• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

POST AND NEW MODERN PERSPECTIVE ON ACCOUNTING

ETHICS

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi dengan dosen pengampu Agus Widarsono, SE, M.Si, Ak (2646)

Oleh

Audri Utaminingsih (1001833) Cantika Putri Hadiyanti (1005998) Elsa Syefira Qhoirunnisa (1003039) N. Siti Dwi Mawarni (1001495) Sri Dewi Saraswati (1005479)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012

(2)

rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah dengan judul “Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics”, merupakan makalah yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi.

Kami, selaku penyusun makalah, ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak tersebut diantaranya:

1. Bapak Drs. H. Tb. Aman F. Ak., MM., CPA dan Bapak Agus Widarsono, S.E.,M.Si.Ak, selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi, atas kesempatan dan saran yang diberikan untuk penyusunan makalah ini. 2. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan baik secara

materil maupun immateril dalam penyusunan makalah ini.

3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Dengan segala kerendahan hati, kami pun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Saran dan kritik yang membangun akan sangat membantu kami untuk menyusun makalah dengan lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca sekalian.

Bandung, Desember 2012

(3)

ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan Penulisan ... 2 1.4 Metode Penulisan ... 3 1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Postmodernism ... 4

2.2 New-modernism ... 10

2.3 Perbandingan Post & New-modernism ... 13

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kasus Suap Auditor BPK ... 14

3.2 Analisis Kasus ... 15

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 16

4.2 Saran…. ... 16

(4)

Sistem akuntansi telah berkembang pesat dan melewati beberapa masa dimana terdapat peran filsuf dan bidang keilmuan lain dalam perkembangannya, selanjutnya paham-paham tersebut terus berganti dikarenakan adanya perkembangan jaman dimana dasar ilmu harus dapat menyelesaikan masalah-masalah yang timbul saat era tersebut. Akuntansi mengadopsi beberapa paham untuk dijadikan sebagai dasar penyelesaian permasalahan yang timbul dari berbagai macam padangan dalam bidang keilmuan akuntansi tersebut.

Tuntutan dunia global semakin membuat bidang keilmuan akuntansi tersebut berada pada batas dimana beragam sudut pandang diungkapkan secara nyata dengan mengacu pada setiap perubahan yang ada, sehingga dalam makalah ini kami akan mencoba membahas paham-paham terkini terhadap etika akuntan dengan berbagai sudut pandang seperti post and new-modern perspective on accounting ethics.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, timbullah beberapa pertanyaan yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan postmodernism?

2. Apa yang dimaksud dengan new-modernism?

3. Bagaimana perbedaan antara postmodernism dan new-modernism? 4. Pelanggaran yang terkait dengan postmodernism dan new-modernism? 5. Bagaimana analisis kasus postmodernism dan new-modernism?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah: 1. Mengetahui pengertian dari postmodernism. 2. Mengetahui pengertian dari new-modernism.

(5)

2

3. Memaparkan perbedaan antara postmodernism dan new-modernism. 4. Mengungkapkan pelanggaran yang terjadi dengan postmodernism dan

new-modernism.

5. Memaparkan analisis kasus postmodernism dan new-modernism.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi literatur yaitu metode dengan cara membaca referensi dari buku dan browsing di internet.

1.5 Sistematika Penulisan KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Metode Penulisan 1.5 Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Postmodernism

2.2 New-modernism

2.3 Hubungan dan Perbedaan antara Postmodernism dan New-modernism

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kasus Suap Auditor BPK 3.2 Analisis Kasus

(6)

4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

(7)

