• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL SIB 04 : MEMBACA GAMBAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL SIB 04 : MEMBACA GAMBAR"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

(INSPEKTUR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN

KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

MODUL

SIB – 04 : MEMBACA GAMBAR

(2)

KATA PENGANTAR

Modul ini berisi bahasan tentang Membaca Gambar pekerjaan jalan dan jembatan mencakup gambar rencana, gambar kerja (shop drawing) maupun gambar hasil pelaksanaan (as built drawing).

Gambar rencana adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai dengan tahap pelelangan. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan pelelangan.

Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan

gambar-gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan

pembangunannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan terlebih dahulu sebelum digunakan di lapangan.

Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan merupakan gambar akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan untuk kepentingan operasi dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga record drawing.

Dengan memahami kodefikasi dan standar gambar untuk pekerjaan jalan dan jembatan di maksud di atas, diharapkan hasil kerja Site Inspector of Bridge dapat memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam jabatan ini.

(3)
(4)

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Site Inspector of Bridge

TUJUAN UMUM PELATIHAN

Setelah melakukan pelatihan, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan perlaporan pekerjaan konstruksi jembatan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja dan dokumen kontrak.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN Setelah pelatihan, peserta mampu:

1. Menjelaskan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 2. Membaca gambar geoteknik.

3. Menjelaskan tentang bahan jembatan. 4. Membaca gambar.

5. Menjelaskan tentang alat berat

6. Mengawasi pekerjaan pengukuran dan pematokan. 7. Mengawasi pekerjaan tanah.

8. Mengawasi pekerjaan beton.

9. Mengawasi pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jembatan. 10. Mengawasi pekerjaan pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalu lintas. 11. Menjelaskan metode kerja pelaksanaan pekerjaan jembatan.

(5)

NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIB - 04 Membaca Gambar

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan gambar rencana pekerjaan jalan dan jembatan menjadi gambar kerja (shop drawing) dan selanjutnya dalam proses pelaksanaan di lapangan, sesuai dengan kondisi lapangan menjadi gambar hasil pelaksanaan(as-built drawing).

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menjelaskan fungsi gambar, gambar sebagai bahasa teknik, dan jenis gambar konstruksi

2. Menjelaskan penyajian gambar

3. Menjelaskan kodefikasi dan normalisasi gambar. 4. Menjelaskan desain jembatan

5. Menjelaskan kelegkapan gambar. 6. Menjelaskan sistimatika gambar

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

LEMBAR TUJUAN ii

DAFTAR ISI iv

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN

(Site Inspector of Bridge) vi

DAFTAR MODUL vii

PANDUAN INSTRUKTUR viii

BAB I PENDAHULUAN I-1

1.1. Umum I-1

1.2. Fungsi Gambar I-2

1.3. Gambar Sebagai Bahasa Teknik I-2

1.4. Jenis Gambar Konstruksi I-3

BAB II PENYAJIAN GAMBAR II-1

2.1. Ukuran Kertas Gambar II-1

2.2. Garis Batas Atau Garis Tepi II-1

2.3. Kepala Gambar II-2

2.4. Skala Gambar II-3

BAB III KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR III-1

3.1. Garis III-1

3.2. Huruf Dan Angka III-2

3.3. Gambar Jalan III-3

3.4. Gambar Beton Bertulang III-4

BAB IV DESAIN JEMBATAN IV-1

4.1. Data Perencanaan IV-1

4.2. Rencana Kelas Jembatan & Kriteria Perencanaan IV-1

4.3. Pemilihan Jenis Bangunan Atas Jembatan IV-1

4.4. Perencanaan Lajur Lalu-Lintas Rencana IV-9

4.5. Perencanaan Struktur Jembatan IV-9

4.6. Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan IV-11

(7)

BAB V KELENGKAPAN GAMBAR V-1

5.1. Umum V-1

5.2. Halaman Sampul V-1

5.3. Daftar Gambar V-1

5.4. Daftar Singkatan Dan Simbol V-2

5.5. Gambar Situasi V-2

5.6. Denah Perencanaan Jalan (Plan) V-2

5.7. Potongan Memanjang (Profile) V-2

5.8. Potongan Melintang Jalan (Cross Section) V-3

5.9. Denah Perencanaan Drainase V-3

5.10. Potongan Memanjang Saluran V-3

5.11. Gambar Detail V-3

5.12. Gambar Perencanaan Traffic Engineering V-3

5.13. Gambar Desain V-4

BAB VI SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR VI-1

6.1. Sistematika Gambar VI-1

6.2. Contoh Gambar VI-2

RANGKUMAN LAMPIRAN :

Contoh Gambar-Gambar Proyek. DAFTAR PUSTAKA

(8)

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN

JEMBATAN (Site Inspector of Bridge)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja

Inspektor

Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) dibakukan

dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan

Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge)

unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan

Inspektor Lapangan

Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge)

.

(9)

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Inspektur Lapangan Pekerjaan Jembatan

Site Inspector of Bridge (SIB)

Nomor

Modul Kode Judul Modul

1 SIB – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2 SIB – 02 Membaca Data Geoteknik

3 SIB – 03 Bahan Jembatan

4

SIB – 04 Membaca Gambar

5 SIB – 05 Alat Berat

6 SIB – 06 Pengukuran dan Pematokan

7 SIB – 07 Pekerjaan Tanah

8 SIB – 08 Pekerjaan Beton

9 SIB – 09 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 10 SIB – 10 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 11 SIB – 11 Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan

(10)

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

JUDUL : MEMBACA GAMBAR KETERANGAN

KODE MODUL : SIB – 04

Deskripsi : Materi ini terutama membahas gambar pelaksanaan dan menyusun rencana kerja terutama meliputi fungsi gambar, jenis gambar, penyajian gambar, kodefikasi gambar, kelengkapan gambar, gambar teknik jalan dan desain serta sistematika gambar beserta contoh-contohnya dan menyusun rencana kerja

Tempat Kegiatan : Dalam ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya Waktu Kegiatan : 2 jam pelajaran (1 jp = 45 menit)

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan

 Menjelaskan tujuan instruksional (TIU & TIK)

 Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau pengala-mannya dalam penerapan gambar pelaksanaan

Waktu : 5 menit

2. Ceramah : Pendahuluan

Tahapan penyiapan gambar, jenis dan fungsi gambar :

 Menjelaskan tahapan pembuatan gambar konstruksi

 Menjelaskan jenis dan fungsi gambar

 Menjelaskan pengertian gambar sebagai bahasa teknik

 Mendiskusikan setiap pokok

 Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif  Mengajukan pertanyaan

apabila kurang jelas.

 Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

 Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT

(11)

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG bahasan tersebut

Waktu : 9 menit

Bahan : Materi Serahan (Bab I, Pendahuluan)

3. Ceramah : Penyajian gambar

Ukuran kertas gambar, garis tepi, kepala gambar dan skala gambar.  Menjelaskan ukuran kertas gambar  Menjelaskan garis batas atau garis

tepi

 Menjelaskan kepala gambar  Menjelaskan skala gambar  Mendiskusikan setiap pokok

bahasan tersebut. Waktu : 8 menit

Bahan : Materi Serahan (Bab 2, Penyajian Gambar)

4. Ceramah : Kodefikasi dan simbol gambar

Garis, huruf dan angka, gambar jalan dan gambar beton.

 Menjelaskan jenis, bentuk dan ukuran garis

 Menjelaskan huruf dan angka yang digunakan dalam gambar

konstruksi

 Menjelaskan gambar jalan atau letak dan arah jalan

 Menjelaskan gambar beton bertulang

 Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut.

Waktu : 8 menit

Bahan : Materi serahan (Bab 3, Kodefilaksi dan Simbol Gambar)

5. Ceramah : Desain Jembatan

o Data Perencanaan

o Rencana Kelas Jembatan & Kriteria Perencanaan

o Pemilihan Jenis Bangunan Atas Jembatan

o Perencanaan Lajur Lalu-Lintas Rencana

o Perencanaan Struktur Jembatan o Perencanaan Bangunan Bawah

Jembatan

o

Perangkat Lunak Perencanaan

Waktu : 15 menit

Bahan : Materi Serahan (Bab 4, Desain Jembatan)

 Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

 Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila

perlu

 Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

 Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila

perlu

 Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

 Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT

OHT

(12)

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

6. Ceramah : Kelengkapan gambar

Kelengkapan gambar untuk mendukung terlaksananya suatu proyek pekerjaan jalan.

 Menjelaskan halaman sampul, daftar gambar, daftar singkatan dan simbol

 Menjelaskan gambar situasi dan denah perencanaan

jalan/jembatan

 Menjelaskan gambar potongan jalan memanjang dan melintang  Menjelaskan denah perencanaan

drainase dan potongan memanjang saluran  Menjelaskan gambar detail

 Menjelaskan gambar perencanaan traffic engineering

 Menjelaskan gambar standard  Mendiskusikan setiap pokok

bahasan tersebut Waktu : 15 menit

Bahan : Materi Serahan (Bab 5, Kelengkapan Gambar)

7. Ceramah : Sistematika dan contoh gambar

Sistematika penyajian gambar dan contoh gambar beberapa proyek jalan

 Menjelaskan sistematika penyajian gambar

 Menjelaskan contoh gambar dari beberapa proyek jalan

 Mendiskusikan setiap pokok bahasan.

Waktu : 15 menit

Bahan : Materi Serahan (Bab 6, Sistematika dan Contoh Gambar)

8. Praktek : Membaca gambar

 Membagikan gambar desain atau gambar pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan

 Menjelaskan simbol dan kode yang ada pada gambar tersebut.

 Menjelaskan cara menginterpre-tasikan gambar kontrak dan gambar pelaksanaan

 Menjelaskan cara perhitungan kuantitas berdasar gambar desain dan gambar pelaksanaan

 Memberi tugas kelompok mengitung kuantitas pekerjaan jalan dan jembatan berdasarkan

 Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

 Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila

perlu

 Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

 Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila

perlu

 Mempelajari gambar yang diterimanya

 Mengikuti penjelasan dengan tekun dan aktif

 Mengiterpretasikan gambar desain atau gambar pelaksanaan

 Menentukan cara perhitungan kuantitas pekerjaan berdasar gambar desain atau gambar pelaksanaan

 Menjelaskan simbol dan kode pada gambar OHT OHT  Gambar desain / pelaksanaan jalan dan jembatan  Komputer  Kalkulator  Alat tulis/ gambar

(13)

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG gambar desain dan gambar

pelaksanaan

Waktu : 15 menit

 Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. UMUM

Untuk menciptakan sebuah proyek, kita harus membuat sketsa atau gambar berskala kecil yang memberi memberi gambaran tentang bentuk bangunan keseluruhan, situasi, dan kemungkinan-kemungkinan perencanaan.

Setelah sketsa pemikiran pertama dari proyek tersebut dikaji secara mendalam, termasuk garis besar biaya yang diperlukan dan manfaatnya, maka dibuatlah pra-rencana yang terdiri dari gambar / sketsa yang lebih detail dalam skala kecil dari bagian-bagian bangunan proyek. Dari gambar tersebut dibuatlah anggaran biaya secara lebih teliti. Setelah dipelajari lebih mendalam dan dipandang feasible untuk diteruskan rencana proyek tersebut, maka dibuatlah rencana pelaksanaannya.

Tahap selanjutnya adalah membuat gambar-gambar (bestek) berdasarkan pra-rencana dan gambar detail yang lebih teliti dengan skala yang lebih besar. Kemudian dikaji lagi untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang lebih menguntungkan dan lebih ekonomis. Setelah ini semua mantap, maka dibuatlah gambar yang lebih lengkap. Gambar detail dibuat dengan skala yang cukup besar, supaya ada gambaran yang jelas tentang seluruh pekerjaan yang diperlukan lengkap dengan biaya-biayanya.

Dari uraian diatas maka jelas bahwa dalam bidang pembangunan konstruksi sangat diperlukan pengetahuan tentang gambar-gambar konstruksi. Pengetahuan tentang gambar konstruksi sudah cukup jika :

a. Mengenal kodefikasi dan normalisasi gambar, misalnya :  Gambar pasangan batu

 Gambar pekerjaan beton  Garis-garis yang kelihatan  Garis-garis yang tak kelihatan

b. Dapat mengerti / membaca dan menerjemahkan gambar, misalnya gambar bestek, gambar konstruksi / detail, dsb.

