• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TIJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

A. Usia Lanjut

1. Pengertian Usia Lanjut

Usia lanjut merupakan fase terhadap terjadinya penurunan fisik seseorang, yang di tandai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup seseorang mulai mengalami perubahan, maka seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).

Adapun batasan usia lanjut menurut beberapa pendapat tentang batasan-batasan usia lanjut yaitu:

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, dalam Mubarak dkk, 2006), batasan usia lanjut meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun b. Usia lanjut (elderly) usia antara 60 sampai 74 tahun

c. Usia lanjut tua (old) usia antara 75 sampai 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun

Menurut (Setyonegoro, dalam Nugroho, 2000), usia lanjut dibagi menjadi beberapa bagian :

a. Usia Dewasa Muda (elderly adulhood): umur 18 atau 20-25 tahun

b. Usia Deawasa Penuh (middle years) atau maturitas: umur 25-60 atau 65 tahun

(2)

10 d. Young old: umur 70-75 tahun e. Old: umur 75-80 yahun

f. Very old: umur lebih dari 80 tahun 2. Proses menua

Proses menua atau penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua atau penuaan merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh, (Constantindes, 1994 dalam Nugroho, 2000).

Terjadinya proses menua manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi, aterosklerosis, diabetes militus dan kanker yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti strok, infark miokard, koma asidosis, metastasis kanker dan sebagainya (Martono & Darmojo, 2004).

3. Teori-Teori Proses Penuaan Menurut (Potter & Perry,2005) a. Teori Biologis

1) Teori Radikal Bebas

Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan kerusakan irevisibel akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah produk metabolism seluler yang merupakan bagian molekul yang sangat

(3)

11

reaktif. Molekul ini mempunyai ekstraseluler muatan yang sangat kuat dan dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya. Molekul ini dapat juga bereaksi dengan lipid yang ada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organel sel lainya.

2) Teori Cross-Link

Teori ini dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolegen dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa dan yang lama meningkatkan rigiditas, cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara molekul-molekul yang normalnya terpisah.

3) Teori Imunologis

Teori ini mengambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika seseorang telah bertambah menjadi tua, pertahanan daya tahan tubuh mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga menyebabkan mereka rentan terhadap penyakit seperti kanker, dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh. Ketika orang mengalami proses penuaan mereka mungkin mengalami penyakit auto imun yaitu penyakit dimana sistem kekebalan tubuh telah salah dalam mengidentifiksi benda asing, sel jaringan atau organ tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibody, seperti penyakit arthritis rematoid.

4) Teori Wear and Tear

Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan seperti sebuah mesin, sehingga perlu adanya perawatan, dan proses dari penuaan merupakan hasil dari penggunaanya.

(4)

12 5) Teori Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini faktor-faktor dalam lingkungan misalnya karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi dapat membawa perubahan dalam proses penuuan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam proses penuaan.

b. Teori Sosial

1) Teori Pembahasn

Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori pembebasan (disengagement teory). Teori tersebut menerangkan bahwa perubahan usia seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau mengambarkan proes penarikan diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial dari lansia menjadi menurun, baik secara kualitatif dan kuantitatif sehingga terjadi kehilangan ganda yaitu:

a) Kehilangan peran b) Hambatan control sosial c) Berkurangnya komitmen 2) Teori Aktifitas

Lawan langsung dari teori pembebasan (disengagement teory) adalah teori aktifitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang berhasil atau sukses dengan cara tetap aktif dan ikut banyak berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungan. Havighurst yang pertama kali menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk usia lanjut pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang

(5)

13

penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang sangat penting bagi kehidupan usia lanjut. Penelitian menunjukan bahwa hilangnya fungsi peran pada usia lanjut secara negatife mempengaruhi kepuasaan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukan pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia. 3) Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan usia lanjut. Dengan demikian pengalaman hidup seorang usia lanjut pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi seorang usia lanjut.

Pokok- pokok dari teori kesinambungan adalah :

a) Usia lanjut tidak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalaman usia lanjut tersebut di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.

b) Peran usia lanjut yang hilang tak perlu diganti.

c) Usia lanjut dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi c. Teori Psikologi

1) Hirarki Maslow

Motivasi manusia dapat dilihat dari hirarki kebutuhan pada titik kritis pertumbuhan dan perkembangan pada semua manusia. Individu dilihat pada partisipasinya aktif dalam hidup sampai aktualisasi diri.

