BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Theory Agency (Agency Theory)
Jensen & Meckling (1976) menjelaskan Agency Theory (teori keagenan) bahwa dalam suatu perusahaan terdapat pemisahan antara fungsi pengelolaan (oleh manajer) dengan fungsi kepemilikan (oleh pemegang saham). Hubungan keagenan merupakan sebuah kontark dimana satu atau lebih orang (pemberi kuasa) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa kewenangan pengambilan keputusan atas nama pemberi kuasa. Pemberi kuasa dapat meminimalisir terjadinya konflik (tindakan oportunis oleh agen) dengan memberi insentif dan melakukan pengawasan dalam aktifitas biaya yang sedang terjadi.
Secara umum, sudah biasa pemilik dan manajemen puncak perusahaan memiliki masalah karena pengaturan kontrak yang dibuat dan juga masalah dalam kurang maksmalnya tingkat keuntungan bagi pemberi kuasa oleh para agen. Persoalan mengenai para agen dalam memaksimalkan keuntungan untuk pemberian kuasa adalah hal yang umum. Hampir sebagian besar organisasi dalam usaha kerjasama, pada setiap level manajemen dari perusahaam, dan dalam hubungan yang secara normal dianggap sebagai hubungan keagenan, wajar untuk mengalami masalah seperti ini (Jensen & Meckling, 1976).
Hubungan dari teori keagenan (Agency Theory) dengan penelitian ini adalah bahwa dengan adanya teori keagenan dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan, maka diharapkan dapat mengontrol konflik keagenan yang ada. Dengan cara menerapkan monitoring melalui tata kelola perusahaan agar dapa menaikan nilai perusahaan. Para pemegang saham sebagai principal dan para manajer sebagai agent, sama-sama berusahaan memperbesar keuntungan bagi diri sendiri dan menguntungkan satu sama lain.
2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory)
(Brigham dan Houston, 2011:186) mengatakan bahwa Isyarat atau signal merupakan suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan .Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.
Teori pensinyalan menjelaskan tentang perusahaan harus mengungkapkan laporan keuangan kepada pihak luar. Perusahaan mendorong untuk mengungkapkan laporan keuangan karena asimetri informasi antara pihak internal dan pihak eksternal perusahaan karena pihak internal perusahaan pada pihak lebih terkait dengan perusahaan eksternal.
Informasi yang diperoleh dari pihak eksternal harus diambil dari investasi dari pihak luar (Rangkuti et al, 2020).
Ukuran perusahaan dapat memberikan signal bagi investor yang menaruh perhatian kepada perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan yang diukur dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan dapat memperbesar skala perusahaan.
Perusahaan mempunyai ukuran yang besar dapat lebih mudah dalam memperoleh dana untuk mengembangkan usahanya. Tingkat profitabilitas atau keuntungan yang dilaporkan oleh perusahaan juga bisa menjadi signal bagi investor untuk menginvestasikan uangnya kedalam perusahaan tersebut, banyak pendapat bahwa tingkat profitabilitas yang tinggi akan menjadi signal yang baik bagi investor (Khioriyah, 2018).
2.1.3 Akutansi
2.1.3.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada tanggal tertentu. Secara umum, akuntansi dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengnai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Selain ini, ada juga pengertian akuntansi menurut beberapa ahli yaitu Suwadjono (2015:10) menyatakan bahwa : Akuntansi dapat di definisikan sebagai seperankat yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.
2.1.4 Aktiva Tetap
2.1.4.1 Pengertian Aktiva Tetap
Menurut PSAK No. 16 (2011), Definisi aktiva tetap adalah aset berwujud
yang :
a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan admnistratif dan
b) Diharapakan digunakan selama lebih dari satu periode.
Menurut Marisi P. Purba (2013), menyatakan aktiva tetap didefinisikan sebagai aktiva yang memberikn manfaat pada masa yang akan datang yang sifatnya non-moneter dan jangka panjang mengakibatkan nilai aset tersebut bersifat tetap sehingga disebut asktiva tetep.
Menurut Elvy M. Manurung (2011:91), mendifinisikan aktiva tetap adalah semua jenis aktiva yng akan dibeli atau diperoleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan operasi atau bisnisnya dalam waktu yang panjang, seperti dimuka (prepaid expense) untuk waktu yang panjang.
Dari beberapa pengertian aktiva tetap diatas bahwa aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk memperoleh pendapatan,mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun, tidak untuk dijual kembali dan merupakan pengeluaran jumlah yang cukup besar.
2.1.5 Perputaran Modal Kerja
2.1.5.1 Pengertian Perputaran Modal Kerja
Menurut Kasmir (2018:182) perputaran modal kerja atau working capital turn ovel merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Untuk mengukur rasio ini,
perlu membandingkan antara penjualan dengan modal kerja yang merupakan jumlah dai aktiva lancar.