4 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Post Modernism

Postmodernism adalah sebuah cara pandang yang mencoba “meletakkan dirinya diluar paradigma modern, dalam arti bahwa ia menilai modernisme bukan dari kriteria modernitas, tetapi melihatnya dengan cara kontemplasi dan dekonstruksi.” (Hadiwinata, 1994). Postmodernism bukan merupakan suatu bentuk gerakan yang utuh dan homogen di dalam dirinya, sebagaimana ada alam bentuk pemikiran modernisme (Paradigma Fungsionalisme/Positivisme) yang selalu sarat dengan sistematika, formalitas, dan keteraturan. Sebaliknya, ia adalah sebuah gerakan yang mengandung beraneka ragam pemikiran yang bersumber dari marxisme barat, structuralist Perancis, nihilisme, etnometodologi, romantisme, populisme, dan hermeneutika” (Hadiwinata, 1994). Karena keanekaragaman bentuk inilah akhirnya dikatakan bahwa postmodernism tidak memiliki bentuk asli dari dirinya (Triyuwono, 2006). Paradigma postmodernism muncul menjawab kelemahan yang ada pada paradigma positivisme, dengan mencoba memahami realitas secara lebih utuh dan lengkap (Triyuwono, 2006). Karena kelemahan paradigma modernisme yang masih sebatas pemahaman terhadap realitas pada lapisan materi (fisik) saja, sehingga konsep teori yang dibangun hanya sebatas dunia materi dan belum mampu menyentuh dunia psikis dan spiritual. Apalagi masuk pada atribut ketuhanan yang dijadikan dasar atas sebuah keyakinan hakiki. Dengan kata lain, modernisme menghasilkan produk pemikiran dengan ciri “penunggalan” yang berpijak pada hal-hal yang bersifat universal, dan mensubordinasikan sesuatu yang lain (sang liyan), (Triyuwono, 2006) yang berada diluar dirinya. Sehingga menyebabkan modernisme bersifat parsial dalam segala bentuknya.

Akuntansi merupakan salah satu realitas yang kompleks. Untuk dapat memahami realitas yang komplek memang tidak bisa dilakukan dengan pendekatan yang dibatasi dengan orientasi fisik, tetapi harus mampu masuk

(8)

dalam orientasi spirit (jiwa). Karena begitu kompleksnya, di dalam akuntansi harus berjalan bersamaan antara fisik dan spirit. Fisik merupakan perwakilan dari aspek teknis pada kondisi praktik akuntansi, sedangkan spirit merupakan perwakilan dari aspek akuntabilitas yang membawa akuntansi menjadi ilmu yang tidak bebas nilai (non value free). Oleh karena itu, paradigma ini menganggap bahwa teori akuntansi digunakan untuk menstimulasi (to stimulate) kesadaran manusia pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu kesadaran emosi dan spiritual. Dengan melihat kondisi tersebut, artinya dalam paradigma postmodernism memberikan pelengkap pada paradigma modernisme yang masih memiliki keterbatasan pada anggapan bahwa realitas materi adalah realitas sentral dan tunggal. Postmodernism mengakui adanya realitas psikis, realitas spiritual, realitas sifat Tuhan dan realitas absolut (Tuhan) (Triyuwono, 2006a). Realitas-realitas tersebut sejajar dengan realitas materi dan diakui sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah.

Dengan bertambahnya unsur realitas yang diakui dalam paradigma postmodernism, berarti pandangan dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan bersifat terbuka (inklusif). Metodologi yang digunakan untuk konstruksi ilmu pengetahuan dapat didesain secara bebas dan bahkan para postmodernist berargumentasi bahwa dalam konstruksi ilmu pengetahuan, postmodernism tidak memiliki metode yang formal dan prosedur aturan yang harus dikonfirmasi. Yang ada hanyalah the anti-rule atau anything goes (Rosenau, 1992). Jika modernisme mengatakan bahwa manusia dapat mengkonstruk ilmu pengetahuan dengan unsur akal, maka postmodernism memberikan tambahan pada unsur mental dan spiritual (Rosenau, 1992) yang tidak bisa dikuantifikasi dalam paradigma modernisme. Sehingga ilmu pengetahuan tidak bersifat sistematis, memiliki logika yang majemuk (heterogical), tidak terpusat (de-centered), selalu berubah dan berkembang (ever changing) dan bersifat lokal (Rosenau, 1992).

