• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Page ii

DAFTAR ISI

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB 1 DEMOGRAFI ... 1

A. Kondisi Geografis dan Administrasi ... 1

B. Kependudukan ... 2

C. Dinas Kesehatan ... 3

1. Tugas Pokok dan Fungsi3 2. Renstra3 BAB 2 SARANA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan ... 8

1. Puskesmas8 2. Rumah Sakit8 3. Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan9 B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ... 10

1. Kunjungan Puskesmas10 2. Kunjungan Rumah Sakit10 C. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)... 11

BAB 3 SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN A. Jumlah Tenaga Kesehatan ... 14

BAB 4 PEMBIAYAAN KESEHATAN A. Alokasi Anggaran Kesehatan ... 18

B. Jaminan Kesehatan Nasional ... 18

BAB 5 KESEHATAN KELUARGA A. Kesehatan Ibu ... 20

1. Angka Kematian Ibu ... 20

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil ... 22

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin ... 24

4. Pelayanan Komplikasi Kebidanan ... 26

5. Pelayanan Kontrasepsi ... 28

B. Kesehatan Anak ... 30

1. Angka Kematian Neonatal ... 30

2. Angka Kematian Bayi ... 31

3. Angka Kematian Anak Balita ... 31

4. Penanganan Komplikasi Neonatal ... 32

5. BBLR ... 33

6. Kunjungan Neonatus ... 34

(3)

Page iii

8. Pelayanan Kesehatan Bayi ... 36

9. Imunisasi ... 38

10. Pemberian Vitamin A pada Byi dan Balita ... 39

11. Pelayanan Kesehatan Balita ... 40

12. Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar ... 41

C. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Usia Lanjut ... 42

1. Pelayanan Kesehatan Usia pada Produktif ... 42

2. Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut... 42

BAB 6 PENGENDALIAN PENYAKIT A. Pengendalian Penyakit Menular Langsung ... 44

1. Tuberculosis ... 44 2. Pneumonia ... 45 3. HIV AIDS ... 46 4. Diare ... 48 5. Kusta ... 50 B. PD3I ... 51 1. PD3I ... 51

2. AFP Non Polio ... 51

3. KLB... 53

C. Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik 1. DBD ... 53

2. Malaria ... 54

3. Filariasis ... 55

D. Pengendalian Penyakit Tidak Menular 1. Hipertensi ... 55

2. Diabetes Mellitus ... 56

3. Kanker Leher Rahim dan Payudara ... 56

4. Pelayanan Kesehatan ODGJ ... 57

BAB 7 KESEHATAN LINGKUNGAN A. Sarana Air Minum... 58

B. Akses Sanitasi Layak ... 58

C. STBM ... 59

D. TTU Memenuhi Syarat Kesehatan ... 60

E. TPM Memenuhi Syarat Kesehatan... 60 LAMPIRAN

(4)

Page iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Lumajang

Gambar 1.2 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2019

Gambar 1.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

Gambar 2.1 Grafik Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Puskesmas Tahun 2019

Gambar 2.2 Diagram Pie Strata Posyandu Tahun 2019

Gambar 2.3 Grafik Posyandu PURI per Puskesmas Tahun 2019 Gambar 3.1 Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Tahun 2019

Gambar 4.1 Diagram Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Menurut Jenis Jaminan Tahun 2019

Gambar 5.1 Grafik Tren Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 2015-2019 Gambar 5.2 Jumlah Kematian Ibu Menurut Puskesmas Tahun 2019 Gambar 5.3 Diagram Pie Penyebab Kematian Ibu Tahun 2019 Gambar 5.4 Grafik Tren K1 dan K4 Tahun 2015-2019

Gambar 5.5 Grafik Cakupan K1 Menurut Puskesmas Tahun 2019 Gambar 5.6 Grafik Cakupan K4 Menurut Puskesmas Tahun 2019

Gambar 5.7 Grafik Tren Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2015-2019

Gambar 5.8 Grafik Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas Tahun 2019

Gambar 5.9 Grafik Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Menurut Puskesmas Tahun 2019

Gambar 5.10 Grafik Tren Penganganan Komplikasi Kebidanan Tahun 2015-2019 Gambar 5.11 Grafik Penganganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas

Tahun 2019

Gambar 5.12 Grafik Persentase Peserta KB Aktif Menurut Puskesmas Tahun 2019

Gambar 5.13 Diagram Pie Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Tahun 2019

Gambar 5.14 Grafik Persentase Peserta KB Pasca Persalinan Menurut Jenis Kontrasepsi Tahun 2019

Gambar 5.15 Diagram Pie Peserta KB Pasca Persalinan Menurut Jenis Kontrasepsi Tahun 2019

Gambar 5.16 Grafik Tren Angka Kematian Neonatal Tahun 2015-2019 Gambar 5.17 Grafik Tren Angka Kematian Bayi Tahun 2015-2019

Gambar 5.18 Grafik Tren Angka Kematian Anak Balita Tahun 2015-2019 Gambar 5.19 Grafik Tren Penanganan Komplikasi Neonatal Tahun 2015 -2019 Gambar 5.20 Grafik Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut

Puskesmas Tahun 2019

Gambar 5.21 Grafik Tren BBLR Tahun 2015-2019

Gambar 5.22 Grafik BBLR Menurut Puskesmas Tahun 2019 Gambar 5.23 Grafik Tren Cakupan KN 1 Tahun 2015-2019

Gambar 5.24 Grafik Cakupan KN 1 Menurut Puskesmas Tahun 2019 Gambar 5.25 Grafik Tren Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2015-2019 Gambar 5.26 Grafik Tren Cakupan KN Lengkap Tahun 2015-2019

(5)

Page v Gambar 5.27 Grafik Cakupan KN Lengkap Menurut Puskesmas Tahun 2019 Gambar 5.28 Grafik TrenCakupan Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2015-2019 Gambar 5.29 Grafik Desa UCI Tahun 2019

Gambar 5.30 Grafik Tren Pemberian Vitamin pada Bayi, Anak Balita, dan Balita Tahun 2015-2019

Gambar 5.31 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita Menurut Puskesmas Tahun 2019

Gambar 5.32 Grafik Cakupan Skrining Menurut Puskesmas Tahun 2019

Gambar 5.33 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Produktif Menurut Puskesmas Tahun 2019

Gambar 5.34 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Produktif Menurut Puskesmas Tahun 2019

Gambar 6.1 Grafik Tren Penemuan dan Penanganan Pneumonia Tahun 2015-2019

Gambar 6.2 Grafik Cakupan Penemuan dan Penanganan Pneumonia Menurut PuskesmasTahun 2019

Gambar 6.3 Grafik Tren Kasus HIV AIDS Tahun 2015-2019

Gambar 6.4 Grafik Proporsi HIV Menurut Kelompok Umur Tahun 2019 Gambar 6.5 Grafik Proporsi AIDS Menurut Kelompok Umur Tahun 2019 Gambar 6.6 Grafik Tren Kasus Diare Ditangani Tahun 2015-2019

Gambar 6.7 Grafik Cakupan Diare Ditangani Menurut Puskesmas Tahun 2019 Gambar 6.8 Grafik Tren Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Tahun 2015-2019 Gambar 6.9 Grafik Tren AFP Rate Tahun 2015-2019

Gambar 6.10 Grafik AFP Non Rate Menurut Puskesmas Tahun 2019

Gambar 7.1 Grafik Jumlah KK dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat)

Gambar 7.2 Grafik Persentase Desa Stop BABS Tahun 2019

Gambar 7.3 Grafik Pie Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2019

Gambar 7.4 Grafik Pie Persentase TPM Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2019

(6)

Page vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Status Kepemilikan Tahun 2019 Tabel 2.2 Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Tahun 2019

Tabel 6.1 Tren CDR, SR, dan CR TB Tahun 2015-2019 Tabel 6.2 Tren PD3I Tahun 2015-2019

Tabel 6.3 Tren IR dan CFR DBD Tahun 2015-2019

Tabel 6.4 KLB dan Jumlah Desa yang Terserang Tahun 2019 Tabel 6.5 Tren Kasus Malaria, API, dan CFR Tahun 2015-2019 Tabel 6.6 Grafik Tren Angka Kesakitan Filariasis Tahun 2015-2019

(7)

1

BAB 1

DEMOGRAFI

A. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

Kabupaten Lumajang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang terletak diantara 70 54” – 80 LS dan 1120 53” – 1130 23” BT dengan luas

wilayah 1.790,9 km2 atau 3,74% dari luas Provinsi Jawa Timur. Secara

administratif batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang :

Utara : Kabupaten Probolinggo

Timur : Kabupaten Jember

Selatan : Samudra Indonesia

Barat : Kabupaten Malang

Unit pemerintahan di Kabupaten Lumajang terdiri dari 21 kecamatan, 205 desa/kelurahan terdiri dari 198 desa dan 7 kelurahan. Dilihat dari komposisi jumlah desa, Kecamatan Tempeh memiliki jumlah desa terbanyak, yaitu 13 desa sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Jatiroto dan Pronojiwo, yaitu terdiri dari 6 desa.

(8)

2

Sedangkan dilihat dari luas wilayahnya Kecamatan Senduro merupakan wilayah yang paling luas dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu seluas 170,9 km2.