Menurut Sartono (2015, hal.393) perputaran modal kerja adalah metode yang menentukan kebutuhan modal kerja dengan memperhatikan perputaran elemen pembentuk modal kerja itu sendiri seperti kas.
2.1.6 Profitabilitas
2.1.6.1 Pengertian Profitabilitas
Dalam rasio keuangan salah satu rasio yang sering digunakan untuk melihat tingkat pengembalian perusahaan adalah rasio profitabilitas. Rasio Profitabilitas membahas tentang seberapa besar tingkat laba yang didapat perusahaan dalam kurun waktu satu periode atau satu tahun.
Menurut Prasetyo (2012, hal 191) Rasio profitabilitas erupakan rasio inti dari berbagai jenis rasio keuangan. Seringkali calon investor mengamati dengan seksama pergerakan rasio ini didalam perusahaan. Rasio ini mampu memprediksi kemampulabaan perusahaan dimasa depan. Semakin besar rasio profitabilitas, maka makin tinggi pola kemampulabaan perusahaan dimasa depan.
Menurut Utari dkk (2014: hal 63) Profitabilitas ialah kemampuan untuk memperoleh laba. Laba terdiri dari laba kotor,laba operasi dan laba bersih. Untuk memperoleh laba diatas rata-rata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan (revenue) dan mengurangi semua beban (expenses) atas pendapatan.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yan membahas tentang kemampuan perusahaan dalam mencari keuangan.
Rasio ini juga dapat digunakan untuk menilai sejauh mana kinerja perusahaan terhadap laporan keuangan.
2.1.7 Nilai Perusahaan
2.1.7.1 Pengertian Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan mempunyai beberapa pengertian. Suatu perusahaan dapat dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Karena tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan.
Menurut Sukirni (2012) “Nilai perusahaan suatu kondisi tertentu yang telah dicapai perusahaan sebagai gambaran dari masyarakat terhadap perusahaan yang telah melewati proses kegiatan beberapa tahun”. Harga saham yang semakin tinggi, maka nilai perusahaan pun semakin tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi salah satu hal yang penting karena dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan yang tinggi yang dimiliki pemilik perusahaan atau pemegang saham.
2.1.7.2 Tujuan dan Manfaat Nilai Perusahaan
Dalam arti luas nilai perusahaan merupakan alat ukur yang digunakan para investor untuk menanam modalnya ke perusahaan yang dituju. Dalam hal ini perusahaan harus memiliki tujuan dan manfaat yang baik bagi perusahaan, sehingga bisa menjadi bahan pertibangan bagi para investor.
Menurut (Kasmir 2015) “Tujuan memaksimalkan nilai saham perusahaan akan memberikan keuntungan baik pemegang saham”. Artinya dengan meningkatkan nilai saham maka otomatis pemegang saham akan bertambah makmur, namun apabila
terjadinya penurunan nilai saham maka akan merugikan pemegang saham dan akan kehilangan keuntungan dan nilai sahamnya. 18 Kesejahteraan pemegang saham merupakan tujuan dari keuangan perusahaan dan hal ini tidak menutup kemugkinan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Karena nilai perusahaan yang tinggi menjadi jaminan kesejahteraan bagi perusahaan maupun investor.
Sementara itu, manfaat nilai perusahaan menurut (Kasmir 2015) “Keuntungan dengan meningkatnya nilai saham perusahaan adalah perusahaan akan memperoleh kepercayaan dari lembaga keuangan (perbankan) untuk memperoleh pinjaman dengan persyaratan yang lebih baik dan kepercayaan dari para supplier”. Keuntungan meningkatkan nilai saham perusahaan sehingga perusahaan memperoleh kepercayaan dari lembaga keuangan (perbankan) untuk memperoleh pinjaman dengan persyaratan yang lebih mudah dan kepercayaaan dari para supplier, merupakan manfaat dari nilai perusahaan itu sendiri dan in i merupakan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.
2.1.7.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut : Menurut (Kamaludin dan Indriani 2012) faktor – faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah :
1. Keputusan investasi tentang alokasi dana ke berbagai macam aktiva
2. Keputusan mendapat modal dalam kombinasi yang ideal antar modal asing dan modal sendiri
3. Keputusan tentang kebijakan deviden kepada pemegang saham.
Menurut Hery (2017) adapun penjelasan dari faktor – faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan diatas adalah sebagai berikut :
Profitabilitas menggambarkan kemapuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
dalam suatu periode tertentu. Apabila profitabilitas baik maka para stakeholder yang terdiri dari investor, pemasok, dan juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari penjualan dan investasi. Semakin baik kinerja perusahaan maka semakin baik nilai perusahaan.
