• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN

KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar (market structure) yang dianalisis yaitu konsentrasi pasar,dan hambatan masuk pasar. Sedangkan perilaku pasar (market conduct) yang dianalisis yaitu saluran pemasaran, kegiatan praktek pembelian dan penjualan, penentuan harga, dan sistem pembayaran. Analisis keragaan pasar (market performance) mencakup margin pemasaran, farmer’s share, dan integrasi pasar.

7.1. Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran (pangsa pasar yang terkonsentrasi atau menyebar), deskripsi produk dan syarat-syarat keluar masuk pasar. Struktur pasar sangat diperlukan dan paling banyak digunakan dalam menganalisis sistem pemasaran. Hal ini disebabkan karena melalui analisis pemasaran, secara otomatis didalamnya akan menjelaskan bagaimana perilaku partisipan yang terlibat dan akhirnya akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran.

Analisis yang dilakukan terhadap struktur pasar rumput laut yaitu konsentrasi pasar, dan hambatan masuk pasar (Kohls et al., 2002). Struktur pasar diidentifikasi dari peran lembaga pemasaran dalam suatu pemasaran rumput laut.

7.1.1. Konsentrasi Pasar

Analisis yang digunakan untuk menganalisis struktur pasar yaitu dengan melihat konsentrasi pasar. Konsentrasi pasar mengukur berapa jumlah output dalam sebuah industri yang diproduksi dari empat perusahaan terbesar dalam sebuah industri (Baye, 2010). Dalam mengukur konsentrasi rasio dapat menggunakan penerimaan penjualan atau kapasitas produksi (Besanko et al., 2010). Semakin besar keempat perusahaan, maka terdapat kecendrungan kekuatan

(2)

dalam suatu pasar. Hal ini menimbulkan kecendrungan penentuan harga yang tidak seimbang.

Rasio konsentrasi pedagang pengumpul dilakukan pada empat pedagang pengumpul terbesar (CR4) di Kepulauan Tanakeke. Pengelompokkan empat pedagang pengumpul tersebut berdasarkan pada volume penjualan yang dilakukan dalam pemasaran rumput laut tersebut.

Berdasarkan hasil analisis konsentrasi rasio empat pedagang pengumpul terbesar di Kepulauan Tanakeke tahun 2011 (Tabel 17) menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu 52%. Artinya, pemasaran rumput laut didominasi oleh empat pedagang pengumpul terbesar di Kepulauan Tanakeke. Nilai CR4yang mendekati nol maka diindikasikan berada pada pasar yang memiliki banyak penjual, yang memberikan peningkatan banyak persaingan antara produsen untuk menjualnya ke konsumen. Jika nilai CR4 mendekati satu maka diindikasikan pasar terkonsentrasi dan mengalami persaingan yang kecil antara produsen untuk menjualnya ke konsumen (Baye, 2010). Maka, berdasarkan perhitungan CR4 dapat disimpulkan bahwa pasar rumput laut di Kepulauan Tanakeke bersifat oligopsoni.

Tabel 17. Konsentrasi Rasio Empat Pedagang Pengumpul (CR4) Berdasarkan Volume Penjualan di Kepulauan Tanakeke, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, 2011.

No CR4 Volume Penjualan 1 52 170 2 38 600 3 31 170 4 28 600 Total Penjualan 288 886 CR4 52%

7.1.2. Hambatan Masuk Pasar

Hambatan masuk pasar merupakan suatu hal yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau cepat masuknya pesaing baru. Masuknya pedagang pengumpul akan menimbulkan pesaing bagi pedagang pengumpul pertama yang sudah ada dan dapat terjadi perebutan pasar serta perebutan

(3)

sumberdaya produksi. Kondisi tersebut dapat menimbulkan ancaman bagi para pedagang pengumpul yang sudah ada. Hambatan yang cukup besar banyak dihadapi oleh para pedagang pengumpul yang akan membeli rumput laut dari para petani rumput laut. Hal ini disebabkan adanya ikatan yang kuat antara para pedagang pengumpul dengan petani rumput laut.

Hambatan masuk pasar dapat dihitung dengan menggunakan Minimum Efficiency Scale (MES). MES diperoleh dari output/produksi terbesar di Kepulauan Tanakeke terhadap total output/produksi rumput laut di Kepulauan Tanakeke. Jika nilai MES > 10 persen mengindikasikan terdapat hambatan masuk (Jaya, 2001). Berdasarkan hasil analisis MES (Minimum Efficiency Scale) pada tingkat pedagang pengumpul sebesar 26.04 persen. Hal ini menunjukkan bahwa hambatan masuk ke pasar rumput laut di Kepulauan Tanakeke cukup sulit karena nilai MES lebih dari 10 persen. Sehingga tidak mudah bagi para pedagang pengumpul baru untuk masuk ke dalam pasar tersebut. Selain membutuhkan modal yang cukup besar juga disebabkan telah adanya ikatan yang kuat diantara petani rumput laut dengan pedagang pengumpul, walaupun perjanjian tersebut tidak tertulis, dimana apabila petani meminjam uang untuk modal usaha atau untuk keperluan yang lainnya, maka petani tersebut harus menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul yang bersangkutan.