(15)

1.2. FUNGSI GAMBAR

Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :  Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.  Untuk menyimpan data atau sebagai arsip. 1. Alat penyampaian informasi

Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan jalan yang dibuat oleh seorang perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana menyampaikan ide pikirannya melalui gambar dan selanjutnya informasi tersebut diterima oleh orang lain misalnya kontraktor untuk dilaksanakan. Setelah proyek tersebut selesai dibangun ternyata hasilnya sama seperti yang diinginkan oleh perencananya. Ini suatu bukti bahwa melalui gambar tersebut terjadilah transformasi informasi secara tepat dan benar.

2. Alat menyimpan data

Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan data. Informasi tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat beberapa tahun yang silam dapat dilihat kembali dan diperoleh keterangannya melalui sebuah gambar yang diarsipkan. Sebagai contoh suatu jembatan beton bertulang setelah jembatan tersebut jadi, tidak dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang digunakan untuk memperkuat jembatan beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun kemudian, dengan pengarsipan gambar yang baik maka penulangan jembatan tersebut masih dapat diketahui sehingga kekuatan jembatan dapat dihitung ulang untuk menahan perkembangan beban kendaraan yang melewatinya. Sekarang gambar-gambar dapat disimpang dengan menggunakan micro-film, dimana penyimpanannya lebih menghemat tempat dan lebih tahan lama.

1.3. GAMBAR SEBAGAI BAHASA TEKNIK

Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut sebagai bahasa teknik. Dengan gambarr, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan dengan bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk menyampaikan ide / gagasan yang ada dipikiran seseorang untuk disampaikan kepada orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar, oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan obyektif.

(16)

Sebuah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang-lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.

1.4. JENIS GAMBAR KONSTRUKSI

Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :  Gambar rencana

 Gambar kerja (shop drawing)

 Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)

Termasuk didalamnya terdapat gambar detail. Gambar detail yaitu suatu gambar dengan skala besar untuk menggambarkan lebih jelas tentang hal-hal yang perlu dijelaskan lebih rinci, biasanya dilengkapi dengan beberapa gambar potongan dan gambar tampak.

Gambar desain adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai

dengan tahap pelelangan. Gambar desain juga disebut gambar perencanaan. Adapula gambar desain yang disebut gambar prarencana. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah. Biasanya gambar prarencana diperlukan hanya untuk kebutuhan negosiasi atau konsultasi. Setelah rencana proyek tersebut disepakati / disetujui oleh Pengguna Jasa dan pihak-pihak yang terkait, maka dibuatlah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan tender atau pelelangan.

Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan

gambar-gambar detail dan gambar-gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja harus mendapat persetujuan Pengawas / Direksi Pekerjaan terlebih dahulu tentang persyaratan yang harus dipenuhi sesuai spesifikasi.

Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi

apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, dan merupakan gambar akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik / Pengguna Jasa untuk kepentingan operasi dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga record drawing.

(17)

BAB II

PENYAJIAN GAMBAR

2.1. UKURAN KERTAS GAMBAR

Gambar disajikan dalam kertas dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran kertas gambar mempunyai standard ukuran tertentu. Ukuran yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan seri A yang diikuti huruf mulai dari 0 sampai 4.

Ukuran standard yaitu A0 mempunyai luas 1 m2, dengan perbandingan ukuran panjang kertas terhadap lebar kertas adalah √2 : 1. Ukuran-ukuran berikutnya diperoleh dengan membagi 2 ukuran yang mendahuluinya. Misalnya A1 mempunyai ukuran setengah A0, ukuran A2 mempunyai ukuran setengah A1, ukuran A3 mempunyai ukuran setengah A2, ukuran A4 mempunyai ukuran setengah A3. Ukuran kertas gambar dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. : Ukuran kertas.

Lambang Panjang (mm) Lebar (mm)

A0 1.189 841

A1 841 594

A2 594 420

A3 420 297

A4 297 210

2.2. GARIS BATAS ATAU GARIS TEPI

Kertas gambar harus diberi garis batas pada tepinya. Jarak garis batas / tepi pada kertas gambar sekurang-kurangnya mempunyai lebar 20 mm untuk kertas ukuran A0 dan A1. Sedangkan untuk ukuran kertas A2, A3 dan A4 biasanya diambil sekurang-kurangnya 10 mm. Untuk keperluan pengarsipan bagian tepi kertas sebelah kiri diberi lubang untuk menjepit kertas-kertas gambar tersebut dalam suatu bundel arsip. Demikian juga bila sekelompok kertas gambar harus dijilid, maka bagian kiri kertas gambar perlu disiapkan tempat untuk menjilid bundel kertas gambar tersebut. Oleh karena itu pada bagian kiri kertas gambar biasanya jarak garis tepinya lebih lebar dari sisi yang lain, misalnya diambil 30 sampai 40 mm, seperti tampak pada gambar dibawah ini. Sedangkan garis tepi ini biasanya dipakai ketebalan garis minimum 0,5 mm.

(18)

2.3. KEPALA GAMBAR

Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :

 Nomor gambar  Judul gambar  Nama perusahaan

 Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab  Keterangan gambar, seperti skala gambar  Tempat untuk menulis catatan penting, dll.

Letak kepala gambar yang baku adalah disebelah kanan bawah. Namun untuk kepentingan tertentu maka kepala gambar dapat diperpanjang kekiri atau keatas sehingga sering terjadi kepala gambar terletak pada sisi bawah gambar sepanjang ukuran kertas gambar atau pada sisi kanan kertas gambar selebar ukuran kertas gambar, ada pula pada sisi atas gambar sepanjang ukuran kertas gambar.

Bentuk / format kepala gambar bisa berbeda, sesuai dengan yang ditentukan oleh Pengguna Jasa.

Contoh bentuk kepala gambar dan letaknya dapat dilihat seperti Gambar 2.3. Garis tepi

(19)

PROYEK PENINGKATAN JALAN ARJUNA DKI JAKARTA

CATATAN DENAH JALAN No. 2/8

NAMA TANDA-TANGAN

DIGAMBAR DIPERIKSA DISETUJUI Skala 1 : 100

Gambar 2.3. : Contoh kepala gambar dan letaknya.