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala untuk mengklarifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total asset,total penjualan, nilai pasar saham, dan sebagainya. Ukuran perusahaan dapat menentukan persepsi investor terhadap perusahaan tersebut. Semakin besar perusahaan dapat memberikan asumsi bahwa perusahaan tersebut dikenal oleh masyarakat luas sehingaa lebih mudah untuk meningkatkan nilai perusahaan.
2.1.7.4 Pengukuran Nilai Perusahaan
Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diukur menggunakan rasio PBV (Price Book Value) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar
saham terhadap nilai buku saham pada suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio PBV nya mencapai diatas satu, yang menununjukkan bahwa nilai pasar lebih besar dari nilai bukunya (Wetson Dan Brigham dalam Ernawati dan Widyawati, 2015) Rumusnya sebagai berikut :
PVB =
2.1.8 Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) merupakan seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan arah strategi dan kinerja suatu perusahaan (Nugroho, 2014).
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas Good Corporate Governance (GCC) diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas Good Corporate Governance (GCG) yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kewajaran dan 17 kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) terdapat lima asas Good Corporate Governance, Yaitu:
1. Transparansi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
2. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
3. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat
dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate Governance (GCG), perusahaan harus dikelola secara independen
sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2.1.8.1 Ukuran Pengaruh Good Corporate Governance 1. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, memegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi perseroan perusahaan (Yulia, 2015) . Menurut pasal 1 UU No. 1 Tahun 1995 tentang perseroan Terbatas, komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus serta memberikan nasihat kepeda direksi dalam menjalankan perseroan.
Dewan Komisaris memegang peran penting dalam perusahaan terutama dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan atau good corporate governance (GCG). Dimana komisaris merupakan inti dari good corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin strategi perusahaan, memngawasi manajer dalam
mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Purwaningtyas, 2012).
Komisaris independen merupakan rasio persentase antara jumlah komisaris yang berasal dari luar perusahaan (komisaris independen) terhadap total jumlah anggota dewan komisaris perusahaan (Julianti, 2015). Menurut Julianti, 2015 dalam penelitian ini rumus yang digunakan untuk mengukur komisaris independen sebagai berikut :
Komisaris Independen :
X 100%
2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial diukur dari jumlah presentase saham yang dimiliki manajer. Kepemilikan manajerial dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan yang menyebabkan agency cost yang tinggi (Mukhtaruddin et al., 2014). Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan manajer dengan pemegang saham sehingga manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham.
Kepemilikan majerial digunakan untuk mengetahui manfaat kepemilikan manajemen dalam mekanisme pengurangan konflik agensi. dalam penelitian ini kepemilikan manajerial diukur sesuai presentase jumlah saham yang proporsi pemgang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Haruman, 2011). Menurut Haruman, 2011 dalam penelitian ini rumus yang digunakan kepemilikan majerial sebagai berikut :
Kepemilikan Manajerial =
X 100
3. Kepemilikan Institusional
Susanti dan Mildawati (2014) menerangkan kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya. Perdana dan Raharja (2014) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Beberapa kelebihan dari struktur kepemilikan institusional disebutkan oleh Permanasari (2010) sebagai berikut :
a. Profesionalisme dalam analisis informasi yang berdampak pada keterandalan informasi.
b. Motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas perusahaan.
Kepemilikan Institusional adalah saham yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, atau perusahaan lain (Tarjo, 2010). kepemilikan institusional diukur sesuai presentase kepemilikan saham oleh institusi perusahaan. dengan adanya konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang saham besar seperti investor institusional akan dapat memonitor tim manajemen secara lebih efektif dan dapat mingkatkan nilai perusahaan (Haruman, 2011). Menurut Haruman, 2011 dalam penelitian ini rumus yang digunakan Kepemilikan Institusional sebagai berikut :
Kepemilikan Manajerial =
X 100%
2.1.9 Rasio Leverage
2.1.9.1 Pengertian Leverage
Beberapa definisi leverage menurut para ahli yaitu: Menurut Munawir (2014:32), Leverage adalah rasio yang memperlihatkan kebolehan perusahaan untuk menuntaskan kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Maith (2013:1), Leverage adalah suatu rasio yang akan menunjukkan sejauh mana kekuatan perusahaan dalam menutupi semua kewajiban dengan jaminan kekayaan yang dimiliki. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa leverage adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan jangka pendeknya.
2.1.9.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Leverage
Menurut Kasmir (2012), tujuan perusahaan menggunakan rasio leverage, diantaranya yaitu:
1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor).
2. Untuk menghitung kekuatan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga),
3. Untuk menghitung keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal,
4. Untuk menghitung seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang, 5. Untuk menghitung seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
penggelolaan aktiva
2.1.9.3 Cara Menghitunng Leverage
Dalam menghitung rasio leverage ada beberapa rumus yang bisa digunakan yaitu:
1. Debt to assets ratio (DAR)
Menurut Sutrisno (2013:224), Debt to assets ratio merupakan rasio yang mengukur persentase besarnya dana yang didapat dari hutang. Kreditor lebih menyukai DAR yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi lebih baik. Rasio ini dapat dilihat dari rumus berikut:
2. Debt to equity ratio (DER)
Menurut Sutrisno (2013:224-225) Debt to equity ratio merupakan imbangan antara hutang yang dipegang perusahaan dengan modal sendiri.
