• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pasar, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Bain (1951). Paradigma SCP mengatakan ada hubungan yang bersifat kausal antara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pasar, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Bain (1951). Paradigma SCP mengatakan ada hubungan yang bersifat kausal antara"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma structure-conduct-performance (SCP) pertama kali dikemukakan oleh Mason (1939) dari konsep ekonomi mengenai struktur pasar, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Bain (1951). Paradigma SCP mengatakan ada hubungan yang bersifat kausal antara struktur pasar (structure), perilaku (conduct) perusahaan, dan kinerja (performance) ekonomi perusahaan. Secara khusus, struktur pasar menentukan perilaku dan kemudian perilaku mempengaruhi kinerja.

Paradigma SCP secara khusus menjelaskan bahwa kinerja perusahaan sangat ditentukan oleh perilaku perusahaan itu sendiri dimana perilaku perusahaan sangat ditentukan oleh karakteristik struktur pasarnya (persaingan sempurna, monopoli, persaingan monopolistik, dan oligopoli). Menurut paradigma ini, dalam pasar yang bersifat monopoli, kinerja perusahaan dapat secara langsung diprediksi dari struktur pasarnya. Artinya, peneliti tidak perlu meneliti elemen conduct, secara otomatis elemen kinerja sudah dapat diprediksi. Sedangkan dalam pasar yang bersifat oligopoli, yang dicirikan dengan ada beberapa perusahaan besar yang menguasai pasar industri, struktur pasar tidak menjamin terjadinya perilaku kolusif diantara perusahaan-perusahaan dominan yang menguasai pasar, justru perusahaan-perusahaan dominan tersebut saling berkompetisi

(2)

2

untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Oleh sebab itu, di dalam pasar yang bersifat oligopoli, elemen conduct krusial untuk diteliti.

Paradigma SCP merupakan yang paling banyak diuji dalam literatur organisasi industrial. Hampir seluruh studi empirik tentang

structure-conduct-performance mendukung legitimasi kerangka kerja SCP dengan

memberi indikasi ada hubungan positif antara struktur pasar dengan kinerja perusahaan (Weiss, 1974).

Model structure-conduct-performance (SCP) dikembangkan oleh Bain (1951) yang menginvestigasi hubungan antara profitabilitas dan konsentrasi pasar. Hasil riset Bain yang dilakukan berseri (1951 dan 1954) menunjukkan bahwa di perbankan Amerika Serikat (A.S), secara rata-rata tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan cenderung lebih tinggi dalam pasar yang terkonsentrasi. Meski demikian, Rose (1987) mengatakan bahwa regulasi merjer bank, khususnya di A.S pada tahun 1960-an, menegaskan pentingnya ada kompetisi dalam industri perbankan. Kemudian, setelah tahun 1960 banyak dilakukan penelitian mengenai struktur pasar dan tingkat persaingan dalam industri perbankan yang berfokus pada indikator industri perbankan, seperti misalnya tingkat bunga, biaya transaksi, dan profitabilitas.

Penelitian tentang SCP pada tahun 1970-an hingga 1980-an telah dilakukan, antara lain oleh Weiss (1974), Heggestad (1977), Heggestad dan Mingo (1976), Spellman (1981), Rose (1987), dan Evanoff dan Fortier (1988). Penelitian-penelitian tersebut bertujuan menguji: (1) pengaruh

(3)

3

struktur pasar terhadap kinerja; (2) pengaruh entry barriers terhadap biaya; (3) pengaruh perubahan pangsa pasar terhadap perilaku bank. Hampir semua studi tersebut menunjukkan ketika pasar terkonsentrasi maka perusahaan-perusahaan dominan cenderung untuk berkolusi dalam menentukan tingkat harga dan kurang optimal dalam menghasilkan output karena adanya tujuan maksimisasi keuntungan. Hipotesis SCP disebut juga dengan hipotesis kolusi (collusive hypothesis) sebab menekankan pada adanya perilaku berkolusi yang menjadi latar belakang diperolehnya keuntungan supernormal dari perusahaan-perusahaan yang menguasai pasar. Penjelasan logisnya sebagai berikut: selain mencerminkan karakteristik (bentuk) pasar, derajat kompetisi, dan market power, rasio konsentrasi juga menunjukkan tingkat produksi pasar yang terfokus pada satu atau beberapa perusahaan terbesar. Sehingga dapat dikatakan konsentrasi merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopolies. Dalam pasar bentuk oligopolis, perusahaan-perusahaan terkemuka (dominan) sangat menyadari bahwa mereka saling bergantung satu sama lain. Karena alasan tersebut, mereka kemudian saling bekerja sama membentuk organisasi terselubung untuk mempertahankan pangsa pasar yang telah dikuasai.