Hambatan bagi pedagang besar untuk masuk pasar juga relatif besar, hal ini disebabkan telah terjalin ikatan yang kuat antara pedagang besar dengan para pedagang pengumpul, sehingga sulit bagi pedagang besar yang baru untuk mengajak pedagang pengumpul beralih menjual rumput lautnya ke pedagang besar yang lain. Selain itu, para pedagang besar yang baru harus memiliki modal yang cukup besar untuk dapat memberikan pinjaman modal kepada pedagang pengumpul agar dapat membeli rumput laut secara tunai dari para petani rumput laut. Kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengumpul yang memiliki rumput laut dalam jumlah banyak dan tidak terikat dengan pedagang besar di tingkat kabupaten dapat melakukan penjualan langsung ke ekportir. Para pedagang pengumpul yang melakukan pemasaran rumput laut pada saluran pemasaran ini disebabkan adanya keinginan untuk mendapatkan

(4)

harga yang lebih tinggi, selain itu karena pedagang pengumpul tersebut memiliki kemampuan untuk mengakses pasar.

Hambatan untuk memasuki pasar di tingkat eksportir juga cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh tingginya modal yang harus dimiliki, resiko yang relatif tinggi, akses ke pasar luar negeri yang cukup sulit, serta persaingan harga diantara para eksportir. Resiko yang sering dihadapi oleh para eksportir adalah mutu rumput laut yang mereka beli tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Selain itu, nilai tukar rupiah yang berfluktuasi cukup tinggi, sehingga sering kerugian diakibatkan perubahan nilai tukar yang terjadi sewaktu-waktu. Penentuan harga pembelian rumput laut ditingkat pedagang pengumpul sepenuhnya ditentukan oleh eksportir.

Persyaratan mutu yang telah ditetapkan pihak eksportir adalah kadar air antara 31-35 persen dengan kadar kotoran dan garam maksimal 5 persen dan rendemen minimal 25 persen. Rumput laut yang tidak memenuhi persyaratan mutu tersebut akan dibeli dengan melakukan penyesuaian harga. Selama rumput laut tersebut masih bisa disortasi kembali dan kualitasnya masih dapat ditingkatkan maka rumput laut tersebut akan dibeli oleh para eksportir. Namun, untuk rumput laut yang berasal dari ikatan kerjasama antara para eksportir dengan pedagang pengumpul akan diserap seluruhnya oleh para eksportir walaupun kualitasnya rendah.

Hasil analisis struktur pasar rumput laut di Kepulauan Tanakeke menunjukkan bahwa posisi tawar (bargaining position) petani lemah dalam menentukan harga rumput laut, sehingga harga rumput laut yang diterima petani rendah. Lemahnya posisi petani dalam menentukan harga rumput laut disebabkan oleh adanya empat pedagang pengumpul terbesar dan adanya hambatan masuk pasar bagi pedagang baru.

7.2. Perilaku Pasar

Perilaku pasar dianalisis secara deskriptif dengan mengacu pada struktur pasar yang telah berlaku. Perilaku pasar pada tingkat yang paling bawah pada hakekatnya merupakan turunan secara kumulatif dari sistem dan perilaku dari para pelaku pemasaran diatasnya. Kesepakatan yang terjadi diantara para petani

(5)

rumput laut dengan para pedagang pengumpul adalah pedagang besar yang berada di ibukota kabupaten tidak diperkenankan melakukan pembelian langsung ke petani rumput laut agar tidak terjadi spekulasi harga beli rumput laut di tingkat petani. Hal tersebut dapat menimbulkan beberapa perilaku dari pedagang besar kepada para pedagang pengumpul yang sudah ada maupun yang akan masuk ke dalam pasar.

Analisis perilaku pasar (market conduct) yang diamati yaitu saluran pemasaran, kegiatan praktek pembelian dan penjualan, penentuan harga, dan sistem pembayaran.

7.2.1. Saluran Pemasaran Rumput Laut

Saluran pemasaran merupakan organisasi yang merupakan penghubung antara petani sebagai produsen dengan konsumen sebagai penerima harga produk akhir yang terdiri dari beberapa lembaga perantara. Kotler (2003) mengatakan bahwa saluran pemasaran sebagai sekumpulan organisasi yang saling terkait dalam proses membuat produk atau jasa yang tersedia untuk dikonsumsi atau digunakan.

Saluran pemasaran digunakan karena produsen kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan pemasaran langsung ke tangan konsumen. Proses tersebut melibatkan perantara yang berperan dalam peningkatan efisiensi dan efektivitas keseluruhan saluran pemasaran (Levens, 2010). Saluran pemasaran yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula pada setiap lembaga pemasaran.

Pada penyampaian hasil panen rumput laut yang dilakukan oleh petani kepada konsumen akhir (eksportir), tidak dapat dilakukan secara langsung. Hal ini dikarenakan lokasi produsen rumput laut yang jauh dari konsumen akhir (eksportir).

Beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses distribusi rumput laut antara lain pedagang pengumpul (desa dan kecamatan), pedagang besar, dan eksportir. Saluran pemasaran yang terdapat di Kepulauan Tanakeke dapat dilihat pada Gambar 9. Pada gambar tersebut terlihat bahwa terdapat empat saluran pemasaran rumput laut yaitu:

(6)

1. Petani Pedagang Pengumpul DesaPedagang Pengumpul KecamatanPedagang Besar Eksportir

2. Petani Pedagang Pengumpul DesaPedagang Besar Eksportir 3. Petani Pedagang Pengumpul KecamatanPedagang Besar Eksportir 4. Petani Pedagang Pengumpul DesaEksportir

Gambar 9. Saluran Pemasaran Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke, 2011

Pada umumnya pemasaran rumput laut di Kepulauan Tanakeke melalui saluran pemasaran pertama dan merupakan saluran pemasaran rumput laut terpanjang. Saluran ini melibatkan pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar, dan eksportir.