Melihat karakter postmodernisme yang demikian terlihat seolah cenderung “memberontak” terhadap grand theory, khususnya teori induktif yang terbiasa mencari generalisasi. Maka kita bisa menentukan tujuan

(9)

6

penelitian dari paradigma ini, adalah untuk melihat dan mengungkapkan realitas sosial (akuntansi) sebagaimana adanya. Artinya, pertama, realitas sosial dipahami menurut pemahaman masyarakat (subjek yang menciptakan realitas sosial) dan diungkapkan oleh subjek peneliti dalam kontek sosial budaya dan berfikir, dari masyarakat dimana realitas tersebut tercipta dan dipraktekkan. Kedua, struktur formalitas ilmiah sebagaimana ada pada positivisme (Rosenau, 1992). Ketiga, realitas sosial dipahami secara lebih komplek, baik pada tingkat realitas materi ataupun pada struktur yang lebih tinggi yaitu realitas psikis, spiritual, sifat Tuhan, dan Tuhan itu sendiri sebagai realitas absolut (Triyuwono, 2006a). Kelemahan dari paradigma ini terletak pada pendekatannya yang tidak terstruktur, tidak formal, tidak baku dan cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah ilmiah yang biasa digunakan peneliti pada umumnya. Sehingga banyak yang menganggap bahwa paradigma ini tidak dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Hal tersebut karena kita melihatnya masih berdasarkan pandangan umum suatu metode ilmiah, yang ada pada aliran mainstream. Padahal dalam kontek postmodernism yang akan menjadi fact finding dalam penelitiannya bukan dilihat dari seberapa rumit dalam mencari kebenaran hipotesis dengan melihat hubungan antar variabel yang diteliti dengan metode yang ada pada aliran mainstream. Melainkan seberapa kuat konstruksi elemen yang diteliti dengan pemaknaan dan penafsiran berdasarkan kajian yang diluar paradigma arus utama (non mainstream paradigm). Sehingga dalam memahaminya kita harus meletakkan pemikiran kita pada ranah dasar pemahaman atas karakter paradigmanya masing-masing.

Pada perspektif postmodernism pada etika dengan yang lain pemikir Jerman mengungkapkan: seorang filsuf abad kesembilanbelas (19) disebut Friedrich Nietzsche, dengan alasan mendasar bahwa gagasan sifat moralitas itu sendiri yang berbahaya, bukan perilaku tidak etisnya, Nietzsche fundamental menantang fokus analisis etis konvensional (MacIntyre 1998). Analisis postmodern mengacu pada premis dasar Nietzsche untuk mendorong studi etika individual jauh dari pertanyaan tentang bagaimana seseorang harus

(10)

bersikap terhadap cara di mana pengertian tentang baik dan buruk datang menjadi ada, yang dipertahankan dan beroperasi. Etika karena itu dilihat tidak terutama dalam hal esensialis atau normatif, melainkan perspektif postmodern mengeksplorasi bagaimana gagasan etika, dalam hal apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, datang untuk didefinisikan. Hugh Willmott (1998) misalnya, berbicara tentang mempelajari apa yang ditempatkan di dalam dan apa yang ditempatkan di luar kerangka referensi ketika gagasan etika dipanggil dalam konteks tertentu atau wacana. Bagian dari postmodern etika karena mengacu pada pekerjaan (tapi tidak dalam arti disengaja) yang berlangsung dalam rangka untuk mempertahankan kerangka acuan. Salah satu aplikasi yang paling berpengaruh dari perspektif semacam ini telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir melalui karya seorang intelektual Perancis bernama Michel Foucault.

