• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentonit

Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Bentonit merupakan mineral alumina silikat hidrat yang termasuk dalam pilosilikat, atau silikat berlapis yang terdiri dari jaringan tetrahedral (SiO4)2- yang terjalin dalam bidang tak hingga membentuk

jaringan anion (SiO3)2- dengan perbandingan Si/O sebesar 2/5. Rumus kimia umum

bentonit adalah Al2O3.4SiO2.H2

KOMPOSISI

O. 85 % . (Megawati, 2008)

Komposisi Bentonit berdasarkan hasil analisa terhadap sampel bentonit yang diambil langsung di lapangan, diperoleh komposisi bentonit dapat ditunjukkan tabel 2.1.

Tabel 2.1 Komposisi Bentonit %

Kalsium Oksida (CaO) 0 Magnesium Oksida (MgO) 1,63 Alumunium Oksida (Al2O3) 4,60

Ferri Oksida (Fe2O3) 1,39

Silika (SiO2) 56,10

(2)

2.1.1 Jenis-Jenis Bentonit

Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu 1. Tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite)

Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).

2. Mg, (Ca-bentonit – non swelling bentonite)

Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7.

Keramik adalah semua benda-benda yang terbuat dari tanah liat/lempung yang mengalami suatu proses pengerasan dengan pembakaran suhu tinggi. Pengertian keramik yang lebih luas dan umum adalah “Bahan yang dibakar tinggi” termasuk

didalamnya semen, gips, metal dan lainnya. ( (tekmira,2010)

2.2 Keramik

(3)

2.2.1 Sejarah Keramik

Keramik bersal dari bahasa yunani “keramos”, yang artinya adalah sesuatu yang dibakar. Pada mulanya diproduksi dan mineral lempung yang dikeringkan di bawah sinar matahari dan dikeraskan dengan pembakaran pada temperatur tinggi. Penggunaan keramik ini berkembang dari bahan pecah belah (dinnerware), keperluan rumah rumah tangga, dan untuk industry. Keramik jenis ini dikenal sebagai keramik tradisional.

Sedangkan keramik modern atau yang disebut keramik teknik (fine ceramics, penggunaannya misalnya dalam bidang elektronika (elemen pemanas, dielektrik semikonduktor), tranduser, bidang otomotif, komponen turbin.

(Joelianingsih, 2004)

2.2.2 Pembagian Keramik

Pada prinsipnya keramik dapat dibagi dua bagian yaitu keramik tradisional dan keramik modern Keramik tradisonal adalah keramik yang terbuat dari bahan alam seperti kaolin, feldspar, clay dan kwarsa. Yang termasuk keramik ini adalah barang pecah (dinner ware), keperluan rumah tangga (tile brick) dan untuk industry (refractory). Keramik modern (fine keramik) adalah keramik yang dibuat dengan oksida – oksida logam atau logam, seperti oksida. Pengguanannya sebagai elemen pemanas semikonduktor, komponen turbin. (Joeliningsih, 2004)

2.2.3 Sifat-Sifat Keramik

Sifat –sifat keramik dapat dilihat dibawah ini

a) Kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah. b) Tahan terhadap korosi.

c) Dapat bersidat magnetic dan non magnetic. d) Keras, dan kuat.

(4)

f) Sifat listriknya dapat menjadi isolator, semikonduktor, konduktor bahkan superkonduktor.

2.2.4 Bahan-Bahan dasar Keramik

Pada dasarnya bahan baku (dasar ) keramik dapat dikelompokkan menjadi 1. Bahan Plastis

Bahan ini berupa tanah liat dengan kandungan mineral dan tambahan yang berasal dari endapan kotoran. Mineral ini berupa silikat, magnesium, besi, bersifat kapur dan alkalis.

2. Bahan pelebur

Bahan ini berupa feldspar dengan kandungan alumina silkat alkali beraneka ragam yang terdiri dari:

a) Orthose : (SiAl) O8

b) Potassis Albite : (SiAl) O K

8

c) Anorthite : (SiAl) O

Na, sodis

8

3. Bahan penghilang lemak

Ca, Kalsis

Bahan ini berupa bahan-bahan baku yang mudah dihaluskan dan koefisien penyusutannya sangat rendah. Biasanya bahan ini berfungsi sebagai penutup kekurangan-kekurangan yang terjadi karena plastisitas dari tanah liat dan terdiri dari silica dan quartz yang berbeda-beda bentuknya.