Saluran ini merupakan saluran pemasaran yang paling banyak di lewati oleh petani dalam memasarkan rumput lautnya, sebanyak 35 orang petani atau 38.89 persen menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul desa sebesar 30 persen atau 112 245 kg. Hal ini dikarenakan antara petani dengan pedagang pengumpul desa terjalin ikatan yang kuat (kekeluargaan dan permodalan),

Petani Rumput Laut

Pedagang Pengumpul Desa

Pedagang Pengumpul Kecamatan Pedagang Besar Eksportir Saluran 1 38.89% Saluran 2 22.22% 27.78% Saluran 3 11.11% Saluran 4

(7)

pedagang pengumpul desa memberikan modal kepada petani dalam usaha budidaya rumput laut. Sehingga berapapun hasil produksi yang dihasilkan akan dijual ke pedagang yang telah memberikan modal.

Adanya ikatan yang terbentuk pada saluran diatas, menyebabkan posisi tawar petani lemah dalam menentukan harga rumput laut. Harga rumput laut di tentukan oleh pedagang pengumpul desa, rata-rata harga rumput yang dibeli pedagang pengumpul desa sebesar Rp 5 750/kg.

Saluran pemasaran pemasaran kedua melibatkan 4 lembaga pemasaran yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul desa, pedagang besar, dan eksportir. Sebanyak 22.22 persen atau 20 orang petani rumput laut melalui saluran ini. Petani menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul desa sebanyak 24 persen (89 428 kg).

Pada saluran ini, transaksi yang terjadi antara petani dengan pedagang pengumpul desa tanpa adanya ikatan (bebas), tidak ada ikatan yang terbentuk antara petani dengan pedagang pengumpul desa, sehingga petani bebas menjual ke pedagang pengumpul yang ada di desa. Petani pada saluran ini memiliki posisi tawar (bargaining position) dalam menentukan harga rumput laut. Namun, posisi tawar yang dimiliki oleh petani tidak begitu kuat dibandingkan dengan pedagang pengumpul desa. Hal ini dikarenakan kualitas dari hasil produksi rumput laut petani kurang bagus (kadar air masih tinggi karena waktu yang singkat untuk melakukan kegiatan penjemuran) dan volume penjualan. Dengan demikian harga jual yang terbentuk berdasarkan kesepakatan internal antar petani dengan pedagang pengumpul desa. Harga rumput laut yang terbentuk pada saluran ini sebesar Rp 6 205/kg.

Saluran pemasaran ketiga sama dengan saluran pemasaran kedua, yaitu melibatkan 4 lembaga pemasaran yaitu petani,pedagang pengumpul desa, pedagang besar dan eksportir. Akan tetapi, perbedaan yang terletak antara saluran pemasaran ketiga dan kedua yaitu adanya ikatan permodalan , dimana petani diberikan pinjaman modal dalam membudidayakan rumput laut selain itu pedagang pengumpul desa juga memberikan kebutuhan sehari-hari kepada petani seperti beras, dan pakaian bekas yang masih layak untuk dipakai. Dengan demikian berapapun hasil produksi rumput laut yang dihasilkan akan dijual

(8)

kepada pedagang pengumpul desa yang memberikan modal usaha dalam membudidayakan rumput laut.

Petani rumput laut yang melakukan penjualan melalui saluran pemasaran ketiga sebanyak 25 orang atau sebesar 27.78 persen. Volume penjualan pada saluran ini sebesar 26 persen (98.701). Harga jual yang diterima oleh petani pada saluran ini berkisar Rp 5 975/kg. Hal ini dikarenakan karena adanya ikatan antara petani dengan pedagang pengumpul desa, dan besarnya volume penjualan petani. Selain itu, harga jual yang diterima oleh petani pada saluran ini lebih kecil daripada saluran kedua karena adanya permintaan khusus dari pedagang pengumpul tersebut untuk meningkatkan kualitas.

Saluran pemasaran keempat merupakan saluran pemasaran terpendek, karena hanya melibatkan dua lembaga pemasaran. Sebanyak 10 orang petani atau sebesar 11.11 persen yang melewati saluran ini. Petani pada saluran ini menjual rumput lautnya ke pedagang pengumpul desa. Transaksi yang terjadi antara petani dengan pedagang pengumpul desa tanpa adanya ikatan sehingga petani memperoleh harga yang lebih baik, tetapi masih tergantung juga dari volume rumput laut yang dijual dan harga yang berlaku pada saat itu yang telah disepakati antara pedagang pengumpul desa. Posisi tawar petani lemah karena petani tidak memiliki kemampuan untuk mengakses pasar yang harga jualnya lebih tinggi.

Berdasarkan analisis saluran pemasaran, rendahnya harga rumput laut yang diterima oleh petani disebabkan oleh adanya ikatan yang terbentuk antara petani dengan pedagang pengumpul, kualitas rumput laut yang dihasilkan, volume penjualan, dan modal yang dimiliki oleh petani untuk mengakses pasar. Hal ini menyebabkan posisi tawar (bargaining position) petani lemah dalam menentukan harga rumput laut.