Secara topografi Kabupaten Lumajang terbagi dalam 4 daerah yaitu daerah gunung, pegunungan, dataran fluvial dan dataran alluvial. Daerah yang termasuk kategori gunung dan pegunungan adalah Ranuyoso, Tempursari, sekitar Gunung Semeru, sekitar Gunung Tengger dan Gunung Lamongan. Kecamatan yang termasuk dalam kategori dataran fluvial adalah Lumajang, Sumbersuko dan Sukodono. Sedangkan kategori dataran alluvial yaitu Rowokangkung, Jatiroto, Yosowilangun dan sepanjang pantai mulai dari Yosowilangun sampai dengan Tempursari. Kabupaten Lumajang merupakan dataran yang subur karena dikelilingi oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 m), Gunung Bromo (3.292 m) dan Gunung Lamongan (1.668 m).

Daerah Lumajang mempunyai tiga tipe iklim yaitu agak basah, sedang dan agak kering. Tipe basah yakni jumlah bulan kering rata-rata 3 bulan dalam setahun yang mencakup daerah Gucialit, Senduro, sebagian Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, dan Gunung Semeru. Untuk daerah dengan tipe sedang mencakup Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang, Sukodono, Lumajang, Jatiroto dan Rowokangkung dengan rata-rata bulan kering 3-4 bulan pertahunnya. Sedangkan daerah dengan tipe agak kering meliputi Tekung, Kunir dan Yosowilangun.

B. KEPENDUDUKAN

Berdasarkan data proyeksi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lumajang jumlah penduduk di Kabupaten Lumajang pada tahun 2019 sebesar 1.042.395 jiwa. Daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Tempeh (83.911 jiwa) dan daerah dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Gucialit (24.639 jiwa). Kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Lumajang (2.879 jiwa/km2) yang artinya per 1

(9)

3

tangga, sedangkan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Pronojiwo (236,4 jiwa/km2).

Berdasarkan piramida penduduk, karakteristik penduduk tahun 2019 bersifat stasioner, dimana jumlah penduduk muda, dewasa, dan tua hampir sama. Dua kelompok umur yang mendominasi yakni kelompok usia belum produktif (10-14 tahun) pada laki-laki, dan kelompok usia (45-49 tahun) pada perempuan.

Persentase penduduk umur 15 tahun ke atas yang melek huruf tergolong tinggi, namun berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan masih didominasi oleh penduduk tamatan SD/MI sebesar 38.7%.

C. DINAS KESEHATAN

Dalam melaksanakan pembangunan di sektor kesehatan telah dibuat Peraturan Bupati No. 67 Tahun 2018 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Kesehatan

Gambar 1.2 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2019

Sumber data : Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2019

(10)

4

Kabupaten Lumajang. Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang kesehatan. Menurut Peraturan Bupati Lumajang No. 67 Tahun 2018, susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang mempunyai 1 Sekretariat dan 4 Kepala Bidang. Dimana Sekretariat dan tiap Bidang mempunyai 3 Kepala Seksi atau Kepala Sub. Bagian. Struktur tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

(11)

5

SUSUNAN ORGANISASI DINAS KESEHATAN PERATURAN BUPATI LUMAJANG NO. 67 TAHUN 2018

TANGGAL 11 OKTOBER 2018

Gambar 1.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

DINAS SEKRETARIAT SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BIDANG PELAYANAN KESEHATAN BIDANG SUMBER DAYA KESEHATAN SEKSI KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI SEKSI SURVEILANS DAN IMUNISASI SEKSI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER SEKSI KEFARMASIAN SEKSI PROMOSI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN KESEHATAN KERJA DAN OLAH

RAGA SEKSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR SEKSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN KESEHATAN JIWA SEKSI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN SEKSI PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL SEKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA SEKSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN UPT

(12)

6

1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan di bidang kesehatan. Di samping itu untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan daerah di bidang kesehatan; 2. Pelaksanaan kebijakan daerah di bidang kesehatan;

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan daerah di bidang kesehatan; 4. Pelaksanaan administrasi dinas daerah di bidang kesehatan; dan

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.

2. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Lumajang Tahun 2018-2023 telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor : 1 Tahun 2019. Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi agar bisa terarah dan terukur dalam pelaksanaannya serta sebagai penjabaran RPJMD, Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang telah menyusun Renstra tahun 2018 s/d 2023 yang dijabarkan sebagai berikut:

Dinas Kesehatan mendukung RPJMD Misi 2 yaitu “Pemenuhan kebutuhan dasar untuk mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri”. Tujuan 1 “Meningkatkan kualitas SDM serta pemerataan dan perluasan akses kebutuhan dasar masyarakat”. Sasaran “Meningkatkan derajat kesehtan masyarakat”.

a) Tujuan :

Untuk mencapai Visi dan Misi pada rencana strategis tahun 2018 s/d 2023, Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang telah menetapkan tujuan yaitu:

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan indikator tujuan Indeks Kesehatan.

(13)

7 2) Sasaran :

Sasaran Dinas Kesehatan ada 2 (dua) yaitu :

a. Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat, dengan 3 (tiga) indikator sasaran yaitu:

 Persentase Keluarga Sehat  Persentase Keluarga Pra Sehat

b. Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan dengan 4 (empat) indikator sasaran yaitu:

(14)

8

BAB 2

SARANA KESEHATAN

A. SARANA KESEHATAN

1. Puskesmas

Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat Kecamatan. Sampai dengan tahun 2019, jumlah Puskesmas di Kabupaten Lumajnag sebanyak 25 dan semuanya adalah puskesmas rawat inap dengan total jumlah tempat tidur sebanyak 364 TT.

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan. Jaringan pelayanan Puskesmas terdiri atas Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan bidan desa, sedangkan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas klinik, rumah sakit, laboratorium dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Puskesmas pembantu memberikan pelayanan kesehatan secara permanen disuatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas.

Jumlah Puskesmas pembantu di Kabupaten Lumajang sebanyak 51 pustu. Puskesmas Keliling memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile) untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas. Jumlah puskesmas keliling di Kabupaten Lumajang sebanyak 24 pusling.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan pendekatan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pemerintahan Provinsi Jawa Timur melakukan terobosan (program ICON) yaitu melalui Pengembangan Fungsi Polindes menjadi Ponkesdes yang merupakan perluasan fungsi pelayanan Pondok Bersalin.

2. Rumah Sakit

Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Lumajang Tahun 2019 berdasarkan kepemilikan sebagai berikut :

(15)

9

No. Rumah Sakit Status Kepemilikan

Pemkab. TNI/Polri BUMN Swasta

1 RSUD Dr. Haryoto √ 2 RSU Pasirian √ 3 RS Bhayangkara √ 4 RS Djatiroto √ 5 RS Wijaya Kusuma √ 6 RS Islam Lumajang √

Jumlah total tempat tidur Rumah Sakit di Kabupaten Lumajang tahun 2019 adalah 825 TT. Kapasitas tempat tidur yang mencukupi akan menunjang mutu pelayanan yang ada di rumah sakit.

3. Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan

a) Ketersediaan Obat dan Vaksin Puskesmas

Salah satu komponen penting dari sarana pelayanan kesehatan yang bermutu adalah manajemen logistik obat yang mencakup pengadaan, distribusi dan penyimpanan obat. Pada tahun 2019 ketersediaan obat dan vaksin esensial di Puskesmas sebesar 100%.

b) Sarana Kefarmasian

Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang dimiliki suatu wilayah adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi. Cakupan sarana produksi kefarmasian menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian. Sarana produksi kefarmasian antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT) dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT). Kabupaten Lumajang tidak memiliki ketiganya, termasuk industri produksi alat kesehatan.

Sarana distribusi kefarmasian mencakup Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek dan Toko Obat. Di Kabupaten Lumajang tidak terdapat terdapat Pedagang Besar Farmasi (PBF), namun terdapat Apotek sebanyak 45, Apotek PRB (Program Rujuk Balik) 3, Toko Obat 2, dan Toko Alat kesehatan sebanyak 3 toko.

Tabel 2.1 Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Status Kepemilikan Tahun 2019

(16)

10 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 1,000,000 2019 2018 2017 2016 2015 6 6 0 ,6 3 7 1 0 7 ,0 8 8 8 8 9 ,1 2 0 9 0 7 ,6 0 9 9 1 8 ,2 4 5 2 4 ,4 7 2 4 7 ,9 8 2 2 6 ,9 5 8 2 4 ,3 1 9 2 7 ,5 9 0

Kunjungan Rawat Jalan Kunjungan Rawat Inap

B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

1. Kunjungan Puskesmas

Jumlah kunjungan pasien baru sebanyak 918.245 orang untuk rawat jalan dan 27.590 orang untuk rawat inap. Tren pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat dalam mencari pertolongan kesehatan selama 5 tahun terakhir (2015-2019) terlihat pada gambar dibawah ini.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa tren jumlah kunjungan rawat jalan mengalami kenaikan dalam 3 (tiga) tahun terakhir, sedangkan kunjungan rawat inap cenderung mengalami penurunan.

2. Kunjungan Rumah Sakit

Jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit meningkat dari tahun lalu. Jumlah kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit sebanyak 255.901 sedangkan jumlah kunjungan pasien rawat inap sebanyak 64.508. Rata-rata jumlah kematian umum untuk setiap 1.000 penderita keluar rumah sakit (GDR) tahun 2019 adalah 29.9. Rata-rata jumlah kematian 48 jam setelah di rawat untuk 1.000 penderita keluar (NDR) tahun 2019 adalah 11.7.