Framework paradigma SCP yang dikemukakan oleh Shepherd

(1972) dan Weiss (1974) mengatakan bahwa derajat konsentrasi tertentu mempengaruhi derajat kompetisi diantara perusahaan-perusahaan yang ada di pasar industri. Pasar yang terkonsentrasi tinggi lebih tidak kompetitif

(4)

4

dibandingkan dengan pasar yang terkonsentrasi lebih rendah. Sehingga menurut hipotesis SCP, perusahaan yang berada dalam lingkungan yang rendah tingkat kompetisinya umumnya leluasa menetapkan harga lebih tinggi. Oleh sebab itu, perusahaan itu mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Framework ini telah banyak sekali diimplementasi dalam lingkungan industri dan lingkungan ekonomi yang berbeda-beda. Di sektor perbankan, paradigma SCP telah banyak digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan hubungan konsentrasi pasar dengan tingkat keuntungan bank. Meskipun demikian, hasil yang diperoleh dari berbagai studi yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang sangat bervariasi. Beberapa studi mendukung hipotesis SCP tradisional yang berarti konsentrasi pasar menjadi penyebab diperolehnya keuntungan supernormal perusahaan. Sementara itu beberapa studi lainnya menemukan bahwa tingkat konsentrasi pasar yang lebih tinggi tidak menyebabkan profit yang diperoleh menjadi lebih tinggi pula (Miller dan VanHoose, 1993).

Hipotesis lain yang banyak diuji sebagai rival paradigma SCP adalah hipotesis efficient-structure (ES) yang dikemukakan oleh Demsetz (1973) dan Peltzman (1977). Menurut hipotesis efficient-structure (ES), beberapa perusahaan memperoleh keuntungan supernormal karena adanya efisiensi dalam kegiatan operasional perusahaan itu sendiri. Studi empirik yang menguji hipotesis structure-conduct-performance (SCP) dan hipotesis

(5)

5

(1985), Evanoff dan Fortier (1988), dan Molyneux, Lloyd-Williams dan Thornton (1994).

Kemudian Weiss (1974) mengatakan bahwa untuk menguji hipotesis yang saling bertentangan tersebut, model yang paling tepat digunakan adalah model yang melibatkan variabel konsentrasi pasar dan pangsa pasar secara bersama-sama. Pendapat Weiss (1974) diperkuat oleh Berger (1995) yang mengatakan bahwa variabel pangsa pasar ternyata juga dapat menangkap efek yang ditimbulkan oleh selain efisiensi, sehingga pangsa pasar tidak dapat diinterpretasikan sebagai ukuran langsung dari efisiensi. Oleh sebab itu, agar dapat menguji hipotesis efficient structure (ES) maka ukuran langsung dari efisiensi perlu ditambahkan ke dalam model (persamaan). Dengan memasukkan efisiensi ke dalam model hal ini memungkinkan untuk dilakukan pengujian yang tidak hanya menguji hipotesis structure conduct performance (SCP) dan hipotesis

efficient-structure (ES) saja akan tetapi juga pengujian terhadap hipotesis

intermediarinya, yaitu: (1) hipotesis modified efficient-structure (MES) yang dibangun oleh Sepherd (1986); (2) hipotesis hybrid of

efficient-structure and the traditional efficient-structure-conduct-performance (HET) yang

dibangun oleh Schmalensee (1987).

Menurut hipotesis efficient-structure (ES), efisiensi yang dicapai oleh perusahaan menyebabkan pangsa pasar perusahaan menjadi lebih tinggi. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara pangsa pasar dengan kinerja perusahaan. Efisiensi perusahaan memberi jawaban

(6)

6

mengapa pasar terkonsentrasi tinggi, yaitu karena pasar didominasi oleh perusahaan-perusahaan yang efisien, dan kemudian menyebabkan adanya hubungan negatif antara harga dengan konsentrasi pasar. Menurut hipotesis

efficient-structure (ES), semakin tinggi konsentrasi pasar maka harga output

dari perusahaan dominan akan lebih rendah karena perusahaan dominan mencapai skala ekonomis. Hal ini bertentangan dengan pandangan paradigma structure-conduct-performance (SCP) yang memprediksi ada hubungan positif antara harga dengan konsentrasi pasar.