7.2.2. Praktek Pembelian dan Penjualan

Praktek pembelian dan penjualan yang terjadi dalam pemasaran rumput laut di Kepulauan Tanakeke merupakan sebuah turunan akumulatif dari struktur pasar yang ada. Praktek pembelian dan penjualan ini sangat dipengaruhi oleh ikatan antara pembeli dan penjual yaitu ikatan langganan, ikatan kekeluargaan, maupun ikatan modal.

(9)

Petani rumput laut biasanya menjual hasil produksinya kepada pedagang yang sama pada setiap periode panen. Ikatan seperti ini terjadi karena seringkali pedagang tersebut merupakan pihak yang memberikan modal kepada petani dengan perjanjian bahwa hasil produksinya harus di jual kepada pemberi modal. Hal yang sama juga terjadi pada pedagang yang berada di atasnya yaitu pedagang besar.

Adanya kerjasama seperti bentuk di atas membuat sempitnya ruang gerak bagi petani untuk menjual hasil produksinya. Kemanapun petani menjual hasil produksinya, petani akan memperoleh harga yang sama, atau tidak jauh berbeda. Dilihat dari praktek kerjasama yang dilakukan pedagang tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pasar rumput laut mengarah pada persaingan tidak sempurna.

Tabel 18. Kegiatan Pembelian dan Penjualan Rumput Laut Setiap Lembaga Pemasaran

Lembaga Pemasaran

Bentuk Kegiatan

Pembelian Penjualan

Petani - √

Pedagang Pengumpul Desa √ √

Pedagang Pengumpul Kecamatan √ √

Pedagang Besar √ √

Eksportir √ √

7.2.2. Praktek Penentuan Harga

Sistem penentuan harga menunjukkan bagaimana proses yang dilakukan oleh lembaga pemasaran untuk mendapatkan harga yang sesuai dalam sebuah transaksi jual dan beli. Sistem penentuan harga dapat dilihat dari indikator lembaga mana yang menjadi penentu harga.

Sistem penentuan harga yang terjadi pada proses pemasaran rumput laut di Kepulauan Tanakeke berdasarkan dua cara yaitu dengan sistem tawar-menawar dan penentuan harga ditentukan oleh pedagang. Berdasarkan Tabel 19, sebanyak 30 orang petani atau sebesar 33.33 persen penentuan harga rumput laut dilakukan dengan sistem tawar-menawar. Penentuan harga dengan sistem tawar-menawar terjadi pada petani yang tidak memiliki ikatan dengan pedagang pengumpul.

(10)

Sedangkan 60 orang petani atau sebesar 66.67 persen harga rumput laut ditentukan oleh pedagang pengumpul.

Tabel 19. Persentase Lembaga Pemasaran Berdasarkan Sistem Penentuan Harga Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, 2011

( %) Lembaga Pemasaran Sistem Penentuan Harga

Tawar-menawar Pedagang

Petani 33.33 66.67

Pedagang Pengumpul Desa 77.78 22.22

Pedagang Pengumpul Kecamatan 66.67 33.33

Pedagang Besar 100

-Pada kegiatan praktek penentuan harga rumput laut dilapangan, ternyata petani merupakan pihak yang paling lemah diantara mata rantai pemasaran rumput laut. kondisi ini terjadi karena petani merupakan pihak penerima harga, tanpa mempunyai kekuatan tawar menawar (bargaining power). Kekuatan pembentukan harga ternyata berada pada pedagang yang berada di atas, atau secara vertikal harga rumput laut ditentukan oleh pelaku pemasaran yang berada di atasnya pada setiap lembaga pemasaran. Eksportir adalah pedagang pertama yang menentukan harga rumput laut kering, kemudian diikuti oleh lembaga pemasaran yang ada dibawahnya yaitu pedagang besar . Pedagang besar kemudian menentukan harga beli ditingkat pedagang pengumpul berdasarkan harga jualnya kepada eksportir, demikian seterusnya sampai ke tingkat petani. Petani hanyalah merupakan penerima harga (price taker) dari pedagang diatasnya. Dengan demikian sangatlah wajar apabila petani berada pada posisi yang paling lemah diantara semua mata rantai pemasaran yang terlibat dalam pemasaran rumput laut.

Berkaitan dengan hal ini, Syahyuti (1998) mengatakan bahwa pedagang merasa lebih berhak menjadi penilai barang dibanding petani. Senjata pedagang dalam hal ini adalah jumlah informasi yang dimilikinya atau seolah-olah dimilikinya. Pedagang sering memanipulasi kondisi sedemikian rupa sehingga petani menerima kenyataan bahwa hanya pedaganglah yang tahu bagaimana barang tersebut akan diperdagangkan nantinya atau berapa harga yang terjadi. Dengan cara itulah pedagang membangun otoritasnya dalam penilaian barang.

(11)

Dengan melihat kondisi diatas, dapatlah dikatakan bahwa praktek penentuan harga yang terjadi dalam pemasaran rumput laut ini tidak mengarah pada pasar persaingan sempurna (perfect competition), namun mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competition), karena pedagang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga yang terjadi di pasar, sedangkan pasar persaingan sempurna baik penjual maupun pembeli tidak dapat mempengaruhi harga yang berlaku di pasar.

7.2.3.Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran merupakan suatu cara membayar yang digunakan oleh lembaga-lembaga pemasaran dalam melakukan transaksi. Sistem pembayaran juga dapat memperlihatkan bagaimana perpindahan hak milik diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat.