Semakin tinggi DER berarti modal sendiri semakin kecil dibanding dengan hutangnya Rasio ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Menurut Sutrisno (2013:226), Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Berdasarkan beberapa jenis rasio diatas, yang digunakan dalam penelitian ini hanya ada satu proksi yaitu Debt to Equity Ratio (DER).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang hubungan antara nilai perusahaan dengan good corporate goverence dan leverage sudah diteliti terlebih dahulu oleh beberapa peneliti dengan hasil
yang berbeda-beda. Diantaranya sebagai berikut :
Tabel 2.1 Hasil Penelitian
No Judul &
Peneliti
Metode penelitian
Hasil Penelitian
Skripsi
Persamaan Perbedaan
1 Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food And Beverage (Tri Kartika Pertiwi Dan Ferry Madi Ika Pratama, 2012)
Variabel Dependen : Nilai Perusahaan
Variabel Dependen : Kinerja Keuangan Perusahaan
Variabel Moderasi : Good Corporate Governance
Analisis Regresi Hasil
Menunjukkan Kinerja Keuangan Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan, Sedangakan Good Corporate Governance Yang Diproksikan Dengan Kepemelikan Majerial
Good Corporate Governance
Nilai Perusahaan
Perbandingan Perusahaan Manufaktur Syariah Dan Kovensional
Kinerja Perusahaan Sebagai Variabel
Corporate Social Responsibility
Berganda
Sampel
penelitian: 21 perusahaan food and beverage
Bukanlah Sebagai Variabel Pemoderasi Hubungan Kinerja Keuangan Dengan Nilai Perusahaan 2 Pengaruh
Corporate Social Responsibility Disclosure Dan Good
Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebaai Variabel Intevening (Wibowo Et All, 2016)
Variabel Dependen : Nilai Perusahaan
Variabel Independen : X1 :CSR
X2 : Kep
Institusional
X3 : Kep
Manajerial
Variabel Intervening : Kinerja
Keuagan (ROE)
Sampel : 38
Nilai Penelitian Menujukkan Bahwa Corporate Social Responsibility Berpengaruh Negatif
Terhadap Nilai Perusahaan, Good Corporate Governance Tidak Berpengaruh Pada Kinerja Keuangan, Good Corporate
Good Corporate Governance
(Kepemilikan Institusional,Kepemi likan Majerial Nilai Perusahaan
Perbandingan Perusahaan Manufaktur Syariah Dan Kovensional
Size Age
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia
Analisis Data : Regresi Linear Simultan
Governance Mempengaruhi Nilai Perusahan Melalui Kinerja Keuangan, Dan Tidak
Berpengaruh Pada Nilai Perusahaan Melalui Keuangan Sebagai Variabel Intervening 3 Pengaruh Good
Corporate Governance,Pr ofitabilitas Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Pada BEI 2013- 2015 (fitri dwi
Variabel Dependen : Nilai Perusahaan
Variabel Independen : X1 : Good Corporate Governance X2 : Profitabilitas X3 : Leverage
Sampel penelitian : 50 perusahaan
Hasil
Menunjukkan Bahwa
Pengaruh Good Corporate Governance,Pro fitabilitas Dan Leverage Berpengaruh Signifikan Terhadap Nilai Perusahaan
Good Corporate Governance
(Kepemilikan Institusional,Kepemi likan
Majerial,Komisaris Independen
Return On Ratio Equity (ROE)
Profitabilitas
Rahmadani
Dan sri
mangesti rahayu Rahayu, 2017)
perbankan yang terdafatr di bursa efek indonesia
4 Pengaruh Good Corporate Governance Leverage Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Emporis Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Dibursa Efek Indonesia 2012-2015 (yusuf Badruddien,Gu styana,tieka trikatika gustyana, Dewi, dan
Variabel Dependen : Nilai Perusahaan
Variabel Independen : X1 : Good Corporate Governance X2 : Leverage X3 : Ukuran Perusahaan
Sampel penelitian : 31 perusahaan sektor industri barang konsumsi di BEI
Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Dewan Komisaris Dan Leverage Berpengaruh Signifikan Komite Audit, Sedangkan Komite Audit,Komisari s Independen Dan Ukuran Perusahaan Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Nilai Perusahaan
Good Corporate Governance
Leverage Nilai Perusahaan
Ukuran Perusahaan
andrieta shintia dewi 2017) 5 Pengaruh Good
Corporate Governance,Pe rtumbuhan Penjualan,Ukur an Perusahaan Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan (Susetyowati Dan
Handayani, 2020)
Variabel Dependen : Nilai Perusahaan
Variabel Independen : X1 : Good Corporate Governance
X2 :
Pertumbuhan Penjualan X3 : Ukuran Perusahaan X4 : Leverage
Sampel : 65 perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia
Hasil Penelitian Menujukkan Bahwa Komite Audit Dan Leverage Tidak Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan, Sedangkan Dewan Komisaris,Kom isaris
