• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampanye Politik melalui Media Sosial pada Pemilu Legisatif 2014 di Kota Pekalongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kampanye Politik melalui Media Sosial pada Pemilu Legisatif 2014 di Kota Pekalongan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Unnes Political Science Journal

Vol. 1, No. 2, July 2017, pp. 175 – 180 ISSN 2549-0737 (Print)

Journal hompage https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upsj

Corresponding Author:

Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Jl. Raya Sekaran, Gunung Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229, Indonesia. Email: muhammadsyofii@gmail.com

Kampanye Politik melalui Media Sosial pada Pemilu

Legisatif 2014 di Kota Pekalongan

Muhammad Syofii 1, Eko Handoyo 1, Andi Suhardiyanto 1

1

Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang

Article Info Abstract

Article history:

Received Sept 12th, 2016 Accepted Nov 26th, 2017 Published Jan 15th, 2017

Lebengjumuk village is one of the villages that participated in the elections Grobogan 2015. Although the majority of people in the village Lebengjumuk livelihood as small farmers and less educated, but have a high political participation rate is 71.03%. The purpose of this study is to analyze the political behavior of small farmers in the village Lebengjumuk in voting and influencing factors in determining the selection Grobogan elections in 2015. The results that the political behavior of small farmers in the village of Lebengjumuk in the elections in 2015 are still thick with groups and fraternal relations, and dissemination among farmers and governments are narrow and direction. 2) Factors influencing the political behavior of peasants in the village Lebengjumuk in determining the choice is the relationship between the government and farmers, and farmers relationships within the group. Suggestions can be recommended that political parties and candidates to campaign and political education directly.

Keyword:

Political Behavior; Farmer; elections

Paper type: Research Paper Copyright © 2017 Unnes Political Science Journal. All rights reserved.

How to cite (APA Style):

Syofii, M., Handoyo, E., & Suhardiyanto, A. (2017). Kampanye Politik melalui Media Sosial pada Pemilu Legisatif 2014 di Kota Pekalongan. Unnes Political Science Journal, 1(2), 175 - 180. Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upsj/article/view/20103

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara demokrasi yang menuntut adanya pemilu. Pemilu tidak hanya dilakukan di tingkat pusat melainkan juga di daerah, oleh karenanya teciptalah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Oleh karenanya aktualisasi untuk mencapai demorkasi di daerah menjadikan adanya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Salah satu fungsi dari pelaksanaan pemilu dalam perspektif top down atau dari pemerintah ke masyarakat ialah sarana pendidikan politik dengan harapan dapat mencerdaskan pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai

(2)

demokrasi (Pamungkas,2009:4). Sejauh ini perlu penilaian lanjut terhadap perjalana fungsi pelaksanaan Pilkada terutama dalam tataran masyarakat lokal yang memiliki pendidikan rendah dan memiliki pekerjaan yang memiliki polarisasi jauh terhadap politik.

Selama ini penelitian yang dilakukan belum mampu menunjukkan bahwa pilkada mampu menjadi media pendidikan politik bagi masyarakat terutama dalam menggunakan hak pilih. Yustingrum (2015: 134) menemukan bahwa pemilih yang telah berusia lanjut, tinggal di pedesaan, dan berpendidikan rendah, maka janji-janji pemberian bantuan materi tersebut merupakan hal yang menjadi pertimbangan dalam memberikan suaranya dalam pemilu. Dengan adanya hal tersebut, dalam penjelasan paper ini akan melihat bagaimana perilaku politik dari petani gurem di Desa Lebengjumuk, dalam Pilkada Kabupaten Grobogan tahun 2015.

Desa Lebengjumuk merupakan salah satu desa di Kabupaten Grobogan yang turut serta dalam menetukan bupati dan wakil bupati ditahun 2015. Perolehan suara di Desa Lebengjumuk menunjukkan bahwa partisipasi politik di Desa Lebengjumuk mencapai angka 71,03%, sehingga dapat dikatakan tinggi karena partisipasi politik rata-rata kabupaten Grobogan hanya menyentuh angka 66,16%.