(6)

14 2) Jung’s Teori of Individualism

Perkembangannya dilihat sampai dewasa dengan realisasi tujuan perkembangan kepribadian. Pada beberapa individu akan mentrans formasikan kepada hal-hal spiritual.

3) Selective Optimalization with Compensation

Kemampuan fisik dikurangi oleh umur. Individu dengan yang berhasil pada usianya akan mengkompensasi kekurangan dengan seleksi, optimasi dan kompensasi.

4) Erikson’s Eight Stage of life

Setiap orang mengalami suatu tahap perkembangan selama hidupnya. Pada beberapa tahap akan ada kritis tujuan yang mengintegrasikan kematangan fisik dengan keinginan psikologinya. Pada beberapa tahap orang berhasil mengatasi krisis tersebut. Keberhasilan tersebut akan membantu perkembangan pada tahap selanjutnya. Individu ingin selalu memperoleh peluang untuk bekerja kembali sesuai perasaannya untuk mencapai kesuksesannya.

4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Usia Lanjut

Menurut (Maryam dkk, 2008), perubahan yang terjadi pada usia lanjut adalah :

a. Perubahan pada Fisik 1) Sel

Lebih sedikit jumlahnya sel, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot ginjal darah, hati, dan menurunnya jumlah sel otak, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5 – 10%.

(7)

15 2) System persarafan

Berat otak menurun menjadi 10 – 20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya), cepatnya menurun hubungan persyarafan, lambat dalam responden waktu untuk bereaksi, khususnya pada stres, mengecilnya syaraf panca indra (berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif terhadap sentuhan.

3) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)

Berkurangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada–nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata–kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otot seklerosis, terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin, pendengaran bertambah menurun pada usia lanjut yang mengalami ketegangan jiwa atau stres.

4) System penglihatan

Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar kornea lebih terbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang (berkurang luas pandang), menurunya daya membedakan warna biru atau hijau.

(8)

16 5) System kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebkan merunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak ± 170 mmHg, diastolis normal ± 90 mmHg).

6) System pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35°C akibat menurunnya metabolisme, keterbatasan refleks menggigil dan tidak memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

7) System respirasi

Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku menurunya aktifitas dari sillia, paru–paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun, alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O² pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO² pada arteri tidak terganti, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

(9)

17 8) System gastrointestinal

Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal diase yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indra pengecap (±80%) hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap dilidah terutama rasa manis dan asin, hiangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu), liver (hati) makin mengecil dan merunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. 9) System reproduksi

Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki–laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur–angsur, dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asalkan kondisi kesehatan baik). 10) Sisem gastourinaria

Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism dari tubuh, melalui urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus), kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus akibatnya berkurannya kemampuan mengkonsentrasikan urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya +1), BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkatkan sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, vesika urinaria (kandung kemih) ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai

(10)

18

200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria sudah dikosongkan pada pria usia lanjut sehingga mengakibatkan meningkatkan retensi urin, pembesaran prostat ±75 % dialami oleh pria usia di atas 65 tahun, atrovi vulva dan vagina, orang–orang yang makin menua sexual intercourse cenderung secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

11) System endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon ada tetapi tidak rendah dan hanya ada didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal metabolic rate), dan menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen, dan testeron.

12) Sistem kulit (integumentary system)

Kulit mengerut atau menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses kratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk– bentuk sel epidermis), menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun yaitu produksi serum menurun, gangguan pegmentasi kulit, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telingga menebal, bekurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi lebiih keras dan rapuh, kuku kaki bertumbuh secara berlebihan dan menyerupai tanduk, kelenjar keringat berkurang

(11)

19

jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar, kurang bercahaya. 13) System muskuluskeletal (musculoskeletal system)

Usia lanjut yang melakukan aktifitas secara teratur dan tidak berlebihan tidak kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak usia lanjut yang tidak aktif. Serat otot berkurang ukuranya. Dan kekuatan otot berkurang sebanding penurunan massa otot. Penurunan massa dan kekuatan otot, demeneralisasi tulang, pemendekan fosa akibat penyempitan rongga intravertebral, penurunan mobilitas sendi, tonjolan tulang lebih meninggi (terlihat). Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis pinggang, pergerakan lutut dan jari–jari pergelangan terbatas, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar dan menjadi rapuh, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, atrofin serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot–otot kram menjadi tremor, otot–otot polos tidak begitu berpengaruh.

b. Perubahan pada Mental

Faktor–faktor yang berpengaruh dalam perubahan mental pada usia lanjut yaitu perubahan fisik khususnya pada organ perasa kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan sekitar. Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa perubahan dan kejadian),dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk).