2.4. SKALA GAMBAR

Untuk ilmu bangunan, dapat digunakan gambar dengan skala :  1 : 5  1 : 10  1 : 20  1 : 50  1 : 100  1 : 200  1 : 500  1 : 1.000 Kepala gambar

(20)

Untuk pembuatan peta, skala gambar yang digunakan adalah 1 : 500 dan seterusnya hingga 1 : 50.000

Sedangkan penggunaan skala untuk masing-masing jenis dan fungsi gambar adalah :  Gambar situasi menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1.000

 Gambar konstruksi menggunakan skala 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50  Gambar detail menggunakan skala 1 : 20, 1 : 10, 1 : 5

(21)

BAB III

KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR

3.1. GARIS

Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya. Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuannya.

Jenis-jenis garis yang dipergunakan untuk gambar teknik sipil biasanya terdiri dari 3 jenis, yaitu :

Garis nyata atau garis penuh

Garis putus-putus

Garis putus titik

Jenis garis yang lain misalnya :

Garis titik-titik

Garis putus dengan dua titik

Garis-garis tersebut diatas mempunyai ketebalan. Jenis garis menurut tebalnya, dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

 Garis tebal  Garis sedang  Garis titpis

Perbandingan ketebalan garis tersebut diatas lebih kurang adalah 1 : 0,7 : 0,5. Perbandingan tersebut tidak terlalu mengikat karena ketebalan garis sebenarnya juga tergantung dari besarnya gambar.

(22)

 Garis tebal biasanya digunakan untuk garis tepi, garis kepala gambar. Selain itu garis tebal juga digunakan untuk membuat garis benda. Tetapi garis benda biasanya dibuat dengan ukuran sedang.

 Garis titpis dipakai untuk keperluan garis pembantu atau garis ukuran, garis penunjuk dan garis arsir.

 Garis putus-putus biasanya digunakan untuk membuat garis benda yang mana dari arah kita memandang garis tersebut sebenarnya tidak terlihat.  Garis putus-titik biasanya digunakan untuk menggambar garis sumbu (garis

simetri), garis potong bidang benda, garis pada benda yang berada dibelakang kita. Bisa saja garis putus maupun garis putus-titik dipakai untuk keperluan lain, tetapi harus diberi keterangan.

3.2. HURUF DAN ANGKA

Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran, peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu-raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat huruf maupun angka, ialah :

 Dapat terbaca dengan jelas  Bentuknya seragam, konsisten

Berikut diberikan contoh standard membuat huruf dan angka yang dipakai oleh ISO 3098/1-1974 dan JIS seperti pada Gambar 3.2.1. dan 3.2.2. Ukuran huruf secara umum dapat diambil perbandingan tinggi huruf terhadap lebarnya adalah 3 : 2

Gambar 3.2.1. : Bentuk huruf sesuai standard ISO

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

[(!?.,”-=+x√%&)]Ø

(23)

1 0 m m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 8 m

(24)

m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 6 , 3 m m

(25)

A B C D E F G H I J 5 m m K L

(26)

M N O P Q R S T 4 m m U V W X

(27)

Y Z 3 , 2 m m a b c d e f g h i

(28)

j 2 , 5 m m k l m n o p q r s t

(29)

2 m m u v w x y z

Gambar 3.2.2. : Bentuk huruf sesuai standard JIS

3.3. GAMBAR JALAN

Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar, perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.

Simbol mata angin menunjukkan arah Utara (North) dengan tanda panah seperti contoh gambar dibawah ini dan biasanya diikuti dengan ukuran skala yang dipakai pada gambar tersebut.

(30)

0 5 10 km

Gambar 3.3.1. : Simbol mata angin

Simbol-simbol yang sering dipakai biasanya dikumpulkan dalam satu daftar yang biasa disebut Legenda (Legend) seperti contoh pada Lampiran.

3.4. GAMBAR BETON BERTULANG

 Ukuran ketebalan plat beton dengan simbol t = thickness = tebal. Contoh : t = 20 cm.

 Untuk balok, lebar disebut lebih dahulu dari pada tinggi, misalnya 25 x 60. Tinggi balok adalah jarak antara tepi bawah balok dan tepi atas lantai. Bila balok terletak diatas lantai, maka tingginya diukur dari tepi bawah balok sampai tepi atas balok.  Ukuran tinggi dipakai simbol H atau h = high = tinggi. Contoh : h = 40 cm.

 Ukuran diameter = d atau D atau Ø. Contoh : d = 8 mm, D = 40 cm.

 Ukuran diameter dan jumlah penulangan pada beton. Misalnya 4 Ø 20 artinya dipakai tulangan baja d = 20 mm jumlahnya 4 buah.

 Ukuran diameter dan jarak tulangan. Misalnya Ø 8 – 20 artinya pelat beton tersebut menggunakan tulangan baja dengan diameter 8 mm dipasang pada jarak 20 cm.

 Kemiringan digunakan simbol I yang artinya inclination. Contoh : I = 1 % = 1 : 100 Gambar beton biasanya dibuat dalam skala 1 : 20, kecuali bila perlu lebih jelas dipakai skala lebih besar. Penampang biasanya ditengah-tengah antara 2 tumpuan dan ditepi balok dekat tumpuan. Gambar-gambar tulangan dan jarak antara tulangan harus jelas. Jika letak batang tak jelas, maka tempatkanlah di tempat batang itu suatu segitiga, dengan puncaknya menunjuk ke sebelah dalam pelat, misalnya :

Tulangan bawah :

Letak batang pada tulangan bersilangan adalah :

Lapis terbawah, penulangan atas atau bawah :

(31)

Lapis teratas, penulangan bawah atau atas :

(32)

BAB IV

DESAIN JEMBATAN

4.1. DATA PERENCANAAN

Perencanaan utama yang harus dilaksanakan minimal dan tidak terbatas pada : 1). Jembatan baru

 Perencanaan bangunan atas jembatan

 Perencanaan bangunan bawah jembatan (pilar, abutment dan pondasi)  Perencanaan jalan pendekat / oprit jembatan

2). Jembatan lama

 Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan bangunan atas jembatan  Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan komponen perletakan jembatan  Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan bangunan bawah jembatan

4.2. RENCANA KELAS JEMBATAN & KRITERIA PERENCANAAN

Sistem jembatan harus direncanakan berdasar kriteria sebagai berikut :  Estimasi biaya konstruksi terendah

 Kuat

 Kenyamanan  Estetika struktur

 Kemudahan pelaksanaan

Suatu penampang melintang jembatan yang normal harus sesuai dengan kriteria perencanaan geometrik yang diberikan, meliputi :

 Lebar jalan kendaraan.  Bentang jembatan.

