berkisar antara 242-415.8 mm/bulan tergolong tinggi yang diduga menyebabkan efektivitas POC tersebut berkurang karena tercuci. Hasil analisis tanah menunjukkan tingkat kesuburan yang rendah terutama unsur N dan P, sehingga peningkatan pertumbuhan maupun hasil tidak signifikan walaupun unsur hara ditambah dari pupuk organik cair yang kandungan unsur haranya juga sangat rendah. Tidak terlihatnya pengaruh pupuk organik cair diduga juga masih terlalu rendahnya dosis yang diaplikasikan. Tingkat kesuburan tanah yang sangat rendah serta kandungan hara pupuk yang rendah menyebabkan pengaruh POC tidak begitu terlihat. Dosis yang diaplikasikan tersebut merujuk pada dosis anjuran perusahaan produsen. Menurut Dobermann dan Fairhust (2000) ketidaktersediaan unsur N dapat disebabkan karena kemampuan tanah dalam menyediakan unsur N rendah, tidak efisien dalam mengaplikasikan pupuk mineral N, efisiensi yang rendah bagi tanaman dalam menyerap pupuk N, kondisi penanaman yang dapat mengurangi suplai pupuk N, kehilangan N karena hujan, dan tanah kering selama penelitian. Ketidakcukupan N pada percobaan ini juga ditunjukkan oleh nilai bagan warna daun seluruh perlakuan kurang dari 4 (di bawah titk kritis). Pada tanaman padi unsur N sangat menentukan pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Aplikasi pupuk organik cair (terutama POC I yang diaplikasikan dengan 75 % dosis hingga 100 % dosis NPK) cenderung meningkatkan jumlah anakan produktif, jumlah gabah/malai, dan bobot 1000 butir. Peningkatan komponen hasil tersebut terlihat juga cenderung meningkatkan hasil gabah/tanaman maupun hasil/ha. Peningkatan hasil dengan aplikasi pupuk organik cair I cenderung lebih konsisten dibanding POC II. Hal tersebut karena pupuk organik cair I mengandung unsur N, P2O5, dan K2O (makro) yang lebih tinggi, sedangkan pupuk POC II mengandung unsur hara mikro yang lebih lengkap. Selama ini POC digunakan untuk mengoreksi kekurangan unsur hara sehingga diaplikasikan pada daun agar penyerapan lebih cepat.
Penambahan POC dengan pengurangan dosis pupuk NPK sebesar 25 % menghasilkan rataan pertumbuhan tanaman dan produktivitas yang tidak berbeda dengan aplikasi 100 % dosis pupuk NPK saja. Hal tersebut diduga karena pupuk organik cair yang diaplikasikan mengandung unsur hara makro dan mikro. Unsur
hara N berfungsi dalam mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah tinggi tanaman, jumlah anakan, menambah ukuran daun dan besar gabah serta memperbaiki kualitas tanaman dan gabah, menambah kadar protein beras, meningkatkan jumlah gabah dan persentase jumlah gabah isi menyediakan bahan makanan bagi mikrobia (jasad-jasad renik yang bekerja menghancurkan bahan-bahan organik di dalam tanah) (Dobermann dan Fairhust, 2000). Unsur P berperan dalam meningkatkan jumlah anakan padi sawah, perkembangan akar awal pembungaan dan pemasakan (terutama di mana suhu rendah). Kalium meningkatkan jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir.
K meningkatkan toleransi tanaman padi terhadap kondisi iklim yang merugikan dan serangan hama dan penyakit (Dobermann and Fairhust, 2000).
Seng sangat penting untuk beberapa proses biokimia dalam tanaman padi seperti sitokrom dan sintesis nukleotida, metabolisme auksin, produksi khlorofil, aktivasi enzim, dan pemeliharaan integritas membran. Besi berperan penting sebagai komponen enzim yang terlibat dalam transfer elektron, seperti sitokrom dan merupakan konstituen dalam cincin porfirin dan ferredoxin, keduanya sebagai komponen yang sangat penting pada reaksi terang dalam sistem fotosintesis.