Sumber : Data Kunjungan 2019

Gambar 2.1 Grafik Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Puskesmas Tahun 2019

(17)

11 Indikator 2016 2017 2018 2019 Standar KEMENKES RI BOR 72.8 64.3 62.4 74.2 60-85% BTO 80.13 73.57 76.57 94.20 40-50 kali TOI 1.2 1.8 1.8 1.0 1-3 hari ALOS 3.19 2.86 2.7 2.33 6-9 hari

Indikator BOR (Bed Occupancy Rate) pada tahun 2019 sebesar 74.5% mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dan memenuhi standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI yaitu antara 60-85%. Rata-rata lama hari perawatan/Average Length of Stay (ALOS) pada tahun 2019 selama 2.33 hari.

TOI (Turn Over Interval) yaitu nilai rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi dari penggunaan tempat tidur, pada tahun 2019 adalah 1 hari.

BTO (Bed Turn Over) yaitu jumlah hari perawatan dibagi jumlah kapasitas tempat tidur. Pada tahun 2019 didapatkan nilai BTO sebesar 94.20 kali, yang artinya 1 (satu) tempat tidur digunakan sebanyak 94 kali dalam satu tahun. Semakin tinggi angka BTO berarti semakin banyak pasien yang menggunakan tempat tidur yang tersedia secara bergantian. Angka ini melebihi standar nasional 40-50 kali.

C. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARKAT (UKBM)

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan. Terutama kegiatan peningkatan tumbuh kembang bayi dan balita, kesehatan dasar bagi para ibu hamil, ibu menyusui dan wanita usia subur. Upaya Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah melalui

Tabel 2.2 Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Tahun 2019

(18)

12

pembentukan berbagai UKBM seperti Posyandu balita, Posyandu Lansia, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan lain-lain.

Lumajang mempunyai jumlah Posyandu sebanyak 1.294, dengan strata terbanyak adalah Posyandu Purnama sebanyak 678 (52.4%).

Gambar 2.2 Diagram Pie Strata Posyandu Tahun 2019

Sumber : Data Profil Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2019

4.40

36.30 52.40

6.90

PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

Gambar 2.3 Grafik Posyandu PURI per Puskesmas Tahun 2019

Sumber : Data Profil Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2019 1 0 0 .0 0 9 0 .6 7 9 0 .0 0 7 8 .3 8 7 7 .7 8 7 6 .0 9 7 3 .3 3 6 9 .6 0 6 7 .8 0 6 7 .1 9 6 3 .3 3 6 1 .3 6 5 6 .6 7 5 3 .3 3 5 0 .9 8 4 8 .0 0 4 6 .3 0 4 5 .7 6 4 4 .1 9 4 4 .1 9 3 9 .5 0 3 8 .7 1 2 7 .9 1 2 0 .0 0 1 8 .5 2 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Su m b e rs a ri Yo s o w il a n g u n L a b ru k K id u l T e k u n g Su k o d o n o T e m p u rs a ri Pa s ir ia n R o g o tr u n a n T e m p e h J a ti ro to B a d e s Pa d a n g K u n ir G e s a n g R a n d u a g u n g G u c ia li t K e d u n g ja ja n g Se n d u ro Pro n o ji w o Pa s ru ja m b e C a n d ip u ro K la k a h Pe n a n g g a l T u n ju n g R a n u y o s o

POSYANDU PURI

(19)

13

Posyandu Puri adalah Posyandu yang dapat melakukan 5 program pelayanan dasar secara lengkap yaitu KIA, KB, Imunisasi, Gizi serta pencegahan Diare bersama kader > 5 orang. Disamping itu Strata Posyandu Puri dapat dikembangkan menjadi Taman Posyandu, dengan kata lain Taman Posyandu dibentuk melalui tiga pilar yaitu Posyandu Puri, BKB serta PAUD.

Jumlah Posyandu Purnama Mandiri (Puri) tahun 2019 adalah 59.3% atau 767 Posyandu, sedangkan target Renstra adalah 768 posyandu. Terdapat 12 puskesmas yang posyandunya telah mencapai strata Posyandu PURI >60%, sedangkan sisanya masih belum mencapai PURI sehingga perlu adaya upaya peningkatan.

(20)

14

BAB 3

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

A. JUMLAH TENAGA KESEHATAN

Keberadaan tenaga kesehatan sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan pembangunan kesehatan. Tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga dari segi kualitas. Tenaga kesehatan (teknis) tidak hanya mencakup tenaga dokter, perawat, ataupun bidan tetapi juga tenaga kesehatan lainnya seperti ahli gizi, apoteker, sanitarian, pranata laboratorium, dan ahli kesehatan masyarakat lainnya.

Disamping itu guna mengoptimalkan hasil pembangunan kesehatan diperlukan juga tenaga non teknis kesehatan. Keberadaan tenaga non teknis kesehatan ini berfungsi untuk mendukung tenaga teknis dalam hal pekerjaan yang tidak berhubungan dengan teknis kesehatan. Sehingga tenaga teknis akan lebih fokus pada kegiatan teknis kesehatan dan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat. Beberapa jenis tenaga non teknis misalnya pekarya kesehatan, sopir, administrasi dan tata usaha, keuangan, teknisi komputer, serta tenaga kebersihan.

Berikut adalah jumlah ketersediaan SDM Kesehatan di Kabupaten Lumajang No Rumpun SDMK Fasilitas Kesehatan Puskes-mas Rumah Sakit Sarkes lain dan UPT Jumlah 1 Dokter Spesialis 0 130 2 132 2 Dokter Umum 52 53 53 158 3 Dokter Gigi 31 7 14 52 4 Dokter Gigi Spesialis 0 6 0 6 5 Perawat 455 615 103 1.173

(21)

15 6 Bidan 371 107 64 542 7 Kesehatan Masyarakat 52 6 14 72 8 Kesehatan Lingkungan 23 10 7 40 9 Gizi 43 21 6 70 10 Ahli Laboratorium Medik 22 53 9 84 11 Tenaga Teknik Biomedika Lainnya 0 32 0 32 12 Keterapian Fisik 1 7 0 8 13 Keteknisian Medis 29 60 6 95 14 Tenaga Teknis Kefarmasian 24 54 11 89 15 Apoteker 14 34 9 57 16 Tenaga Penunjang Kesehatan 284 679 206 1.169

Jumlah dokter spesialis di Kabupaten Lumajang tahun 2019 sebanyak 132 orang yang keseluruhannya berada di Rumah Sakit dan Klinik. Jumlah dokter umum di puskesmas sebanyak 52 orang, Rata- rata dokter umum di puskesmas sebanyak 2 orang, hal ini sudah sesuai dengan standar ketenagaan puskesmas dalam PMK Nomor 75 tahun 2014 bahwa puskesmas rawat inap kawasan pedesaan maupun perkotaan setidaknya harus memiliki dokter 2 orang.

Jumlah dokter gigi di puskesmas tahun 2019 sebanyak 31 orang, dengan rata-rata per puskesmas sebanyak 1 orang per puskesmas. Kondisi ini sudah sesuai dengan standar ketenagaan puskesmas dalam PMK Nomor 75 tahun 2014 bahwa puskesmas rawat inap kawasan pedesaan maupun perkotaan setidaknya harus memiliki dokter gigi 1 orang.

Jumlah perawat di puskesmas tahun 2019 sebanyak 455 orang, dengan rata-rata per puskesmas sebanyak 18 orang per puskesmas. Kondisi ini berada jauh melampaui standar ketenagaan puskesmas dalam PMK

(22)

16

Nomor 75 tahun 2014 bahwa puskesmas rawat inap kawasan pedesaan maupun perkotaan setidaknya harus memiliki perawat 8 orang.

Jumlah bidan di puskesmas tahun 2019 sebanyak 371 orang, dengan rata-rata per puskesmas sebanyak 14-15 orang per puskesmas. Kondisi ini berada jauh melampaui standar ketenagaan puskesmas dalam PMK Nomor 75 tahun 2014 bahwa puskesmas rawat inap kawasan pedesaan maupun perkotaan setidaknya harus memiliki bidan 7 orang.

Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di puskesmas tahun 2019 sebanyak 52 orang, dengan rata-rata per puskesmas sebanyak 2 orang per puskesmas. Kondisi ini sudah sesuai dengan standar ketenagaan puskesmas dalam PMK Nomor 75 tahun 2014 bahwa puskesmas rawat inap kawasan pedesaan setidaknya memiliki 1 orang tenaga kesehatan masyarakat, sedangkan kawasan perkotaan setidaknya harus memiliki 2 orang tenaga kesehatan masyarakat.

Jumlah tenaga kesehatan lingkungan di puskesmas tahun 2019 sebanyak 23 orang. Terdapat 3 (tiga) puskesmas yang belum memiliki tenaga kesehatan lingkungan yakni Puskesmas Tempursari, Tempeh, dan Padang, sedangkan Puskesmas Labruk Kidul memiliki 2 tenaga kesehatan lingkungan. Berdasarkan standar ketenagaan puskesmas dalam PMK Nomor 75 tahun 2014 bahwa puskesmas rawat inap kawasan pedesaan dan perkotaan setidaknya harus memiliki 1 orang tenaga kesehatan lingkungan.