(12)

20

Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan struktural dan fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan karena fungsi neuron di otak secara progresif. Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut dan metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang di ketahui tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada usia lanjut. Perubahan kognitif yang di alami usia lanjut adalah demensia, dan delirium.

c. Perubahan pada Psikologis

Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan psikososial seperti :

1) Pensiun, nilai seseorang sering diukur produktifitasnya, identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Usia lanjut yang mengalami pensiun akan mengalami rangkaian kehilangan yang sangat spesifik, mulai dari pendapatan dalam hal finansial, jabatan dalam pekerjaan, bahkan bisa kehilangan rekan kerja yang dulu sering bertemu dalam kegiatan kerja.

2) Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness of mortality).

3) Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit.

4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic derivation) meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.

5) Penyakit kronis dan ketidak mampuan.

6) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial. 7) Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.

(13)

21

8) Gangguan gizi akibat menurunnya fungsi tubuh dan hilangnya pekerjaan.

9) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman teman dan famili serta pasangan.

10) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri.

5. Permasalahan yang Muncul pada Usia Lansia

Salah satu permasalahan yang terjadi pada usia lanjut adalah suatu tindak kekerasan, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan psikologis sehingga menimbulkan efek trauma yang sangat berat yang di alami oleh usia lanjut. Sedangkan Menurut (Maryam dkk, 2008) masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada usia lanjut adalah:

a. Kecemasan, ditandai dengan: perasaan yang khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi, susah untuk tidur sepanjang malam, rasa tegang dan cepat marah, sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut terhadap penyakit yang berat misalnya; kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanya, sering memebayangkan hal-hal yang menakutkan, rasa panik terhadap masalah yang ringan.

b. Depresi, ini merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering didapatkan pada usia lanjut.

c. Insomnia, kebiasaan atau pola tidur usia lanjut dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah.

d. Paranoid, usia lanjut terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya. Bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, ini merupakan kondisi yang disebut paranoid.

(14)

22

e. Demensia, demensia senilis merupakan gangguan mental yang berlangsung progresif, lambat, dan serius yang disebabkan oleh kerusakan organik jaringan otak.

B. Kekerasan pada Usia Lanjut

1. Pengertian kekerasan

Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak (Bagong dkk, 2000).

Kekerasan terhadap usia lanjut pada umumnya adalah mengacu pada salah satu tindakan dari beberapa bentuk penganiayaan dari seseorang yang memiliki hubungan khusus dengan usia lanjut seperti pasangan, saudara, anak, teman atau pengasuh di rumah, menurut (NCEA 1998 dalam Mcdonald 2000 ).

2. Macam-Macam Kekerasan Terhadap Usia Lanjut

Tidak dipungkiri lagi tindak kekerasan sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Tindak kekerasan seolah-olah telah melekat dalam diri seseorang guna mencapai tujuan hidupnya. Tidak mengherankan jika semakin hari kekerasan semakin meningkat dalam berbagai macam dan bentuk. Kekerasan terhadap usia lanjut di bagi menjadi beberapa tipe menurut (Anne dan Duggan, 1998) :

a. Kekerasan Psikologis

Ketika usia lanjut diperlakukan secara memalukan. Contohnya bisa berupa: diancam seperti halnya seorang anak kecil; tidak dianggap di dalam keluarga dan tidak dihiraukan/diabaikan, atau lain-lain, yang

(15)

23

kesemua itu bisa mengakibatkan luka secara emosional. b. Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual jika usia lanjut terkena resiko untuk diperkosa; atau ketika ada tindakan memalukan seperti pemaksaan untuk membuka baju, dll. Penggunaan bahasa yang tidak layak dan sindiran berbau seks. Kesemua perilaku itu bisa dikategorikan ke dalam tindakan kekerasan seksual.