4. Bahan tahan panas

Bahan ini terdiri dari bahan yang mengandung magnesium dan silica aluminium. (Harefa, 2009)

2.2.5 Keramik Konstruksi

Klasifikasi produk keramik tradisional yang digunakan dalam konstruksi, didasarkan pada lingkup:

• elemen untuk lantai, dinding, atap (bata);

(5)

• peralatan sanitasi (kesehatan); • lantai dan dinding (ubin).

2.2.5.1 Bata Konstruksi

Batu bata, bersama dengan batu bangunan, bahan yang umum digunakan. Kuat tekan adalah antara 20-50 MPa dan dapat mencapai 70 MPa untuk bata padat, dibandingkan dengan 15 MPa sampai 100 MPa dan tuf batu yang banyak digunakan dalam konstruksi. Kekuatan tarik jauh lebih rendah, mencapai 5 °% dan, jarang, 10% dari kuat tekan. Batu bata memiliki keuntungan di atas reruntuhan, untuk dibentuk menjadi bentuk yang teratur, yang dengan sendirinya menyebabkan meningkatnya kekuatan seluruh dari batu bata.

Batu bata dalam konstruksi akan menggunakan jenis berikut: • batu bata atau batu beban-beban dan non-

• ubin dan genteng;

• Light blok untuk lantai dan untuk membangun semua bekerja di permukaan horizontal atau sedikit miring;

• dinding bata.

2.2.5.2 Ubin

Ubin keramik (floor title) adalah termasuk jenis badan keramik porcelain stoneware yang mempunyai performa teknis yang sangat baik ditinjau dari sifat-sifat ketahanan terhadap aspek mekanis, pemakaian, bahan kimia dan sebagainya.. Pada umumnya sistem bubuk badan ubin keramik dibuat dari campuran beberapa bahan baku mineral (mixed powders) dan beberapa bahan tambahan lain. Berdasarkan perpindahan massa yang terjadi, secara tradisional sintering pada fasa padat akan melalui beberapa tahap proses yang berbeda dengan beberapa mekanisme difusi atau

(6)

permindahan massa. Meskipun demikian, kecepatan terjadinya densfikasi selama proses sintering dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : komposisi kimia dan ukuran butiran bubuk, suhu dan waktu sintering. Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam proses sintering ubin keramik dapat dirangkum sebagai berikut :

(i) Kualitas bahan baku ubin keramik (terutama feldspar dan clay) tidak konsisten tergantung pada lokasi asal dimana mereka diperoleh;

(ii) Sistem bubuk {powder system) untuk badan ubin keramik biasanya tersusun dari partikel-partikel yang mempunyai ukuran bervariasi {multisized particles) dengan distribusi ukuran yang tertentu dengan komposisi kimia yang berbeda;

(iii) Bentuk butiran adalah campuran dari bentuk partike! bulat {spherical particles) dan partikel-partikel tidak bulat {non spherical particles);

(iv) Distribusi ukuran partikel bubuk badan ubin keramik mempunyai pengaruh terhadap struktur mikro dan perpindahan massa

disamping temperatur dan waktu sintering. (Nur Hasan, 2006)

Bata klinker

 Disebut juga pelapisa jalan (paving block) adalah jenis bata keramik bakaran keras dimana bata ini dibakar pada suhu hampir mencapai titik lelehnya. Bahan bakunya adalah tanah liat api dicampur dengan atau tanpa serpih yang bermutu baik

 Pembuatan dibentuk proses lempung dengan pres tekanan tinggi sehingga kepadatan optimal

 Suhu pembakarannya 1200

 Bata klinker dipakai untuk permukaaan jalan raya

oC

(7)

1. tahan air, tahan cuaca tahan gesekan kuat tekan tinggi 2. kepadatan 2,3

3. kuat tekan rata-rata 280 kg/cm2. Biasanya bisa mencapai 500 kg/cm

Sumber :

2

scribd.2010

2.2.6. Proses Pembentukan Keramik

2.2.6.1. Preparasi serbuk

Untuk membuat bentonit dan limbah padat pulp menjadi serbuk atau dengan kata lain memisahkan butiran kasar menjadi butiran halus dalam ukuran mesh, diperlukan alat penggiling dan juga alat ayakan. pemisahan buitran yang dilakukan terlebih dahulu butiran dikeringkan. Butiran yang kering kemudian digiling dan diayak dan diperoleh butiran halus, kemudian dicampurkan dengan air sehingga dapat dibuat menjadi bahan keramik.

