• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS SISTEM PEMELIHARAAN GARBARATA DI BANDARA SOEKARNO-HATTA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KEANDALAN DAN MUTU LAYANAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS SISTEM PEMELIHARAAN GARBARATA DI BANDARA SOEKARNO-HATTA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KEANDALAN DAN MUTU LAYANAN."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

177

EFEKTIVITAS SISTEM PEMELIHARAAN GARBARATA DI BANDARA

SOEKARNO-HATTA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KEANDALAN

DAN MUTU LAYANAN.

BASUKI ARIANTO DAN BANDANG DWI SASONO

Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma, Jakarta

Abstraksi

Garbarata adalah fasilitas penunjang pelayanan penumpang pesawat udara yang hanya dituntut ketersediaannya tetapi juga keandalannya, karena kondisi tidak andal dapat berakibat gagal docking yang dampaknya adalah ketidaknyamanan bagi penumpang pesawat yang baru tiba karena harus menunggu petugas dari perusahaan penerbangan untuk menyiapkan tangga sebagai pengganti Garbarata yang gagal docking.

Metode yang digunakan untuk menentukan efektivitas fungsi dari suatu peralatan dalam hal ini Garbarata adalah dengan menghitung seberapa besar keandalannya. Keandalan berkaitan dengan kemungkinan suatu alat atau mesin berfungsi secara baik / berhasil adalam periode tertentu di bawah kondisi tertentu. Pengukuran keandalan dilakukan terhadap Garbarata secara keseluruhan di mana satu unit Garbarata terdiri dari banyak bagian-bagian yang mempunyai konfigurasi seri sehingga kerusakan pada satu bagian dapat berakibat kegagalan pada seluruh sistem.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah Garbarata Terminal I lebih andal dari Garbarata Terminal II, yaitu 52% untuk Garbarata Terminal I dan 32% untuk Garbarata Terminal II.

Kata Kunci : Garbarata, Keandalan

PENDAHULUAN

Laju peningkatan jumlah penerbangan dan jumlah penumpang pesawat terbang yang datang dan pergi melalui Bandara Soekarno Hatta selain merupakan pemasukkan finansial bagi PT (persero) Angkasa Pura II juga berakibat pada meningkatnya beban kerja karyawan serta semua fasilitas penunjang operasional bandara. Garbarata (Aviobridge) kini telah menjadi peralatan standar bagi sebuah bandara bertaraf internasional untuk menghadapi persaingan di tingkat regional, sehingga diperlukan keandalan garbarata yang tinggi.

Keandalan garbarata tergantung dari sistem pemeliharaan. Sistem pemeliharaan garbarata yang baik akan menciptakan garbarata yang andal di mana keandalan merupakan salah satu dimensi mutu. Besarnya tantangan dan tuntutan akan tersedianya garbarata dengan mutu layanan dan keandalan yang dapat dipertanggungjawabkan, menuntut Dinas

Teknik Mekanikal Elektro untuk terus berkembang. Oleh karena itu efektivitas pemeliharaan garbarata menjadi sangat penting, karena akan menghasilkan mutu pelayanan yang baik.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keandalan garbarata yang beroperasi di terminal I dan Terminal II dan besarnya pengaruh perawatan / pemeliharaan yang telah dijalankan terhadap tingkat keandalan garbarata di masing-masing terminal.

METODE

Pemeliharaan merupakan kegiatan yang diperlukan untuk menjaga mesin / alat atau aset fisik agar tetap berada pada kondisi yang diinginkan pemakaiannya. Efektivitas pemeliharaan merupakan tingkat keberhasilan dalam pemeliharaan. Oleh karena itu pengukuran atas tingkat efektivitas pemeliharaan haruslah sejalan dengan pengukuran atas seberapa baik mesin atau peralatan tersebut secara

(2)

178 berkesinambungan dapat berfungsi sesuai

standar yang diharapkan.

Salah satu cara yang umum digunakan untuk mengukur efektivitas fungsi suatu peralatan / mesin adalah seberapa sering mesin mengalami kegagalan atau secara luas dikenal dengan istilah keandalan (reliability) dan biasanya diukur dengan MTBF (mean time between failure).

Keandalan berkaitan dengan kemungkinan suatu alat / mesin berfungsi secara baik / berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu alat / mesin (Nasution, MN,). Keandalan suatu alat secara statistik adalah probabilitas untuk tidak rusak selama waktu t atau lebih. Keandalan dapat dirumuskan sebagai berikut:

( )= 1 − ( )= ( ).

Di mana :

R(t) = Keandalan dalam periode waktu (t) F(t) = Probabilitas kerusakan dalam periode waktu (t)

Secara umum persamaan reliabilitas menjadi:

( ) = .