c. Kekerasan Finansial

Hal ini bisa terjadi, ketika seseorang yang bertanggung jawab atas kondisi keuangan seorang usia lanjut , seperti ; mencuri uangnya, mencegah usia lanjut untuk mengambil uangnya, buat memenuhi keperluan perawatan yang dibutuhkan atau bahkan sekedar memenuhi kebutuhan dasarnya.

d. Kekerasan Fisik

Penggunaan kekuatan mengakibatkan tubuh cedera, sakit fisik, atau gangguan fisik. Kekerasan fisik mungkin melibatkan tindakan seperti kekerasan yang mencolok mendorong mencubit mendorong menampar, menendang dan pembakaran. Mungkin juga termasuk penggunaan obat yang tidak tepat, pembatasan dalam pemberian makan dan hukuman fisik.

e. Pengabaian atau Penolakan

Penelantaran juga termasuk kegagalan seseorang yang memiliki tanggung jawab keuangan untuk memberikan perawatan. Kegagalan pada bagian dari penyedia layanan untuk memberikan asuhan. Pengabaian berarti penolakan atau kegagalan untuk menyediakan kebutuhan hidup seperti makanan, pakaian, obat-obatan, air, penampungan, kebersihan pribadi, kenyamanan keamanan diri dan kebutuhan lainnya termasuk dalam tersirat atau disepakati tanggung jawab untuk usia lanjut.

(16)

24 f. Pengabaian atau Membelot

Seorang individu yang telah mengambil tanggung jawab untuk memberikan perawatan kepada usia lanjut tetapi tidak melakukan tanggung jawabnya dengan baik dan benar sehingga membahayakan kesehatan fisik dan mental usia lanjut.

3. Bagan faktor resiko penyalahgunaan atau sebab-sebab terjadinya kekerasan terhadap usia lanjut menurut (Lacks, dan Pillemer, 1995) adalah :

Faktor Resiko Mekanisme

Menurunnya kesehatan dan fungsional pada usia lanjut

Terbatasnya kemampuan orang tua untuk mencari bantuan dan membela diri Kognitif yang menurunan pada usia

lanjut

Perilaku agresif atau mengganggu akibat suatu penyakit mungkin dimensia. tingkat yang lebih tinggi dari pelecehan telah ditemukan di antara pasien

dengan dimensia

Substansi atau penyalahgunaan mental pelaku

Pelaku suatu waktu kemungkinan melakukan penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan yang menyebabkan kehilangan kontrol sehingga dapat menyebabkan perilaku kasar terhadap usia lanjut Ketergantungan pelaku pada korban Pelaku banyak tergantung pada korban dalam hal

finansial dan menyalahgunkan hasil berupa uang oleh seorang kerabat (terutama anak dewasa) untuk mendapatkan harta warisan dari orang tua atau usia lanjut

Pengaturan hidup bersama Orang dewasa yang hidup sendiri jauh lebih kecil kemungkinannya untuk disalahgunakan situasi hidup bersama menyediakan celah yang lebih besar untuk mendapat tekanan dan konflik yang mana pada umumnya menjurus dalam insiden kekerasan terhadap

(17)

25 4. Kekerasan Terhadap Usia Lanjut

Dari penjelasan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa kekerasan pada usia lanjut adalah suatu kondisi ketika seorang usia lanjut mengalami kekerasan oleh orang lain; yang seringkali dalam banyak kasus, berasal dari orang-orang yang mereka percayai. Salah satu tindakan kekerasan yang selama ini sering kita lihat dan dianggap hal yang biasa bagi sebagian masyarakat adalah tindak kekerasan dalam bentuk membiarkan atau mengabaikan seorang usia lanjut yang masih mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan fisik maupun mental usia lanjut tersebut.