Independen,Pert umbuha Penjualan Dan Ukuran
Perusahaan Berpengaruh Positif
Terhadap Nilai Perusahaan
Nilai Perusahaan Good Corporate Governance
Ukuran Perusahaan
Pertumbuhan Penjualan
6 Pengaruh Penerapan
Variabel Dependen :
Hasil Penelitian Menunjukkan
Good Corporate Governance
Good Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan (Hamzah,2019)
Nilai Perusahaan
Variabel Independen : X1 : Good Corporate Governance X2 : Leverage
Sampel
Penelitian : 142 perusahaan indusri sub sektor
logam dan
sejenisnya
Bahwa Variabel Leverage Berpengaruh Positif
Terhadap Nilai Perusahaan Sedangankan Kepemilikan Institusional Dan Variabel Kepemilikan Manajerial Tidak Berpengaru Terhadap Nilai Perusahaan
(Kepemilikan Institusional,Kepemi likan Majerial Nilai Perusahaan Leverage
7 Pengaruh Ukuran Perusahaan,Lev erage,Price Earning Ratio Dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Bhekti Fitri Prasetyorini, 2013)
Variabel Dependen : Nilai Perusahaan
Variabel Independen : X1 : Ukuran Perusahaan X2 : Leverage X3 : Price Earning Ratio X4 : Profitabilitas
Ukuran Perusahaan,Pric e Earning Ratio,Dan Prftabilitas Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan.
Variabel Leverage Tidak Berpengaruh Terhadap Nilai
Nilai Perusahaan Leverage
Perusahaan
Price Earning Ratio Profitabilitas
Sampel penelitian : 21 perusahaan
Perusahaan
8 Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Susanto, 2013)
Variabel Independen : X1 : Corporate Social
Responsibility X2 : Komisaris Independen X2 : Kepemilikan Manajerial X4 : Kepemilikan Institusional X5 : Komite Audit
Dependen : Nilai Perusahaan
Sampel : 5 Perusahaan manufaktur yang terdapat di bursa efek indonesia
Komisaris Independen Dan
Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Signifikan Terhadap Nilai Perusahaan.
Komite Audit, Corporate Social Responsibility Dan
Kepemilikan Institusional Tidak Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan
Corporate Social Responsibility Perbandingan Perusahaan
Manufaktur Syariah Dan Konvensional Kinerja Perusahaan Komite Audit
Komisaris Independen Kepemilikan Institusional Nilai Perusahaan
9 Pengaruh Corporate
Variabel Dependen :
Corporate Social
kepemilikan institusional
Corporate Social Responsibility
Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap nilai perusahaan tambang batu bara yang terdaftar di BEI 2011-2013 (Fachrur dan Rika, 2013)
X1 : Corporate Social
Responsibility X2 : Kepemilikan Manajerial X3 : Kepemilikan Institusional Variabel
Dependen : Nilai Perusahaan
Sampel : 15 Perusahaan pertambangan yamg terdaftar di bursa efek indonesia
Responsibility tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan
Kepemilikan Institusional Berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
kepemilikan manajerial nilai perusahaan
Komite Audit Dewan Komisaris Kinerja perusahaan
10 Analisis pengaruh kinerja keuangan,peng ungkapan Corporate Sosial Responbility dan Good Corporate Governance
Variabel dependen : X1 : Kinerja keuangan (ROE) X2 : Coprorate Sosial
Responbility X3 : Kepemilikan Manajerial
Variabel
Kinerja
keungan (ROE) berpengaruh positif san signifikan terhadap nilai perusahaan
Pengungkapan Cororate Sosial Responbility
Kepemilikan Manajerial Nilai perusahaan
perbandingan perusahaan manufaktur syariah dan kovensional
komite audit
Corporate Social Responsibility
terhadap nilai perusahaan (Widyanti, 2013)
dependen : Nilai perusahaan
Sampel penelitian : 33
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
Kepemilikan Manajerial Tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 11 Good
Corporate Governance Mechanism, Corporate Social Responsibility Disclouser On Firm
Value :
Empirical Study On Listed
Variabel Independen : X1 : Dewan Komisaris X2 : Komisaris Independen X3
L:Kepemilikan Independen X4 : Kepemilikan Institusional X5 : Kepemilikan Manajerial X6 : Komite Audit Dan X6 : Corporate
Dewan Komisaris,Dew an Komisaris Independen,Ke pemilikan Institusional,Ke pemilikan Manajerial,Ko mite Audit Dan Corporate Social Responsibility Berpengaruh Positif Dan Tidak
Signifikan
Good Corporate Governance
Corporate Social Responsibility
Perbandingan Perusahaan Manufaktur Syariah Dan Konvensional
Kinerja Perusahaan
Social
Responsibility
Variabel
Dependen : Nilai Perusahaan
Sampel : 23 Perusahaan bidang industri
Analisis Regresi Linier Berganda
Terhadap Nilai Perusahaan.