Jumlah tenaga gizi di puskesmas tahun 2019 sebanyak 43 orang, dengan rata-rata per puskesmas sebanyak 2 orang. Kondisi ini sudah sesuai dengan standar ketenagaan puskesmas dalam PMK Nomor 75 tahun 2014 bahwa puskesmas rawat inap kawasan perkotaan dan pedesaan setidaknya harus memiliki 2 orang tenaga gizi.

Jumlah tenaga ahli laboratorium medik di puskesmas tahun 2019 sebanyak 22 orang. Terdapat 7 (tujuh) puskesmas yang tidak memiliki tenaga ahli laboratorium medik diantaranya Puskesmas Penanggal, Bades, Gesang, Labruk, Tekung, Pasrujambe, dan Gucialit. Persebaran tenaga ahli laboratorium medik tidak merata karena ada puskesmas yang memiliki 2 tenaga ahli laboratorium medik, padahal standar minimal PMK Nomor 75

(23)

17

tahun 2014 setiap puskesmas rawat inap kawasan perkotaan dan pedesaan cukup dengan 1 (satu) orang tenaga ahli laboratorium medik.

Jumlah tenaga kefarmasian di puskesmas tahun 2019 sebanyak 38 orang yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Persebaran tenaga kefarmasian cukup merata karena semua puskemas sudah memilik tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker dan Tenaga teknis kefarmasian, baik itu salah satu maupun keduanya. Kondisi ini sudah sesuai dengan standar ketenagaan dalam PMK Nomor 75 tahun 2014 bahwa puskesmas rawat inap kawasan perkotaan setidaknya harus memiliki tenaga kefarmasian 2 orang, dan kawasan pedesaan minimal 1 orang tenaga kefarmasian.

Jumlah tenaga penunjang kesehatan di puskesmas tahun 2019 sebanyak 284 orang yang terdiri dari tenaga administrasi dan tenaga non kesehatan lainnya yang memiliki tugas dan fungsinya masing-masing dalam menunjang kegiatan puskesmas. Tenaga penunjang kesehatan di Kabupaten Lumajang sudah memadai.

(24)

18

BAB 4

PEMBIAYAAN KESEHATAN

A. ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN

Anggaran kesehatan di Kabupaten Lumajang merupakan anggaran yang pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pemerintah Daerah (APBD Provinsi) yang terdiri atas Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung, Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan DAK Non Fisik. Persentase APBD Kesehatan terhadap APBD Kabupaten adalah sebesar 6.2%. Anggaran kesehatan per kapita sebesar Rp 141.476,45.

B. JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Peserta Program JKN terdiri atas 2 kelompok yaitu Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan peserta bukan penerima bantuan iuran (Non PBI) jaminan kesehatan. Peserta PBI Jaminan kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu, sedangkan Peserta Bukan PBI adalah Pekerja Penerima Upah (PPU) dan anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan anggota keluarganya, serta bukan pekerja dan anggota keluarganya. Pada tahun 2019 Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk di Kabupaten Lumajang tercatat sebesar 68.1%.

(25)

19

Pada akhir tahun 2019, diperoleh data status kepemilikan masyarakat Kabupaten Lumajang dalam Program JKN dari Penerima Bantuan Iuran APBN (PBIN) sebanyak 495.088 jiwa (47.5%), PBID 63.130 jiwa (6.1%), Pekerja Penerima Upah (PPU) 78.536 jiwa (7.5%), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) 54.342 jiwa (5.2%) dan Bukan Pekerja (BP) 18.958 jiwa (1.8%).

Pekerja Penerima Upah (PPU) meliputi PNS, TNI/POLRI dan Pekerja di sektor formal baik BUMN/BUMD maupun swasta, sedangkan peserta mandiri dimasukkan ke dalam kategori PBPU. Sesuai dengan peta jalan pencapaian

Universal Health Coverage (UHC) dimana minimal 95% total penduduk pada

tahun 2019 telah menjadi peserta JKN. Pada tahun 2019 di Kabupaten Lumajang capaiannya masih sebesar 68.1%.

PBI, 53.60, 79% Non PBI, 14.60 , 21% PBI APBN, 47.5, 89% PBI APBD, 6.1, 11% (PPU), 7.5, 52% (PBPU) / Mandiri, 5.2, 36% (BP), 1.8, 12% Non PBI PBI Sumber : BPJS Jember

Gambar 4.1 Diagram Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Menurut Jenis Jaminan Tahun 2019

(26)

20

BAB 5

KESEHATAN KELUARGA

A. KESEHATAN IBU

1. Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Lumajang mengalami penurunan dari tahun lalu. Hal ini menggambarkan hasil kinerja yang lebih baik salah satunya adalah pengawalan kasus komplikasi ibu hamil yang sangat ketat baik oleh tenaga kesehatan baik leh bidan desa, nakes di puskesmas , kader pendamping ibu hamil maupun lintas sector di desa maupun di kecamata. Selain itu juga dukungan maksimal dari Tim Penakib Kabupaten dalam mengawal kasus – kasus komplikasi kebidanan.

Angka kematian ibu tahun ini 98 per 100.000 kelahiran hidup. Capaian ini berada dibawah target renstra yang artinya upaya dalam penurunan AKI berjalan dengan baik. Puskesmas Yosowilangun adalah wilayah dengan kematian ibu tertinggi yakni sebanyak 4 kematian.

156 118 66 104 98 156 145 135 125 106 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2015 2016 2017 2018 2019

AKI per 100.000 KH Target Renstra

Gambar 5.1 Grafik Tren Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 2015-2019

(27)

21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Berikut adalah penyebab kematian ibu terbanyak.

Berdasarkan grafik pie tersebut menggambarkan 3 (tiga) penyebab kematian ibu terbanyak yaitu karena lain-lain (9 kematian), perdarahan (4 kematian), dan hipertensi dalam kehamilan (2 kematian). penyebab lain-lain ini lebih banyak disebabkan oleh faktor penyakit yang menyertai kehamilan.

Gambar 5.2 Jumlah Kematian Ibu Menurut Puskesmas Tahun 2019

Sumber : Laporan rekap kematian ibu

Gambar 5.3 Diagram Pie Penyebab Kematian Ibu Tahun 2019

Sumber : Laporan rekap kematian ibu

Perdarahan 4 Hipertensi dalam Kehamilan 2 Infeksi 0 Gangguan Sistem Peredaran darah 0 Gangguan Metabolik 0 Lain-lain 9

(28)

22 105.3 104 105.2 107.4 109.2 89 88.44 91.5 94.4 95.9 80 90 100 110 120 2015 2016 2017 2018 2019 K1 K4

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), capaian K1 dan K4 menggambarkan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil. Cakupan ibu hamil K1 Kabupaten Lumajang pada tahun 2019 adalah 109.2%. Sedangkan cakupan K4 adalah 95.9%. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018. Kabupaten Lumajang untuk indikator K4 belum mencapai target SPM dan renstra 100%.

Puskesmas Sumbersari adalah wilayah dengan cakupan K1 terendah (96.25%), sedangkan Puskesmas Tekung adalah wilayah dengan cakupan K1 tertinggi (122.44%). Disarankan untuk Puskesmas dengan capaian K1 dibawah 100% agar meningkatkan pendataan dan pendampingan pada bumil di wilayah kerjanya dengan melakukan ANC terpadu agar penyakit penyerta pada bumil dapat terdeteksi lebih awal dan dapat kontak dengan petugas / Bidan pada trimester I agar bumil mendapatkan pelayanan yang berkualitas (10 T) dan minimal 1 kali diperiksa oleh dokter.

Gambar 5.4 Grafik Tren K1 dan K4 Tahun 2015-2019

(29)

23

Pada Tahun 2019 dari 25 puskesmas yang mencapai target cakupan K4 100% keatas hanya sebanyak 10 puskesmas. Hal ini bisa dikarenakan masih banyak ibu hamil yang belum mendapatkan pelayanan pemeriksaan ibu hamil secara paripurna, dan masih banyak ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan pada awal trimester sau masa kehamilannya . Sehingga capaian K4 tidak bisa tercapai 100%.Oleh sebab itu perlu ditingkatkan kerjasama dengan dukun bayi maupun lintas sector di tingkat desa.

9 6 .2 5 1 0 1 .3 2 1 0 2 .7 9 1 0 3 .2 4 1 0 3 .6 3 1 0 4 .2 4 1 0 4 .6 3 1 0 5 .1 4 1 0 6 .9 9 1 0 7 .0 4 1 0 7 .3 6 1 0 8 .3 7 1 0 9 .6 8 1 0 9 .7 8 1 0 9 .9 8 1 1 1 .1 4 1 1 1 .3 5 1 1 3 .8 1 1 1 4 .7 9 1 1 5 .1 6 1 1 5 .2 0 1 1 5 .8 5 1 1 7 .5 7 1 1 9 .5 2 1 2 2 .4 4 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 K1 8 0 .7 1 8 1 .8 3 8 2 .0 3 8 2 .4 7 8 2 .6 4 8 8 .2 6 8 8 .5 6 9 3 .8 4 9 3 .8 6 9 5 .0 3 9 5 .6 5 9 6 .2 1 9 6 .6 8 9 6 .9 0 9 7 .7 2 1 0 0 .0 0 1 0 0 .6 9 1 0 0 .8 5 1 0 0 .9 6 1 0 1 .6 3 1 0 2 .0 3 1 0 2 .9 8 1 0 2 .9 9 1 0 5 .8 0 1 0 8 .2 4 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 K4

Gambar 5. 5 Grafik Cakupan K1 Menurut Puskesmas Tahun 2019

Sumber : PWS Ibu

Gambar 5. 6 Grafik Cakupan K4 Menurut Puskesmas Tahun 2019

(30)

24 98.7 98.81 99.5 102.3 103.4 96 97 98 99 100 101 102 103 104 2015 2016 2017 2018 2019 Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) dan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Fasilitas Kesehatan (Pf) menggambarkan tingkat perlindungan dalam pelayanan kesehatan ibu bersalin. Berikut adalah tren cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) untuk Kabupaten Lumajang pada tahun 2019 cenderung mengalami kenaikan selama 5 (lima) tahun terakhir. Terdapat 9 (Sembilan) puskesmas dengan cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dibawah 100%. Berikut ini adalah cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan berdasarkan wilayah kerja puskesmas.