2.2.6.2 Pembentukan Keramik

Pembentukan keramik dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :

a) Die Prsseing

Pada proses ini bahan keramik dihaluskan hingga membentuk bubuk, lalu dicampur dengan pengikat (binder) organic kemudian dimasukkan ke dalam cetakan dan ditekan hingga mencapai bentuk padat yang cukup kuat. Metode inilah yang digunakan peneliti untuk membuat keramik dari bahan baku bentonit. Metode ini umumnya digunakan dalam pembuatan ubin, keramik elektronik atau produk dengan cukup sederhana karena metode ini cukup murah.

b) Ruber Mold Pressing

Metode ini dilakukan untuk menghasilkan bubuk padat yang tidak seragam dan disebut rubber mold pressing karena dalam pembuatannya ini menggunakan sarung

(8)

yang terbuat dari karet. Bubuk dimasukkan ke dalam sarung karet kemudian dibentuk dalam cetakan hidrostatis.

c) Extrusion Molding

Pembentukan keramik pada metode ini melalui lobang cetakan. Metode ini biasa digunakan untuk membuat pipa saluran, pipa reactor atau material lain yang memiliki suhu normal untuk penampang lintang tetap.

d) Slip Casting

Metode ini dilakukakn untuk memperkeras suspensi dengan air dan cairan lainnya, dituang ke dalam plestere berpori, air akan diserap dari daerak kontak kedalam cetakan dan lapisan lempung yang kuat terbentuk.

e) Injection Molding

Bahan yang bersifat plastis diinjeksikan dan dicampur dengan bubuk pada cetakan. Metode ini banyak digunakan untuk memproduksi benda – benda yang mempunyai bentuk yang kompleks. (Debora. 2008)

2.2.6.3 Pengeringan

Sampel keramik yang telah dibentuk dari butiran, akan dikeringkan pada ruang dengan suhu ruangan. Pengeringan akan mempengaruhi produk akhir dari keramik. Pengeringan bahan harus dikrontol dengan baik. Pengeringan sample keramik berguna untuk mengurangi resiko keretakan. Akan tetapi proses keretakan yang terjadi pada saat pengeringan dapat disebabkan butiran yang dicampur tidak homogen, dan menyebabkan pengeringannya tidak merata disetiap bagian-bagian ataupun permukaan sample keramik. Kelebihan air pada saat pembentukan keramik seringkali juga menjadi masalah pada proses pengeringan sample keramik.

(9)

2.2.6.4 Pembakaran/sintering

Sintering adalah proses perlakuan termal untuk menghasilkan ikatan antar partikel sehingga koheren dimana struktur padat yang terbentuk didominasi oleh mekanisme perpindahan massa yang terjadi pada skala atomic. Transport massa berupa gerakan atomic yang menghasilkan energi permukaan serbuk. Energi permukaan serbuk berbanding lurus dengan luas permukaannya. Karenanya partikel halus, dengan luas spesifik yang tinggi, memiliki energi permukaan yang lebih tinggi karena memiliki tingkat energi yang tinggi.

Sintering Fasa Padat (Solid State Sintering)

Proses sintering fasa padat memiliki beberapa kandidat mekansime transport yang dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu transport permukaan dan transport ruah. Transport permukaan tidak menyebabkan densifikasi, sedangkan transport ruah menyebabkan densifikasi. Beberapa mekanisme transport uap dari permukaan padat, difusi batas butir, aliran viskos, dan aliran plastis. Tiga mekanisme pertama termasuk dalam kelas transport permukaan.

1. Difusi permukaan 2. Difusi volume

Ada tiga jalur yang diambil oleh kekosongan pada difusi volume, yaitu:

a. Adhesi volum : kekosongan bergerak dari permukaan neck area melalui interior partikel menuju permukaan partikel. Hasilnya dalah deposisi massa pada permukaan neck area. Pada adhesi volume tidak terjadi densifikasi atau penyusutan.

b. Densifikasi difusi volume : aliran kekosongan dari permukan neck area menuju batas butir antara partikel. Jalur ini menyebabkan densifikasi dan penyusutan.