Faktor eksternal yang menyebabkan stres

Peristiwa kehidupan yang penuh dengan stres dan ketegangan keuangan akan dapat menimbulkan suatu perbuatan dari keluarga dan meningkatkan kemungkinan bahwa pelecehan akan terdeteksi dan berhenti di samping dukungan sosial dapat menyangga efek stres

Isos atau isolasi sosial pada usia lanjut usia lanjut dengan sedikit kontak sosial memungkinkan menjadi korban pelecehan dan kekerasan

Sejarah kekerasan Khususnya di kalangan pasangan kekerasan dalam hubungan dapat memprediksi penyalahgunaan atau kekerasan terhadap usia lanjut bisa terjadi di kemudian hari

Mengasuh dengan stress Pengasuh di bawah tekanan besar dari perawatan terus menerus berada pada peningkatan risiko untuk menjadi pelaku yang ini bukan penyebab pelecehan tetapi menjadi pemicu

(18)

26

Mencegah terjadinya tindak kekerasan pada usia lanjut dan meningkatkan kesadaran keluarga akan hal ini menjadi suatu tugas yang cukup sulit dikarenakan keluarga adalah orang yang berperan penting dan berharga bagi kehidupan usia lanjut itu sendiri sehinga menimbulkan anggapan bahwa keluarga adalah segalanya sehingga usia lanjut rela untuk melakukan pekerjaan apapun dengan terpaksa maupun tidak usia lanjut tetap melakukannya walaupun menyadari dengan fungsi kesehatan fisik dan mentalnya yang semakin hari semakin menurun.

Keluarga juga berpikir bahwa jika bekerja itu sudah menjadi kemauan usia lanjut untuk mengisi aktifitas sehari-hari dan sambil membantu pendapatan keluarga maka keluarga membiarkannya dan tidak memberikan nasehat apapun bahwa apa yang dilakukan usia lanjut itu akan mempengaruhi fungsi kesehatan fisik dan mentalnya. Keluarga juga merasa terbantu dengan apa yang dilakukan oleh usia lanjut tanpa menyadari dampak yang akan terjadi pada usia lanjut itu sendiri.

5. Indikasi Kekerasan Terhadap Usia Lanjut

Kita dapat mengetahui dari berbagai indikasi yang ditimbulkan dari suatu tindak kekerasan terhadap usia lanjut dengan memperhatikan beberapa kondisi berikut menurut (Anne dan Duggan, 1998) :

a. Indikator kekerasan pada fisik

1) Memar (pada daerah permukaan yang kulit bagian tubuh) 2) Laserasi (terutama ke mulut, bibir, gusi, mata, telinga) 3) Lecet, goresan , terkilir, dislokasi, patah tulang

4) Terbakar (ditimbulkan oleh rokok, korek api, besi, perendaman dalam air panas)

5) Tanda bekas muntah, rambut rontok karena ditarik paksa, cidera pada bagian mata karena bekas tamparan.

(19)

27 b. Indikator kekerasan seksual

1) Trauma tentang alat kelamin, payudara, rektum, dan mulut, 2) Cedera pada wajah, leher, dada, perut, paha, pantat,

3) Adanya penyakit menular seksual, dan terdapat gigitan manusia pada bagian tertentu

c. Indikator kekerasan psikologis

1) Demoralisasi, depresi, dan perasaan putus asa / tidak berdaya 2) Terganggu nafsu makan / tidur pola, menangis yang

berlarut-larut, ketakutan berlebihan, agitasi

3) Pengunduran diri tanpa alasan yang tidak jelas dan kebingungan

d. Indikator penyalahgunaan keuangan

1) Ketidakmampuan untuk membayar tagihan, tiba-tiba uang di rekening tabungan berkurang, kerusakan properti, dan hilangnya harta tanpa sepengetahuan usia lanjut

2) Tidak ada dana untuk makanan, pakaian, layanan kesehatan, 3) Disparitas antara kondisi hidup dan aset, dan membuat

keputusan keuangan yang dramatis e. Indikator dari pengabaian

1) Usia lanjut dibiarkan bekerja berat, dehidrasi, malnutrisi 2) Memakai pakaian tidak pantas, usia lanjut terlihat kotor

3) Kebutuhan medis tidak terpenuhi, terpapar dengan berbagai bahaya atau infeksi penyakit

4) Terpapar dengan berbagai bahaya atau infeksi penyakit

5) Tidak adanya pemberian alat bantu yang dibutuhkan, seperti : gelas, gigi palsu dll

(20)

28

C. Usia Lanjut dalam Keluarga

1. Pengertian keluarga

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi, 2008).

