• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN DUMP TANK DAN WASH TANK SECARA BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN KADAR NaCl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANG BANGUN DUMP TANK DAN WASH TANK SECARA BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN KADAR NaCl"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

109

RANCANG BANGUN DUMP TANK DAN WASH TANK

SECARA BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN

KADAR NaCl

Intan Baroroh ¹, Bagiyo Suwasono ¹, Ali Munazid ¹

¹ Fakultas Teknik & Ilmu Kelautan, UHT Surabaya

Intan.baroroh@hangtuah.ac.id ABSTRACT

Salt business productivity Indonesian people still have not contributed to the domestic . During the processing of salt that people using the total evaporation of sea water with solar energy with the results of NaCl salt content of less than 80 % . So it needs further processing to meet the desired category I and II quality with NaCl content of ≤ 94.4 % ≤ 98 % NaCl . Efforts to increase the production of salt people through an integrated technology by creating salt leaching process equipment design to improve the content of NaCl concentration and speed the production process as well as eliminating impurities or impurities contained therein so as to save energy , time and place for the vast salt farmers . Of this study produced a wash tank in stages as the salt leaching ( washing wet ) optimal and dump tanks to store water and salt from the prestige of diskmill . Outcomes of this tool design a product 2 salt ( non- iodized ) derived from : the milk is supplied on disk dump tanks and process tanks wask rise . The effects of this form of wet washing crystallization with the possibility of a high percentage levels of NaCl or MgCl . From the results of lab tests show that the people who originally only salt NaCl concentration range 83.30 % to 87.04 % , after going through the wash tank is stratified expected to increase to 97.87 % . As for the speed of the process is expected to more than 10 kg per menit .

Keywords: Evaporation, wash tanks, dump tanks, wet washing, processing speed and levels of NaCl.

PENDAHULUAN

Garam adalah salah satu komoditas strategis, selain sebagai kebutuhan konsumsi juga merupakan bahan baku industri kimia seperti soda api, soda abu sodium sulfat dan lain-lain. Tanpa garam, manusia tidak mungkin hidup, karena garam bertindak sebagai pengatur aliran makanan dalam tubuh, kontraksi hati dan jaringan-jaringan dalam tubuh. Dalam tubuh orang dewasa, mengandung sekitar 250 gram garam (Pusriswilnon BRKP, 2006). Garam yang dikenal dengan nama garam meja, termasuk dalam kelas mineral halide atau dikenal dengan nama halite, dengan komposisi kimia sebagai Natrium Klorida (NaCl) terdiri atas 39,3% Natrium (Na) dan 60,7% Klorin (Cl). Garam ini, umumnya berada bersama gypsum dan boraks, sehingga akan terendapkan setelah gypsum terendapkan pada proses penguapan air laut. Nama halite berasal dari Greek “hals meaning salt” (Kerry Magruder, Guidelines for Rock Collection). Beberapa sifat garam atau Natrium Klorida yaitu bisa berbentuk kristal atau bubuk putih dengan system isomerik berbentuk kubus, bobot molekul 58,45 g/mol, larut dalam air (35,6 g/100 g pada 0°C dan 39,2 g/100 g pada 100°C). Dapat larut dalam alkohol, tetapi tidak larut dalam asam Klorida pekat, mencair pada suhu 801°C, dan menguap pada suhu diatas titik didihnya (1413°C). Hardness 2,5 skala MHO, bobot jenis 2,165 g/cm3, tidak berbau, tidak mudah terbakar dan toksisitas rendah, serta mempunyai sifat higroskopik sehingga mampu menyerap air dari atmosfir pada kelembaban 75% (Chemical Index, 1993).

Garam alami selalu mengandung senyawa Magnesium Klorida, Magnesium Sulfat, Magnesium Bromida, dan senyawa runut lainnya, sehingga warna garam selain merupakan Kristal transparan juga bisa berwarna kuning, merah, biru atau ungu. Garam banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam industri dan diestimasikan sekitar 14.000 produk menggunakan garam sebagai bahan tambahan (The Salt Manufacturer’s Association, United Kingdom).