Gambar 5. 7 Grafik Tren Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2015-2019

(31)

25 9 1 .3 6 9 5 .8 6 9 6 .3 4 9 6 .9 9 9 7 .5 7 9 8 .4 7 9 8 .5 6 9 8 .9 4 9 9 .4 6 1 0 0 .4 6 1 0 1 .6 8 1 0 1 .7 1 1 0 2 .5 0 1 0 4 .5 0 1 0 4 .7 2 1 0 5 .3 0 1 0 6 .0 6 1 0 6 .3 4 1 0 7 .1 3 1 0 7 .5 0 1 0 7 .7 3 1 0 8 .8 0 1 1 1 .8 6 1 1 1 .8 6 1 1 9 .2 9 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00

Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

Cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terendah adalah Puskesmas Sumbersari (91.36%), sedangkan cakupan tertinggi Puskesmas Pronojiwo (119.29%). 9 1 .3 6 9 5 .8 6 9 6 .3 4 9 6 .9 9 9 7 .3 0 9 8 .4 7 9 8 .5 6 9 8 .9 4 9 9 .4 6 1 0 0 .4 6 1 0 1 .6 8 1 0 1 .7 1 1 0 2 .3 3 1 0 4 .5 0 1 0 4 .7 2 1 0 5 .1 7 1 0 6 .0 6 1 0 6 .3 4 1 0 6 .7 0 1 0 7 .5 0 1 0 7 .7 3 1 0 8 .6 3 1 1 1 .8 6 1 1 1 .8 6 1 1 9 .2 9 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00

Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan

Gambar 5.8 Grafik Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas Tahun 2019

Sumber : PWS Ibu

Gambar 5.9 Grafik Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Menurut Puskesmas Tahun 2019

(32)

26 116.9 116.49 107.45 119.42 125.1 95 100 105 110 115 120 125 130 2015 2016 2017 2018 2019 Penanganan Komplikasi Kebidanan

Cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (Pn) dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Pf) sudah selaras yang artinya sebagian besar masyarakat sudah paham arti penting melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Pf) adalah termasuk indikator SPM (Standar Pelayanan Minimal) dengan target 100%. Kabupaten Lumajang telah mencapai target SPM dan juga renstra yakni dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Pf) 103.3%.

4. Pelayanan Komplikasi Kebidanan

Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan dan nifas juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi maka dilakukan pelayanan/ penanganan komplikasi kebidanan pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil, bersalin, atau nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.

Gambar 5.10 Grafik Tren Penganganan Komplikasi Kebidanan Tahun 2015-2019

(33)

27 7 5 .4 9 8 2 .5 4 8 7 .0 6 8 8 .1 6 8 8 .3 4 9 4 .9 4 9 5 .0 3 1 0 0 .1 5 1 0 3 .6 7 1 0 7 .0 0 1 0 8 .5 3 1 1 2 .3 7 1 1 2 .6 3 1 2 7 .2 9 1 3 1 .3 3 1 3 1 .8 9 1 3 4 .1 8 1 3 7 .3 5 1 3 9 .1 1 1 6 4 .5 3 1 7 0 .4 2 1 7 3 .0 2 22 0 .7 1 2 4 1 .8 5 2 5 6 .8 6 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 Yo so w ila n … T e m p e h Pa s ru ja m b e R o g o tru n a n L a b ru k Ki d u l T u n ju n g G u c ia lit J a ti ro to Su k o d o n o Pr o n o jiw o T e m p u rs a ri Ba d e s C a n d ip u ro R a n d u a g u n g Su m b e rs a ri Ke du ng ja j… Pa d a n g G e s a n g Ku n ir T e k u n g Pe n a n g g a l Pa s iri a n Se n d u ro Kl a k a h R a n u y o s o

Penanganan Komplikasi Kebidanan

Tren cakupan penanganan komplikasi kebidanan cenderung

mengalami kenaikan dalam 3 (tiga) tahun terakhir, meskipun masih terdapat 7 (tujuh) puskesmas dengan cakupan penanganan komplikasi kebidanan dibawah 100%. Berikut sebaran cakupan penanganan komplikasi kebidanan per puskesmas.

Cakupan penanganan komplikasi kebidanan paling rendah adalah wilayah Puskesmas Yosowilangun (75.49%), sedangkan cakupan paling tinggi adalah wilayah Puskesmas Ranuyoso (256.86%), dimana tahun lalu Puskesmas Ranuyoso merupakan wilayah dengan AKI dan penanganan komplikasi kebidanan tertinggi.

Beberapa puskesmas dengan cakupan penanganan komplikasi kebidanan rendah perlu penguatan Puskesmas PONED agar cakupan komplikasi kebidanan dapat ditangani dan dapat mencapai target selanjutnya. Daerahdaerah yang masih di bawah target pada umumnya kelengkapan dan kompetensi Tim PONED perlu diperhatikan, selain itu secara berkala melakukan simulasi PONED (Drill Emergensi) agar tetap siaga dalam melakukan penanganan komplikasi kebidanan.

Gambar 5.11 Grafik Penganganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas Tahun 2019

(34)

28 6 6 .5 7 7 1 .8 3 7 3 .2 4 7 3 .2 9 7 3 .6 5 7 4 .9 8 7 5 .2 8 7 5 .9 7 7 6 .0 0 7 7 .1 9 7 7 .3 9 7 7 .6 5 7 7 .8 7 7 8 .2 7 7 8 .8 2 7 9 .4 0 8 0 .6 8 8 0 .9 3 8 1 .6 4 8 2 .8 9 8 2 .9 6 8 5 .2 5 8 8 .8 1 8 8 .8 2 9 0 .0 1 9 8 .4 7 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Ku n ir G u c ia lit C a n d ip u ro Pa s ru ja m b e T e m p e h Su m b e rs a ri Pe n a n g g a l Ke du ng ja j… G e s a n g Yo so w ila n … T e k u n g T e m p u rs a ri R o g o tru n a n J a ti ro to R a n d u a g u n g Ka b. … Pa d a n g Se n d u ro T u n ju n g Su k o d o n o Pa s iri a n Pro n o jiw o Kl a k a h L a b ru k Ki d u l Ba d e s R a n u y o s o 9% 1% 3% 18% 2% 52% 15% AKDR MOP MOW IMPLAN KONDOM SUNTIK PIL 5. Pelayanan Kontrasepsi

Indikator pelayanan KB bisa digunakan dalam menggambarkan kinerja dan kualitas pelayanan KB. Adapun salah satu indikator yang langsung bisa menggambarkan kinerja dan kualitas pelayanan KB adalah cakupan peserta KB aktif dan cakupan peserta KB baru.

Gambar 5.12 Grafik Persentase Peserta KB Aktif Menurut Puskesmas Tahun 2019

Sumber : Laporan KUSUB Tahun 2019

Sumber : Laporan KUSUB Tahun 2019 Gambar 5.13 Diagram Pie Peserta KB Aktif

(35)

29 3% 0% 1% 5% 4% 82% 5% AKDR MOP MOW IMPLAN KONDOM SUNTIK PIL 4 3 .6 5 58 .1 2 6 0 .3 2 7 0 .3 3 7 2 .8 4 7 5 .2 6 7 5 .7 1 7 5 .8 3 7 9 .1 9 8 0 .4 1 8 1 .8 3 8 4 .6 6 8 5 .5 0 8 8 .1 8 9 1 .1 0 9 3 .3 7 9 3 .5 7 9 4 .1 7 9 4 .5 3 9 4 .9 6 9 6 .4 6 9 6 .7 6 9 8 .1 2 1 0 3 .2 4 1 0 6 .0 9 1 1 0 .0 6 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 C a n d ip u ro G u c ia lit Pa s ru ja m b e Kl a k a h L a b ru k Ki d u l R a n d u a g u n g Pa d a n g Su m b e rs a ri T e k u n g Yo s o w ila n g u n R a n u y o s o Pe n a n g g a l Ka b. … Ke d u n g ja ja n g T e m p e h T u n ju n g Pa s iri a n Ba d e s J a ti ro to Su k o d o n o G e s a n g Ku n ir R o g o tru n a n T e m p u rs a ri Se n d u ro Pro n o jiw o

Persentase KB Aktif di Kabupaten Lumajang adalah 79.40%, dimana capaian tertinggi adalah wilayah Puskesmas Ranuyoso (98.47%) dan capaian terendah adalah wilayah Puskesmas Kunir (66.57%). Persentase jenis KB terbanyak adalah jenis suntik (52%).

