1
Studi Eksperimental Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Menggunakan
Alat Shaking Table
Lindung Zalbuin Mase
Mahasiswa S2 Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Teuku Faisal Fathani
Dosen Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Agus Darmawan Adi
Dosen Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Salah satu fenomena likuifaksi yang terjadi di Indonesia adalah likuifaksi akibat gempa 27 Mei 2006 di Daerah istimewa Yogyakarta. Likuifaksi akibat gempa tersebut ditandai dengan adanya lateral spreading dan sand boiling di sepanjang Kali Opak Imogiri.
Untuk memahami fenomena likuifaksi secara fisik, khususnya di daerah Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dilakukanlah sebuah studi eksperimetal potensi likuifaksi menggunakan alat shaking table. Sampel yang digunakan adalah pasir Kali Opak Imogiri dengan kerapatan relatif < 33 % (pasir lepas). Pengujian shaking table dilakukan dengan memodelkan percepatan maksimum gempa untuk kawasan Kali Opak Imogiri yaitu sebesar 0,3g , 0,35g, dan 0,4g (SNI 03-1726-2010) dengan frekuensi getaran shaking table sebesar 1,6 Hz , serta waktu penggetaran selama 32 detik. Alat pembacaan tegangan air pori yang digunakan adalah pressure tranducer. Potensi likuifaksi ditentukan berdasarkan parameter ru. Nilai ru >
1 mengindikasikan bahwa likuifaksi berpotensi terjadi (Gupta, 1977).
Hasil analisis menunjukkan bahwa likuifaksi berpotensi terjadi untuk setiap kriteria pembebanan. Keseluruhan nilai ru dari
hasil pengujian bernilai lebih dari atau sama dengan satu. Penambahan beban dinamik akan memperbesar nilai ru dan
memperbesar durasi likuifaksi. Nilai ru maksimum yang diperoleh adalah sebesar 1,04, sedangkan durasi likuifaksi maksimum
terjadi selama 32 detik.
Kata kunci: likuifaksi, shaking table, pasir lepas
PENDAHULUAN
Likuifaksi adalah suatu fenomena kehilangan kekuatan geser tanah pada lapisan jenuh air akibat gempa bumi, sehingga tanah mengalami keruntuhan dan berperilaku seperti cairan (likuid). Likuifaksi umumnya terjadi pada tanah non kohesif (granuler) jenuh air dan menerima beban siklik berupa gempa (Kramer, 1996).
Salah satu kejadian likuifaksi yang terjadi di Indonesia adalah akibat gempa 27 Mei 2006 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Likuifaksi 2006 silam ditandai dengan beberapa fenomena, di antaranya ditemukannya
lateral spread (sebaran lateral) dan sand boil
(semburan pasir) di sepanjang aliran Kali Opak Imogiri (Munasri dan Yulianto, 2009).
Sebuah penelitian eksperimental dilakukan untuk mempelajari fenomena likuifaksi. Studi eksperimental yang dilakukan adalah dengan memodelkan likuifaksi secara fisik menggunakan alat shaking table (meja getar). Desain pembebanan dinamik berupa percepatan gempa berdasarkan SNI 03-1726-2010 dan Fathani dkk., 2008, dimana daerah Kali Opak Imogiri memiliki percepatan maksimum gempa di tanah sedang sebesar 0,3g sampai dengan 0,4g. Frekuensi getaran pada penelitian ini adalah 1,6 Hz. Waktu penggetaran alat untuk setiap kriteria pembebanan dinamik adalah 32 detik.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang baik tentang gambaran fisik likuifaksi dan potensinya. Selain itu diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat luas sebagai upaya meminimalisir dampak serta kerugian
2 akibat likuifaksi yang sewaktu-waktu dapat terjadi di kemudian hari.
PENELITIAN LIKUIFAKSI MENGGUNAKAN ALAT SHAKING TABLE
Alat shaking table bukanlah alat yang terbilang baru dalam dunia geoteknik. Sejak diperkenalkan oleh Prakash dan Mathur (1965), perkembangan alat ini bisa dikatakan cukup pesat. Berbagai masalah di bidang geoteknik, seperti propertis dinamika tanah, kestabilan lereng akibat gempa, pengaruh getaran pada fondasi, hingga likuifaksi telah banyak dimodelkan dengan alat ini. Konsep dari pengujian menggunakan alat shaking table adalah menganalogikan gerakan salah satu gelombang gempa, yaitu gelombang geser (shear waves).