Keluarga termasuk dalam program kesehatan masyarakat yang berperan dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan seseorang, dimana dukungan keluarga dalam bentuk perhatian, waktu, empati sangat berpengaruh dalam menentukan status kesehatan seseorang yang sedang mengalami masalah, upaya dukungan keluarga muncul dalam beragam dukungan, misalnya dari suami, istri, orang tua, teman, anak, dan lingkungan tempat tinggal.

Keluarga merupakan tempat yang paling nyaman bagi para usia lanjut. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Tamher, 2009).

Tipe Keluarga Menurut (Friedman, 1998) terdiri dari : a. Keluarga inti (Nuclear Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (anak kandung / anak angkat).

b. Keluarga besar (Extended Family)

(21)

29

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. c. Keluarga Dyad (Dyad Family)

Adalah suatu rumah tangga terdiri dari suami, istri tanpa anak. d. Keluarga berantai (Serial Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.

e. Keluarga duda atau janda (Single Family) Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

f. Keluarga usial

Adalah keluarga yang terdiri dari suami istri yang lanjut usia.

2. Aktifitas Usia Lanjut Sehari-hari Dalam Keluarga

Aktifitas adalah suatu usaha energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, Aktifitas didefinisikan suatu aksi energetik atau keadaan bergerak semua manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak, (Potter, 2005). Usia lanjut dalam keluarga merupakan aspek yang butuh perhatian khusus dari pihak keluarga, karena usia lanjut sangat rentan terhadap berbagai penyakit fisik baik yang dari patologis maupun fisiologis. Kehidupan seorang usia lanjut telah menurun baik dari fisik maupun mental jika usia lanjut dipaksa atau dibiarkan untuk melakukan suatu kegiatan atau aktifitas yang diluar batas kemampuannya walaupun kelihatannya usia lanjut mampu melakukannya tapi di lain sisi fisik dan mental lansia akan terganggu perkembangannya dan terpapar dengan berbagai penyakit. Untuk mengisi kegiatan sehari-harinya sebaiknya usia lanjut hanya melakukan kegiatan atau aktifitas yang sesuai dengan kemampuannya, misalnya melakukan pekerjaan rumah yang ringan, olahraga kecil, dan mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungan masyarakat.

(22)

30

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas sehari-hari pada usia lanjut

a) Faktor-faktor dari dalam diri sendiri (1) Umur

Kemampuan aktifitas sehari-hari pada usia lanjut dipengaruhi dengan umur usia lanjut itu sendiri. Semakin tua ketergantungannya semakin besar. Umur seseorang menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana seseorang bereaksi terhadap ketidak mampuan melaksanakan aktifitas sehari-hari (Potter, 2005).

(2) Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam aktifitas sehari-hari, sebagai contoh sistem nervous menggumpulkan dan menghantarkan dan mengelola informasi dari lingkungan. Sistem muskuluskoletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga seseorang dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan aktifitas sehari-hari.

(3) Fungsi kognitif

Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Keliat, 1995). Tingkat fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Fungi kognitif menunjukkan proses menerima,

(23)

31

mengorganisasikan dan menginterpestasikan sensor stimulus untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif yang meliputi perhatian memori, dan kecerdasan. Gangguan pada aspek-aspek dari fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berfikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari.

(4) Fungsi psikologis

Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang komplek antara perilaku interpersonal dan interpersonal. Kebutuhan psikologis berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang. Meskipun seseorang sudah terpenuhi kebutuhan materialnya, tetapi bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengan kehidupanya, sehingga kebutuhan psikologi harus terpenuhi agar kehidupan emosionalnya menjadi stabil (Tamher, 2009).

(5) Tingkat stres

Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres disebut stressor, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Stres dapat mempunyai efek negatif

(24)

32

atau positif pada kemampuan seseorang memenuhi aktifitas sehari-hari (Miller, 1995).

3. Fungsi dan Peran Keluarga Terhadap Usia Lanjut

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan yaitu sebagai berikut, (Mubarak dkk, 2009) :

a. Fungsi biologis

Adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

b. Fungsi psikologis

Adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga.

c. Fungsi sosialisasi

Adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.

d. Fungsi ekonomi

Adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang.

e. Fungsi pendidikan

Adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembanganya.

