• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) hlm. 183

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) hlm. 183"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sumber utama pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu adalah kitab suci al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw serta pendapat para sahabat dan ulama atau ilmuwan Muslim sebagai tambahan.1

Agama Islam yang di wahyukan kepada Rasulullah Muhammad Saw. Adalah mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan menjadi rahmat bagi sekalian alam. Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu kepada dua fenomena perkembangan yaitu:

1. Potensi psikologis dan pedagogik yang mempengaruhi manusia untuk menjadi sosok pribadi yang berkualitas baik dan mengandung derajat mulia melebihi makhluk-makhluk lain.

2. Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai “khalifah” dimuka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya baik yang alamiah maupun yang ijtima’iah di mana Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.2

Salah satu komponen operasional pendidikan sebagai sistem adalah materi atau disebut juga kurikulum. Materi-materi yang diuraikan allah dalam kitab suci al-Qur’an menjadi bahan-bahan pokok pelajaran yang disajikan dalam proses pendidikan Islam formal maupun non formal atau informal. Karena materi pendidikan Islam yang bersumber dari al-Qur’an harus dipahami dihayati, diyakini dan diamalkan dalam kehidupan umat Islam.3

Kepekaan sosial, mencintai sesama membantu yang berkekurangan, empati dan simpati kepada orang lain adalah beberapa nilai yang mesti ditanamkan kepada anak. Begitu juga sejarah dan cerita-cerita yang sangat

1

H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) hlm. 15 2

Ibid. hlm. 2 3

. H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Historis dan Praktis Berdasarkan

(2)

kaya dalam sejarah Islam merupakan alat efektif untuk membentuk kepribadian anak.4

Pendidikan agama (Islam) seharusnya bukan sekedar untuk menghafal beberapa dalil agama atau beberapa syarat rukun setiap ibadah; namun harus merupakan upaya: proses, usaha mendidik murid, disamping untuk memahami atau mengetahui .juga sekaligus menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Islam. Ajaran Islam untuk diamalkan, bukan sekedar di hafal, meskipun ada pula aspek atau jenis yang harus dihafal.5

Menurut John S. Brubacher memandang bahwa tolak ukur bagi efektivitas suatu nilai dari pendidikan yang diterapkan adalah pada corak

kepribadian seseorang sebagai sasaran pokok proses pendidikan; nilai-nilai

tersebut membentuk karakter (watak) yang berkeadilan sosial, ketrampilan (skill), kemampuan menciptakan seni, memiliki perasaan cinta kasih, berilmu pengetahuan, bernilai filsafat dan agama 6

Membantu anak di dalam pembentukan karakter atau kepribadian yang baik dan dapat diterima orang lain dalam pendidikan agama Islam memerlukan adanya pengembangan “interpersonal intelligence”, yaitu kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak temperamen orang lain. Yang ini terdapat dalam materi-materi pendidikan agama Islam.

Di antara pakar-pakar teori tentang kecerdasan emosi yang paling berpengaruh yang menunjukkan perbedaan nyata antara kemampuan intelektual dan emosi adalah Howard Gardner, seorang psikolog dari Harvard, yang dalam tahun 1983 memperkenalkan sebuah model yang banyak orang di sebut kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Daftar delapan kecerdasan yang dibuatnya meliputi tidak hanya kemampuan verbal dan matematika yang

4

A. Qodri Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang: Aneka Ilmu, 2002), hlm. 58

5

Ibid, hlm. 19 6

(3)

sudah lazim, tetapi juga kemampuan mengenal dunia dalam diri sendiri dan ketrampilan sosial.7

Teori multiple intelligence Howard Gardner ini meliputi linguistic, matematis logis, kinestetik badani, musical, interpersonal, intrapersonal, lingkungan/naturalis dan eksistensial.8 Di mana kecerdasan interpersonal merupakan salah satu dari kedelapan kecerdasan yang dikemukakan.