Beberapa penelitian likuifaksi menggunakan alat
shaking table telah dilakukan oleh banyak peneliti.
Gupta (1977) melakukan penelitian mengenai potensi likuifaksi pada tanah pasir. Konsep yang dikembangkan oleh Gupta adalah menggunakan parameter berupa rasio peningkatan tegangan air pori atau dinotasikan sebagai ru. Persamaan ru merupakan
perbandingan antara peningkatan tegangan air pori akibat pembebanan dinamik (u) terhadap tekanan efektif tanah (σv'). Menurut Gupta (1977), likuifaksi
dapat terjadi bila peningkatan tegangan air pori bernilai sama dengan atau lebih dari tegangan efektif tanah. Nilai ru diperoleh dari persamaan berikut:
' v u u r ...(1)
dimana u adalah peningkatan tegangan air pori, σv '
adalah tegangan efektif tanah, dan ru adalah rasio
peningkatan tegangan air pori.
Tokimatsu (1979) melakukan penelitian mengenai potensi likuifaksi dengan mengamati perilaku peningkatan tegangan air pori pada tanah pasir setelah mengalami pembebanan dinamik. Penurunan tegangan air pori yang lamban mengindikasikan bahwa likuifaksi dapat terjadi.
Singh dkk. (2008) meneliti potensi likuifaksi pasir Solani India menggunakan alat shaking table mini. Pada penelitian mereka, diperoleh beberapa hasil, di antaranya pengaruh percepatan gempa akan mempercepat terjadinya likuifaksi dan dapat memperlama durasi likuifaksi.
Hasmar (2007) meneliti potensi likuifaksi pasir Kali Krasak, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desain pembebanan yang dilakukan yaitu dengan memodelkan pengujian dengan variasi beban siklik. Hasil dari penelitian Hasmar menunjukkan bahwa beban siklik (N) 20 siklik dan 32 siklik berpotensi memicu likuifaksi pada pasir Kali Krasak.
Beberapa penelitian yang telah disebutkan sebelumnya merupakan contoh dari beberapa penelitian mengenai likuifaksi. Secara umum terdapat dua metode yang bisa digunakan dalam analisis likuifaksi secara eksperimental (alat shaking table), yaitu parameter nilai ru dan perilaku penurunan
tegangan air pori. Kedua konsep tersebut digunakan dalam analisis potensi likuifaksi pada penelitian ini.
KRITERIA PEMBEBANAN DINAMIK
Penelitian likuifaksi secara eksperimental tetunya tidak lepas dari konsep pembebanan dinamik. Beberapa kriteria pembebanan yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya, percepatan maksimum gempa, frekuensi getaran gempa, waktu pembebanan dinamik, dan simpangan gerak maksimum alat
shaking table.
Percepatan maksimum gempa
Percepatan maksimum gempa untuk Dearah Istimewa Yogyakarta berdasarkan peta gempa yang tertera pada SNI 03-1726-2010 (Gambar 1) adalah 0,3g sampai dengan 0,4g.. Sejalan dengan SNI 03-1726-2010, Fathani dkk. (2008) telah melakukan penelitian mengenai percepatan maksimum gempa untuk Kabupaten Bantul (termasuk Kali Opak Imogiri), dimana percepatan maksimum untuk kawasan tersebut juga bernilai 0,3g sampai 0,4g. Hasil penelitian Fathani dkk., 2008, dapat dilihat pada Gambar 2. Frekuensi getaran gempa
Dikarenakan kesulitan dalam memperoleh harga pasti frekuensi getaran gempa 27 Mei 2006, maka besarnya frekuensi ditentukan secara manual. Frekuensi getaran yang diambil pada penelitian ini adalah sebesar 1,6 Hz. Pertimbangan dalam pengambilan nilai frekuensi tersebut adalah frekuensi gempa El-Centro (1,5 Hz). Diharapkan dengan pengambilan frekuensi sebesar 1,6 Hz dapat memberikan gambaran mengenai gempa yang frekuensi getarannya mirip dengan El-Centro. Waktu penggetaran
Gempa merupakan fenomena merambatnya gelombang dalam suatu rentang waktu dan memiliki frekuensi yang berbeda-beda. Pada penelitian ini diambil rentang waktu rata-rata dalam perambatan
3
suatu gelombang gempa, yaitu 32 detik (Suhendro. 2013).