Kepemilikan Manajerial Berpenagruh Positif Dan Signifikan Terhadap Nilai Perusahaan.
Dewan Komisaris Independen Berpengaruh Negatif Tidak Signifikan Terhadap Nilai Perusahaan 12 Analysis Of
Financial Performance Towards Value Of Company (Corporate Social Responsibility And Good
Variabel Dependen : Nilai Perusahaan
Independen : Kinerja Keuangan (Return On Asset Ratio, Retrun On
Return On Asset Ratio Dan Retrun On Equity Ratio Tidak
Berpengaruh Signifikan Terhadap Nilai Perusahaan
Good Corporate Governance
Perbandingan Perusahaan Manufaktur Syariah Dan Konvensional
Kinerja Perusahaan Sebagai Variabel Intervening
Corporate Social Responsibility
Corporate Governance As Variable Moderation).
(Marlina Novita Sari 2012)
Equity Ratio, Earnings Per Share)
Variabel
Moderasi : Good Corporate Governance Dan Pengungkapan corporate social responsibility
Sampel penelitian : 10 perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia
Analisis Regresi Linier Berganda
Sedangkan Earnings Per Share
Berpengaruhi Signifikan Terhadap Nilai Perusahaan.
Variabel Csr Didalam Perusahaan Property Dan Real Estate Tidak Dapat Memperkuat Hubungan Antara Nilai Perusahaan Sebagai Proksi Nilai
Perusahaan Pada Suatu Kondisi
Tertentu Variabel Struktur Kepemilikan Manajerial Belum Mampu
Memperkuat Hubungan Antara Variabel Kinerja
Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan.
13 The Effect of Good
Corporate Governance Mechanism, Leverage, and Firm Size on Firm Value
Variabel Dependen : X1 : Good Corporate Governance X2 : Ukuran Perusahaan X3 : Leverage
Variabel
independen : Nilai perusahaan
Sampel penelitian : 28 perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia
Analisis regresi linear
Komite audit dan proporsi komisaris independen tidak
mempengaruhi nilai perusahaan
Leverage tidak mempengaruhi nilai perusahaan
Ukuran perusahaan mempengaruhi perusahaan nilai
mekanisme tata kelola
perusahaan
Good Corporate Governance Leverage Ukuran Perusahaan Nilai perusahaan
-
yang baik (audit)
ukuran dewan komisaris, dan proporsi dewan komisaris independen), leverage, dan ukuran
perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan 14 The effect of
good corporate governance mechanisms on firm value with leverage as a moderating variable (Ain Hajawiyah, 2020)
Variabel Dependen :
X1 :
Kepemeilikan kelembagaan X2 :Kepemilikan institusional X3 : Komisaris Independen
Variabel
Independen : Nilai Perusahaan
Sampel
kepemilikan institusional dan komisaris independen memiliki efek positif yang signifikan pada nilai perusahaan
kepemilikan manajerial memiliki efek negatif yang signifikan pada Nilai
Kepemilikan Institusional komisaris independen nilai perusahaan
kepemelikan kelembagaan
Penelitian : 33 perusahaan manufaktur
Analisis regresi linear
perusahaan
15 Effect Of Good Corporate Governance And Financial Leverage On The Company's Financial Performance And Value (Study On Companies Listed In Sri Kehati Index During The Period 2011- 2014)
Variabel Denpenden : X1 : good corporate governance X2 : Financial Leverage
Variabel
dependen : kinerja keuangan
dan nilai
perusahaan
Sampel penelitian : 13
Yang Terdaftar Di Indeks Sri Kehati Selama Periode 2011- 2014
Analisis
good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. tata kelola
perusahaan yang baik Good Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan., leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
good corporate governance
Leverage Nilai Perusahaan
data Partial Least
Square (PLS) Perusahaan
leverage keuangan memiliki efek yang signifikan pada nilai perusahaan. dan Kinerja
keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sumber penelitian terdahulu
2.2 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka pemikiran ini disusun berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan atau terkait. Kerangka pemikiran merupakan suatu bentuk keseluruhan dari proses penelitian yang nantinya merupakan rumusan tentang hubungan antar variabel berdasarkan berbagai teori yang selanjutnya di analisa secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sistesis tentang hubungan antar variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Penelitian ini menguji dua variabel independen terhadap satu variabel dependen, yaitu pengaruh Good Corpoate Governance dan Leverage terhadap nilai perusahaan.