Kondisi geografis Lebengjumuk menyebabkan masyarakat sulit berinteraksi dengan masyarakat daerah lain. Sisi sosial menunjukkan bahwa masyoritas penduduk di Desa Lebengjumuk bekerja sebagai petani dan memiliki ekonomi yang. Sisi pendidikan menunjukkan bahwa mayoritas penduduk lulusan Sekolah Dasar (SD) dan lulusan (SMP).

Pekerjaan petani gurem yang identik dengan pendapatan rendah, namun memiliki partisipasi politik yang tinggi kiranya kontradiksi dengan berbagai pendapat para ahli. Frank Lindenfeld (dalam Maran, 2011:156), menyatakan bahwa fakor utama yang mendorong orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah kepuasan finansial. Bagi orang yang status ekonominya rendah menyebabkan seseorang merasa teralienasi dari kehidupan politik, dan yang bersangkutan pun akan menjadi apatis.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka paper ini akan menjelaskan bagaimana perilaku politik petani gurem dalam Pilkada Kabupaten Grobogan tahun 2015 di Desa Lebengjumuk.

METODE PENELITIAN

Penelitan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan fokus penelitian terhadap perilaku politik petani gurem di Desa Lebengjumuk dalam menggunakan hak

(3)

pilih dan faktor dalam menentukan pilihannya. Informan utama penelitian ini yaitu petani yang memiliki pendapatan rendah dan lahan bercocok tanam sedikit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemilih petani gurem di Desa Lebengjumuk dalam menggunakan hak pilihnya tidak mengetahui visi, misi, serta program kerja yang ditawarkan. Program kerja yang ditawarkan kedua kandidat, tidak memiliki polarisasi yang jauh, karena kedua kandidat sama-sama menawarkan program kerja di bidang pendidikan, infrasturktur, kesehatan, dan juga pertanian. Justru sebaliknya pemilih petani gurem di Desa Lebengjumuk dalam perilaku politiknya pada Pilkada, masih terikat oleh adanya kepercayaan ideologis terhadap pemerintah desa, yang mereka gunakan pula dalam menentukan pilihannya.

Psikologis dari masyarakat menunjukkan anggapan setiap ada pemilu pasti ajang dimana untuk mendapatkan uang hanya dengan menggunakan hak pilih, yang mana hal tersebut juga dilatarbelakangi setiap ada pemilu baik eksekutif, legislatif, terutama pemilihan kepala desa pasti ada pemberian imbalan material. Kelompok sosial yang ada disana juga turut memengaruhi. Sosialisasi yang bersifat homogen dari petani tidak menambah informasi lain dan hubungan antar tetangga yang masih kental dan tradisional menjadi pengaruh tersendiri dalam menggunakan hak pilih.

Faktor yang memengaruhi perilaku politik petani gurem dalam menentukan pilihan kepala daerah pada Pilkada Kabupaten Grobogan tahun 2015, ialah terdapat hubungan kelas antara petani gurem dengan pemerintah desa. selain itu sistem sosial budaya yang masih kental antar tetangga, hubungan pemerintah desa dan masyarakat yang bersifat searah, dan menempatkan memilih seperti budaya kerja buruh bagi petani gurem, mampu memengaruhi individu dalam menentukan salah satu kandidat. Selain itu dominasi kehidupan kelompok mampu menentukan salah satu kandidat untuk dipilih, dan hubungan kekeluargaan turut memengaruhi individu dalam menentukan pilihan, terutama yang memiliki kedekatan dengan pemerintah desa dan atau juru kampanye, dengan sukarela membantu saudaranya dalam menentukan pilihannya.

