• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL KARYA TULIS ILMIAH PERPUSTAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL KARYA TULIS ILMIAH PERPUSTAKAAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

BANTUL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta

Disusun Oleh:

RIZKI LIA PUSPITA 08/3208028/PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDRAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

BANTUL

Diajukkan sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari kaya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sejauh pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Agustus 2012

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Onset Laktasi pada Ibu Postpartum Di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan masukan yang sangat berarti bagi penulis. Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. dr. I. Edy Purwoko,SpB selaku Ketua STIKES Jendral Achmad Yani Yogyakarta.

2. Ibu Dwi Susanti,S.Kep.,Ns selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Jendral Achmad Yani Yogyakarta serta selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, masukan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ibu Ida Nursanti, S.Kep.,Ns, MPH selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat serta selaku pembimbing I yang telah membantu, membimbing dan memberikan saran kepada penulis selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh staf BAA STIKES Jendral Achmad Yani Yogyakarta yang telah bersedia membantu penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Ibu Retno Mawarti, S.pd,M.Kes selaku penguji yang telah memberikan

masukan serta dan saran dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul beserta jajarannya yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian pada Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Direktur RSUD Wates beserta jajarannya yang telah memberikan izin untuk melakukan uji validitas pada Karya Tulis ilmiah ini.

8. Responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan bersedia menjadi responden penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

9. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Eny P.S, Dewi, Shinta, Kristina, Pita dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih yang tak terhingga dan tulus kepada Ayah tercinta H.Sunardi, Ibu tercinta Dwi Elly Guntarwati dan kedua kakak tercinta atas dukungan moril, doa, pengertian, pengorbanan dan kesabarannya selama penulis menempuh pendidikan dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mohon masukkan dan saran untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga semua kebaikan yang telah diberikan akan mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penulis berharap agar hasil dari Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Yogyakarta, Agustus 2012

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR ISI Hal HALAM AN JUDUL……….. i HALAMAN PENGESAHAN……….... ii PERNYATAAN ... iii MOTO………...………..iv HALAMAN PERSEMBAHAN………..v KATA PENGANTAR………vi

DAFTAR ISI ... …..viii

DAFTAR TABEL………....x DAFTAR GAMBAR………...xi DAFTAR LAMPIRAN……….xii INTISARI.………..…………..xiii ABSTRAC...………….………..xiv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kecemasan ... 9

B. Onset laktasi ... 16

C. Hubungan tingkat kecemasan dengan onset laktasi ... 23

D. Landasan Teori ... 24

E. Kerangka Teori... 25

F. Kerangka Konsep Penelitian ... 26

G. Hipotesa... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 27

A. Rancangan Penelitian ... 27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

C. Populasi dan Subyek Penelitian ... 28

D. Variabel Penelitian ... 29

E. Definisi Operasional... 30 F. Alat dan Metode Penelitian Data ... 31

G. Validitas dan Reliabilitas ... 32

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 34

I. Etika Penelitian ... 36

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Hal

J. Pelaksanaan Penelitian……….37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39 B. Pembahasan ... 43 C. Keterbatasan Penelitian ... 50 BAB V PENUTUP ... 51 A. Kesimpulan ... 51 B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA………...……….52 LAMPIRAN

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 3.1 Devinisi Operasional Variabel Penelitian………. 30 Tabel 3.2 Pedoman Pemberian Interpretasi Terhadap Coefficient

Contigency……….……… 36

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Analisis Univariabel………. 40 Tabel 4.2 Hasil Analisis Bivariabel Tingkat Kecemasan Ringan,

Tingkat Kecemasan Sedang, dengan Onset Laktasi………….. 42 Tabel 4.3 Hasil Analisis Bivariabel Tingkat Kecemasan Ringan,

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1 Kerangka Teori Onset Laktasi……… 25 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian………... 26 Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Prospectif……… 27

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Skripsi Lampiran 2. Pengantar Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Pengantar Uji Validitas dari Sekertariat Daerah Yogyakarta Lampiran 4. Pengantar Uji Validitas dari Dinas Kesehatan Kulon Progo Lampiran 5. Pengantar Uji Validitas dari RSUD Wates

Lampiran 6 . Pengantar Penelitian Sekertariat Daerah Yogyakarta

Lampiran 7. Pengantar Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bantul

Lampiran 8. Pengantar Penelitian dari RSUD Panembahan Sebopati Bantul Lampiran 9. Pernyataan Kesediaan Responden

Lampiran 10. Kuisioner Penelitian Tingkat Kecemasan Lampiran 11. Lembar Observasi Penelitian Onset Laktasi Lampiran 12. Hasil Analisis Penelitian

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

BANTUL

Rizki Lia Puspita1, Ida Nursanti, S.Kep.,Ns.,MPH2, Dwi Susanti,S.Kep.,Ns.3

INTISARI

Latar Belakang: Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui dari ASI

diproduksi sampai bayi menyusu. ASI eksklusif memiliki banyak manfaat baik bagi ibu maupun bagi bayi, hal ini didukung UNICEF dan WHO dengan program

Baby friendly Hospital Initiative. Meskipun demikian, angka pemberian ASI

eksklusif masih rendah. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gagalnya pemberian ASI eksklusif salah satunya disebabkan karena keterlambatan onset laktasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi keterlambatan onset laktasi adalah kecemasan yang tinggi pada ibu postpartum

Tujuan Penelitian: Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan terhadap onset

laktasi pada ibu postpartum.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan kohort prospektif pada 60 responden yang dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner dan lembar observasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariabel dan bivariabel menggunakan chi-square, dengan tingkat kemaknaan p<0.05.

Hasil: Terdapat hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dengan onset

laktasi pada ibu postpartum (p<0.05). dari hasil analisis data didapatkan hasil 81.7% ibu postpartum mengalami tingakat kecemasan ringan dengan onset laktasi cepat, 3.3% ibu postpartum tingakat kecemasan sedang dengan onset laktasi cepat, dan 31.7% ibu postpartum tingakt kecemasan berat dengan onset laktasi terlambat.

Kesimpulan: Tingkat kecemasan pada ibu postpartum dapat menyebabkan

keterlambatan onset laktasi.

Saran: Diharapkan calon ibu memiliki persiapan yang baik selama kehamilan dan

dukungan keluarga dapat mempengaruhi tingkat kecemasan ibu setelah melahirkan.