Gambar 1. Peta gempa SNI 03-1726-2010 untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun (SNI 03-1726-2010)
4 Simpangan maksimum gerak harmonis
Gempa merupakan beban dinamis yang sangat kompleks. Suatu gempa memiliki banyak frekuensi getaran dalam arah perambatannya. Hal ini disebabkan kerena gelombang yang merambat bersifat acak terhadap waktu (Paz, 1990). Gelombang gempa yang bersifat acak tersebut tentunya akan menimbulkan kesulitan dan permodelannya, oleh sebab itu gelombang gempa yang acak tersebut dimodelkan menjadi gerak harmonis sederhana. Konsep penyederhanaan ini disebut penyamaan tegangan siklik seragam (Seed dkk., 1975).
Alat shaking table merupakan alat pengujian dinamik yang menggunakan konsep gerakan harmonis dalam permodelan dan pengujian. Gerakan harmonis pada alat shaking table memiliki 2 parameter, yaitu amplitudo simpangan dan frekuensi getaran. Persamaan simpangan pada alat shaking table adalah sebagai berikut:
) sin( t
A
y ...(2) dimana, y adalah simpangan gerakan, A adalah simpangan maksimum (m), (rad/detik) adalah
kecepatan sudut yang dinyatakan sebagai 2πf (rad/detik), dan t adalah waktu (detik).
Untuk memperoleh persamaan percepatan gerak
shaking table, dapat diperoleh dengan menurunkan
persamaan simpangan sebanyak dua kali. Persamaan percepatan pada alat shaking table adalah sebagai berikut: ) sin( ) ( 2 t A a ...(3) dimana a adalah percepatan gerak shaking table. Untuk memperoleh percepatan maksimum, maka nilai dari sin(ωt) harus sama dengan satu. Dengan demikian persamaan 3 dapat disederhanakan sebagai berikut:
) (2 A
a ...(4) Pada penelitian ini pembebanan dilakukan dengan menerapkan percepatan maksimum dan frekuensi getaran selama beberapa detik.
METODE PENELITIAN Bahan penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Pasir dari Kali Opak Imogiri. Pasir yang
diperoleh tidak serta merta digunakan secara langsung, melainkan harus menjalani beberapa tahapan. Tahapan tersebut adalah pencucian pasir dan penyaringan pasir. Kedua tahapan tersebut bertujuan agar pasir yang akan digunakan tidak mengandung fraksi halus (pasir murni). Hal ini disebabkan karena fraksi halus yang masih terdapat pada pasir dapat memperkecil potensi likuifaksi.
Peralatan penelitian
Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Satu set alat shaking table
2. Pressure tranducer dan akuisisi data 3. Peralatan tulis
4. Komputer, dan 5. Alat hitung
6. Alat cetak (printer) Pelaksanaan penelitian
Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pastikan alat baca tegangan air pori (pressure
tranducer) terpasang dengan baik pada wadah
pengujian.
2. Alat akuisisi data dipastikan terpasang dengan baik pada alat baca tegangan air pori.
3. Pasir kering dalam keadaan fraksi halus terkontrol (0 %) dituangkan ke dalam wadah pengujian secara perlahan.
4. Wadah pengujian yang telah berisi pasir selanjutnya diisi air secara perlahan sampai pada ketinggian pasir yang telah dituangkan.
5. Pastikan semua alat pengujian dan keran pressure
tranducer dalam keadaan terbuka dan siap untuk
membaca tegangan air pori.
6. Setelah semua tahapan di atas dilakukan, maka mesin shaking table dapat digetarkan sesuai dengan kriteria pembebanan yang telah didesain. Pada penelitian ini, desain kriteria pembebanan dapat dilihat pada Tabel.1.