(10)

c. Penghilangan kekosongan melalui proses dislocation climb

3. Transport uap dari permukaan padat 4. Difusi batas butir

5. Aliran viskos (Galih ,2008)

2.2.6.5 Penyusutan

Penyusutan dapat terjadi pada saat pengeringan dan pembakaran sample. Besar penyusutan pada saat pembakaran dapat dipengaruhi oleh temperatur/suhu pembakaran dan waktu lamanya pembakaran. Penyusutan sangat berhubungan dengan keadaan awal porositas sampel.

2.3 Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun dosmetik (tumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak di kehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi empat bagian:

1. Limbah cair 2. Limbah padat

3. Limbah gas dan partikel 4. Limbah B3

(11)

2.3.1 Limbah padat

Limbah padat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak terpakai dan berbentuk padatan atau semi padatan. Limbah padat merupakan campuran dari berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sisa makanan maupun yang berbahaya seperti limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang berasal dari industri. (Ricki, 2005)

2.3.1. Limbah Padat Pulp

Pulp adalah kumpulan serat-serat yang diambil dari bagian tumbuhan yang mengandung serat antara lain dari bagian batang, kulit akar, daun dan buah. Kayu sebagai bahan dasar dalam industri kertas mengandung beberapa komponen antara lain

1. Selulosa, tersusun atas molekul rantai lurus dan panjang yang merupakan komponen yang paling disukai dalam pembuatan kertas karena panjang, kuat 2. Hemiselulosa, tersusun atas glukosa rantai pendek dan bercabang.

Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses pulping.

3. Lignin adalah jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat slulosa secara signifikan.

4. Ekstraktif, meliputi hormone tumbuhan tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain.. (Rini,. 2002)

Limbah padat pulp adalah limbah yang diperoleh dari sisa-sisa pengolahan industry pulp. Limbah padat pulp terdiri dari:

(12)

1. Dreg

Dreg adalah material padat yang berwarna abu-abu kecoklatan yang merupakan bahan endapan dari green liquor yaitu smelt yang dilarutkan dengan weak wash dari lime mud washer. Bentuk serbuk limbah dreg ditunjukkan pada Gambar lampiran II. Kandungan silica dan karbon residu organic yang tidak sempat terbakar dalam boiler. Komposisinya ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.2 Komposisi Limbah Padat Pulp Dreg Parameter Komposisi (%) Al2O3 12.02 SiO2 41.61 MgO 6.98 CaO 15.94 Fe2O3 1.47 (Sumber : Sitorus, 2010 ) 2. Grit

Grit berasal dari proses recoustisizing yang tidak bereaksi antara green liquor dan kapur tohor, berwarna abu-abu kekuningan, kandungan utamanya hidroksida. Bentuk serbuk limbah grit ditunjukkan pada Gambar lampiran II. Komposisinya ditunjukkan pada Tabel 2.4 dibawah ini:

Tabel 2.4 Komposisi Limbah Padat Pulp Grit Parameter Komposisi (%)

(13)

SiO2 1.78 MgO 5.83 CaO 53.11 Fe2O3 0 Sumber : Sitorus, 2010 3. Biosludge

Biosludge merupakan limbah dari proses pembuatan pulp dan industri kertas yang bagus yang berupa campuran dari endapan limbah cair, berwarna coklat kehitaman, kandungan utamanya adalah selulosa dan bakteri yang mati. (Arnol, 2009. Bentuk serbuk limbah padat pulp biosludge ditunjukkan pada Gambar lampiran II. Komposisi kimia dari biosludge ditunjukkan pada Tabel 2.5.

Tabel. 2.5. Komposisi Limbah Padat Pulp Biosludge Parameter Komposisi (%) Al2O3 0 SiO2 2.68 MgO 1.07 CaO 12.38 Fe2O3 0.29 (Sumber : Sitorus,2010)

Dari ketiga jenis limbah padat pulp diatas, yakni dreg, grit dan biosludge. Ketiga limbah ini yang digunakan peneliti sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sampel keramik konstruksi. Adapun alasan peneliti menggunakan limbah ini adalah dengan alasan bahan limbah ini mengandung silika (bahan pengisi), dimana dreg

(14)

mengandung 41,61 %, grit mengandung 1,78% dan biosludge mengandung 2,68 % silika. Dimana silika inilah yang akan membuat sampel keramik memiliki kuat tekan yang kuat. Disamping itu dreg mengandung senyawa alumina sebesar 12,01 % . Dengan adanya silika, membuat sampel keramik dapat menjadi kuat, keras, dengan bersamaan silika. Karena itulah sifat kedua bahan ini yakni mengikat dan mengisi.