Good Corpoate Governance dalam penelitian ini diproksikan menggunakan Komisaris
Independen, Kepemilikan Majerial, dan Kepemilikan Institusional. Leverage dalam penelitian ini diproksikan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dan dijabarkan melalui gambar kerangka pemikiran berikut ini :
Variabel Independen H5
Leverage (DER)
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Kepemilikan Manajerial (KM)
Kepemilikan Institusional (KI)
Komisaris Independen (KOMI)
Nilai Perusahaan (NP)
H1
H2
Variabel dependen
H3
H4
Variabel Kontrol
Gambar 1.2 Kerangka Pikir “Good Corporate Governance dan Ratio Leverage Terhadap Nilai Perusahaan”
HIPOTESIS
H1 : Komisaris Independen Berpengaruh Postif Terhadap Nilai
Perusahaan.
H2 : Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Postif Terhadap Nilai
Perusahaan.
H3 : Kepemilikan Institusional Berpengaruh Postif Terhadap Nilai
Perusahaan.
H4 : Leverage Berpengaruh Postif Terhadap Nilai Perusahaan.
H5 : Komisaris Independen,Kepemilikan Manajerial,Kepemilikan
Institusional dan Leverage Berpengaruh Simultan Terhadap Nilai
Perusahaan.
2.3 Pengembangan Hipotesis
Adapun Pengembangan hipotesis pada dasarnya adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih perlu dibuktikan kebenarannya dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan maupun dasar penelitian yang lebih lanjut lagi tetapi terkadang hipotesis ini juga bisa terjadi kesalahan Karena sebelum digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil observasi. Adapun pengembangan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
2.3.1 Komisaris Independen Berpengaruh Postif Terhadap Nilai Perusahaan
Dalam konsep agency theory, manajemen sebagai agen semestinya menjunjung tinggi kepentingan shareholders, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan manajemen hanya mementingkan kepentingan sendiri untuk memaksimalkan utilitas. Manajemen bisa melakukan tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan perusahaan seperti penyalahgunaan kewenangan, penggelapan sumber daya yang secara keseluruhan dalam jangka panjang dapat merugikan kepentingan perusahaan (Arifin, 2010).
Berdasarkan keadaan tersebut, dibutuhkan sistem tata kelola perusahaan yang baik pada perusahaan. Dewan komisaris independen merupakan salah satu dari mekanisme good corporate governance yang bertujuan mengurangi konflik keagenan.
Dewan komisaris independen adalah anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan, yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain (Diantari dan Ulupui, 2016).
Dewan komisaris independen memiliki peran penting dalam perusahaan terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin strategi perusahaan, mengawasi manajer dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Purwaningtyas, 2011). Karena dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi atau memonitoring manajemen yang bertugas dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan terpenting dalam kesuksesan perusahaan.
Menurut Suyanti et al., (2010) membuktikan bahwa komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian dengan hasil serupa
dilakukan oleh Rupilu (2011), penelitiannya membuktikan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, karena rata-rata komposisi dewan komisaris independen saat ini kurang efisien dalam manjalankan fungsi pengawasan, hal ini disebabkan ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% mungkin belum cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris.
Sedangkan Perdana dan Raharja (2014) berhasil membuktikan bahwa komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak anggota komisaris independen maka proses pengawasan pelaporan keuangan yang dilakukan dewan komisaris akan lebih efektif sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan meningkatnya kinerja perusahaan karena pengawasan yang efektif dari komisaris independen maka tentu saja investor rela untuk membayar lebih mahal dan tinggi nilai saham perusahaan. Akan tetapi, penelitian Mukhtaruddin et al., (2014) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu komisaris independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
H1 : Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
2.3.2 Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Positif Terhadap Nilai Perusahaan
Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Permanasari, 2010).
Kepemilikan manajerial ini timbul sebagi upaya untuk meminimumkan konflik kepentingan antara principal dan agent.
Teori ini di dasari dengan adanya konflik kepentingan antara keduanya di satu sisi pemilik ingin manajer bekerja keras untuk memaksimalkan kepentingan pemilik di sisi lain, manajer juga cenderung berusaha untuk memaksimalkan kepentingan mereka sendiri hal ini biasa disebut dengan agency conflict. Konflik kepentingan yang sangat potensial iini menyebabkan pentingnnya suatu mekanisme yang diterapkan guna melindungi kepentingan dua belah pihak. Mekanisme pengawasan terhadap manajeman tersebut menimbulkan suatu biaya yaitu biaya keagenan (agency cost), oleh karena itu salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan adannya kepentingan saham oleh pihak manajemen (Haruman, 2011).