Kata Kunci: Tingkat kecemasan, Onset Laktasi

1

Mahasiswa Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jedral A.Yani Yogyakarta

2 Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jedral A.Yani Yogyakarta 3 Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jedral A.Yani Yogyakarta

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

RELATIONSHIP BEATWEEN ANXIETY LEVELS WITH ONSET OF LACTATION AMONG PUERPERIUM IN RSUD PANEMBAHAN

SENOPATI BANTUL

Rizki Lia Puspita1, Ida Nursanti, S.kep.,Ns.,MPH2, Dwi Susanti, S.kep.,Ns3

Abstrack

Background: Lactation is the overall process of breastfeeding production until

the baby suckling. Exclusive breastfeeding has many benefits for mother and the baby, it is supported by UNICEF and WHO with Baby friendly Hospital Initiative program. However, exclusive breastfeeding rates remain low. Some studies show that delayed onset of lactation are less likely to continue full breastfedding. One factor that may influence the delayed onset of lactation is anxiety levels in the postpartum.

Purpose: To knew how the relationship between the anxiety levels with onset

lactation postpartum mothers in RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Methods: The study used cohort prospective to 60 respondents were recruited

with purposive sampling. Analysis of the data devided be univariable and bivariabel analysis using chi-square with a significance level of p <0.05.

Results: There was a significant association between levels of anxiety with the

onset of lactation on postpartum mothers. Mothers who experienced mild levels of anxiety most rapid onset of lactation 81.7%, and mothers with severe levels of anxiety experienced were delayed onset of lactation (p = 0.000).

Conclusion: The level of anxiety in postpartum influence to delayed onset of

lactation.

Suggestion: Good preparation for pregnancy and family support may affect on

anxiety levels in postpartum.

Keywords: Levels of anxiety, Onset Lactation

1

Nursing Student of Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Health College

2, Lecturer of Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Health College 3 Lecturer of Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Health College

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat melahirkan dan minggu pertama melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya. Sekitar seperempat hingga separuh kematian bayi berumur kurang dari satu tahun terjadi dalam minggu pertama. Untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir, ASI diberikan segera setelah lahir dan diberikan secara eksklusif (Musbikin, 2007). Menurut UNICEF, anak yang diberikan ASI secara eksklusif memiliki peluang enam kali lebih besar untuk bertahan hidup pada awal-awal kehidupannya daripada anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif. ASI memiliki peranan besar dalam mengurangi angka kematian bayi (UNICEF, 2008).

UNICEF (2006) dan WHO (2007) mengeluarkan Baby-Friendly Hospital

Initiative untuk mendukung ASI eksklusif yang berisi Ten Step to Successful Breastfeeding di Rumah Sakit dan Rumah bersalin. Laktasi adalah keseluruhan

proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. WHO (2004) dan UNICEF (2006) merekomondasikan tentang laktasi sebagai berikut : inisiasi menyusui dini pada satu jam pertama kelahiran; ASI eksklusif selama enam bulan; dan terus menyusui selama dua tahun atau lebih, bersama menjaga keamanan anak, nutrisi yang cukup sesuai usia, dan memberikan makanan pendamping ASI setelah enam bulan.

Profil kesehatan Indonesia tahun 2010 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada usia 0-6 bulan pada tahun 2009 mencapai 61,3% , dan cakupan ASI eksklusif 0-6 bulan untuk wilayah Yogyakarta pada tahun 2009 sebanyak 63,4%. Angka ini masih jauh dari target cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 80% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Melihat pentingnya ASI, pemerintah membuat undang-undang ASI. Pada pasal 128 Undang-undang No. 39 /2009 tentang kesehatan yang isinya : 1) Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis; 2) Selama pemberian ASI, pihak

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus; 3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan di tempat sarana umum (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Pasal 200 tahun 2010 undang-undang kesehatan yang menentukan bahwa setiap orang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI eksklusif sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 128 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan didenda paling banyak Rp 100.000.000,00 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Banyak orang yang sudah mengetahui keunggulan ASI dalam membina kesehatan anak, namun angka pemberian ASI dan lama menyusui di seluruh dunia masih saja lebih rendah dari yang diharapkan (Soetjiningsih, 2008). ASI eksklusif sudah dikenal lama, namun pemberian informasi mengenai ASI eksklusif belum optimal. Informasi yang dapat menghambat pemberian ASI adalah: 1) Pada minggu-minggu pertama bayi fesesnya encer dan sering, sehingga bayi sering dikatakan diare dan seringkali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui; 2) Onset laktasi yang terlambat sehingga bayi dianggap perlu diberi makanan tambahan, padahal bayi yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang cukup untuk beberapa hari; 3) Ukuran payudara yang kecil seringkali dianggap tidak mampu memproduksi ASI yang cukup, padahal hal tersebut tidak mempengaruhi produksi ASI karena yang mempengaruhi adalah kelenjar-kelenjar penghasil ASI (Kristiyanasari, 2009). Menurut penelitian Hruschka (2003) menyebutkan bahwa ibu dengan onset laktasi yang terlambat memiliki peluang lebih kecil untuk dapat memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan.

Onset laktasi adalah masa permulaan untuk memperbanyak air susu sampai air susu keluar pertama kali atau presepsi ibu kapan air susunya keluar (come in) yang ditandai dengan payudara terasa keras, berat, bengkak sampai air susu atau kolostrum keluar (Hruschka et al, 2003). Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi onsel laktasi adalah:1) BMI (Body Mass Index); 2) Paritas; 3) Lama waktu persalinan; 4) Jenis

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

persalinan; 5) Pemberian makan tambahan pada bayi; 6) Hisapan bayi; 7) Berat badan bayi lahir; 8) IMD (Inisiasi Menyusui Dini) (Grajeda, 2002; Cahpman, 2000; Rivers, 2010; Dewey, 2003).

Paritas pada ibu akan mempengaruhi psikologi ibu selama kehamilan, menjelang persalinan dan setelah persalinan. Proses psikologis pada ibu hamil sudah dimulai sejak masa kehamilan. Ibu hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga diperlukan adaptasi. Proses adaptasi yang kurang baik dapat menyebabkan stress atau kecemasan sehingga dapat meningkatkan produksi kortisol. Pada ibu primipara produksi hormon kortisol lebih tinggi dibandingkan dengan ibu multipara (Zanardo, 2008). Selain itu kala I yang lebih panjang pada ibu juga menyebabkan kegelisahan atau kecemasan ibu akan kondisi bayinya semakin meningkat (Suherni, 2009).