Foucault mengungkapkan kerangka etika dasar dalam bentuk empat elemen utama (McPhail 1999):

1. The means: dimana kita mengubah diri kita sendiri agar menjadi pelajaran etika: diri dikenakan disiplin;

2. The telos: tipe orang yang kita bercita-cita untuk menjadi ketika kita berperilaku moral;

3. Ethical substance: bagian dari diri kita yang diambil untuk menjadi domain yang relevan untuk penilaian etika;

4. The mode of subjection: cara di mana individu yang menghasut untuk mengakui kewajiban moral mereka. Sebagai contoh, beberapa kewajiban dapat ditimbulkan oleh doa agama sementara yang lain dapat ditimbulkan oleh konvensi sosial, dan yang lain lagi dengan analisis beralasan.

Foucault menggunakan istilah disiplin diri untuk merujuk pada kekuatan disiplin yang sering kita mengerahkan terhadap diri kita sendiri untuk mengatur tindakan kita. Seringkali ketika kita merenungkan bagaimana kekuasaan bekerja biasanya kita berpikir dalam kerangka satu individu atau

(11)

8

kelompok individu melaksanakan kekuasaan terhadap individu lain yang kurang kuat atau kelompok. Tentu saja hal ini modus kekuasaan tidak selalu sangat efektif sebagai orang-orang terhadap siapa kekuasaan dijalankan dapat menahan dalam banyak cara yang berbeda. Namun, Foucault tertarik bagaimana individu secara sengaja dan dalam banyak cara gembira menjalankan kekuasaan terhadap diri mereka sendiri. Sementara dalam bentuk yang lebih terbuka dan menindas kontrol, hanya individu mungkin enggan mematuhi, operasi kekuasaan melalui pembangunan subjektivitas etika mungkin memiliki konotasi kurang mengancam. Seorang individu mungkin sebenarnya merasakan kebaikan moral atau kebenaran melalui jenis disiplin diri kekuasaan yang dilakukan oleh individu terhadap dirinya atas nama etika. Sementara kekuasaan semacam ini mungkin jauh lebih efektif dalam melayani kepentingan tertentu, Foucault tidak menyarankan bahwa ada kelompok kontrol individu sengaja strategi tentang bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan kita untuk mendisiplinkan diri.

Karakteristik kedua dari konsepsi Foucault etik, yang telos, berkaitan dengan jenis individu kita bercita-cita untuk menjadi ketika kita mendisiplinkan diri kita untuk berperilaku moral. Sebelum kita melangkah lebih jauh dengan jeda gagasan ini mari dan merenung sejenak. Membuat catatan mental karakteristik seorang akuntan yang baik. Di mana Anda pikir karakteristik ini berasal dan bagaimana Anda berpikir mereka mempengaruhi tindakan Anda, jika sama sekali? Bagaimana tipe ideal Anda akuntan berbeda dari cara akuntan disajikan di media dan film?

Kami ingin tahu apakah cara akuntansi yang diajarkan memiliki dampak pada daftar karakteristik? Karena akuntansi umumnya diajarkan dalam rubrik ekonomi pasar neoklasik, korporasi umumnya dianggap bertanggung jawab kepada masyarakat terutama sejauh yang memaksimalkan efisiensi sendiri dan kekayaan pemegang saham. Keputusan ekonomi yang rasional dibenarkan murni dalam hal dampak keuangan mereka pada keuntungan. Sedangkan tipe orang bahwa setiap akuntan individu.

(12)

Karakteristik ketiga dalam konsepsi Foucault etik adalah substansi etis. Elemen ini mengacu pada bidang kehidupan kita yang kita ambil untuk menjadi domain yang relevan untuk penilaian etika atau, dengan kata lain cara, bagian-bagian dari kehidupan kita yang melibatkan penalaran moral kita. Mari kita jeda lagi di titik ini dan meminta Anda untuk membuat catatan mental dari semua aspek akuntansi di mana etika datang ke dalam bermain. Seperti yang kita mencatat pada awal buku ini, banyak penelitian menunjukkan bahwa akuntan hanya tidak melihat praktek akuntansi sebagai sesuatu yang melibatkan setiap pertimbangan etika sama sekali.