Salovey menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya, seraya memperluas kemampuan ini Lima wilayah utama:

1. Mengenal emosi diri 2. Mengelola emosi 3. Memotivasi diri

4. Mengenali emosi orang lain 5. Membina hubungan.9

Kecerdasan interpersonal menjadi penting karena pada dasarnya manusia tidak dapat menyendiri. Banyak kegiatan dalam kehidupan anak terkait dengan orang lain. Anak-anak yang gagal mengembangkan kecerdasan interpersonal, akan banyak hambatan dalam dunia sosialnya. Akibatnya mereka mudah tersisihkan secara sosial. Sering kali konflik interpersonal juga menghambat anak untuk mengembangkan dunia sosialnya secara matang. Akibat hal ini anak kesepian merasa tidak berharga dan suka mengisolasi diri. Pada akhirnya menyebabkan anak mudah depresi dan kehilangan kebermaknaan hidup.10

Pendidikan berlangsung dalam pergaulan antara pendidik dengan anak didik. Anak didik bergaul karena memang baik pendidik dan anak didik adalah mahluk sosial yaitu mahluk yang selalu saling berinteraksi saling

7

Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk MencaPendidikan Agama Islam Puncak

Prestasi, (Jakarta: Gramedia pustaka, 2000), hlm. 513

8

Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di sekolah : Cara Menerapkan

Teori Multiple Intelligence Howard Gardner, (Yogyakarta : Kanisius, 2004), hlm. 19

9

Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 57

10

T. Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan

(4)

tolong menolong, ingin maju, ingin berkumpul, ingin menyesuaikan diri hidup dalam kebersamaan dan lain sebagainya.11 Dan pada masa inilah anak mulai bersosialisasi dengan individu lain. Permulaan pendidikan formal bukan hanya menambah kesempatan anak untuk meningkatkan masalah penyesuaian sehingga mendorong tingkah laku yang diinginkan oleh masyarakat yang pemecahannya terletak dibawah guru yang trampil dan simpatik.12

Proses sosialisasi individu untuk membentuk apa yang secara sosiologis disebut masyarakat (society) berlangsung secara alamiah. Sebab melalui motif-motif intrinsik yang bersumber pada ajaran agama, seorang individu akan mampu mengakui kehadiran individu lain untuk melakukan interaksi secara fungsional sesuai dengan karakteristik masing-masing. Dalam konteks sosial seperti itu proses interaksi berfungsi menyalurkan makna-makna sosial yang saling membutuhkan sesuai dengan isyarat ajaran untuk saling kenal, saling mengakui perbedaan sekaligus mampu mempertemukan kepentingan.13

Sesuai dengan firman Allah surat al-Hujurat ayat 13

ﹶﺃ ﺎﻳ

ﺎﻬﻳ

ﻨﹾﻘﹶﻠﺧ ﺎﻧِﺇ ﺱﺎﻨﻟﺍ

ﻢﹸﻜ

ﻨﹾﻠﻌﺟﻭ ﻰﹶﺜﻧﹸﺃﻭ ٍﺮﹶﻛﹶﺫ ﻦﻣ

ِﺇ ﺍﻮﹸﻓﺭﺎـﻌﺘِﻟ ﹶﻞـِﺋﺎﺒﹶﻗﻭ ﹰﺎﺑﻮﻌﺷ ﻢﹸﻜ

ﱠﻥ

ﲑِﺒﺧ ﻢﻴِﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﱠﻥِﺇ ﻢﹸﻛﺎﹶﻘﺗﹶﺃ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﺪﻨِﻋ ﻢﹸﻜﻣﺮﹾﻛﹶﺃ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al-Hujurat ayat 13)14 Pernyataan al-Qur’an tersebut menggambarkan bagaimana seharusnya peran manusia selaku mahluk sosial dan kaitannya dengan keharusan mempertahankan jati diri individu yaitu ketaqwaan. Berangkat dari

11

H.Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar dasar Ilmu Mendidik), (Jakarta: Rineka cipta ,1997) hlm 111

12

L. Crow, A Crow, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989), hlm. 139 13

KH Miftah Faridl, Islam Ukhuwah, Ikhtiar Membangun Kesalehan Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 41

14

(5)

pendekatan ini, maka pendidikan dalam dimensi sosial dititik beratkan pada bagaimana upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik agar dapat berperan secara harmonis dan serasi dalam kehidupan bermasyarakat.15

Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk membahas nya dalam bentuk skripsi yang berjudul: "MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS V DALAM PENGEMBANGAN INTERPERSONAL INTELLIGENCE SISWA" (Telaah Buku Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD Terbitan C.V Sahabat)

B. RUMUSAN MASALAH

Berangkat dari kerangka berpikir dan latar belakang masalah di atas, maka timbul permasalahan yaitu bagaimanakah materi Pendidikan Agama Islam kelas V yang diterbitkan oleh C.V Sahabat Klaten dalam pengembangan interpersonal intelligence siswa.