Namun disamping mengandung alumina dan silika, ketiga bahan limbah ini mengandung senyawa yang dianggap beracun dan berbahaya, dapat diketahui dari kandungan masing-masing limbah. Contohnya adalah senyawa CaO, Fe2O3

Unsur

.

Senyawa ini dapat berbahaya jika masuk kedalam tubuh dengan kadar yang tidak esensial bagi tubuh. Dengan memperhatikan senyawa diatas, penulis juga memperhatikan akan bahayanya senyawa diatas jika digunakan dalam pembuatan sampel keramik.

Dengan memperhatikan kandungan senyawa limbah drge, grit dan biosludge yaitu Al, Fe, Mg, Ca yang dianggap berbahaya, dengan titik didih masing-masing senyawa, ditunjukkan pada tabel 2.6.

Tabel 2.6 Titik didih berbagai unsur Simbol Titik Cair (0C)

Alumunium Al 660,4 Besi Fe 1538 Calsium Ca 839 Magnesium Mg 649 Oksigen O -218,4 Silikon S 1414 (Van Vlack, 2004)

Dengan pembakaran yang digunakan peneliti adalah 900 oC, jadi senyawa yang dianggap berbahaya akan habis terbakar, dan tidak akan berbahaya dalam pembuatan keramik konstruksi.

(15)

2.4 Karakteristik Bahan 2.4.1 Sifat Fisis

2.4.1.1 Penyusutan

Penyusutan terjadi akibat menurunnya porositas dimana keporian terisi oleh bahan-bahan yang mudah melebur. Penyusutan suatu produk sangat erat kaitannya dengan proses pembuatan bahan tersebut.

Temperatur pembakaran sangat berpengaruh terhadap penyusutan. Semakin tingi temperatur pemabakaran yang diberikan terhadap bahan maka keporian akan semakin tertutupi oleh bahan yang mudah melebur sehingga terjadi penyusutan yang semakin besar. Besar Penyusutan keramik normal adalah 30 %. (Kenneth, 1996).

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penyusutan antara lain adalah: a) Pembentukan

b) Lama pembakaran c) Ukuran butiran d) Komoisisi e) Dll

Penyusutan bakar adalah persentase penyusutan diameter sebelum dan sesudah dibakar, dan secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

% 100 % x do di do susutbakar = − (2.1)

d0 = diameter sebelum dibakar

(16)

2.4.1.2 Porositas

Porositas dalam suatu keramik dinyatakan dalam % rongga atau fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam bahan tersebut. Porositas sangat dipengaruhi oleh bentuk dan distribusinya. Porositas dintakan dalam % yang menghubungkan antar volume pori terbuka terhadap volume benda keseluruhan, secara persamaan dapat dilihat : % 100 1 (%) x x V m m Porositas air t k k ρ − = (2.2) Dimana :

mk = massa kering sampel setelah dibakar (gram)

mb = massa basah sampel setelah direndam selama 1 x 24 jam (gram)

Vt

air ρ

= volume sampel setelah dibakar = massa jenis air (gram/cm3)

2.4.1.3 Densitas

Densitas merupakan pengukuran massa setiap satuan volum benda. Semakin tinggi densitas (massa jenis) suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumnya. Densitas rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumnya. Sebuah benda yang memiliki densitas lebih tinggi akan memiliki volume yang lebih rendah dari pada benda bermassa sama yang memiliki densitas lebih rendah. Densitas keramik konvensional adalah sebesar 3.980 kg/m3. (Menurut Kenneth, 1960)

Secara matematis densitas dirumuskan sebagai berkut:

(17)

Dimana = densitas (gram/cm3); m= massa (gram); v = volume (cm3 A P fc = ) 2.4.2 Sifat Mekanik

Berbagai jenis keramik termasuk semen, bata untuk bangunan, bata tahan api dan gelas dipergunakan sejak lama sebagai bahan konstruksi bangunan. Bidang penggunaan baru bagi keramik sebagai bahan konstruksi telah dikembangkan, sebagaimana telah terlihat dalam studi yang luas mengenai karbida silicon dan nitride silicon sebagai bahan untuk turbin adan motor yang sangat efisien. Pada umumnya keramik memiliki sifat-sifat yang baik yaitu : keras, kuat dan stabil pada temperatur tinggi, tetapi keramik bersifat getas dan mudah padah seperti halnya porselen, keramik cina ataupun gelas. Dalam bab ini dikemukakan penejelasan dasar yang diperlukan agar sifat-sifat mekanik dari keramik diketahui lebih baik. (Surdia,2005). Adapun sifat mekanik bahan keramik dapat ditinjau dari kuat tekan dan kekerasan dapat dijelaskan sebagai berikut :