Akhirnya, gagasan Foucault tentang modus tunduk mengacu pada media dasar melalui mana kita datang untuk mengakui kewajiban moral kita. Sebagai contoh, dalam akuntansi, tanggung jawab moral yang dibuahkan terutama melalui rasional, analisis ekonomi, namun, modus tunduk sama bisa maksim agama.

Oleh karena itu, karya Foucault telah digunakan untuk mengeksplorasi bagaimana kekuasaan beroperasi dalam arti kreatif untuk membangun dan mempertahankan subjektivitas etis akuntan individu. Memang, literatur kritis dan pasca-strukturalis yang lebih luas akan menantang profesi akuntansi untuk merefleksikan bagaimana kekuasaan beroperasi melalui etika profesional dalam rangka untuk melayani kepentingan tertentu.

2.2 New Modernisme

Peradaban barat mengadopsi dua peradaban kuno yakni Yunani dengan filsafat dan seni, dan Romawi dengan hukum dan tatanegaranya. Inilah transisi masuknya bangsa barat menuju ke zaman modernisme. Yang berkembang saat itu adalah industri dan ilmu pengetahuannya. Renaissance yang sangat dielu-elukan merupakan transisi dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang. Sering tidak diceritakan dengan jelas bagaimana transisi tersebut terjadi. Padahal sebenarnya masa transisi tersebut adalah zaman penerjemah (translation ages). Artinya masa menerjemahkan karya

(13)

10

muslim ke bahasa latin agar dapat mengambil ilmu Islam yang telah berkembang pesat saat itu.

Peran kita umat Islam luar biasa dalam memajukan peradaban barat sehingga boleh dibilang bahwa munculnya peradaban barat karena peradaban Islam. Salah satu faktor penting peradaban barat adalah penerjemahan karya cendekiawan muslim yang diterjemahkan dalam bahasa latin.

Pada abad pencerahan ada 2 revolusi yang terjadi yakni revolusi industri dan revolusi Perancis. Sehingga semua berubah menjadi scientific view. Suatu pemikiran bahwa jika seseorang tidak ilmiah, maka dia tidak maju. Trennya adalah belajar dan ilmu pengetahuan. Segala sesuatu dilihat dari keilmuan. Zaman modernisme ini melahirkan banyak paham seperti: 1. Sekularisme

Salah satu pengertian sekularisme yang dikutip dari dalam webster dictionary bahwasanya sekularisme didefinisikan sebagai “A system of doctrines and practices that rejects any form of religious faith and worship” (Sebuah sistem doktrin dan praktik yang menolak bentuk apa pun dari keimanan dan upacara ritual keagamaan) atau sebagai: “The belief that religion and ecclesiastical affairs should not enter into the function of the state especially into public education” (Sebuah kepercayaan bahwa agama dan ajaran-ajaran gereja tidak boleh memasuki fungsi negara, khususnya dalam pendidikan publik). Berangkat dari pengertian ini dapat diklasifikasikan bahwasanya sekularisme terdiri dari:

1. sebuah sistem/kepercayaan/paham; 2. pemisahan agama dari ruang publik.

Konsep ini lahir di eropa menjelang masa “Renaissance” / abad pencerahan di Eropa. Berangkat dari kondisi traumatis masyarakat eropa terhadap dominasi gereja terhadap kehidupan publik dan pembatasan rasionalisme di Eropa pada masa dark age, maka sebagai suatu win win solution atas masalahnya, muncullah sekularisme.