5 Tabel 1. Desain pembebanan siklik
PGA f A Waktu penggetaran
(g) (Hz) (m) (detik)
0,32 1,60 0,032 32
0,35 1,60 0,035 32
0,40 1,60 0,040 32
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah pengujian sifat fisik tanah. Hasil dari pengujian sifat fisik tanah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengujian sifat fisik tanah
Parameter Nilai Satuan
Cu 1,75 - Cc 0,892 - w 23 % γb 1,64 gr/cm 3 γd 1,41 gr/cm 3 γsat 1,854 gr/cm 3 Gs 2,7 - γdmaks 1,677 gr/cm 3 γdmin 1,355 gr/cm 3 e 0,878 - emaks 0,986 - emin 0,58 - S 68 % RD 26,402 %
Berdasarkan hasil pengujian sifat fisik tanah, diketahui bahwa pasir Kali Opak Imogiri merupakan pasir bergradasi buruk. Nilai kerapatan relatif (RD)
menunjukkan bahwa pasir Kali Opak Imogiri tergolong sebagai pasir lepas (RD < 33%). Nilai
kerapatan relatif sedemikian sehingga tersebut mengindikasikan bahwa pasir Kali Opak Imogiri sangat berpotensi mengalami likuifaksi.
Gradasi butiran pasir Kali Opak Imogiri
Grafik gradasi butiran pasir Kali Opak Imogiri dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3a merupakan interpretasi distribusi pasir Kali Opak Imogiri terhadap rentang gradasi butiran yang berpotensi likuifaksi menurut Tsuchida (1970), sedangkan Gambar 3b merupakan interpretasi distribusi pasir Kali Opak Imogiri terhadap rentang gradasi potensi likuifaksi menurut Oka (1995).
(a)
(b)
Keterangan (a) Zona paling berpotensi likuifaksi (b) Zona berpotensi likufaksi
Gambar 3. Rentang gradasi butiran pasir Kali Opak Imogiri terhadap potensi likuifaksi (a) menurut Tsuchida (1970) dan (b) menurut Oka (1995)
Hasil analisis menunjukkan bahwa pasir Kali Opak Imogiri tergolong ke dalam pasir yang paling berpotensi likuifaksi.
Potensi likuifaksi pasir Kali Opak Imogiri
Pengujian dilakukan dengan menggetarkan alat
shaking table sesuai dengan desain pembebanan yang
telah ditentukan. Hasil interpretasi analisis eksperimental potensi likuifaksi menggunakan alat
shaking table pada penelitian ini dapat dilihat pada
6 (a)
(b)
(c)
Catatan: Garis horizontal adalah tegangan efektif tanah Gambar 4. Peningkatan tegangan air pori akibat beban gempa, frekuensi getaran 1,6 Hz, dan waktu penggetaran selama 32 detik (a) 0,3g, (b) 0,35g, dan (c) 0,4g
Gambar 4a merupakan interpretasi dari peningkatan tegangan air pori akibat beban gempa 0,3g. Gambar tersebut menjelaskan bahwa peningkatan tegangan air pori telah melampaui tegangan efektif tanah (diinterpretasikan sebagai garis merah) pada detik ke-6 sampai dengan detik ke-34. Rentang waktu tersebut merupakan rentang terlikuifaksi. Hal ini disebabkan karena rasio peningkatan tegangan air pori (ru)
bernilai lebih besar atau sama dengan satu. Sejalan dengan apa yang telah dipaparkan oleh Gupta (1977), nilai rasio peningkatan tegangan air pori lebih besar
dari sama dengan satu merupakan indikasi terjadinya likuifaksi. Kondisi ru < 1 terjadi ketika tegangan air
pori mengalami penurunan dan terkonsentrasi di bawa garis merah. Berdasarkan hasil analisis, ru < 1
terjadi pada detik ke-35 dan seterusnya. Besar ru
maksimum yang diperoleh akibat pembebanan 0,3g adalah 1,01.