Selama kehamilan dan persalinan merupakan saat dimana ibu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun mental. Sehingga penting adanya dukungan baik dari suami, keluarga dan tenaga kesehatan. Adaptasi yang terjadi pada ibu postpartum dibagi menjadi 3 fase yaitu fase taking in, taking hold dan

letting go. Fese taking in terjadi pada hari 0-3 postpartum, pada fase ini biasanya

ibu pasif dan perhatian tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya. Selanjutnya pada fase taking hole terjadi pada hari ke 3-10 postpartum, kecemasan pada fase ini terjadi karena ibu merasa khawatir akan ketidak-mampuannya merawat bayi. Kecemasan yang terjadi pada ibu postpartum akan merangsang peningkatan hormon kortisol sehingga akan menghambat kerja oksitosin dan menyebabkan onset laktasi terlambat (Mansur, 2009).

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada ibu postpartum, 8 dari 10 mengatakan cemas yang disebabkan oleh lamanya diruang persalinan dan merasa khawatir terhadap kondisi bayinya. Sebanyak 4 dari 8 ibu tersebut belum marasakan sensasi tegang-tegang, berat, atau keras pada payudara. Dari hasil tersebut peneliti ingin mengetahui seberapa besar hubungan tingkat kecemasan ibu terhadap onset laktasi.

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana hubungan tingkat kecemasan dengan lamanya onset laktasi pada ibu postpartum Di RSUD Panembahan Senopati Bantul ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan tingkat kecemasan terhadap onset laktasi pada Ibu

PostPartum Di RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2. Tujuan khusus

a. Teridentifikasinya angka kejadian tingkat kecemasaan pada ibu

postpartum Di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

b. Teridentifikasinya angka kejadian onset laktasi pada ibu postpartum Di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoristis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya untuk mendukung proses laktasi dan pemberian ASI secara eksklusif sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi.

2. Manfaat Bagi Institusi

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi institusi kesehatan baik dalam bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, atau institusi yang terkait dengan kesehatan untuk meningkatkan upaya-upaya mendukung pemberian ASI eksklusif.

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang laktasi dan peneliti dapat mengetahui seberapa besar hubungan tingkat kecemasan dengan lamanya onset laktasi pada ibu

postpartum Di RSUD Panembahan Senopati Bantul. 4. Manfaat Bagi Ibu dan Bayi

Manfaat dari penelitian ini bagi ibu dan bayi adalah dapat memotivasi ibu untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup sebelum, saat dan pasca kehamilan sehingga dapat mengurangi kecemasan, mendukung proses laktasi pada saat menyusui dan bayi akan mendapatkan ASI segera setelah lahir.

E. Keaslian Penelitian

1. Dewey et al. (2001), berjudul “Maternal and Fetal Stress are Associated with

Impaired Lactogenesis” diteliti dengan rancangan prosperctive observasional

yang bertujuan manganalisis bagaimana stress yang terjadi selama persalinan dan setelah persalinan apakah memiliki hubungan terhadap onset laktasi yang lama. Peneliti dilakukan terhadap 40 orang wanita dimana telah diobservasi selama dan setelah melahirkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan stress yang terjadi pada ibu sebelum dan setelah melahirkan memiliki hubungan yang signifikan terhadap onset laktasi yang lama, terutama pada ibu primipara. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel terikat onset laktasi dan meneliti stress yang terjadi pada ibu postpartum. Selain itu rancangan yang akan digunakan sama-sama menggunakan rancangan kohort prospective. Variabel terikat yang digunakan juga sedikit berbeda, jika penelitian Dewey diambil pada saat prenatal dan postnatal, penelitian ini hanya menggunkan sempel yang diambil pada saat postnatal dengan menggunakan lembar kuisioner. Perbedaan lainnya yaitu terdapat pada tujuannya.

2. Grajeda and Escamilla (2002), berjudul “Stress During and Delivery Is

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Women” diteliti dengan rancangan kohort prospective. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang dapat menghambat onset laktasi. Banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebabyak 136 wanita yang diambil saat mereka mulai memasuki kala I di unit persalinan di rumah sakit Guatelama. Hasil dari penelitian tersebut adalah sters yang terjadi selama persalinan dan setelah melahirkan memiliki hubungan yang signifikan tehadap faktor risiko onsent laktasi yang lama di urban Guatemala. Faktor-faktor yang memiliki hubungan yang signifikan adalah usia ibu, paritas, kecemasaan dan jenis persalinan yang memiliki hubngan signifikan terhadap terjadinya onset laktasi yang lama.

Persamaan dari penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan adalah, sama-sama menjadikan onset laktasi sebagai variabel terikatnya dan rancangan penelitiannya. Sedangkan perbedaannya terdapat pada tujuan penelitian, dan variabel bebas yang digunakan, jika pada penelitian ini menggunakan faktor-faktor risiko yang dapat menghambah onset laktasi, penelitian yang akan dilakukan hanya menggunakan variabel tingkat kecemasan.

3. Zanardo et al. (2009), berjudul “Impact of Anxiety in the Puerperium on

Breast-feeding Outcomes: Role of Parity”. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengidentifikasi apakah cemas yang terjadi pada ibu postpartum, khususnya pada ibu primipara memiliki dampak negatif terhadap pengeluaran ASI. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 204 orang yang diberikan kuisioner pada saat di rumah sakit untuk mengetahui tingkat kecemasaanya dan menelponnya saat mereka kembali ke rumah untuk menanyakan waktu pengeluaran ASInya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan cemas yang terjadi pada ibu postpartum khususnya ibu primipara berpotensi menghambat proses laktasi. Variabel yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap laktasi adalah usia ibu, pengalaman, dan tingkat setres yang tinggi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel yang digunakan, sama-sama menggunakan tingkat kecemasan dan

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

onset laktasi. Namun, untuk variabel tingkat kecemasan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sedikit berbeda kriteria dari sampelnya. Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini juga berbeda. 4. Chapman and Escamilla (2000), berjudul “Maternal Preception of the Onset

Lactation Is a Valid, Public Healt Indicator of Lactogenesis Stage II”. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah saat terjadinya onset laktasi dapat digunakan sebagai indikator terjadinya laktogenesis tahap II. Cara pengambilan sampel dengan cara random dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang yang melakukan persalinan secara sesar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa presepsi ibu terhadap onset laktasi dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya laktogenesis tahap II.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan hanya terdapat pada onset laktasi saja. Rancangan penelitian yang digunakan berbeda, penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan penelitian yang akan di lakukan menggunakan rancangan kohort prospektive. Dari tujuan penelitiannya pun berbeda.