Tabel 20. Persentase Pedagang Pengumpul, Pedagang Besar, dan Eksportir Berdasarkan Sistem Pembayaran yang Dilakukan di Kepulauan Tanakeke, 2011

(%)

Sistem Pembayaran Ijon Tunai Panjar

Pedagang Pengumpul 75 - 25

Pedagang Besar - 100

-Eksportir - 100

-Tabel 20 menunjukkan bahwa sistem pembayaran terhadap produksi rumput laut cukup beragam. Sistem yang dimaksud meliputi pembayaran cash (tunai), ijon, dan diberi panjar. Pembayaran dengan sistem panjar hampir mirip sistem ijon, namun harga jual rumput laut ditentukan saat panen dengan harga yang berlaku, dan sistem harga yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul. Sebanyak 75 persen pedagang pengumpul yang melakukan sistem pembayaran secara ijon, hal ini dilakukan untuk mengikat para petani rumput laut. Dengan demikian, ada ketergantungan pinjaman modal oleh para petani rumput laut dengan para pedagang pengumpul. Hal tersebut mengindikasikan bahwa struktur atau posisi tawar petani rumput laut yang kurang menguntungkan. Para petani rumput laut yang tidak terikat dengan pedagang pengumpul dapat menjual rumput

(12)

lautnya ke pedagang pengumpul lainnya dengan harga yang lebih baik jika tidak terjadi kesepakatan pada saat tawar menawar.

7.3. Keragaan Pasar

7.3.1. Analisis Margin Pemasaran

Margin pemasaran disetiap lembaga pemasaran merupakan perbedaan antara harga jual dan harga beli pada lembaga tertentu. Margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen (Kohls et al. (2002), Hudson (2007)).

Analisis ini dilakukan mulai dari petani rumput laut, pedagang pengumpul yang berada di sentra di produksi rumput laut sampai kepada pedagang besar dan eksportir rumput laut disajikan pada Tabel 21. Terdapat empat saluran pemasaran rumput laut yaitu (1) petani-pedagang pengumpul desa-pedagang pengumpul kecamatan-pedagang besar-eksportir, (2) petani-pedagang pengumpul desa-pedagang eksportir, (3) petani-desa-pedagang pengumpul desa-desa-pedagang besar-eksportir, (4) petani-pedagang pengumpul desa-eksportir. Petani yang terikat dengan pedagang pengumpul akan menjual hasil produksi rumput lautnya kepada pedagang pengumpul yang memberikan modal ataupun kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, harga jual rumput laut petani di keempat saluran berbeda.

Pedagang pengumpul desa membeli rumput laut dari petani di tiap saluran berbeda-beda. Pada saluran pertama pedagang pengumpul desa membeli rumput laut dari petani dengan harga Rp 5 750/kg. Harga jual rumput laut petani pada saluran ini ditentukan oleh pedagang pengumpul desa. Pedagang pengumpul desa mengeluarkan biaya pemasaran sebesar 14.12 persen dari total biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran pada saluran ini. Biaya tersebut terdiri dari biaya sortasi, transportasi, pengepakan, dan retribusi. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh pedagang pengumpul desa yaitu biaya pengepakan dengan nilai sebesar 55.55 persen atau seharga Rp 50/kg. besarnya biaya pengepakan ya sedangkan biaya yang paling kecil yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul desa yaitu biaya retribusi sebesar Rp 5/kg atau 5.5 persen. Pada saluran ini, pedagang pengumpul desa tidak mengeluarkan biaya susut, hal ini dikarenakan rumput laut yang dibeli dari petani langsung dibawa ke pedagang pengumpul

(13)

kecamatan. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul desa pada saluran pertama yaitu Rp 660/kg serta marjin yang diperoleh yaitu Rp 750/kg.

Pada saluran dua, pedagang pengumpul desa membeli rumput laut dari petani dengan harga Rp 6 205/kg. Harga jual rumput laut petani pada saluran ini lebih tinggi dibandingkan pada saluran satu. Hal ini disebabkan harga jual rumput laut petani ditentukan oleh kesepakatan antara petani dengan pedagang pengumpul desa. petani memiliki bargaining position dalam menentukan harga rumput laut. Pedagang pengumpul desa mengeluarkan biaya sebesar Rp 165/kg. biaya tersebut terdiri dari biaya sortasi, biaya transportasi, biaya pengepakan, biaya susut, dan biaya retribusi. Biaya transportasi merupakan biaya yang paling besar dikeluarkan oleh pedagang pengumpul desa, yaitu sebesar Rp 55/kg. besarnya biaya tersebut karena pedagang pengumpul desa menanggung biaya transportasi untuk mengambil rumput laut dari petani. Harga jual rumput laut pedagang pengumpul desa pada saluran ini sebesar Rp 8 250/kg. maka, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 1 885/kg dan marginnya sebesar Rp 2 045/kg.

Pedagang pengumpul desa pada saluran tiga membeli rumput laut dari petani dengan harga sebesar Rp 5 975/kg. harga jual rumput laut petani ditentukan oleh pedagang pengumpul desa,hal ini dikarenakan adanya ikatan yang terbentuk antara pedagang pengumpul desa dengan petani. Harga jual rumput laut pedagang pengumpul desa pada saluran ini sebesar Rp 7 000/kg. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan sebesar Rp 140/kg. keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul desa sebesar Rp 973/kg dan margin pemasaran sebesar Rp 1 025/kg.

Keuntungan dan marjin pedagang pengumpul desa di saluran kedua, ketiga, dan keempat lebih besar dibandingkan pada saluran satu karena harga jual lebih tinggi meskipun dengan biaya yang lebih tinggi pula.