C. PENEGASAN ISTILAH

Untuk memperjelas penelitian skripsi dan menghindari salah paham, maka perlu dijelaskan istilah-istilah dalam judul di atas:

1. Materi

Materi artinya “sesuatu yang menjadi bahan (untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, dikarangkan dan sebagainya.”16 Pada hakekatnya antara apa yang dimaksud dalam uraian ini materi dan kurikulum mengandung arti yang sama yaitu merupakan bahan-bahan pelajaran apa saja yang harus disajikan dalam proses Kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.17

15

H. Jalaludin , Teologi Pendidikan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001 ), hlm .96

16

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 316

17

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktik Berdasarkan

(6)

2. Pendidikan Agama Islam

“Pendidikan agama Islam” adalah “upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa”.

Menurut Zakiyah Darajat (1987 : 87) pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan. Yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.18

3. Pengembangan

Dalam kamus besar bahasa indonesia “pengembangan” diartikan “proses, cara, perbuatan dan pengembangan”.19

4. Interpersonal

“Interpersonal generally characterizing relation between two or more person with the connotation that the interaction is mutual and reciprocal.”20

“Interpersonal secara umum, menggolongkan hubungan-hubungan di antara dua orang atau lebih dengan konotasi bahwa interaksi adalah hubungan saling menguntungkan dan timbal balik.”

5. Intelligence

Menurut Edward P Sarafino dan James W. Armstrong “Psychologies have divined intelligence as:

1). The ability to learn quickly and accurately

2). The ability to use abstraction to solve problem and

18 Abdul Majid , Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya , 2004) hlm, 130.

19

KBBI, Op Cit hlm. 473. 20

Arthur S. Reber and Emily S. Reber, The Pinguin Dictionary of Psychology (England: Penguin Books 2001) hlm. 365

(7)

3). The ability to adapt to new or novel situation (English-english,

1958)”21

Para psikolog mendefinisikan inteligensi seperti: 1). Kemampuan untuk belajar secara cepat dan akurat

2). Kemampuan untuk menggunakan abstraksi-abstraksi untuk memecahkan masalah

3). Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi baru

Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi nyata (1983:1993)22

Jadi Interpersonal Intelligence adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain dan juga kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan tempramen orang lain.

Pengembangan interpersonal intelligence merupakan proses untuk melatih atau mengembangkan kecerdasan anak dalam berhubungan dengan orang lain yakni dengan tiga dimansi yaitu;

a. Dimensi social insight yang terdiri dari mengembangkan kesadaran diri anak, mengembangkan pemahaman situasi sosial, serta ketrampilan pemecahan masalah.

b. Dimensi social sensitivity yang terdiri dari mengembangkan sikap empati, dan sikap prososial anak.

c. Dimensi Social communications yang terdiri dari mengajarkan anak berkomunikasi efektif dan mendengarkan efektif pada anak.

Jadi materi pendidikan agama Islam dalam pengembangan interpersonal intelligence adalah bahan pelajaran pendidikan agama Islam yang mengembangkan kemampuan anak di dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

21

Edward P. Sarafino dan James W. Armstrong, Child and Adolescent Development, (USA: Scoot. Foresman and Company, 1980), hlm. 85

22

Paul Suparno, Teori Intelegensi Ganda, dan Aplikasinya di Sekolah. (Yogyakarta Kanisius, 2004), hlm. 17

(8)

6. Siswa

Adalah murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah).23

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dari penelitian skripsi ini yaitu untuk:

a. Mengetahui seberapa jauhkah materi pendidikan agama Islam di dalam pembentukan Karakter (watak) anak didik yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam salah satunya adalah dengan cara pengembangan terpersonal intelligence

b. Menggali lebih jauh apa itu interpersonal intelligence dan bagaimana cara mengembangkannya.