(2)

110

Dengan kebutuhan garam dalam jumlah yang besar maka kita perlu mengetahui kondisi garam dalam negeri, dimana luas ladang penggaraman rakyat sebesar 25.542 Ha dari keseluruhan 33.625 Ha lading penggaraman, produksinya hanya mencapai 40 ton/Ha/tahun (PT Garam Persero, 2000). Akan tetapi produktivitas usaha garam rakyat Indonesia sampai saat ini dirasakan masih rendah, dan belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan garamdomestik. Bahkan banyaknya petambak garam yang beralih fungsi mengakibatkan makin luasnya lahan garam yang menjadi lahan tidur. Hal inidisebabkan harga garam yang terus menurun akibat rendahnya mutu garam rakyat. Oleh karena itu perlu upaya untuk meningkatkan produksi garam rakyat melalui teknologi terpadu.

Kebutuhan garam nasional hampir 2 juta ton setahun dengan 855.000 ton untuk garam makanan dan sisanya untuk garam industri lebih tepatnya Kebutuhan garam nasional sekitar 1,839 juta ton per tahun terdiri atas garam konsumsi 855.000 ton dan garam industri 984.000 ton. Kebutuhan garam untuk industri soda menempati urutan teratas yaitu 76 %, diikuti untuk kebutuhan industri pengeboran minyak (15 %) dan jenis industri lain seperti kulit, kosmetik, sabun, dan es (9 %). Kebutuhan garam konsumsi untuk makanan merupakan 72 % sedangkan sisanya dibutuhkan untuk bahan penolong dalam industri makanan. Konsumsi garam per kapita adalah 3 kg per tahun per orang. (Departemen Perindustrian , 01 Desember 2010). Oleh karena itu, sungguh sangat jauh dari pemenuhan kebutuhan garam nasional apabila petani garam di kecamatan Paciran kabupaten Lamongan yang sampai saat ini hanya menggunakan cara konvensional yaitu metode penguapan (evaporation) air laut dengan tenaga surya memakan waktu cukup lama tanpa diikuti oleh adanya inovasi teknologi di bidang pemrosesan garam.

Inovasi yang dilaksanakan dalam teknologi produksi dan pemurnian garam, meliputi: efisiensi dan peningkatan kecepatan proses produksi garam serta peningkatan kadar NaCl yang akan diterapkan pada petani garam di Paciran Lamongan berupa rancang bangun dump tank dan tangki pencuci garam . Kegunaan dari kegiatan inovasi pemurnian garam ini adalah meningkatkan produktifitas petani garam baik dalam hal jumlah maupun mutunya.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh suatu inovasi penggunaan penggunaan wash tank secara bertingkat sebagai tempat pencucian garam (cuci basah) yang optimal dan mesin pelembut garam untuk menghancurkan garam sebelum dilakukan pencucian garam dalam tempat pencuci garam tersebut. Sehingga tujuan penelitian tahun pertama akan tercapai yaitu mempercepat proses produksi dan menaikkan kadar NaCl dan menurunkan impuritas atau kotoran yang bercampur pada garam dalam proses cuci basah . efek dari dari cuci basah ini berupa kristalisasi dengan kemungkinan munculnya prosentase kadar NaCl yang tinggi atau MgCl. Ditahun ke II akan dikembangkan lebih lanjut rancang bangun proses pengeringan & iodiasasi garam dengan menggunakan mesin Spinner dan Dryer menggunaan energi dari panas radiator genset atau panas kayu bakar dibantu blower bertujuan mempercepat proses produksi dan menaikkan kadar NaCl dan menurunkan impuritas atau kotoran yang bercampur pada garam dalam proses cuci kering. Sedangkan efek dari proses produksi garam secara kering dan iodisasi berupa packaging.