 Tinggi ruang bebas jembatan.  Muka air banjir.

4.3.

PEMILIHAN JENIS BANGUNAN ATAS JEMBATAN

Bentang maksimum bangunan atas jembatan tergantung pada jenis konstruksi yang akan dipilih. Bila panjang keseluruhan jembatan memerlukan lebih dari satu bentang

(33)

untuk suatu jenis konstruksi maka diperlukan satu pilar atau lebih. Pada dasarnya jenis bangunan atas jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 Balok dan pelat (beam & slab).  Pelat (slab).

 Culvert.  Box girder.  Rangka baja.

Untuk kepentingan syarat pemilihan jenis jembatan yang sangat penting ini disarankan memakai jenis jembatan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Persyaratan fungsinya

a. Panjang span : Panjang span jembatan merupakan faktor terpenting dalam menentukan jenis jembatan. Mengenai seleksi jpendekatan enis struktur bangunan atas dapat dilihat pada Tabel 4.1, 4.2., dan 4.3

b. Perbandingan tinggi gelagar terhadap panjang span : Formula ini dibuat untuk tujuan mendapatkan biaya konstruksi yang ekonomis. Pada Tabel 4.1, 4.2., dan 4.3

disajikan formula sebagai pendekatan penentuan tinggi gelagar.

2. Persyaratan lingkungan

Sistem jembatan yang direncanakan estetikanya harus harmonis dengan lingkungan sekitarnya baik dipandang dari jarak jauh maupun dipandang dari bawah. Standarisasi jembatan juga dibuat untuk pandangan estetis yang lebih baik.

3. Persyaratan pelaksanaan konstruksi a. Metode konstruksi

Metode pracetak dan metode pengangkatan dengan crane adalah yang disarankan dalam pelaksanaan jembatan beton karena kemudahan pelaksanaannya, ekonomi dan pendeknya periode pelaksanaan.

Alternative metode konstruksi dapat dilihat pada Tabel 4.4. b. Periode pelaksanaan

Untuk mengoptimalkan jangka waktu pelaksanaan maka kecepatan pelaksanaan jembatan harus menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis jembatan.

(34)

No. Jenis bangunan atas Bentang efektif (m) Perbandingan 10 20 30 40 50 100 150 200 H/L

I. Struktur prategang

1 Slab berongga 1/22 (1/20 - 1/30)

2 Str. komposit sederhana : gelagar I 1/15 (1/13 - 1/20) 3 Str. komposit menerus : gelagar I 1/18 (1/16 - 1/22)

4 Str. sederhana : gelagar I 1/18 (1/16 - 1/22)

5 Str. menerus : gelagar I 1/20 (1/18 - 1/22)

6 Str. komposit sederhana : gelagar U 1/18 (1/16 - 1/20)

7 Gelagar kotak sederhana 1/20 (1/18 - 1/24)

8 Gelagar kotak menerus * 1/22 (1/20 - 1/27)

9 Gelagar kotak menerus ** 1/18 (1/16 - 1/22)

II. Struktur beton bertulang

1 Gelagar sederhana 1/15

2 Slab berongga 1/20

3 Konstruksi kaku 1/12

4 Slab di tiang 1/20

Catatan :

* = di-ereksi dengan penopang H = tinggi gelagar ** = di-ereksi dengan metoda kantilev er L = bentang

(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

Jembatan rangka baja dibagi dalam dua kelas : A dan B, pembagian kelas ini didasarkan pada perbedaan lebar lantai dan lebar trotoar.

a. Kelas A

 Lebar lantai kendaraan : 7,00 m

 Trotoar : 2 x 1,00 m

 Clearance height : 5,10 m

b. Kelas B

 Lebar lantai kendaraan : 6,00 m

 Trotoar : 2 x 0,50 m

 Clearance height : 5,10 m

c. Mutu baja

 Struktur utama : SM 490 YB

 Struktur sekunder : SM 400 YB

 Semua baut mutu tinggi : Grade 8.8 (kecuali untuk sandaran)

Jembatan sistim rangka baja umumnya dengan bentang 40 ~ 60 meter, kecuali jembatan gantung atau jembatan yang di-desain secara khusus dapat berbentang panjang.

Kriteria perencanaan pembebanan

Pembebanan mengacu pada BMS7-C2-BRIDGE DESIGN CODE1992 termasuk kombinasi dan faktor beban. Prinsip pembebanannya adalah :

 Lalu lintas : Kelas A dan B – 2 jalur penuh ditambah jalur tidak penuh kedua sisi jalan. 100 % beban D dan beban T. Ditambahkan pengaruh lain jika diketahui.

 Trotoar : Kelas A - 2 kPa s/d 5 kPa pembebanannya. Kelas B - Nil.

 Sandaran : 0,7 kN/m ditransfer secara vertikal kesetiap simultannya.  Angin : Desain beban angin

 Maksimal : 35 m/s.  Beban Layan : 30 m/s.

 Gempa : Koefisien gempa = 0,2 sesuai dengan spesifikasi kontrak.  Arus : Bangunan atas dianggap terletak diatas permukaan air banjir

 Temperatur : Minimum 15ºC  Maksimum : 40 ºC

(40)

Spesifikasi perencanaan

Berdasarkan spesifikasi desain jembatan AASHTOLRFD tahun 1998.

Catatan : Beban & faktor beban yang digunakan berdasarkan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992.

4.4.

PERENCANAAN LAJUR LALU-LINTAS RENCANA

Lajur lalu-lintas rencana harus mempunyai lebar 3,50 m (per lajur). Jumlah rencana lajur lalu-lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan bisa dilihat dalam Tabel 4.6.