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :

a. Memberi acuan pada kita bagaimana mendidik anak dengan kecerdasan interpersonal.

b. Dapat memberi sumbangan untuk melengkapi literatur Islam ; terutama dalam bidang pendidikan.

E. KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka adalah melakukan penelusuran kepustakaan dan melakukan menelaahnya untuk menggali teori- teori dasar vdan konsep yang telah dikemukakan oleh para ahli terdahulu serta memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih.24

Untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini perlu adanya literatur yang sesuai dengan skripsi antara lain:

Skripsi "Menanamkan Kecerdasan Emosional Pada Anak-Anak Melalui

Kisah-Kisah al-Qur'an", karya Hasanuddin, NIM. 4196132, Fak. Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang, tahun 2002, menjelaskan tentang Strategi menanamkan kecerdasan emosional pada anak melalui kisah-kisah dalam al-Quran an kaidah penggunaannya.

23

KBBI, Op Cit., hlm. 951. 24

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed.), Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LPIS, 1998), hlm. 70

(9)

Skripsi "Konsep Emotional and Spiritual Quotien (ESQ) Ary Ginanjar

Agustian Sebagai Metode Pencegahan Gangguan Mental" (Tinjauan

Bimbingan Konseling), karya Aksan Tudoni, NIM. 1100002, Fak. Dakwah IAIN Walisongo Semarang, tahun 2005, menjelaskan bahwa bimbingan dan konseling Islam memiliki tugas membantu individu agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya dan mampu menyesuaikan diri dan lingkungannya mampu melakukan hubungan dengan sesama manusia yang dilandasi dengan keimanan, kasih sayang, saling menghargai dan berupaya saling membantu berdasarkan iman kepada Allah SWT. Oleh karena itu bimbingan dan konseling Islam memiliki keterkaitan konsep ESQ dalam mewujudkan mental yang sehat.

Skripsi "Konsep Emotional Quotien (EQ) Daniel Goleman Dan

Aplikasinya Terhadap Pembinaan Mental Remaja" (Tinjauan Bimbingan

Konseling Islam), karya Moch. Hamdani, NIM. 1101183, Fak. Dakwah IAIN Walisongo Semarang, tahun 2005 Menjelaskan bahwa Remaja merupakan masa paling banyak dipengaruhi lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. EQ ini terlihat seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.

Dalam skripsi yang penulis teliti yang berjudul " Materi pendidikan

Agama Islam Kelas V Dalam Pengembangan Interpersonal Intelligence siswa

(Telaah Buku pelajaran Pendidikan Agama Islam SD Terbitan CV. Sahabat), yaitu membahas bagaimana materi pendidikan agama Islam dalam perkembangan interpersonal intelligence, dalam materi pelajaran pendidikan agama Islam terutama kelas V banyak mengajarkan budi pekerti terutama

(10)

mengajarkan tentang tata cara pergaulan sehari-hari kepada siswa, yang sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal.

F. METODE PENELITIAN

Merujuk pada kajian di atas, penulis menggunakan beberapa metode yang relevan untuk mendukung dalam pengumpulan dan penganalisaan data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Adapun metode yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Library research adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan pustaka.25 Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data dalam menyusun teori-teori sebagai landasan ilmiah dengan mengkaji dan menelaah pokok-pokok permasalahan dari literatur yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan ini.

2. Sumber Data

Mengingat bahwa penelitian kepustakaan berisi buku-buku sebagai bahan bacaan dikaitkan dengan penggunaannya dalam kegiatan penulisan karya ilmiah, maka untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan sumber data primer dan sekunder.

Adapun mengenai sumber data primer adalah: buku Pendidikan Agama Islam sekolah dasar yang berdasarkan kurikulum 2004 kelas V yang disusun oleh tim KKG-PAI SD dan diterbitkan oleh CV. Sahabat, dan Standar kompetensi kurikulum 2004 mata pelajaran pendidikan agama Islam sekolah dasar dan yang diterbitkan oleh departemen pendidikan nasional tahun 2005, serta buku interpersonal intelligence; metode

25

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004). Hlm.3

(11)

pengembangan kecerdasan interpersonal anak, yang diterbitkan oleh Amara Books Cet. I tahun 2005.