Sedangkan berdasarkan uji estimasi dengan interval keyakinan _ = 10% menunjukkan bahwa kadar NaCl untuk garam krosok berkisar 83,30% hingga 87,04%. Ini memberikan indikasi bahwa ada 2 (dua) upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kadar NcCl. Upaya pertama dengan sentuhan manajemen pengelolaan lahan garam agar supaya kualitas garam krosok mampu pada posisi kualitas II dan I sesuai Peraturan Dirjen Perdagangan Luar Negeri No 02/DAGLU/PER/5/2011. Upaya kedua dengan sentuhan teknologi

(3)

111

pemurnian garam krosok menuju garam halus agar supaya kualitas garam konsumsi memenuhi SNI Tahun 2010.

Rekayasa Teknologi Pemrosesan

Pengolahan garam memerlukan teknik-teknik khusus agar mineral-mineral yang kurang dikehendaki dapat dipisahkan. Mineral dalam garam air laut adalah Natrium, Magnesium, Kalsium, Klorida dan Sulfat. Apabila Kalsium dan Magnesium dapat dipisahkan, maka Sulfat juga akan ikut, harapannya kandungan NaCl > 95%. Teknologi pembuatan garam yang telah dilakukan menggunakan metode penguapan (evaporation), metode elektrodialisis (ion exchange membrane), dan metode penambangan garam dari batuan garam (rock salt). Pembuatan garam berupa: pemekatan (dengan menguapkan airnya) dan pemisahan garamnya (dengan kristalisasi). Bila seluruh zat yang terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran bermacam- macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang demikian disebut “kristalisasi total”. Proses pencucian dengan cara pembakaran menggunakan sekam dengan kadar NaCl mencapai 95% dan layak dikonsumsikan.

Dari aliran gambar Skema proses pencucian garam secara bertingkat bahwa garam krosok dari olahan petani garam lamongan diproses melalui disk mill kemudian diproses lagi dalam dump tank. Melalui pompa impeller garam dan air tua hasil cucian dialirkan ke wash tank bertingkat untuk proses pencucian lanjut . setelah pencucian dirasa telah selesai air tua maupu garam dialirkan dalam tandon yang berupa bak air tua (proses “Cici Basah”). Setelah mengalami pengendapan , air tua tua dialir ke tandon air tua untuk selanjutnya proses kristalisasi pada meja kristalisasi, air tua yang dialirkan dalam proses kristalisasinya dilengkapi dengan genset dan mesin pengering garam, sehingga pembuatan garam melalui proses kristalisasi tidak perlu tempat yang luas (bak pengering garam). Pada saat proses kristalisasi terjadi pemisahan kotoran mineral yag melekat pada garam dan proses yang lama dalam memproduksi garam. Sedangkan garam hasil endapan dialirkan ke spiner sebagai pengetus atau meniriskan garam dan selanjutnya dipanaskan menggunakan dryer. Hasil proses garam ini dinamakan proses “Cuci Kering”. Sehingga garam yamg dihasilkan mempunyai kadar NaCl yang lebih tinggi lebih cepat proses pembuatannya dengan hasil yang maksimal yang selama ini petani daerah Paciran Lamonhgan masih banyak yang menggunakan cara konvensional yaitu metode penguapan (evaporation) air laut dengan tenaga surya. Pengembangan rancang bangun alat pencucian garam secara bertingkat yang akan kami kembangkan sebagai berikut.

(4)

112 Payau ± 1° B Garam

Tandon

Air Tuah

Wash Tank-3

Sinar Matahari

Bak

Air Tua

Wash Tank-2

Air Sumur ± 0,2 ° Be e

KRISTALISASI

Spinner

Produk Garam – 1.1

Wash Tank-1

Dryer

Disk Mill

Produk Garam –1.2

Air Tua

Produk Garam - 2

Garam Krosok

Gas Buang

Gas Panas

Genset

Tujuan yang ingin dicapai :

1. Kenaikan kadar NaCl dan

penurunan Impuritis

Produk Garam – 1.0

Gambar 1. Skema proses pencucian garam secara bertingkat

Tahun pertama menghasilkan 3 produk garam (non iodisasi) yang berasal dari : 1. proses disk milk

2. proses wask tank bertingkat 3. proses kristalisasi air tua

4. Tahun kedua: proses Kering menggunakan Spinner, Dryer & iodiasai.

METODE

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama sepulun bulan dan pembuatan peralatan rancang bangun di Perakitan dilakukan pad lab produksi manufaktur desa Sumbersari/Cembo – Desa Giripurno ,Kec. Bumiaji Kota Batu Malang. Sedangkan lokasi untuk untuk ujicoba atau instal alat di SMK Sunan Drajat PonPes Sunan Drajat Banjaranyar, Paciran , Lamongan.