Pedagang pengumpul kecamatan pada saluran pemasaran satu membeli rumput laut dari pedagang pengumpul desa. Pedagang pengumpul kecamatan menanggung biaya transportasi sebesar Rp 30/kg, dan biaya retribusi sebesar Rp 10/kg. Harga jual rumput laut di tingkat pedagang pengumpul kecamatan yaitu Rp 7000/kg. Berdasarkan hal tersebut, maka keuntungan pedagang pengumpul kecamatan yaitu Rp 1 460/kg dan marginnya yaitu Rp 1 500/kg. Pada saluran

(14)

kedua, ketiga, dan keempat, pedagang pengumpul desa menjual rumput laut langsung ke pedagang besar sehingga pada saluran tersebut pedagang pengumpul kecamatan tidak berperan dalam saluran pemasaran kedua, ketiga, dan keempat.

Pedagang besar pada saluran satu membeli rumput dari pedagang pengumpul kecamatan dengan harga Rp 7 000/kg. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang besar pada saluran satu sebesar Rp 197/kg. Biaya tersebut terdiri atas biaya transportasi, biaya retribusi, dan biaya susut. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh pedagang besar yaitu biaya retribusi sebesar Rp 100/kg. Harga jual rumput laut di tingkat pedagang besar pada saluran satu sebesar Rp 9 000/kg. sehingga keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp 2 000/kg dan marginnya sebesar Rp 1 803/kg.

Pada saluran dua dan tiga, pedagang besar membeli rumput laut dari pedagang pengumpul desa dengan harga yang berbeda. Pada saluran dua pedagang besar membeli rumput laut dengan harga Rp 8 250/kg sedangkan pada saluran tiga pedagang besar membeli rumput laut dengan harga Rp 7 000/kg. tingginya harga jual pedagang pengumpul desa pada saluran dua disebabkan oleh tingginya biaya transportasi dan biaya susut yang dikeluarkan. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul desa pada saluran dua sebesar Rp 1 885 dan marginnya sebesar Rp 2 045/kg. untuk saluran pemasaran tiga, Total biaya pemasaran yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 140/kg. maka, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 885/kg dan margin sebesar Rp 1 025/kg. tingginya margin pemasaran pedagang pengumpul desa pada saluran tiga dibandingkan saluran satu, dikarenakan harga jual rumput laut pedagang pengumpul desa pada saluran tiga lebih besar. hal ini disebabkan oleh besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul desa.

Pada saluran empat pedagang pengumpul desa membeli rumput laut dari petani dengan harga sebesar Rp 6 805/kg. pedagang pengumpul desa mengeluarkan biaya pemasaran terdiri atas biaya trasnsportasi, biaya sortasi, pengepakan, biaya susut, dan biaya retribusi. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul desa sebesar Rp 356/kg. harga jual rumput laut pedagang pengumpul desa ke eksportir sebesar Rp 9 500/kg. Keuntungan yang

(15)

diperoleh pedagang pengumpul desa sebesar Rp 2 339/kg dan marginnya sebesar Rp 2 695/kg.

Eksportir pada saluran pemasaran satu, dua, dan tiga membeli rumput laut dari pedagang besar. pada saluran satu eksportir membeli rumput laut dari pedagang besar sebesar Rp 9 000/kg, saluran dua sebesar Rp 10 000/kg, dan saluran tiga sebesar Rp 8 500. Tingginya harga jual pedagang besar pada saluran dua disebabkan oleh besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan. Total biaya pemasaran pedagang besar pada saluran dua yaitu sebesar Rp 210/kg. biaya pemasaran yang dikeluarkan terdiri atas biaya transportasi, biaya retribusi, dan biaya susut. Pada saluran pemasaran empat, eksportir membeli rumput laut dari pedagang pengumpul desa. sehingga harga beli rumput laut di tingkat eksportir pada keempat saluran pemasaran berbeda.

Secara umum, total marjin pemasaran satu lebih tinggi dari saluran dua, tiga, dan empat. Hal ini dikarenakan banyaknya lembaga pemasaran yang menyebabkan timbulnya biaya pemasaran di setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Sedangkan margin pemasaran terendah yaitu pada saluran pemasaran empat, hal ini dikarenakan pada saluran ini pedagang pengumpul desa langsung menjual rumput laut ke eksportir tanpa melalui pedagang kecamatan, dan pedagang besar.

(16)

Tabel 21. Margin Pemasaran Rumput Laut Eucheuma cottoni di Kepulauan Tanakeke, 2011 (per kg) Uraian Saluran Pemasaran I II III IV Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg PETANI Harga Jual 5 750 6 205 5 975 6 805

PEDAGANG PENGUMPUL DESA

Harga Beli 5 750 6 205 5 975 6 805 Biaya Sortasi 15 15 15 15 BiayaTransportasi 20 55 35 155 Biaya Pengepakan 50 50 50 50 Biaya Susut 0 25 20 36 Biaya Retribusi 5 20 20 100 Harga Jual 6 500 8250 7 000 9 500 Keuntungan 660 1 885 973 2 339 Margin Pemasaran 750 2 045 1 025 2 695