Mangan terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi dalam sistem transpor elektron dan mengaktifkan enzim tertentu terutama dekarboksilase dan dehidrogenase yang terlibat dalam siklus krebs (TCA). Unsur Mn diperlukan untuk pembentukan dan stabilitas khloroplas, sintesis protein, dan reduksi NO3-. Boron memiliki peran utama dalam biosintesis dinding sel, struktur dan integritas membran plasma.
Unsur B sangat dibutuhkan untuk metabolisme karbohidrat, transport gula, lignifikasi, sintesis nukleotida, dan respirasi. Tembaga diperlukan untuk sintesis lignin dan mekanisme pertahanan selular dan merupakan konstituen asam askorbat, enzim oksidase, phenolase, dan plastosianin. Tembaga memainkan peran penting dalam proses fotosintesis, respirasi, pembentukan tepung sari dan pemupukan. Unsur Co sangat penting untuk pertumbuhan mikroorganisme simbiotik seperti rhizobia, bakteri hidup, dan ganggang hijau biru. Unsur Co membentuk kompleks dengan N penting untuk sintesis koenzim vitamin B12. Mo merupakan komponen beberapa enzim, termasuk nitrat reduktase dan nitrogenase.
Nitrat reduktase mengkatalisa reduksi nitrat menjadi nitrit pada proses asimilasi dalam tumbuhan (Havlin, et all., 1999).
Bobot biomassa baik bobot kering tajuk dan akar maupun volume akar pada percobaan ini juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan. Pertumbuhan biomassa tanaman padi sangat ditentukan oleh kecukupan hara N dan P, sedangkan untuk pertumbuhan akar sangat ditentukan oleh kecukupan unsur P (Dobermann and Fairhust, 2000). Rendahnya kandungan unsur N dan P (hasil analisis tanah sebelum dan setelah percobaan, Tabel 4) serta aplikasi pupuk NPK dan penambahan pupuk organik seperti terlihat pada analisis tanah sebelum dan setelah percobaan (Tabel 4), belum mampu dalam menghasilkan biomassa secara signifikan.
Aplikasi pupuk organik cair juga terlihat tidak berpengaruh terhadap komponen hasil seperti jumlah gabah/malai, bobot 1000 butir gabah isi, dan persentase gabah hampa. Hal tersebut diduga karena dosis yang diaplikasikan rendah sedangkan kesuburan tanah juga rendah sehingga efektivitas pupuk juga rendah. Sumbangan N, P, dan K pupuk organik cair I yang diaplikasikan ke tanaman padi sawah untuk 1 dosisnya sebanyak 0.072 kg/ha N, 0.0164 kg/ha P, dan 0.0264 kg/ha K, sedangkan untuk pupuk organik cair II sebanyak 0.579 kg/ha N dan 0.06 kg/ha P. Kandungan hara tersebut masih sedikit dan belum mampu untuk mengganti penggunaan pupuk NPK penuh. Pertumbuhan yang tidak optimal karena tidak tercukupinya hara tanaman menyebabkan perbedaan pengaruh POC tidak terlihat. Rendahnya efektivitas pupuk daun diduga juga disebabkan oleh tingginya curah hujan selama penelitian.
Walaupun demikian dari penelitian ini diperoleh bahwa pengurangan dosis pupuk NPK hingga 25 % tidak menurunkan pertumbuhan maupun hasil apabila diaplikasikan pupuk organik cair. Perlakuan POC I dengan 75 % dosis pupuk NPK terlihat memberikan hasil dan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan aplikasi 100 % pupuk NPK saja. Walaupun tidak berbeda secara statistik, pola peningkatan dan penurunan hasil pada POC I cukup jelas dan cukup berarti secara agronomi maupun ekonomi.
Hal ini dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya bahwa walaupun kandungan unsur hara yang diberikan tidak sebanding dengan pupuk NPK atau pupuk mikro anorganik padat, tetapi dapat mensubtitusi sekitar 25 % pupuk NPK.