(14)

Tokoh sekularisme adalah Mustafa Kamal Attaturk. Istilah sekularisme pertama kali digunakan oleh penulis Inggris George Holoyake pada tahun 1846. Walaupun istilah yang digunakannya adalah baru, namun konsep kebebasan berpikir yang darinya sekularisme didasarkan, telah ada sepanjang sejarah dan telah muncul sebelum istilah penyebutan ”sekular” itu sendiri. Sekularisme sendiri pada dasarnya adalah suatu paham yang muncul dari hasil pemikiran manusia. Tentu saja terdapat tokoh yang menyuarakannya dan juga sebagai suatu paham, tentu saja sekularisme ini menjadi pegangan manusia dalam kehidupannya. Diantara sekian banyak tokoh yang mendapat gelar tokoh sekular, ada beberapa orang yang secara langsung menyebut bahwa dirinya menganut paham sekular. Tentu orang ini juga bersikap sekular dalam masyarakat dan negara. Lebih adil jika mencantumkan tokoh yang memang sadar bahwasanya dia mengakui sendiri dia sekular, daripada mencantumkan orang yang mendapat label sekular dari pihak lain.

2. Rasionalisme

Definisi rasionalisme yaitu paham yang mendasarkan pada rasio sebagai sumber kebenaran tertinggi, materialisme yang meletakkan materi sebagai nilai tertinggi, empirisme yang mendasarkan atas kebenaran fakta empiris (yang dapat ditangkap melalui indra manusia), serta individualisme yang meletakkan nilai dari kebebasan individu sebagai nilai tertinggi dalam segala aspek kehidupan masyarakat dan negara. Rasionalisme juga merupakan teori (paham) yg menganggap bahwa pikiran dan akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem (kebenaran) yang lepas dari jangkauan indra; paham yg lebih mengutamakan (kemampuan) akal dari pada emosi atau batin.

3. Empirisisme atau sering disebut positivisme

Dimana segala sesuatu yang terjadi di dunia ini selalu berdasarkan sebab dan sebab itu akan terus berkembang dan dicari. Jadi tidak ada

(15)

12

konsep takdir. Paham ini menafikan keberadaan metafisis dimana semua bisa dijangkau dengan akal. Melihat ciptaan bukan untuk memperhatikan kebesaran Allah, tapi untuk mencari sebabnya. (Kita, sebagai umat Islam, boleh menganggap „sebab akibat‟ berperan dalam hidup kita tapi kita juga harus melihat peran Allah disana)

4. Dikotomis

Paham yang memisahkan antar agama dengan kehidupan dunia. 5. Disakralisasi

Bahwa tidak ada sesuatu yang sakral di dunia ini, termasuk wahyu juga bukan hal yang sakral.

6. Pragmatisme

Kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin, gagasan, pernyataan, ucapan, dsb) bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia. Paham yang menyatakan bahwa segala sesuatu tidak tetap, melainkan tumbuh dan berubah terus. Pandangan yang memberi penjelasan yang berguna suatu permasalahan dengan melihat sebab akibat berdasarkan kenyataan untuk tujuan praktis.

Akhirnya sekularisme membuat para agamis hanya membicarakan agama di tempat ibadah saja. Mereka tidak boleh membawa agama dalam scientific. Dalam modernisme, sains adalah sesuatu yang sentral dan paling populer sampai menggeser posisi Tuhan dan agama dikesampingkan. Ilmu pengetahuan harus diproteksi dari agama (Kristen) karena agama memiliki doktrin (dogmatis) yang tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Hal ini berbeda dengan Islam karena pengetahuan selalu mendukung apa yang ada di dalam Islam. Contoh yang mungkin bertentangan dengan Islam adalah hukum kekekalan energi yang memang tidak bisa dibuktikan secara empiris. “Energi tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan”. Tidak ada yang bisa membuktikan apakah ada energi yang keluar ketika misalnya adanya konversi energi listrik ke energi gerak.