5. Hruschka et al. (2003), berjudul “Delayed Onset of Lactation and Risk of

Ending Full Breast-Feeding Early in Rural Guatemala”. Tujuan dari

penelitian ini adalah menguji hubungan antara keterlambatan onset laktasi dengan faktor yang mempercepat pemberian ASI pada 6 bulan pertama. Rancangan dari penelitian ini menggunakan kohort prospective dengan jumlah sampel sebanyak 328 ibu dan bayi yang dijadikan sampel anatara tahun 1996 sampai 1999. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa ibu yang mengalami keterlambatan onset laktasi akan menyebabkan pemberian ASI kurang dari 6 bulan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tujuan penelitian dan variabel yang akan digunakan. Persamaanya terletak pada rancangan penelitian yang akan digunakan yaitu menggunakan rancangan kohort prospective. Selain itu, terdapat salah satu variabel yang sama yaitu onset laktasi.

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6. Rievers et al. (2010), berjudul “Delayed onset of lactogenesis among firs-time

mother is related to maternal obesity and factors associated with ineffective breastfeeding”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji variabel yang

berpengaruh terhadap keterlambatan onset laktasi pada ibu primipara yang melahirkan pada kehamilan cukup bulan dan melakukan proses laktasi. Penelitian ini menggunakan rancangan kohort dengan jumlah sampel sebanyak 431 ibu postpartum. Hasi dari penelitian ini menyebutkan bahwa faktor risiko yang menyebabkan keterlambatan onset laktasi sangat banyak, namun faktor yang paling signifikan disebabkan oleh usia ibu, berat badan bayi saat lahir, dan terjadinya edema pada hari ke 0-3.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan tedapat pada tujuan dari penelitian, dan variabel independen ataupun variabel dependen. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan rancangan kohort.

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati merupakan salah satu rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul yang telah berdiri sejak tahun 1953 dengan nama Rumah Sakit Hongerodem (HO), dan pada tanggal 29 Maret 2003 berubah nama menjadi RSUD Panembahan Senopati. RSUD Panembahan Senopati merupakan rumah sakit tipe B non-pendidikan sesuai dengan Surat Keputusan Mentri Kesehatan No. 142/Menkes /SK/I/2007.

RSUD Panembahan Senopati terletak di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo No.14, Desa Borongan, Trirenggo, Bantul, Yogyakarta, yang mana sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Jetis, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bambanglipuro, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pandak dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sewon. Luas dari RSUD Panembahan Senopati adalah 1856 km2 dengan luas bangunan 1149 km2.

Jumlah total pesalinan sepanjang tahun 2011 di RSUD Panembahan Senopati sebanyak 3557 persalinan, dengan rata-rata 297 persalinan dalam satu bulan. Di RSUD Panembahan Senopati terdapat 3 ruang maternitas yang dibagi menjadi Ruang Alamanda 1, Ruang Alamanda 2, dan Ruang Alamanda 3. Ruang Alamanda 1 merupakan Verlos Kamer (VK) atau ruang bersalin. Ruang Alamanda 2 merupakan ruang rawat inap ibu postpartum dengan patologis, dan Ruang Alamanda 3 merupakan ruang rawat inap gabung ibu

postpartum dan bayi. Penelitian ini dilakukan di Ruang Alamanda 3.

Ruang Alamanda 3 terdiri dari 12 ruangan yang terdiri dari 3 ruangan utama dengan 3 tempat tidur, 3 ruangan kelas dua dengan 6 tepat tidur dan 6 ruangan kelas tiga dengan 18 tempat tidur. Jumlah seluruh perawat di ruang Alamanda 3 adalah 23 orang.

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2. Analisis Hasil Univariabel

Analisis univariabel merupakan analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel sehingga kumpulan data tersebut dapat menjadi informasi yang bermanfaat.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4-22 Juli 2012 di Ruang Alamanda RSUD Panembahan Senopati Bantul. Subyek penelitian ini adalah ibu postpartum dengan persalinan spontan sebanyak 60 responden yang mana telah mengisi kuisioner tingkat kecemasan terlebih dahulu kemudian diobservasi onset laktasi selama 72 jam sesuai dengan kriteria inklusi dan esklusi yang telah ditetapkan sebelumnya. Selama pelaksanaan penelitian tidak ada responden yang drop out. Gambaran distribusi frekuensi karakteistik subjek penelitian disajikan dalam tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Penelitian

Variabel n = 60 % Ibu a. Usia ibu - < 20 tahun - 20-30 tahun - > 30 tahun b. Paritas - Primipara - Multipara c. Pendidikan - SLTP/ Sedrajat - SLTA/ Sedrajat - Akademi/Perguruan tinggi d. Tingkat Kecemasan

- Tingkat Kecemasan Ringan - Tingkat Kecemasan Sedang - Tingkat Kecemasan Berat e. Onset Laktasi - Cepat - Lambat 3 36 21 33 27 20 36 4 51 7 2 50 10 5.0 60.0 35.0 55.0 45.0 33.3 60.0 6.7 85.0 11.7 3.3 83.3 16.7 Bayi a. Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan

b. Berat Bayi Lahir

- 2500-3000 gram - > 3000gram 28 32 31 29 53.3 46.7 51.7 48.3 (Data primer dan sekunder 2012)

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Tabel.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden adalah usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 36 responden (60.0%) dan responden paling sedikit berusia kurang dari 20 tahun yaitu sebanyak 3 responden (5.0%). Paritas responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan primipara yaitu sebanyak 33 responden (55.0%) dan multipara sebanyak 27 responden (45.0%). Untuk variabel pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SLTA/Sedrajad yaitu sebanyak 36 responden (60.0%) dan yang paling sedikit yaitu responden dengan pendidikan Akademi/Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 4 responden (6.7%).

Dari segi karakteristik bayi dapat dilihat bahwa jumlah bayi laki-laki sebanyak 28 (46.7%) dan 32 (53.3%) bayi perempuan. Berat badan bayi lahir responden dalam penelitian sebagian besar memiliki berat bayi lahir >3000gram yaitu sebanyak 29 bayi (48.3%), dan sisanya memiliki berat bayi lahir berkisar 2500-3000 gram yaitu sebanyak 31 bayi (51.7%).

Hasil analisis data univariabel (tabel 4.1) untuk tingkat kecemasan menunjukkan bahwa sebagian besar ibu postpartum menglami tingkat kecemasan ringan sebanyak 51 (85.0%) responden, sedangkan ibu postpartum yang mengalami tingkat kecemasan berat hanya 2(3.3%) responden.