Setelah menggunakan sumber-sumber primer, penulis sertakan sumber-sumber sekunder. Di antaranya. Prinsip-prinsip pendidikan Islam, yang diterbitkan oleh PT. Tiga Serangkai Pustaka mandiri, Solo tahun 2003, Emotional Intelligence, Daniel Goleman. Yang diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta tahun 2001. Mengajarkan Emosional

intelligence pada anak yang diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta tahun 2003.

3. Ruang Lingkup dan Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menganalisis isi (materi) pendidikan agama Islam tentang adanya pengembangan interpersonal intelligence pada buku pelajaran. Dan penulis memfokuskan dan memberi batasan ruang lingkup pada analisis buku pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V (SD) yang diterbitkan oleh CV. Sahabat Klaten tahun 2005 yang disusun berdasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi dan model pengintegrasian budi pekerti ke dalam pendidikan agama Islam.

4. Metode Analisis Data

Setelah terkumpul data-data dipilah-pilih diklasifikasikan dan dikategorikan sesuai dengan tema pembahasan yang diangkat. Dalam proses pengolahan data ini penulis menggunakan analisis isi (content

analysis), menurut Weber (1985; 9) menyatakan bahwa kajian isi adalah

metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen.26

Dengan content analysis ini penulis berusaha mengklasifikasikan data-data yang berdasarkan isinya. Sehingga penulis memperoleh gambaran yang utuh atas masing-masing rumusan masalah. Analisis isi berguna dalam menarik kesimpulan melalui usaha untuk menemukan

26

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 163

(12)

karakteristik pesan. Metode ini menampilkan tiga syarat, yaitu obyektivitas, pendekatan sistematis dan generalisasi.27

Untuk mendukung dalam penjelasan mengenai analsis data, maka dalam pembahasan penulis menggunakan dua pendekatan yaitu :

a. Pendekatan Deduktif

Yaitu membangun konstruksi pembuktian kebenaran dengan mendasarkan diri pada proporsi-proporsi kategori. Metode ini kebenaran materiil, kasus, berdasarkan dalil, hukum, teori atau proporsi umum universal lain.28

b. Pendekatan Induktif

Pendekatan deduktif memungkinkan temuan-temuan penelitian muncul dari keadaan umum tema-tema dominan dan signifikan yang ada dalam data, tanpa mengabaikan hal-hal yang muncul oleh struktur metodologisnya.29

27

Ibid

28

Nung Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif; Pendekatan Positivistik, Rasionalistik,

Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1998) hlm.5

29

Referensi

Dokumen terkait

rhinoceros memiliki bakteri simbion di dalam ususnya dan menghasilkan enzim hidrolitik yang berpotensi dan dapat dikembangkan untuk mendegradasi limbah tandan kosong kelapa

5 John Afifi, op., cit.. Pada umunya pendidik lebih suka menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan metode tanya jawab. Metode ceramah banyak dipilih karena mudah

مظعم نملعتما نوتأي نم ةيباختناا رئاودلا و مه نم نايحأا نم رثك ي إ تبهذ طقف ةسردما ي مادختس و ةجارد يشما اضيأ كا هو.. نأ نكم سرادملل ةبس لاب لاقي ئفاد

Cara pembentukan super angle dengan cara merubah faktor pada front wheel alignment seperti penyetelan camber negatif ,caster tetap ,toe angel dibentuk ke stelan toe in

Praktik Pengalaman Lapangan meliputi semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sabagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Penelitian saya di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli serdang pertama kali yang saya jumpai adalah pemilik usaha yaitu Ibu Sofi pada hari Sabtu 04 Mei

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu: 1) Ketuntasan belajar peserta didik pada siklus I menunjukkan bahwa peserta didik yang tuntas sebanyak 31 orang

The bandwidth statement is not used by the routers at a physical or data link layer, so this statement will not have any impact on the function of the frame relay circuit.. We do