Di mana : e = 2,718

 = tingkat kerusakan (failure rate) Tingkat kerusakan berhubungan dengan waktu kegagalan rata-rata atau MTTF (mean time to failure) yang pada gilirannya juga akan berhubungan dengan keandalan dari suatu alat. MTTF dirumuskan sebagai berikut:

=∑ Di mana:

 = MTTF

ti = Durasi waktu sampai terjadinya kerusakan

n = jumlah percobaan

dan MTTF =1 maka R(t) =

Perhitungan menggunakan MTTF dilakukan pada peralatan atau suku cadang yang tidak dapat diperbaiki. Untuk peralatan atau suku cadang yang dapat diperbaiki, rumus keandalannya menjadi:

R(t) =

Di mana :

MTBF = mean time between failure

Komponen-komponen dari sistem tergantung pada fungsinya dapat diasumsikan mempunyai hubungan seri, paralel, atau gabungan dari keduanya. Rumus keandalan konfigurasi seri dirumuskan sebagai berikut:

Rt=(R1).(R2)…(Rn)

Rumus keandalan konfigurasi paralel dirumuskan sebagai berikut:

Rt=1-(1-R1).(1-R2)…(1-Rn)

Pengujian hipotesis terhadap mutu layanan garbarata. Karakteristik mutu layanan garbarata ini dikaitkan dengan lamanya penyampaian garbarata. Langkah-langkah pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis awal di mana H0:  = 0

b. Menentukan hipotesis alternatif di mana H1:  < 0

c. Menentukan taraf nyata () yang digunakan.

d. Menentukan daerah penolakan H0 di mana Z < -Z

e. Menentukan Zhitung

= −

f. Kesimpulan : Apabila Zhitung terletak di daerah penolakan H0 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak sehingga H1 diterima dan apabila Zhitung terletak di luar daerah penolakan H0 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima.

(3)

179

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan laporan Dinas Mekanikal Elektro periode Agustus 2004 sampai

dengan Juli 2005 diperoleh data seperti terlihat pada tabel 1 dan tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 1 Data Pelaksanaan Pemeliharaan dan Jumlah Gangguan Garbarata Terminal I

No. Bulan Pemeliharaan Frekuensi

Down Time Pemeliharaan (jam:menit) Frekuensi Kegagalan Down Time Kegagalan (jam:menit) Total Down Time (jam:menit) 1 Agustus 8 3:50 3 86:45 89:95 2 September 6 2:37 5 1197:05 1199:42 3 Oktober 25 97:30 10 8:00 105:30 4 November 18 6:35 8 18:20 24:55 5 Desember 11 32:40 13 130:00 162:40 6 Januari 4 35:10 27 56:00 91:10 7 Februari 21 36:00 16 41:25 77:25 8 Maret 17 35:45 22 179:23 215:08 9 April 4 32:55 15 74:15 107:05 10 Mei 12 16:20 14 564:33 580:53 11 Juni 44 121:45 12 523:40 645:25 12 Juli 6 23:05 30 239:00 262:05 Jumlah 176 444:07 175 3118:26 3562:33

Tabel 2 Data Pelaksanaan Pemeliharaan dan Jumlah Gangguan Garbarata Terminal II

No. Bulan Frekuensi

Pemeliharaan Down Time Pemeliharaan (jam:menit) Frekuensi Kegagalan Down Time Kegagalan (jam:menit) Total Down Time (jam:menit) 1 Agustus 14 10:20 47 342:30 352:50 2 September 32 110:55 43 329:35 440:30 3 Oktober 29 68:22 43 349:35 417:57 4 November 17 70:35 34 256:18 326:53 5 Desember 30 78:40 52 128:45 207:25 6 Januari 15 115:35 43 150:18 265:53 7 Februari 20 497:15 57 453:32 950:47 8 Maret 31 35:00 55 197:12 232:12 9 April 49 96:50 59 432:15 529:05 10 Mei 29 24:15 51 302:23 326:38 11 Juni 23 109:50 57 499:30 609:20 12 Juli 12 58:00 54 396:50 454:50 Jumlah 301 1275:37 595 3838:43 5114:20

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah keandalan garbarata untuk masing-masing terminal dan tingkat mutu layanan dari garbarata ditinjau dari lamanya waktu docking. Tingkat keandalan garbarata yang ada di terminal I dan terminal II ditentukan dengan cara mengumpulkan data historis dari garbarata yang ada, antara lain waktu pemakaian garbarata, total down time yang terjadi, jumlah kegagalan selama periode pengukuran di masing-masing terminal seperti terlihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Pengukuran keandalan garbarata terminal I dan terminal II.