Tabel 1 diatas dapat dilihat juga bahwa sebagian besar ibu postpartum onset laktasinya cepat yaitu sebanyak 50 (83.3%) responden, dan 10 (16.7%) responden onset laktasinya terlambat.

3. Analisi Bivariabel

Analisis bivariabel dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan, dan variabel terikatnya adalah onset laktasi. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan tingkat kemaknaan p < 0.05, yang digunakan untuk menguji hipotesis. Sedangkan untuk melihat hubungan anatara tingkat kecemasan dengan onset laktasi pada ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul digunakan rumus Coefficient Contigency.

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Tabel 4.2

Hasil Analisis Hubungan antara Tingkat Kecemasan Ringan, Tingkat Kecemasan Sedang dengan Onset Laktasi

Onset Laktasi Tingkat Kecemasan Cepat Lambat X2 P-value Cont.. coeff n % n %

Tingkat kecemasan ringan Tingkat kecemasan sedang

47 2 78.3 3.3 4 5 6.67 8.3 0.000 0.497 (Olah data 2012)

Dari tabel 4.4 menunjukkan hasil uji statistik chi-squere tabel (X2) antara tingkat kecemasan ringan dan sedang terhadap onset laktasi sebesar 18.983 dengan nilai probabilitas (p-value) sebesar 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukkan secara statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan ringan dan sedang terhadap onset laktasi pada ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati. Nilai

contigency coefficient yaitu sebesar 0.497, yang mana di interpretasikan

bahwa hubungan tingkat kecemasan ringan dan sedang terhadap onset laktasi pada ibu postpartum adalah sedang.

Tabel 4.3

Hasil Analisis Hubungan antara Tingkat Kecemasan Ringan, Tingkat Kecemasan Berat dengan Onset Laktasi

Onset Laktasi Tingkat Kecemasan Cepat Lambat X2 P-value Cont.. coeff n % n %

Tingkat kecemasan ringan Tingkat kecemasan berat

47 1 78.3 1.7 6.67 1 5.0 1.7 4.003 0.045 0.265 (Olah data 2012)

Dari tabel 4.3 menunjukkan hasil uji statistik chi-squere tabel (X2) antara tingkat kecemasan ringan dan sedang terhadap onset laktasi sebesar 4.003 dengan nilai probabilitas (p-value) sebesar 0.045, yang berarti secara statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan ringan dan berat terhadap onset laktasi pada ibu

postpartum di RSUD Panembahan Senopati. Nilai contigency coefficient

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

tingkat kecemasan ringan dan sedang terhadap onset laktasi pada ibu

postpartum adalah rendah.

B. Pembahasan

1. Distribusi Tingkat Kecemasan di RSUD Panembahan Senopati Bantul 2012 Dari hasil analisis univariabel diketahui sebagian besar ibu postpartum Di RSUD Panembahan Senopati mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 51 (85%), 7 (11.7%) responden mengalami tingkat kecemasan sedang, dan responden yang mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak 2 (3.3%) responeden. Hasil penelitian tersebut sedikit berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Zanardo (2010), dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang hampir sama antara state anxiety (mean=43.92) dengan Trait (mean=41.37). Hal ini dapat disebabkan oleh intrumen penelitian yang berbeda, yang mana penelitian ini menggunakan intrumen kuisioner HAM-A sedangkan pada penelitian Zanardo (2010) menggunakan instrumen The anxiety state-anxiety trait inventori (STAI) yang berisi 40 pertanyaan berbagai keadaan emosi, 20 pertanyyan mengenai ciri-ciri kecemasan.

Kecemasaan adalah respon emosional yang tidak menyenangkan terhadap ancaman yang akan datang berupa perasaan tidak pasti atau tidak berdaya karena kekhawatiran yang tidak jelas yang dapat ditandai dengan gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan. Sehingga tingkat kecemasan dapat didefinisikan sebagai tingkatan respon emosi yang tidak menyenangkan terhadap peerasaan yang akan datang berupa perasaan tidak pasti atau tidak berdaya karena kekhawatiran yang tidak jelas (Stuart, 2006; Davies and Craig, 2009; Ibrahim, 2012).

Tingkat kecemasan ringan, pada ibu postpartum dapat disebabkan oleh dukungan sosial, pendidikan ibu, usia ibu, dan kondisi bayi yang sehat. Dukungan sosial berkaitan dengan adannya dukungan suami dan keluarga yang senantiasa mendampingi responden selama proses persalinan. Beberapa

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

penelitian menunjukkan bahwa rendahnya atau ketidakpastian dukungan suami dan keluarga akan meningkatkan depresi, kecemasan dan stres pada ibu

postpartum (Mansur, 2009). Dimana dukungan suami yang dimaksud adalah

berupa perhatian, dan hubungan emosional yang intim, dan dukungan keluarga berupa komunikasi dan hubungan emosional yang baik dan hangat dengan kedua orang tua yang mana dapat menurunkan tingkat kecemasan pada responden.

Karakteristik pendidikan responden pada penelitian ini sebagian besar berpendidikan SLTA/Sedrajat yaitu sebesar 36 (60%) responden dan 4 (6.7%) responden berpendidikan Perguruan Tinggi/Akademik. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan yang dimilikinya akan semakin tinggi berhubungan dengan kemampuan memahami informasi yang diterima (Notoatmojo, 2003). Persiapan yang baik selama kehamilan dan menjelang proses persalinan dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang proses persalinan, cara menyusui, dan menjaga kesehatan selama kehamilan, hal ini berhubungan dengan pendidikan responden. Oleh sebab itu, ibu berpendidikan SLTP/Sedrajat 20 (33.3%) memiliki kemungkinan mengalami tingkat kecemasan yang lebih berat jika dibandingkan dengan responden yang berpendidikan SLTA/Sedrajat dan perguruan tinggi karena sedikitnya informasi yang diserap terhadap informasi yang diperoleh selama

antenatalcare.

Faktor usia responden juga mempengaruhi kesiapan responeden pada saat melahirkan dan menjadi ibu. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian dimana sebagian besar responden berusia 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 36 (60%) responden. Pada usia yang tergolong produktif kehamilan direncanakan dan diinginkan oleh pasangan muda atau yang baru menikah. Pada usia ini, seseorang lebih antusias untuk menerima informasi mengenai kehamilan. Kehamilan yang dinginkan atau direncanakan memungkinkan terjadinya stres dan kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan yang tidak direncanakan (Elvira, 2006).