Gambar 4b merupakan hasil analisis potensi likuifaksi akibat beban gempa 0,35g. Berdasarkan hasil analisis yang terlihat pada Gambar tersebut, peningkatan tegangan air pori yang melampaui tegangan efektif tanah terjadi selama 30 detik (detik ke-6 sampai dengan detik ke-35. Kondisi tersebut menyebabkan rasio peningkatan tegangan air pori atau ru telah lebih dari atau sama dengan satu. Nilai ru
> 1 merupakan indikasi terjadinya likuifaksi. Pada kondisi tersebut tanah kehilangan kemampuan daya dukungnya. Rasio peningkatan tegangan air pori maksimum yang terjadi akibat pembebanan 0,35g adalah sebesar 1,03. Kondisi ru < 1 terjadi ketika
tegangan air pori mengalami penurunan dan terkonsentrasi di bawa garis merah. Berdasarkan hasil analisis, kondisi tersebut terjadi pada detik ke-36 dan seterusnya.
Gambar 4c merupakan interpretasi hasil pengujian potensi likuifaksi akibat pembebanan 0,4g. Gambar tersebut menjelaskan bahwa peningkatan tegangan air pori melampaui garis tegangan efektif dimulai pada detik ke-3. Durasi likuifaksi akibat pembebanan 0,4g terjadi selama 32 detik. Selama rentang waktu tersebut, rasio peningkatan tegangan air pori telah bernilai lebih dari atau sama dengan satu. Hal tesebut menyebakan tanah kehilangan kemampuan dalam mendukung beban di atasnya atau terlikuifaksi. Nilai
ru maksimum yang terjadi akibat pembebanan 0,4g
adalah sebesar 1,04. Kondisi ru < 1 terjadi ketika
garis tegangan air pori bergerak turun hingga melewati garis tegangan efektif. Berdasarkan hasil analisis, kondisi tersebut terjadi pada detik ke-36 dan seterusnya.
Secara keseluruhan, hasil analisis menujukkan bahwa percepatan maksimum gempa sebesar 0,3g, 0,35g, dan 0,4g dengan frekuensi getaran selama 32 detik dapat berpotensi memicu terjadinya likuifaksi. Peningkatan tegangan air pori yang terjadi untuk setiap pembebanan memberikan hasil yang sedikit berbeda, sehingga besarnya rasio peningkatan tegangan air pori dan rasio peningkatan tegangan air pori maksimum yang diperoleh juga berbeda. Durasi likuifaksi juga terdapat perbedaan untuk setiap pembebanan (0,3g, 0,35g, dan 0,4g). Rentang waktu
7 terlikuifaksi rata-rata pada masing-masing pembebanan adalah sebesar 30 detik.
Pengaruh percepatan maksimum terhadap rasio peningkatan tegangan air pori maksimum (ru
maksimum)
Pengaruh percepatan maksimum terhadap rasio peningkatan tegangan air pori maksimum diinterpretasikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Hubungan percepatan maksimum gempa terhadap rasio peningkatan tegangan air pori
Berdasarkan hasil analisis yang tertera pada Gambar 5, terlihat bahwa rasio peningkatan tegangan air pori semakin meningkat seiring dengan bertambahnya percepatan maksimum gempa. Hal ini disebabkan karena percepatan maksimum gempa yang besar akan menyebabkan gerak bolak balik yang semakin cepat. Semakin cepat gerakan, maka peningkatan tegangan air pori akan semakin tinggi. Peningkatan tegangan air pori yang semakin besar akan menghasilkan rasio peningkatan tegangan air pori yang semakin tinggi. Pengaruh percepatan maksimum terhadap durasi likuifaksi
Pengaruh percepatan maksimum terhadap durasi likuifaksi dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan percepatan maksimum gempa terhadap rasio peningkatan tegangan air pori
Berdasarkan hasil analisis yang terdapat pada Gambar 6, terlihat bahwa pecepatan maksimum
sangat menentukan durasi likuifaksi. Percepatan maksimum yang semakin besar akan menyebabkan durasi likuifaksi yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena percepatan maksimum gempa akan menyebabkan peningkatan tegangan air pori. Peningkatan tegangan air pori yang semakin besar akan menyebabkan rasio tegangan air pori semakin meningkat. Peningkatan tersebut pada suatu waktu akan menyebabkan rasio tegangan air pori melebihi atau sama dengan satu. Kondisi tersebut akan berlangsung semakin lama (ru > 1) seiring dengan
semakin besarnya percepatan maksimum yang diberikan.