Pada metode penelitian ini dilakukan perencanaan alat pemurnian garam atau wash tank secara bertingkat (tangki pencuci garam basah) desain dan perencanaan meliputi : ukuran dan bahan. Setelah ditemukan desain yang paling baik, kemudian dilakukan pembuatan dan perakitan alat dimana hasil garam krosok dan air tua yang dimasukkan hammer mill (mesin pelembut garam) atau proses penghalusan garam, dan dikeluarkan pada dump tank , kemudian melalui pompa impeller dilakukan proses pencucian garam basah (wash

(5)

113

tank) bertingkat dengan tujuan untuk meningkatkan kadar NaCl dan kecepatan proses serta menghilangkan kotoran pada garam tersebut . Proses pembuatan dump tan maupun wash tank sebagai berikut.

Studi Desain dump tank Garam, studi awal menentukan metode dump tank garam yang akan digunakan untuk mendesain dump tank , secara umum penentuan metode tersebut melihat efektifitas dan keberhasilan dari beberapa metode pencucian horisontal yang ada Untuk melihat keberhasilan dan efektifitas masing-masing metode tersebut dilakukan pengujian di laboratorium, pengujian tersebut dengan membuat beberapa prototype seperti metode yang ada dengan beberapa variabel dan menguji prototype tersebut dan dianalisa keberhasilan dan efektifitasnya terhadap pelembutan garam. (tingkat keberhasilan dan efektifitasnya adalah, ukuran butiran, kecepatan, kapasitas dll).

Desain Dump tank Garam . Dengan melihat hasil dari studi yang dilakukan sebelumnya, dilakukan perencanaan mesin dump tank . dalam perencanaan tersebut secara umum seperti perencanaan alat-alat produksi pada umumny, dimana dengan menggunakan metode pendekatan yang relevan dengan mesin yang akan direncanakan.Pembuatan dump tank Garam, dengan berdasarkan perencanaan yang ada dilakukan pembuatan di bengkel produksi. Studi Desain Tangki Pencuci Garam , studi awal menentukan metode pencucian garam yang akan digunakan untuk mendesain pelembut garam, secara umum penentuan metode pencucuian tersebut melihat efektifitas dan keberhasilan dari beberapa metode pencuci yang ada.

Untuk melihat keberhasilan dan efektifitas masing-masing metode tersebut dilakukan pengujian di laboratorium, pengujian tersebut dengan membuat beberapa prototype seperti metode yang ada dengan beberapa variabel dan menguji prototype tersebut dan dianalisa keberhasilan dan efektifitasnya terhadap pelembutan garam. (tingkat keberhasilan dan efektifitasnya adalah, tingakt kebersihan, kandungan NaCl, serta Kekeringan (kandungan Air) Desain Tangki Pencuci Garam . Dengan melihat hasil dari studi yang dilakukan sebelumnya, dilakukan perencanaan tangki pencuci . dalam perencanaan tersebut secara umum seperti perencanaan alat-alat produksi pada umumny, dimana dengan menggunakan metode pendekatan yang relevan dengan mesin yang akan direncanakan. Pembuatan Tangki Pencuci Garam, dengan berdasarkan perencanaan yang ada dilakukan pembuatan di bengkel produksi. Instalasi dan Uji Coba: Setelah pembuatan dump tank maupun tangki pencuci garam selesai dilakukan instalasi dan uji mesin untuk mengetahui proses dan kadar NaCl dari hasil proses produksi yang dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari desain yang dilakukan, selanjutnya Pembuatan Dump Tank, berdasarkan perencanaan yang ada dilakukan pembuatan di bengkel produksi. Langkah – langkah pembuatan dump tank sebagai berikut : Mendesain/ merencanakan dump tank hasil akhir dari tahap tersebut gambar atau spek teknik.Hasil dari desain dari tahapan sebelumnya dilakukan marking cutting serta penggambaran dalam pelat dan pemotongan pelat . dalam marking cutting dilakukan plat da pipa. Setelah dilakukan pemotongna pipa/fitting komponen – komponen yang sudah dipotong, selanjutnya dilakukan pemeriksaan sebelum dilakukan pengelasan.Setelah dilakukan pengelasan seluruhnya dilakukan finishing dimana dilakukan pembersihan. Setelah dirasa sudah sesuai dengan perencanaan dilakukan uji coba , dari hasil uji coba jika tidak sesuai perencanaan dilakukan perbaikan. Jika dalam uji coba selesai maka alat siap digunakan. Dengan melihat dan mengevaluasi kondisi