Tabel 4.6. : Lebar jalur kendaraan dan jumlah lajur lalu-lintas rencana.

Tipe jembatan Lebar jalur kendaraan (m)

Jumlah lajur lalu-lintas rencana

Satu lajur 4,00 – 5,00 1

Dua arah, tanpa median

5,50 – 8,25 11,30 – 15,00

2 (3) 4

Dua arah / banyak arah 8,25 – 11,25 11,30 – 15,00 15,10 – 18,75 18,80 – 22,50 3 4 5 6

4.5.

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

1. Metode analisis

Untuk memenuhi persyaratan untuk kestabilan, kekuatan dan batas layan, pengaruh aksi pada struktur dan komponennya harus ditentukan berdasarkan pendekatan sebagai berikut :

 Struktur diasumsikan elastis linier

 Metode analisis berdasarkan pendekatan fleksibilitas atau kekakuan  Pengaruh efek P delta dapat memperhitungkan dalam analisis struktur 2. Tahapan analisis

Perencanaan balok jembatan harus mempertimbangkan penampang komposit dan penampang non komposit sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi di lapangan.

(41)

3. Penempatan beban lalu lintas

Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tertentu (bentang tunggal), maka beban lalu lintas diletakkan sepanjang bentang. Dalam hal ini, beban terpusat diletakkan di tengah bentang.

Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tak tentu (bentang banyak) maka beban lalu lintas harus diletakkan pada bentang-bentang yang menghasilkan gaya-gaya dalam terbesar di tengah bentang dan di perletakan seperti diuraikan di bawah ini.

Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 1 (bentang 5 serupa), beban KEL harus diletakkan pada bentang 1 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S1; S1 + S3; atau S1 + S3 + S5. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 3, beban KEL harus diletakkan pada bentang 3 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S3; S1 + S3; atau S3 + S5.

Gambar 4.1. : Momen Lentur Positif – Bentang 1, 3 dan 5

Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 2, beban KEL harus diletakkan pada bentang 2 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S2; S2 + S4. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 4, beban KEL harus diletakkan pada bentang 4 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S4; S2 + S4.

Gambar 4.2. : Momen Lentur Positif – Bentang 2 dan 4

S 1 S 2 S 3 S 4 S 5

S 2

(42)

Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 2, beban KEL harus diletakkan pada bentang 2 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S2; S2 + S4. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 4, beban KEL harus diletakkan pada bentang 4 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S4; S2 + S4.

Gambar 4.3. : Momen Lentur Negatif pada Pilar

Untuk mendapatkan momen lentur maksimum di pilar 2, beban KEL harus diletakkan pada bentang 2 dan 3; dengan mengambil L adalah pengaruh terburuk S2 + S3; S3 + S5.

4.6.

PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN

1. Tumpuan / perletakan

Fungsi tumpuan / perletakan ialah untuk meneruskan gaya-gaya dari bangunan atas jembatan ke bangunan bawah jembatan.

a. Tumpuan tetap

Rotasi terbatas bangunan atas jembatan dapat terjadi, tetapi perpindahan tempat kearah horizontal akan dicegah oleh perletakan tetap tersebut.

b. Tumpuan yang dapat bergerak

Rotasi terbatas dan perpindahan tempat kearah horizontal dapat terjadi pada perletakan yang dapat bergerak.

2. Jenis perletakan a. Sendi dan Rol

Sendi merupakan tumpuan tetap dan Rol merupakan perletakan yang dapat bergerak. Jenis tumpuan ini merupakan tumpuan yang paling umum digunakan pada jembatan-jembatan di Indonesia.

S 4

(43)

b. Tumpuan Garis

Dapat berupa tumpuan tetap dan perletakan rol. c. Tumpuan Elastomer

Tumpuan elastomer dapat mengikuti perpindahan tempat kearah vertikal dan horizontal dan rotasi atau kombinasi gerakan-gerakan bangunan atas jembatan. d. Tumpuan Pelat

Untuk jembatan bentang pendek, tumpuan dapat diberikan berupa pelat-pelat baja rata.

3. Pondasi

Konstruksi pondasi mendukung dan meneruskan gaya-gaya dari bangunan bawah jembatan ke lapis daya dukung tanah.

Pemilihan konstruksi pondasi dipengaruhi oleh hal-hal berikut :  Gaya-gaya dari konstruksi jembatan.

 Kapasitas daya dukung tanah.

 Stabilitas tanah yang mendukung pondasi.

 Tersedianya alat transportasi, kemungkinan adanya bahan pondasi dan pelaksanaannya.

 Pengaruh sungai, besarnya gerusan dan sedimentasi harus se-minimum mungkin.

.

4.7.

PERANGKAT LUNAK PERENCANAAN

Dalam melaksanakan perencanaan harus dengan menggunakan perangkat lunak yang kompatibel seperti perangkat MOSS atau AD-CAD (perencanaan teknis harus dilakukan secara compturized program). Perangkat lunak untuk analisis struktur dan analisis perencanaan teknis lain terkait harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa.

(44)

BAB V

KELENGKAPAN GAMBAR

5.1. UMUM

Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan konflik atau interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan proyek tersebut.

Biasanya gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :

1. Halaman sampul. 2. Daftar gambar.

3. Daftar singkatan dan simbol. 4. Gambar situasi.

5. Denah perencanaan jalan (plan). 6. Potongan memanjang (profile).

7. Potongan melintang jalan (cross section). 8. Denah perencanaan drainase.

9. Potongan memanjang saluran. 10. Gambar detail.

11. Gambar perencanaan traffic engineering. 12. Gambar standard.

5.2. HALAMAN SAMPUL

Pada halaman ini tercantum keterangan tentang :

 Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa.  Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan.  Siapa konsultan perencana-nya.

5.3. DAFTAR GAMBAR

Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara

(45)

lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan setelah huruf kapital tersebut diatas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah lembarnya.

5.4. DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah (khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar perencanaan / kerja.

5.5. GAMBAR SITUASI

Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan seperlunya.

5.6. DENAH PERENCANAAN JALAN (PLAN)

Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer. Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka dibelakang huruf STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA. 0. Dari denah, dapat diketahui antara lain : letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar jalan serta fasilitas-fasilitas jalan.