Sumber : Laporan KUSUB Tahun 2019

Gambar 5.14 Grafik Persentase Peserta KB Pasca Persalinan Menurut Jenis Kontrasepsi Tahun 2019

Sumber : Laporan KUSUB Tahun 2019 Gambar 5.15 Diagram Pie Peserta KB Pasca

Persalinan Menurut Jenis Kontrasepsi Tahun 2019

(36)

30 9.70 8.15 7.45 8.08 8.10 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 2015 2016 2017 2018 2019 Angka Kematian Neonatal per 1.000 KH

Persentase cakupan peserta KB Pasca Persalinan di Kabupaten Lumajang sebesar 85.50%, cakupan tertinggi adalah Puskesmas Pronojiwo (110.06%), sedangkan cakupan terendah adalah puskesmas Candipuro (43.65%). Persentase jenis KB yang mendominasi adalah suntik yakni sebesar (82%).

B. KESEHATAN ANAK

1. Angka Kematian Neonatal

Kematian Neonatal adalah kematian yang terjadi pada bayi usia sampai dengan 28 hari tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh diri.

Angka kematian neonatal tahun 2019 tidak mengalami kenaikan secara absolut dari tahun sebelumnya, masih sama yakni sebanyak 124 kematian. Penyebab kematian neonatal terbanyak adalah karena BBLR dan Asfiksia. Puskesmas Pasirian dan Klakah adalah wilayah dengan jumlah kematian neonatal terbanyak yakni 8 kematian.

Gambar 5.16 Grafik Tren Angka Kematian Neonatal Tahun 2015-2019

Sumber : kematian anak dan laporan by name kematian bayi dan balita

(37)

31

2. Angka Kematian Bayi

Kematian Bayi adalah Kematian yang terjadi pada bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh diri.

Angka kematian bayi cenderung mengalami kenaikan selama 3(tiga) tahun terakhir. Target angka kematian bayi di renstra adalah 9.5 per 1.000 KH, sehinga capaian tahun ini tidak sesuai dengan yang sudah ditargetkan. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena pneumonia dan lain-lain. Wilayah dengan kematian bayi tertinggi adalah Pasirian dan Klakah.

3. Angka Kematian Anak Balita

Angka Kematian Anak Balita adalah kematian yang terjadi pada anak usia 12-59 bulan tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh diri.

12.40 11.24 8.90 9.45 10.10 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 2015 2016 2017 2018 2019 Angka Kematian Bayi per 1.000 KH

Gambar 5.17 Grafik Tren Angka Kematian Bayi Tahun 2015-2019

Sumber : kematian anak dan laporan by name kematian bayi dan balita

(38)

32

Kematian anak balita secara absolut mengalami kenaikan dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Jumlah kematian anak balita tahun 2019 menjadi 13 (tiga belas) kematian dari yang sebelumnya 11 (sebelas) kematian. Penyebab kematian balita terbanyak adalah karena pneumonia dan lain-lain. Wilayah dengan kematian paling banyak adalah Puskesmas Klakah yakni sebanyak 3 kematian.

4. Penanganan Komplikasi Neonatal

Tren persentase penanganan komplikasi neonatal tahun 2019 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 71.92%.

79.38 72.04 72.13 66.44 71.92 65 70 75 80 2015 2016 2017 2018 2019 Penanganan Komplikasi Neonatal

Gambar 5.18 Grafik Tren Angka Kematian Anak Balita Tahun 2015-2019

Sumber : kematian anak dan laporan by name kematian bayi dan balita 1.00 1.25 0.40 0.72 0.85 0.00 1.00 2.00 2015 2016 2017 2018 2019 Angka Kematian Anak Balita per 1.000 KH

Gambar 5.19 Grafik Tren Penanganan Komplikasi Neonatal Tahun 2015-2019

(39)

33

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan angka cakupan indikator ini adalah dengan fasilitasi, baik dari segi manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) maupun pencatatan dan pelaporan, peningkatan klinis keterampilan petugas di lapangan serta melibatkan multi pihak dalam pelaksanaan program dimaksud.

Cakupan penanganan neonatal terendah berada di wilayah Puskesmas Labruk (33.96%) sedangkan cakupan tertinggi berada di wilayah Puskesmas Ranuyoso (158.16%). Terdapat 15 (lima belas) puskesmas dengan cakupan penanganan komplikasi neonatal yang masih dibawah cakupan kabupaten, sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pemahaman petugas dan melibatkan swasta.

5. BBLR

Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram. Persentase BBLR cenderung mengalami penurunan selama 5 (lima) tahun terakhir.

3 3 .9 6 3 7 .8 3 3 9 .1 7 4 4 .6 9 5 6 .1 7 5 6 .5 0 5 7 .1 9 5 7 .2 7 5 7 .5 4 5 8 .7 1 5 9 .9 6 6 1 .3 3 6 4 .1 5 6 6 .0 7 6 8 .8 1 7 1 .9 2 7 3 .8 5 7 6 .2 2 8 1 .7 1 8 3 .3 3 8 5 .8 7 9 8 .7 3 1 0 7 .0 0 1 0 7 .5 6 1 1 2 .4 8 1 5 8 .1 6 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 L a b ru k Ki d u l Su k o d o n o Yo so w ila n … T u n ju n g R a n d u a g u n g Pa s ru ja m b e Ba d e s Pro n o jiw o C a n d ip u ro T e m p u rs a ri G e s a n g Ku n ir R o g o tru n a n Pa s iri a n Pa d a n g Ka b. … G u c ia lit T e m p e h Kl a k a h Se n d u ro T e k u n g J a ti ro to Pe n a n g g a l Ke du ng ja j… Su m b e rs a ri R a n u y o s o

Penanganan Komplikasi Neonatal

Sumber : PWS Ibu dan PWS Anak

Gambar 5.20 Grafik Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Puskesmas Tahun 2019

(40)

34

Terdapat 12 (dua belas) puskesmas dengan persentase BBLR dibawah persentase kabupaten. Puskesmas Tekung merupakan wilayah dengan persentase BBLR tertinggi. BBLR merupakan salah satu faktor penyebab kematian neonatal terbanyak.

6. Kunjungan Neonatus

Pelayanan kunjungan neonatal pertama pada 6-48 jam setelah lahir yang mendapatkan pelayan kesehatan neonatal esensial dengan menggunakan pendekatan MTBM (Manajeman Terpadu Bayi Muda) di satu

5.0 4.9 4.9 4.8 4.4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 5.0 5.1 2015 2016 2017 2018 2019 BBLR 1 .5 1 1 .8 4 2 .4 1 2 .4 6 2 .6 0 3.31 3.37 3.5 4 4 .0 8 4 .1 5 4 .2 0 4 .3 4 4 .4 0 4 .4 5 4 .6 0 4 .6 5 4 .6 9 5 .1 1 5 .6 5 5 .9 7 6 .3 1 6 .6 1 6 .7 1 7 .2 6 9 .1 4 9 .2 2 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 Su m b e rs a ri Ku n ir L ab ru k… T e m p e h J a ti ro to Su k o d o n o Se n d u ro T u n ju n g Pa s iri a n R o g o tru n a n C a n d ip u ro Yo so w ila … Ka b. … Pro n o jiw o G e s a n g Kl a k a h Pa sr uj a m … R a nd ua g… R a n u y o s o Ba d e s Ke du ng ja … T e m p u rs a ri Pe n a n g g a l G u c ia lit Pa d a n g T e k u n g BBLR

Sumber : Rekap Laporan BBLR dan LB3 Anak

Gambar 5.21 Grafik Tren BBLR Tahun 2015-2019

Sumber : Rekap Laporan BBLR dan LB3 Anak

(41)

35

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan KN1 tahun 2019 meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 104.61%.

Terdapat 12 (duabelas) puskesmas dengan capaian K1 yang masih dibawah capaian kabupaten. Capaian K1 terendah berada di wilayah Puskesmas Padang (80.28%) dan capaian K1 tertinggi berada di wilayah Puskesmas Pronojiwo (123.79%). 103.64 103.93 104.32 102.73 104.61 101.5 102 102.5 103 103.5 104 104.5 105 2015 2016 2017 2018 2019 KN1 8 0 .2 8 8 2 .5 2 8 8 .3 2 9 5 .2 7 9 6 .3 2 9 8 .8 9 1 0 0 .0 0 1 0 0 .3 7 1 0 1 .2 3 1 0 2 .5 1 1 0 3 .1 3 1 0 4 .1 4 1 0 4 .6 1 1 0 6 .8 1 1 0 7 .1 3 1 0 7 .1 9 1 0 9 .2 6 1 0 9 .4 3 1 0 9 .7 1 1 1 1 .7 1 1 1 2 .3 4 1 1 2 .6 1 1 1 4 .1 1 1 1 4 .2 9 1 1 4 .8 4 1 2 3 .7 9 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 Pa d a n g Ke du ng ja … Pa s ru ja m b e Su m b e rs a ri T e m p e h Kl a k a h Yo so w ila … R a nd ua g… Pe n a n g g a l T u n ju n g T e m p u rs a ri J a ti ro to Ka b. … Su k o d o n o C a n d ip u ro G u c ia lit G e s a n g L ab ru k… Ba d e s R a n u y o s o Se n d u ro Ku n ir Pa s iri a n T e k u n g R o g o tru n a n Pro n o jiw o KN 1

Gambar 5.23 Grafik Tren Cakupan KN 1 Tahun 2015-2019

Sumber : PWS Anak

Gambar 5.24 Grafik Cakupan KN 1 Menurut Puskesmas Tahun 2019

(42)

36

7. ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan danminuman lain sampai bayi berusia 6 bulan, kemudian pemberian ASI harus tetap dilanjutkan sampai bayi berusia 2 (dua) tahun walaupun bayi sudah di perkenalkan makanan .