(6)

114

diskmill di Paciran sunan drajat dengan kapasitas 1 ton per hari , sebagai dasar untuk mengembangan mesin pelembut garam.

Dari kondisi diskmill di Paciran yang telah dibangun maka akan dilakukan modifikasi disk mill dan dump tank sebagai komponen pencucian garam garam secara horisontal dengan menggunakan dump tank sebagai fungsi pencucian garam lebih lanjut sebelum masuk pada wash tank bertingkat. Dump tank di atas berfungsi sebagai penampung air tuah dan garam dari diskmill.

Untuk mewujudkan tangki pencuci garam (wash tank), mulalui desain Tangki Pencuci Garam, dengan melihat hasil dari studi yang dilakukan sebelumnya, dilakukan perencanaan tangki pencuci . Dalam perencanaan tersebut secara umum seperti perencanaan alat-alat produksi pada umumnya, dimana dengan menggunakan metode pendekatan yang relevan dengan mesin yang akan direncanakan dihasilkan desain tangki pencuci garam sebagai berikut.

Pembuatan Tangki Pencuci Garam, berdasarkan perencanaan yang ada dilakukan pembuatan di bengkel produksi, langkah – langkah pembuatan wash tank sebagai berikut.

1. Mendesain/ merencanakan wash tank hasil akhir dari tahap tersebut gambar atau spek teknik.

2. Hasil dari desain dari tahapan sebelumnya dilakukan marking dengan kapur besi atau marker dan cutting dengan gunting untuk ketebalan 1,2 sampai 3 mm.

3. sedangkan gerinda potong ukuran 1,2 -15 mm serta penggambaran dalam pelat dan pemotongan pelat . dalam marking cutting dilakukan plat da pipa.

4. Setelah dilakukan pemotongna pipa/fitting komponen – komponen yang sudah dipotong, selanjutnya dilakukan pemeriksaan sebelum dilakukan pengelasan menggunakan las argon dengan model TIG (tungter innner gas)

5. Setelah dilakukan pengelasan seluruhnya dilakukan finishing dimana dilakukan pembersihan.

6. Setelah dirasa sudah sesuai dengan perencanaan dilakukan uji coba , dari hasil uji coba jika tidak sesuai perencanaan dilakukan perbaikan.

(7)

115 P atau 0,75 Kwh

No Item Menit Input (Kg) Otput (Kg) Keterangan

1 2 Persiapan , viskositas garam 0 ◦ Be. Start I, 15 15 100 30 Persiapan

Air dialirkan dari belakang

Pukul : 10.30 –

10.45.

diskmill, hasil dari proses pencucian air tuah 21 ◦ Be. 3

Start II,

Pukul : 01.05 – 01.25.

20 200 Air dialirkan dari belakang dan

atas diskmill, hasil dari proses pencucian air tuan dump tank dan wash tank 18 ◦ Be.

4

Start III, Pukul : 01.35 – 01.45.

10 100 Air dialirkan dari belakang dan

atas diskmill, hasil dari proses pencucian air tuan dump tank dan wash tank 18 ◦ Be.