5.7. POTONGAN MEMANJANG (PROFILE)

Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan rencana dasar saluran.

(46)

5.8. POTONGAN MELINTANG JALAN (CROSS SECTION)

Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang ini dapat diketahui antara lain : bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun tinggi, kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll.

5.9. DENAH PERENCANAAN DRAINASE

Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain : letak saluran air terhadap badan jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran tertutup.

5.10. POTONGAN MEMANJANG SALURAN

Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk pembuatan saluran air.

5.11. GAMBAR DETAIL

Gambar detail adalah gambar-gambar konstruksi dengan skala kecil misalnya 1 : 5, 1 : 10 atau 1 : 20. Pada gambar potongan dilengkapi ukuran-ukuran dengan jelas dan lengkap disamping keterangan-keterangan gambar. Bahkan dibuat tabel-tabel misalnya untuk kebutuhan pembesian pekerjaan beton. Gambar detail biasanya meliputi pekerjaan : detail saluran air terbuka dan tertutup, detail trotoir dan kanstin (side walk & curb), detail dinding penahan tanah, detail pagar, pondasi, detail jembatan, pelat penutup saluran dll.

5.12. GAMBAR PERENCANAAN TRAFFIC ENGINEERING

Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gambar-gambar yang lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain : perencanaan rambu lalu-lintas, marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light, dll.

(47)

5.13. GAMBAR DESAIN JEMBATAN

Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan lain : a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.

b) Daftar isi.

c) Peta lokasi proyek.

d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry) e) Daftar simbol dan singkatan.

f) Daftar bangunan pelengkap

g) Daftar rangkuman volume pekerjaan.

h) Alinyemen Horizontal (plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter dan dilengkapi dengan data yang dibutuhkan.

i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 500 untuk jembatan dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan.

j) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum interval 50 meter), dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50. Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :

 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan  Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana

 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan  Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada)

k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :

 Gambar konstruksi existing yang ada.

 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-beda.

 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.  Rincian konstruksi perkerasan.

 Penampang bangunan pelengkap.

 Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.  Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).

l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase, rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.

m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan. n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.

(48)

BAB VI

SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR

6.1. SISTEMATIKA GAMBAR

Pada umumnya susunan / sistematika gambar akan terdiri dari :

No. Kode Gambar

SAMPUL SAMPUL A UMUM

1. A/1/1 Daftar gambar

2. A/2/1 Peta lokasi proyek

3. A/2/2 Key Plan

4. A/2/3 Peta Quarry

5. A/3 Abbreviations, Legend & Keterangan umum 6. A/4 Daftar Kuantitas Pekerjaan

B TYPICAL CROSS SECTION

7. B/1 Typical Cross Section Type I 8. B/2 Typical Cross Section Type II

C ALIGNMENT LAYOUT

9. B/1 Alignment Layout STA 0+000 – 0+750 10. B/2 Alignment Layout STA 0+750 – 1+500

D PLAN & PROFILE

11. D/1 Plan & Profile STA 0+000 - 0+750 12. D/2 Plan & Profile STA 0+750 - 1+500

E CROSS SECTION

13. E/1 Cross Section STA 0+000 - 0+500 14. E/2 Cross Section STA 0+500 - 1+000

F INTERSECTION

15. F/1/1 Plan of Intersection STA 5+000

16. F/1/2 Cross Section of Intersection STA 5+000 17. F/1/3 Intersection Details STA 5+000

G STRUKTUR

18. G/1/1 Tampak samping jembatan 19. G/1/2 Denah / tampak atas jembatan 20. G/1/3 Longitudinal & Cross Section 21. G/1/4 Girder Detail & Reinforcement 22. G/1/5 Bar Reinforcement of Girder 23. G/1/6 Deck Slab Detail & Reinforcement 24. G/1/7 Bar Reinforcement of Deck Slab 25. G/1/8 Railing Detail & Reinforcement 26. G/1/9 Bar Reinforcement of Railing 27. G/1/10 Detail of Abutment & Reinforcement 28. G/1/11 Bar Reinforcement of Abutment 29. G/1/12 Detail pondasi

(49)

No. Kode Gambar

H DRAINASE

31. H/1/1 Plan & Longitudinal Section STA 0+000 - 0+750 32. H/2/1 Ditch – Type I

33. H/3/1 Inlet & Outlet Structure Drain – Type I 34. H/4/1 Catch Basins – Type I

35. H/5/1 Reinforced Concrete Pipe Culvert 36. H/5/2 Headwall for Pipe Culvert – Type I 37. H/6/1 Box Culvert – Type I

38. H/6/3 Box Culvert Bar Reinforcement – Type I 39. H/6/5 Box Culvert Detail – Type I

40. H/6/7 Single Cell Slab Culvert – Type I 41. H/6/8 Multi Cell Slab Culvert – Type II 42. H/6/9 Slab Culvert Reinforcement 43. H/6/10 Sub Surface Drain

I RETAINING WALL & SLOPE PROTECTION

44. I/1/1 Retaining Wall & Slope Protection– Type I 45. I/1/2 Retaining Wall & Slope Protection– Type II 46. I/2/1 Bar Reinforcement

47. I/3 River Bank Slope Protection 48. I/4 Rip-rap Slope Protection

J MISCELLANEOUS & STANDARD DRAWING

49. J/1 Curb 50. J/2/1 Median 51. J/3 Concrete Barrier 52. J/4/1 Side-walk 53. J/5/1 Island 54. J/6/1 U-Turn – Type I

55. J/7 Truck Parking Area

56. J/8/1 Traffic Signs 57. J/9/1 Road Marking 58. J/10 Guardrail 59. J/11 KM Post 60. J/12/1 Lighting – Type I 61. J/13 Bus Bay 62. J/14/1 Lanscape Plan 63. J/14/2 Detail planting plan 64. J/14/3 Description of planting plan

6.2. CONTOH GAMBAR

Pada lampiran diberikan contoh gambar dari beberapa proyek yang telah ada, dan contoh dari proyek-proyek dari instansi : Kimpraswil, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, dan dari PT. Jasa Marga (Persero). Nampak bahwa masing-masing instansi mempunyai format yang tidak sama, tetapi pada dasarnya mempunyai pengertian gambar yang harus di-interpretasikan sama oleh pelaku proyek.