(27)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Kondisi bayi juga berkontribusi dalam tingkat kecemasan yang terjadi pada ibu postpartum. Dalam penelitian ini semua responden memiliki bayi yang sehat, sehingga ibu akan lebih semangat dalam merawat bayi karena bahagia anak yang telah dikandungnya lahir sehat. Jika kondisi bayi kurang sehat, atau cacat akan membuat kesedihan yang mendalam bagi ibu bahkan ibu kehilangan minat untuk mengurus bayinya tersebut.

Sedangkan tingkat kecemasan berat pada ibu postpartum dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan diatas ditambah paritas, dan usia ibu. Paritas berhubungan dengan pengalaman ibu dalam kehamilan dan merawat bayi, hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu

postpartum adalah primipara yaitu sebanyak 33 (55.0%) responden.

Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa hasi penelitian yang menyebutkan bahwa sebagian ibu postpartum primipara dengan sedikit pengalaman secara nyata dapat meningkatkan stress atau kecemasan (Zanardo

et al., 2009; Dewey, 2010). Hal ini disebabkan karena pada ibu primipara

belum memiliki pengalaman dalam persalinan dan merawat bayi.

Usia ibu yang terlalu muda dapat menyebabkan tingkat kecemasan yang berat pada ibu postpartum, pada penelitian ini terdapat 3 (5%) responden berusia <20 tahun. Wanita usia <20 tahun secara psikologis masih berada pada tahap remaja akhir, sehingga masih tahap pencarian jati diri. Kegagalan pada tahapan remaja akhir dapat mempengaruhi tingkat stress seseorang apabila mendapatkan stressor. Hal ini berhubungan dengan bagaimana presepsi ibu terhadap proses kehamilan dan kelahiran, tergantung dari ketahanannya atau kekuatan kepribadiannya, serta kemampuan yang dimilikinya.

2. Distribusi Onset Laktasi di RSUD Panembahan Senopati Bantul 2012

Hasil analisis univariabel diketahui bahwa sebagian besar ibu

postpartum Di RSUD Panembahan Senopati mengalami onset laktasi cepat

yaitu sebanyak 50 (83.3%) responden, dan 10 (16.7%) responden mengalami keterlambatan onset laktasi. Onset laktasi adalah masa permulaan untuk memperbanyak air susu sampai air susu keluar pertama kali atau presepsi ibu kapan air susunya keluar (come in) yang ditandai dengan payudara terasa

(28)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

keras, berat, bengkak sampai air susu atau kolostrum keluar. Onset laktasi disebut juga laktogenesis tahap II, dimulai sejak 24 jam postpartum, ditandai dengan payudara terasa penuh, payudara terasa besar atau membengkak dan air susu merembes (Hruschka et al, 2003; Chapman, and Escamila, 2000).

Onset laktasi yang terjadi cepat didukung oleh faktor paritas, metode persalinan, dan berat bayi lahir. Sebagian responden dalam penelitian ini adalah multipara yaitu sebanyak 26 (43.3%) responden. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Dewey (2003) yang menunjukkan bahwa ibu multipara yang menglami keterlambatan onset laktasi sebanyak 8% dan ibu primipara yang mengalami keterlambatan onset laktasi sebanyak 34%.

Metode persalinan dalam penelitian ini 100% responden melakukan persalinan secara spontan tanpa induksi. Menurut hasil penelitian Dewey et al. (2003) disebutkan bahwa pada responden dengan persalinan spontan 84% mengalami onset laktasi cepat. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Rivers et al. (2010) dengan hasil responden dengan persalinan spontan 59.3% mengalami onset laktasi cepat. Hal ini disebabkan karena pada persalinan spontan, kondisi ibu dapat segera pulih dan bayi dalam kondisi sehat, sehingga bayi dapat segera menyusu dan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin. Selain itu, pada persalinan spontan tanpa pengaruh obat-obatan seperti obat anestesi, dan pictocin yang mana dapat mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin (Roesli, 2008).

Dilihat dari karakteristik bayi, berat badan bayi lahir mendukung terjadinya onset laktasi yang cepat. Pada hasil penelitian ini, 31 (51.7%) bayi memiliki berat lahir 2500-3000gram, dan 29 (48.3%) bayi memiliki berat lahir >3000gram. Bayi dengan berat lahir lebih >2500gram memiliki kemampuan menghisap yang lebih baik jika dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat lahir <2500gram. Hisapan bayi pada puting susu ibu akan merangsang

hipofisis untuk memproksi prolaktin dan oksitosin sehingga produksi ASI

meningkat (Kristianasari, 2009; Kudrat, 2010).

Onset laktasi yang terlambat dapat disebabkan oleh faktor psikologis ibu, usia ibu postpartu, dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Hasil dari

(29)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

penelitian ini didapatkan 2 (3.3%) mengalami tingkat kecemasan berat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Zanardo et al menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang terjadi pada ibu selama dan setelah proses persalinan merupakan faktor resiko terjadinya keterlambatan onset laktasi. Kecemasan merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu postpartum, hal ini berkaitan dengan adaptasi ibu postpartum yang dibagi ke dalam 3 kelompok (taking in,

taking hole, letting go), namun akan menjadi patologis jika terjadi berlebihan.

Usia ibu postpartum berpengaruh terhadap keterlambatan onset laktasi, dimana hasil dari penelitian ini ditemukan 21(35%) responden berusia >30 tahun. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Rivers et al. (2010) yang menunjukkan hasil bahwa usia >30 tahun secara signifikan dapat menyebabkan keterlambatan onset laktasi. Usia yang lebih tua memiliki faktor resiko intolerans kadar karbohidrat selama kehamilan (Lain, 2007). Intoleran karbohidrat selama kehamilan dapat mengakibatkan kadar gula ibu meningkat sehingga dapat meningkatkan Body Mass Indeks (BMI) ibu. BMI ibu yang

overweight akan menyebabkan penurunan kadar progesteron segera setelah

plasenta lahir, sehingga menghambat produksi prolaktin.

Selain faktor diatas, ketelambatan onset laktasi dapat disebabkan karena bayi tidak dilakukan IMD pada bayi. Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara IMD dengan onst laktasi. Hal ini disebabkan apabila bayi tidak menghisap puting susu ibu setengah jam setelah lahir, hormon prolaktin akan menurun dan akan sulit merangsang kembali produksi prolaktin sehingga ASI akan keluar pada hari ke 3 atau lebih (Roesli, 2008; Kristianasari, 2009).

3. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Onset Laktasi

Hasil anlisis bivariabel yang pertama (tabel 4.2) didapatkan nilai

chi-square pada analisis tingkat kecemasan ringan dan tingkat kecemasan sedang

terhadap onset laktasi adalah 18.983, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kecemasan ringan dengan sedang memiliki hubungan yang signifikan (p-value= 0.000), dengan keeratan sedang (coefficient contigency= 0.497). sedangkan pada hasil analisis bivariabel yang kedua (tabel 4.3)

(30)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

didapatkan nilai chi-square 4.003, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ringan, dan tingkat kecemasan berat memiliki hubungan yang signifikan dengan onset laktasi (p-value=0.045), namun keeratannya rendah (coefficient contigancy=0.265). Kedua hasil analisi bivariabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan memiliki hubungan yang siknifikan dengan onset laktasi karena nilai p-value < 0.005. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Grajeda and Escamilla (2002) yang menyebutkan bahwa stres yang terjadi selama dan setelah persalinan memiliki hubungan yang signifikan dengan keterlambatan onset laktasi atau terjadi > 72 jam (p-value=0.04). Tingkat kecemasan yang semakin tinggi pada ibu postpartum akan disertai juga peningkatan ekskresi hormon kortisol. Kadar kortisol yang tinggi akan menghambat transportasi hormon oksitosin dalam darah, sehingga ASI tidak dapat keluar dan menyebabkan keterlambatan onset laktasi.

Hasil penelitian ini terdapat 5% responden dengan tingkat kecemasan ringan onset laktasinya terlambat. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut adalah faktor usia, IMD, dan hisapan bayi. Usia yang lebih tua memiliki faktor resiko intolerans kadar karbohidrat selama kehamilan, sehingga mengakibatkan peningkatan BMI pada saat kehamilan (Lain, 2007). BMI ibu yang overweight akan menghambat penurunan kadar progesteron segera setelah plasenta lahir, sehingga menghambat produksi prolaktin.

Selain faktor usia, ketelambatan onset laktasi pada tingkat kecemasan ringan dapat disebabkan karena bayi tidak dilakukan IMD. Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara IMD dengan onset laktasi. Apabila bayi tidak menghisap puting susu ibu setengah jam setelah lahir, hormon prolaktin akan menurun dan akan sulit merangsang kembali produksi prolaktin sehingga ASI akan keluar pada hari ke 3 atau lebih (Roesli, 2008; Kristianasari, 2009).

Hasil analisis bivariabel dalam penelitian ini ditemukan 3.3% ibu yang mengalami tingkat kecemasan sedang dengan onset laktasi cepat. Tingkat kecemasan sedang dengan onset laktasi cepat yang terjadi pada ibu

(31)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

postpartum dapat disebabkandari oleh faktor psikologis, pendidikan, dan

faktor berat bayi lahir. Faktor psikologis berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi atau koping seseorang terhadap stressor yang terjadi setelah melahirkan.

Sebagian besar bayi dari responden adalah bayi sehat dengan berat bayi lahir >2500 gram, dan seluruh bayi tidak diberikan pre-lacktal food setelah persalinan sehingga bayi berusaha keras untuk menyusu ibunya untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Semakin kuatnya kemampuan bayi menyusu maka akan meningkatkan rangsangan terhadap ekskresi hormon prolaktin dan oksitosin sehingga ASI dapat keluar segera setelah lahir, hal ini akan berpengaruh terhadap onset laktasi yang juga akan cepat.

Hasil analisis bivariabel menunjukkan bahwa 1.7% ibu mengalami tingkat kecemasan berat dengan onset laktasi terlambat. Ibu postpartum yang mengalami tingkat kecemasan berat dengan keterlambatan onset laktasi dapat disebabkan oleh faktor paritas. Hal ini berhubungan dengan pengalaman responden dan pengetahuan responden selama dan setelah melahirkan, khususnya pada ibu primipara. Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa hasi penelitian yang menyebutkabn bahwa sebagian ibu postpartum primipara dengan sedikit pengalaman secara nyata dapat meningkatkan stress atau kecemasan (Zanardo et al., 2009; Dewey, 20010). Pendidikan ibu postpartum berperan terhadap terjadinya tingkat kecemasan berat pada ibu. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan yang dimilikinya akan semakin tinggi berhubungan dengan kemampuan memahami informasi yang diterima (Notoatmojo, 2003).

Tingkat Kecemasan Berat pada ibu postpartum akan disertai peningkatan sekresi Adrenokotikotropik Hormone (ACTH) oleh kelenjar hipofisis anterior yang diikuti dengan peningkatan sekresi hormon adrenokortikal berupa kortisol dalam waktu beberapa menit. Kortisol mempunyai efek umpan balik negatif langsung terhadap 1) Hipotalamus untuk menurunkan pembentukan CRF dan 2) Kelenjar hipofisis anterior untuk menurunkan pembentukan ACTH. Kedua umpan balik ini membantu mengatur konsentrasi kortisol

(32)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

dalam plasma. Sehingga, bila kortisol meningkat, umpan balik ini secara otomatis akan mengurangi jumlah ACTH sehingga kembali lagi ke nilai normalnya ( Guyton, 2007). Sekresi kortisol yang tinggi dapat menghambat transportasi hormon oksitosin dalam sekresinya, sehingga dapat menghambat pengeluaran produk ASI (Kolustrum, ASI transisi, ASI matur). Berdasarkan penelitian Haruskcha (2003) onset laktasi yang terlambat akan mengakibatkan kegagalan pemberian ASI secara eksklusif pada bayi.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Kesulitan penelitian

Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh responden. Hari pertama

postpartum apabila ibu dan bayi sehat maka dijinkan untuk pulang. Hal ini

menyebabkan banyak responden yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak dilakukan pengukuran tingkat kecemasan dan diobservasi onset laktasinya. 2. Kelemahan penelitian

a. Observasi onset laktasi pada responden tidak dilakukan dengan kunjungan rumah karena keterbatsan waktu, dan sumber daya manusia yang terbatas, dan peneliti hanya melakukan recall via telephon, sehingga memungkinkan adanya perbedaan presepsi antara responden dengan peneliti.

b. Dalam penelitian ini, Peneliti belum mengendalikan beberapa karakteristik responden paritas, BMI, dan frekuensi bayi menyusu, sehingga memungkinkan adanya perbedaan hasil penelitian dari setiap responden.