Lebih lanjut, hipotesis modified efficient-structure (MES)

mempunyai asumsi bahwa kinerja perusahaan tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pasar melainkan dipengaruhi oleh efisiensi dan pangsa pasar karena pangsa pasar dapat menangkap efek lain seperti misalnya adanya diferensiasi produk yang tidak berhubungan dengan efisiensi. Dengan demikian efisiensi perusahaan adalah variabel di luar struktur pasar dan tercermin dalam pangsa pasar yang lebih besar (Heffernan, 1996). Berarti hubungan antara efisiensi dengan pangsa pasar adalah positif. Semakin efisien perusahaan, semakin besar pula pangsa pasar perusahaan. Semakin besar pangsa pasar, semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan. Berdasarkan hal itu, maka yang mempengaruhi profit adalah pangsa pasar, dan bukan konsentrasi pasar. Sedangkan menurut hipotesis hybrid of

efficient-structure and the traditional structure-conduct-performance

(HET), dampak pangsa pasar dapat diabaikan sehingga efisiensi dan konsentrasi pasar adalah yang mempengaruhi kinerja.

(7)

7

Studi tentang derajat konsentrasi pasar dan tingkat persaingan pertama kali dilakukan oleh Alhadeff (1954). Dalam konteks perbankan, studi-studi yang pernah dilakukan pada umumnya menguji isu-isu mengenai konsentrasi pasar dalam konteks hubungan

structure-conduct-performance (SCP). Hipotesis structure-conduct-structure-conduct-performance (SCP)

mengatakan bahwa meningkatnya konsentrasi pasar menyebabkan meningkatnya harga sehingga financial returns perusahaan meningkat. Studi yang dilakukan oleh Berger dan Hannan (1989), Hannan (1992), Neumark dan Sharpe (1992), Okeahalam (1998), dan Prager dan Hannan (1998) juga mendukung hipotesis structure-conduct-performance (SCP), sedangkan Shaffer (1993) tidak mendukung hipotesis SCP. Lebih lanjut, paradigma SCP juga mendapatkan dari kritik dari beberapa orang tokoh, yakni Demsetz (1973) dan Berger (1995) yang berargumen bahwa pangsa pasar yang meningkat sebetulnya merupakan akibat dari adanya efisiensi dan rendahnya biaya operasional, bukan sebagai akibat dari adanya konsentrasi pasar yang tinggi.

Golongan yang mendukung hipotesis SCP berpendapat bahwa efisiensi (economies of scale) mendorong bank melakukan merjer dan akuisisi (akibatnya konsentrasi pasar meningkat), sehingga meningkatnya konsentrasi pasar itu terjadi bersamaan dengan meningkatnya efisiensi (Demirgüç-Kunt dan Levine, 2000). Beberapa argumentasi teoritis dan perbandingan antar negara menunjukkan bahwa pasar yang terkonsentrasi lebih rendah dan terdiri dari banyak bank-bank kecil ternyata lebih rentan

(8)

8

mengalami krisis keuangan dibandingkan dengan pasar yang terkonsentrasi tinggi dengan lebih banyak bank-bank besar (pandangan

concentration-stability). Para pendukung pandangan concentration-stability berargumen

bahwa bank yang lebih besar dapat melakukan diversifikasi dengan lebih baik sehingga sistem perbankan yang terbangun dari lebih sedikit bank dan bank berukuran besar akan cenderung lebih tahan terhadap terpaan krisis dibandingkan dengan sistem perbankan yang terdiri dari banyak bank-bank kecil (Allen dan Gale, 2004). Sistem perbankan yang terkonsentrasi juga dapat mendorong profit yang dihasilkan lebih besar sehingga menurunkan kerentanan bank. Profit yang tinggi menciptakan buffer ketika menghadapi goncangan dan meningkatkan franchise value of the bank, dan mengurangi insentif bank untuk mengambil risiko yang berlebihan. Selain itu, sistem perbankan yang terdiri dari lebih sedikit bank namun bank-bank tersebut berukuran besar, lebih mudah untuk dimonitor dibandingkan dengan sistem perbankan yang terdiri dari banyak bank dan bank-bank tersebut banyak yang berukuran kecil (Beck, Demirgüç-Kunt, dan Levine, 2003).