2.4.2.1 Kuat Tekan

Besarnya kekuatan tekan suatu bahan merupakan perbandingan besarnya beban maksimum yang dapat ditahan bahan dengan luas penampang bahan yang dapat mengalami gaya tersebut. Secara matematis besarnya kuat tekan suatu bahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

(2.4) Dengan fc A = Luas Permukaan (m = tekanan (Pascal) P = Beban Maksimum (N) 2 )

(18)

2.4.2.2 Kekerasan

Kekerasan adalah salah satu ciri khas bahan keramik dengan kekerasannya yang sangat tinggi. (Surdia,2005). Besarnya kekerasan keramik normal/konvensional adalah sebesar 2600 MPa. (Kenneth, 1996).

Kekerasan dapat juga didefinisikan sebagai ketahanan bahan terhadap penetrasi pada permukaan, namun pada umumnya terhadap deformasi platis karena pada bahan yang ulet kekerasan memiliki hubungan yang sejajar dengan kekuatan. Cara pengukuran kekerasan dapat ditentukan dengan deformasi yang berbeda, yaitu dengan kekerasan Brinnel, Rocwkwell, Vickers. Pengujian kekerasan yang dilakukan peneliti adalah pengujian Hardness Vickers. Alat uji kekerasan menggunakan indektor yang bentuknya berupa bola kecil, piramida, atau titik indentor berfungsi sebagai pembuat jejak pada logam (sample) dengan pembebanan tertentu, nilai kekerasan diperoleh setelah diameter jejak diukur. Bentuk Gambar pengujian kekerasan metode vickers ditunjukkan pada Gambar 2.4.

(19)

Kekerasan suatu bahan dapat ditentukan dengan persamaan berikut: (2.5) Dengan: Hv = kekerasan Vickers (kgf/mm2 No ) P = beban yang diberikan (kgf)

D = panjang rata-rata garis diagonal bekas penekanan (mm)

Tabel 2.7 Standart Pengujian Keramik Konstruksi Pengujian Nilai

1 Densitas 2,71 g/cm3 2 Porositas 47,22 % 3 Kuat tekan 62,9 MPa 4 Susut bakar 1,919 %

Sumber : Dr. Zuriah Sitorus, 2010

Tabel 2.8 Standart Pengujian Paving Block Menurut SNI -3-0691-1996 No Jenis Kuat Tekan (MPa)

1 Mutu A 35-40

2 Mutu B 17-20

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Bentonit
Tabel 2.2 Komposisi Limbah Padat Pulp Dreg
Tabel 2.6 Titik didih berbagai unsur  Simbol  Titik Cair ( 0 C)
Gambar 2.1 Metode Pengujian Kekerasan Vickers
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Dalam konteks perguruan tinggi agama Katolik, pengembangan sumber daya manusia dapat dipandang sebagai upaya berkesinambungan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam

“Kalau hidup sakit kaya begini, mending memilih jadi atap rumah…” kata abud dengan pesimis, tapi saya terus menghibur abud, saya ajak dia main ke dago, ke unpad

14.1 Peserta mengirimkan Data Kualifikasi melalui aplikasi SPSE kepada Pokja ULP sesuai jadwal yang ditetapkan. 14.2 Apabila berdasarkan hasil evaluasi kualifikasi, Pokja ULP

Di wilayah Busur Banda dan Sulawesi, hanya cekungan sedimen di sekitar Busur Banda saja yang berpola semi-konsentris, sementara di daerah sebelah utara lengan utara

Setelah itu pengkaji menggunakan metodologi kajian analisis data secara kualitatif dalam melakukan penelitian dan menganalisis ayat-ayat tersebut dari sudut pengertian,

Sehingga penerapan perpustakaan digital yang efektif telah dilakukan oleh beberapa perpustakaan di dalam maupun luar negeri untuk meningkatkan kualitas layanannya dengan

Teknik analisis data yang dipergunakan adalah Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kualitas sistem informasi akuntansi