PEDAGANG PENGUMPUL KECAMATAN

Harga Beli 6 500 - - -Biaya Transportasi 30 - - -Biaya Retribusi 10 - - -Harga Jual 7 000 - - -Keuntungan 1 460 - - -Margin Pemasaran 1 500 - - -PEDAGANG BESAR Harga Beli 7 000 8250 7 000 -Biaya Transportasi 72 80 72 -Biaya Retribusi 100 100 100 -Biaya Susut 25 30 25 -Harga Jual 9 000 10 000 8 500 -Keuntungan 1 803 1540 1 303 -Margin Pemasaran 2 000 1750 1 500 -EKSPORTIR Harga Beli 9 000 10000 8 500 9 500 Biaya Pengepakan 75 75 75 75 Biaya Transportasi 90 90 90 90 Biaya Susut 62 62 62 62 Biaya Kirim 83 83 83 83 Harga Jual 12 000 12 000 12 000 12 000 Keuntungan 2 690 1690 3 190 2 190 Margin Pemasaran 3 000 2000 3 500 2 500

(17)

7.3.2. Analisis Farmer’s share

Farmer’s share merupakan perbedaan antara harga retail dan margin pemasaran (Kohls et al, 2002). Farmer’s share digunakan dalam mengukur keragaan suatu sistem pemasaran. Bagian yang diterima oleh petani merupakan persentase perbandingan antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh petani. Terdapat dua cara dalam menghitung farmer’s share yaitu marketing bill approach dan market basket approach

Marketing bill approach merupakan rasio dari nilai seluruh produksi petani terhadap nilai yang dibayarkan konsumen (Kohls et al., 2002). Sedangkan menurut Hammond et al.dalam Asmarantaka (2009), marketing bill merupakan margin pemasaran secara agregat atau pendugaan dari biaya total pemasaran dari seluruh produk pertanian yang dibeli konsumen sipil secara domestik. Perhitungannya yaitu perbedaan dari belanja total pangan oleh konsumen sipil (swasta) dikurangi nilai total penerimaan pangan yang diterima petani.

Market basket approach merupakan cara untuk menghitung farmer’s share melalui rasio dari seluruh nilai yang diproduksi oleh petani terhadap nilai foodstore retail/ pengecer. Market basket approach secara umum memiliki farmer’s share yang lebih tinggi dibandingkan dengan marketing bill approach (Kohls et al., 2002). Namun, keduanya cenderung berubah secara bersamaan dari waktu ke waktu. Komoditi yang memiliki value added yang tinggi maka akan memiliki pangsa pasar yang tinggi. Hal ini tergantung dari nilai produk akhir yang dihasilkan. Faktor-faktor yang berpengaruh yaitu tingkat pemrosesan, tingkat keawetan barang, produk musiman, biaya transportasi, dan jumlah produk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga di tingkat petani pada saluran satu,dua,tiga, dan empat berturut yaitu sebesar Rp 5750/kg, Rp 6205/kg, Rp 5975/kg, dan Rp 6805/kg. sedangkan harga ditingkat eksportir pada saluran satu, dua, tiga , dan empat yaitu Rp 12000/kg. Farmer share merupakan rasio harga rumput laut di tingkat petani dengan harga rumput laut di tingkat eksportir. Meskipun harga rumput laut di tingkat petani di keempat saluran berbeda, namun harga rumput laut di tingkat eksportir yang sama menyebabkan perbedaan nilai farmer share di keempat saluran. Hasil analisis menunjukkan bahwa farmer share pada saluran keempat lebih besar dibandingkan pada farmer share pada saluran

(18)

satu, dua, dan tiga. Farmer share saluran satu, dua, dan tiga berturut-turut sebesar 47.91 persen, 51.70 persen, 49.79 persen sedangkan farmer share pada saluran empat sebesar 56.70 persen. Bagian harga yang diterima petani merupakan bagian harga yang dibayarkan oleh konsumen dan dinikmati oleh petani. Semakin tinggi bagian harga yang diterima petani maka nilai margin pemasaran semakin rendah.

Tabel 22. Persentase Farmer’s share pada Setiap Saluran Pemasaran

No Saluran Pemasaran Farmer’s share

1 Saluran Pemasaran I 47.91

2 Saluran Pemasaran II 51.70

3 Saluran Pemasaran III 49.79

4 Saluran Pemasaran IV 56.70

7.3.3. Integrasi Pasar

Analisis integrasi pasar vertikal merupakan seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditi pada satu tingkat lembaga atau pasar dipengaruhi oleh harga ditingkat lembaga lainnya. Arti kata lain yaitu bagaimana harga di pasar lokal dipengaruhi oleh harga pasar acuan dengan mempertimbangkan harga pada waktu yang lalu dengan harga pada saat ini. Perubahan harga pada pasar lokal dapat disebabkan oleh adanya perubahan margin pada pasar lokal dan pasar acuan pada waktu yang sebelumnya (lag time). Analisis integrasi pasar vertikal yang dianalisis yaitu integrasi jangka pendek, integrasi jangka panjang, dan elastisitas.

7.3.4.1. Integrasi Jangka Pendek

Analisis integrasi pasar rumput laut pada jangka pendek dianalisis dengan menggunakan Indeks Keterpaduan Pasar (IKP) atau Index of Market Connection (IMC). Nilai IKP pada jangka pendek (short run) memperlihatkan hubungan antara pasar lokal dengan pasar acuan (Tabel 22). Analisis integrasi pasar yang dilakukan yaitu melihat hubungan antara petani sebagai pasar lokal dengan pedagang pengumpul, pedagang besar, dan eksportir sebagai pasar acuan. Hasilnya terlihat bahwa petani memiliki integrasi yang lemah. Hal ini ditunjukkan

(19)

dengan nilai IMC yang lebih besar dari satu. Artinya harga rumput laut di tingkat petani saat ini dipengaruhi oleh harga rumput laut di tingkat pedagang pengumpul, pedagang besar, dan eskportir pada waktu sebelumnya meskipun memiliki hubungan yang lemah.