Garbarata terminal I yang didominasi garbarata Shin Meiwa berjumlah sebanyak 23 unit. Waktu pengukuran MTBF adalah satu tahun atau 8760 jam yang diperoleh dari 365 hari/tahun x 24 jam/hari, sehingga total waktu operasinya adalah 23 unit x 8760 jam = 201.480 jam. Total down time karena kegagalan dalam satu tahun selama 3.118 jam 26 menit atu 3.118,43 jam, maka waktu pemakaian sebenarnya selama 201.480 jam – 3.118,43 jam = 198.361,57 jam. Jumlah kegagalan dalam satu tahun adalah sebanyak 175 kali, sehingga MTBF nya adalah 198.361,57 dibagi 175 sama dengan 1133,495 jam. Asumsinya adalah garbarata tersebut dipakai selama satu

(4)

180 bulan atau 720 jam, maka keandalannya

adalah sebesar ( )= 2,718 , =

0,5298 = 52,98%.

Garbarata terminal II didominasi garbarata Bukaka yang berjumlah sebanyak 44 unit. Waktu pengukuran MTBF adalah satu tahun atau 8760 jam yang diperoleh dari 365 hari/tahun x 24 jam/hari, sehingga total waktu operasinya adalah 44 unit x 8760 jam = 385.440 jam. Total down time karena kegagalan dalam satu tahun selama 3838 jam 43 menit atau 3838,72 jam, maka waktu pemakaian sebenarnya selama 385.440 jam – 3838,72 jam = 381.601,28 jam. Jumlah kegagalan dalam satu tahun adalah sebanyak 595 kali, sehingga MTBF nya adalah 381.601,28 dibagi 595 sama dengan 641,35 jam. Asumsi yang digunakan adalah garbarata tersebut dipakai selama satu bulan atau 720 jam, maka keandalannya adalah sebesar

( )= 2,718 , = 0,3254 = 32,54%

.

Hasil perhitungan keandalan garbarata dari masing-masing terminal dapat dilihat pada tabel 3. Perhitungan keandalan dilakukan terhadap 23 unit garbarata untuk terminal I dan 44 unit untuk terminal II.

Mutu Layanan Garbarata

Mutu layanan garbarata didasarkan pada lamanya waktu docking. Perusahaan mempunyai kebijakan bahwa mutu layanan garbarata dikategorikan baik apabila lamanya waktu docking paling lama 2 menit atau 120 detik.

Uji Hipotesis atas mutu layanan.

a. H0 :  = 2 menit atau  = 120 detik b. H1 :  < 2 menit atau  < 120 detik c. Taraf nyata yang digunakan adalah

5%

d. Daerah penolahan H0 adaalh Z < -Z yaitu Z < - 1,64 e. Penentuan Zhitung. = ,, √ = , , = −11,56

f. Kesimpulan : Karena Zhitung terletak di daerah penolakan H0 maka dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak sehingga H1 diterima.

Hasil uji hipotesis mutu layanan garbarata diperoleh kesimpulan bahwa menerima H1 ini menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk docking kurang dari dua menit dengan kata lain masih sesuai dengan kebijakan perusahaan.

Hasil perhitungan keandalan garbarata di Terminal I dan terminal II menunjukkan keandalan garbarata di terminal I yaitu 52,98% lebih tinggi dari pada garbarata di terminal II yang hanya 32,54%.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis dan pembahasan adalah sebagai berikut:

a. Keandalan garbarata di terminal I adalah sebesar 52,98% lebih tinggi dibandingkan keandalan garbarata di terminal II yang hanya 32,54%. Keandalan garbarata dari kedua terminal pada dasarnya dapat dikatakan rendah karena kurang dari 90% yang disebabkan umur garbarata yang diteliti relatif tua.

b. Uji hipotesis atas hasil pengukuran waktu docking garbarata ke pesawat udara menunjukkan kurang dari dua menit sehingga masih dapat dikatakan memenuhi standar kebijakan yang ditetapkan oleh PT Angkasa Pura II.

DAFTAR PUSTAKA

Bernard T. Lewis, 1999, Facility Manager’s Operation and Maintenance Handbook, Mc Graw-Hill.

Brian, Rothery, Analisis ISO 9000, Penerbit PPM.

Cliton, R. H., 1974, Principle of Planned Maintenance, Edward Arnold Ltd. Komarudin, 1994, Ensiklopedia

Manajemen, Penerbit Bumi Aksara. Nasution, M. N., Manajemen Mutu

Terpadu, Penerbit Ghalia Indonesia. Supranto, J., 1991, Statistik Teori dan

(5)

Gambar

Tabel 2 Data Pelaksanaan Pemeliharaan dan Jumlah Gangguan Garbarata Terminal II

Referensi

Dokumen terkait