Di sisi lain, kelompok yang bersetuju dengan pandangan

concentration-fragility mengatakan bahwa pasar yang terkonsentrasi justru

berdampak negatif bagi masyarakat. Sebab, dalam pasar yang terkonsentrasi, bank mempunyai market power yang besar karena pasar yang tidak kompetiti sehingga bank memiliki keleluasaan dalam menetapkan harga yang tinggi dan selanjutnya berakibat pada tingginya profit yang diperoleh bank. Para pendukung concentration-fragility juga

(9)

9

berpendapat bahwa apabila size berhubungan dengan kompleksitas, maka bank besar tentu lebih kompleks dibandingkan dengan bank-bank kecil sehingga lebih sulit untuk dimonitor. Jika demikian, maka ada hubungan positif antara konsentrasi pasar dan kerentanan (fragility).

Berdasarkan review terhadap riset-riset terdahulu mengenai paradigma structure-conduct-performance (SCP), dapat diketahui bahwa: (1) riset-riset tersebut dilakukan pada perbankan di Amerika, Inggris, dan Eropa yang tentu saja mempunyai karakteristik yang berbeda dengan perbankan di Asia khususnya Indonesia; (2) riset-riset tersebut hanya berfokus pada investigasi hubungan (pengaruh) struktur pasar (structure) terhadap kinerja (performance) secara langsung, tanpa melibatkan elemen perilaku (conduct); (3) riset-riset tersebut berfokus pada pengujian hipotesis

structure-conduct-performance (SCP), hipotesis relative market power

(RMP), dan hipotesis efficient structure (ES) dan tidak melakukan pengujian terhadap hipotesis intermediarinya, yaitu hipotesis modified

efficient structure (MES) dan hybrid of efficient structure and the

traditional SCP (HET).

Oleh sebab itu, disertasi ini berusaha untuk mengisi research gap tersebut dengan melibatkan semua elemen yang terdapat dalam paradigma

structure-conduct-performance, sekaligus menginvestigasi

hipotesis-hipotesis intermediarinya dengan menggunakan data perbankan di Indonesia.

(10)

10

Selain alasan yang telah dikemukakan tersebut, berikut ini adalah pertimbangan-pertimbangan mengenai kondisi perbankan di Indonesia yang telah mengalami berbagai perubahan, yaitu:

1. adanya deregulasi di sektor riil dan moneter tahun 1980-an dan krisis ekonomi pada akhir tahun 1997 (merupakan era krisis perbankan);

2. dikeluarkannya kebijakan bank guarantee scheme, program privatisasi dan divestasi bank-bank BUMN dan bank yang direkap, serta peningkatan persyaratan permodalan perbankan dalam rangka pembenahan dan recovory perbankan untuk menciptakan stabilitas sistem keuangan;

3. perekonomian di Indonesia masih sangat bergantung pada perbankan (bank-bsed view), sehingga tingkat kesehatan dan kinerja perbankan sangat diperlukan untuk menjamin stabilitas perekonomian dan sistem keuangan di Indonesia;

4. industri perbankan Indonesia yang bersifat oligopoli, cocok untuk diteliti menggunakan paradigma structure-conduct-performance (SCP) yang menyatakan bahwa dalam pasar (industri) yang bersifat oligopoli perilaku perusahaan tidak dapat diprediksi secara langsung sebagaimana dalam pasar yang bersifat monopoli;

5. adanya upaya pemerintah untuk menciptakan struktur perbankan yang lebih optimal dengan membatasi jumlah bank dan meningkatkan permodalan bank;

(11)

11

6. adanya regulasi mengenai kebijakan kepemilikan tunggal (single

presence policy) perbankan.

Keenam hal tersebut sangat mempengaruhi struktur (peta) pasar, perilaku, dan kinerja perbankan di Indonesia. Penelitian ini mengaplikasi model structure-conduct-performance (SCP) secara komprehensif, yang sepanjang pengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi jawaban mengenai apakah program pengaturan struktur perbankan (mengurangi jumlah bank dan memperbesar ukuran bank) oleh pemerintah dapat mendorong kinerja dan stabilitas sistem perbankan dan kesejahteraan masyarakat (social welfare), sebab hingga saat ini perbankan masih merupakan sumber dana terbesar dan terpenting bagi sebagian besar pelaku ekonomi di Indonesia. Peran dan posisi perbankan saat ini belum dapat digantikan oleh pasar modal, khususnya dalam hal penyediaan dana kepada masyarakat.