KESIMPULAN
Hasil penelitian yang telah diperoleh memberikan beberapa hal yang bisa disimpulkan, di antaranya sebagai berikut:
1. Tanah pasir Kali Opak merupakan tanah pasir yang tergolong sebagai pasir yang bergradasi buruk. Hal ini terlihat dari besarnya nilai Cu yang
besarnya kurang dari 6, dan nilai Cc yang
besarnya kurang dari 1.
2. Tanah pasir Kali Opak dikategorikan sebagai pasir lepas. Hal ini terlihat dari besarnya nilai kerapatan relatif (RD) yang lebih kecil dari 33%.
3. Berdasarkan rentang gradasi potensi likuifaksi yang dikemukakan oleh Tsuchida (1970) dan Oka (1995), pasir Kali Opak Imogiri dikategorikan sebagai tanah yang paling berpotensi terlikuifaksi. 4. Pengujian eksperimental menggunakan alat
shaking table memberikan kesimpulan bahwa
pasir Kali Opak Imogiri berpotensi mengalami likuifaksi sesuai dengan pembebanan dinamik yang diberikan.
5. Percepatan maksimum yang semakin besar akan menyebabkan rasio peningkatan tegangan air pori (ru > 1) yang semakin besar.
6. Percepatan maksimum yang semakin besar akan menyebabkan rentang waktu (durasi) likuifaksi yang semakin lama.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada kepala dan staf Kantor Balai Pelestarian dan Cagar Budaya Yogyakarta Unit Candi Prambanan yang telah memberikan kesempatan dalam melakukan pengujian menggunakan alat shaking table. Ucapan terima
8 kasih ditujukan pula kepada seluruh staf Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada yang turut membantu dalam pengujian sifat fisik tanah dalam kaitannya dengan penelitian studi eksperimental potensi likuifaksi di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Fathani, T.F., Adi, A.D., Pramumijoyo, S., Karnawati, D., 2008, The Determination of Peak Ground Acceleration at Bantul Regency, Yogyakarta Province, Indonesia, The Yogyakarta Earthquake 2006, hal. 12-1 - 12-15.
Gupta M.K., 1977. Liquefaction of Sands During Earthquakes, Ph.D. thesis University of Roorkee, Roorkee, India
Hasmar, A.H., 2007, Evaluasi Potensial Likuifaksi Akibat Gempa Bumi Tektonik Lapisan Pasir Jenuh Air dengan Metode Shaking Table (Studi Kasus Pasir Kali Krasak Yogyakarta), Logika, Vol.4, No.1.
Munasri dan Yulianto, E., 2009, Bumiku Seperti Kerupuk di Atas Bubur, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Oka, F., 1995, “Soil Mechanics Lecture”, Morikita Publishing Company, Tokyo, Japan.
Paz, M.,1990, “Dinamika Struktur, Teori dan
Perhitungan”, alih bahasa oleh Manu, A.P.,
edisi ke-2. Penerbit: Erlangga, Jakarta.
Prakash, S., and Mathur, J. N., 1965. “Liquefaction of Fine Sand Under Dynamic Loading, ”Proceedings of 5th Symposium of the Civil and Hydraulic Engineering Departments, Indian Institute of Science, Bangalore, India. Seed, H. B., Idriss, I. M., Makdisi, F., and Banerjee,
N. 1975a. “Representation of Irregular Stress – Time Histories by Equivalent Uniform Stress Series in Liquefaction Analysis,” Report No. EERC 75-29, Earthquake Engineering Research Center, University of California, Berkeley.
Singh, H.P., Maheswari, B.K., Saran, S., 2008, Liquefaction Behaviour of the Solani Sand Using Small Shaking Table, The 12th International Conference of International Association for Computer Method and
Advances in Geomechanics 1-6 October, Goa, India.
SNI 03-1726-2010, 2010, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum
.
Suhendro, B. 2013. Personal Comunication.Tokimatsu K., 1979, Generation and Dissipation of Pore Water Pressure in Sand De-posits During Earthquakes, Thesis, Tokyo Institute of Teknology, Oh-okayasa, Tokyo, part 81, pp 88-109