Peran kehidupan sosial dan ekonomi dari petani gurem sangat memengaruhi dalam memberikan hak pilih. Keberadaan mereka yang masih dipedesaan yang minim informasi, dan pekerjaan sebagai petani dengan hasil yang minim serta sosialisasi masih kental diantara masyarakatnya menjadi alasan dalam menggunakan hak pilih dengan dalih rasa sungkan dan diajak tetangga, atau lebih tepatnya juru kampanye. Model demikian

(4)

menggambarkan bahwasannya petani di Desa Lebengjumuk dalam menggunakan hak pilih memiliki kekuatan sosiologis yang menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial yang dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal (kota-desa), pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan, dan agama (Surbakti, 2010:186).

Huntington dan Nelson (1994:173) menjelaskan orang-orang miskin di kota dan di pedesaan di negara-negara yang sedang berkembang sangat besar kemungkinannya untuk melakukan partisipasi yang dimobilisasikan. Bentuk partisipasi mobilisasi yang dilakukanya dalam menggunakan hak pilih, petani gurem memilih berdasarkan calon yang memberikan keuntungan kepada mereka. Bagaimanapun juga tingkat ekonomi yang rendah mengakibatkan imbalan dari partai politik sangat memengaruhi suara mereka akan dijatuhkan kepada siapa.

Terkait dengan faktor kebutuhan sebagai motivasi pada aktivitas politik, Robert E. Lane (dalam Handoyo, 2008:214), menjelaskan salah satu faktornya ialah untuk meningkatkan kesejahteraan material atau ekonomi, pendapatan, pemilikan, dan keamanan ekonominya melalui sarana-sarana politik. Sesuai dengan faktor tersebut, petani gurem di Desa Lebengjumuk dalam menentukan pilihannya, terdapat pemilih yang menempatkan Pilkada sebagai ajang untuk mendapatkan kekayaan uang yang digunakan memenuhi kebutuhan primer sesaat. Sistem politik dalam pilkada yang selama ini lebih mengandalkan imbalan, merupakan pemicu petani gurem dalam memahami setiap ada Pemilu tentunya ada uang. Begitupun mereka juga menganalogikan uang dalam pilkada sebagai suatu sistem kerja petani yaitu buruh untuk menyelesaikan pekerjaan petani lain dengan imbalan uang, dan dalam pilkada mereka sebagai buruh dari yang memberi uang.

berhubungan dengan faktor kebutuhan yang telah diungkap oleh Reober E. Lane (dalam Hndoyo, 2008:214), bahwa persahabatan, afeksi, dan hubungan sosial yang mudah melalui sarana politik juga terjadi dalam masyarakat petani gurem di desa Lebengjumuk, pemilih petani gurem dalam Pilkada Kabupaten Grobogan tahun 2015 juga menunjukkan kebutuhan akan persahabatan, dan ikatan kekeluargaan dijadikan dasar pula dalam menentukan pilihan, terutama ikatan dengan aparat desa atau juru kampanye.

Petani gurem di Desa Lebengjumuk pada Pilkada Kabupaten Grobogan tahun 2015, dalam menentukan pilihan, menganut oleh apa yang anjurkan oleh aparat desa ataupun juru kampanye tanpa melihat visi, misi, dan kinerja dari kandidat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan yang tinggi masih ada di dalam diri petani kepada pemerintah ataupun

(5)

juru kampanye yang memang orang-orang kepercayaan kepala desa. Tindakan demikian menggambarkan dalam menentukan pilihannya, petani gurem masih bercorak model kepemimpinan tradisional, yang menganggap bahwa pemerintah ataupun juru kampanye sebagai pihak pengaruh yang memiliki otoritas dan pemilih yang notabene petani sebagai pihak yang terpengaruh atas kekuasaan yang lebih tinggi. Pola yang demikian sesuai dengan penjelasan variabel pola kepemimpinan untuk meninjau perilaku dalam memilih masyarakat desa yang dikemukakan oleh Affan Gafar (1992:14-21) bahwa masyarakat Jawa biasanya memahami dan menyusun masyarakat menjadi dua lapisan, yaitu wong

gedhe atau orang terkemuka, dan wong cilik atau orang biasa.