Fungsi dan peran yang besar dari perbankan dalam perekonomian Indonesia ditunjukkan dengan jumlah kredit yang disalurkan perbankan (nilai outstanding credits) yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar modal. Secara rata-rata, dari tahun 2001 hingga 2012, jumlah kredit yang disalurkan bank sebesar 951,08 triliun rupiah sedangkan nilai emisi saham dan obligasi sebesar 499,25 triliun rupiah.

Meskipun peran pasar modal dalam penyediaan dana kepada masyarakat semakin meningkat (dilihat dari nilai emisi saham dan obligasi

(12)

12

di pasar modal), namun nilai tersebut masih jauh apabila dibandingkan dengan kebutuhan dana masyarakat yang dipenuhi oleh perbankan. Oleh sebab itu, penting sekali dilakukan penelitian di perbankan Indonesia menggunakan paradigma structure-conduct-performance (SCP) secara komprehensif agar dapat ditetapkan kebijakan perbankan yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik perbankan Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berikut ini rumusan permasalahannya:

1. Apakah konsentrasi pasar berpengaruh terhadap kinerja bank? 2. Apakah pangsa pasar berpengaruh terhadap kinerja bank?

3. Apakah pangsa pasar memperkuat pengaruh konsentrasi pasar terhadap kinerja bank?

4. Apakah konsentrasi pasar mempengaruhi perilaku bank dan selanjutnya berpengaruh terhadap kinerja bank?

5. Apakah pangsa pasar mempengaruhi perilaku bank dan selanjutnya berpengaruh terhadap kinerja bank?

6. Apakah efisiensi mempengaruhi kinerja bank?

7. Apakah efisiensi mempengaruhi perilaku bank dan selanjutnya berpengaruh terjadap kinerja bank?

8. Apakah efisiensi dan pangsa pasar berpengaruh terhadap kinerja bank?

9. Apakah efisiensi dan konsentrasi pasar berpengaruh terhadap kinerja bank?

(13)

13

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dengan dilakukannya penelitian ini, adalah: 1. Menguji pengaruh konsentrasi pasar terhadap kinerja bank di

Indonesia;

2. Menguji pengaruh pangsa pasar terhadap kinerja bank di Indonesia; 3. Menguji pengaruh konsentrasi pasar terhadap perilaku kolusif bank

di Indonesia;

4. Menguji pengaruh efisiensi terhadap kinerja bank di Indonesia; 5. Menguji pengaruh konsentrasi pasar terhadap kinerja bank di

Indonesia melalui perilaku (pricing behavior) bank sebagai variabel mediasi;

6. Menguji pengaruh pangsa pasar terhadap kinerja bank di Indonesia melalui perilaku (pricing behavior) bank sebagai variabel mediasi; 7. Menguji pengaruh efisiensi terhadap kinerja bank di Indonesia melalui perilaku (pricing behavior) bank sebagai variabel mediasi; 8. Menguji pengaruh efisiensi dan pangsa pasar terhadap kinerja bank

di Indonesia;

9. Menguji pengaruh efisiensi dan konsentrasi pasar terhadap kinerja bank di Indonesia.

(14)

14

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berikut ini. 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjawab (mengisi) research

gap tentang paradigma SCP (hipotesis SCP tradisional, relative

market power, dan structure), hipotesis modified

efficient-structure (MES), dan hybrid of efficient-efficient-structure and the

traditional stucture-conduct-performance (HET) secara simultan

dengan menggunakan data perbankan Indonesia. 2. Manfaat Empiris

Hasil penelitian ini diharapkan memberi bukti empiris dan memperkuat penelitian-penelitian terdahulu mengenai hubungan struktur (structure), perilaku (conduct), dan kinerja (performance) secara simultan dengan menggunakan data perbankan Indonesia. 3. Manfaat Kebijakan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar empiris bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan perbankan, khususnya kebijakan yang berkait dengan merjer dan akuisisi yang mempengaruhi peta struktur pasar dan tingkat persaingan di dalamnya, serta kebijakan pengembangan perbankan Indonesia.

(15)

15

4. Manfaat Metodologi

Dari segi metodologi, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi mengenai hubungan struktur pasar, perilaku, dan kinerja perusahaan secara simultan dengan menginvestigasi elemen perilaku dalam hubungan mediasi antara struktur, perilaku, dan kinerja perusahaan khususnya dalam industri perbankan.

Referensi

Dokumen terkait