(25)

33

Sedangkan peran dari keluarga adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem, (Mubarak dkk, 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat, (Setiadi, 2008).

Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu, (Setiadi 2008). Menurut (Mubarak, dkk 2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi keluarga yaitu peran formal dan peran informal.

a. Peran Formal

Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara

(26)

34

hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.

b. Peran Informal kelurga

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga.

Adapun peran adaptif antara lain :

1) Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong, memuji, dan menerima kontribusi dari orang lain.

2) Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.

3) Inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

4) Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.

5) Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan, baik material maupun non material anggota keluarganya.

6) Perawaatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat anggota keluarga jika ada yang sakit.

7) Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan memonitori kemunikasi dalam keluarga. 8) Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke satu

wilayah asing mendapat pengalaman baru.

(27)

35

mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga.

Dari penjelasan di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa peran dan fungsi keluarga terhadap usia lanjut sangatlah berpengaruh dan sangat berperan penting dalam perkembangan fisik maupun mental dari usia lanjut. Usia lanjut dalam keluarga seharusnya mendapat perhatian yang cukup dari pihak keluarga sehingga tidak terjadinya pengabaian terhadap usia lanjut dalam hal kegiatan atau aktifitas sehari-hari. Apalagi usia lanjut disuruh melakukan suatu pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan oleh usia lanjut, sehingga memberatkan beban fisik maupun mental pada usia lanjut, apalagi usia lanjut sampai menjadi tulang punggung dalam menafkahi keluarga atau bekerja untuk menambah penghasilan dalam keluarga karena itu semua sudah seharusnya menjadi tanggung jawab dari pihak keluarga untuk melakukannya. Dengan fisik yang terbatas pihak keluarga seharusnya memfasilitasi dan memenuhi apa yang di butuhkan oleh usia lanjut agar kesehatan fisik maupun mental dari usia lanjut dapat terpenuhi secara optimal. Untuk mengisi kegiatan sehari-harinya usia lanjut sebaiknya diarahkan untuk berpartisipasi kegiatan-kegiatan yang positif seperti mengikuti kegiatan keagamaan dan menghadiri posyandu untuk usia lanjut.

(28)

36

D. Kerangka Teori

Skema 2.1 kerangka teori

(Sumber : Cromwell 1999, Maryam 2008, dan Anne dan Duggan 1998)

E. Kerangka Konsep

Skema 2.2 kerangka konsep

F. Variabel Penelitian

1. Variabel dependent

Variabel dependent pada penelitian ini adalah kejadian kekerasan pada lansia.

Resiko penurunan fungsi sistem pada usia lanjut

Keterbatasan fisik dan mental

Kekerasan pada lanjut usia Kekerasan terhadap usia lanjut

Variabel Dependent

Pengabaian Fisik Pengabaian Ekonomi Pengabaian Psikologis

Referensi

Dokumen terkait

• Wilayah Kota Sorong, Kabupaten Sorong, dan Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat merupakan wilayah rawan gempa bumi dan tsunami, karena terletak dekat dengan sumber

Hasil penelitian ini adalah atribut wisata yang memiliki tingkat kepentingan tinggi akan tetapi kinerjanya masih rendah untuk pariwisata di kota Semarang antara lain:

Penggunaan Model Simulasi Pertumbuhan Populasi untuk Pengelolaan kupu-kupu Ekor Walet (Papilio memnon L.) di Penangkaran: Studi Kasus Penangkaran Kupu-kupu di Wana

Model tanah pasir dipadatkan lapis demi lapis setebal 10 cm dipadatkan menggunakan gilasan dengan kepadatan yang dinginkan tercapai sampai ketinggian yang

Dari hasil percobaan pengelasan baja ST 41 pada produk Back spring pin dengan metode Direct-Drive Friction Welding dengan kecepatan putar yang digunakan 4215 rpm, variasi waktu

Dari sisi guru jika melakukan penilaian berbasis website juga dapat mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah proses belajar berlangsung, untuk

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja, pengetahuan dan motivasi bidan dengan pelaksanaan program Inisiasi Menyusus Dini di

Jika perempuan dipandang sebagai manusia sempurna sebagaimana laki-laki dengan dimensi maskulin (yang) dan dimensi feminin (yin) dan diperlakukan dengan segenap dimensi