Tentunya mengapa mereka lebih melihat sosok penting di desa bersangkutan dan tidak mengetahui visi, misi dan program kerja juga tak lepas dari salah satu faktor utama perilaku politik dalam bentuk partisipasi politik oleh Milbarth (dalam Sastroadmodjo, 1995:15) bahwasannya adanya rangsangan politik, seperti kontak pribadi, dan organisasi, dapat memungkinkan orang untuk aktif dalam kegiatan politik, namun yang terjadi bahwa sosok politisi yang ada di desa hanya sebatas kepala desa dan perangkat serta tak ada kontak langsung dengan kandidat kecuali dengan juru kampanyenya, dan kehidupan sosial yang hanya bekerja serta organisasi dalam lingkup desa saja membuat kontak dengan dunia luar kurang mengakibatkan keaktifan dalam kegiatan politik kurang yang berimbas dalam perilaku memilihnya.

PENUTUP Kesimpulan

Paper ini memiliki simpulan bahwa: 1) Perilaku politik petani gurem di Desa Lebengjumuk pada Pilkada Kabupaten Grobogan tahun 2015 masih kental dengan hubungan kelompok dan persaudaraan, dan sosialisasi antar petani dan pemerintah yang sempit dan searah. 2) Faktor yang memengaruhi perilaku politik petani gurem di Desa Lebengjumuk dalam menentukan pilihan ialah hubungan antara pemerintah dengan petani, dan hubungan petani dalam kelompok.

Saran

Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka saran yang dapat direkomendasikan supaya partai politik dan kandidat melakukan kampanye dan

(6)

pendidikan politik secara langsung dengan menjangkau desa terpencil dan kepada masyarakat petani.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Grobogan. (2013). Hasil Sensus Pertanian 2013. Jakarta: BPS Republik Indonesia.

Gaffar Afan. (1992). Javanese Voters. Yogyakarta: UGM Press. Handoyo, Eko. (2008).Sosiologi Politik. Semarang: UNNES Press. https://pilkada2015.kpu.go.id/grobogankab.

Huntington, Samuel dan Nelson Joan. (1994). Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta

Kpud-grobogankab.go.id

Maran, Rafael Raga. (2001). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta Pamungkas, Sigit. (2009). Perihal pemilu. Yogyakarta: UGM

Sastroatmodjo, Sudijono. (1995). Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Albeta. Surbakti, Ramlan. (2008). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo

Yustiningrum, RR Emilia dan Ichwanuddin Wawan. (2015). Partisipasi Politik Dan

Perilaku Memilih Pada Pemilu 2014. Dalam Jurnal Penelitian Politik. Volume 12

No. 1 Juni 2015. Hal. 117–135

Malik, D. (2016). Partai Politik Islam dan Pemilihan Umum Studi Peningkatan Dukungan Elektoral PKB dan PPP Pada Pemilu Legislatif 2014 DPR RI di Dapil DKI Jakarta.

Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review, 1(1), 46-68.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang Posyandu sebagian besar dikategorikan baik sebanyak 19 orang (63,33%), keaktifan ibu mengikuti Posyandu sebagian

diketahui nilai korelasi Kendall-Tau adalah p value 0,002 < 0,05 yang menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga ada hubungan yang bermakna antara

Dari hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa kesesuaian model analisis untuk motivasi, kebiasaan belajar dan lingkungan belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi

Pegawai yang memiliki kecerdasan spiritual mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang

Berdasarkan analisa data dan pembahasan dapat diketahui bahwa waktu tunggu angkutan umum di dalam terminal Cikarang untuk AKDP 1 tidak sesuai dengan ketentuan/syarat dari

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi dan mengatasi berbagai kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada proses belajar

Hasil: Ada perbedaan intensitas serangan hama kopi pada ketinggian A dan

Dengan menggunakan ALIAS sebuah variabel yang sama dapat diberikan nama yang lain, tujuannya untuk mempermudah proses pemrograman Biasanya ALIAS digunakan untuk mengganti