Cakupan ASI Eksklusif tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 86.7% dari tahun 2018 (83.5%), Di dalam renstra target cakupan ASI Eksklusif adalah 75%, secara persentase capaian ini sudah memenuhi target renstra, namun secara absolut capaiannya mengalami penurunan. Tahun 2018 capaian absoulut sebesar 12.004 sedangkan tahun 2019 menjadi 11.730.

Cakupan ASI Eksklusif terendah adalah Puskesmas Penanggal. Kurangnya pemahaman para ibu bayi tentang pentingya ASI Eksklusif bagi bayi merupakan salah satu faktor yang membuat cakupan menurun. Upaya peningkatan cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif dilakukan dengan berbagai strategi, mulai dari penyusunan kerangka regulasi, peningkatan kapasitas petugas dan promosi ASI Eksklusif .

8. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan Kesehatan Balita terdiri dari 3 indikator yaitu indikator pelayanan kesehatan Bayi, indikator Anak balita paripurna dan indikator pelayanan kesehatan balita. Pelayanan Kesehatan bayi ini berkaitan erat

82.3 82.9 82.6 83.5 86.7 80 81 82 83 84 85 86 87 88 2015 2016 2017 2018 2019 ASI Ekslusif

Gambar 5.25 Grafik Tren Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2015-2019

(43)

37

dengan cakupan KN Lengkap. Pelayanan kesehatan bayi termasuk ke dalam indikator SPM dan renstra dengan target 100%.

Cakupan KN Lengkap meningkat dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Cakupan KN Lengkap tahun 2019 telah mencapai target SPM dan renstra.

Cakupan tertinggi adalah Puskesmas Pronojiwo (116,74%) dan cakupan terendah adalah puskesmas Padang (79.36%).

99.13 100.08 99.65 101.38 101.51 97.5 98 98.5 99 99.5 100 100.5 101 101.5 102 2015 2016 2017 2018 2019 KNLengkap 7 9 .3 6 8 1 .6 8 8 7 .3 8 9 2 .5 9 9 2 .9 8 9 3 .4 1 9 4 .0 9 9 6 .3 8 9 7 .4 9 9 9 .3 6 1 0 1 .5 1 1 0 1 .7 7 1 0 3 .2 9 1 0 3 .7 5 1 0 3 .9 0 1 0 4 .0 1 1 0 4 .2 6 1 0 5 .5 6 1 0 7 .9 0 1 0 8 .1 1 1 0 9 .0 5 1 1 0 .8 3 1 1 2 .4 1 1 1 3 .2 2 1 1 3 .3 6 1 1 6 .7 4 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 Pa d a n g Ke du ng j… Pa sr uj a … Su m b e rs a ri Yo so w ila … R a nd ua g… T e m p e h Kl a k a h T u n ju n g J a ti ro to Ka b. … Su k o d o n o G u c ia lit C a n d ip u ro R a n u y o s o Pe n a n g g a l T e m p u rs a ri G e s a n g Ba d e s L ab ru k… Se n d u ro Ku n ir Te k u n g R o go tru n… Pa s iri a n Pr o n o jiw o KN Lengkap

Gambar 5.26 Grafik Tren Cakupan KN Lengkap Tahun 2015-2019

Sumber : PWS Anak

Gambar 5.27 Grafik Cakupan KN Lengkap Menurut Puskesmas Tahun 2019

(44)

38

9. Imunisasi

Imunisasi dasar lengkap pada bayi jika bayi telah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, satu dosis imunisasi BCG, tiga dosis imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, empat dosis imunisasi polio, dan satu dosis imunisasi campak.

Cakupan imunisasi dasar lengkap tahun 2019 menurun menjadi 99.9%. cakupan imunisasi dasar lengkap tertinggi adalah Puskesmas Jatiroto dengan nilai 228.5% dan cakupan terendah adalah Puskesmas Pasrujambe dengan nilai 47.7%.

Indikator Universal Child Immunization (UCI) menunjukkan

desa/kelurahan yang telah mendapatkan imunisasi anak secara lengkap. Target UCI dalam renstra adalah 93% sehingga cakupan tahun ini telah mencapai target renstra. Cakupan UCI di Kabupaten Lumajang tahun 2019 adalah sebagai berikut :

99.6 98.4 98.0 101.4 99.9 96 97 98 99 100 101 102 2015 2016 2017 2018 2019 Imunisasi Dasar Lengkap

Gambar 5.28 Grafik TrenCakupan Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2015-2019

(45)

39

Terdapat 10 (sepuluh) puskesmas dengan capaian UCI 100%, dan 15 (lima belas) puskesmas dengan capaian UCI dibawah 100%. Capaian UCI terendah adalah Puskesmas Gucialit dengan nilai 44.44%.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan UCI adalah melalui :

1. Program Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) dengan upaya gerakan imunisasi lengkap bagi ibu dan anak yang melibatkan lintas sektor dan lintas program.

2. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat terutama tentang perlunya imunisasi anak secara lengkap.

3. Kegiatan Kampanye MR (Measles Rubella).

4. Advokasi pada pimpinan pondok pesantren yang menolak program imunisasi.

10. Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Balita

Cakupan pemberian vitamin pada bayi (6-11 bulan), anak balita (12-59 bulan), dan balita (6-59 bulan) meningkat dari tahun 2017. Strategi penanggulangan kurang vitamin A dilaksanakan secara komprehensif, terdiri dari pemberian suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan Agustus, penyuluhan gizi seimbang untuk meningkatkan konsumsi bahan pangan sumber vitamin A dan fortifikasi pangan. Berikut tren cakupan pemberian vitamin A dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.

4 4 .4 4 5 0 .0 0 6 0 .0 0 6 0 .0 0 7 1 .4 3 7 5 .0 0 8 3 .3 3 8 5 .7 1 8 7 .5 0 8 8 .3 0 8 8 .8 9 9 0 .9 1 9 1 .6 7 9 1 .6 7 9 1 .6 7 9 1 .6 7 1 0 0 .0 0 1 0 0 .0 0 1 0 0 .0 0 1 0 0 .0 0 1 0 0 .0 0 1 0 0 .0 0 1 0 0 .0 0 1 0 0 .0 0 1 0 0 .0 0 1 0 0 .0 0 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 G u c ia lit T u n ju n g C a n d ip u ro Pe n a n g g a l Pa sr uj a m … R a nd ua g… Pro n o jiw o Pa s iri a n T e m p e h Ka b. … Pa d a n g R a n u y o s o R o g o tru n a n Se n d u ro Ke du ng ja … Kl a k a h T e m p u rs a ri Ba d e s G e s a n g L ab ru k… T e k u n g Ku n ir Yo so w ila … Su m b e rs a ri J a ti ro to Su k o d o n o UCI

Gambar 5.29 Grafik Desa UCI Tahun 2019

(46)

40

11. Pelayanan Kesehatan Balita

Pelayanan kesehatan balita adalah pelayanan kesehatan balita berusia 0-59 bulan sesuai standar meliputi pelayanan kesehatan balita sehat dan pelayanan kesehatan balita sakit. Pelayanan kesehatan balita merupakan indikator SPM dan renstra dengan target 100%.

1 0 7 .8 1 0 7 .8 1 0 5 .9 1 0 5 .2 1 0 7 .4 1 0 1 .0 9 4 .4 8 8 .2 96 .6 1 0 0 .4 1 0 2 .3 9 6 .9 9 1 .6 98 .3 1 0 1 .7 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 2015 2016 2017 2018 2019 Vit A pada Bayi Vit A pada Anak Balita Vit A pada Balita

6 1 .5 5 6 1 .8 2 6 2 .3 9 6 3 .4 7 6 3 .7 3 6 5 .2 3 6 7 .9 1 6 8 .7 5 7 0 .7 1 7 0 .7 8 7 0 .9 1 7 2 .3 0 7 3 .0 3 7 3 .2 1 7 4 .0 3 7 4 .5 4 7 4 .7 9 7 4 .9 9 7 5 .6 5 7 7 .4 0 7 8 .1 9 7 8 .3 0 8 0 .0 9 8 0 .8 9 8 0 .9 7 8 2 .4 1 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 Yo so w ila n gu n Ra n d u ag u n g K e d u n gj aj an g Ra n u yo so Pa d an g Pa sr u ja m b e Su m b e rs ar i G u ci al it Pr o n o jiw o Te m p e h Su ko d o n o K ab .… Pa si ri an La b ru k K id u l Se n d u ro Ja ti ro to G e sa n g Tu n ju n g Pe n an gg al Te m p u rsa ri K la ka h Te ku n g Ba d es C an d ip u ro K u n ir Ro go tr u n an

Pelayanan Kesehatan Balita

Gambar 5.30 Grafik Tren Pemberian Vitamin pada Bayi, Anak Balita, dan Balita Tahun 2015-2019

Sumber : LB3 Gizi

Gambar 5.31 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita Menurut Puskesmas Tahun 2019

(47)

41

Pelayanan kesehatan balita tahun 2019 sebesar 72.30%, capaian ini belum mencapai target renstra dan SPM. Terdapat 11 (sebelas) puskesmas dengan capaian dibawah capaian kabupaten dimana Puskesmas Yosowilangun adalah wilayah dengan capaian terendah yakni senilai 61.55%.

12. Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar

Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada anak kelas 1 sampai dengan kelas 9 di sekolah minimal satu kali dalam satu tahun ajaran dan usia 7 sampai 15 tahun diluar sekolah. Pelayanan yang diberikan meliputi skrining kesehatan dan tindak lanjut hasil skrining kesehatan. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar merupakan indikator SPM dan renstra dengan target 100%.

Capaian pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar tahun 2019 pada usia SD/MI senilai 98.9%, pada SMP/MTS senilai 97.0%, dan SMA/MA senilai 97.0%. Capaian tersebut belum mencapai target SPM maupun renstra. 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 T e m p u rs a ri Pro n o jiw o C a n d ip u ro Pe n a n g g a l Pa s iri a n Ba d e s T e m p e h G e s a n g R o g o tru n a n L a b ru k Ki d u l T e k u n g Ku n ir Yo so w ila n … Su m b e rs a ri J a ti ro to R a n d u a g u n g T u n ju n g Su k o d o n o Pa s ru ja m b e Se n d u ro Kl a k a h Ka b. … R a n u y o s o G u c ia lit Pa d a n g Ke du ng ja j…

Skrining SD/MI Skrining SMP/MTs Skrining SMA/MA

Gambar 5.32 Grafik Cakupan Skrining Menurut Puskesmas Tahun 2019

(48)

42

C. PELAYANAN KESEHATAN USIA PRODUKTIF DAN USIA LANJUT

1. Pelayanan kesehatan usia produktif

Pelayanan kesehatan usia produktif adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan kepada warga negara usia 15 tahun sampai 59 tahun. Pelayanan yang diberikan meliputi edukasi kesehatan termasuk keluarga berencana dan skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Pelayanan kesehatan pada usia prroduktif merupakan indikator SPM dan renstra dengan target 100%. Capaian pelayanan kesehatan pada usia produktif tahun 2019 senilai 81.6% dimana angka ini belum mencapai target SPM. Terdapat 13 (tiga belas) puskesmas dengan capaian dibawah capaian kabupaten dimana Puskesmas Bades adalah wilayah dengan capaian terendah yakni senilai 33.2%.

2. Pelayanan kesehatan usia lanjut

Pelayanan kesehatan usia lanjut adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan pada warga Negara usia 60 tahun ke atas. Pelayanan yang diberikan meliputi edukasi PHBS dan skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.

3 3 .2 41 .1 4 2 .8 50.3 5 8 .7 6 0 .0 70 .9 7 5 .1 7 6 .6 7 7 .8 7 8 .0 7 8 .8 8 0 .5 8 1 .6 8 3 .8 8 4 .8 90.2 92.1 10 0 .0 1 0 0 .8 1 0 4 .6 1 0 9 .1 1 1 1 .3 1 1 2 .1 1 2 0 .6 1 2 7 .5 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 Ba d e s T e m p u rs a ri Yo s o w ila n g u n Pa s iri a n Pe n a n g g a l C a n d ip u ro R a n d u a g u n g Su k o d o n o R o g o tr u n a n Ke d u n g ja ja n g R a n u y o s o Se n d u ro T u n ju n g Ka b . L u m a ja n g T e m p e h Ku n ir J a ti ro to T e k u n g Pro n o jiw o G e s a n g G u c ia lit Kl a k a h Su m b e rs a ri L a b ru k Ki d u l Pa d a n g Pa s ru ja m b e

Pelayanan Kesehatan Usia Produktif

Gambar 5.33 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Produktif Menurut Puskesmas Tahun 2019

(49)

43 2 3 .0 2 3 .3 2 9 .1 40 .5 4 5 .7 61 .5 6 4 .4 6 7 .2 6 9 .6 7 0 .2 7 0 .3 7 1 .9 7 6 .1 7 8 .1 7 9 .3 8 5 .1 8 5 .7 9 1 .4 9 3 .1 9 6 .4 9 7 .3 105 .9 1 1 1 .3 1 1 5 .6 13 5 .3 1 6 8 .4 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0

180.0 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Pelayanan kesehatan pada usia lanjut merupakan indikator SPM dan renstra dengan target 100%. Capaian pelayanan kesehatan pada usia lanjut tahun 2019 senilai 78.1% dimana angka ini belum mencapai target SMP maupun renstra. Terdapat 13 (tiga belas) puskesmas dengan capaian yang masih dibawah capaian kabupaten dimana Puskesmas Kedungjajang adalah wilayah dengan capaian terendah yakni senilai 23.0%.

Gambar 5.34 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Produktif Menurut Puskesmas Tahun 2019

(50)

44

BAB 6

PENGENDALIAN PENYAKIT

A. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG

1. Tuberculosis

Program Penanggulangan Tuberculosis dilakukan selain dengan melakukan kegiatan promosi dan pencegahan, juga melakukan kegiatan deteksi dini dimana dilakukan penemuan penderita tuberculosis secara aktif yang juga melibatkan masyarakat, serta pemberian pengobatan sampai sembuh. Program penanggulangan tuberculosis juga harus mendapat dukungan komitmen dari para stakeholder.

Terdapat beberapa target program TB, antara lain Case Detection

Rate/CDR atau cakupan pengobatan semua kasus TB adalah Adalah jumlah

semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan di antara perkiraan jumlah semua kasus TB (insiden). Case Detection Rate (CDR) tahun 2019 sebesar 91%, sedangkan target CDR yang ditetapkan oleh Kemenkes RI adalah

minimal 70% sehingga sudah mencapai target nasional. CDR

menggambarkan seberapa banyak kasus TB yang terjangkau oleh program.

No Indikator Program Target Nasional Target Renstra 2015 2016 2017 2018 2019 1 Case Detection Rate 70% - 72.7 67.2 85.2 67.0 92.0 2 Success Rate 90% 94.86% 93.9% 94.4% 95.2% 94.7% 84.4% 3 Cure Rate 85% - 89.00% 92.08% 88.03% 86.29% 78.3%

Indikator program yang lain yaitu Angka Keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus (Success Rate) adalah jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan. Angka keberhasilan pengobatan menggambarkan kualitas pengobatan TB. Angka Keberhasilan (Success Rate) penderita TB

Tabel 6.1 Tren CDR, SR, dan CR TB Tahun 2015-2019

(51)

45

BTA + kasus baru tahun 2019 sebesar 84.4%. Target nasional success rate yang ditetapkan adalah 90%, dan target renstra adalah 94.86%. Angka ini belum mencapai target nasional dan renstra.

2. Pneumonia

Pneumonia pada balita adalah salah satu infeksi saluran bagian tengah dan bawah (paru) nafas yang bersifat akut yang paling umum disebabkan oleh bakteri Pneumoniae. Manifestasi pneumonia pada anak dapat dengan mudah diamati dari gejala kesukaran bernafas. Kesukaran bernafas pada kondisi ini dapat menyebabkan kenaikan respiratory rate dari kisaran normal, dimana tiap tahapan usia, kisaran normal frekuensi nafas berbeda. Kriteria peningkatan frekuensi nafas sebagai salah satu indikasi pneumonia adalah pada usia 0-2 bulan ≥60 kali/menit, usia 2-12 bulan ≥ 50 kali/menit, usia 12-59 bulan ≥40 kali/menit. Kenaikan frekuensi nafas dapat diakibatkan karena reflek batuk pada anak.

Gambar 6.1 Grafik Tren Penemuan dan Penanganan Pneumonia Tahun 2015-2019

Sumber : Laporan Bulanan ISPA/ Pneumonia (LB3) ISPA/Pneumonia

Gambar

Gambar 2.1 Grafik Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Puskesmas   Tahun 2019
Gambar 4.1 Diagram Cakupan Jaminan Kesehatan  Penduduk Menurut Jenis Jaminan  Tahun 2019
Gambar 5. 7 Grafik Tren Cakupan Persalinan Ditolong Oleh  Tenaga Kesehatan Tahun 2015-2019
Gambar 5.8 Grafik Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan   Menurut Puskesmas Tahun 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Minyak sawit mengandung 45-60% gugus ikatan rangkap tak jenuh, sehingga pada suhu dan tekanan tertentu dengan bantuan katalis memungkinkan terjadinya reaksi epoksidasi

Setiap benda yang berada di permukaan bumi akan mengalami gaya gravitasi bumi Sebuah benda yang beratnya 150 N diletakkan di atas meja , mengapa benda diam di atas permukaan

Penyadapan getah pinus baru dilakukan di kawasan hutan Negara yang lakukan perusahaan swasta (Sundawati dan Altonsus,2008). Getah pinus bermanfaat untuk menghasilkam

Supervisor sebagai penanggung jawab keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan untuk meningkatkan keprofesionalitas guru, di

30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang

Adapun salah satu acara yang diadakan oleh panitia Reuni Akbar 35 Tahun Tehnik Geologi Universitas Trisakti Jakarta adalah acara talkshow, para narasumber talkshow ini yaitu

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mandat yang diberikan kepada BPKP antara lain melakukan pengawasan

Hipotesis Null ketiga ialah tidak terdapat perhubungan yang signifikan antara persepsi terhadap kemudahan infrastruktur dengan taraf pendidikan, pekerjaan dan