(33)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(34)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil kedua analisis bivariabel yang telah dilakukan sebanyak dua kali didapatkan hasil p-value 0.000 (tabel 4.2) dan 0.045 (tabel 4.5). Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang siknifikan antara tingkat kecemasan dengan onset laktasi pada ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan nilai p-value < 0.05, dengan keeratan hubungan sedang (Coeffcient Contigency 0.497)..

B. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan,

Perlu adanya peningkatan upaya pemberian pendidikan kesehatan bagi ibu sejak awal kehamilan sampai dengan awal persalinan berhubungan dengan keeberhasilan menyusui dan cara menyusu yang benar, sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan pada ibu.

2. Bagi Ibu hamil

Diharapkan dengan hasil penelitian ini ibu hamil aktif dalam mencari informasi tentang kehamilan, merawat bayi, dan cara menyusui yang benar, serta selalu berusaha untuk menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kecemasan yang berlebihan misalanya seperti menjaga hubungan yang hangat dengan suami dan keluarga agar dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada saat persalinan dan setelah persalinan.

(35)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(36)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, dan Wulandari (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta. Mitra Cendekia Offset.

Chapman, and Esacamilla (2000). Maternal Perception of the Onset of Lactation Is a Valid, Public Health Indicator of Lactogenesis Stage II. The Journal of

Nutrition, 130: 2972-2980.

Davis, and Craig (2009) ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC.

Dewey, Kathryn (2010) Meternal and Fetal Stress Are Associated with Impaired Lactogenesi. Dalam Symposium: Human Lactogenesis II. The Jurnal of

Nutrition, 131:3012S- 3015S.

Dewey, et al. (2003) Risk Factor for Subobtimal Infant Breastfeeding Behavior, Delayed Onset of Lactation, and Excess Neonatal Weight Loss. Pediatrics, 112: 607-619.

Dinas Kesehatan Bantul (2012) Profil Kesehatan Kabupaten Bantul 2012. Availabel at: dinkes.bantulkab.go.id. Accessed: 27 Juli 2012.

Eglash, et al. (2008) Braesfeeding. DM, 343-411.

Elvira, Sylvia (2006) Depresi Pasca Persalinan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Ghufron, dan Risnawita (2010) Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: AR-RUZZ

MEDIA.

Grajeda, and Escamilla (2002) Stress During Labour and Delivery Is Associated with Delayed Onset of Lactation among Urban Guatemala Women. The

Jurnal of Nutrition,132: 3055-3060.

Guyton. A. C., and Hall .J.E (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hamilton M. (1959) The Assesment of anxiety states by rating. Br J Med Pshycol: 32: 50-5. Accessed: 6 April 2012

Hartini, Eka (2011) Pengaruh Onset Laktasi Terhadap Praktik Pemberian ASI

Pada Neonatus Di Kota Palangkaraya. Yogyakrta:UGM.

Hruschka, et al. (2003) Delayed Onset of Lactation and Risk of Ending Full Breast-Fedding Early in Rural Guatemala. The Journal of Nutrition, 133: 2592-2599.

Ibrahim, Ayub (2012) Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Tangerang: Jelajah Nusa.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) Profil Kesehatan Indonesia

Tahun 2010.

(37)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Kodrat, Laksono (2010) Dahsyatnya ASI & Laktasi untuk Kecerdasan Buah Hati

Anda. Yogyakarta: Media Baca.

Lain, K.Y. & Catalano, P.M. (2007) metabolic Changes in Pregnancy. Clin

Obsted Gynecol,50, 938 – 948.

Livibond, S.H & Livibond, P.f. (1995) Manual for the Depression anxiety Stress

Scales. 2nd ED. Sydney: Psychology Foundation.

Mansur, Herawati (2009) Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta:

Salemba Medika.

Musbikin, Imam (2007) Panduan Lengkap Persiapan Persalinan. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo (2010) Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nursalam (2011) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Eds:5. Jakarta: Salemba Medika.

Rivers, et al. (2010) Delayet Onset of Lactogenesis among first-time mothers is related to maternal obesity and factors associated with ineffective breastfeeding. The American Journal of Clinical Nutrition, 92: 574-584. Roeli, Utami (2008) Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI eksklusif. Jakarta: Pustaka

Bunda.

Soetjiningsih (2008) Seri Gizi Klinik: ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan.

Jakarta: EGC.

Stuart, Gail (2006) Buku Saku Keperawatan Jiwa. Eds:5. Jakarta: EGC. Sugiyono (2007) Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA.

Suhermi, Widyasih, H., Rahmawati, A. (2009) Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

UNICEF (2006) Breastfeeding Definitions and Data Collection Periods. Canada: WHO and UNICEF

WHO (2004) Exclussive breastfedding. Availabel at:www.CAH-Exclusive Breastfeeding. HTML. Accessed: 28 November 2011.

(2007) Infant and Young Child Fedding. Model Chapter for textbook for medical student and allied health professionals. Geneva: WHO.

Zanardo, et al. (2009) Impact of Anxiety in the Puerperium on Breast-feeding Outcomes: Role of Parity. Journal of Pediatric Gastroenterologi and

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa pemberian pakan yang lebih baik memberikan respon yang positif terhadap siklus berahi pada kerbau betina yang pada awalnya

Dan memberikan bantuan seperti perlengkapan penangkapan dan fasilitas seperti mesin untuk perahu nelayan agar setiap nelayan yang ada di Desa Batu Limau dapat melakukan

PEMANFAATAN CAMPURAN KARBON AKTIF dari TEMPURUNG KELAPA, ZEOLIT dan CANGKANG SAWIT sebagai ADSORBEN pada.. PENGOLAHAN LIMBAH POME (Palm Oil

Pengusaha tersebut membangun tidak lebih dari 120 rumah yang terdiri atas type I (untuk 4 orang) dan type II (untuk 6 orang), Jika rumah type I dinyatakan dengan x dan type II

Dalam kasus dumping terigu Turki ini, produk terigu impor Turki sudah terbukti melakukan praktik dumping yang merugikan industri dalam negeri. Namun, pemerintah

In these Reading Lessons you will learn to sound out the Indonesian alpha- bet, starting with short words or combinations of letters, then progressing to words, word combi-

Tingkat kecelakaan atau jumlah kecelakaan per kendaraan melebihi nilai rata-rata tingkat kecelakaan pada suatu ruas jalan. Menurut Departemen Perhubungan, Direktorat Bina

Berbeda dengan baterai AA biasa, jenis Alkaline mempunyai kapasitas lebih besar yang pada gadget digunakan untuk LCD dan Flash.. Namun, penggunaan baterai Alkaline