(50)

RANGKUMAN

Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :  Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.  Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.

Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang-lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.

Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :  Gambar rencana

 Gambar kerja (shop drawing)

 Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)

Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :

 Nomor gambar  Judul gambar  Nama perusahaan

 Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab  Keterangan gambar, seperti skala gambar  Tempat untuk menulis catatan penting, dll.

Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya. Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuannya.

Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran, peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu-raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat huruf maupun angka, ialah :

 Dapat terbaca dengan jelas  Bentuknya seragam, konsisten

Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar, perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.

(51)

Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen No. SNI 1732-1989-F.

Pada dasarnya jenis bangunan atas jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :  Balok dan pelat (beam & slab).

 Pelat (slab).  Culvert.  Box girder.  Rangka baja.

Perencanaan struktur jembatan meliputi: 1. Metode analisis

Untuk memenuhi persyaratan untuk kestabilan, kekuatan dan batas layan, pengaruh aksi pada struktur dan komponennya harus ditentukan berdasarkan pendekatan sebagai berikut :

 Struktur diasumsikan elastis linier

 Metode analisis berdasarkan pendekatan fleksibilitas atau kekakuan  Pengaruh efek P delta dapat memperhitungkan dalam analisis struktur 2. Tahapan analisis

Perencanaan balok jembatan harus mempertimbangkan penampang komposit dan penampang non komposit sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi di lapangan.

3. Penempatan beban lalu lintas

Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tertentu (bentang tunggal), maka beban lalu lintas diletakkan sepanjang bentang. Dalam hal ini, beban terpusat diletakkan di tengah bentang.

Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tak tentu (bentang banyak) maka beban lalu lintas harus diletakkan pada bentang-bentang yang menghasilkan gaya-gaya dalam terbesar di tengah bentang dan di perletakan seperti diuraikan di bawah ini.

Dalam melaksanakan perencanaan harus dengan menggunakan perangkat lunak yang kompatibel seperti perangkat MOSS atau AD-CAD (perencanaan teknis harus dilakukan secara compturized program). Perangkat lunak untuk analisis struktur dan analisis perencanaan teknis lain terkait harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa.

Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan lain : a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.

(52)

b) Daftar isi.

c) Peta lokasi proyek.

d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry) e) Daftar simbol dan singkatan.

f) Daftar bangunan pelengkap

g) Daftar rangkuman volume pekerjaan.

h) Alinyemen Horizontal (plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter dan dilengkapi dengan data yang dibutuhkan.

i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 500 untuk jembatan dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan.

j) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum interval 50 meter), dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50. Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :

 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan  Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana

 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan  Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada)

k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :

 Gambar konstruksi existing yang ada.

 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-beda.

 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.  Rincian konstruksi perkerasan.

 Penampang bangunan pelengkap.

 Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.  Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).

l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase, rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.

m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan. n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.

(53)

C

(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, Pelaksanaan Pembangunan Jalan (Highway Engineering), Lestari Jakarta, Oktober 1979.

2. The Asphalt Institute, Asphalt in Pavement Maintenance, manual Series No. 16 (MS-16), March 1983.

3. Asphalt Institute, Asphalt Technologie Construction Practice, Educational Series No. 1, January 1983.

4. Asphalt Institute, Principles of Construction of Hot-mix Asphalt Pavements, Manual Series No. 22, Januari 1983.

5. Clarkson.H.Oglesby, R. Gary Hicks, Highways Engineering, 4nd Ed John Willey & Sons, inc, 1982.

6. Direktorat Jenderal Bina Marga, (1976), Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/BM/1976, Departemen Pekerjaan Umum dan tenaga Listrik.

7. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pengambilan Data Lapangan untuk IBRD Rolling Beterment Programme, Bipran Central Design Office, May 1986.

8. Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pengambilan Data Lapangan untuk Program Pemeliharaan Berkala, Bipran Central Design Office, November 1988. 9. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan, Second Nine

Provinces Road, Rehabilitation Project, Buku 3, “Spesifikasi Umum”.

10. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring unit, Manual Supervisi Lapangan untuk Pengendalian Mutu pada Kontrak Pemeliharaan dan Peningkatan jalan, Agustus 1988.

11. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan, No. 010/BNKT/1990. 12. Direktorat Jenderal Bina marga, Bina Program Jalan, Dokumen Rujukan RD

(86)

13. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Design Parameters and Models for the Roadworks Design System.

14. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Sistim Perhitungan Lalu Lintas Rutin, Petunjuk Pelaksanaan thn 1984/1985 ; Jakarta, Maret 1984.

15. Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Pemeliharaan Jalan, No.03/MN/B/1983. 16. Horison, Jack.A, Correlation of CBR and Dynamic Cone Penetrometer Strength

measurement of soils, Thesis for MSc degree in Highway Engineering and Development, August 1984.

17. Djoko Untung Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, cetakan pertama, 1979.

18. Konferensi Tahunan Teknik Jalan ke 4, Jakarta 19-21 Nopember ’90, Volume 4, Teknik Lalu Lintas dan Transportasi.

19. M.W.Witczak, Pavement Design Seminars for Bina Marga, Indonesian Highway Departement, Bandung, Indonesia, February 9-10, 1979.

20. NAASRA, Interim Guide to Pavement Thicknees Design, 1979. 21. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan.

22. PMU, Urban Roads Planning and Programming Manual, Jakarta.

23. Robert D. Krebs/Richard D. Walker, Highway Materials, Mc Graw-Hill Book Company, 1971.

24. Semawi A.M., Konstruksi Jalan Raya, Unpar.

25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1980 tentang Jalan. 26. Unpar, Bahan Kuliah Teknik Jalan Raya II, 1989.

Gambar

Gambar  disajikan  dalam  kertas  dengan  ukuran  yang  berbeda-beda.  Ukuran  kertas  gambar  mempunyai  standard  ukuran  tertentu
Gambar 2.3. : Contoh kepala gambar dan letaknya.
Gambar 3.3.1. : Simbol mata angin
Tabel 4.1. : Standar pendekatan pemilihan jenis gelagar bangunan atas.
+7

Referensi

Dokumen terkait