Menurut Sulistiono (2010) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan Julianti (2015) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme good corporate governance yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Purwaningtyas (2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.Semakin besar kepemilikan manajerial maka dapat meningkatkan nilai perusahaan. Karena semakin besar proporsi kepemilikan saham manajemen pada perusahaan,maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang sahamyang tidak lain adalah dirinya sendiri. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis senagai berikut:
H2 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.3.3 Kepemilikan Institusional Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya (Susanti dan Mildawati, 2014).
Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga biasanya institusi menyerahkan tanggung jawab pada divisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan tersebut. Dengan adannya kepemilikan institusional manajemen perusahaan selain memenuhi kepentingan perusahaan juga harus memikirkan kepentingan pihak institusi.
Menurut teori keagenan, konflik antara principal dan agent dapat dikurangi dengan mensejajarkan kepentingan antara principal dan agen. Tingkat kepemilikan institusional memiliki peranan penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Karena dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Kemampuan monitoring para pemilik institusional ini diperoleh dari jumlah suara yang signifikan sebagai representasi dari pemiliknya (Khafid, 2014). Adanya penekanan monitoring yang dimiliki oleh para investor institusional di dalam melakukan sehingga manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dan monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham.
Kepemilikan institusional bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan pada umumnya dan manajer sebagai pengelola perusahaan pada khususnya. Hal tersebut
didasarkan pada logika, bahwa pengawasan yang dilakukan oleh institusi nantinnya dapat menghalangi sikap opportunistic manajer. Upaya monitoring yang dilakukan oleh pihak institsional tidak hanya dimiliki oleh pihak lembaga keuangan dan sejenisnya.
Pengawasan oleh institusi akan meminimalisasi tingkat penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang akan menurunkan nilai perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional, maka semakin kuat tingkat pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan dapat di minimalisasi dan nilai perusahaan akan semakin meningkat (Suyanti et al, 2010).
Dengan demikian aktivitas monitoring yang dilakukan institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Monitoring yang dilakukan institusi mampu mensubtitusi biaya keagenan lain, sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan meningkat hal ini sesuan dengan penelitian yang dilakukan Wida dan Suartana (2014) menunjukan bahwa kepemilikan semakin tinggi kepemilikan institusional akan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pengaruh positif ditunjukkan oleh variabel kepemilikan institusional pada nilai perusahaan, dimana keterlibatan pihak institusional mampu membatasi perilaku oportunistik manajer. Temuan ini sejalan dengan penelitian Purwaning (2011) dan Julianti (2015). Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis senagai berikut:
H3 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.3.4. Leverage Berpengaruh Positif Terhadap Nilai Perusahaan
Perusahaan dengan total aktiva yang tinggi tidak lepas dari modal luar atau dari investor, namun pemenuhan total aktiva perusahaan diutamakan modal internal perusahaan untuk meningkatkan perusahaan, selain itu perusahaan yang melakukan pinjam terhadap pihak ekternal atau luar karena dinilai memiliki aset-aset nyata yang lebih baik. kreditur akan meraa lebih aman jika memberikan pinjaman perusahaan yang memiliki total aktiva dengan porsi tinggi
Menurut Yoehana (2013) “Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana, dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap”. peningkatan leverage bisa memberikan dua macam signal yaitu berita baik (good news) sekaligus berita buruk (bad news). peningkatan leverage menunjukkan berita baik jika peningkatan tersebut merefelksikan kemampuan managemen untuk meningkatkan nilai. sebaliknya, hal tersebut menunjukkan berita buruk jika manager melakukan peningkatan leverage karena terpaksa dan bukan karena alasan efisiensi.
pada penelitian (Rudangga & Sudiarta, 2016) menujukkan hubungan positif antara leverage dan nilai perusahaan. adanya kinerja yang buruh pada perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi dibandingkan kinerja pada perusahaan yang tingkat leveragenya lebih rendah. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis senagai berikut :
H4 : Leverage Berpengaruh Positif terhadap nilai perusahaan
2.3.5 Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Leverage Berpengaruh Simultan Terhadap Nilai Perusahaan.
Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, memegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi perseroan perusahaan (Yulia, 2015)
Kepemilikan manajerial diukur dari jumlah presentase saham yang dimiliki manajer. Kepemilikan manajerial dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan yang menyebabkan agency cost yang tinggi (Mukhtaruddin et al., 2014).
Susanti dan Mildawati (2014) menerangkan kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya.
Menurut Munawir (2014:32), Leverage adalah rasio yang memperlihatkan kebolehan perusahaan untuk menuntaskan kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Made Endiana (2016) menyimpulkan bahwa Komisaris Independe Kepemilikan Manajerial,kepemilikan institusional dan Leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
H5 : Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial,Kepemilikan Institusional dan Leverage Berpengaruh Simultan Terhadap Nilai Perusahaan.