Dimensi wash tank. Diameter : 750 mm Tinggi : 1250 mm Bahan : SS304 Kapasitas : 350 liter Target output 1 ton per hari

Motor yang mengaduk wash tank 1 H Pompa Wash tank

Bahan : SS304 Motor : 2 Phase

Pipa : diameter 25 mm, SS304 Valve : diameter 35 mm SS304 Tinggi : total 1700 mm

Jumlah : tangki 2 tanki

Setelah perencanaa, desain maupun pembuatan mesin selesai, kami mulai melaksanakan proses installasi antara mesin diskmill, dump tank, wash tank bertingkat dan profil tank sebagai tandon air tua. Sebagai penghubung aliran fluida digunakan pipa dari selang plastik yang kuat. Dan sebagai penyedot atau pemompa fluida digunakan pompa impeller untuk percepatan proses aliran. Dari proses installasi komponen mesin untuk cuci basah dilakukan uji coba kemampuan mesin dalam operasinya.

Hasil dari uji coba mesin komponen cuci basah dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 1. Hasil uji coba proses instalasi diskmill, dump tank dan wash tank.

Berdasarkan hasil uji coba mesin di atas dapat diestimasi bahwa kemampuan mesin dalam proses operasinya mencapai 10 kg per menit. Sehingga estimasi dalam satu jam mampu mencapai lebih dari 0,6 ton per jam atau 6 ton per 10 jam. Sehingga dari proses pembuatan mesin ini dapat membantu kondisi pengolahan garam petani Paciran Lamongan yang hanya mampu produksi garan 1 ton setiap harinya . dari pelaksanaan uji coba komponen mesin cuci basah ini mampu menghemat waktu produksi, bila dibandingkan dengan waktu operasi mesin disk mill yang ada di Paciran Lamongan.

Untuk hasil lab kimia, Fakultas MIPA Kimia Universitas Airlangga menunjukkan kadar garam krosok sampai kadar garam yang dihasilkan proses cuci basah sebagai berikut.

(8)

116 Tabel 2. Uji Garam tanggal 09-20 Desember 2013.

No Uraian % Ca % Mg % NaCl 1 Garam Kristalisasi 0,4870 0,0989 94,87 2 Garam Proses cuci basah 0,2804 0,0280 97,59 3 Garam krosok 0,3780 0,1535 95,46 4 Air tua Be 18◦ 0,0908 0,1766 24,80 5 Air tua hasil kristalisasi 0,1030 0,0553 25,79

Untuk garam krosok sebagai bahan uji adalah garam krosok yang kita simpan pada tahun 2011 dan kita gunakan sebagai bahan uji ditahun sekarang 2013. Pada tahun 2011 sesuai uji lab kimia garam krosok yang semula kadar NaCl 87,55%. Kemudian setelah dilakukan penyimpanan sampai tahun 2013 kandungan garam krosok kdar Na Clnya meningkat menjadi 95,46%.

Dengan hasil lan didapatkan kadar garam dengan muatan NaCl 97,59%, menunjukkan kenaikan prosentase kenaikan kadar NaCl dimana garam krosok yang semula kadar NaCl. 95,46% setelah proses cuci basah prosentasi kadar NaCl. 97,59% pada garam hasil proses cuci basah artinya menunjukkan kwalitas garam nomer satu. Hal ini menunjukkan bahwa mesin tersebut layak digunakan karena selain mampu memberikan kapasitas output proses yang tinggi juga mampu meningkatkan kadar NaCl pada garam.

KESIMPULAN

Produktivitas usaha garam rakyat Indonesia sampai saat ini dirasakan masih rendah terutama dalam segi mutu, untuk itu penggunaan rancang bangun dump tank dan wash tank akan berpengaruh terhadap kenaikan mutu NaCl garam olahan. Sehngga eksistensi diskmill maupun wask tank di Paciran belum menghasilkan produk garam dengan mutu NaCl yang belum maksimal, sehingga perlu adanya penambahan dump tank pada disk mill untuk menampung air tuah serta garam dari diskmill. Sedangkan 2 wask tank di Paciran sebagai fungsi air tuah perlu ditambahakan dua wash tank lagi sebagai pencuci lanjutan dan pembilasan. Pada penelitian ini luaran yang dihasilkan ada 3 produk garam (non iodisasi) yang berasal dari : proses disk milk serta dump tank, proses wask tank bertingkat dan proses kristalisasi air tua.