(16)

2.3 Perbandingan Modernism dan New-modernism 2.3.1 Modernism

a. Alam diatur oleh undang-undang yang dapat ditemukan melalui penyelidikan ilmiah.

b. Hukum bahwa alam diperintah dari jenis yang sama dengan yang alam manusia atur.

c. Manusia mampu mengadakan perbaikan.

d. Setiap individu mengejar sejumlah tujuan obyektif manusia, seperti kebahagiaan, pengetahuan, dan keadilan.

e. Kemiskinan manusia dan kerusakan akhlak itu karena ketidaktahuan. f. Sifat manusia terdiri satu set dasar karakteristik mengingat bahwa manusia dibedakan dari spesies lain. Sebuah keyakinan yang kuat bahwa kemajuan dapat dibuat melalui penerapan alasan.

Sumber: berdasarkan Berlin (1993). 2.3.2 New-modernism

a. Penolakan besar, semua yang mencakup narasi besar. b. Penolakan terhadap gagasan tentang kemajuan.

c. Penolakan terhadap gagasan sifat manusia yang diberikan, sering disebut sebagai 'decentring of the subject‟.

d. Delegitimisasi tradisi mapan dan otoritas.

e. Fragmentasi kesadaran ke dalam peran yang berbeda dan sering bertentangan.

f. Menurunnya akademisi menjadi industri jasa.

g. Gare juga menunjukkan bahwa krisis lingkungan mungkin baik merupakan gejala postmodernitas dan dakwaan modernitas.

(17)

14 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kasus Suap Auditor BPK

Komisi Pemberantasan Korupsi memeriksa empat pegawai negeri sipil dan pejabat Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi dalam kasus dugaan suap auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Jawa Barat. Salah satu pejabat yang diperiksa adalah Ketua KONI Bekasi Edi Prihadi. "Uang yang ditemukan KPK berjumlah Rp 272 juta diduga berasal dari kas KONI," ungkap Edi usai diperiksa di gedung KPK, Rabu (30/6). Edi menerangkan,tiap tahun KONI Bekasi biasa menerima kucuran dana sebesar Rp 19 miliar dari total anggaran Rp 23 miliar. "Saya tidak tahu ada kejanggalan atau tidak," sambungnya. Menurut juru bicara KPK Johan Budi SP, Edi diperiksa sebagai saksi untuk pejabat Pemkot Bekasi berinisial HS dan HL. Keduanya adalah tersangka dugaan pemberian suap kepada auditor BPK Jabar berinisial S yang ditangkap KPK beberapa waktu lalu.

Suap itu dimaksudkan agar hasil audit laporan keuangan Pemkot Bekasi diberi nilai wajar tanpa pengecualian. Selain Edi, KPK memeriksa empat pegawai negeri sipil Pemkot Bekasi. Mereka antara lain Makbullah (Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman), Aan Suhanda (Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi), Dedi Juwanda (Kepala Satpol PP) dan Abdul Iman (Kepala Dinas Sosial).

Johan pun menambahkan, KPK akan menetapkan tersangka baru dalam kasus ini. "Petang ini ditetapkan tersangka baru dari BPK Jabar dan langsung ditahan," ungkapnya.

(18)

3.2 Analisis Kasus

Mengenai kasus penyuapan itu memang termasuk ke dalam pelanggaran etika. Seorang profesional dalam bidang akuntansi memang terkadang rentan jika menghadapi permasalahan mengenai harta, jabatan, maupun tahta. Dalam bidang keilmuan sendiri etika tidak di singgung terlalu jauh, hanya dengan pembelajaran kasus dan analisis kasus yang terjadi serta perumusan solusi terhadap setiap pelanggaran yang ada. Kunci utama dari pelanggaran etika adalah karakter diri dan pendidikan rohani.

Postmodernism dan new-modernism terlahir dari pemikiran manusia yang menganggap bahwa satu landasan etik berasal dari diri sendiri. Dengan merujuk pada keinginan seseorang untuk merubah dirinya sendiri kearah yang lebih baik, kemudian memahami kenapa setiap tindakan harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku, serta mengetahui tanggung jawab apa saja yang diemban sehingga perlu juga menafsirkan sebab akibat apa yang akan terjadi di kemudian hari. New-modernism ada bukan karena sebab, melihat dari banyaknya persoalan yang ada pada postmodernism maka filsuf menambahkan paham baru yang kemungkinan dapat membantu individu dalam memahami dirinya sendiri.