Analisis kedua dilakukan pada tingkat pedagang pengumpul sebagai pasar lokal dengan pedagang besar dan eksportir sebagai pasar acuan. Hasilnya terlihat bahwa dalam jangka pendek pedagang pengumpul memiliki integrasi yang kuat dengan pedagang besar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai IMC yang lebih kecil dari satu. Artinya, harga rumput laut di tingkat pedagang pengumpul saat ini dipengaruhi oleh harga rumput laut di tingkat pedagang besar pada waktu sebelumnya. Namun tidak memiliki hubungan integrasi dengan eksportir. Hal ini ditunjukkan dengan nilai IMC yang tinggi. Artinya, perubahan harga rumput laut di tingkat eksportir pada waktu sebelumnya tidak mempengaruhi harga rumput laut di tingkat pedagang pengumpul.

Analisisnya selanjutnya yaitu hubungan antara pedagang besar dan eksportir. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka pendek pedagang besar tidak memiliki hubungan integrasi dengan eksportir. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan harga rumput laut di tingkat eksportir pada waktu sebelumnya tidak mempengaruhi harga rumput laut di tingkat pedagang besar pada saat ini.

Tabel 22. Indeks Integrasi Pasar Rumput Laut pada Jangka Pendek

Pasar Lokal Pasar Acuan IKP/IMC (Short Run)

Petani Pedagang pengumpul

Pedagang besar Eksportir

2.57 1.36 7.06 Pedagang Pengumpul Pedagang besar

Eksportir

0.32 11.72

Pedagang Besar Eksportir 13.03

7.3.4.2. Integrasi Jangka Panjang

Nilai koefisien b2 menunjukkan hubungan jangka panjang antara pasar lokal (petani) dengan pasar acuan (eksportir). Nilai b2pada Tabel 23 menyatakan bahwa integrasi antara pasar lokal rumput laut (petani) dan pasar acuan rumput laut (pedagang pengumpul dan pedagang besar) memiliki integrasi yang kuat hal

(20)

ini ditunjukkan dengan nilai b2 lebih besar dari 0.5. Namun, hubungan antara petani dengan eksportir bersifat lemah. Artinya harga rumput laut ditingkat petani saat ini dipengaruhi oleh harga rumput laut di tingkat eksportir pada saat ini dan sebelumnya.

Analisis kedua menganalisis hubungan antara pasar lokal (pedagang pengumpul) dengan pasar acuan (pedagang besar dan eksportir). Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, pedagang pengumpul memiliki integrasi pasar yang kuat dengan pedagang besar hal ini ditunjukkan dengan nilai b2 yang lebih besar dari 0.5. Namun, hubungan antara pedagang pengumpul dengan eksportir memiliki integrasi yang lemah yaitu sebesar 0.30.

Analisis selanjutnya yaitu hubungan antara pedagang besar sebagai pasar lokal dan eksportir sebagai pasar acuan. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, integrasi antara pasar lokal dan pasar acuan bersifat lemah. Artinya harga rumput laut ditingkat pedagang besar saat ini dipengaruhi oleh harga rumput laut di eksportir saat ini.

Tabel 23. Indeks Integrasi Pasar Rumput Laut pada Jangka Panjang

Pasar Lokal Pasar Acuan b2(Long Run)

Petani Pedagang pengumpul

Pedagang besar Eksportir

0.71 0.56 0.23

Pedagang pengumpul Pedagang besar 0.99

Eksportir 0.30

Pedagang besar Eksportir 0.43

Berdasarkan hasil analisis tersebut (Tabel 23) maka dalam jangka panjang harga rumput laut ditingkat petani saat ini sangat dipengaruhi oleh harga rumput laut di tingkat pedagang pengumpul pada waktu sebelumnya. Jika terjadi perubahan harga di pedagang pengumpul maka akan mempengaruhi harga di tingkat petani saat ini. Lembaga pemasaran rumput laut dalam jangka panjang yang cepat merespon perubahan harga yaitu pedagang pengumpul.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengamati video dan gambar, siswa dapat menuliskan hasil pengamatan sederhana tentang lingkungan sehat menggunakan ejaan yang tepat dengan baik..

45 212 MOHAMMAD AZZAM RAMDHANI Sabtu, 10:30 - 12:00 SDIT Imam syafi'i Pekanbaru Ma'had. Peserta Tes Hari Sabtu, 27

Landasan untuk perluasan.. Dapat membantu proses penyusunan informasi, asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek, dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan

Grafik garis di atas nilai rata- rata kemuluran terhadap benang PA yang diawetkan dengan ekstrak kulit batang salam dengan konsentrasi 0,3 kg/liter air (perlakuan A) yaitu

Analisis dilakukan dari hasil perbandingan antara perhitungan ketersediaan kanal berdasarkan kemampuan pantul oleh lapisan ionosfer dan hasil penerapan waveform

Manajemen konstruksi adalah suatu proses pengelolaan pekerjaan pelaksanaan pemba- ngunan fisik yang ditangani secara multi disiplin dimana tahapan-tahapan persiapan

Pada kesempatan ini dengan rasa syukur dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta yang telah memberikan