Hasil uji coba pencucian garam bertingkat untuk mengetahui kadar NaCl pada garam beserta impuritasnya dilakukan di lab kimia Fakultas Sains Dan Teknologi Departemen Kimia, Universitas Airlangga menunjukkan kadar NaCl 97,59% untuk garam proses cuci basah . Sedangkan kecepatan proses diperoleh dengan ujicoba melalui install coba peralatan pencuci garam secara bertingkat yang meliputi cuci garam basah mencapai 6 ton setiap 10 jam.

UCAPAN TERIMAKASIH

Dukungan in-cash penelitian dari DP2M Dikti – Kemendiknas dalam rangka Pelaksanaan Hibah Program Penelitian Multi Tahun dan Desentralisasi dengan Skema Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi untuk Tahun Anggaran 2013 No. 0440/K7/KL/II/2013 pertanggal 12 Februari 2013.

DAFTAR PUSTAKA

Bisnis Indonesia. Bank Dunia Danai 20 Usaha Garam Untuk Proses SNI, 06 Oct 2000. Bisnis Indonesia. Pengolahan Garam Perlu Standard Teknologi. 09 Oct 2000.

(9)

117 2000.

Amarullah, Husni dan Sriyanto. (2006). Teknologi Garam Artemia dan Produk Terkait Lainnya, BPPT, Makalah Workshop Masa Depan Industri Garam di Indonesia.

Anonim. (1993). Sodium Chloride dalam Chemical Index.

. (1993). The Salt Manufaturers ’ Association, Manchester, United Kingdom.

Bagiyo Suwasono, Ali Munazid, Giman Hilmawan dan Budtomo. (2010). Rancang Bangun Alat Pemurnian Garam Secara Mekanis dan Kimiawi, Kerjasama Kemitraan antara KKP Jakarta, UHT Surabaya dan SMK Kelautan Ponpes Sunan Drajat

Dini Purbani. (2002). Proses Pembentukan Kristalisasi Garam, Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Kerry Mgruder. (2002). Halite, Guidelines for Rock Collection.

Nelson Saksono. (2002). Studi Pengaruh Proses Pencucian Garam Terhadap Komposisi dan Stabilitas Yodium garam Konsumsi, Makara Teknologi, Vol. 6, No. 1, pp. 7 – 16.

PT. Garam. (2000). Teknologi Pembuatan dan Kendala Produksi Garam di Indonesia, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Pusriswilnon BRKP. (2006). Buku Panduan: Pengembangan Usaha Terpadu Garam dan Artemia, Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Gambar

Gambar 1. Skema proses pencucian garam secara bertingkat

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tugas akhir ini, penulis telah membuat penelitian dengan judul “ Pengolahan Citra Radiograf Periapikal Pada Deteksi Penyakit Pulpitis Menggunakan Metode

Penerima penghargaan bagi Penyuluh Pertanian Swadaya Teladan (PPST) Tingkat Nasional adalah Teguh Haryanto dari Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Penerima penghargaan

Berdasarkan fenomena ini, seringkali pengambil keputusan belum dapat menyu- sun skala prioritas dari kondisi ini atau dengan kata lain variabel mana yang harus

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan menggunakan TI dapat maksimal dalam memberikan layanan kepada pelanggan dan mendukung proses bisnis yang dijalankan

Sektor Pariwisata Sebagai Bidang Usaha Yang Terbuka Bagi Kegiatan Penanaman Modal Asing……….. Persyaratan Penanaman Modal Asing

Salah satu kebijakan yang harus sinergi tersebut adalah kebijakan dalam menciptakan iklim investasi yang kompetitif dan kondusif serta kreatif, sehingga

Komputer sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan sebagai salah satu media yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan yang salah satunya adalah komputerisasi sebuah

Dalam penelitian ini disusun skala disposisi berpikir kritis matematis, yang merujuk pada pendapat Sumarmo (2011b) yang disusun memuat indikator- indikator: 1)