Kasus suap yang terjadi bukanlah semata-mata kesalahan individu tersebut, karena jika mengacu pada sekularisme kesalahan juga terjadi karena sistem yang belum dapat mengatur secara keseluruhan bagaimana individu tersebut bertindak dengan mempertimbangkan sebab akibat yang akan terjadi. Pembentukan karakter seseorang sebagai individu seharusnya bukan hanya dari pendidikan formal saja, namun juga melalui pendekatan kerohanian agar individu tersebut tidak hanya menjadi sosok yang intelek saja, tapi memiliki rasa takut pada Tuhannya.

(19)

16 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Karena tuntutan jaman, akuntansi diharuskan mengadopsi beberapa paham untuk dijadikan sebagai dasar penyelesaian permasalahan yang timbul dari berbagai macam padangan dalam bidang keilmuan akuntansi tersebut. Sudut pandang tersebut seperti post and new-modern perspective on accounting ethics.

Menurut postmodernism, akuntansi merupakan salah satu realitas yang kompleks. Karena begitu kompleksnya, di dalam akuntansi harus berjalan bersamaan antara fisik dan spirit. Etika karena itu dilihat tidak terutama dalam hal esensialis atau normatif, melainkan perspektif postmodern mengeksplorasi bagaimana gagasan etika, dalam hal apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, datang untuk didefinisikan.

Sedangkan menurut new-modernism, melahirkan paham-paham seperti, sekularisme (sebuah kepercayaan bahwa agama dan ajaran-ajaran gereja tidak boleh memasuki fungsi negara, khususnya dalam pendidikan publik), rasionalisme, empirisisme, dikotomis, disakralisasi, pramagtisme.

4.2 Saran

1. Perspektif-perspektif baru harus lebih bijak dalam perubahan-perubahan yang terjadi.

2. Setiap individu semestinya dapat memilah dan memilih perspektif manakah yang paling baik untuk mereka jadika pegangan agar tidak terdapat kesalahan dalam beretika.

3. Ketika kita telah memutuskan untuk memegang etika, seharusnya etika tersebut dipegang teguh dan tidak dilupakan begitu saja.

(20)

[1 Desember 2012]

Effendi, David. (2011). Postmodernisme [Online]. Tersedia: http://library-ump.org/index.php?option=com_content&task=view&id=136&Itemid=44 [1 Desember 2012]

Kumpulaninstilahcom. (2011). Pengertian Rasinalisme [Online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/political-science/2117281-pengertian-rasionalisme/#ixzz2E5SV7LqW [1 Desember 2012]

McPhail, Ken dan Diane Walters. (2009). Accounting and Business Ethics. New York: Taylor & Francis Group, an informa.

Referensi

Dokumen terkait

Program utama pengembangan agribisnis komoditas unggas sangat terkait dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Guna menjamin penyediaan pasokan d.o.c. ayam ras yang

Menentukan kondisi operasi yang optimal (daya microwave , lama waktu ekstraksi, dan rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut yang digunakan) dari

Kompetensi Perkuliahan : Agar mahasiswa memahami pentingnya Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar, mampu merencanakan penggunaan Media dalam proses belajar

 Lebih banyak siswa yang mempersepsi bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh para guru sudah mengarah pada penerapan student centered learning (57,6%) daripada siswa yang memandang

Setelah melihat adanya promosi yang menarik, harga yang tepat maka dengan sendirinya konsumen akan mencoba membandingkan kualitas layanan, dan dalam hal ini perusahaan

Untuk mengurangi emisi polutan di sektor transportasi dipergunakan teknologi katalitik konverter pada kendaraan berbahan bakar bensin dan penggunaan mesin diesel yang

( 4 ) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi

MARKET VALUE ADDED PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA